ca colorektal dini

15
7/23/2019 CA Colorektal Dini http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 1/15 TINJAUAN PUSTAKA I. Anatomi Kolon berjalan sepanjang katup ileosekal sampai ke anus. Secara anatomis, dibagi menjadi kolon, rektum, dan kanalis analis. Dinding dari kolon dan rektum terdiri dari lima lapisan: mukosa, submukosa, otot sirkular dalam, otot longitudinal luar, dan tunika serosa. Pada kolon, otot longitudinal luarnya terbagi menjadi tiga taeniae coli, yang bertemu dengan apendiks  pada ujung proksimal dan rektum pada bagian distal. Pada rektum distal, lapisan otot polos dalam saling menggabung sehingga membentuk sfingter anus internal pada minggu ke duabelas masa gestasi. Kolon intraperitoneal dan sepertiga proksimal rektum terlapisi oleh serosa; sedangkan bagian tengah dan bawah rektum kurang mengandung serosa. Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih cm. Sumbunya mengarah ke !entokranial yaitu ke arah umbilikus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih besar. "atas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinatum, atau linea dentatum. Di daearah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. #ekukan antar$sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colik dubur, dan menunjukkan  batas antara sfingter intern dan sfingter ekstern %garis &ilton'. Otot Pada Rectum (tot dasar pel!is terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian posterior disebut sebagai otot diafragmatik dan bagian anteromedial disebut sebagai kelompok pubo!isceral. (tot diafragmatik  berasal dari membran obturator dan )schium sampai ke spinal ischiadika kemudian berlanjut ke medial dan ke bawah masuk ke raphe anokosageal, serat anterior berlanjut ke serat posterienor membentuk suatu lembaran otot dengan otot kontralateral. *aphe anokoksigeal berjalan ke  bawah dan ke depan dari perlekatan sacrum dan tulang koksigeus menuju otot sfingter internus dan puborectal   sling complex masuk ke canalis ani melalui mucocutaneus junction. Kelompok  pubo!isceral berasal dari bagian belakang pubis berjalan turun ke medial dan ke belakang masuk ke !iscera pel!is dan perineal body. Di bagian posterior kelompok otot ini masuk ke kanalis ani dan perianal membentuk otot puboanalis. +uskulus le!ator ani membentuk diafragma pel!is serta bagian atas kanalis ani sedangkan bagian dasarnya adalah otot dan sfingter ani eksternus.

Upload: hendrawan-suwanda

Post on 18-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 1/15

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi

Kolon berjalan sepanjang katup ileosekal sampai ke anus. Secara anatomis, dibagi

menjadi kolon, rektum, dan kanalis analis. Dinding dari kolon dan rektum terdiri dari lima

lapisan: mukosa, submukosa, otot sirkular dalam, otot longitudinal luar, dan tunika serosa. Pada

kolon, otot longitudinal luarnya terbagi menjadi tiga taeniae coli, yang bertemu dengan apendiks

 pada ujung proksimal dan rektum pada bagian distal. Pada rektum distal, lapisan otot polos

dalam saling menggabung sehingga membentuk sfingter anus internal pada minggu ke duabelas

masa gestasi. Kolon intraperitoneal dan sepertiga proksimal rektum terlapisi oleh serosa;

sedangkan bagian tengah dan bawah rektum kurang mengandung serosa.

Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih cm. Sumbunya mengarah ke

!entokranial yaitu ke arah umbilikus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal dengan rektum

dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih besar. "atas atas kanalis anus

disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinatum, atau linea dentatum. Di daearah ini

terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. #ekukan antar$sfingter 

sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colik dubur, dan menunjukkan

 batas antara sfingter intern dan sfingter ekstern %garis &ilton'.

Otot Pada Rectum

(tot dasar pel!is terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian posterior disebut sebagai otot

diafragmatik dan bagian anteromedial disebut sebagai kelompok pubo!isceral. (tot diafragmatik 

 berasal dari membran obturator dan )schium sampai ke spinal ischiadika kemudian berlanjut ke

medial dan ke bawah masuk ke raphe anokosageal, serat anterior berlanjut ke serat posterienor 

membentuk suatu lembaran otot dengan otot kontralateral. *aphe anokoksigeal berjalan ke

 bawah dan ke depan dari perlekatan sacrum dan tulang koksigeus menuju otot sfingter internus

dan puborectal   sling complex masuk ke canalis ani melalui mucocutaneus junction. Kelompok 

 pubo!isceral berasal dari bagian belakang pubis berjalan turun ke medial dan ke belakang masuk 

ke !iscera pel!is dan perineal body. Di bagian posterior kelompok otot ini masuk ke kanalis ani

dan perianal membentuk otot puboanalis. +uskulus le!ator ani membentuk diafragma pel!is

serta bagian atas kanalis ani sedangkan bagian dasarnya adalah otot dan sfingter ani eksternus.

Page 2: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 2/15

ntara otot le!ator ani dan sfingter ani intrenus disebut sebagai muscle comple- atau !ertical

fibre. Secara rinci kanalis ani terdiri dari otot ischiococygeus, otot iliococygeus, otot

 pubococygeus, otot sfiongter ekstrenus superfisialis dan profunda. Sedangkan lapisan yang

 berfungsi sebagai sfingter internus pada indi!idu normal adalah ketebalan lapisan sirkuler dari

otot in!olunter usus di sekitar anorektal.

 Posisi Colon

Kolon mulai berjalan dari awal ileus terminal dan sekum dan berjalan sepanjang sampai

kaki sampai ke rektum. Perbatasan rektosigmoid dapat ditentukan yaitu ketika tiga taeniae coli

membentuk otot polos longitudinal luar rektum. Sekum mempunyai diameter kolon yang paling

lebar %/, 0 1, cm' dan mempunyai dinding otot yang tipis. &al ini membuat sekum menjadi

rentan terhadap perforasi dan yang paling jarang terjadi obstruksi. Kolon asenden bagian

 posterior menempel pada retroperitoneum, sedangkan bagian lateral dan anteriornya merupakan

 bagian dari struktur intraperitoneal. 23hite line of 4oldt5 merupakan gabungan antara

mesenterium dengan peritoneum posterior. "agian yang halus ini membuat pembedah sebagai

 panduan untuk memobilisasi kolon dan mesenterium dari retroperitoneum.

6le-ura hepatica %fle-ura coli de-tra' menjadi penanda transisi kolon asenden %panjang

7 cm' menjadi kolon trans!ersum %panjang 8 cm'. Kolon trans!ersum intraperitoneal relatif 

dapat bergerak, namun terikat dengan ligamentum gastrokolika dan mesenterium kolon.

(mentum majus menempel pada ujung anterior9superior kolon trans!ersum, hal inilah yang

menyebabkan gambaran seperti segitiga pada kolon tran!ersum ketika dilihat pada kolonoskopi.

6leksura splenika %fle-ura coli sinistra' menjadi penanda transisi kolon trans!ersum

menjadi kolon desendens %panjang cm'. )katan antara fleksura kolika dan limpa %ligamentum

ileokolika' merupakan ligamen yang pendek dan tebal, yang akibatnya membuat kolektomi

menjadi cukup sulit. Kolon desenden umumnya menempel pada retroperitoneum. Kolon sigmoid

 bagian dari kolon dengan panjang yang ber!ariasi %7 0 cm, rata$rata 1 cm' dan diameter 

yang sempit namun mempunyai pergerakan yang luas. +eskipun kolon sigmoid terletak pada

kuadran kiri bawah, akibiat mobilitasnya yang hebat dapat berpindah ke kuadran kanan bawah.

Pergerakan ini menjelaskan mengapa !ol!ulus umum ditemukan di kolon sigmoid dan mengapa

 penyakit yang mengenai kolon sigmoid, contohnya di!ertikulitis, dapat mempunyai gejala nyeri

Page 3: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 3/15

 pada kuadran kanan bawah. Diameter yang sempit pada kolon sigmoid membuat bagian ini

sangat rentan terhadap obstruksi.

Vaskular Kolon dan Rectum

Suplai arteri pada kolon mempunyai banyak !ariasi. Singkatnya, arteri mesenterika

superior bercabang menjadi arteri ileokolika %sebanyak < populasi tidak memiliki arteri ini',

yang menyuplai darah ke ileus terminalis dan kolon asenden proksimal, arteri kolika dekstra,

yang menyuplai darah ke kolon asenden, dan arteri kolika media  yang menyuplai kolon

tran!ersum. rteri mesenterika inferior %S+' bercabang menjadi arteri kolika sinistra yang

menyuplai kolon desenden, beberapa cabang arteri sigmoid, yang menyuplai kolon sigmoid, dan

arteri rektal superior  yang menyuplai rektum proksimal.

Pengecualian pada !ena mesenterika inferior, !ena$!ena pada kolon mempunyai

terminologi yang sama seperti arteri. =ena mesenterika inferior berjalan naik pada

retroperitoneum melewati muskulus psoas dan berjalan posterior ke pankreas untuk bergabung

dengan !ena splenika. Pada kolektomi, !ena ini di gerakkan secara independen dan di ligasi pada

ujung inferior pankreas. Drainase !ena pada kolon trans!ersum proksimal menuju ke !ena

mesenterika superior yang begabung dengan !ena splenika untuk membentuk !ena porta. Kolon

trans!ersum distal, kolon desenden, kolon sigmoid, dan sebagian besar rektum terdrainase oleh

!ena mensenterika inferior yang bergerak ke atas menuju !ena splenika.

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan in!aginasi ektoderm, sedangkan

rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini maka perdarahan,

 persarafan, serta pembuluh !ena dan limfenya berbeda juga, demikian pula epitel yang

menutupinya. *ektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh

anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum dan

kanalis analis ditandai oleh perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar disekitarnya kaya

akan persarafan somatik sensoris dan peka terhadap rangsangan nyeri, diperdarahi oleh arteri

rektalis superior  dan vena rektalis superior , pembuluh limfatiknya menuju ke pel!is. Sedangkan

mukosa rektum mempunyai persarafan otonom yang tidak peka terhadap rangsangan nyeri,

diperdarahi oleh arteri rektalis inferior , dan vena rektalis inferior, Pembuluh limfatiknya menuju

ke inguinal.

Page 4: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 4/15

 

Gambar 3. Drainase !ena pada kolon. Dan rektum %Sumber: >ordon P&, ?i!at!ongs S @edsA: Principles and

Practice of Surgery for the Bolon, *ectum, and nus, nd ed. St. #ouis, Cuality +edical Publishing, 7, p '.

Drainase limfatik juga dinamakan sesuai dengan arterinya. Drainase limfatik bermulai dari

 jaringan$jaringan limfatik dari muskularis mukosa. Pembuluh limfa dan limfonodusnya

dinamakan sesuai dengan arteri regional yang ada. #imfonodus epikolik ditemukan pada dinding

usus dan pada epiploika. ?odus yang berdekatan pada arteri disebut limfonodus parakolika.

#imfonodus intermediet terletak pada cabang utama pembuluh darah besar; limfonodus primer 

rerletak pada arteri mesenterika superior atau inferior.

 

Gambar 4. #apisan Kolon dan Drainasi limfatik pada kolon %Sumber: Borman +# @edA: Bolon E *ectal Surgery,

8th ed. Philadelphia, #ippincott$*a!en, 71, p 7'.

Page 5: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 5/15

 Suplai Saraf Kolon dan Rectum

Kolon teriner!asi oleh saraf simpatis %inhibisi' dan saraf parasimpatis %eksitasi9stimulasi',

yang keduanya berjalan paralel dengan arteri. Saraf simpatis muncul dari 4F 0 47 dan

 preganglion lumbal splanchnikus #7 0 #. )ner!asi parasimpatis pada bagian kanan dan kolon

trans!ersum dan berasal dari ner!us !agus de-tra %?. G'. Sedangkan iner!asi parasimpatik untuk 

kolon bagian kiri bermulai dari ner!i erigentes S 0 S8. ?er!us preganglion parasimpatis

 bergabung dengan ner!us postganglion simpatis yang muncul pada akhir foramina sakralis.

Serat$serat saraf ini, melalui pleksus pel!is, mengelilingi dan menginer!asi prostat, uretra, !esika

semilunaris, !esika urinaria, dan otot dasar panggul. Diseksi rektal dapat mengganggu pleksus

 pel!is dan subdi!isinya, menyebabkan disfungsi neurogenik !esika urinaria dan seksual

%sebanyak 8< kasus'. Derajat dan tipe disfungsi tergantung pada derajat keparahan cedera

neurologinya. #igasi arteri mesenterika inferior yang menyuplai ner!us hipogastrium

menyebabkan disfungsi saraf simpatis yang dicirikan sebagai ejakulasi retrograde dan disfungsi

!esika urinaria. Bedera pada saraf simpatis dan parasimpatis akan menghasilkan impotensi dan

atonia !esika urinaria.

Persarafan parasimpatik dikendalikan oleh ner!us S$S8 bagian depan yang memberi

 percabangan ke rektum, ner!us tersebut melanjutkan rangsangan dari ganglia pada  pleksus

 Auerbach. ?er!us tersebut bertindak sebagai saraf motorik pada dinding usus dan rektum,

menghambat kerja sfingter internus dan serabut sensoris pada distensi rektal.

 ?er!us tersbut membentuk pleksus hipogastrikus pada !ertebra lumbalis kelima, kemudian

turun melalui dinding pel!is bagian posterolateral sebagai ner!us presakralis dan bergabung

dengan dengan ganglion pel!ik di bagian posterolateral. ?er!us tersebut bekerja sebagai

 penghambat kerja dinding usus dan saraf motorik dari otot sfingter internus.

Sebagian besar otot le!ator terutama pada bagian atas %kelompok ischiococcygeus' dan

 bagian anterior %termasuk serabut vertical muscle complex'. Hang disebut dengan kelompok 

 pobococcygeus, menerima iner!asi dari cabang anterior ner!us sakralis ketiga dan keempat.

Percabangan ini membentuk persarafan yang berjalan dibagaian atas pernukaan otot le!ator.

 ?er!us pudendus yang berasal dari ner!us sakralis kedua, ketiga dan keempat juga memberikan

inner!asi otot le!ator. "agian bawah otot le!ator dikenal sebagai kelompok puborektalis seperti

 pada otot sfingter eksternus menerima inner!asi dari cabang perineal ner!us sakralis keempat

dan dari cabang hemoroidalis inferior dan perineal dari ner!us pudendus.

Page 6: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 6/15

Kanalis ani termasuk 7 cm diatas garis rektinea sampai kebawah dekat kulit, sensitif 

terhadap rangsang nyeri %intraepithelial', raba %korpuskulum +eissner', Dingin %bulbus Krause',

tekanan %korpuskulum paccini dan >olgi +aIIoni', serta gesekan %korpuskulum genital'.

*ektum tidak sensiti!e terhadap rangsang tersebut, tetapi adanya sensasi berupa distensi rektal

karena persarafan parasimpatis otot polos dan oleh reseptor propioseptif di otot !olunteer akan

merangsang rektum.

II. Fisiologi

Secara garis besar, fungsi kolon adalah sebagai pencerna nutrien, sedangkan dimana fungsi

rektum adalah eleminasi feses. Pencernaan nutrien tergantung pada koloni flora normal, motilitas

usus, dan absorpsi dan ekskresi mukosa. Saat terjadi proses pencernaan, nutrien yang masuk ke

dalam tubuh tercampu oleh cairan biliopankreas dan >). Jsus halus mengabsorpsi sebagian

 besar nutrien, dan juga beberapa cairan garam empedu yang tersekresi ke lumen. ?amun untuk 

cairan, elektrolit, dan nutrien yang sulit terabsorpsi oleh usus halus akan diabsorpsi oleh kolon

agar tidak kehilangan cairan, elektrolit, nitrogen, dan energi terlalu banyak. Jntuk mencapai ini,

kolon sangat bergantung pada flora normal yang ada. Kira$kira sebanyak < berat kering feses

mengandung bakteri sebanyak 777  sampai 77  bakteri9gram feses. (rgnasime yang paling

 banyak adalah bakteri anaerob dengan spesies yang terbanuak dari kelas  Bacteroides  %777

sampai 77 organisme9m#'. schericia coli merupakan bakteri spesies yang paling banyak 71

sampai 77 organisme9m#'. 6lora normal ini berguna untuk memecah karbohidrat dan protein

serta mempunyai andil dalam metabolism bilirubin, asam empedu, estrogen, dan kolesterol, dan

 juga !itamin K. 6lora normal juga berguna untuk menekan jumlah bakteri patogen, seperti

Clostridium difficile. Lumlah bakteri yang tinggi dapat menyebabkan sepsis pada pasien dengan

keadaan umum yang buruk dan dapat menyebabkan sepsis inta$abdomen, abses, dan infeksi pada

luka post$operasi kolektomi.

Jrea merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen. Pada manusia dan sebagian besar 

mamalia tidak mempunyai enIim urease, namun flora normal bakteri pada ususnya kaya akan

enIim urease. Kondisi patologis urea yang paling umum adalah gagal hepar. Ketika hepar tidak 

mampu menggunakan kembali urea nitrogen yang diabsorpsi kolon, ammonia masuk ke blood$

 brain barrier dan menyebabkan gangguan neurotransmiter, dimana akan menyebabkan koma

hepatik.

Page 7: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 7/15

4otal luas absorpsi kolon kurang lebih sekitar cm dan air yang masuk kedalam kolon

 perharinya mencapai 7 0 7. m#. ir yang tersisa di kolon hanya sekitar 7 0 7

m#9hari. bsorpsi natrium per harinya juga cukup tinggi, yaitu dari sebanyak mM9#

natrium per hari yang masuk ke kolon, pada feses hanya tersisa 0 mM9#. pitel kolon

dapat memakai berbagai macam sumber energi; namun, n$butirat akan teroksidasi ketika ada

glutamin, glukosa, atau badan keton. Karena sel mamalia tidak bisa menghasilkan n$butirat,

epitel kolon bergantung pada bakteri lumen untuk memproduksinya dengan cara fermentasi.

Kurangnya n$butirat disebabkan oleh inhibisi fermentasi akibat antibiotik spektrum luas, yang

menyebabkan kurangnya absorpsi sodium dan air sehingga menyebabkan diare.

Sebagai penyeimbang akibat kehilangan natrium dan air, mukosa kolon menyerap asam

empedu. Kolon menyerap asam empedu yang lolos terserap dari ileus terminalis, sehingga

membuat kolon menjadi bagian sirkulasi enterohepatika. Ketika absorpsi asam empedu pada di

kolon melewati batas, bakteri akan mengkonjugasi asam empedu. sam empedu yang

terkonjugasi akan mengganggu absorpsi natrium dan air, sehingga menyebabkan diare sekretoris

atau diare koleretik. Diare sekretoris dapat dilihat saat setelah hemikolektomi sebagai fenomena

transien dan lebih permanen reseksi ileus ekstensif.

6ermentasi pada kolon terbentuk sesuai morfologi$morfologi kolon. Kolon dapat dibagi

menjadi tiga segmen anatomis: kolon de-tra, kolon sinistra, dan rektum. Kolon de-tra

merupakan ruangan fermentasi pada traktus >), dengan sekum sebagai segmen kolon yang

memiliki akti!itas bakteri yang aktif. Kolon bagian kiri merupakan tempat penyimpanan

sementara dan dehidrasi feses. 4ransit pada kolon diatur oleh system saraf autonom. Sistem saraf 

 parasimpatis mensuplai kolon melalui ner!us !agus dan ner!us pel!ikus. Serat$serat saraf saat

mencapai kolon akan membentuk beberapa pleksus;pleksus subserosa, pleksus myenterika

%uerbach', submukosa %+eissner', dan pleksus mukosa.

+otilitas usus berbeda$beda tiap segmen anatomi. Pada kolon sebelah kanan, gelombang

antiperistaltik, atau retropulsif, menimbulkan aliran retrograd sehingga isi dari usus terdorong

kembali ke sekum. Pada kolon sebelah kiri, isi dari lumen usus terdorong ke arah kaudal oleh

kontraksi tonis, sehingga terpisah$pisah menjadi globulus$globulus. Kontraksi yang ketiga, mass

 peristaltic, merupakan gabungan antara gerakan retropulsif dan tonis.

Page 8: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 8/15

 Defekasi 

Pada bayi baru lahir defekasi bersifat otonom tetapi dengan perkembangan, maturitas

defekasi dapat diatur. Pemindahan feses dari kolon sigmoid ke rektum kadang dicetuskan juga

oleh rangsang makanan terutama pada bayi. pabila rektum terisi feses maka akan dirasakan

oleh rektum sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. *ektum mempunyai kemampuan

yang khas untuk mengenal dan memisahkan bahan padat, cair, dan gas.

Syarat untuk terjadinya defekasi normal adalah persarafan sensibel untuk sensasi isi

rektum dan persarafan sfingter ani untuk kontraksi dan relaksasi, peristaltik kolon dan rektum

normal, dan struktur organ panggul yang normal. Sikap badan waktu defekasi juga memegang

 peranan yang penting. Defekasi terjadi akibat peristaltik rektum, relaksasi sfingter ani eksternus,

dan dibantu mengedan.

Gambar 5. *efleks pada Kolon dan *ektum

Page 9: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 9/15

Distensi pada rektum akan menimbulkan stimulasi yang menginisiasi refleks defekasi.

*efleks tersebut menimbulkan kontraksi lemah pada rektum dan relaksasi sfingter ani interna.

Stimulasi parasimpatik menyebabkan kontraksi kuat pada rektum sehingga mempunyai andil

dalam refleks defekasi. ksi potensial yang disebabkan oleh distensi rektum dibawa oleh serabut

saraf aferen korda spinalis pada regio sakrum, dimana serabut saraf eferen menginisiasi kontraksi

 peristaltik pada kolon bagian bawah dan rektum. *efleks defekasi mengurangi aksi potensial ke

sfingter ani internus sehingga terjadi relaksasi. Sfingter ani eksternus, yang tersusun atas otot

skelet dan dapat dikendalikan oleh otak, mencegah peregerakan feses keluar dari rektum. Ketika

sfingter ini direlaksasi secara !olunteer, maka feses akan keluar. *efleks defekasi berlangsung

selama beberapa menit dan secara gradual akan berkurang. Pergerakan luas pada kolon

diperkirakan menjadi pencetus timbulnya refleks defekasi kembali.

))). B K(#(*K4#. Definisi

Bolorectal Bancer atau dikenal sebagai Ba. Bolon atau Kanker Jsus "esar adalah

suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendi- %usus buntu'. Di

negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan

menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat. Jntuk menemukannya diperlukan

suatu tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah

melalui pembedahan diikuti kemoterapi.". >ejala

+ula$mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun %sebagai gejala

umum keganasan' dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung

 beberapa waktu barulah muncul gejala$gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan

tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. +akin dekat lokasi tumor dengan anus

 biasanya gejalanya makin banyak. "ila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar,

gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran

%metastasis'.

7. >ejala lokalnya adalah:

$ Perubahan kebiasaan buang air

$ Perubahan frekuensi buang air, berkurang %konstipasi' atau bertambah %diare'

Page 10: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 10/15

$ Sensasi seperti belum selesai buang air, %masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar'

dan perubahan diameter serta ukuran kotoran %feses'. Keduanya adalah ciri khas dari

kanker kolorektal

$ Perubahan wujud fisik kotoran9feses

$ 6eses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air 

 besar

$ 6eses bercampur lendir

$ 6eses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di

saluran pencernaan bagian atas

$ 4imbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat

sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor

$ danya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita

$ 4imbul gejala$gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh

mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih %timbul

darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll', !agina %keputihan yang berbau,

muncul lendir berlebihan, dll'. >ejala$ gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan

semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya

. >ejala umumnya adalah :

$ "erat badan turun tanpa sebab yang jelas %ini adalah gejala yang paling umum di

semua jenis keganasan'.

$ &ilangnya nafsu makan

$ nemia, pasien tampak pucat

$ Sering merasa lelah

$ Kadang$kadang mengalami sensasi seperti melayang

. >ejala penyebarannya adalah :

$ Penyebaran ke &ati, menimbulkan gejala :

$ Penderita tampak kuning

$ ?yeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati

$ Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik . 4imbul suatu gejala lain

yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan kekentalan darah

akibat penyebaran kanker.

Page 11: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 11/15

Page 12: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 12/15

B. 4ingkatan 9 Staging 9 Stadium Kanker Kolon

4erdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi 4?+,

klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut

%mirip dengan klasifikasi Dukes' :

Stadium 7 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

D. Diagnostik

Pemeriksaan yang dibutuhkan dalam mendiagnosis pasti kanker kolon :

Pemeriksaan rektal dengan jari %Digital *ectal -am', di mana dokter memeriksa

keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari; pemeriksaan ini tidak selalu

menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di kolon saja dan belum

menyebar hingga rektum.

7. Pemeriksaan darah dalam tinja.

Page 13: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 13/15

. ndoskopi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena selain melihat keadaan dalam

kolon juga bisa bertindak, misalnya ketika menemukan polip endoskopi ini dapat

sekaligus mengambilnya untuk kemudian dilakukan biopsi.

. Pemeriksaan barium enema dengan double contrast.

8. =irtual Bolonoscopy.

. B4 Scan.

F. Pemeriksaan kadar B %Barcino mbryonic ntigent' darah.

/. 3hole$body P4 Scan )maging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang

 paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren %yang timbul kembali'.

1. Pemeriksaan D? 4inja.

. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. 4erapi

akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. 4ingkat kesembuhan

kanker stadium 7 dan masih sangat baik. ?amun bila kanker ditemukan pada stadium

yang lanjut, atau ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan

sembuhnya pun akan jauh lebih sulit.

Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, opsi (perasi masih menduduki

 peringkat pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan9atau radioterapi %mungkin

diperlukan'.

7. Pembedahan

4indakan ini dibagi menjadi Burati!e, Palliati!e, "ypass, 6ecal di!ersion, dan

(pen$and$close. "edah Burati!e dikerjakan apabila tumor ditemukan pada daerah

yang terlokalisir. )ntinya adalah membuang bagian yang terkena tumor dan

sekelilingnya. Pada keadaan ini mungkin diperlukan suatu tindakan yang disebut 4+

%4otal +esorectal -cision', yaitu suatu tindakan yang membuang usus dalam jumlah

yang signifikan. kibatnya kedua ujung usus yang tersisa harus dijahit kembali.

Page 14: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 14/15

"iasanya pada keadaan ini diperlukan suatu kantong kolostomi, sehingga kotoran yang

melalui usus besar dapat dibuang melalui jalur lain. Pilihan ini bukanlah suatu pilihan

yang enak akan tetapi merupakan langkah yang diperlukan untuk tetap hidup,

mengingat pasien tidak mungkin tidak makan sehingga usus juga tidak mungkin tidak 

terisi makanan 9 kotoran; sementara ada bagian yang sedang memerlukan

 penyembuhan. pa dan bagaimana kelanjutan dari kolostomi ini adalah kondisional

dan indi!idual, tiap pasien memiliki keadaan yang berbeda$beda sehingga

 penanganannya tidak sama.

"edah paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak,

dengan tujuan membuang tumor primernya untuk menghindari kematian penderita

akibat ulah tumor primer tersebut. 4erkadang tindakan ini ditunjang kemoterapi dapat

menyelamatkan jiwa. "ila penyebaran tumor mengenai organ$ organ !ital maka pembedahan pun secara teknis menjadi sulit.

"edah bypass atau fecal di!ersion %pengalihan tinja' melalui lubang. Pilihan

terakhir pada kondisi terburuk adalah open$and$close, di mana dokter membuka

daerah operasinya, kemudian secara de facto melihat keadaan sudah sedemikian rupa

sehingga tidak mungkin dilakukan apa$apa lagi atau tindakan yang akan dilakukan

tidak memberikan manfaat bagi keadaan pasien, kemudian di tutup kembali. 4indakan

ini sepertinya sudah tidak pernah dilakukan lagi mengingat sekarang sudah banyak 

tersedia laparoskopi dan radiografi canggih untuk mendeteksi keberadaan dan kondisi

kanker jauh sebelum diperlukan operasi.

. ?on "edah

Kemoterapi dilakukan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi terjadinya

metastasis %penyebaran', perkembangan sel tumor, mengecilkan ukurannya, atau

memperlambat pertumbuhannya.

*adioterapi jarang digunakan untuk kanker kolon karena memiliki efek samping

dan sulit untuk ditembakkan ke bagian yang spesifik pada kolon. *adioterapi lebih

sering pada kanker rektal saja.

)munoterapi sedang dikembangkan sebagai terapi tambahan untuk kanker 

kolorektal. 4erapi lain yang telah diujicoba dan memberikan hasil yang sangat

Page 15: CA Colorektal Dini

7/23/2019 CA Colorektal Dini

http://slidepdf.com/reader/full/ca-colorektal-dini 15/15

menjanjikan adalah terapi =aksin. Ditemukan pada ?o!ember F lalu sebuah !aksin

 bermerek4ro=a- yang terbukti secara efektif mengatasi berbagai macam kanker.

=aksin ini bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun penderita untuk melawan

 penyakitnya. 6ase ujicobanya saat ini sedang ditujukan bagi kanker ginjal dan

direncanakan untuk kanker kolon. 4erapi lainnya adalah pengobatan yang ditujukan

untuk mengatasi metastasisnya %penyebaran tumornya'.

4erapi Suportif. Diagnosis kanker sangat sering menimbulkan pengaruh yang

sangat besar pada kejiwaan penderitanya. Karenanya dorongan dari rumah sakit,

dokter, suami9istri, kerabat, keluarga, social support group sangat penting bagi

 penderitanya.