arg desember 2015 muchammad zamroni
TRANSCRIPT
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 1/16
17ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
IMPLIKASI KOMBINASI SISTEM PRESIDENSIIL MULTI
PARTAI TERHADAP PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Muchammad Zamroni- Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Jenderal Sudirman Lumajang -
Jl. Mahakam No. 7 Lumajang
ABSTRAK
Sistem pemerintahan suatu negara akan menunjukkan
bagaimana pembagian kekuasaan dan hubungan antar
lembaga negara, khususnya antara eksekutif dan legislatif
dijalankan. Sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem
Presidensiil dimana kekuasaan pemerintahan berada pada
tangan Presiden. Presiden dengan hak Prerogratifnya dapat
memilih orang-orang yang mempunyai kapabilitas, kapasitas
dan integritas yang tinggi guna membantunya mewujudkan
visi dan misinya selama kampanye. Sejak dianutnya sistem
Presidensiil yang juga diikuti dengan sistem multi partai telah
banyak membawa perubahan dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara terutama dalam hal bagaimana
pemerintahan dijalankan. Tidak mudah memadukan sistem
Presidensiil dengan multi partai karena banyaknya partai
politik yang ada tentu juga akan membawa implikasi
terhadap penyelenggaraan pemerintahan, lobi-lobi politik
untuk mensukseskan proram-program pemerintahan antara pemerintah (Presiden) dan legislatif (DPR) tak dapat dihindari
sehingga terkadang mengakibatkan kondisi perpolitikan tidak
setabil, yang kesemuanya itu harus dikembalikan pada tujuan
bernegara yaitu mewujudkan masyarakat yang sejaterah adil
dan makmur.
Kata kunci: Sistem Presidensiil, Multi partai, Implikasi,
Pemerintahan
A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang menentukan penyelenggaraannegara adalah sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara.
Sistem pemerintahan menunjuk pada pembagian kekuasaan dan
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 2/16
18 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
hubungan antar lembaga negara, khususnya antara eksekutif dan
legislatif. Sistem pemerintahan merupakan salah satu istilah utama
dalam kajian ilmu politik dan ilmu hukum tata negara. Istilah
tersebut digunakan untuk menunjukkan bagaimana pemerintahan
dalam suatu negara dijalankan. Faktor yang paling memengaruhi
terjadinya pembedaan cara penyelenggaraan pemerintah adalah
siapa atau lembaga apa yang memegang kekuasaan pemerintahan.
Dua sistem yang paling dikenal adalah sistem Parlementer dan
sistem Presidensiil. Selain kedua sistem tersebut sebenarnya
terdapat sistem lain, misalnya sistem campuran yang dipraktikkan
di Prancis dan sistem kolektif seperti dipraktikkan di Swiss.1
Sejalan dengan hal tersebut Usep Ranawijaya dan Sri
Soemantri M. mengemukakan, bahwa sistem pemerintahan
adalah sistem hubungan antara eksekutif dengan legislatif. Dengan
kata lain, menurut Bagir Manan, sistem pemerintahan adalah hal-
hal yang menyangkut corak hubungan antara badan legislatifdengan badan eksekutif. Berdasarkan corak hubungan tersebut,
dalam kepustakaan hukum ketatanegaraan, secara teoritis dikenal
2 (dua) bentuk sistem pemerintahan, yaitu:
(1) Sistem Pemerintahan Presidensiil; dan
(2) Sistem Pemerintahan Parlementer.2
Dalam sistem pemerintahan Presidensial, ciri pokoknya
adalah terdapat pemisahan dan perimbangan kekuasaan antara
pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang kekuasaan legislatif
atau parlemen. Sedangkan dalam sistem pemerintahan
parlementer, kekuasaan parlemen lebih tinggi dari eksekutif atausering disebut sebagai supremasi parlemen.
Bila ditelaah secara seksama sebernarnya sistem
Presidensiil yang dianut dalam UUD 19453 itu sama sekali tidak
murni sifatnya hal ini karena salah satu ciri pokok sistem parlemen
yang dianut oleh UUD 1945 adalah berkenaan dengan pertanggung
jawaban Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat4
1Janedjri M Gaffar, Mempertegas Sistem Presidensial , Harian Seputar
Indonesia tanggal 14 Juli 2009 hlm. 972Widodo Ekatjahjana, Lembaga Kepresidenan, (Pustaka Sutra, Bandung,
2008), hlm. 163 Selanjutnya dalam tulisan ini akan disebut dengan UUD 1945 apabila
sebelum sedangkan setelah di amandemen disebut UUD NRI Tahun 19454 Selanjutnya dalam tulisan ini akan disebut dengan MPR
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 3/16
19ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
sebagai lembaga parlemen yang mempunyai kedudukan sebagai
lembaga tertinggi negara.5 Oleh karena itu, salah satu kesepakatan
dasar dalam perubahan UUD 1945 yang dibuat Majelis
Permusyawaratan Rakyat pada sidang umum tahun 1999 adalah
“Kesepakat untuk mempertegas sistem Presidensiil (dalam
pengertian sekaligus menyempurnakan agar betul-betul memenuhi
prinsip-prinsip dasar sistem Presidensial)”. Perubahan tersebut
bisa kita lihat pada Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 yang berbunyi “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar ”.
Adanya ketentuan tersebut MPR tidak lagi merupakan
perwujudan dari kehendak rakyat dan bukan locus of power,
lembaga pemegang kedaulatan tertinggi pelaksana kedaulatan
rakyat. Sistem Presidensiil ini juga dipertegas dengan adanya
ketentuan Pasal 6A ayat (1) yang menetapkan bahwa “Presiden
dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsungoleh rakyat ” dengan adanya ketentuan ini pulah maka kewenagan
MPR untuk memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden
menjadi hilang.
Demikian pula dengan penduduknya Indonesia merupakan
negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Komposisi
penduduknya sangat beragam, baik suku bangsa, agama, ras
maupun segi-segi lainya. Wilayahnyapun sangat luas, terdiri dari ±
17. 000 pulau baik kecil maupun besar. Kompleksitas dan
keragaman itu sangat menentukan peta konfigurasi kekuatan-
kekuatan politik dalam masyarakat, sehingga tidak dapat dihindariberkembangnya sistem multi-partai dalam sistem demokrasi yang
hendak dibangun. Banyaknya partai politik yang ada, membuat
Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi yang menganut
kombinasi sistem pemerintahan Presidensial dengan sistem multi
partai. Tentu banyaknya partai politik yang ada akan berimplikasi
terhdap jalannya pemerintahan yang berkembang di negara ini.
Adanya reformasi politik melahirkan kesadaran bahwa
penyelenggaraan pemerintah harus dilakukan secara terbuka dan
mekanismenya dapat dikontrol secara jelas.
5 Jimly Assidiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi,
Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hlm 109
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 4/16
20 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
B.
Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan dikaji
dalam tulisan ini yaitu:
1. Pengaturan sistem Presidensiil dan sistem multi partai di
Indonesia?
2.
Implikasi penerapan sistem Presidensiil multi partai?
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian hukum (legal research) yaitu suatu proses untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.
Penelitian ini akan menghasilkan argumentasi, teori atau konsep
baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil yang
diperoleh dalam penelitian hukum sudah mengandung nilai.6 Untuk mendukung penelitin ini digunakan beberapa
pendekatan antara lain: Pendekatan perundang-undangan (statute
approach) yang digunakan untuk menemukan dasar hukum
pengaturan sistem Presidensiil dan sistem multi partai. Pendekatan
konseptual (conceptual aproach) digunakan karena peneliti perlu
merujuk prinsip-prinsip hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan, kemudian yang tidak kalah penting yaitu
pendekatan dengan mengunakan studi kasus yang peneliti
gunakan untuk membandingkan penyelenggaraan pemerintahan
dari masa ke masa.
D. Pembahasan
1. Pengaturan Sistem Presidensiil dan sistem Multi Partai di
Indonesia
1) Sistem Pemerintahan Presidensiil
Indonesia adalah negara yang menerapkan sistem
Presidensiil dikatakan bersistem Presidensiil menurut Bagir Manan
sebagaimana disunting Widodo Ekatjahjana, karena Presiden
adalah kepala pemerintahan hal ini ditegaskan dalam UUD NRI
1945 Pasal 4 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Presiden Republik
6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media ,
Jakarta, 2009, h.35.
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 5/16
21ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar”. Selain itu ditambah dengan ciri-ciri lain yaitu:7
a. Adanya kepastian masa jabatan Presiden (5 tahun);
b. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR;
c. Presiden tidak dapat membubarkan DPR;
Dengan demikian sesuai dengan ketentuan tersebut,
Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensiil. Sistem
pemerintahan Presidensiil juga disebut sistem pemisahan
kekuasaan. Sejarah sistem pemerintahan Presidensiil dalam
kepustakaan dikenal pertama kali dilaksanakan di Amerika Serikat,
diawali dangan pandangan dari Montesquieu dalam ajarannya
yang kemudian dikenal dengan nama trias politica. Montesquiu
membagi kekuasaan dalam suatu negara menjadi 3 (tiga) DPR
(parlemen) sebagai legislator (pembuat undang-undang),
Presiden/perdana menteri sebagai pelaksana undang-undang
(eksektif), sedangkan pengawas terhadap undang-undangdilaksanakan oleh Mahkamah Agung (Yudisiil). Lembaga
kepresidenan diartikan sebagai institusi atau organisasi jabatan
yang dalam sistem pemerintahan berdasarkan UUD NRI
Tahun1945 berisi dua jabatan, yaitu Presiden dan Wakil Presiden.8
Ciri sistem Presidensiil menurut C.F Stong sebagai berikut:9
1. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan
2. Presiden dipilih oleh rakyat
3.
Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif
4.
Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaanlegislatif dan tidak dapat memerintahkan diadakan pemilihan.
Sedangkan menurut Jimly Asshiddiqie ciri penting sistem
pemerintahan Presidensiil adalah:10
1. Masa jabatannya tertentu, misalnya 4 tahun, 5 tahun, 6 tahun
atau 7 tahun, sehingga Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat
diberhentikan ditengah masa jabatannya karena alasan politik.
7Widodo Ekatjahjana, Lembaga Kepresidenan, Op. Cit, hlm, 228
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme (KonstitusiPress, Jakarta 2005), hlm. 1619 C.F Strong dalam Sulardi, ibid , hlm. 210 Ibid, hlm. 162 – 163
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 6/16
22 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
2.
Presiden dan Wakil Presiden tidak betanggung jawab kepada
parlemen, melainkan langsung bertanggung jawab kepada
rakyat.
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung
ataupun melalui mekanisme perantara tertentu yang tidak
bersifat perwakilan permanen sebagaimana hakikat lembaga
parlemen.
4. Presiden tidak tunduk kepada parlemen, tidak dapat
membubarkan parlemen, dan sebaliknya parlemen juga tidak
dapat menjatuhkan presiden.
5. Tidak dikenal adanya pembedaan antara fungsi kepala negara
dan kepala pemerintahan.
6. Tanggungjawab pemerintahan berada dipundak Presiden oleh
karena itu Presidenlah yang berhak membentuk pemerintahan.
Sistem pemerintahan Presidensiil merupakan sistem
pemerintahan yang terpusat pada jabatan Presiden sebagai kepalapemerintahan (Head Of Government ) sekaligus sebagai kepala
negara (Head Of State). Presiden Republik Indonesia adalah kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan dengan tugas dan
wewenangnya masing-masing menurut Undang-Undang Dasar.
Karena itu, kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan
tidak perlu dibedakan apalagi dipisahkan. Dalam Pasal 4 ayat (1)
UUD NRI Tahun 1945 ditegaskan bahwa, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar. Menurut Susilo Suharto, Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan mempunyai kekuasaan antara lain berwenangmengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara untuk
membantu Presiden dalam tugas pemerintahan sebagaimana
diatur dalam Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945 kewenangan ini
merupakan hak prerogatif Presiden.11
Menurut UUD NRI Tahun 1945, Presiden adalah kepala
pemerintahan dan kepala negara. Kekuasaan Presiden diatur
dalam Bab III UUD NRI Tahun 1945 tentang Kekuasaan
Pemerintahan Negara. Pada Bab III UUD NRI Tahun 1945 yang
berisi 17 Pasal yang mengatur berbagai aspek mengenai Presiden
dan lembaga kepresidenan, termasuk rincian kewenangan yang
11 Susilo Suharto, dalam Riri Nazriyah Pemberhentian Jaksa Agung dan
Hak Prerogatif Presiden hlm 18 - 19
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 7/16
23ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
dimilikinya dalam memegang kekuasaan pemerintah. Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat
(1) UUD NRI Tahun 1945. Artinya dalam menjalankan
kewenangannya, Presiden menjalankan pemerintahan menurut
konstitusi.12
Presiden sebagai kepala pemerintahan memiliki
kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-
menteri serta pembentukan kabinet.13
Dengan demikian kedudukan Presiden dalam sistem
pemerintahan Presidensiil adalah kuat. Presiden tidak bertanggung
jawab kepada parlemen sehingga presiden tidak dapat dijatuhkan
sewaktu-waktu oleh parlemen. Presiden dalam menjalankan fungsi
dan pemerintahan berpijak kepada undang-undang yang ada.
apabila undang-undangnya kurang jelas atau undang-undang
memerintahkan untuk menjabarkannnya lebih lanjut, maka
Presiden dapat menafsirkan isi atau perintah undang-undangdengan menuangkannya kedalam peraturan pemerintah.
14
2) Sistem Multi Partai
Dalam era demokrasi seperti ini partai politik memegang
peran yang sangat penting dimana partai politik sebagai media
penghubung yang setrategis dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan antara negara dengan warga negara. Tanpa partai
politik mustahil demokrasi bisa diwujudkan menjadi realitas
konkrit, demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Dengan
segenap kelebihan dan kekurangannya, demokrasi merupakan lifesystem yang mendasari tegaknya keadilan.15
Begitu pentingnya
partai politik sampai-sampai UUD NRI Tahun 1945 beberapa kali
menyebutnya yakni dalam Pasal 6A ayat (2) yang berbunyi
“Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
12Eko Purnomo, Chrisdianto 2010 , Pengaruh Pembatasan Kekuasaan
Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Konstitusi Volume
7 Nomor 2, April 2010, hlm. 17013 Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Tahun 194514
Pasal 5 ayat 2 UUD NRI Tahun 194515 Makalah Tunggul Anshari Setia Negara Pembaharuan Kepartaian,
Disampaikan pada Asosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur pada tanggal
27-29 Desember 2009 di Hotel Panorama jember, hlm. 1
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 8/16
24 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
sebelum pelaksanaan pemilihan umum” serta dalam Pasal 22 E
ayat (3) “Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah partai politik .16
Menurut Miriam Budiardjo,17
keberadaan
partai politik mempunyai fungsi sebagai :
1.
Komunikasi politik (Political Comunication)
2. Sosialisasi politik (Political Socialization)
3. Rekruitmen politik (Political Recruitment )
4. Pengaturan konflik (Conflict Management )
Sejak dibukannya kran demokrasi di Indonesia pasca
reformasi tahun 1999 partai politik tumbuh subur di negara ini,
masyarakat dapat membentuk partai politik sebagai cermin
kebebasan menyampaikan pendapat dan menyalurkan aspirasi
sesuai prinsip demokrasi. Hal ini telah mendorong timbulya partai
politik dalam jumlah yang besar tercatat ratusan partai politik
berdiri dan 48 diantaranya berhasil untuk mengikuti pemilihanumum tahun 1999, sejak saat itulah Indonesia dikenal sebagai
salah satu negara yang menganut sistem multi partai. Bahwa
Indonesia menganut sistem multi partai dapat dilihat secara
tersirat dari ketentuan pada Pasal 6A ayat (2) yang berbunyi
“Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai ”. Dari subtansi Pasal 6A ayat (2)
tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia menganut sistem
multi partai, karena dengan adanya kata “gabungan partai politik”
memiliki arti lebih dari satu partai atau paling sedikit dua partai
politik bergabung untuk bersama-sama mencalonkan Presiden danWakil Presiden menghadapi calon Presiden dan Wakil Presiden
yang dicalonkan oleh partai lain.18
Animo pendirian partai politik yang besar ini menunjukkan
iklim demokrasi sudah berjalan. Seiring dengan berjalannya waktu
16 Adanya ketentuan Pasal 6A Ayat (2) maupun Pasal 22 E ayat (3)
UUD 1945 menunjukkan bahwa partai politik memiliki peran yang penting dan
strategis sehingga calon pemimpin di negara ini harus diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik partai politik dijadikan wadah untuk
mengodok putra putri terbaik bangsa untuk mengabdikan dirinya, demi
mewujudkan demokrasi di negara ini. 17 Miriam Budiardjo dalam Jimly Asshiddiqie op. cit , hlm 15918 Tunggul Anshari Setia Negara Pembaharuan Kepartaian, Op. Cit,
hlm 6
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 9/16
25ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
mulai menyadarkan banyaknya partai politik mengakibatkan
kondisi perpolitikan di negara Indonesia tidak setabil. Rakyat
merasa bahwa mereka hanya diperhatikan menjelang Pemilu saja
setelah terpilih mereka lupa terhadap yang memilih. Banyak
kalangan menilai demokrasi yang berkembang di negara ini hanya
bersifat prosedural dan belum menyentuh pada ranah subtansi.
Bagaimana demokrasi bisa terkonsolidasi jika partai politik
yang menjadi tulang punggungnya tidak mampu berperan seperti
harapan rakyat. Semakin banyak partai politik, maka potret
perebutan kekuasaan ini semakin menonjol sehingga akan
mempengaruhi kondisi perpolitikan di negara ini yang berujung
pada keberlanjutan pembagunan. Diperlukan suatu penataan
sistem kepartaian dengan mengunakan instrumen hukum yang
semakin ketat yang subtansinya mengatur antara lain persyaratan
pendirian partai, persyaratan sebagai peserta Pemilu dan
persyaratan Parlementary Threshold .
2. Implikasi Penerapan Kombinasi Sistem Presidensiil Multi
Partai
Penerapan sistem Presidensiil dengan multi partai pada
saat ini sebenarnya bukanlah hal baru kalau melihat sejarah pada
dekade 50-an Indonesia pernah menerapkam sistem ini dan
mengalami kegagalan ditengah jalan sehingga menimbulkan
trauma yang tidak mudah dilupakan. Ekses pada waktu itu antara
lain, setiap bulan terjadi kabinet dimisioner, sehingga berakibat
kestabilan pemerintahan terganggu.
19
Penerapan kembali sistemmulti partai para era reformasi sekarang ini tentu saja akan
menimbulkan implikasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Apabila kita melihat karakter masyarakat Indonesia yang sangat
heterogen dan dengan berbagai perbedaan suku, budaya, bahasa,
dan daerah maka sebenarnya sistem multi partai secara teoritis
dapat dikatakan sesuai dengan kondisi objektif bangsa Indonesia
akan tetapi harus hati-hati mengelolahnya jangan sampai
banyaknya partai bukannya sebagai sarana penyalur aspirasi bagi
rakyat malah mengkotak-kotakkan rakyat dan menjerumuskan
19 Suko Wiyono, Pemilu Multi Partai dan stabilitas pemerintahan
Presidensial di Indonesia, Disampaikan pada Asosiasi Pengajar HTN dan HAN
Jawa Timur pada tanggal 27-29 Desember 2009 di Hotel Panorama jember hlm 3
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 10/16
26 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
pada perpecahan bangsa. Terhadap kondisi denikian tentu akan
membawa implikasi terhadap kondisi negara terutama dalam
penyelenggaraan negara. Implikasi tersebut antara lain dapat di
jabarkan sebagai berikut:
a) Implikasi terhadap kondisi Perpolitikan Nasional
Studi yang dilakukan Scott Mainwaring (1993) menemukan
bahwa penggabungan Presidensialisme dengan multipartai
berpotensi menyebabkan deadlock dan instabilitas pemerintah.
Potensi deadlock lebih besar dalam sistem multipartai Presidensiil
dibandingkan multipartai parlementer karena di dalam sistem
Presidensialisme yang multi partai, jarang sekali Presiden terpilih
didukung oleh mayoritas pemegang kursi parlemen sehingga
seringkali oposisi di parlemen jumlahnya besar, bahkan lebih besar
jika dibandingkan dengan partai pendukung Presiden. Kombinasi
Presidensiil dan multipartai tidak mendorong terjadinya stablitas
demokrasi, karena mudah menimbulkan berbagai kesulitan antaraPresiden dan konggres, sehingga Presiden harus bekerja ekstra
keras dalam menghadapi oposisi.20
Misal, pada pemerintahan
Susilo Bambang Yudoyono belum genap 100 (seratus) hari
memerintah, telah digoyang dengan serangkaian isu-isu politik dan
hukum: kriminalisasi KPK dan dibentuknya Panitia Khusus (Pansus)
Hak Angket Bank Century di DPR.21
Kontestasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014
menunjukkan masyarakat terbelah antara dua pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden yaitu pasangan Prabowo- Hatta dan
Jokowi- JK suasana politik memanas. Perebutan dukungan partaipolitik yang dilakukan oleh dua capres cawapres guna memenuhi
batas minimum perolehan suara tak dapat dihindari. Hal ini karena
tidak ada satu partaipun yang dapat memenuhi persyaratan 20 %
suara sah untuk dapat mengajukan sendiri calon yang diusungnya.
Dalam sistem multi partai memang jarang ada partai yang
didukung oleh mayoritas rakyat sehingga meniscayakan berkoalisi
sehingga sejak sebelum pencalonan sampai dengan pasca Pemilu
20Makalah Anwar C , Sistem Pemerintahan Presidensiil Dengan
Multipartai, disampaikan pada Acara Seminar Ketatanegaraan Dan RefleksiAkhir Tahun 2009 Asosiasi Pengajar HTN Dan HAN Jawa Timur, tanggal 27 s/d
29 Desember Di Hotel Panorama Jember. 421 Ibid hlm. 9
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 11/16
27ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
kondisi perpolitikan akan memanas. Hal ini bisa dilihat dari mulai
perebutan dukungan partai politik sebelum pencalonan, saling
klaim kemenangan, tudingan terjadinya kecurangan, maupun
keberpihakan penyelenggara terhadap calon Presiden dan Wakil
Presiden tertentu yang akhirnya berujung pada pengajuan gugatan
hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi.
Dilihat dari aspek demokrasi munculnya dua pasang calon
Presiden dan Wakil Presiden maka situasi ini memberikan
kontribusi yang besar dalam menciptakan demokratisasi. Namun
jika dilihat dari besarnya konflik politis, maka akan terjadi friksi
yang meluas sampai pada antar-pendukung calon. Jika hak ini
terjadi, maka akan sangat merugikan situasi keamanan dalam
hidup masyarakat. Oleh sebab itu, pekerjaan besar politis
(pimpinan partai) adalah memberikan penjelasan secara terbuka
atas tahap pencalonan, untuk menghindari terjadinya konflik
politik pada tataran bawah.22 b) Implikasi Terhadap Pembentukan Kabinet
Hak untuk membentuk kabinet adalah hak prerogratif
Presiden hal tersebut dijamin dalam ketentuan Pasal 17 UUD NRI
tahun 1945 yang menyebutkan bahwa:
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
(4)
Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian
negara diatur dalam undang-undangBrdasarkan Pasal 17 ini maka pembentukan kabinet adalah
hak prerogratif Presiden yang tidak dapat digangu gugat oleh
lembaga manapun. Meskipun demikian karena sistem
kepartaianya multi partai maka Presiden terpilih dalam
membentuk kabinet perlu mempertimbangkan usulan dari partai
politik pendukung Presiden dan Wakilnya. Hal ini bertujuan untuk
menjaga keseimbangan kekuasaan antara eksekutif dengan
perlemen (DPR). Pembentukan “ Zaken kabinet ekstra palemen”
hanya dapat diterapkan jika dalam pemilihan umum Presiden
berasal dari partai politik yang memperoleh suara mayoritas
mutlak. Dalam sistem perwakilan multi partai, peluang partai
22 Suko Wiyono, Pemilu Multi Partai, Op.Cit, hlm. 7
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 12/16
28 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
politik memperoleh suara mayoritas mutlak sangat kecil, sehingga
pembentukan kabinet meskipun secara formal menjadi
kewenangan Presiden, namun harus mempertimbangkan suara
partai politik yang tergabung dalam koalisi pendukung Presiden
dan Wakil Presiden terpilih.
Pengalaman dari pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudoyono baik ketika menyusun kabinet Indonesia Bersatu baik
jilid I maupun jilid II juga harus memperhatikan suara dari partai
lain. Posisi Presiden sangat lemah tanpa memperhatikan kekuatan
politik yang dominan di DPR. Proses pembentukan kabinet yang
disusun tanpa mengikut sertakan pimpinan partai politik sangat
rentan terhadap goncangan yang dapat menjadi masalah yang
berkepanjangan pada jalannya pemerintahan. Dengan pemikiran
seperti ini, bisa jadi profesionalisme calon menteri kabinet dapat
dikalahkan dengan kepentingan partai untuk memperoleh jabatan.
Menurut Mahfud MD, penempatan pejabat puncak dieksekutif yang secara formal menjadi hak prerogratif Presiden akan
tetapi dalam prakteknya harus dilakukan melalui negosiasi politik
antara Presiden dan elit partai politik dalam rangka kompensasi
politik sekaligus menjaga stabilitas pemerintahan. Presiden yang
mempunyai niat baik membentuk kabinet dari para ahli dan
professional terjebak dalam transaksi politik yang tak dapat
dihindari. Akibatnya pembentukan zaken kabinet yang dijanjikan
tidak bisa dilakukan dengan leluasa, bahkan fit and proper test
yang semula dilakukan untuk calon pejabat tidak lagi menjadi
pertimbangan utama, lebih-lebih pada saat reshuffle. Transaksipolitik yang seperti ini adalah konsekwensi dari sistem politik yang
menuntut untuk dilakukan oleh siapapun yang terpilih menjadi
Presiden karena sistem pemerintahannya tidak singkron dengan
sistem kepartaiannya makanya yang tampil adalah sistem
Presidensial bergaya perlementer.23
Lebih lanjut menurut beliau adalah fakta bahwa sekarang
ini Presiden tidak sekuat yang dibayangkan ketika bangsa ini
menetapkan pemilihan Presiden secara langsung agar Presiden
23
Makalah Mahfud MD “
Demokrasi dan Peradilan Rebaan Diagnosadan Terapi” Disampaikan dalam Dinner Lecture yang diselenggarakan oleh
komite Indonesia untuk Demokrasi di Hotel Ciputra Surabaya, Rabu 21
November 2007, hlm. 7
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 13/16
29ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
lebih kuat. Sekarang ini Presiden tampak tersandera dan oleh
karenannya harus selalu memberi kompensasi politik, kepada
parpol-parpol agar kebijakannya tidak digangu.24
c) Implikasi terhadap jalannya pemerintahan
Presiden dalam sitem presidensiil adalah kepala negara
sekaligus sebagai kepala pemerintahan.25
Sebagai pemegang
kekuasaan pemerintahan Presiden tentu akan membuat kebijakan
guna menyelenggarakan pemerintahan yang dipimpinnya akan
tetapi dalam sistem Presidensiil yang kombinasikan dengan sistem
multi partai ini terlihat kebijakan yang dijalankan pemerintah sulit
dipahami dan terjadi tarik menarik antar partai. Koalisi partai yang
dibentuk agar pemerintahan menjadi lebih kuat karena adanya
dukungan dari DPR malah mengangu kinerja Presiden akibat
lemahnya koalisi yang dibentuk. Hal itu menyebabkan adanya
kompromi politik agar pemerintahan bisa bekerja.
Kebijakan pemerintah tidak jarang ditolak oleh partai politikyang memiliki wakil di kabinet. “Koalisi” Partai politik bisa bersatu
bila suatu isu menguntungkan, yang menyebabkan terwujudnya
persaingan dan kerjasama partai politik yang tidak jelas. Apabila
Presiden tidak berhasil memperoleh dukungan dari kekuatan sosial
politik partai pendukungnya, yang juga ikut pula membentuk
kabinet, semakin memandulkan Presiden dalam mengelola
Lembaga Kepresidenan yang besar dan rumit itu. Kemampuan
Presiden dan Wakilnya untuk terus menciptakan keserasian
hubungan dengan DPR yang multipartai sangat menentukan
keberhasilan Lembaga Kepresidenan menjalankan fungsinya.
26
Menurut Jimly Asshiddiqie, seharusnya dalam suatu negara
demokrasi, kedudukan dan peranan setiap lembaga negara
haruslah sama-sama kuat dan bersifat saling mengendalikan dalam
24 Ibid. hlm. 1425 Pasal 4 UUD NRI Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa
(1)
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.
(2)
Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil
Presiden.26
Makalah Anwar C , Sistem Pemerintahan Presidensiil Dengan Multipartai, disampaikan pada Acara Seminar Ketatanegaraan Dan Refleksi
Akhir Tahun 2009 Asosiasi Pengajar HTN Dan HAN Jawa Timur, tanggal 27 s/d
29 Desember Di Hotel Panorama Jember, hlm. 4
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 14/16
30 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
hubungan checks and balances. Akan tetapi jika lembaga-lembaga
negara tersebut tidak berfungsi dengan baik, kinerjanya tidak
efektif, atau lemah wibawahnya dalam menjalankan fungsinya
masing-masing maka yang sering terjadi adalah partai-partai politik
yang rakus yang merajalela menguasai dan megendalikan segala
proses penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan.27
Berdasarkan Pengalaman 10 (sepuluh) tahun jalannya
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono menunjukkan
meskipun dipilih langsung oleh lebih dari 60% rakyat dan didukung
oleh hampir mayoritas suara di DPR tetapi ketika pemerintah
menghadapi masalah hukum atau program pemerintah yang
dikeluarkan itu kurang populis ternyata antar partai politik
pendukung tidak satu suara mendukung kebijakan pemerintah.28
Kegagalan mereka menjaga keserasian ini, berakibat terhambatnya
program pembangunan yang mungkin bermuara pada kegagalan
fungsi pemerintahan secara umum dan akhirnya menurunkandukungan rakyat atas kebijakan pemerintah, karena Presiden dan
Wakil Presiden dianggap gagal dalam mengelola pemerintahan.
Kombinasi penerapan sistem Presidensiil dengan multi
partai ini akan lebih mengacaukan penyelenggaraan pemerintahan
manakala Presiden atau Wakil Presiden juga menjabat sebagai
ketua partai, dan dalam pemilu berikutnya Presiden dan Wakil
Presiden incumben sama-sama mencalonkan diri sebagai Calon
Presiden untuk periode berikutnya. Hal ini bisa dilihat pada pemilu
tahun 2009 dimana Presiden Susilo Bambang Yudoyono
mencalonkan diri sebagai Calon Presiden dari Partai Demokratsedangkan Jusuf Kalla yang juga mencalonkan diri sebagai Calon
Presiden dari Partai Golkar. Meskipun tahun 2014 incumben tidak
mencalonkan diri sebagai Calon Presiden karena terbentur
ketentuan UU tapi kedudukannya sebagai ketua umum partai dan
harus terlibat kampanye dan juga menteri-menteri pendukung
27 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkmah Konstitusi RI, Jakarta, 2006,
hlm 15428Hal ini bisa dilihat saat pemerintahan SBY-JK atau SBY-Budiono
digoyang serangkaian isu-isu politik dan hukum yang cukup panas, kriminalisasiKPK, dan dibentuknya Pansus Hak Angket Bank Century di DPR Ketidak
sepahaman antar partai politik pendukung Presiden dan Wakil Presiden ini juga
bisa dilihat ketika pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 15/16
31ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
koalisi banyak yang terpecah belah sebagai pendukung Calon
Presiden dan Calon Wakil Presiden tertentu dapat diprediksi akan
mengakibatkan kinerja lembaga kepresidenan tidak efektif. Meski
dibantah oleh pemerintah, namun bisa dilihat dari kepercayaan
masyarakat yang terus menurun terhadap kinerja pemerintah.
E. PENUTUP
Berdasarkan kajian dan analisa hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa ketentuan sistem Presidensiil dan multi
partai dalam konstitusi secara tegas diatur dalam Pasal 4, Pasal 5,
Pasal 6 A ayat (2), Pasal 7, Pasal 17 UUD NRI 1945. Implikasi
penerapan sistem Presidensiil dengan multipartai dengan jumlah
partai yang besar berpotensi menyebabkan: Pertama, deadlock
dan instabilitas pemerintah. Kombinasi Presidensiil dan multipartai
tidak mendorong terjadinya stablitas demokrasi, karena mudah
menimbulkan berbagai kesulitan antara Presiden dan parlemensehingga Presiden harus bekerja ekstra keras dalam menghadapi
oposisi. Kedua, Pada tahap pencalonan Presiden dan Wakil
Presiden akan terjadi tarik-menarik kepentingan antara partai
politik, sehubungan dengan distribusi dukungan suara. Masing-
masing partai akan melakukan tawar-menawar suara untuk
memberikan dukungan dengan kompensasi tertentu. Ketiga,
kebijakan pemerintah akan sulit dipahami dan akan terjadi tarik
menarik kepentingan antar partai. Koalisi partai yang dibentuk agar
pemerintahan menjadi lebih kuat karena adanya dukungan dari
DPR malah mengganggu kinerja Presiden akibat lemahnya koalisiyang dibentuk. Hal itu menyebabkan adanya kompromi politik agar
pemerintahan bisa bekerja. Tanpa melakukan kompromi, sulit bagi
pemerintah untuk menjalankan program-programnya.
------
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid
II, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkmah
Konstitusi RI, Jakarta.
_________,2005, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Konstitusi Press Jakarta.
7/24/2019 Arg Desember 2015 Muchammad Zamroni
http://slidepdf.com/reader/full/arg-desember-2015-muchammad-zamroni 16/16
32 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015
_________,2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,
Konstitusi Press Jakarta.
Anwar C, Sistem Pemerintahan Presidensiil Dengan Multipartai,
disampaikan pada Acara Seminar Ketatanegaraan Dan
Refleksi Akhir Tahun 2009 Asosiasi Pengajar HTN Dan HAN
Jawa Timur, tanggal 27 s/d 29 Desember Di Hotel Panorama
Jember.
Eko Purnomo, Chrisdianto 2010, Pengaruh Pembatasan Kekuasaan
Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia,
Jurnal Konstitusi Volume 7 Nomor 2, April 2010.
Ekatjahjana, Widodo, 2008, Lembaga Kepresidenan Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, Pustaka Sutra, Bandung.
MD, Mahfud, Moh.,“Demokrasi dan Peradilan Rebaan Diagnosa
dan Terapi” Disampaikan dalam Dinner Lecture yang
diselenggarakan oleh komite Indonesia untuk Demokrasi di
Hotel Ciputra Surabaya, Rabu 21 November 2007M. Gaffar, Janedjri, Mempertegas Sistem Presidensial , Harian
Seputar Indonesia tanggal 14 Juli 2009.
Nazriyah, Riri, 2010, Pemberhentian Jaksa Agung Dan Hak
Prerogatif Presiden, Jurnal Konstitusi Volume 7 Nomor 5,
Oktober 2010.
Sulardi, Presidensiil dengan Sistem Multipartai, disampaikan pada
Acara Seminar Ketatanegaraan Dan Refleksi Akhir Tahun
2009 Asosiasi Pengajar HTN Dan HAN Jawa Timur, tanggal
27 s/d 29 Desember Di Hotel Panorama Jember.
Sukardi, Presidensiil Dengan Multipartai, Disampaikan Pada AcaraSeminar Ketatanegaraan Dan Refleksi Akhir Tahun 2009
Asosiasi Pengajar HTN Dan HAN Jawa Timur, tanggal 27 s/d
29 Desember Di Hotel Panorama Jember.
Suko Wiyono, Pemilu Multi Partai Dan Stabilitas Pemerintahan
Presidensiil di Indonesia, disampaikan pada Acara Seminar
Ketatanegaraan Dan Refleksi Akhir Tahun 2009 Asosiasi
Pengajar HTN Dan HAN Jawa Timur, tanggal 27 s/d 29
Desember Di Hotel Panorama Jember.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
http://sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/Dialog diakses tanggal 20
Oktober 2010.