paper mata miopia patologis
Post on 10-Feb-2018
242 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 1/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di
depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan
pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada
mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani
“muopia” yang memiliki arti menutup mata.1
Menurut Curtin, secara klinik miopia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu (1)
miopia fisiologi dan (2) miopia patologi. Miopia patologi menurut American Academy
of Ophthalmology (AAO) disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia
degeneratif. Miopia patologi adalah miopia dengan perubahan retina disertai dengan
sangat bertambahnya panjang bola mata dan biasanya walaupun tidak selalu, besar
refraksinya 8 dioptri atau lebih atau axial lenght ( AL) sama dengan 32,5 mm atau
lebih.1
Miopia degeneratif adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40
tahun. Miopia degeneratif adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih. Penderita
dengan minus diatas 6 dioptri mempunyai risiko 3- 4 kali lebih besar untuk terjadinya
komplikasi pada mata.2
Miopia degeneratif dilaporkan menjadi penyebab kebutaan ketujuh di Amerika
Serikat, keempat di Hongkong, dan kedua di Cina dan Jepang. Miopia degeneratif
merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia seiring dengan penanganan yang
kurang efektif sehingga kebanyakan ahli ophtalmologis beranggapan bahwa
penyebabnya tidak diketahui atau hilang. Sebagai hasilnya, kondisi ini menyebabkan
hilangnya penglihatan dari begitu banyak orang selama bertahun-tahun pada periode
pertengahan kehidupan dan usia tua. Miopia degeneratif tampaknya merupakan suatu
kondisi genetik yang diwariskan. Inilah sebabnya kondisi ini menjadi bervariasi
begitu banyak antar berbagai kelompok ras atau etnis. Cacat genetik yang
bertanggung jawab dapat ditransmisikan antara generasi dalam berbagai cara, dan
dapat menghasilkan derajat yang sangat berbeda dari miopia pada anggota keluarga
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 2/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
2
yang berbeda. Pada beberapa orang, miopia tinggi dapat menyebabkan kerusakan
retina atau ablasio. Miopia tinggi juga berkaitan dengan katarak dan glaukoma.2
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui fisiologi mata,
mengetahui Miopia Patologis mulai dari definisi, etiologi, diagnosa, manifestasi
klinis, dan penatalaksanaanya. Selain itu, tujuan penulisan paper ini adalah sebagai
salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 3/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mata3
2.1.1. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya, merupakan jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan. Tebal kornea rata-rata orang dewasa adalah
0,65 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian tengah (terdapat variasi menurut
ras), diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Kornea
berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat masuknya cahaya ke
dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh
darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu:
• Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel.
• Membran Bowman merupakan lapisan jernih aselular.
• Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea yang tersusun
atas serat-serat kolagen.
• Membran Descement merupakan lamina basalis endotel kornea
• Lapisan endotel hanya mempunyai satu lapis sel dan berperan dalam
mempertahankan deturgesensi stroma kornea.
2.1.2. Sklera
Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu
sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata dan tebal 1 mm. Permukaan
luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang elastis dan halus, yaitu
episklera yang banyak mengandung pembuluh darah yang mendarahi sklera
sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna
coklat, yaitu lamina fuska yang membatasi sklera dengan koroid.
2.1.3. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea
dan sklera yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 4/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
4
a. Iris, merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan
yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat ditengahnya, yang
disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untukmengatur banyaknya cahayayang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan dan
melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya yang terang dan
melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap yang dipengaruhi oleh
persarafan simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis).
b. Badan siliar, merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat atau jauh
dalam lapang pandang dan mempunyai sistem ekskresi yang terdiri dari dua
bagian, yaitu korona siliar yang berkerut-kerut dengan tebal 2 mm dan pars
plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm.
c. Koroid, merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan sklera
yang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar,
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di
bawahnya. Bagian dalam pembuluh darah koroid disebut koriokapilaris.
2.1.4. Lensa
Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskular dan terletak dibelakang iris
yang terdiri dari zat tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi (terfokusnya objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mm dan
diameter 9 mm yang mempuyai sifat kenyal atau lentur dan jernih (transparan).
Kapsul lensa adalah membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.
65% lensa terdiri atas air dan 35% protein. Lensa ditahan di tempatnya oleh
ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii. Seiring dengan
bertambah usia, lensa perlahan menjadi lebih besar dan kurang elastis.
2.1.5. Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara
lensa dan retina. Badan kaca bersifat semicair yang mengandung 99% air dan 1%
terdiri dari 2 komponen, yaitu kolagen dan asam hialuronat. Fungsi badan kaca adalah
mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 5/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
5
2.1.6. Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis
yang melapisi bagian dalam 2/3 poterior dinding bola mata. Retina membentang kedepan hampir sama jauhnya dengan corpus sillier , dan berakhir di tepi ora serrata.
Pada orang dewasa, ora serrata berada disekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe
pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar
retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina sehingga juga
bertumpuk dengan membrana Bruch, koroid, dan sklera. Di sebagian besar tempat,
retina dan epithelium pigmen retina mudahterpisah hingga membentuk ruang
subretina. tetapi pada discus optikus dan ora serrata, retina dan epithelium pigmen
retina saling melekat kuat.
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada sentral
retina. Di tengah-tengah retina posterior terdapat macula. Di tengah macula, sekitar
3,5 mm sebelah lateral discus optikus terdapat fovea. Retina menerima asupan darah
dari dua sumber : khoriokapilaria yang berada tepat di luar membrana Bruch yang
memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti
luar fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari ateria
sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam. Berdasarkan topografi,
retina dibagi menjadi retina sentral yaitu kurang lebih sama dengan daerah macula
dan retina perifer yaitu di daerah retina di luar daerah macula.
Fungsi retina pada dasarnya ialah menerima bayangan visual yang dikirim ke
otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor
kerucut daripada bagian perifer retina yang memiliki banyak sel batang.
Retina manusia terdiri atas sepuluh lapis. Urutan lapisan-lapisan tersebut (ke
arah kornea) adalah:
1. Retinal pigment epithelium (RPE)
2. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucu (Rods/Cones).
3. Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.
4. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel batang dan
kerucut. Ketiga lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolism dari kapiler
koroid.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 6/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
6
5. Lapisan plexiformis luar, atau dikenal sebagai "Lapisan serat Henle"
(Fiber layer of Henle) merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.6. Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal
dan sel muller . Lapis ini mendapat metabolism dari arteri retina sentral.
7. Lapisan plexiformis dalam, merupakan lapisan aseluler, tempat sinaps sel
bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapisan sel ganglion, merupakan lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan
merupakan asal dari serat saraf optik.
9. Lapisan serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju kearah
saraf optik. Di dalam lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retrina.
10. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retinadan badan
kaca.
Epitel pigmen retina ( RPE ) terbentuk dari satu lapis sel, melekat longgar
pada retina kecuali di perifer ( ora serata ) dan disekitar lempeng optik. RPE ini
membentuk mikrovili yang menonjol diantara lempeng segmen luar sel batang
dan sel kerucut dan menyeimbanginya. Lapisan ini berfungsi memfagosit sisa segmen
eksternal sel batang dan kerucut, memfasilitasi pasase nutrien dan metabolit antara
retina dan koroid, serta berperan dalam regenerasi rodopsin dan opsin sel kerucut,
pigmen visual fotoreseptor yang mengolah kembali vitamin A. RPE juga mengandung
granula melanin yang mengabsorpsi cahaya yang terpencar.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih
banyak. Fotoreseptor kerucut berfungsi untuk sensasi terang, bentuk serta warna.
Fovea hanya mengandung fotoreseptor kerucut. Apabila fovea atau daerah makula
menderita penyakit, maka visus sentral (dan tajam penglihatan) akan terganggu.
Fotoreseptor batang berfungsi untuk melihat dalam suasana gelap atau remang-
remang. Apabila bagian retina perifer menderita penyakit, maka penglihatan malam,
adaptasi gelap dan penglihatan samping akan terganggu.
Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak
mempunyai daya penglihatan (bintik buta). Penyakit retina biasanya tidak memberi
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 7/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
7
keluhan nyeri dan mata tidak merah. Pemeriksaan retina dilakukan dengan
oftalmoskop direk atau oftalmoskop indirek, foto fundus biasa dan angiografi.
2.2. Fisiologi Melihat3
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan
papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi.
Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan
pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi
pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita
memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada
tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina
bergantung pada kemampuan refraksi mata.
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea, aqueous humour, dan lensa.
Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi
untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang
dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai
retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi
aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi
pada retina .
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam yang
mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi
fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron
yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini
dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan
pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 8/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
8
pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic .Setelah aksi
potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan
ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract , lateral geniculate dari thalamus, superiorcolliculi, dan korteks serebri.
2.3. Miopia Patologis
2.3.1. Definisi Miopia adalah kelainan refraksi dimana berkas paralel cahaya yang masuk ke
dalam mata pada saat mata istirahat difokuskan di depan retina.4
Klasifikasi miopia :5
Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi
pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia
yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensayang terlalu
kuat.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:
Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri
Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:
Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan.
Secara klinik miopia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu miopia fisiologi dan
miopia patologi. 6
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 9/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
9
Miopia fisiologi ( simple, school ) adalah suatu keadaan refraksi dengan
struktur bola mata masih dalam batas normal. Kurvatura kornea dan lensa ataupun
peningkatan aksial dari bola mata sesuai dengan laju pertumbuhan normal.
1
Miopia patologi menurut American Academy of Ophthalmology (AAO)
disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia degeneratif. Miopia patologi
adalah miopia tinggi yang disertai dengan perubahan segmen posterior dari mata.6
2.3.2. Etiologi7
o Faktor Keturunan
Penelitian ginekologis telah memberikan banyak bukti bahwa faktor
keturunan merupakan faktor etiologi utama terjadinya miopia patologi.
Cara transmisi dari miopia patologi adalah autosomal resesif, autosomal
dominan , sex linked dan derajat miopia yang diturunkan ternyata bervariasi
o Faktor Perkembangan
Bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor prenatal dan perinatal turut
berperan serta menyebabkan miopia patologi. Penyakit ibu yang dikaitkan
dengan penderita miopia kongenital adalah hipertensi sistemik, toksemia
dan penyakit retina. Faktor lain yang dianggap berhubungan dengan
miopia patologi adalah kelahiran prematur yakni berat badan lahir kurang
dari 2500 gram. Brain menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan defek
mesodermal yang berkaitan denga prematuritas.
2.3.3. Patogenesis7
Berbagai macam teori dikemukakan mengenau terjadinya miopia degeneratif,
namun terdapat dua teori yang saling bertentangan, yaitu :
o Teori Mekanik
Timbul pada abad ke 19, yang mengatakan bahwa terjadinya miopia
degeneratif disebabkan karena peregangan sklera. Peregangan ini dapat
terjadi pada sklera yang normal ataupun yang sudah lemah.
Adanya konvergensi yang berlebihan, akomodasi yang terus menerus
dan kontraksi muskulus orbikularis okuli akan mengakibatkan tekanan
intraokuler meningkat yang selanjutnya menimbulkan peregangan sklera.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 10/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
10
Selain itu pad akomodasi dimana terjadi kontraksi muskulus ciliaris akan
menarik koroid, sehingga akan menyebabkan atropi. Konvergensi dan
posisi bola mata ke arah inferior pada waktu menyebabkan pole posteriortertarik ke arah nervus optikus.
Perlemahan sklera diduga juga menjadi penyebab membesarnya bola
mata. Perlemahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
Kongesti sklera
Inflamasi sklera
Malnutrisi
Endokrin
Keadaan umum
Skleromalasia
Menurut teori ini terdapat kaitan antara timbulnya dan progresivitas
miopia dengan kebiasaan melihat dekat dan keadaan umum sesorang.
o Teori Biologi
Teori ini timbul setelah pengamatan bahwa miopia aksial adalah
herediter, penipisan bola mata hanya di daerah pole posterior, degenerasi
retina terjadi sekunder setelah atrofi yang tidak sesuai dengan besarnya
pemanjangan bola mata.
Vogt mengatakan bahwa faktor timbulnya miopia terdapat pada
jaringan ektodermal yaitu retina, sedangkan jaringan mesodermal di
sekitarnya tetap normal. Retina tumbuh lebih meninjol dibanding dengan
koroid dan sklera. Pertumbuhan retina yang abnormal ini diikuti dengan
penipisan sklera dan peregangan koroid. Koroid yang peka terhadap
regangan akan menjadi atrofi. Seperti diketahui pertumbuhan sklera
berhenti pada janin berumur 5 bulan sedangkan bagian posterior retina
masih tumbuh terus sehingga bagian posterior sklera menjadi palong tipis.
2.3.4. Gejala Klinis7,8,9
Pada penderita miopia degeneratif didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut :
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 11/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
11
1. Penurunan tajam penglihatan (visus).
Penurunan visus yang bertahap setelah usia pertengahan disebabkan
proses degenerasi yang melibatkan makula, tapi bisa juga karena katarak,ablasio retina, dan glaukoma.
Bila penderita mengeluh penurunan visus tiba-tiba, harus dilakukan
pemeriksaan fundus perifer karena kemungkinan hal ini diakibatkan adanya
retinal tear yang mengenai pembuluh darah kecil dengan konsekuensi
perdarahan intravitreal.
2. Floaters.
Merupakan keluhan lapangan pandang paling sering. Hal ini terjadi
pada awal dari proses degenerasi vitreous. Keluhan berupa bayangan berupa
goresan di dalam lapangan pandang, dan bila bayangan goresan itu bertambah
merupakan tanda adanya vitreous detachment dan hyaloid hole di dekat aksis
visualis.
3. Asthenopia
Asthenopia disebabkan kemampuan mata yang hanya dapat melihat
pada jarak dekat dan memerlukan konvergensi berlebihan tanpa menggunakan
kacamata koreksi.
4. Cephalgia
Sakit kepala dan daerah mata atau periorbital kadang-kadang
dikeluhkan oleh penderita.
5. Fotopsia
Keluhan yang paling sering adalah melihat kilat yang diasumsikan
sebagai adanya traksi retina dan awal dari suatu ablasio retina atau ada
goncangan vitreous yag encer.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 12/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
12
6. Metamorfopsia
Adalah gejala gangguan penglihatan yang sangat serius karena
biasanya disebabkan transudasi atau perdarahan pada area makula yangsebelumnya sudah terbentuk membran neovaskular subretina. Bila kelainan ini
terdapat diluar daerah fovea dapat disarankan terapi laser.
7. Diplopia
Juga merupakan keluhan pada penglihatan bila kerja otot luar bola
mata terganggu akibat memakai kacamata dengan ukuran koreksi yang tidak
sesuai.
8. Penurunan Rigiditas Okular
Pada miopia degeneratif, rigiditas okular menurun. Tidak ada korelasi
antara rigiditas okular dengan tingginya refraksi.
2.3.5. Diagnosis Banding8
Diagnosis banding dari miopia patologis diantaranya :
Age-Related Macular Degeneration Ocular Histoplasmosis
Pada umumnya tersebar pada fundus
Tilted Disc
Gyrate Atrophy
Toxoplasmosis
2.3.6. Diagnosis7,9,10,11,12,13,14
Pada pemeriksaan funduskopi dapat dijumpai :
Penipisan sclera
Penipisan sklera dan lokalisasi ektasia di pole posterior adalah khas
untuk miopia degeneratif. Pemanjangan diameter bola mata antero-posterior
(AP) disertai penipisan sklera di posterior tampak sebagai posterior ectasia
atau stafiloma. Curtin pada tahun 1977 menemukan stafiloma tersebut di
daerah pole posterior, area makular, area peripapil, area nasal atau inferior.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 13/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
13
Juga ditemukan bentuk campuran dan kompleks. Penelitian tersebut stafiloma
posterior terdapat pada 19% mata miopia dengan axial length 26,5 mm.
Peningkatan usia juga sangat mempengaruhi timbulnya stafiloma posterior danadanya stafiloma posterior merupakan petunjuk bagi prognosa visus, sebab
19,6% diantaranya termasuk dalam keadaan buta sosial. Sesudah usia 60
tahun, 53,3% mata dengan stafiloma termasuk buta sosial. Stafiloma posterior
merupakan tanda karakteristik pada miopia degeneratif.
Retina schisis
Pada miopia pembesaran bola mata tidak disertai pemanjangan vassa
retina sebagaimana retina. Dan inilah salah satu mekanisme terjadinya retina
schisis yaitu pemisahan vassa retina yang besar pada membrana limitan
interna dari lapisan retina yang lain.Perubahan degenerasi pada lapisan koroid
Perubahan degenerasi pada lapisan koroid pada awalnya akan melibatkan
koriokapilaris, vitreous, dan retinal pigment epitel (RPE).
Lacquer cracks
Bila proses degenerasi pada koroid berlanjut timbul pembentukan
jaringan kolagen menggantikan jaringan koriokapilaris. Tetapi bila hal ini
tidak terjadi, penipisan koroid akan berkembang sampai ke membran Bruch’s
dan akan terjadi robekan. Klein dan Curtin tahun 1975 memperkirakan bahwa
robekan-robekan ini akan membaik lalu mengecil dan kemudian membentuk
garis kuning tak beraturan, bercabang, dan membentuk garis bersilang di
sekitar pole posterior. Garis-garis tersebut disebut dengan lacquer cracks yang
hanya tampak pada 4,3% penderita miopia tinggi dan terdapat pada kelompok
laki-laki muda. Pada penelitian Clein dan Curtin ditemukan 22 pasien dengan
lacquer cracks, semuanya mengalami stafiloma dan temporal crescent .
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan :
Ultrasonography
Dapat digunakan untuk mendeteksi adanya staphyloma dan mengukur panjang
axial dari mata
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 14/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
14
Fluorescein angiography
Untuk melihat kondisi pembuluh darah di koroid dan retina. Pemeriksaan ini
dilakukan apabila pasien diduga memiliki Choroidal Neovascularization. Optical Coherence Tomography
Merupakan salah satu teknik imaging yang digunakan untuk menentukan
adanya vitreomacular traction dan macular schisis.
Gambar 1. Lacquer cracks
Gambar 2. Staphyloma
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 15/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
15
Perdarahan koroid sepanjang lacquer cracks dan membran neovaskular.
Keadaan ini diperkirakan merupakan proses robeknya membran Bruch
dan merupakan faktor predisposisi terbentuknya membran neovaskular padasub RFE yang selanjutnya bisa berakibat timbulnya perdarahan maupun
sikatrik.
Fuch’s spot
Sebanyak 5,2% penderita miopia degeneratif yang telah diteliti
mempuyai lesi berpigmen di area sentral dan dikenal dengan Fuch’s spot . Lesi
ini berbeda dengan degenerasi makula senilis yang juga mempunyai
kecenderungan tinggi terbentuknya deposit pigmen. Pada miopia hal ini terjadi
pada daerah atrofi korioretinal. Kebanyakan Fuch’s spot diikuti
neovaskularisasi koroid yang menembus membran Bruch kemudian hingga
mengakibatkan detachment RPE tipe serous dan hemorraghic. Secara
histologi, tampak bercak sebagai jaringan sikatriks fibrovaskular.
Gambar 3. Fuch’s spot
Degenerasi Lattice
Pertama kali dideskripsikan oleh Gonin tahun 1904. Merupakan bercak
penipisan retina berbatas tegas, terletak di lapisan retina dalam. Beberapa lesi
bisa disertai dengan hiperpigmentasi atau tanpa pigmen. Di daerah tersebut
tampak vitreous encer dan kondensasi serabut vitreous tampak melekat di
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 16/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
16
daerah tersebut. Merupakan hal yang serius pada miopia degeneratif karena
merupakan predileksi timbulnya robekan dan ablasio retina. Biasanya terdapat
dikuadran supratemporal. Pada penelitian terhadap 1437 mata oleh Karlin danCurtin tahun 1976 ada hubungan positif diantara prevalensi keempat tanda
degenerasi yaitu stafiloma posterior, lattice degenerasi, pavingstone
appearance, dan white without pressure dengan axial length mata.
Gambar 4. Degenerasi Lattice
Degenerasi peripapil nervus optikus.
Degenerasi juga meliputi daerah peripapil yang merupakan tanda awalyang dapat dilihat, sehingga terlihat lapisan koroid di area tersebut. Pada papil
nervus optikus terlihat gambaran klasik akibat miopia. Dengan oftalmoskop
papil nervus optikus arahnya tampak miring ke arah sisi temporal (tilted disc)
dengan permukaan datar, tampaknya peningkatan ratio cup dan disc yang
sesuai dengan axial length. Di daerah temporal disc terlihat kresen putih terang
dari sklera yang dipinggirnya ada pigmentasi. Pigmen di daerah kresen
disebabkan oleh hipertrofi dan kadang-kadang hiperplasia RPE.
2.3.7. Terapi7
Koreksi Refraksi
Langkah pertama dalam penatalaksanaan miopia patologi adalah
koreksi refraktif baik dengna lensa oftalmik maupun lensa kontak. Koreksi
refraktif yang paling sesuai adalah koreksi refraksi minimal yang memberikan
tajam penglihatan maksimal. Penggunaan lensa kontak memberikan
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 17/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
17
keuntungan yang lebih banyak, sebab dapat mempercantik penampilan,
mamperluas lapangan pandang serta mengurangi distorsi dan aberasi.
Modifikasi Lingkungan
Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan
miopia, tapi penelitian yang lain masih belum mendukung. Telah dianjurkan
pada penderita miopia yang terpapar secara genetik untuk meningkatkan
konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke Elder
manyarankan diet kaya vitamin D dan kalsium untuk penderita miopia ini.
Aktivitas lingkungan yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misal
jogging, namun aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan
intrakranial dan stres sebaiknya dihindari, misal angkat berat.
Tindakan Operatif
Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia
patologis, misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan
bedah refraksi yang disarankan.
Fotokoagulasi Laser
Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon
laser photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia
patologi ini terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik
diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola mata tersebut.
Pengawasan Tekanan Intraokuler
Tekanan intraokuler harus dipantau karena memiliki peranan dalam
pemanjangan aksial bola mata. Black merekomendasikan bahwa penderita
miopia patologi harus memiliki tekanan intraokuli dibawah 20 mm Hg.
2.3.8. Komplikasi12
Komplikasi yang dapat timbul dari miopia patologis yaitu :
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 18/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
18
a) Rhegmatogenous Retinal Detachment
Disebabkan oleh lepasnya vitreus bagian posterior, degenerasi lattice,
asymptomatic atropic holes, macular holes dan reibeknya retina.b) Choroidal Neovascularization
c) Foveal Retinoschisis
d) Macular Hole
e) Dapat muncul secara spontan maupun setalah trauma ringan, dan berhubungan
dengan pelepasan retina. Vitrectomy merupakan terapi yang efektif.
f) Katarak
g) Glaukoma
h) Amblyopia
i) Dislokasi Lensa
2.3.9. Prognosis15
Prognosis pasien dengan miopia patologis bervariasi dilihat dari perubahan
yang muncul pada retina dan okular. Pemeriksaan mata secara berkala perlu dilakukan
tergantung dari keparahan dari perubahan retina dan okular. Pemeriksaan retina,
pemeriksaan lapangan pandang, pengukuran tekanan intraokuler merupakan
pemeriksaan yang penting untuk dilakukan.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 19/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
19
BAB 3
KESIMPULAN
Miopia patologi menurut American Academy of Ophthalmology (AAO)
disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia degeneratif. Miopia patologi
adalah miopia dengan perubahan retina disertai dengan sangat bertambahnya panjang
bola mata dan biasanya walaupun tidak selalu, besar refraksinya 8 dioptri atau lebih
atau axial lenght ( AL) sama dengan 32,5 mm atau lebih.
Manifestasi klinis dari miopia patologis dapat bervariasi. Mulai dari gangguan
penglihatan, floaters, asthenopia, sefalgia, fotopsia, metamorfopsia, diplopia hingga
penurunan rigiditas okular.
Dapat dilakukan koreksi refraksi pada pasien penderita miopia patologis .
Koreksi refraksi yang paling sesuai adalah koreksi refraksi minimal yang memberikan
tajam penglihatan maksimal. Modifikasi Lingkungan dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Bila
terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser
photokoagulasi. Hal ini dapat dapat dilakukan sehingga pasien mampu menjalani
aktifitasnya dengan baik.
Pemeriksaan mata secara berkala perlu dilakukan tergantung dari keparahan
dari perubahan retina dan okular. Pemeriksaan retina, pemeriksaan lapangan pandang,
pengukuran tekanan intraokuler merupakan pemeriksaan yang penting untuk
dilakukan. Tekanan intraokuler harus dipantau karena memiliki peranan dalam
pemanjangan aksial bola mata. Black merekomendasikan bahwa penderita miopia
patologi harus memiliki tekanan intraokuli dibawah 20 mm Hg.
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 20/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
American Academy Of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology AndStrabismus, Chap. 6, 2011-2012; 393-394.
2. Ward, Brian. 2011. Degenerative Myopia: a Review of its Nature and Current
Treatment . Retinal Diagnostic Center. Campbell, California
3. Guyton & Hall.2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
4. Wiyarso, EB. 1999. Toleransi Anisometropia Pada Miopia. Universitas
Diponegoro. Available on : http://eprints.undip.ac.id/12191/1/1999KSP258.pdf
5. Ilyas, Sidarta 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI;
Jakarta.
6. Urserkar, TN. 1983. Classification, Etiology And Pathology Of Myopia. Indian
Journal Of Ophthalmology. Available on :
http://www.ijo.in/printarticle.asp?issn=0301-
4738;year=1983;volume=31;issue=6;spage=709;epage=711;aulast=Ursekar
7. Widodo, W. 2007. Miopia Patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Available on :
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/TinjPus3.pdf
8. Kunimoti, DY.2004. The Wills Eye Manual. Lippincott Williams And Wilkins.
USA. 267-268.
9. Vaughan and Asbury. 2007. General Ophthalmology Edisi 17. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC. 189-190.
10. Kanski, Jack J. Special Syndromes. In Clinical Ophthalmology, A Systemic
Approach, Ed. 7th. London: Elsevier. 2011; 637-640.
11. Curtin, BJ. The Nature of Pathologic Myopia. In : The Myopias. Basic
Science and Clinical Management . Philadelphia. Harper and Row, Publisher
1985:6, 63-104, 237-315
12. Baker, BJ. 2008. Degenerative Myopia. In :Yanoff & Duker : Ophthalmology,
Ed. 3rd. USA : Mosby.
13. Schwann, PG. Fundus Changes In Myopia An Overview. Available on :
http://www.optometry.co.uk/uploads/articles/3427a9882d77448071ae72ce987fc4
cb_swann20020322.pdf
7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis
http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 21/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : FERDINANDO M BAEHA
NIM : 090100243
21
14. Tsai, JC. 2011. Oxford American Handbook Of Ophthalmology. New York :
Oxford University Press. 431-432.
15.
Goss, DA. 2006. Care of the Patient with Myopia. American OpthometricAssociation. Available on : http://www.aoa.org/documents/optometrists/CPG-
15.pdf
top related