jalan berdarah
Post on 24-Feb-2018
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Jalan Berdarah
1/4
Jalan Berdarah
Mobilku terus meluncur menembus jalan sepi yang semakin gelap.
Setidaknya mengemudi lebih mudah daripada menepis isu orang-orang
tentang jalan ini. Konon katanya, banyak terjadi kecelakaan misterius di
sekitar jalan yang dipagari semak-semak. Tiga belas hari yang lalu katanya
sebuah bus menabrak pohon besar di sisi kiri jalan yang menyebabkan nyawa
beberapa orang melayang dan yang selamat harus bermalam di rumah sakit.
Menurutku publik terlalu berlebihan menghubungkan kecelakaan dengan hal
mistis. Kecelakaan wajar terjadi mengingat penerangan di jalan ini minim
sekali. Semoga saja dugaanku benar.
Dingin, itulah yang ku rasakan. Ditambah nyanyian burung burung
malam dibalik pepohonan membuatku tambah masuk dalam hayalan
kengerian. Sesekali mengintip ke semak semak dari balik kaca, atau melihat
ke belakang dari spion tengah. Sepi. Tak ada kendaraan lain, mengingat ini
sudah lewat tengah malam maka ini wajar saja.
Mataku mulai terbayang bayang seorang gadis di depan. Berdiri tepat
di bawah lampu jalan sambil menatap ke arah mobilku. Ini benar benar tipuan
pikiran. Tidak mungkin ada seorang gadis di jalan yang bagaikan hutan
apalagi ditengah malam, mau kemana dia?
Mobilku melaju semakin dekat dengan tempatnya berdiri. Ini bukanlah
khayalanku saja. Sinar lampu mobilku membuatnya terlihat semakin jelas.
Rambutnya indah menjuntai ke bawah bahunya, kulitnya merona diterpa
lampu yang menyilaukan, benar benar tidak cocok sendirian tengah malam.
-
7/24/2019 Jalan Berdarah
2/4
Gadis itu melambaikan tangan, butuh tumpangan. Mobilku mulai melambat
dan akhirnya berhenti mulus, tepat di hadapan si gadis.
boleh ikut sampai depan?
tanyanya lembut dari balik pintu mobil.
Hanya ku jawab dengan senyuman sambil membuka pintu mobil yang
terkunci dari dalam.
Dengan anggun, ia masuk sambil tersenyum manis, Terimakasih
ucapnya tampak tulus.
sama sama. Oh ya, aku Raka, kamu?
tanyaku sambil menyodorkan
tangan untuk berjabat kenal.
Andin
jawabnya, membalas jabatanku, tetap dengan senyum
merekahnya.
Mau kemana?
Ia melihatku. Pantaskah pertanyaan tadi? baru dari mall
jawabnya
singkat.
Rasa penasaranku mulai kembali. Untuk apa seorang wanita sendirian
di jalan sesepi ini? Atau mungkin dia itu bukanlah seperti yang terlihat.
Rasanya ini sudah jauh dari kewajaran. Mungkinkah dia adalah yang
menyebabkan apa apa yang pernah terjadi di jalan ini? Karena korban
kecelakan yang terjadi seminggu lalu mengatakan supir bus berbicara
sendirian sejak berhenti di salah satu titik di jalan ini. Tidak, tidak mungkin
Itu pasti hanya tambahan orang orang saja.
Mobilku tetap melaju pelan. Rumahku masih sekitar dua kilometer.
Entah kepekaanku yang bertambah, atau memang deruan angin semakin
-
7/24/2019 Jalan Berdarah
3/4
terdengar mengeringi suara burung burung. Suasana yang membuatku
tambah merinding. Membeku disamping wanita yang tak pernah sekalipun
ku melihatnya.
Andini, tahu isu tentang jalan ini nggak?
tanyaku memecah
keheningan.
tahu, dan aku salah seorang korban
jawabnya mengejutkanku.
Sedari tadi aku sudah berfikiran negatif tentangnya, dan ia ternyata
korban jalan ini. Ia menggenggam syal merah yang terkalung di lehernya,
tunanganku kecelakaan di jalan ini, di tempatku berdiri tadi
jelasnya lirih.
Syal itu dari tunanganmu? Kau terlihat begitu menyayangi syal itu,
tebakku, ia tersenyum.
Sepinya jalan segera sirna ketika ku melihat sebuah cahaya dari
belakang, ada kendaraan lain. Nyanyian burung dan deruan angin segera
berganti dengan suara motor yang nyaring memecah keheningan,
membuatku sedikit lebih lega. Suaranya tambah jelas terdengar, sinar lampu
depannya semakin terang, motor itu semakin mendekat. Keadaan semakin
baik ketika motor itu berjalan pelan tepat di sisi luar kursi pengemudi. Tapi
ada yang aneh, si penunggang motor melihat ke arahku dengan herannya.
Tangannya mengetuk kaca mobil tapi kemudian melajukan motornya
kencang.
Andin tersenyum, senyum yang misterius. Senyumnya berbeda seperti
senyuman yang ia tebar sedari tadi.
***
-
7/24/2019 Jalan Berdarah
4/4
Pandanganku masih buram, tak terlihat jelas di ruangan apa aku ini.
Yang terdengar hanyalah suara mesin aneh yang jarang ku dengar
sebelumnya.
Raka?
seru seorang yang sudah tak asing bagiku, Ayah.
Raka kenapa, Yah?
tanyaku parau. Perhatianku kembali tertuju pada
titik lain, syal merah. Syal yang sama persis dengan yang dikenakan gadis
itu.
Ayah menyadari apa yang ku perhatikan, Kamu kecelakaan, kemarin
kamu pakai syal itu
apa ada seorang gadis di mobil, Yah?
tanyaku memastikan.
Ayah terdiam sebentar kemudian tersenyum menatapku, orang yang
mengantar kamu kesini mengatakan kamu bersama gadis tapi kayaknya
bukan gadis yang kamu maksud
maksudnya?
tanyaku lagi. Apa yang ayah jawab sama sekali tidak
membuatku mengerti, ini malah membuatku tambah bingung.
Kamu harusnya bisa menerjemahkan sendiri
top related