03 bab ii pengantar pengolahan limbah cair

Upload: sudarno-utomo

Post on 22-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    1/15

    BAB II

    DASAR-DASAR PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

    2.1. Pengolahan Limbah Secara Fisika

    Bahan tersuspensi berukuran besar, mudah mengendap atau terapung harus

    disisihkan lebih hadulu, agar tidak mengganggu tahap pengolahan berikutnya.

    Screening (penyaringan) dapat dipilih sebagai cara penyisihan padatan paling murah

    dan efisien. Penyisihan terhadap bahan mudah mengendap digunakan teknik

    pengendapan. Parameter utama desain pengendapan adalah kecepatan partikel

    mengendap dan waktu detensi hidrolis dalam bak pengendap. Teknik flotasi dipakai

    untuk menyisihkan bahan mengapung (misal; minyak). Flotasi juga dipakai

    menyisihkan bahan-bahan tersuspensi (clarification) dan pemekatan lumpur (sludge

    thickening) dengan menghembuskan udara ke atas (air flotation).

    Proses filtrasi dalam pengolahan limbah, biasanya untuk mendahului proses

    adsorbsi atau reverse osmosis. Diharapkan filtrasi mampu menyisihkan sebanyak

    mungkin partikel tersuspensi di dalam limbah, agar tidak mengganggu proses adsorbsi

    atau menyumbat membran osmosa. Proses adsorbsi dengan karbon aktif, untuk

    menyisihkan senyawa aromatik (contoh; fenol) dan senyawa organik lain. terutama

    jika diinginkan untuk menggunakan kembali air limbah tersebut. Aplikasi teknologi

    membran (reverse osmosis) biasanya untuk pengolahan skala kecil. Kualitas hasil

    pengolahan reverse osmosisrelatif lebih baik, sehingga dapat dimanfaatkan kembali,

    namun biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    2/15

    PemisahanCair

    Padatan

    Penapisan

    Presipitasi

    Tipebertekanan

    Tipegravitasi

    Tiperesirkulasiberlumpur

    Tipepalletselimutlumpur

    Tipeselimutlumpur

    Tipekonvensional

    Presipitasisentrifugasi

    Dehidrasisentrifugasi

    Filtrasi

    Flotasi

    Centrifugasi

    Filtrasi

    Filtermembran

    Dewatering

    Klarifier

    Pemekatan

    Filtrasiprecoat

    Filtrasi

    Filtrasilambat

    Filtrasicepat

    Mikrofilter

    Ultrafilter

    Reverseosmosis

    Dialisiselektris

    Filtertekan/press

    Beltpress

    Filtervacuumrotasi

    Gambar 2. 1. Diagram Pemisahan Bahan Padat.

    Sumber :http://www.dephut.go.id/informasi/setjen/pusstan/info_5_1_0604/isi_5.htm,2004.

    2.2.

    Pengolahan Limbah Secara Kimia

    Penggunaan bahan kimia, untuk menyisihkan koloid, logam berat, bahan

    organik beracun dan senyawa fosfor. Bahan kimia bekerja dengan merubah sifat, dari

    sulit mengendap menjadi mudah diendapkan; flokulasi-koagulasi, baik dengan atau

    tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

    Larutan bahan tersuspensi biasanya sulit mengendap. Pembubuhan elektrolit yang

    mempunyai muatan berlawanan dengan muatan koloid menjadikan muatan koloid

    netral, sehingga dapat diendapkan.

    http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htm
  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    3/15

    Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dengan menaikan pH (pembubuhan

    larutan alkali misal; air kapur) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam

    tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam lebih stabil jika pH air > 10,5

    dan untuk endapan hidroksiapatit pada pH air > 9,5. Terhadap krom heksavalen,

    sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi

    menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

    Penyisihan bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi

    rendah dapat dioksidasi dengan chlor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon serta

    hidrogen peroksida. Sebenarnya pengolahan secara kimia memberi tingkat efisiensi

    penyisihan yang tinggi, tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan

    bahan kimia (Raharjo, 2002).

    Pengolahan Kimia Fisika

    Netralisasi

    Penukar ion

    Koagulasi & Flokulasi

    Alumina aktif

    Karbon aktif

    Adsorbsi

    Oksidasi dan atau Reduksi

    Aerasi

    Ozonisasi

    Elektrolisis

    Oksidasi kimia/reduksi

    UV

    Resin penukar anion

    Resin penukar kation

    Zeolite

    Gambar 2. 2. Diagram Jenis Pengolahan Kimia Fisika.

    Sumber :http://www.dephut.go.id/informasi/setjen/pusstan/info_5_1_0604/isi_5.htm,2004.

    http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htm
  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    4/15

    2.3. Pengolahan Limbah Secara Biologi

    Semua limbah biodegradabledapat diolah secara biologis. Pengolahan biologis

    menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat bahan

    pancemar. Pengolahan biologis berlangsung dalam lingkungan :

    a. Anaerob, yakni kondisi DO (oksigen terlarut) dalam air tersedia cukup

    banyak, sehingga oksigen bukan sebagai faktor pembatas.

    b.

    Anoksik, yakni kondisi konsentrasi oksigen terlarut dalam air rendah.

    c. Anaerob, yakni kondisi tidak terdapat oksigen terlarut dalam air.

    PengolahanBiologi

    Aerobtreatment

    Anaerobictreatment

    Pencernaanaerobic

    ProsesUASB

    Proseslumpuraktif

    Aerasi

    Saluranoksidasi

    Prosesbebasbulki

    Metodestandar

    Prosesnitrifikasidandenitrifikasi

    PengolahanfilmBiologis

    KombinasiAnaerob-AerobdanJenisLagoon

    Cakrambiologi

    Prosesfilterbiologidiaerasi

    Aerasikontak

    Filtertrikling

    Prosesmediaunggunbiologi

    Gambar 2. 3. Diagram Jenis Pengolahan Biologis.

    Sumber :http://www.dephut.go.id/informasi/setjen/pusstan/info_5_1_0604/isi_5.htm,2004.

    Berdasarkan jenis reaktor, sebagai media dimana mikroorganisme tumbuh dan

    berkembangbiak melakukan proses pengolahan, dibedakan (Marsono, 2000) :

    a.

    Reaktor terlekat (attached growth reactor), yakni mikroorganisme yang

    berperan dalam proses biologis tumbuh dan berkembang biak secara terlekat

    pada suatu media dengan membentuk lapisan lendir (biofilm). Contoh

    trickling filter, cakram biologi, filter terendam danfludized bed.

    b. Reaktor tersuspensi (suspended growth reactor), yakni mikroorganisme

    yang berproses, tumbuh dan berkembang biak secara tersuspensi contohnya

    http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htmhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htm
  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    5/15

    proses lumpur aktif. Modifikasi pengolahan tersuspensi, antara lain kolam

    oksidasi (oxidation ditch), kontak-stabilisasi, modified aeration, dan pure

    oxygen proces.

    Selain dua jenis diatas, ada jenis pengolahan lagoon atau kolam. Yaitu

    pengolahan limbah dengan cara menampungnya dalam kolam yang luas dalam waktu

    lama. Reduksi bahan pencemar diperoleh dari aktifitas mikroorganisme yang

    menggunakan sumber carbon dan energi dari bahan polutan. Supaya waktu tinggal

    dan proses lebih cepat, pada lagoondapat dilakukan aerasi. Pengolahan secara biologi

    dipandang sebagai pengolahan paling murah dan efisien.

    2.3.1.

    Mikroorganisme pengolahan biologis

    Mikroorganisme atau mikroba berperan penting dalam proses pengolahan

    biologis. Mikroorganisme adalah substansi bersel satu, berkelompok, membentuk

    koloni yang saling berinteraksi, dalam pertumbuhanya memerlukan energi, karbon

    dan nutrien. Berdasarkan kebutuhan nutrisinya dikenal jenis mikroorganisme :

    a. Autotrof, sumber karbon dari CO2, dan HCO3.

    b. Heterotrof, sumber karbon dari karbon organik.

    c.

    Facultatif, sumber karbonya dapat karbon organik, CO2, dan HCO3.Berdasar sumber energi yang digunakan mikroorganisme untuk melakukan

    aktivitasnya, dikenal jenis :

    a).

    Phototroph, sumber energi dari cahaya. Mikroorganisme phototroph dapat

    merupakan mikrorganisme heterotrof (misal bakteri sulfur) dan organisme

    aututrof(misal alga dan bakteri fotosintesis).

    b).

    Chemotroph, sumber energi dari reaksi kimia (reduksi dan oksidasi bahan

    organik). Mikroorganisme chemotroph, dapat merupakan mikrorganisme

    heterotrof (misal protozoa, fungi, dan bakteri) dan mikroorganisme aututrof

    (misal bakteri nitrifikasi).

    Berdasar temperatur yang cocok untuk tumbuhnya mikroorganisme, dikenal :

    a). Psycrophilic, mikroorganisme dapat tumbuh pada -10 oC hingga 30 oC tetapi

    optimum pada suhu 12 oC hingga 18oC.

    b).Mesophilic, mikroorganisme dapat tumbuh pada 20 oC hingga 50 oC tetapi

    optimum pada suhu 25 oC hingga 40oC.

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    6/15

    c).

    Thermophilic, mikroorganisme dapat tumbuh pada 35 oC hingga 75 oC tetapi

    optimum pada suhu 55 oC hingga 65oC.

    2.3.2.

    Proses anaerob

    Mikroorganisme jenis bakteri fakultatif dan anaerob (seperti Bacteroides,

    Bifidobacterium, Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus) lebih dominan meski

    ditemukan pula jamur dan protozoa. Identifikasi terhadap degradasi asam benzoat

    yang ditemukan hanya jenis Clostridium sp. (Djajadiningrat dan Wahyuni, 1994).

    Hasil akhir degradasi anaerob terhadap bahan pencemar organik komplek (golongan

    karbohidrat, protein, lemak) adalah gas methan, karbon dioksida, hirogen, amoniak

    dan sulfida.

    Gas-gas tersebut adalah produk dari beberapa jenis mikroorganisme yang

    bekerja saling sinergis. Ada empat kelompok mikroorganisme yang berperan (Archer

    dan Kirsop, 1991; Barnes dan Fitzgerald, 1987; Sahm, 1984; Sterrit dan Lester, 1988;

    Zeikus, 1980 dalam Said dan Ineza, 2002) yaitu :

    Zat Organik Komplek

    (polisakarida, protein, lemak)

    Monomer (misal monosakarida,asam amino, peptida, gliserin)

    Asam lemak, alkohol, ketone

    Asetat, CO2, H2

    Methane

    1 Bakteri Hydrolitik

    2 Bakteri Acidogenik Fermentatif

    3 Bakteri Acetogenik

    TahapHidrolisis

    TahapAcidogenesis

    TahapAcetogenesis

    TahapMetanogenesis

    4 Bakteri Methanogenik

    Gambar 2. 4. Penguraian Bahan Organik Secara Anarob.

    Sumber : Said dan Ineza, 2002.

    1). Kelompok bakteriHidrolitik

    Pemecahan bahan organik komplek (misal karbohidrat, protein, lemak, lignin,

    lipid) menjadi monomer sederhana (monosakarida, asam amino, peptida, gliserin)

    oleh bakteri anaerob jenis Hidrolitik. Bakteri Hidrolitik memproduksi enzim

    hidrolase (sellulase, protease, dan lipase) sebagai katalisator ektra selluler. Meski

    Senyawa organik CH4+ CO2+ H2+ NH3+ H2S

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    7/15

    CH3CH2OH + CO2 CH3COOH + 2 H2Etanol Asam asetat

    CH3CH2COOH + 2 H2O CH3COOH + 2 CO2+ 3 H2Asam Propionat Asam asetat

    CH3CH2CH2COOH + 2 H2O 2 CH3COOH + 2 H2Asam butirat Asam asetat

    dibantu enzim proses penguraian tergolong lambat terutama terhadap limbah

    sellulolitik yang yang mengandung lignin.

    2). Kelompok bakteriAcidogenik fermentatif

    Akaktifitas bakteri Acidogenik (pembentuk asam) fermentatif misalnya

    Clostridiummerubah gula, monosakarida, asam amino, gliserin, peptida menjadi

    asam lemak (low fatty acids), asam organik (asam asetat, propionik, formic, lactic,

    butirik, suksinik), alkohol keton (misal; etanil, metanol, gliserol, aseton), asetat,

    CO2 dan H2. Fermentasi karbohidrat produk utamanya asetat yang dipengaruhi

    bakteri, kondisi kultur, pH serta potensial redok.

    3).

    Kelompok bakteriAcetogenik

    BakteriAcetogenik(contoh; Syntrobacter wolinii, Syntrophomonas wolfeisebagai

    bakteri produsen asetat dan H2) merubah asam lemak (asam propionat, asam

    butirat) dan alkohol menjadi asetat, hidrogen dan karbon dioksida. Produk bakteri

    ini (asam volatil dan alkohol sederhana) sangat berguna bagi bakteri anorganik

    obligat sepertiMethanogensebagai sumber karbon atau energi. Sebaliknya bakteri

    Methanogen menghasilkan ikatan hidrogen rendah sangat berguna bagi bakteri

    Acetogenik. Proses perubahan etanol, asam propionat, dan asam butirat menjadi

    asam asetat oleh bakteriAcetogenikadalah :

    Pertumbuhan bakteri Acetogenik jauh lebih cepat (max mendekati 1 per jam)

    dibandingMethanogensekitar 0,04 perjam.

    4). Kelompok bakteriMethanogen

    Gas metan yang dilepas ke atmosfer 500800 juta ton/tahun, ini menempati

    proporsi 0,5% dari semua bahan organik di alam. Sekitar 2/3 methan dihasilkan

    dari konversi asetat oleh Methanogen asetotropic. Sisanya (1/3) hasil reduksi

    karbon dioksida oleh hidrogen (Mackie dan Bryant, 1984 dalam Said dan Ineza,

    2002). Neraca masa pembentukan gas methan dapat dibaca pada diagram berikut :

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    8/15

    AsamPropionat

    13% 15%

    15%

    Senyawa

    HasilAntara

    AsamAsetat

    ZatOrganikKomplek

    [COD100%]

    GASMETHANE

    15% 65%

    20%

    17% 20%

    72%

    Gambar 2. 5. Neraca Masa Proses Penguraian Secara Anarob.

    Sumber : Schroeder, 1977 dalam Jenie dan Rahayu, 1993.

    Gas methan terbentuk dari aktifitas kelompok bakteri Methanogen baik gram

    positif atau negatif, berasal dari sedimen dalam atau pencernaan herbivora. Waktu

    tumbuh sekitar 3 hari pada 35 oC atau 50 hari pada 10 oC.

    Bakteri methan yang berhasil diidentifikasi adalah :

    a). Methanobacterium, bakteri berbentuk batang tidak membentuk spora.

    b).Methanobacillus, bakteri berbentuk batang dan membentuk spora.

    c).

    Methanococcus, bakteri berbentuk kokus dan membelah diri.

    d).Methanosarcina, bentuk sarcinae 90o, tumbuh dalam kotak terdiri 8 sel.

    Tabel 2.1. Hasil Identifikasi Dan Klasifikasi BakteriMethanogen.

    ORDE FAMILI GENUS SPECIES

    Methanobacteriales Methanobacteriaceae Methanobacterium M. formicicum

    M. byranti

    M. thermoautotrophicum

    M. ruminantium

    M. arboriphilus

    Methanobrevibacter M. smithii

    M. vannielli

    Methanococcales Methanococcaceae Methanococcus M. voltae

    Methanomicrobium M. mobile

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    9/15

    Lanjutan Tabel 2.1

    ORDE FAMILI GENUS SPECIES

    Methanomicrobiales Methanomicrobiaceae Methanogenium M. cariaciM. marisnigri

    M. hungatei

    Methanospillum M. barkeri

    Methanosarcinales Methanosarcinaceae Methanosarcina M. mazei

    Sumber : Balch et al, 1979 dalam Said dan Ineza, 2002.

    Beberapa keunggulan proses pengolahan secara anaerobik dibanding proses aerobik

    adalah :1).

    Proses anaerobik mampu memecah senyawa Xenobiotik (misal; Chlorinated

    aliphatic hydrocarbons, trichlorethylene, trihalomethane) dan senyawa alami

    recalcitrant seperti lignin.

    2).

    Proses anaerobik dapat segera menggunakan CO2 sebagai penerima elektron.

    Proses tidak menggunakan oksigen, sehingga lebih hemat.

    3). Menghasilkan lumpur lebih sedikit (320 kali lebih sedikit dibanding aeribik).

    Secara aerobik 50% karbon organik dirubah menjadi biomasa tetapi proses

    anaerobik hanya 5% karbon organik yang dirubah. Lumpur proses anaerobik tiap

    1 metrik ton COD tinggal 20150 kg biomasa, tetapi proses aerobik lumpurnya

    400600 kg biomasa (Speece, 1983 dalam Said dan Ineza, 2002).

    4). Gas methan, hasil proses anaerobik bermanfaat, karena 90% methan adalah energi

    dengan nilai kalor 9.000 kkal/m3.

    5).

    Bakteri anaerobik lebih sedikit menggunakan energi.

    6). Proses anaerobik cocok untuk limbah dengan kandungan organik tinggi.

    7). Memungkinkan diterapkan pada limbah dalam skala besar.

    Kelemahan proses pengolahan secara anaerobik :

    1). Lebih lambat dibanding pengolahan aerobik.

    2). Sensitif terhadap senyawa toksik

    3). Start up membutuhkan waktu lama

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    10/15

    2.3.3. Proses aerobik

    Mikroorganisme aerobik memecah senyawa organik komplek menjadi CO2

    (karbon dioksida), amonium, H2S dan air. Kemudian amonium dirubah menjadi nitrat,dan H2S dioksidasi menjadi sulfat. Proses pengolahan secara aerobik hanya mampu

    menerima beban pengolahan lebih rendah dibanding secara anaerob.

    Menurut Said dan Ineza, (2002), beberapa faktor yang mempengaruhi proses

    penguraian bahan secara aerobik adalah :

    1). Temperatur, untuk proses pengolahan aerobik tidak berbeda dengan proses

    anaerobik. Berada dalam kisaran mesophilic 25 40 oC optimumnya 35 oC.

    Kecepatan dokomposisi meningkat pada kisaran suhu 5 oC 35 oC. Terjadi

    peningkatan dua kali lipat proses dekomposisi dan konsumsi oksigen setiap

    peningkatan 10oC (Effendi, 2003).

    2). Derajat keasaman. pH adalah faktor kunci kehidupan mikroorganisme. Ada

    beberapa mikroorganisme dapat hidup pada pH diatas 9,5 atau di bawah 4,0

    umumnya mikroorganisme hidup optimum pada pH 6,57,5.

    3).

    Waktu tinggal hidrolis, adalah waktu tinggal air limbah dalam reaktor. Makin

    lama waktu tinggalnya maka penyisihan makin optimum. Waktu tinggal rata-rata

    bervariasi antara 1 jam hingga berhari-hari.

    4).

    Nutrien, bagi mikroorganisme untuk sumber kebutuhan energi pertumbuhan.

    Kira-kira 0,11 lb nitrogen dilepas dari oksidasi 1 lb sel mikroorganisme.

    Pendekatan umum yang dipakai adalah BOD : N : P pada nisbah 100 : 5 : 1. Studi

    Reaksi pemecahan bahan organik :

    OksigenSenyawa Polutan Organik CO2+ H2O + NH4+ Biomasa

    Heterotropic

    Reaksi Nitrifikasi :

    NH4+ + 1,5 O2 NO2

    - + 2 H+ + H2O

    NO2- + 0,5 O2 NO3-

    Rekasi Oksidasi Sulfur :

    S2- + O2 + 2 H+ S0 + H2O

    2 S + 3 O2 + 2 H2O 2 H2SO4

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    11/15

    dengan limbah defisien nutrien menetapkan 34 lb N dapat dihilangkan oleh 100

    lb BOD dimana 0,50,7 lb/100 lb BOD yang dihilangkan dapat mencegah kondisi

    defisien nutrien. Sehingga nisbah BOD : N : P bisa menjadi 100 : 3 : 0,6 (Jenie

    dan Rahayu, 1993).

    2.3.4. Kombinasi proses anaerobik - aerobik

    Menurut Said dan Herlambang (2001), Apabila COD air limbah tidak melebihi

    4.000 mg/l, proses aerob lebih ekonomis sedangkan pada COD lebih tinggi dari 4.000

    mg/l, proses anaerob adalah pilihan yang tepat. Gabungan proses pengolahan secara

    anaerobik dan aerobik dipandang sebagai solusi. Biological film adalah

    mikroorganisme yang tumbuh membentuk lapisan lendir.

    Media terlekat digunakan sebagai sarana menumbuhkan mikroorganisme. Bahan

    organik limbah, dicerna oleh mikroorganisme yang terlekat biological film. Dengan

    pertumbuhan terlekat proses anaerob dan aerob lebih mudah dilaksanakan karena

    mikroorganisme tidak terbawa aliran effluent.

    O2

    ZONAANAEROB

    ZONAANOKSIK

    LAPISANUDARA

    BOD, N, P dan Nutrien lain

    NH4-N

    H2S

    H2O

    N2

    CO2

    Senyawa hasil metabolisme yang lain

    NO3NO2

    SO4

    ZONAAEROB

    Gambar 2. 6. Mekanisme Kombinasi Proses AnaerobAerob

    Sumber : Said dan Herlambang, 2001.

    Pada lapisan biofilm yang tebal, terjadi proses anaerob di bagian dalam dan

    diluarnya proses aerob. Misalnya H2S hasil proses anaerob dioksidasi secara aerob

    menjadi SO4. Pada lapisan biofilm terjadi kondisi anaerob dan aerob secara bersamaan

    sehingga proses reduksi senyawa nitrogen menjadi lebih mudah. Pada kondisi aerob

    nitrogen amonium dirubah menjadi nitrit dan nitrat. Kemudian pada kondisi anaerob,

    nitrit dan nitrat mengalami denitrifikasi menjadi nitrogen. Secara grafis dapat

    digambarkan (Herlambang, et al,, 2002) sebagai berikut :

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    12/15

    ZONA

    ANAEROB

    ZONA

    AEROB

    LA

    PISAN

    U

    DARA

    NO3- NO2

    -

    NO3-Nitrifikasi

    N2O N2

    NH4+

    NO2-

    N2O

    NH4+

    Denitrifikasi

    Amoniadalamairlimbah

    Gambar 2. 7. Mekanisme Proses Penghilangan Amonia.

    Sumber : Herlambang, et al, 2002.

    Kombinasi proses anaerob-aerob memberi efisiensi yang lebih baik. Tingkat

    efisiensi proses yang menggunakan media terlekat dapat didekati dengan luas

    permukaan biological film. Semakin luas bidang kontak maka tingkat efisiensi

    semakin besar. Metode pengolahan ini dapat mengolah air limbah dengan konsentrasi

    pencemar yang tinggi serta tahan terhadap fluktuasi debit, konsentrasi dan suhu air

    limbah. Kelebihan lain, adalah lumpur yang dihasilkan jauh lebih sedikit. Metode

    lumpur aktif menghasilkan lumpur sebesar 30% 60% dari BOD yang dihilangkan.

    Sedangkan metode ini hanya menghasilkan lumpur 10% 30% (Herlambang, et al,,

    2002).

    2.3.5. Kenetika penyisihan bahan pencemar

    Efisiensi reduksi bahan pencemar dihitung dengan formula pendekatan, sebagai

    berikut :

    Keterangan :

    (%) = prosentase penyisihan.

    C in = konsentrasi zat pencemar pada influen

    C ef = konsentrasi zat pencemar pada effluen

    Persamaan kinerja pengolahan limbah cair secara biologis banyak yang

    mengikuti laju reaksi orde satu. Proses penghilangan polutan sangat spesifik

    %100(%) xCin

    CefCin

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    13/15

    tergantung dari karakteristik air limbah, koloni mikroorganisme, karakteristik reaktor,

    dan kedalaman reaktor (Said dan Ineza, 2002).

    Persamaan dasar yang dikembangkan :

    Keterangan :

    So = konsentrasi Subtrat influent (masa/volume).

    St = konsentrasi Subtrat setelah waktu kontak t (masa/volume).

    k = konstanta laju reaksi.

    X = jumlah biomassa.

    t = waktu tinggal hidrolis atau waktu kontak (hari).

    2.3.6. Kendala Dalam Pengolahan Biologis

    Beberapa kendala yang sering terjadi dalam pengolahan air limbah secara

    biologis (Said dan Herlambang, 2001) :

    a. Sludge Bulking; yakni warna lumpur menjadi keputih-putihan serta sulit

    mengendap akibatnya efluent tetap kekeruh. Penyebab rendahnya oksigen terlarut

    (disolved oxigen), nutrienttidak cukup, organic loadingbervasi, serta F/M rasio

    terlalu rendah atau tinggi.

    b. Terbentukjellyatauslimeadalah gejala viscous bulking, nonfilamentous bulking.

    Organisme filamentous seperti Spahaerotilus sp, Thiotrix sp pada bak clarifier

    menggangu pengendapan. SVI>100 sehingga bioflok lumpur ikut aliran keluar.

    Fenomena ini dapat dicegah dengan khlorinasi.

    c.

    Dispersed growth (pertumbuhan terdispersi). Dalam proses lumpur aktif normal,

    bakteri yang tidak membentuk flok, akan dikonsumsi protozoa. Kadang terjadi

    ledakan pertumbuhan bakteri ini, akibatnya efluen keruh. Hal ini terjadi akibatkurang berfungsinya bakteri pembentuk flok (floc foaming bacteria).

    Penyebabnya beban (organic loading) terlalu tinggi, suplai oksigen kurang, atau

    mungkin terdapat racun misal; logam berat.

    d.

    Pintpoint floc; gejala pecahnya flok-flok besar menjadi flok-flok halus dan ikut

    keluar sehingga efluen keruh. Adalah akibat bakterifilamentous.

    [ St / So ] = e kXt

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    14/15

    e.

    Foaming or scum formation (pembentukan buih / busa). Terjadi akibat adanya

    surfactant yang tidak dapat terurai serta tumbuhnya Nocardia dan Microtic

    parvicella.

    f.

    Rissing sludge(lumpur mengambang); terjadi akibat terperangkapnya gelembung-

    gelembung gas nitrogen hasil proses denitrifikasi yang berlebihan. Dapat dicegah

    dengan menaikkan debit resirkulasi lumpur dari bak sehingga waktu tinggal

    lumpur (sludge) berkurang.

    g. Dalam proses RBC(rotating biological contactor), sering terjadi kondisi anaerob

    (timbulnya gas H2S), lapisan mirkroorganisme mudah terkelupas, atau ada

    gumpalan warna merah melayang-layang dalam reaktor. Dapat dicegah dengan

    pengaturan pH, kontrol beban BOD, mengatur keseimbangan nutrien maupun

    penambahan oksigen.

  • 7/24/2019 03 Bab II Pengantar Pengolahan Limbah Cair

    15/15

    Tabel 2.2. Proses Pengolahan Biologis Yang Umum Digunakan.

    Sumber : Said dan Herlambang, 2001