sepsis neonatroum
TRANSCRIPT
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 1/16
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sepsis neonatorum/sepsis neonatal adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir dengan
umur kurang dari 1 bulan, kebanyakan bayi-bayi tersebut menunjukkan gejala-gejala sakit dan
dengan kultur darah menunjukkan hasil yang positif. Sepsis neonatal masih merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Insidensi / frekuensi sepsis neonatal
adalah kasus dari 1000 kelahiran hidup pada bayi aterm, dan 4 kasus dari 1000 kelahiran hidup
pada bayi prematur. Peningkatan kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000
kelahiran bayi hidup adalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
Penyebab dari timbulnya sepsis pada neonatus dapat berupa bakteri, virus, jamur, dan
protozoa (jarang). Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan
menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis
neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis).
Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria
mayor ditambah dua kriteria minor. Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat, prognosis
pasien baik; tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor risiko sepsis neonatorum terlewat, akan
meningkatkan angka kematian.
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 2/16
2
BAB II
SEPSIS NEONATORUM
I. Definisi
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke
dalam aliran darah, dan timbul pada satu bulan pertama kehidupan.1
Sepsis pada periode neonatal menunjukkan adanya penyakit sistemik simptomatik dan bakteri
dalam darah.2
Sepsis pada bayi baru lahir adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasive dan ditandai
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air
kemih.1
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan
sepsis bayi baru lahir.3
Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi
sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001),
sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis
berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.4
Table 1.Kriteria SIRS
Usia
Neonatus
Suhu Laju Nadi
Permenit
Laju Nafas
Permenit
Jumlah Leukosit
x 103/mm
3
Usia 0-7 hari >38,5°C atau
<36,5 °C
> 180/<100 >50 >34
Usia 7-30
hari
>38,5°C atau
<36,5 °C
> 180/<100 >40 >19,5 atau <5
Definisi SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria dalam tabel. Salah
satu di antaranya adanya kelainan suhu atau leukosit.8
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 3/16
3
Tabel 2. Kriteria Infeksi, Sepsis, sepsis Berat, Syok SepsisKriteria Definisi
Infeksi Terbukti infeksi ( proven infection) bila ditemukan kuman
penyebab, atau Tersangka infeksi ( suspected infection) bila
terdapat sindrom klinis (gejala klinis dan penunjang lain)
Sepsis SIRS disertai infeksi yang terbukti atau tersangka
Syok Sepsis Sepsis dan disfungsi organ kardiovaskular
II. Klasifikasi
Sepsis neonatorum dibedakan menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) dan sepsis
neonatorum awitan lambat (SNAL). Keduanya berbeda dalam hal patogenesis, mikroorganisme penyabab, tatalaksana dan prognosis.
1
SNAD terjadi pada usia ≤72 jam, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal
dari ibu, baik dalam masa kehamilan maupun selama proses persalinan. SNAL terjadi pada usia
>72 jam, dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat selama proses persalinan tetapi
manifestasinya lambat (setelah 3 hari), atau biasanya terjadi pada bayi yang dirawat di rumah
sakit (infeksi nosokomial). Perjalanan penyakit SNAD biasanya lebih berat dan cenderung
menjadi fulminan, yang dapat berakhir dengan kematian.1
Etiologi
Pola penyebab sepsis tidak selalu sama antar rumah sakit maupun antar Negara.
Perbedaan pola kuman akan berdampak terhadap pemilihan antibiotic yang dipergunakan pada
pasien.
Kuman penyebab di Negara berkembang adalah kuman gram negative berupa kuman
enteric seperti enterobacter sp, kliebsiella sp dan Coli sp. Sedangkan di Negara maju seperti di
Amerika serikat dan eropa barat 40 % penderita terutama disebabkan oleh Stretokokus grup B.
kuman lain seperti coli sp, listeria sp dan enterovirus ditemukan dalam jumlah lebih sedikit.
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 4/16
4
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang pola kuman yang terlihat
juga tidak banyak berbeda dengan kuman di negara berkembang lainnya.
III. Epidemiologi
Angka kejadian di Asia Tenggara sekitar 2,4-16 per 1000 kelahiran hidup, di Amerika
Serikat 1-8 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM (tahun 2003) sebesar 56,1 per 1000 kelahiran hidup.1
Angka kematian dapat mencapai 50% pada bayi yang tidak diobati. Angka kejadian
meningitis neonatorum yang merupakan komplikasi serius dari sepsis neonatorum sekitar 1 dari
4 kasus sepsis neonatorum.1
Angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir
rendah dan bila ada faktor risiko ibu (obstetrik) atau tanda-tanda korioamnionitis seperti ketuban
pecah lama (>18 jam), demam intrapartum ibu(>37,5°C), leukositosis ibu (>18.000), pelunakan
uterus, dan takikardia janin (>180 kali/menit). Sedangkan faktor risiko host untuk sepsis
neonatorum adalah jenis kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau kongenital, galaktosemia
( Escherichia coli), pemberian besi intramuskular, anomali kongenital (saluran kencing, asplenia,
myelomeningokel, saluran sinus), omfalitis, dan kembar (terutama kembar kedua dari janin yang
terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor risiko baik pada SNAD maupun SNAL.
IV. Etiologi
Sepsis dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau riketsia, tapi sebagian besar sepsis
disebabkan bakteri gram negatif, organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah
Escherichia coli dan Streptococcus group B, stapylococcus aureus, Enterococcus, Klebsiella-
enterobacter sp., Pseudomonas aerugenosa, Proteus.3,4
Bakteri penyebab SNAD umumnya berasal dari traktus genitalia maternal yang tidak
menyebabkan penyakit pada ibu. SNAL umumnya disebabkan oleh infeksi nosokomial, seperti
Staphylococcus coagulase-negatif, Enterococcus, dan Staphylococcus aureus. Namun
Strepstococcus grup B, E.coli dan Listeria monocytogenes juga dapat menyebabkan SNAL.1
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 5/16
5
Studi pendahuluan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM tahun 2002
menunjukkan bahwa dari 30 bayi yang dicurigai SNAL, hasil kultur positif didapatkan pada 27
bayi (14 Enterobacter sp., 7 Klebsiella sp., 4 Acinetobacter sp., 3 Serratia sp., 2 Alkaligenes
faecalis, 2 Staphylococcus aureus, 2 Pseudomonas). Pada SNAD ditemukan 9 dari 10 bayi yang
dicurigai infeksi didapatkan hasil kultur positif (3 Enterobacter sp., 3 Acinetobacter sp., 2
Escherichia coli, 1 Alkaligenes faecalis).1
Data pola kuman terakhir tahun 2003 dari 17 bayi SNAD: 3 Enterobacter sp., 5
Acinetobacter sp., 4 Serratia sp., 4 steril., 1 Pseudomonas. Pada 20 bayi SNAL ditemukan: 1
Enterobacter sp., 10 Acinetobacter sp., 1 Pseudomonas, 2 Serratia sp., 6 steril. Infeksi jamur
ditemukan pada 30-40% kasus SNAL, dan merupakan infeksi campuran dengan bakteri (data
pertengahan tahun 2003 sampai dengan April 2004).1
Kuman penyebab SNAD di unit perinatologi RSCM pada Januari-Juni 2008: Stap. epidermidis,
Serratia marcesens, Acinetobacter calcoaceticus, Klebsiella sp., dan Esherichia coli; sedangkan
SNAL: Serratia marcesens, Acinetobacter calcoaceticus, Staphylococcus epidermidis,
Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella sp.4
V. Patofisiologi
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :5,6
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya
infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah
mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 30 tahun).
c. Kurangnya perawatan prenatal.
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 6/16
6
d. Ketuban pecah dini (KPD).
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk
sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.
Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen
terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan
penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar
dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur
invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter
vena/arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme
pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus
yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi
spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang
berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 7/16
7
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara,
yaitu :5,6
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati
plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara
lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada
vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,
cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan
lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi
akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap
lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau
profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi
juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 8/16
8
Gambar 1. Patofisiologi sepsis neonatorum
VI. Manifestasi Klinis
Tanda klinis sepsis neonatorum tidak spesifik, berhubungan dengan karakteristik kuman
penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya kuman, seperti: hipertermia, hipotermia, distres
pernapasan, apneu, sianosis, ikterik, hepatomegali, letargi, anoreksia, kesulitan minum, muntah,
distensi abdomen, dan diare.1
Tabel.3 Manifestasi Klinis
Keadaan umum Demam, hipotermia, “tidak merasa
baik”,tidak mau makan, sklerema
Sistem Gastointestinal Perut kembung, muntah, diare,
hepatomegali
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 9/16
9
Sistem Pernapasan Apnea, dispnea, takipnea, retraksi,
grunting, sianosis
Sistem Saraf Pusat Iritabilitas, lesu, tremor, kejang,
hiporefleksia, hipotonia, refleks Moro
abnormal, pernapasan tidak teratur,fontanela menonjol, tangisan nada
tinggi
Sistem Kardiovaskuler Pucat, mottling, dingin,kulit lembab,
takikardi, hipotensi, bradikardi
Sistem Hematologi Ikterus, splenomegali, pucat, petekie,
purpura, perdarahan
Sistem Ginjal Oliguria
VII. Pendekatan Diagnosis
Faktor Risiko Sepsis Neonatorum1
Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria
mayor ditambah dua kriteria minor. Kriteria tersebut yaitu
Faktor risiko mayor:
o Ketuban pecah >24 jam
o Ibu demam saat intrapartum, suhu >38 ˚C
o Korioamnionitis
o Denyut jantung janin menetap >160 kali/menit
o Ketuban berbau
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 10/16
10
Faktor risiko minor:
o Ketuban pecah >12 jam
o Ibu demam saat intrapartum , suhu >37,5 ˚C
o Nilai APGAR rendah (menit ke-1 <5, menit ke-5 <7)
o Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) <1500 gram
o Usia gestasi <37 minggu
o Kehamilan ganda
o Keputihan yang tidak diobati
o Infeksi saluran kemih (ISK) atau tersangka ISK yang tidak diobati
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan (Septic Marker)1
Hitung leukosit (normal: 5.000-30.000/uL)
Hitung trombosit (normal: >150.000/uL)
IT rasio yaitu rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (normal: <0,2)
Usia 1 hari 3 hari 7 hari 14 hari 1 bulan
IT rasio 0,16 0,12 0,12 0,12 0,12
CRP (normal: 1,0 mg/dl atau 10 mg/l)
Septic Workup
Yang dimaksud dengan septic workup adalah septic marker dan pemeriksaan kultur
darah.1
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 11/16
11
Pendekatan diagnosis dapat dilihat pada algoritma sepsis neonatorum.1
Algoritma
Sepsis NeonatorumGejala klinis sepsis
Septic workup
Antibiotik
(+) (-)
Faktor resiko (+)
1 mayor atau
2 minor
Faktor resiko (-)
Observasi
Septic marker
Normal Meragukan Abnormal
(minimal 2 septicmarker (+))
Ulang septicmarker 12-24 jam
Normal
Observasi
Ulang septicmarker 12-24 jam
Normal AbnormalKultur Antibiotik
Stop bila kultur (-)
VIII. Penatalaksanaan
Pemilihan antibiotik untuk terapi inisial mengacu pada jenis kuman penyebab tersering
dan pola resistensi kuman di masing-masing pusat kesehatan. Segera setelah didapatkan hasil
kultur darah, pemberian antibiotik disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola resistensi.1
Antibiotik sebaiknya diberikan berupa kombinasi. Selain untuk memperluas cakupan
terhadap mikroorganisme patogen, hal ini penting untuk mencegah resistensi.1
Divisi Perinatologi RSCM menggunakan obat golongan Ceftazidim sebagai antibiotik
pilihan pertama. Dosis yang dianjurkan 50-100 mg/kg/kali (tergantung beratnya gejala sepsis),
diberikan 2 kali sehari.1
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 12/16
12
Untuk kasus infeksi berat, dipakai antibiotik golongan imipenem/meropenem dengan
dosis 25 mg/kg/kali. Frekuensi pemberian 2 kali sehari.1
Untuk infeksi jamur dapat dipakai Amphotericin B (Liposomal), dosis 1 mg/kg/hari dapat
ditingkatkan sampai maksimal 3 mg/kg/hari. Pilihan lain adalah Fluconazole, dosis inisial 6
mg/kg, kemudian 3 mg/kg. Usia ≤1 minggu: setiap 72 jam; usia 2-4 minggu: 48 jam; usia ≥4
minggu: 24 jam.1
Tatalaksana non-konvensional
1. Imunoglobulin intravena
Imunoglobulin intravena saat ini belum dianjurkan untuk pemberian rutin sebagai
profilaksis maupun terapi SNAD. Banyak penelitian mengenai hal ini menggunakan jumlah
sampel yang kecil, dan belum ada sediaan imunoglobulin yang spesifik. Beberapa efek samping
dan komplikasi telah dilaporkan, seperti infeksi, hemolisis, dan supresi kekebalan tubuh pada
pemberian imunoglobulin hiperimun. Pada kondisi tertentu seperti sepsis berat atau infeksi
berulang pada neonatus kurang bulan, ada peneliti yang menganjurkan pemberian imunoglobulin
intravena dengan dosis 500-1000 mg/kg/kali setiap 2 minggu.1
2. Transfusi FFP (Fresh Frozen Plasma)
FFP mengandung antibodi, komplemen, dan protein lain seperti C-rective protein dan
fibronectin. Antibodi bayi baru lahir terbatas pada spesifikasi yang dihasilkan ibunya, tidak
termasuk antibodi proktektif terhadap patogen tertentu. FFP mengandung antibodi proktektif,
namun dalam dosis 10 ml/kg, jumlah antibodi tidak adekuat untuk mencapai kadar proteksi pada
tubuh bayi. Pada pemberian secara kontinu (seperti 10 ml/kg setiap 12 jam), kadar proteksi dapat
tercapai.1
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 13/16
13
A. Transfusi Granulosit
Transfusi granulosit sebagai terapi adjuvan pada SNAD dan infeksi neonatus umumnya
masih dalam tahap uji coba dan belum dianjurkan penggunaanya. Hanya beberapa pusat
kesehatan di Amerika Serikat yang mampu mengisolasi granulosit untuk sediaan transfusi.
Transfusi granulosit juga potensial mempunyai kompliksai seperti infeksi dan reaksi transfusi,
disamping biaya yang tinggi dan teknik pembuatan yang sulit.1
B. Pemberian G-CSF dan GM-CSF
Akhir-akhir ini banyak peneliti mempelajari colony-stimulating factor, yaitu suatu protein
spesifik yang penting untuk proliferasi dan diferensiasi sel progenitor granulosit serta
mempengaruhi fungsi granulosit matang. Saat ini terdapat 2 jenis protein yang banyak diteliti,
yaitu granulocyte stimulating factor (G-CSF) dan granulocyte-macrophage colony-stimulanting
factor (GM-CSF). Suatu penelitian melaporkan peningkatan jumlah neutrofil absolute, eosinofil,
monosit, limfosit dan trombosit dengan pemberian GM-CSF rekombinan pada neonatus yang
sepsis. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektivitas terapi ini.1
C. Transfusi Tukar
Secara teoritis, transfuse tukar menggunakan whole blood segar pada sepsis neonatorum
bertujuan untuk: mengeluarkan/mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediator-mediator
penyebab sepsis; memperbaiki perfusi perifer dan pulmonal dengan menggunakan kapasitas
oksigen dalam darah; memeprbaiki system imun dengan adanya neutrofil dan berbagai antibodi
yang mungkin terkandung dalam darah donor. Transfusi tukar juga mempunyai beberapa
kelemahan seperti kesulitan teknik pelaksanaan, potensi terjadi infeksi, dan reaksi transfuse.
Belumada penelitian berskala besar untuk menguji efikasi dan keamanannya, sehingga trasnfusi
tukar tidak dianjurkan sebagai terapi SNAD mauoun sepsis umum.1
D. Kortokosteroid
Terapi kortikosteroid intravena terhadap sepsis masih controversial. Walaupun
kortikosteroid penah digunakan sebagai terapi sepsis, namun kemanjurannya masih diragukan,
mungkin karena pemberiaanya terlambat yaitu setelah kaskade mediator inflamasi dimulai.1
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 14/16
14
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi dari sepsis neonatorum, antara lain:5
Syok karena lepasnya toksin kedalam cairan darah
Meningitis
Gangguan metabolic
Pneumonia
Infeksi saluran kemih
Gagal jantung kongestif
Kematian
X. Prognosis
Dengan diagnosis dan pengobatan dini bayi dapat terhindar dari sepsis yang
berkepanjangan, namun bila tanda klinis dan/atau adanya faktor risiko yang berpotensial
menimbulkan infeksi tidak terdeteksi, maka angka kesakitan dan kematian dapat meningkat.
Gejala sisa neurologist timbul pada 15-30% neonatus dengan meningitis.1
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 15/16
15
BAB III
KESIMPULAN
Sepsis neonatorum / sepsis neonatus adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sistemik dan disertai bakteriemia dan kultur darah yang positif yang terjadi dalam bulan pertama
kehidupan. Sepsis neonatorum diklasifikasikan menjadi: early onset dan late onset. Etiologi dari
sepsis neonatorum Bakteri gram positif : penyebab paling sering Streptokokus grup B, Bakteri
gram negatif penyebab nomor 2 terbanyak Escherichia coli Kl. Patogenesa dari sepsis early dan
late tergantung dari faktor-faktor resiko yaitu; faktor ibu-anak dan faktor mayor -minor.
Diagnosis sepsis ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta gejala klinis, dan
laboratorium. Terapi sepsis neonatus adalah secara umum,khusus dan antibiotik.
7/22/2019 Sepsis Neonatroum
http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 16/16
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Amirullah, Asril. Buku Ajar neonatologi ed1. Ikatan dokter Anak Indonesia. 2009.
2. Divisi Perinatologi. Sepsis Neonatorum. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM. 2007. Jakarta. p403-10
3. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I Edisi III. 1992. Jakarta: EGC. p67
4. Prof.Herry Garna, dr, Sp.A (K), Ph.D. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak, edisi ke-3. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad.
Halaman : 109 – 112.
5. Verani JR, McGee L, Schrag S. Prevention of Perinatal Group B Streptococcal Disease,
Revised Guidelines from CDC, 2010. Morbidity and Mortality Weekly Report. 59(RR-
10): 1-36, 2010.
6. Stoll et al . Early onset neonatal sepsis: the burden of group B streptococcal and E.coli disease continues. Pediatrics 2011: 127:817-826.