sepsis neonatroum

16
1 BAB I PENDAHULUAN Sepsis neonatorum/sepsis neonatal adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir dengan umur kurang dari 1 bulan, kebanyakan bayi-bayi tersebut menunjukkan gejala-gejala sakit dan dengan kultur darah menunjukkan hasil yang positif. Sepsis neonatal masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Insidensi / frekuensi sepsis neonatal adalah kasus dari 1000 kelahiran hidup pada bayi aterm, dan 4 kasus dari 1000 kelahiran hidup  pada bayi prematur. Peningkatan kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000 kelahiran bayi hidup adalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Penyebab dari timbulnya sepsis pada neonatus dapat berupa bakteri, virus, jamur, dan  protozoa (jarang). Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini ( early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat ( late-onset neonatal sepsis). Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor ditambah dua kriteria minor. Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat, prognosis  pasien baik; tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor risiko sepsis neonatorum terlewat, akan meningkatkan angka kematian.  

Upload: syarif-hadi-assegaf

Post on 10-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 1/16

1

BAB I

PENDAHULUAN

Sepsis neonatorum/sepsis neonatal adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir dengan

umur kurang dari 1 bulan, kebanyakan bayi-bayi tersebut menunjukkan gejala-gejala sakit dan

dengan kultur darah menunjukkan hasil yang positif. Sepsis neonatal masih merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Insidensi / frekuensi sepsis neonatal

adalah kasus dari 1000 kelahiran hidup pada bayi aterm, dan 4 kasus dari 1000 kelahiran hidup

 pada bayi prematur. Peningkatan kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000

kelahiran bayi hidup adalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

Penyebab dari timbulnya sepsis pada neonatus dapat berupa bakteri, virus, jamur, dan

 protozoa (jarang). Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan

menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis

neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis).

Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria

mayor ditambah dua kriteria minor. Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat, prognosis

 pasien baik; tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor risiko sepsis neonatorum terlewat, akan

meningkatkan angka kematian. 

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 2/16

2

BAB II

SEPSIS NEONATORUM

I. Definisi

Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke

dalam aliran darah, dan timbul pada satu bulan pertama kehidupan.1 

Sepsis pada periode neonatal menunjukkan adanya penyakit sistemik simptomatik dan bakteri

dalam darah.2 

Sepsis pada bayi baru lahir adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasive dan ditandai

dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air 

kemih.1 

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi

selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan

sepsis bayi baru lahir.3 

Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi

sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001),

sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis

 berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.4 

Table 1.Kriteria SIRS

Usia

Neonatus

Suhu Laju Nadi

Permenit

Laju Nafas

Permenit

Jumlah Leukosit

x 103/mm

Usia 0-7 hari >38,5°C atau

<36,5 °C

> 180/<100 >50 >34

Usia 7-30

hari

>38,5°C atau

<36,5 °C

> 180/<100 >40 >19,5 atau <5

Definisi SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria dalam tabel. Salah

satu di antaranya adanya kelainan suhu atau leukosit.8

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 3/16

3

Tabel 2. Kriteria Infeksi, Sepsis, sepsis Berat, Syok SepsisKriteria Definisi

Infeksi Terbukti infeksi ( proven infection) bila ditemukan kuman

 penyebab, atau Tersangka infeksi ( suspected infection) bila

terdapat sindrom klinis (gejala klinis dan penunjang lain)

Sepsis SIRS disertai infeksi yang terbukti atau tersangka

Syok Sepsis Sepsis dan disfungsi organ kardiovaskular 

II. Klasifikasi

Sepsis neonatorum dibedakan menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) dan sepsis

neonatorum awitan lambat (SNAL). Keduanya berbeda dalam hal patogenesis, mikroorganisme penyabab, tatalaksana dan prognosis.

SNAD terjadi pada usia ≤72 jam, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal

dari ibu, baik dalam masa kehamilan maupun selama proses persalinan. SNAL terjadi pada usia

>72 jam, dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat selama proses persalinan tetapi

manifestasinya lambat (setelah 3 hari), atau biasanya terjadi pada bayi yang dirawat di rumah

sakit (infeksi nosokomial). Perjalanan penyakit SNAD biasanya lebih berat dan cenderung

menjadi fulminan, yang dapat berakhir dengan kematian.1

 

Etiologi

Pola penyebab sepsis tidak selalu sama antar rumah sakit maupun antar Negara.

Perbedaan pola kuman akan berdampak terhadap pemilihan antibiotic yang dipergunakan pada

 pasien.

Kuman penyebab di Negara berkembang adalah kuman gram negative berupa kuman

enteric seperti enterobacter sp, kliebsiella sp dan Coli sp. Sedangkan di Negara maju seperti di

Amerika serikat dan eropa barat 40 % penderita terutama disebabkan oleh Stretokokus grup B.

kuman lain seperti coli sp, listeria sp dan enterovirus ditemukan dalam jumlah lebih sedikit.

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 4/16

4

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang pola kuman yang terlihat

 juga tidak banyak berbeda dengan kuman di negara berkembang lainnya.

III. Epidemiologi

Angka kejadian di Asia Tenggara sekitar 2,4-16 per 1000 kelahiran hidup, di Amerika

Serikat 1-8 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu

Kesehatan Anak FKUI/RSCM (tahun 2003) sebesar 56,1 per 1000 kelahiran hidup.1 

Angka kematian dapat mencapai 50% pada bayi yang tidak diobati. Angka kejadian

meningitis neonatorum yang merupakan komplikasi serius dari sepsis neonatorum sekitar 1 dari

4 kasus sepsis neonatorum.1 

Angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir 

rendah dan bila ada faktor risiko ibu (obstetrik) atau tanda-tanda korioamnionitis seperti ketuban

 pecah lama (>18 jam), demam intrapartum ibu(>37,5°C), leukositosis ibu (>18.000), pelunakan

uterus, dan takikardia janin (>180 kali/menit). Sedangkan faktor risiko host untuk sepsis

neonatorum adalah jenis kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau kongenital, galaktosemia

( Escherichia coli), pemberian besi intramuskular, anomali kongenital (saluran kencing, asplenia,

myelomeningokel, saluran sinus), omfalitis, dan kembar (terutama kembar kedua dari janin yang

terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor risiko baik pada SNAD maupun SNAL.

IV. Etiologi

Sepsis dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau riketsia, tapi sebagian besar sepsis

disebabkan bakteri gram negatif, organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah

Escherichia coli dan Streptococcus group B, stapylococcus aureus, Enterococcus, Klebsiella-

enterobacter sp., Pseudomonas aerugenosa, Proteus.3,4

 

Bakteri penyebab SNAD umumnya berasal dari traktus genitalia maternal yang tidak 

menyebabkan penyakit pada ibu. SNAL umumnya disebabkan oleh infeksi nosokomial, seperti

Staphylococcus coagulase-negatif, Enterococcus, dan Staphylococcus aureus. Namun

Strepstococcus grup B, E.coli dan Listeria monocytogenes juga dapat menyebabkan SNAL.1 

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 5/16

5

Studi pendahuluan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM tahun 2002

menunjukkan bahwa dari 30 bayi yang dicurigai SNAL, hasil kultur positif didapatkan pada 27

 bayi (14 Enterobacter sp., 7 Klebsiella sp., 4 Acinetobacter sp., 3 Serratia sp., 2 Alkaligenes

faecalis, 2 Staphylococcus aureus, 2 Pseudomonas). Pada SNAD ditemukan 9 dari 10 bayi yang

dicurigai infeksi didapatkan hasil kultur positif (3 Enterobacter sp., 3 Acinetobacter sp., 2

Escherichia coli, 1 Alkaligenes faecalis).1 

Data pola kuman terakhir tahun 2003 dari 17 bayi SNAD: 3 Enterobacter sp., 5

Acinetobacter sp., 4 Serratia sp., 4 steril., 1 Pseudomonas. Pada 20 bayi SNAL ditemukan: 1

Enterobacter sp., 10 Acinetobacter sp., 1 Pseudomonas, 2 Serratia sp., 6 steril. Infeksi jamur 

ditemukan pada 30-40% kasus SNAL, dan merupakan infeksi campuran dengan bakteri (data

 pertengahan tahun 2003 sampai dengan April 2004).1 

Kuman penyebab SNAD di unit perinatologi RSCM pada Januari-Juni 2008: Stap. epidermidis,

Serratia marcesens, Acinetobacter calcoaceticus, Klebsiella sp., dan Esherichia coli; sedangkan

SNAL: Serratia marcesens, Acinetobacter calcoaceticus, Staphylococcus epidermidis,

Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella sp.4 

V. Patofisiologi

Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga

kelompok, yaitu :5,6

 

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya

infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah

mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih

 banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

 b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 30 tahun).

c. Kurangnya perawatan prenatal.

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 6/16

6

d. Ketuban pecah dini (KPD).

e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk 

sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.

Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.

Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan

hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.

 b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap

streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak 

terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen

terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.

Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan

 penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar 

dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur 

invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter 

vena/arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme

 pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

 b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus

yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi

spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang

 berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 7/16

7

d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,

sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara,

yaitu :5,6

 

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati

 plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab

infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes,

sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara

lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada

vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,

selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,

cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus

digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain

cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat

 bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan

lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.

3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi

akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap

lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau

 profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi

 juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 8/16

8

Gambar 1. Patofisiologi sepsis neonatorum

VI. Manifestasi Klinis

Tanda klinis sepsis neonatorum tidak spesifik, berhubungan dengan karakteristik kuman

 penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya kuman, seperti: hipertermia, hipotermia, distres

 pernapasan, apneu, sianosis, ikterik, hepatomegali, letargi, anoreksia, kesulitan minum, muntah,

distensi abdomen, dan diare.1

Tabel.3 Manifestasi Klinis

Keadaan umum Demam, hipotermia, “tidak merasa

 baik”,tidak mau makan, sklerema 

Sistem Gastointestinal Perut kembung, muntah, diare,

hepatomegali

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 9/16

9

Sistem Pernapasan Apnea, dispnea, takipnea, retraksi,

grunting, sianosis

Sistem Saraf Pusat Iritabilitas, lesu, tremor, kejang,

hiporefleksia, hipotonia, refleks Moro

abnormal, pernapasan tidak teratur,fontanela menonjol, tangisan nada

tinggi

Sistem Kardiovaskuler Pucat, mottling, dingin,kulit lembab,

takikardi, hipotensi, bradikardi

Sistem Hematologi Ikterus, splenomegali, pucat, petekie,

 purpura, perdarahan

Sistem Ginjal Oliguria

VII. Pendekatan Diagnosis

Faktor Risiko Sepsis Neonatorum1

Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria

mayor ditambah dua kriteria minor. Kriteria tersebut yaitu 

  Faktor risiko mayor: 

o  Ketuban pecah >24 jam 

o  Ibu demam saat intrapartum, suhu >38 ˚C 

o  Korioamnionitis 

o  Denyut jantung janin menetap >160 kali/menit 

o  Ketuban berbau 

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 10/16

10

  Faktor risiko minor: 

o  Ketuban pecah >12 jam 

o  Ibu demam saat intrapartum , suhu >37,5 ˚C 

o   Nilai APGAR rendah (menit ke-1 <5, menit ke-5 <7) 

o  Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) <1500 gram 

o  Usia gestasi <37 minggu 

o  Kehamilan ganda 

o  Keputihan yang tidak diobati 

o  Infeksi saluran kemih (ISK) atau tersangka ISK yang tidak diobati 

Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan (Septic Marker)1 

  Hitung leukosit (normal: 5.000-30.000/uL)

  Hitung trombosit (normal: >150.000/uL)

  IT rasio yaitu rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (normal: <0,2)

Usia 1 hari 3 hari 7 hari 14 hari 1 bulan

IT rasio 0,16 0,12 0,12 0,12 0,12

 CRP (normal: 1,0 mg/dl atau 10 mg/l)

Septic Workup

Yang dimaksud dengan septic workup adalah septic marker dan pemeriksaan kultur 

darah.1 

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 11/16

11

Pendekatan diagnosis dapat dilihat pada algoritma sepsis neonatorum.1 

Algoritma

Sepsis NeonatorumGejala klinis sepsis

Septic workup

Antibiotik

(+) (-)

Faktor resiko (+)

1 mayor atau

2 minor 

Faktor resiko (-)

Observasi

Septic marker 

Normal Meragukan Abnormal

(minimal 2 septicmarker (+))

Ulang septicmarker 12-24 jam

Normal

Observasi

Ulang septicmarker 12-24 jam

Normal AbnormalKultur Antibiotik

Stop bila kultur (-)

 

VIII. Penatalaksanaan

Pemilihan antibiotik untuk terapi inisial mengacu pada jenis kuman penyebab tersering

dan pola resistensi kuman di masing-masing pusat kesehatan. Segera setelah didapatkan hasil

kultur darah, pemberian antibiotik disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola resistensi.1 

Antibiotik sebaiknya diberikan berupa kombinasi. Selain untuk memperluas cakupan

terhadap mikroorganisme patogen, hal ini penting untuk mencegah resistensi.1 

Divisi Perinatologi RSCM menggunakan obat golongan Ceftazidim sebagai antibiotik 

 pilihan pertama. Dosis yang dianjurkan 50-100 mg/kg/kali (tergantung beratnya gejala sepsis),

diberikan 2 kali sehari.1 

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 12/16

12

Untuk kasus infeksi berat, dipakai antibiotik golongan imipenem/meropenem dengan

dosis 25 mg/kg/kali. Frekuensi pemberian 2 kali sehari.1 

Untuk infeksi jamur dapat dipakai Amphotericin B (Liposomal), dosis 1 mg/kg/hari dapat

ditingkatkan sampai maksimal 3 mg/kg/hari. Pilihan lain adalah Fluconazole, dosis inisial 6

mg/kg, kemudian 3 mg/kg. Usia ≤1 minggu: setiap 72 jam; usia 2-4 minggu: 48 jam; usia ≥4

minggu: 24 jam.1 

Tatalaksana non-konvensional

1. Imunoglobulin intravena

Imunoglobulin intravena saat ini belum dianjurkan untuk pemberian rutin sebagai

 profilaksis maupun terapi SNAD. Banyak penelitian mengenai hal ini menggunakan jumlah

sampel yang kecil, dan belum ada sediaan imunoglobulin yang spesifik. Beberapa efek samping

dan komplikasi telah dilaporkan, seperti infeksi, hemolisis, dan supresi kekebalan tubuh pada

 pemberian imunoglobulin hiperimun. Pada kondisi tertentu seperti sepsis berat atau infeksi

 berulang pada neonatus kurang bulan, ada peneliti yang menganjurkan pemberian imunoglobulin

intravena dengan dosis 500-1000 mg/kg/kali setiap 2 minggu.1 

2. Transfusi FFP (Fresh Frozen Plasma)

FFP mengandung antibodi, komplemen, dan protein lain seperti C-rective protein dan

fibronectin. Antibodi bayi baru lahir terbatas pada spesifikasi yang dihasilkan ibunya, tidak 

termasuk antibodi proktektif terhadap patogen tertentu. FFP mengandung antibodi proktektif,

namun dalam dosis 10 ml/kg, jumlah antibodi tidak adekuat untuk mencapai kadar proteksi pada

tubuh bayi. Pada pemberian secara kontinu (seperti 10 ml/kg setiap 12 jam), kadar proteksi dapat

tercapai.1 

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 13/16

13

A. Transfusi Granulosit

Transfusi granulosit sebagai terapi adjuvan pada SNAD dan infeksi neonatus umumnya

masih dalam tahap uji coba dan belum dianjurkan penggunaanya. Hanya beberapa pusat

kesehatan di Amerika Serikat yang mampu mengisolasi granulosit untuk sediaan transfusi.

Transfusi granulosit juga potensial mempunyai kompliksai seperti infeksi dan reaksi transfusi,

disamping biaya yang tinggi dan teknik pembuatan yang sulit.1 

B. Pemberian G-CSF dan GM-CSF

Akhir-akhir ini banyak peneliti mempelajari colony-stimulating factor, yaitu suatu protein

spesifik yang penting untuk proliferasi dan diferensiasi sel progenitor granulosit serta

mempengaruhi fungsi granulosit matang. Saat ini terdapat 2 jenis protein yang banyak diteliti,

yaitu granulocyte stimulating factor (G-CSF) dan granulocyte-macrophage colony-stimulanting

factor (GM-CSF). Suatu penelitian melaporkan peningkatan jumlah neutrofil absolute, eosinofil,

monosit, limfosit dan trombosit dengan pemberian GM-CSF rekombinan pada neonatus yang

sepsis. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektivitas terapi ini.1 

C. Transfusi Tukar

Secara teoritis, transfuse tukar menggunakan whole blood segar pada sepsis neonatorum

 bertujuan untuk: mengeluarkan/mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediator-mediator 

 penyebab sepsis; memperbaiki perfusi perifer dan pulmonal dengan menggunakan kapasitas

oksigen dalam darah; memeprbaiki system imun dengan adanya neutrofil dan berbagai antibodi

yang mungkin terkandung dalam darah donor. Transfusi tukar juga mempunyai beberapa

kelemahan seperti kesulitan teknik pelaksanaan, potensi terjadi infeksi, dan reaksi transfuse.

Belumada penelitian berskala besar untuk menguji efikasi dan keamanannya, sehingga trasnfusi

tukar tidak dianjurkan sebagai terapi SNAD mauoun sepsis umum.1 

D. Kortokosteroid

Terapi kortikosteroid intravena terhadap sepsis masih controversial. Walaupun

kortikosteroid penah digunakan sebagai terapi sepsis, namun kemanjurannya masih diragukan,

mungkin karena pemberiaanya terlambat yaitu setelah kaskade mediator inflamasi dimulai.1 

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 14/16

14

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi dari sepsis neonatorum, antara lain:5 

  Syok karena lepasnya toksin kedalam cairan darah

  Meningitis

  Gangguan metabolic

  Pneumonia

  Infeksi saluran kemih

  Gagal jantung kongestif 

  Kematian

X. Prognosis

Dengan diagnosis dan pengobatan dini bayi dapat terhindar dari sepsis yang

 berkepanjangan, namun bila tanda klinis dan/atau adanya faktor risiko yang berpotensial

menimbulkan infeksi tidak terdeteksi, maka angka kesakitan dan kematian dapat meningkat.

Gejala sisa neurologist timbul pada 15-30% neonatus dengan meningitis.1

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 15/16

15

BAB III

KESIMPULAN

Sepsis neonatorum / sepsis neonatus adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sistemik dan disertai bakteriemia dan kultur darah yang positif yang terjadi dalam bulan pertama

kehidupan. Sepsis neonatorum diklasifikasikan menjadi: early onset dan late onset. Etiologi dari

sepsis neonatorum Bakteri gram positif : penyebab paling sering Streptokokus grup B, Bakteri

gram negatif penyebab nomor 2 terbanyak Escherichia coli Kl. Patogenesa dari sepsis early dan

late tergantung dari faktor-faktor resiko yaitu; faktor ibu-anak dan faktor mayor -minor.

Diagnosis sepsis ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta gejala klinis, dan

laboratorium. Terapi sepsis neonatus adalah secara umum,khusus dan antibiotik.

7/22/2019 Sepsis Neonatroum

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-neonatroum 16/16

16

DAFTAR PUSTAKA

1.  Amirullah, Asril. Buku Ajar neonatologi ed1. Ikatan dokter Anak Indonesia. 2009.

2.  Divisi Perinatologi. Sepsis Neonatorum. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu

Kesehatan Anak RSCM. 2007. Jakarta. p403-10

3.   Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I Edisi III. 1992. Jakarta: EGC. p67

4.  Prof.Herry Garna, dr, Sp.A (K), Ph.D. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Kesehatan Anak, edisi ke-3. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad.

Halaman : 109 – 112. 

5.  Verani JR, McGee L, Schrag S. Prevention of Perinatal Group B Streptococcal Disease,

Revised Guidelines from CDC, 2010. Morbidity and Mortality Weekly Report. 59(RR-

10): 1-36, 2010.

6.  Stoll et al . Early onset neonatal sepsis: the burden of group B streptococcal and E.coli disease continues. Pediatrics 2011: 127:817-826.