pengembangan diri dan dunia kita

23
 Pengembang an diri dan dunia kita Sejauh mana seseorang dapat mengembangkan dirinya, tergantung dari sejauh mana ia dapat memahami dunia dimana ia hidup. Dengan mencoba memahami dunia, kita juga diajak untuk sekaligus memahami diri sendiri. Untuk itu, sangat menarik jika kita perhatikan kisah yang dikutip dari buku mega best seller Reallionare karangan Farrah Gray & Fran Harri s[1]. Seorang bocah dan ayahnya berjalan di pegunungan Tiba-tiba sang anak terjatuh, terluka dan berteriak “aaaaahhhhhh.... Sang anak terkejut kerena mendengar sebuah suara menirukan teriakannya dari balik pegunungan; „Aaaahhhhhh.... Penasaran, ia beteriak; “siapa kau..... Jawaban yang diterimanya; “siapa kau..”  Marah mendengar respon yang didengarnya. Ia kembali berteriak “Dasar pengecut!”  Lagi-lagi, ia meneri ma jawaban yang sama; “Dasar pengecut!”  Ia lalu memandang ayahnya dan bertanya; “apa yang sebenarnya terjadi?”  Sang ayah tersenyum dan berkata: “Anakku perhatikanlah”  Lalu ia berteriak ke arah pegunungan “aku mengagumimu..”  Suara itu menjawab teriakkan nya dengan “aku mengagumimu...”  Sang ayah kembali berteriak “Kau adalah seorang juara!”  

Upload: citradl

Post on 10-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 1/23

 

Pengembangan diri dan dunia kita 

Sejauh mana seseorang dapat mengembangkan dirinya, tergantung dari sejauh mana ia

dapat memahami dunia dimana ia hidup. Dengan mencoba memahami dunia, kita juga diajak

untuk sekaligus memahami diri sendiri. Untuk itu, sangat menarik jika kita perhatikan kisah yang

dikutip dari buku mega best seller Reallionare karangan Farrah Gray & Fran Harris[1]. 

Seorang bocah dan ayahnya berjalan di pegunungan

Tiba-tiba sang anak terjatuh, terluka dan berteriak

“aaaaahhhhhh....” 

Sang anak terkejut kerena mendengar

sebuah suara menirukan teriakannya dari balik pegunungan;

„Aaaahhhhhh....”  

Penasaran, ia beteriak; “siapa kau.....” 

Jawaban yang diterimanya; “siapa kau..” 

Marah mendengar respon yang didengarnya.

Ia kembali berteriak “Dasar pengecut!” 

Lagi-lagi, ia menerima jawaban yang sama; “Dasar pengecut!” 

Ia lalu memandang ayahnya dan bertanya; “apa yang sebenarnya terjadi?”  

Sang ayah tersenyum dan berkata: “Anakku perhatikanlah” 

Lalu ia berteriak ke arah pegunungan “aku mengagumimu..” 

Suara itu menjawab teriakkannya dengan “aku mengagumimu...” 

Sang ayah kembali berteriak “Kau adalah seorang juara!” 

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 2/23

Suara itu menjawab “Kau adalah seorang juara!” 

Sang anak terkesima, namun masih belum mengerti.

Orang-orang menyebutnya Gema, namun sebenarnya ia adalah hidup. Ia selalu mengembalikan

apapun yang kita katakan dan kita lakukan. Hidup kita adalah cermin tindakan kita. Jika kau

menginginkan lebih banyak cinta di dunia, ciptakanlah lebih banyak cinta dalam hatimu. Jika

kau ingin timmu lebih kompeten, tingkatkanlah kompetensi dirimu. Hal ini berlaku untuk

segalanya. Hidup akan mengembalikan segala hal yang kau berikan padanya.

Kurang lebih demikianlah prinsip pengembangan diri, yaitu bagaimana kita memberikan diri kita

 pada dunia. Melalui buku ini,paling tidak kita akan berusaha untuk tidak memberikan hal negatif pada dunia, sehingga dunia tidak memberikan

kembali kepada kita hal-hal yang negatif tersebut.

1.6 Pengembangan diri, altrusime dan kebahagiaan 

“memberi adalah ekspresi tertinggi potensi ke manusiaan kita. Dalam tindak memberisesungguhnya kita sedang mengalami kekuatan, kekayaan dan kemampuan kita. Pengalamam

puncak dan vitalitas tertinggi tersebut akan memenuhi seluruh jagad hati kita dengan sukacitadan rasa bahagia. Disitulah kita mengalami kelimpahan. Takkala memberi, kita mengalami

kehidupan yang sehidup-hidupnya. Memberi lebih membahagiakan daripada menerima, bukankarena kita kekurangan tetapi dalam tindak memberi itulah terletak ekspresi kehidupan kita

yang paling dinamis

(eric Fromm, 1976 dalam Jansen Sinamo [2]  )  

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 3/23

Dr Dan Baker, Direktur Program

Peningkatan Kehidupan  – seperti

dikutip oleh Jalaludin Rahmat[3] 

dalam bukunya meraih

kebahagiaan- membuat tulisan

tentang keajaiban hubungan antara

kebahagiaan dengan perbuatan

 baik kepada orang lain (altruisme);

altruismen telah disebut sebagai

 paradoks besar; jika Anda

memberikan sesuatu kepada

seseorang, Andalah yang paling

 bahagia. Memberi adalah

menerima.

Penelitian menunjukkan bahwa

orang bahagia bersikap altruistik.

Dan orang altruistik berbahagia.

Tetapi tidak ada peneliti yang

dapat menentukan sifat mana yang

datang lebih dahulu. Altruisme

dan kebahagiaan berkaitan satu

sama lain.

Uraian Dr Dan Baker dimuka, mungkin secara tidak disadari sering kita alami. Mari kita coba

ingat kembali, manakah kejadian yang lebih membuat bahagia, ketika memberi atau menerima?

Saya tidak tahu jawaban Anda, namun pengalaman saya menyatakan bahwa saya ternyata lebih

 bahagia ketika memberi. Ada suatu perasaan yang membuat diri kita lebih nyaman ketika

memberikan sesuatu kepada orang lain. oleh karena itu, mari kita coba berpikir sedikit lebih

rumit dan analitis, yaitu dengan membalik prosesnya. jika tadi kita bisa mendapatkan kebahagian

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 4/23

dengan memberi atau berbuat baik pada orang lain, maka kapanpun jika kita ingin merasa

 bahagia, kita tinggal berbuat baik saja pada orang lain. Mungkin hal ini tidak terlalu terpikirkan

oleh kita, namun tidak ada salahnya untuk dicoba. Jadi, mari kita berkompetetisi untuk menjadi

orang yang paling bahagia, dengan berlomba-lomba menngerjakan kebajikan. Karena dengan

melakukannya, tanpa sadar kita juga sambil mengembangkan diri kita ke arah yang jauh lebih

 positif.

Penulis selalu mengingat teori berkelimpahan yang diajarkan guru penulis. Secara sederhana,

teori tersebut berbunyi, bahwa semakin banyak member, maka sebenarnya semakin banyak kita

menerima. Bagaimana kaitan teori ini dengan wacana pengembangan diri? Sederhana sekali

sebenarnya, yaitu bahwa ketika kita membantu orang lain untuk mengembangkan diri (dengan

 berbagi ilmu misalnya), maka pada hakekatnya kita sedang dua kali lipat mengembangkan diri.

Logikanya sederhana, ketika kita member suatu pemahaman terhadap orang lain, pada saat itulah

 – tanpa disadari- pemahaman kita terhadap hal tersebut bertambah. Jadi, cara tebaik untuk belajar

suatu materi pelajaran, adalah dengan mencoba mengajarkan materi tersebut pada orang lain.

Sederhana sekali, dengan memberi, maka kita akan menerima berkali-kali lipat, selama didasari

oleh niat yang tulus untuk membantu orang lain. Maka, berikanlah apa yang kita miliki, dan

 berbahagialah

[1] Farrah Gray dan Fran Haris. 2007. Reallionaire: Kiat-kita pending yang menjadikan SayaMiliarder di Usia 14 tahun-9 Langkah menjadi Kaya Raya. Darras Book Jakarta

[2] Jansen Sinamo. 2005. 8 Etos KerjaProfesional: Navigator Anda Menuju Sukses. Institut

Dharma Mahardika. Hal 12

[3] Jalaluddin Rahmat. 2004. Meraih Kebahagiaan. Penerbit Simbiosa Rekatama Media

Bandung, Cetakan Kedua

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 5/23

Pengembangan diri dan pendidikan 

Psikologi untuk pengembangan diri adalah sebuah wacana yang dikembangkan penulis,

yang pada intinya adalah pemanfaatan ilmu psikologi (praktis) untuk mengembangkan diri, yang

 pada gilirannya dapat digunakan untuk mendorong terciptanya pribadi yang positif. Self

development   (pengembangan diri) itu sendiri, menurut kamus lengkap psikologi[1]  adalah

 pertumbuhan potensial dan kemampuan seseorang.

Seperti diketahui bahwa ilmu psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari

tentang tingkah laku manusia dan sikap mental yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu,

sangat baik kiranya, jika pengetahun kita tentang diri kita tersebut dapat kita arahkan untuk

mengembangkan diri kita ke arah yang lebih baik. Iman Gazali, seperti dikutip olehGymnasitiar [2]  menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai

eksistensinya. Sebaliknya, manusia cenderung membenci hal-hal yang dapat menghancurkan,

meniadakan, mengurangi atau memutuskan kesempurnaan itu.

Artinya bahwa, setiap diri manusia, telah memiliki dorongan untuk berbuat baik,

sehingga setiap individu mempunyai potensi untuk memiliki pribadi yang positif. Terminologi

 pribadi yang positif, sangat sulit sebenarnya untuk dapat didefinisikan secara detil, namun

demikian paling tidak pendapat para ahli dibawah ini dapat menggiring kita menuju pemahaman

yang lebih baik (lihat box: Psikologi Positif). Pribadi yang positif adalah pribadi yang berada

dalam „badan‟ dan pikiran yang normal dan sehat. Secara  konseptual, definisi umum keadaan

normal-sehat dapat dirumuskan oleh Winkel[3] (1991: 674-675) sebagai berikut:

1.  Menurut pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization  –  WHO),

 batasan sehat adalah “suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara

 penuh dan bukan semata-mata berupa tidak adanya penyakit atau keadaan lemah

tertentu”. 

2.  Rumusan menurut pandangan psikiater bernama Karl Menniger: “Kesehatan mental

adalah penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan

kebahagiaan yang maksimum; kesehatan ini bukan hanya berupa efisiensi atau hanya

 perasaan puas, atau keluwesan dalam memenuhi berbagai aturan permainan dengan riang

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 6/23

hati. Kesehatan mental mencakup itu semua. Kesehetan mental meliputi kemampuan

menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang

lain, dan sikap hidup yang bahagia. Itulah jiwa yang sehat.” 

3.  Rumusan menurut pandangan psikolog H.B. English: “Kesehatan mental adalah keadaan

yang relatif tetap dimana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami

aktualisasi diri atau realisasi diri. Kesehatan mental merupakan keadaan positif, bukan

sekedar berupa tidak adanya gangguan mental.” 

4.  Rumusan menurut pandangan pekerja sosial bernama W.W. Boehm: “Kesehatan mental

meliputi suatu keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan

memberikan kepuasan bagi orang-orang yang bersangkutan.” 

Karakteristik pribadi yang positif, tentu saja tidak saja sekedar normal dan sehat. Secara umum,

ketika seorang manusia berkembang secara positif, ia akan mencapai level pirbadi yang matang.

Kriteria Kepribadian yang Matang menurut Kilander [4] (1957) yaitu:

(1)  Mampu meyayangi orang lain dan mempertimbangkan minat orang lain, dalam tindakan-

tindakannya

(2)  Memiliki hubungan sosial yang kualitasnya memuaskan dan berlansung lama

(3)  Bersikap baik terhadap dan mempercayai orang lain dengan harapan bahwa ia pun diharapkan

orang lain untuk mempercayai dan menyukainya

(4)  Menghargai perbedaan-perbedaan yang terdapat pada banyak orang

(5)  Tidak memaksa lingkungan, tetapi juga mereka tidak membiarkan diri mereka dipaksa atau

ditekan oleh lingkungan. Tidak ada saling paksa diantara dirinya dengan lingkunga

(6)  Dapat merasakan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok atau populasinya

(7)  Merasakan adanya “sense of responsibility” atas tetangga atau teman-temannya

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 7/23

 

Daftar dimuka adalah contoh dari pribadi yang matang dan sehat. Apakah semua orang dapat

memiliki kualitas dimuka? Tentu saja bisa, namun harus melewati proses tertentu. Kita tidak

terlahir dengan kualitas seperti dimuka. Oleh karena itu, dengan kesadaran penuh, setiap orang

 perlu berjuang untuk meraihnya atau mereka tidak akan pernah mendapatkannya. Tidak selalu

mudah memang untuk meraihnya, namun bukan berarti mustahil untuk dicapai..

Individu yang matang, seringkali juga disebut sebagai individu yang mampu menerima realitas.

Menurut Wiramiharja[5]  terdapat beberapa ciri orang yang sehat dalam kemampunnya untuk

menerima realitas yaitu:

1.  Mereka menghadapi dan menangani masalah-masalahnya begitu masalah itu timbul

2.  Mereka menerima responsibilitas, artinya jika mereka melakukan suatu tindakan, maka

resiko dari tindakan itu siap ia terima

3.  Mereka mengatur atau membangun lingkungan sepanjang dimungkinkan atau

menyesuaikan diri jika diperlukan.

4. 

Mereka merencanakan untuk masa depan, tapi tidak takut akan masa depan, tidak takutmenghadapi hambatan dan kesukaran

5.  Mereka menyambut baik pengalaman baru maupun ide-ide baru. Artinya, perbedaan

 pengalaman, gagasan dan keyakinan justru akan menambah kaya kehidupan mereka

6.  Mereka menggunakan kapasitas alamiahnya, mereka paham sekali akan kapasitas awal

yang mereka miliki dan dari situ mereka membuat upaya-upaya untuk memaksimalkan

kapasitasnya tersebut

7.  Mereka membangun tujuan-tujuan yang realistik bagi diri mereka

8.  Mereka mampu untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan membuat keputusannya sendiri

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 8/23

9.  Mereka melakukan upaya-upaya yang sebaik-baiknya dan menerima atau merasa puas

akan apa yang terjadi sebagai akibat keputusannya sendiri

Melihat daftar dimuka, tersirat jelas bahwa kualitas tersebut bukanlah sesuatu yang turun dari

langit, melainkan perlu diraih dengan kesadaran penuh. Selanjutnya, masih dari daftar yang

sama, kita dapat mengatakan bahwa kualitas seperti itulah yang diperlukan untuk dapat

menjalani kehidupan dengan dengan optimal. Maka, mari maksimalkan pemahaman kita tentangdiri kita sendiri (melalui ilmu psikologi) untuk mencapai kematangan tersebut.

[1] C.P. Chaplin.1993. Kamus Lengkap Psikologi. Rajawali Press, PT Raja Grafindo.Diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono, hal 451

[2] Abdullah Gymnastiar. 2004. Aku Bisa! Manajemen Qolbu Untuk Melejitkan Potensi. MQ

Publishing Bandung

[3] Dalam MIF Baihaqi dkk. 2005. Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Penerbit

Refika Aditama, hal 17.

[4] Dalam Sutardjo Wiramiharja.2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Penerbit Refika Aditama

[5] Ibid, Wiramiharja, 2005:12

30'12 

Ags

Tulisan kali ini adalah tulisan

yang membahas masalah perasaan

dan tidak hanya pikiran (yang

sangat terilhami oleh berbagai buku pengembangan diri terutama

Quantum Ikhlas). Loh apa

 bedanya? Secara awam, bedanya

adalah, jika pikiran itu berasal

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 9/23

dari kerja otak, maka perasaan berasal dari hasil kerja hati. Namun penelitian menemukan bahwa

ketika kita menyebut hati, ternyata dari sisi anatomi organ tubuh, ternyata tidak menunjuk ke

hati/ulu hati(liver) melainkan ke jantung (heart). Telah dipelajari bahwa jantung, memiliki

mekanisme berpikir sendiri, mampu memompa dari secara otomatis (super canggih) dan

memiliki koneksi yang sangat baik dan kuat dengna otak. Sebagai contoh ketika otak berpikir

 bahwa individu sedang mengalami rasa takut, maka hati akan berdegup lebih kencang dan lain-

lain. Artinya ada hubungan yang sangat sinkron antara jantung dan otak.

Pemahaman ini, kemudian oleh para ahli dikembangkan ke arah bagaimana sebenarnya

manusia itu berpikir dan merasa. Salah satu pemikiran yang fenomenal pada awal abad ke 20

adalah ditemukannya teori atau hukum tarik menarik (The Law of Attraction); “Manusia adalah

magnet, dan setiap detail peristiwa yang dialaminya, datang atas daya tarik (undangannnya)sendiri (Elizabeth Towne, 1906). Atau lebih jelasnya Hukum Tarik Menarik ini menyatakan:

“Sesuatu akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya” (Erbe Sentanu, 2008;

49). Sebagai contoh sederhana misalnya ketika Anda bangun tidur dengan perasaan kurang enak,

dan kemudian mengawali hari dengan perasaan BT, maka yang terjadi adalah pada hari tersebut

Anda akan dipenuhi dengan berbagai kejadian yang kurang menyenangkan/mengenakkan. Untuk

lebih jelasnya, saya akan mengutip Erbe Sentanu (2008; 51) sebagai berikut: Hukum Tarik

Menarik berlansung secara otomatis. Ia tidak menanyakan kepada Anda apakah Anda suka.

Apakah Anda setuju dengan efek yang ditimbulkannya. Hukum ini berlaku otomatis di alam, dan

terlebih lagi sebenarnya berlaku pada pikiran dan perasaan Anda. Ingat, pikiran dan perasaan

adalah benda kuantum yang dasyat kekuatannya. Melalui kekuatan Hukum Tarik Menarik Anda

menarik apapun yang paling sering Anda pikirkan, apakah Anda memikirkannya atau tidak. Jadi,

 jika Anda memikirkan apa „yang Anda suka‟, maka hidup anda akan dipenuhi oleh hal itu. Dan

sebaliknya, jika Anda selalu memikirkan hal-hal „yang Anda tidak suka‟ maka yang terjadi

dalam hiduppun akan mencerminkan hal itu. Luar biasa bukan? Menyitir pernyataan beberapa

tokoh filsafat, sebenarnya kita akan „the centre of the World’ , atau „ How the World work, is

depending on us’ . Nah, seberapa yakin Anda akan pernyataan-pernyataan tersebut, maka hal itu

akan sangat mempengaruhi perjalanan Anda bersama tulisan kita ini kedepan.

Perkembangan pemahaman yang luar biasa mengenai bagaimana otak kita bekerja

tersebut  – atau lebih sering dikenal dengan positive thinking-, ternyata masih berkembang lagi.

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 10/23

Artinya ada bagian tubuh kita  – selain otak- yang mampu memberikan kepada kita energi yang

luar biasa besar menuju kesuksesan, yaitu hati (yang organnya adalah jantung). Ya, inilah era

 positife feeling , bukan hanya  positive thinking . Mari kita lihat bedanya menurt Erbe Sentanu

(2008; 120), pada versi lama ketika kita berpikir positif, maka kita akan mendapatkan apa yang

 paling sering kita pikirkan. Sedangkan pada versi baru, kita dianjurkan untuk berperasaan positif,

sehingga diharapkan kita akan mendapatkan apa yang paling sering kita rasakan  –   ketika kita

memikirkannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kita sering tidak/belum sukses karena kehendak

hati seringkali tidak sinkron dengan kehendak pikiran. Kita ingin mendapat nilai bagus, tapi

selalu menunda-nunda belajar. Ingin IPK tinggi tapi tidak mau mengulang pelajaran. Ingin badan

sehar tapi sangat malas untuk menggerakkan badan dan berolah raga. Ingin terlihat „charming‟

tapi malas merawat tubuh dan lain-lain. Ingin badan seperti „Ade Rai‟ tapi tubuh justru lebih

sering dibawa ke kasur. Ingin bermain gitar seperti „Steve Vai‟ tapi yang diulik jus tru lagu Lupa

dari Band Kuburan. Pikiran ingin tapi hati merasa malas. Ingin tapi malas. Malas sekali rasanya,

tapi sebenarnya ada keinginan yang kuat di pikiran. Jadi? Ya, tidak sinkron. Memendam rasa

rindu, tapi sekaligus juga benci. Kangen, tapi kesal kalo sudah bertemu. Sayang, tapi cemburu

 buta.

Berbagai konflik inilah yang sering kali membuat langkah kita jadi maju mundur. Mengapa?

Karena hampir setiap saat kita melibatkan dua keputusan di bagian tubuh yang berbeda, pikiran

diputuskan di otak, dan perasaan diputuskan di hati. Solusi yang ditawarkan adalah, mengapa

tidak diselaraskan? Mengapa kita tidak (mencoba) merubah kebiasaan, untuk mulai melibatkan

hati (selain pikiran). Mengapa tidak mencoba merasa positif, selain berpikir positif? Inilah

tantangannya, kita terlalu biasa untuk memberikan beban ini pada otak, dan kurang terbiasa

untuk membaginya dengan hati. Padahal hal ini tidak mustahil untuk dilakukan

Mari kita lihat diri kita sendiri ketika sedang memulai menyelesaikan sebuah pekerjaan

dengan hati terpaksa, gundah dan kukulutus (bersungut-sungut dan mengeluh berkepanjangan),

seperti apa hasilnya? Bedakan dengan ketika kita memulai sebuah pekerjaan dengan tenang,

ikhlas dan penuh syukur. Mana yang lebih baik? Ketika baru bangun tidur, ada yang

membersihkan tempat tidurnya dengan ikhlas dan dengan kukulutus, mana yang lebih rapih?

Ketika belajar ada yang ikhlas dan sadar sepenuhnya bahwa ini untuk masa depannya, dan ada

yang terpaksa dan gundah.

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 11/23

Maka, sebagai manusia dewasa, rasanya kita sudah mulai dapat memilih untuk tidak

hanya berpikir positif tapi merasakan secara positif/menghayati energi perasaan positif. Mulailah

hari dengan ikhlas. Bagaimana caranya? Anda pasti lebih mengetahui jawabannya

pengembangan diri dan belajar 

Manakah yang benar? Belajar

untuk hidup atau hidup untuk

 belajar? Tentunya tidak

sederhana menjawab

 pertanyaan ini, tapi satu hal,

kita dikaruniai akal untukdapat menganalisisnya. Jika

 pernyataanya adalah belajar

untuk hidup, maka proses

 belajar dapat dilakukan

dengan asal-asalan dan berbagai cara (bahkan jika perlu penuh dengan rekayasa, manipulasi,

 plagitisme, kolegianisme bahkan korupsi sekalipun), yang penting menghasilkan uang untuk

hidup. Namun sebaliknya, jika pernyataannya adalah hidup untuk belajar, maka maknanya

adalah bahwa kita (akan terdorong) untuk menghabiskan waktu hidup kita di dunia (jam demi

 jam, hari demi hari) untuk belajar. Nah inilah yang kelihatannya lebih tepat, yaitu kita mengisi

waktu-waktu kita dengan terus menerus mempelajari hal-hal yang baru.

Sayidina Ali, sahabat Rasul[1] yang juga merupakan singa padang pasir, sering dijuluki sebagai

gerbangnya ilmu, karena beliau memiliki banyak sekali filosofi yang bagus tentang belajar. Ia

dengan tegas dan yakin menyatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta, dengan beberapa

alasan sebagai berikut

-  Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedangkan harta adalah pusaka Firaun,

Karun, dll

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 12/23

-  Ilmu akan menjaga kita, sedangkan harta justru harus kita yang

menjaganya

-  Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir), sedangkan pemilik ilmu

disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan

-  Pemilik harta memiliki banyak musuh, sedangkan pemilik ilmu memiliki

 banyak teman

-  Harta bisa dicuri maling/pencuri, sedangkan ilmu tidak

-  Harta akan hancur jika ditimbun, sedangkan ilmu tidak

-  Pemilik harta akan keras hatinya, sedangkan pemilik ilmu justru akan

memiliki hati yang bercahaya

-  Pemilik harta yang sangat besar, dapat mengaku sebagai tuhan, sedangkan

 pemilik ilmu, dengan kebijaksanaanya justru akan mengaku sebagai

hamba

Luar biasa bukan? Ternyata banyak sekali filosofi yang mendukung bahwa hidup memang untuk

 belajar, yaitu belajar untuk mengejar ilmu yang dapat mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.

Artinya lagi, sangat rugi bagi kita, jika melewatkan satu hari hidup di dunia, tanpa mendapatkan

ilmu baru. Satu hari tanpa mendapat harta, mungkin rugi juga, tapi satu hari tanpa dapat ilmu

(baru) rugi sekali. Karena sekecil apapun ilmu yang didapat, jika diresapi dan disyukuri dengan

ikhlas, akan dapat menambah kebijaksanaan dan kedewasaan kita, sekaligus juga untuk

mendorong kita merasa kecil dan tidak berdaya di tengah alam semesta yang begitu luas ini.Artinya, semakin kita banyak mengetahui hal baru, kita semakin sadar bahwa ada banyak sekali

hal yang kita belum ketahui, yang bahkan belum terbayangkan sebelumnya.

Al Qur‟an, sebagai pegangan hidup umat Islam, banyak sekali mengingatkan kita tentang

 pentingnya belajar dan menggali ilmu. Surat yang paling terkenal tentu saja Al Alaq (1-5)

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 13/23

  Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhan-mu yang menciptakan

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

Bacalah dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah

Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak dikehendakinya

Sangat jelas bahwa kita (apapun status dan kondisinya) diajak untuk membaca (belajar) dengan

menyebut nama-Nya. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa apa yang kita pelajari

(seyogianya) dapat membawa kita untuk lebih dekat dengan-Nya (karena kita tidak dianjurkan

untuk belajar tanpa menyebut nama-Nya/mengingatnya). Apa saj hal yang dapat dipelajari?

Tentu saja ada banyak sekali pelajaran yang dapat digali, mulai dari yang ada di tubuh kita

(organ tubuh, sel, otak, darah, dll) sampai ke isi bumi dan semesta alam (bumi, bebatuan,

 bintang, galaksi dll). Allah SWT selalu mendorong manusia untuk mengamati segala apa yang

ada di alam (dimana dalam implementasinya, hal inilah yang merupakan cikal bakal ilmu

 pengetahuan), seperti di surat Al Ghasyiah (17-20)

Maka, apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?

Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?

Paling tidak dari ayat dimuka kita dapat melihat bahwa terdapat banyak sekian banyak ilmu yang

tersirat muali dari biologi, astronomi, ekologi, geografi, geologi dan lain-lain. Luar biasa bukan?

Jelas sekali bahwa manusia didorong untuk mengeksplorasi akal dan pikiran yang telah

dimilikinya sejak lahir. Sehingga, pada gilirannya, ia dapat memanfaatkannya untuk

meningkatkan potensi dirinya, yang berujung pada kemampuannya untuk dapat hidup mandiri,

 berkeluarga, berketurunan dan lain-lain. Atau dengan kata lain, kita diajak untuk memulainya

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 14/23

dari mendalami ilmu, alih-alih mengumpulkan harta terlebih dahulu. Pahami ilmu terlebih

dahulu (sehingga hati kita penuh dengan rasa syukur) baru kemudian gunakan sebaik-baiknya,

dengan bijaksana

Sekarang, mari kita lihat dari diri sendiri. Kita akan tergolong orang yang ketinggalan jamanketika untuk belajar saja, masih harus disuruh-suruh, diingatkan atau bahkan diancam., Apalagi bagi mereka yang telah duduk dibangku universitas, mengingat diluar sana, banyak sekali anak

yang untuk dapat mengeyam pendidikan dasar saja sulitnya bukan main. Novel Laskar Pelangi

misalnya, telah dapat menyetil mereka yang masih malas untuk belajar, karena didalam cerita

tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan anak-anak di pulau Belitong, yang dengan segalaketerbatasnnya (sekolah hampir runtuh, SDM guru yang terbatas, fasilitas penunjang yang

hampir tidak ada) mampu memupuk dan memelihara motivasi belajarnya dengan begitu luar

 biasa.

[1] Permadi Alibasyah. 2007. Bahan Renungan Kalbu: Pengntar Pencerahan Jiwa. Cetakan

ketiga. Penerbit Cahaya Makrifat Bandung.

Sebaris kalimat itu pernah menjadi sangat

terkenal ketika diangkat oleh salah satu iklan

rokok.  Anyway, Kita tidak pernah tau (setelah

mereka menggunakan tagline tersebut) apakah

rokok tersebut menjadi semakin laku atau tidak, -

dan rasanya tidak perlu juga terlalu

dipermasalahkan-. Namun satu hal yang tidak

 bisa dipungkiri adalah bahwa banyak makna yang

terkandung dari kalimat unik itu. Tua adalah pasti

katanya, dan hal itu memang benar tak terbantahkan. Secara biologis, mau tidak mau, setiap

orang akan beranjak tua dengan berbagai proses biologis yang mengikutinya, kulit mulai keriput,

mata mulai rabun, jalan mulai bungkuk dan lain-lain. Itu adalah proses alamiah yang tidak bisa

dihindari oleh teknologi apapun (teknologi hanya membantu memperlambat, mempersehat

ataupun membantu metabolisme agar dapat berjalan lebih baik lagi). Nah, jika tua adalah pasti,

maka (menurut kalimat bahasan utama kita) maka dewasa bukanlah suatu kepastian, tapi lebih

tepat adalah sebuah pilihan. Artinya, kita sendiri yang memilih, apakah kita mau (menjadi )

dewasa atau tidak.

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 15/23

Pertanyaan selanjutnya adalah; apakah dewasa itu? Ada banyak jawaban tentunya. Jika

dilihat dari KTP maka seharusnya kita (paling tidak yang hidup di tanah air tercinta Indonesia)

sudah dewasa sejak berusia 17 tahun. Di beberapa daerah tertentu, seseorang dikatakan dewasa

 jika sudah menikah, -terlepas dari berapapun usianya-, atau jika ia sudah bekerja atau dapat

menghidupi dirinya sendiri. Stephen Covey, penulis best seller   Internasional, yang terkenal

dengan bukunya the Seven Habit of Highly Effective People, menyatakan bahwa dewasa adalah

ketika seseorang telah memiliki courage  (keberanian) dan consideration  (pertimbangan).

Menariknya adalah, seseorang belum dikatakan dewasa ketika baru memiliki salah satunya saja,

misalnya ketika seseorang hanya memiliki courage (keberanian) saja, maka ia belum dianggapa

dewasa, karena tindakan berani tanpa consideration  (pertimbangan) matang, akan berpotensi

menimbulkan dampak buruk (kenekatan, anarkis dll). Sebaliknya kita seseorang hanya memiliki

consideration (pertimbangan) saja, maka biasanya ia tidak melakukan apa-apa, karena terlalu

ragu-ragu dan terlalu takut.

Jika ingin ditelusuri tentunya ada banyak sekali wacana/pendefinisian tentang hal ihwal

dewasa ini. Namun pada tulisan ini, penulis memberanikan diri untuk membuat pernyataan

 bahwa dewasa adalah ketika seseorang menyadari bahwa ia memiliki kebebasan yang seluas-

luasnya untuk menentukan segala pemikiran, sikap dan tingkah lakunya, sekaligus ia memiliki

 pemahaman bahwa ia harus bertanggung jawab terhadap pemikiran, sikap dan seluruh tingkah

lakunya tersebut. Artinya sederhana, yaitu jika ada orang yang masih merasa bahwa pemikiran,

sikap dan tingkah lakunya ditentukan oleh pihak lain, lingkungan, orang tua, pacar, guru dan lain

sebagainya, maka ia belum dewasa, karena belum sadar sepenuhnya bahwa ia sebenarnya

memiliki kebebasan. Misalnya ketika ada orang yang masih menyatakan bahwa segala

ketidaksuksesan hidupnya adalah karena pihak lain, maka ia tergolong belum dewasa. Sebagai

contoh, biasanya mereka menyatakan hal-hal seperti ini:

-“Wah jelas saja nilai-nilai saya jelek, soalnya kuliahnya selalu siang, jadi saya

mengantuk”

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 16/23

-“Sudah pasti Badu sukses karena orang tuanya kaya, orang tua saya kan miskin, jadi

mana mungkin saya sukses”

-“Wajar jika saya tertinggal, karena saya berasal dari desa, sedangkan teman-teman saya

dari kota”

Itulah kira-kira gambaran orang yang belum pantas dikatakan dewasa

Demikian sebaliknya, jika ada orang yang masih merasa bahwa ia tidak perlu

 bertanggung jawab atas segala pemikiran, sikap dan tingkah lakunya, maka ia juga belum

tergolong dewasa, karena berarti ia masih mencari kambing hitam atas segala akibat dari pemikiran, sikap dan tingkah lakunya. Nah, dimanakah posisi kita? Tergolong yang manakah

kita? Mari kita mulai tentukan sendiri, tidak usah menunggu orang lain (katanya sudah dewasa?)

Konsekuensi logis dari pemahaman kita akan kebebasan memilih sebenarnya sangat luar

 biasa. Ada banyak hal yang bisa kita raih, ketika kita telah benar-benar memahaminya, yaitu

salah satunya adalah kita dapat benar-benar mengeluarkan seluruh potensi terpendam kita. Diana

Whitney & Amanda Trosten Bloom dalam bukunya the Power of Appreciative Inquiry (4 prinsip

 perubahan positif dalam organisasi) menyatakan bahwa paling tidak ada enam syarat yang

diperlukan bagi pembebasan kekuatan. Syarat-syarat tersebut dikenal dengan enam kebebasan,

yaitu yang meliputi kebebasan untuk dikenal dalam hubungan; kebebasan untuk didengar;

kebebasan untuk bermimpi dalam komunitas, kebebasan untuk memilih dalam berkontribusi;

kebebasan untuk bertindak dengan dukungan; dan kebebasan untuk menjadi positif. Nah, inilah

yang harus senantiasa kita pahamkan dalam diri kita, yaitu bahwa kita lahir ke dunia ini dengan

kebebasan penuh untuk menjadi apa saja yang kita mau, bahkan untuk merubah dunia sekalipun.

Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk tidak lagi terlalu mudah menyalahkan lingkungan

atas kekurangsempurnaan prestasi kita, untuk tidak lagi terlalu gampang mengkambinghitamkansistem pendidikan atas keterbatasan pemikiran kita. Karena semua ternyata kembali ke diri kita

sendiri kok. Mari kita lihat, apakah ada jaminan orang yang kaya pasti lebih pintar dari orang

miskin? Tidak bukan? Apakah ada jaminan bahwa orang kota pasti lebih sukses dari orang desa?Tidak bukan? Artinya faktor-faktor di luar diri kita jangan lagi dijadikan kambing hitam atas

kekurangsempurnaan prestasi kita apalagi atas kegagalan kita. Katanya sudah dewasa?

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 17/23

 

gambar: melancholyholic.blogspot.com

Pengembangan diri dan berfikir apresiatif  30'12 

Ags

 Pembicaraan Anda membantu menciptakan dunia Anda.

 Berbicaralah tentang kebahagiaan, bukan ketidakpuasan.

 Berbicaralah tentang harapan, bukan keputusasaan. Biarkankata-kata Anda membalut luka, bukan menyebabkannya 

(William Martin, penafsir modern kitab Tao Te Ching).

Penulis mengutip kalimat dimuka dari buku  Appreciative

 Inquiry  yang ditulis oleh duet Diana Whitney & Amanda

Trosten[1].  Satu hal, apakah kita merasa tulisan dimuka

menyindiri diri kita? Mungkin ya mungkin tidak. Namun hal yang perlu ditekankan adalah

 bahwa dunia disekitar kita (akhir-akhir ini) terlalu terfokus pada nuansa

negatif/keputuasaan/ketidakpuasan (wacana defisit). Terlalu banyak perbincangan yang

mengarah ke area negatif. Para komentator politik misalnya, terlalu sering membicarakan sisi

negatif dari partai/pemimpin yang menjadi objek bahasan. Mahasiswa, terlalu kerap membahas

masalah sulitnya mata pelajaran, betapa tidak menyenangkannya cara dosen X mengajar, betapa

kurangnya fasilitas kampus, betapa banyaknya tugas yang harus dikerjakan dan lain-lain.

Keluarga-kelurga di meja makan, terlalu sering membahas masalah kesulitan ekonomi, anak

yang tidak mau belajar, harga sayur yang membumbung, dan lain sebagainya. Karyawan kantor

hampir selalu membaha rendahnya upah mereka, betapa tidak adilnya bos mereka, betapa

 beruntungnya kerja di perusahaan lain dan lain-lain. Sehingga se-positif apapun kita, jika setiap

hari dibombardir seperti itu, akan sulit sekali melepaskan diri dari nuansa negatif dan wacana

defisit itu.

Merujuk pada tulisan dimuka, maka kita akan dapat menemukan satu kalimat yang

menarik, yaitu; pembicaraan Anda membantu menciptakan dunia Anda. Haruskah kita percaya

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 18/23

dengan pernyataan tersebut? Tentu saja terserah masing-masing. Namun mari kita lihat sejarah.

Ada banyak orator ulung dunia yang mengubah dunia dengan kata-katanya. Bung Karno adalah

salah satu tokoh yang mampu menginspirasi rakyat Indonesa akan hak-hak atas kemerdekaan.

Tentu masih banyak tokoh lain, Mahatma Gandi, Martin Luther King, John F. Kennedy dan

seterusnya. Apa yang mereka lakukan? Mereka mengubah dunianya sendiri dan lingkungan

sekitarnya dengan pemilihan kata-kata yang paling aspiratif. Bisakah mereka berbuat

sebaliknya? Mungkin saja bisa, karena justru hal tersebut lebih mudah. Namun, dengan

keyakinannya atas visi yang lebih besar, mereka memilih untuk menginspirasi dirinya sendiri

dan orang banyak. Dengan sengaja, mereka memilih kata-kata yang membangkitkan semangat,

mendorong daya juang, meledakkan potensi dan meletakkan pikiran apresiatif di tempat yang

 benar.

Sekarang, mari kita tanya pada diri sendiri. Benarkan kata-kata dapat mengubah diri kita?

Mungkin pertanyaan ini tidak usah dijawab. Namun pernahkan emosi atau antusiasme kita

 berubah setelah kita membaca kata-kata yang bagus dari sebuah buku? Pastinya pernah. Artinya,

kata-kata memang mengandung mejik. Biasanya kita tergugah ketika kisah/bacaan tersebut

mendorong kita untuk berpikir lebih positif. Berbagai penelitian psikologi menyimpulkan bahwa

manusia yang selalu berpikir positif, hidupnya akan jauh lebih sehat dan bahagia. Apa makna

 berpikir positif? Yaitu membuang/mengganti pikiran/perasaaan negatif menjadi pikiran/perasaan

yang positif. Sederhana, namun tidak selalu mudah untuk dilakukan. Namun, perkembangan

kajian psikologis, saat ini telah melampui batas-batas itu. Kita, tidak lagi sekedar diajak untuk

 berpikir positif, namun lebih jauh lagi, yaitu berpikir apresiatif. Artinya, kita harus apresiatif

terhadap berbagai kisah/aspek kehidupan manusia. Apresiatif berarti menghargai, memberi nilai

tambah, mengambil pelajaran. Praktik apresiatif akan membuat kita menjadi mahluk yang

menghargai segala sesuatunya, termasuk menghargai hal-hal kecil di sekeliling kita. Dan, dengan

 berpikir apresiatif, kita tidak hanya akan mengubah yang negatif menjadi positif, namun kita

akan belajar menghargai apa yang sudah kita miliki/kita capai. Kita akan terdorong untuk

melihat, apa yang sebenarnya saya miliki, atau ada ada dibalik segala pencapaian kita (walaupun

 belum maksimal) dan bukan sebaliknya, berusaha mengorek luka lama yang menyebabkan

kegagalan kita. Berpikir apresiatif adalah meningkatkan yang sudah ada alih-alih mengoreksi

kesalahan. Atau menyuburkan dan menyehatkan tanah yang belum ditanami, alih-alih

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 19/23

menyemprot dengan pestisida untuk menghilangkan hama. Mendorong gaya hidup sehat, alih-

alih mengobati penyakit dengan berbagai cara. Sekali lagi, meningkatkan yang sudah ada, bukan

mengoreksi kesalahan.

Agar menjadi lebih jelas penulis akan mengutip tulisan dari Diana Whitney & Amanda

Trosten tentang berpikir apresiatif sebagai berikut: berpikir apresiatif bukan berarti menafikan

apa yang negatif. Bukan membutakan diri terhadap kelemahan. Bukan tidak mengakui

kekurangan. Setiap orang pasti pernah salah. Setiap keluarga pasti punya aib. Setiap organisasi

 pasti pernah mengalami kegagalan. Maka, berpikir apresiatif adalah upaya menghargai apa yang

ada pada diri kita, mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita lalui. Melalui berpikir

apresiasi, kita diajak untuk lebih fokus pada apa yang terbaik dari manusia dan sistem manusia,

apa yang memberi nafas pada kehidupan. Contoh, jika Anda adalah seorang mahasiswa yang belum memiliki IPK seperti yang dicita-citakan, maka tidak harus untuk selalu melihat dimana

masalahnya, sebaliknya Anda perlu menghargai semangat Anda sendiri. Hargai bahwa sampai

saat ini Anda masih punya semangat tinggi untuk mencapai IPK impian tersebut. Mencoba

mengorek apa kesalalah yang telah dilakukan, seringkali justru membuka luka lama dan

menurunkan motivasi. Sebaliknya, fokus pada apa yang telah dimiliki yaitu semangat,

antusiasme, kemampuan memahami pelajaran, teman-teman yang mendukung, lingkungan

 belajar yang kondusif dan lain-lain, pada gilirannya justru akan menambah motivasi. Jadikan

angka IPK yang sudah diraih sebagai gelas setengah isi, bukan setengah kosong. Sehingga kita

akan termotivasi untuk mengisinya lebih lanjut, bukan malah mengorek-ngorek luka dan mencari

sumber masalah mengapa gelas tersebut hampir kosong.

Berdasarkan uraian dimuka, kita dapat mengatakan bahwa pemilihan kata/kalimat/pertanyaaan,

dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Ingat, pilihlah kata-kata yang menginspirasi.

Hal ini perlu dilakukan, karena sebenarnya kita sudah sangat tau bahwa kata-kata mampu

mengubah dunia kita. Hanya, yang belum dilakukan adalah, kita belum menjadikan kata-kata

inspiratif sebagai ritual diri. Mengapa? Karena di lingkungan sekitar kita sudah terlalu banyak

kata-kata negatif. Jadi, sudah saatnya bagi kita untuk serius dalam memiliih kata-kata, terutama

 jika dikaitkan dengan diri sendiri.

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 20/23

Apabila kita coba menengok kedalam agama kita, bukankah Islam mengajarkan kita

untuk berkata-kata dengan baik, atau kalau tidak lebih baik diam saja? Jadi, mari mulai memilih

kata-kata yang membentuk dunia yang akan kita jalani sehari-hari. Ingat, kata-kata kita

membentuk dunia. Dan satu hal lagi, ternyata dari empat belas abad yang lalu, Al Qur‟an yang

agung telah mengajarkan kita untuk berpikir apresiatif (yaitu selalu mencari hikmah dari kisah

inspitatif). Mengapa kita baru mengetahuinya sekarang? Mungkin selama ini Qur‟an yang

dimiliki hanya dijadikan hiasan dinding, jarang dibaca dan jarang dikaji. Ingat, bahwa terdapat

 banyak sekali kisah inspiratif dan penuh hikmah dalamnya. Artinya, wacana untuk berpikir

apresiatif  – dan tidak hanya berpikir positif- sudah ada sejak ratusan tahun. Lalu, kemana saja

kita?

[1] Diana Whitney dan Amanda Trosten. 2007. 4 Prinsip Perubahan dalam Organisasi. PenerbitB-first Anggota IKAPI (PT. Bentang Pustaka)

Pengembangan diri dan keputusan yang

menentukan tujuan 

30

'12

 

Ags

Jika berbicara mengenai motivasi berprestasi, maka

 pasti kita tidak akan lupa kisah perjuangan Thomas

Alfa Edison dan Kolonel Sanders. Mereka adalah

 para pejuang keyakinan. Mereka orang-orang yang

 berjuang mempertahankan keyakinannya untuk

menggapai sukses yang diidamkan. Thomas Alfa

Edison kita kenal sebagai sosok yang tak kenal

menyerah dalam menciptakan lampu listrik. Ia

didera oleh berbagai kegagalan, bahkan

laboratoriumnya sempat meledak, sehingga ia perlu

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 21/23

mengulang kembali berbagai penelitian dan percobaannya. Sementara disisi lain Kolonel

Sanders adalah pejuang resep ayam KFC yang paling tangguh, tanpa kenal lelah ia menawarkan

resepnya ke berbagai pihak. Urat malunya diputus untuk menerima penolakan. Dan kini kita

sama-sama tau bahwa KFC dapat dinikmati hampir di seluruh dunia, dan di restorannya, pasti

menggunakan lampu listrik ciptaan Eyang Edison. Itulah hasil dari keyakinan akan kesuksesan.

Pertanyaannya, dari manakah keyakinan berawal?

Hanya satu jawabannya, yaitu dari sebuah keputusan. Inilah yang sering kita lupakan.

Kita sering mengeluh mengapa kita tidak sukses/tidak berhasil. Sungguh sangat lucu. Mengapa

lucu? Karena sebelum memulai sesuatu kita sangat jarang (bahkan sebagian tidak pernah) untuk

memutuskan bahwa saya akan memulai ini dan menyelesaikannya. Kita jarang benar-benar

memutuskan untuk mengerjakan sesuatu dari awal hingga akhir. Mari kita lihat, mengapa kitatidak mendapatkan IPK yang kita inginkan? Jawabannya mungkin sederhana, karena kita belum

 pernah memutuskan level IPK yang kita inginkan diawal semester. Mengapa kita lulus sesuai

target kita? Jelas, karena kita belum pernah memutuskan kapan tepatnya kita ingin lulus. Satu

hal, bukan proses, bukan sumber daya, bukan lingkungan saja yang paling berpengaruh terhadap

 pencapaian tujuan, tetapi keputusan kita untuk mencapai tujuan kita. Ingat keputusanlah yang

menentukan tujuan.

Mari kita lihat hari-hari kita. Apakah kita terbiasa untuk memutuskan apa yang harus

saya dapat hari ini? Mungkin belum. Akhirnya hari demi hari mengalir seperti air, tanpa

mendapatkan sesuatu yang berarti. Ingat, satu keputusan sederhana, bisa mengubah hari-hari

kita. Misalnya, di pagi hari kita memutuskan untuk mendapat pemahaman baru dari surat Al

Ikhlas, maka percayalah segala pikiran, perasaan, bahkan khayalan kita turut mendukung untuk

 pencapaian keputusan kita tersebut. Di setiap menit di hari itu, kita akan teringat menuntaskan

apa yang telah kita putuskan. Atau kita bisa memutuskan untuk membaca Al Qur‟an minimal

satu ayat setiap hari. Maka, lihatlah dampaknya. Bagaimana jika kita tetap melupakan keputusan

yang kita buat? Jawabannya sederhana, berarti kita belum serius dalam membuat keputusan.

Ingat, tidak membuat keputusan adalah juga sebuah keputusan. Atau sederhananya, jika kita

tidak membuat keputusan apa-apa mengenai target harian kita, berarti kita memang memutuskan

untuk tidak mendapatkan hasil apa-apa. Maka tidak usah heran jika kita tidak pernah

mendapatkan apa-apa yang kita inginkan. Sederhana bukan?

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 22/23

Seorang Ustadz sholat Jumat pernah bercerita tentang seorang murid pengajiannya yang

 berhasil menamatkan satu juz Al Qur‟an setiap hari. Bagi sebagian orang hal ini terasa berat,

karena boro-boro satu juz, satu ayatpun sulit untuk kita membacanya. Ketika ditanya mengapa ia

mampu melakukannya, jawabannya sederhana; karena saya mau, dan saya telah memutuskan

untuk melakukanya. Itulah kekuatan keputusan. Keputusan yang baik adalah yang mampu

membuat kita melesat dan tidak berhenti melangkah. Keputusan yang benar adalah yang

membuat kita merasa bersalah ketika berhenti melangkah. Keputusan yang berpengaruh adalah

yang mampu membuat kita tetap berada di rel yang benar untuk menjalankan lokomotif kereta

hati dan pikiran kita menuju stasiun yang dicita-citakan.

Ada beberapa kisah klasik lagi yang akan kita bahas. Yang pertama ialah seorang tokoh

Entrepreneurship dari Indonesia yaitu Dr. Ir. Ciputra. Prestasi terhebatnya ialah ia ditunjuksebagai wakil dari Indonesia untuk penobatan entrepreneurship of the year oleh lembaga

internasional Ernst & Young. Apa kira-kira resepnya? Hanya satu, yaitu bahwa sejak kecil ia

telah memutuskan untuk meleburkan diri dan seluruh jiwa raganya untuk entrepreneurship,

sehingga sejak itu setiap langkah, pemikiran dan perasaannya adalah hanya untuk

entrepreneurship. Maka, tidak heran ketika saat ini bisnisnya telah melebar tidak hanya diseluruh

Indonesia, tapi mulai merambah negara-negara di ASEAN. Satu tagline beliau yang terkenal

yaitu entrepreneurship akan merubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Kini beliau telah

membuktikannya.

Kisah terakhir pada tulisan ini adalah tentang Walt Disney. Ia adalah tokoh panutan ketika

sebuah seminar/training/workshop berbicara atau membahas masalah visi. Ia adalah figur yang

dianggap memiliki visi yang sangat kuat tentang apa yang ingin diraihnya. Tentunya Anda

mengenal taman bermain Walt Disney yang sangat terkenal di Amerika dan kini ada juga di

 berbagai belahan dunia. Awalnya, tidak ada seorang pun yang bermimpi bahwa hal tersebut

dapat diwujudkan. Namun keputusannya sudah bulat, bahwa ia akan membangun sebuah pusat

rekreasi keluarga yang lengkap dan dapat dinikmati oleh orang dari berbagai belahan dunia.

Sayang, ketika visi tersebut terwujud, ia sudah meninggal, sehingga upacara pembukaannya

hanya dihadiri oleh istrinya. Pestanya cukup meriah, dan banyak wartawan yang hadir.

Kemudian ada seorang wartawan yang bertanya pada sang istri, “Bu, kira-kira bagaimana

 perasaan suami Ibu kalau ia masih hidup? Sayang sekali, ketika hasil karyanya selesai, ia bahkan

7/22/2019 Pengembangan Diri Dan Dunia Kita

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-diri-dan-dunia-kita 23/23

tidak sempat melihatnya..” Sang istri dengan tenang menjawab,”Beliau tidak akan menyesal,

karena beliau sudah melihatnya..” Luar biasa, itulah kekuatan sebuah visi, Itulah dahsyatnya

sebuah keputusan. Walt Disney sudah membuat keputusan dan tidak mengubahnya sampai akhir

hayatnya. Bahkan ia sudah melihat hasil dari keputusannya tersebut, sebelum dilaksanakan.

Mari, mulai saat ini, kita tidak membiarkan hari-hari kita berlalu tanpa didahului oleh keputusan-

keputusan yang positif. Karena waktu tidak akan berulang, dan jarum jam tidak dapat diputarmundur. Ingat, tidak membuat keputusan adalah bentuk dari keputusan, yaitu keputusan untuk

membiarkan hari-hari kita berlalu tanpa makna.

gambar: dharmavirya.blogspot.com