teknologi tanpa iman

Upload: ibnu-masykur

Post on 26-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Teknologi Tanpa Iman

    1/2

    Khutbah Jumat: Teknologi Tanpa Iman

    .

    . .

    . : .

    : .

    Maasyiral Muslimin RahimakumullahMarilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt yang tak henti-

    hentinya mengalirkan rahmat dan inayah-Nya ke dalam sungai kehidupan ini. Sehingga kita

    mampu melalui kehidupan kemaren, menjalani kehidupan sekarang dan mudah-mudahan

    menapaki hari esok.

    Shalawat serta salam terlimpah ke haribaan junjungan Nabi Muhammad saw. manusia paling

    mulia di sisi-Nya dan penolong yang memiliki syafaat di hari kiyamat. Semoga kita semua

    selaku umat dan pengagumnya menjadi manusia yang diprioritaskan mendapatkan syafaatnya.

    Amien

    Hadirin Jamaah Jumah Rahimakumullah

    Marilah kita menengok seksama kejadian akhir-akhir ini. Kejahatan sosial kembali marak terjadi

    di sekeliling kita. Terutama di kota-kota besar di Indonesia. Ketika perut terlalu lama tidak

    dipenuhi tuntutannya. Sedangkan sederet mobil mewah silih berganti parkir di depan berbagai

    restoran cepat saji di sepanjang jalan. Atau ketika para perempuan wangi berseliweran

    menenteng sopping-bag yang tertempel di depannya berbagai merek terkenal, melewati para

    perempuan gembel di penyebrangan jalan yang menengadahkan tangan hanya sekedar

    menggugurkan tuntutan anak-anaknya di bawah kolong jembatan yang dengan setia menanti

    segenggam makanan. Dan sederet lukisan mengenaskan yang menggambarkan betapa luasnyajarak bentang antara mereka yang kaya dan yang papa, mereka yang hiup dengan gaya hedonis

    dan yang bergaya pesimis.

    Lantas masih adakah harapan yang dapat merubah wajah negeri tercinta ini yang secara perlahan

    dapat merubah raut wajah bangsa ini. Bangsa yang sudah terlanjur tekenal sopan tapi melarat.

    Bangsa yang terkenal religious tapi miskin. Bangsa Timur yang terkenal faqir. Dapatkah wajah-

    wajah itu berubah? Atau malah akan semakin parah?

    Para Hadirin yang berbahagiaInilah tantangan kita bersama. Tantangan bangsa dan umat muslim Indonesia yang jumlahnya

    mengatasi berbagai umat agama lainnya di Indonesia. Pada kesempatan ini Khatib hanya inginmengingatkan saja, marilah kita bersama-sama memperbaiki keadaan ini, kita mulai dari diri

    sendiri. Jangan terlalu mengharap banyak dan menghayal adanya kesuksesan tanpa ada sebuah

    permulaan.

    Meraba diri kita sejauh manakah kepekaan social kita? Sudahkan hari ini kita menyapa tetangga

    samping rumah kita? Sudahkan kita memberikan senyuman kepada front office di belakang

    mejanya? Suahkah kita menyempatkan melongok ke luar jendela mobil kita untuk sekedar

    menyapa para tukang ojek yang mangkal di perempatan jalan yang selalu kita lalui? Jangan-

    jangan kita tidak pernah melakukan itu semua? Karena kita terlalu asyik dengan Televisi, Hand

    Phone, Note Book, tablet atau Blackberry. Berbagai benda yang berhasil membawa kita

    menjelajahi dunia dan mengangkat derjat kita sebagai orang modern yang melek media? Laluapakah artinya melek media kalau itu membuat kita terkungkung dalam tempurung imagenasi

    bukan realita. Apakah arti melek teknologi bila kita buta realita?

    Maasyiral Muslimin RahimakumullahSungguh berbagai kemajuan teknologi itu telah banyak kita gunakan. Ia telah menggeser posisi

    tetangga-tetangga kita. Benar, teknologi itu menjadi lebih dekat dengan kita dibandingkan

    keluarga dan juga tetangga. Inilah virus individualitas yang harus dihindari.

  • 7/25/2019 Teknologi Tanpa Iman

    2/2

    Telah disinggung oleh al-Quran dalam an-Nisa 36:

    SembahlahAllah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan

    berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang

    miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hambasahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-

    banggakan diri

    Bila dilihat sepintas lalu, ayat di atas menyandingkan antara pelarangan menyekutukan Allahswt. dengan perintah berbuat baik kepada orang tua, karib, kerabat, teman dan lainnya. Ini dapat

    diterjemahkan bahwa bahwa menjalin hubungan dan menciptakan jejaring social tidak kalah

    pentingnya dengan men-tauhid-kan Allah swt. Jika berhubungan dengan-Nya (hablum

    minalllah)Allah swt hanya melarang kita agar tidak menyekutukan-Nya, sedangkan

    berhubungan dengan sesama manusia (hablum minan nas)Allah swt memerintahkan untuk

    berbuat baik kepada mereka semua.

    Ketika kita mengabaikan perintah yang termaktub dalam ayat di atas, maka kebangkrutan sosial

    itu akan terjadi. Itu semua akibat ulah manusia yang enggan menjalin silaturrahmi dengan

    sesamanya. Sehingga terlahirlah individualism yang banyak menggantungkan hidup pada

    berbagai benda teknologi yang tak berjiwa dan tak bernyawa. Ketergantungan ini haruslah

    segera kita sadari, karena bila penggunaan itu tidak dilandaskan atas kesadaran akan mengarah

    pada kehancuran akhlaq dan juga keimanan. Bahkan akan mengakibatkan kehancuran nilai-nilai

    sosial, sehingga menambah rusaknya sendi kehidupan berbangsa, seperti yang terjadi sekarang

    ini.

    Dengan kata lain, hadirin yang terhormat,Berbagai patologi sosial (pencurian, perampokan,

    pembunuhan, gelandangan dan berbagai pelanggaran norma sosial) yang muncul akhir-akhirdisebabkan karena tiadanya interaksi social dan melemahnya kontrol di dalamnya. Ini semua

    dikarenakan pola pikir keranjingan terhadap teknologi yang kebablasan.

    Semoga Allah swt membukakan hati kita bersama, dan menjaganya agar tetap sadar dan ingat

    akan berbagai bahaya yang mengancam manusia muslim Indonesia yang hidup di Negara yang

    sedang demam modernism dan liberalism ekonomi. Karena itulah sesungguhnya yang akan

    menjauhkan kita dari saudara sesama muslim dan menggantikannya dengan berbagai benda

    teknologi yang kering tanpa jiwa.

    KHUTBAH KEDUA:

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    ! .