pemberdayaan masyarakat melalui program life skills berbasis potensi daerah untuk meningkatkan produ
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
1/15
1
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM LIFE SKILLSBERBASISPOTENSI DAERAH UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA
Prapti Karomah, Marwanti, Zahida Ideawati, Muniya Alteza
Abstrak
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ditujukan kepada ibu-ibu anggotaKelompok Belajar "Melati" yang berlokasi di Dusun Ngerboh dan Pakel Jaluk,Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tujuan kegiatan adalah memberikanpengetahuan dan ketrampilan kepada ibu-ibu dan remaja putri putus sekolah anggotakelompok belajar masyarakat Desa Ngerboh dan Pakel Jaluk dalam hal: 1)Ketrampilan pembuatan aneka kudapan berbasis potensi bahan pangan lokal danjilbab dengan hiasan sulaman yang bernilai jual; 2) Pengetahuan kewirausahaan danmanajemen usaha; dan 3) Pengembangan produk kudapan dan jilbab sulaman untukmenambah pendapatan keluarga.
Metode yang digunakan dalam kegiatan PPM ini adalah 1).Ceramah untukmenyampaikan teori dan konsep-konsep yang sangat prinsip penting untuk dimengertiserta dikuasai oleh peserta pelatihan. Materi teori mencakup kewirausahaan danmanajemen usaha, analisis keunggulan kompetitif dan pengembangan usaha. Untukpelatihan pembuatan jilbab sulaman juga disampaikan materi meliputi: pengenalankarakteristik bahan, aneka teknik sulam, prosedur pembuatan sulaman, perhitunganharga jual, dan pembuatan kemasan jilbab. Sedangkan materi pembuatan kudapanmeliputi macam dan sifat bahan pangan lokal, kandungan gizi, kriteria makanankudapan yang bergizi, keamanan pangan, prosedur pembuatan aneka kudapan danperhitungan harga jual, serta pembuatan kemasan; 2) Demonstrasi, digunakan untukmemberikan contoh kepada peserta mengenai cara pembuatan jilbab dengansulaman, pengolahan bahan pangan lokal, pembuatan kemasan dan perhitungan
harga jual.; dan 3) Latihan atau praktek , di mana peserta mempraktekkan anekateknik sulaman untuk pembuatan berbagai variasi jilbab hias maupun teknik-teknikpengolahan makanan dari bahan pangan lokal untuk pembuatan aneka jenis kudapan.
Hasil kegiatan PPM menunjukkan bahwa semua peserta dapat mengikutiseluruh proses pelatihan dari awal sampai selesai, kegiatan yang dirancang 100%terlaksana, dan kehadiran narasumber 100%. Target penyampaian materi pelatihanjuga tercapai karena materi dapat disampaikan secara keseluruhan. Penguasaankompetensi peserta pelatihan dievaluasi melalui produk kudapan jilbab maupun yangdihasilkan. Hasil evaluasi untuk pelatihan pembuatan jilbab sulaman menunjukkanbahwa dari 13 peserta sebanyak 9 peserta dalam kategori baik (69,23%), 2 pesertaberada dalam kategori sedang (15,38%) dan 2 peserta dalam kategori kurang(15,38%). Sedangkan hasil evaluasi pembuatan kudapan menunjukkan bahwa dari 17
peserta sebanyak 14 peserta dalam kategori baik (82,35%) dan 3 peserta dalamkategori sedang (17,65%). Peserta juga telah mencoba memanfaatkan kompetensiyang dimiliki untuk meningkatkan pendapatan keluarga dengan dikoordinasikan olehtim PPM.
Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, jilbab, sulaman, kudapan, bahan panganlokal
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
2/15
2
SOCIETY EMPOWERMENT BY LIFE SKILLS PROGRAM BASED ON LOCALPOTENTIALS TO IMPROVE FAMILY PRODUCTIVITIES
Prapti Karomah, dkk
Abstract
This public serving activity was directed for the women as the members of LearningGroup Melati which is located at Dusun Ngerboh and Pakel Jaluk, Wonosari, GunungKidul, Yogyakarta. The objectives of this program were giving knowledge and skills forthe women about: 1) Making various snack based on local food potentials and variousembroidered veils which were sold able; 2) Business management andentrepreneurship knowledge; and 3) The development of snacks and embroidered veilsto increase family revenue.
The methods in this public serving activity are 1) Lecturing method forexplaining theories and principal concepts such as entrepreneurship and business
management, competitive advantage analysis and business development. For the veilsmaking training, the trainees were given lecture about characteristics of cloth materials,various embroidery techniques, selling price calculation, and veil packaging. Whereasfor the snack making training, the trainees were given lecture about various kinds andcharacteristics of local food, nutrition value, characteristics of nutritious snacks, foodsafety, various snack making procedures, selling price calculation and snackpackaging; 2) Demonstration method for giving examples how to make embroideredveils with assorted techniques, how to cook local food potentials, how to package botheither veils of snacks and how to calculate selling price; and 3) Exercises, as a mediafor trainees to practice making various embroidered veils and cooking various snacksmade from local food potentials
The results of this public serving activity showed that all the trainee could
participate in the whole training process, 100% the planned activities completed andinstructor's attendances are 100%. All training materials targeted could be deliveredcompletely. Trainee's competences were evaluated by resulted veil or snack products.The evaluation for veils making training indicated that from total 13 trainees, there were9 trainees in excellent category (69,23%), 2 trainees were in good category (15,38%)and 2 trainees were in poor category (15,38%). Whereas the evaluation for snacksmaking training indicated that from total 17 trainees, there were 14 trainees in excellentcategory (82,35%) and 3 trainees were in good category (17,65%). Besides that, thetrainees coordinated by the public serving team have also tried to utilize theircompetences to increase family revenue.
Keywords: society empowerment, veil, embroidery, snack, local food potentials
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
3/15
3
PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi
Kabupaten Gunung Kidul merupakan kabupaten yang sebagian besar
penduduknya masih menggantungkan pada sektor pertanian. Mayoritas keadaan
petani sampai saat ini masih belum menggembirakan karena hasil yang diperoleh tidak
seimbang dengan biaya yang dikeluarkan dalam menggarap lahannya, terlebih mereka
hanya sebagai petani penggarap, bukan pemilik lahan. Kondisi ekonomi
masyarakatpun masih banyak yang belum seperti yang diharapkan. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-haripun mereka belum tercukupi, termasuk tidak mampu untuk
memenuhi biaya pendidikan bagi anak-anaknya. Di samping itu besarnya biaya
pendidikan terutama jenjang pendidikan tingkat menengah maupun tinggi, juga
mengakibatkan banyak perempuan yang tidak bisa melanjutkan studinya. Kondisi ini
terjadi di banyak desa di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul termasuk juga
di Desa Ngerboh dan Pakel Jaluk. Berdasarkan hasil wawancara dari warga setempat
banyak anak perempuan yang tidak bisa melanjutkan sekolah dan akhirnya
menganggur/ hidup berumah tangga karena belum punya bekal untuk bisa hidup
mandiri. Oleh karena itulah maka perlu adanya pola pembelajaran keterampilan
keluarga agar menjadi kecakapan hidup yang berguna bagi warga desa Ngerboh dan
Pakel Jaluk, Wonosari, Gunungkidul ini.
Hasil penelitian Marwanti dkk (2009) menemukan bahwa rumusan model
pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran pendidikan keaksaraan terintegrasi
dengan life skills berbasis potensi daerah dapat meningkatkan antusiasme dan
motivasi peserta didik karena mereka tidak hanya memperoleh kemampuan pedagogis
melainkan juga kemampuan ekonomis. Dari hasil penelitian dengan pendekatan
research and developmentyang dilakukan direkomendasikan agar pendidikan life skills
berbasis potensi daerah perlu dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia dengan
memperhatikan perbedaan potensi lokal daerah dan life skills yang diminati peserta
didik.
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan, desa Ngerboh dan Pakel
Jaluk di Kecamatan Wonosari Gunungkidul termasuk daerah yang penduduknya,
khususnya perempuan termasuk ibu rumah tangga dan remaja putri putus sekolah usia
produktif banyak yang menganggur dengan kondisi ekonomi yang bersangkutan cukup
memprihatinkan. Oleh karena itulah maka diperlukan pemberian pelatihan life skills
yang diharapkan nantinya lebih lanjut dapat dipakai sebagai bekal untuk bekerja
ataupun membuka usaha mandiri. Keterampilan membuat pelengkap busana
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
4/15
4
(membuat jilbab) dan makanan kudapan menggunaan bahan lokal merupakan pilihan
life skillyang diminati.
Jilbab dengan hiasan sulaman saat ini sangat diminati konsumen domestik
maupun luar negeri, terlebih lagi dengan semakin berkembangnya pemakaian busana
muslimah. Di Indonesia sendiri, khususnya Yogyakarta terdapat banyak sekali banyak
industri busana muslimah mulai dari Margaria Grup (Al-Fath, Karita, Annisa), Paradise,
Azzam Izzat Corp, IhyaCollection, NuArt Garment, Fadhillah-Shaff dan masih banyak
lainnya. Produk dari masing-masing industri tersebut rata-rata sudah dilempar ke
banyak daerah pemasaran tidak terbatas di Yogyakarta tetapi juga ke luar daerah
(Solo, Semarang, Surabaya, Jakarta, Pontianak, Samarinda, Makassar dan lain-lain).
Bahkan Margaria Grup sudah mengekspor jilbab ke pasar luar negeri yaitu Brunei,
Malaysia, dan Singapura (Laporan Magang Kewirausahaan, 2009). Oleh karena itulah
maka keberadaan tenaga kerja yang terampil membuat jilbab dengan hiasan sulaman
tentunya banyak diperlukan oleh industri tersebut, terlebih lagi sulaman ini tidak dapat
dikerjakan dengan mesin, melainkan harus hand-made.Selain itu, saat ini banyak pula
ditawarkan jilbab sulam dengan desain eksklusif (per desain hanya 2-3 potong) dan
diijual online melalui internet dan ternyata sangat disukai oleh konsumen. Hal ini
tentunya merupakan peluang usaha yang cukup potensial.
Disamping itu juga untuk mengangkat Yogyakarta sebagai daerah pariwisata
perlu mengangkat potensi bahan pangan lokal menjadi berbagai makanan yang tidak
sekedar untuk konsumen dalam negeri tetap juga untuk konsumen manca negara.
Pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai kudapan ini sekaligus mendukung
pemerintah dalam program Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal yang tertuang dalam Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 22 Tahun 2009. Apalagi di daerah Gunungkidul sendiri masih
terdapat banyak bahan pangan lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal, seperti
ubi kayu dan ubi jalar (survei Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Gunungkidul tahun 2009).
2. Kajian Pustaka
2.1.Life Skil ls (Kecakapan Hidup)
Menurut Indrajati Sidi (2002), kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dalam pandangan Slamet PH (2002),
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
5/15
5
kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan
yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan
bahagia.
Tahun 2001 Pemerintah Pusat, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional
mengembangkan konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), yaitu
suatu pendidikan yang dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu
keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya.
Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran menjadi kecakapan
hidup yang diperlukan seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja,
apa pun profesinya. Dengan bekal kecakapan hidup tersebut, diharapkan para lulusan
akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau
menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya
(Depdiknas, 2002).
Tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah memfungsikan pendidikan sesuai
dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk
menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus, pendidikan yang berorientasi
kecakapan hidup bertujuan: (1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga
dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, (2) memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel,
sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3) mengoptimalisasikan
pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberikan peluang
pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat, dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah (Indrajati Sidi, 2002).
2.2. Jilbab
Di Indonesia, jilbab seringkali disamaartikan dengan hijab. Pengertian umum
yang berlaku saat ini mengenai hijab adalah pakaian muslimah; kerudung (simple
headscarf); atau pakaian longgar yang tak tembus cahaya. Sedangkan ketika
berbicara mengenai jilbab, seseorang biasanya mengacu kepada kerudung yang
diikatkan pada kepala, dan biasanya dikenakan perempuan muslimah. Menurut Fedwa
El Guindi, jilbab mengandung arti yang lebih luas, yaitu :a) Kain panjang yang dipakai
perempuan untuk menutup kepala, bahu, dan kadang-kadang muka, b) Rajutan
panjang yang ditempelkan pada topi atau tutup kepala wanita, c) Bagian tutup kepala
biarawati yang melingkari wajah terus hingga ke bawah sampai menutupi bahu;
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
6/15
6
kehidupan/sumpah biarawati, dan d) Secarik tekstil tipis yang digantung untuk
memisahkan atau menyembunyikan sesuatu yang ada di baliknya; sebuah gorden.
Menurut El Guindi, dalam bahasa Arab tidak ada padanan kata yang tepat
untuk jilbab. Banyak sekali istilah Arab yang digunakan untuk merujuk pakaian
perempuan yang bervariasi tergantung dari bagian tubuh, wilayah, dialek lokal, dan
momen historisnya. Ensiklopedia Islam menyebutkan ratusan istilah untuk
menunjukkan bagian-bagian pakaian, yaitu burqu, abayah, tarhah, burnus, jellabah,
hayik, milayah, gallabiyah, disdaysa, gargush, gina, mungub, listma, yashmik, habarah,
dan izar. Beberapa di antaranya mengacu kepada penutup muka saja yaitu qina,
niqab, listmah, dan burqu. Beberapa yang lain merujuk pada tutup kepala yang
kadang-kadang digunakan untuk menutup sebagian muka yaitu khimar, sitara, abayah,
danimmah.
2.3. Sulaman Pita dan Benang
Sulaman pita atau ribbon embroidery sudah dikenal sejak pertengahan abad
17, dimana pada saat itu sulaman pita tidak hanya digunakan untuk menghias busana
tetapi juga untuk menghias tas tangan, kerudung, selendang, payung, sarung bantal
kursi dan berbagai peralatan rumah tangga. Dewasa ini sulaman pita lebih variatif
sejalan dengan berkembangnya bahan, warna dan corak kain serta pita. Sulaman pita
adalah salah satu teknik menghias kain dengan cara menjahitkan pita secara dekoratif
ke atas benda yang akan dihias sehingga terbentuk suatu desain hiasan baru dengan
menggunakan berbagai macam tusuk-tusuk hias. Ciri-ciri sulaman pita adalah: a)
Menggunakan pita dengan berbagai jenis dan ukuran; b) Memberikan efek tiga dimensi
pada benda lebih besar karena ukuran pita yang lebih besar; c) Hasil sulaman pita
lebih dekoratif karena bahan pita yang lebih beragam. Sedangkan sulaman benang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Menggunakan benang sulam untuk menyulam;
b) Memberikan efek tiga dimensi lebih kecil , karena benang sulam lebih kecil dan c)
Hasil sulaman benang lebih kecil dan berkesan lembut.
2.4. Kudapan
Kelompok makanan kudapan juga disebut makanan kecil, snack ataupun
sedap-sedapan. Kudapan merupakan makanan ringan yang sangat beranekaragam
jenisnya. Pengelompokan dapat berdasarkan pada jenis bahan, jenis teknik olah
maupun rasa dan konsistensi, misalnya kudapan dikelompokkan atas dasar bahan
pokok yang digunakan, yakni dari bahan beras ketan, tepung beras, tepung terigu,
umbi-umbian, buah-buahan, jagung, sagu, hunkwe, bubur dan minuman. Kelompok
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
7/15
7
makanan kudapan berkembang secara tradisional, yang pada jaman dahulu dijual di
pasar-pasar tradisional.
Pada era terbuka dan kompetitif seperti sekarang ini, kelompok makanan
tersebut nampaknya dapat mempertahankan eksitensinya sebagai makanan yang
menarik, memenuhi selera masyarakat, dan bahkan mampu berkembang
mendampingi makanan ringan asal negara lain. Keadaan tersebut terlihat dari
kehadiran makanan tradisional di toko-toko swalayan, hotel berbintang, munculnya
sebagai hidangan dalam rapat-rapat para pejabat, acara kenegaraan serta pada acara
pertemuan penting dari berbagai golongan masyarakat. Meskipun statusnya hanya
makanan selingan, tetapi dapat memberikan sumbangan terhadap pemenuhan gizi
yang diperlukan orang sehari hari. Kenyataan tersebut memberikan petunjuk bahwa
kelompok makanan kudapan mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan.
Meskipun sampai saat ini sebagian besar masih diproduksi secara tradisional namun
telah mampu untuk mendampingi makanan ringan lain yang dihasilkan dengan
teknologi modern. Usaha pengembangan tersebut penting, karena dengan teknologi
dalam era yang terbuka ini makanan dapat menjadi kekuatan ekonomi yang berarti.
Di dalam pengembangan kudapan, orang barat melaksanakannya secara
sungguh-sungguh dengan didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai
hasilnya dicipta produk yang menarik, karena kenampakan dan kemasan yang rapi,
nilai gizinya telah terancang dan lebih higienis. Dengan demikian terciptalah
keseimbangan antara kualitas yang telah dicapai oleh produsen dan preferensi
konsumen. Keseimbangan antara kualitas dan kesukaan yang menyangkut kriteria
kesukaan secara luas, seperti: kenampakan, citarasa, tekstur, serta keamanan.
2.5. Potensi Pangan Lokal
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air. Baik
yang diolah maupun tidak, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan, dan atau pembuatan
makanan dan minuman. Sub sistem konsumsi pangan terletak pada hilir dari sistem
ketahanan pangan, yang berarti keragaannya langsung memengaruhi pemantapan
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Keragaan sub sistem konsumsi pangan
tersebut dipengaruhi oleh : (1) faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan, harga
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
8/15
8
pangan dan non pangan, dan mekanisme pemasaran; dan (2) faktor sosial budaya
misalnya tingkat pengetahuan, kebiasaan makan termasuk ada tidaknya tabu dan
pantangan.
Salah satu upaya dalam pengembangan konsumsi pangan dilaksanakan
melalui pengembangan pangan lokal, yaitu pangan yang diproduksi setempat (suatu
wilayah/Daerah) untuk tujuan ekonomi atau konsumsi. Pangan lokal merupakan
pangan yang sudah dikenal, mudah diperoleh disuatu wilayah, jenisnya beragam dan
dapat diusahakan baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk dijual.
Dengan demikian, pengembangan pangan lokal diharapkan dapat meningkatkan
konsumsi pangan yang beragam ditingkat rumah tangga sekaligus meningkatkan
pendapatan keluarga. Pemanfaatan pangan lokal akan berdampak positif bagi
ketahanan pangan masyarakat. Ketahanan pangan memiliki empat aspek yakni
ketersediaan, keterjangkauan, kecukupan konsumsi, dan kehandalan produk pangan.
Ketahanan pangan harus berbasis potensi daerah, yakni ketercukupan produk pangan
untuk konsumsi masyarakat lokal agar tercipta ketahanan pangan mandiri. Untuk
mewujudkannya diperlukan ketersediaan lahan, kesesuaian lahan, teknologi, dan
potensi produktivitas bahan pangan. katanya. Potensi pangan lokal tidak boleh
terabaikan, namun harus selalu dilestarikan dan dikembangkan sehingga mampu
menciptakan ketahanan pangan untuk masa yang akan datang.
3. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka secara umum permasalahan pokok
yang dihadapi oleh masyarakat di desa Ngerboh dan Pakel Jaluk adalah masih
banyaknya warga masyarakat khususnya perempuan usia produktif yang masih
menganggur, sementara mereka berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi
tidak mampu. Rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah:
1) Bagaimana memberikan ketrampilan pengolahan kudapan berbasis potensi
bahan pangan lokal mapun pembuatan jilbab dengan hiasan sulaman pada ibu-
ibu dan remaja putri putus sekolah di Desa Ngerboh dan Pakel Jaluk?
2) Bagaimana memberikan pengetahuan kewirausahaan dan pengelolaan usaha
bagi ibu-ibu dan remaja putri putus sekolah di Desa Ngerboh dan Pakel Jaluk?
3) Bagaimana memproduksi makanan kudapan berbasis potensi bahan pangan
lokal maupun jilbab dengan hiasan sulaman yang bernilai jual tinggi sehingga
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga pada ibu-ibu
dan remaja putri putus sekolah di Desa Ngerboh dan Pakel Jaluk?
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
9/15
9
4. Tujuan Kegiatan PPM
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan ketrampilan kepada ibu-ibu dan remaja putri putus sekolah anggota
kelompok belajar masyarakat Desa Ngerboh dan Pakel Jaluk dalam hal: 1)
Ketrampilan pembuatan aneka kudapan berbasis potensi bahan pangan lokal dan
jilbab dengan hiasan sulaman yang bernilai jual; 2) Pengetahuan kewirausahaan dan
manajemen usaha; dan 3) Pengembangan produk kudapan dan jilbab sulaman untuk
menambah pendapatan keluarga
5. Manfaat Kegiatan PPM
Kegiatan ini diharapkan dapat membekali ibu-ibu dan remaja putri putus
sekolah yang tergabung dalam Kelompok Belajar Masyarakat di Desa Ngerboh dan
Pakel Jaluk Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul dalam bentuk life skills
bidang boga yaitu makanan kudapan berbasis potensi bahan pangan lokal dan busana
yaitu ketrampilan pembuatan jilbab dengan hiasan sulaman dan yang bernilai jual
tinggi sehingga dapat dipakai sebagai usaha meningkatkan pendapatan keluarga.
METODE KEGIATAN PPM
1. Khalayak SasaranKegiatan PPM
Sasaran kegiatan ini adalah warga perempuan kurang mampu warga Desa Ngerboh
dan Pakel Jaluk yang masuk usia produktif 15-45 tahun sebanyak 30 orang.
2. Metode Kegiatan PPM
1). Ceramah
Metode ini dipilih untuk menyampaikan teori dan konsep yang penting untuk
dimengerti oleh peserta pelatihan. Materi teori mencakup kewirausahaan dan
manajemen usaha, analisis keunggulan kompetitif dan pengembangan usaha.
Untuk pembelajaran boga juga disampaikan materi meliputi: macam dan sifat
bahan pangan lokal, kandungan gizi, kriteria makanan kudapan yang bergizi,
keamanan pangan, prosedur pembuatan aneka kudapan dan perhitungan harga
jual, serta pembuatan kemasan. Sedangkan materi pembelajaran busana meliputi
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
10/15
10
pengenalan karakteristik bahan, aneka teknik sulam, prosedur pembuatan
sulaman, perhitungan harga jual, dan pembuatan kemasan jilbab.
2). Demonstrasi
Demonstrasi digunakan untuk memberikan contoh kepada peserta mengenai cara
pembuatan jilbab dengan sulaman, pengolahan bahan pangan lokal, pembuatan
kemasan dan perhitungan harga jual.
3). Latihan atau praktik
Peserta akan mempraktekkan semua teknik-teknik pengolahan makanan dari
bahan pangan lokal untuk membuat aneka jenis kudapan maupun aneka teknik
sulaman untuk membuat berbagai variasi jilbab hias.
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PPM DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan kegiatan
koordinasi dengan calon peserta melalui ketua kelompok (ibu Tri Nuryani) dan
dilanjutkan dengan pelatihan. Tempat kegiatan adalah rumah bapak Dukuh Ngerboh.
Peserta terbagi ke dalam dua kelompok yaitu peserta pelatihan pembuatan kudapan
berbasis bahan pangan lokal sebanyak 17 orang dan peserta pelatihan pembuatan
jilbab sulaman sebanyak 13 orang. Adapun rincian kegiatan yang telah dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
TatapMuka
Hari/tanggal
Materi Media Metode
I Rabu, 9Juni 2010
Koordinasi waktu dantempat pelaksanaanpelatihan
Koordinasi materipelatihan (bahan panganlokal dan model jilbab)yang diinginkan oleh
calon peserta pelatihan
- Diskusi
II Jum'at, 2Juli 2010
Kewirausahaan
Manajemen usaha(pemasaran, keuangan,sumber daya manusia,produksi)
Analisis ekonomi danharga jual
Pembuatan kudapanberbasis bahan panganlokal yaitu singkong dan
tepung singkong (untukpeserta pelatihan bidang
Makalah
Jobsheet
Ceramah
Tanyajawab
Demon-strasi
Praktek
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
11/15
11
boga)
Pembuatan jilbabsulaman benang dansulaman pita (untuk
peserta pelatihan bidangbusana)
III Kamis, 8Juli 2010
Pembuatan kudapanberbasis bahan panganlokal yaitu singkong, danubi jalar (untuk pesertapelatihan bidang boga)
Pembuatan jilbabsulaman benang dansulaman pita (untukpeserta pelatihan bidangbusana)
Analisis ekonomi danharga jual
Makalah
Jobsheet
Demon-strasi
Praktek
Tanyajawab
IV Jum'at, 9Juli 2010
Pembuatan kudapanberbasis bahan panganlokal yaitu pisang dankacang (untuk pesertapelatihan bidang boga)
Pembuatan jilbabsulaman benang dansulaman pita (untukpeserta pelatihan bidangbusana)
Analisis ekonomi danharga jual
Makalah
Jobsheet
Demon-strasi
Praktek
Tanyajawab
V Kamis, 22Juli 2010
Pembuatan kudapanberbasis bahan panganlokal yaitu talas (untukpeserta pelatihan bidangboga)
Pembuatan jilbabsulaman benang dansulaman pita (untukpeserta pelatihan bidang
busana)Analisis ekonomi dan
harga jual
Makalah
Jobsheet
Demon-strasi
Praktek
Tanyajawab
VI Minggu, 26September2010
Pembuatan kudapanberbasis bahan panganlokal yaitu jagung (untukpeserta pelatihan bidangboga)
Pembuatan jilbabsulaman benang dansulaman pita (untukpeserta pelatihan bidangbusana)
Makalah
Jobsheet
Demon-strasi
Praktek
Tanyajawab
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
12/15
12
Analisis ekonomi danharga jual
2. Pembahasan Hasil Pelaksanaan
Indikator keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat
ini dilihat dari beberapa aspek yaitu ketercapaian target jumlah peserta, target materi
pelatihan, penguasaan peserta terhadap kompetensi pelatihan dan kemampuan
peserta dalam memanfaatkan kompetensi yang dimiliki untuk meningkatkan
pendapatan. Evaluasi penyelenggaraan kegiatan dilakukan di setiap sesi pelatihan
yang diselenggarakan. Peserta yang ditargetkan sebanyak 30 orang. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa seluruh peserta sebanyak 30 orang (100%) dapat mengikuti
seluruh proses pelatihan dari awal sampai selesai, kegiatan yang dirancang 100%
terlaksana, dan kehadiran narasumber 100%. Ketercapaian target materi cukup baik
karena seluruh materi pelatihan untuk pembuatan kudapan maupun jilbab sulaman
dapat disampaikan dengan baik.
Dari aspek penguasaan kompetensi pembuatan kudapan berbasis bahan
pangan lokal dan pembuatan jilbab sulaman dievaluasi melalui produk yang dihasilkan
oleh peserta pelatihan. Hasil olahan kudapan berbasis bahan pangan lokal dievaluasi
dari persiapan, proses kerja dan hasil (bentuk, rasa dan warna). Hasil pembuatan
jilbab sulaman dievaluasi dari persiapan, proses kerja dan hasil (desain hiasan,
kreativitas, keserasian warna, kerapihan). Hasil evaluasi pembuatan kudapan
menunjukkan bahwa dari 17 peserta sebanyak 14 peserta dalam kategori baik
(82,35%) dan 3 peserta dalam kategori sedang (17,65%). Sedangkan hasil evaluasi
untuk pelatihan pembuatan jilbab sulaman menunjukkan bahwa dari 13 peserta
sebanyak 9 peserta dalam kategori baik (69,23%) dan 2 peserta berada dalam kategori
sedang (15,38%) dan 2 peserta dalam kategori kurang (15,38%). Peserta juga telah
mencoba memanfaatkan kompetensi yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatan
dengan dikoordinasikan oleh tim PPM. Evaluasi pelaksanan kegiatan jugamenggunakan instrumen yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat
yakni Instrumen Pengukuran Kepuasan Pelanggan. Hasil yang diperoleh dari peserta
pelatihan menjawab pertanyaan sebagian besar pada skor 4 atau sangat baik.
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat diidentifikasi faktor
pendukung dalam kegiatan ini sebagai berikut:
1) Adanya kerjasama yang baik antara tim pengabdi dengan warga Dusun
Ngerboh dan Pakel Jaluk selaku peserta pelatihan
2) Tersedianya bahan baku berupa sumber pangan lokal yang memadai
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
13/15
13
3) Tersedianya ruang pelatihan yang nyaman dan strategis
4) Partisipasi aktif dan antusiasme yang tinggi dari seluruh peserta pelatihan
dalam mengorganisasikan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan maupun
dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
Selain itu dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini juga ada beberapa hal
yang dipandang sebagai kendala pelaksanaan yaitu:
1) Latarbelakang dan tingkat pendidikan peserta pelatihan yang sangat
bervariasi sehingga penyerapan materi juga sangat bervariasi dan
mengakibatkan waktu yang digunakan kurang maksimal.
2) Keterbatasan waktu peserta pelatihan karena mayoritas adalah ibu-ibu yang
sehari-hari juga memiliki tanggungan misalnya mengurus keluarga dan
membantu mengolah sawah.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Sesuai dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Kegiatan pengabdian pada masyarakat berjalan dengan baik dan lancar sesuai
dengan rencana kegiatan yang telah disusun sebelumnya.
2) Peserta pelatihan telah mampu menguasai kompetensi yang diajarkan dalam
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu mengolah kudapan berbasis
bahan pangan lokal (bagi peserta pelatihan bidang boga) atau membuat jilbab
berhias sulaman benang dan pita (bagi peserta pelatihan bidang busana)
3) Peserta pelatihan dapat memanfaatkan kompetensi yang dimiliki untuk
meningkatkan produktivitas keluarga dengan membuka usaha pembuatan
kudapan maupun pembuatan jilbab.
2. SaranBerdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1) Perlu adanya kegiatan pelatihan lanjutan secara periodik untuk terus
memperbaharui kompetensi warga masyarakat dalam mengolah bahan pangan
lokal maupun pembuatan jilbab karena variasi pengembangan produk kudapan
maupun jilbab dengan berbagai bahan, teknik pembuatan, dan bentuk terus
berkembang cepat dan pesat.
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
14/15
14
2) Perlu adanya pendampingan dari instansi terkait lainnya (Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, Pariwisata dan Kesehatan dan lain-lain) agar program yang
sudah mulai berkembang dapat terus ditingkatkan sebagai sarana
meningkatkan pendapatan keluarga
-
7/24/2019 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life Skills Berbasis Potensi Daerah Untuk Meningkatkan Produ
15/15
15
Daftar Pustaka
Brolin, D.E 1989. Life Centered Education A Competency Based Approach.Reston VA.The Council for Exeptional Children
Departemen Pendidikan Nasional,2004. Position Papaer Pengarusutamaan GenderBidang Pendidikan.
Henri Bustaman. 2005. Pembangunan Berkelanjutan Gender Makalah seminar :Pembangunan Menuju Millenium Development Goals Yang Adil DanSetara.Surakarta 12 April 2005
Indrajati Sidi 2002. Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill)Melalui Pendidikan Berbasis Luas (Broad-Based Education-BBE). DirektoratJenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Kendal, John S dan Marzano, Robert J 1997. Content Knowledge: A. Copedium OfStandards and Benchmarkers for K-12 Education, Aurora, Corolado, USA: Mc RELMid - Contonent Regional Educational Laboratory;Alexandria,Virginia, USA:ASCD
Made Pidarta (1997) Landasan Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Marwanti dkk (2009). Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Life SkillsBerbasis Potensi Daerah Terintegrasi dengan Pemberantasan Buta AksaraBerwawasan Gender di Kabupaten Bantul. Laporan Penelitian Strategis Nasional.Lembaga Penelitian UNY
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal
Kantor Menko Kesra (2006) Rencana Aksi nasional pendidikan untuk Semua. Jakarta:Kantor Menko Kesra
Muclas Samani (Agustus 2008) Pengembangan Life skill: Tantangan bagi guru vokasi.Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Mencetak Guru Profesionaldan Kreatif bidang Vokasi
Mustofa Kamil. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung : Alfabeta
Slamet PH.2002. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar.
Sekilas Sulam Pitadiakses 24 Maret 2010
http://esterlianawati.wordpress.com/2008/01/12/pengertian-dan-ragam-jilbab/diakses24 Maret 2010
http://bikin.web.id/info-terbaru/sekilas-sulam-pita/http://bikin.web.id/info-terbaru/sekilas-sulam-pita/http://esterlianawati.wordpress.com/2008/01/12/pengertian-dan-ragam-jilbab/http://esterlianawati.wordpress.com/2008/01/12/pengertian-dan-ragam-jilbab/http://esterlianawati.wordpress.com/2008/01/12/pengertian-dan-ragam-jilbab/http://bikin.web.id/info-terbaru/sekilas-sulam-pita/