desain pengolahan biologi
TRANSCRIPT
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 1/106
i
TUGAS BESAR
DESAIN PENGOLAHAN BIOLOGI
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR BUANGAN SECARA
BIOLOGI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah
Desain Pengolahan Biologi (KTL-445)
Disusun Oleh :
Nama : Windi Indranoviyani
NRP : 25-2012-043
Dosen : Dr. Etih Hartati, Ir., M.T
Asisten : Yulianti Pratama, S.T., M.T
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2015
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 2/106
ii
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat- Nya,
saya dapat menyelesaikan tugas besar Mata Kuliah Desain Pengolahan Biologi dengan
judul Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Buangan. Penulisan tugas besar ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester 7. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas besar ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Dr. Etih Hartati, Ir., M.T. selaku dosen mata kuliah Desain Pengolahan
Biologi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengajarkan
saya ilmu yang terkait dengan tugas besar ini.
2) Ibu Yulianti Pratama, S.T., M.T selaku asisten dosen yang telah mengarahkan
saya selama proses penyusunan tugas besar ini dan selalu memberikan
semangat yang sangat berarti bagi saya untuk menyelesaikan tugas besar ini.
3) Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan doa serta dukungan
materil dan moril.
4) Seluruh rekan-rekan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional Bandung
Angkatan 2012 yang selalu setia memberikan dukungan mental dan semangat
kepada saya untuk menyelesaikan tugas besar ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga tugas besar ini membawa manfaat bagi semua pihak.
Bandung, 20 Desember 2015
Penulis
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 3/106
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Tujuan Pengolahan Air Limbah Domestik/Air Buangan
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, yang dimaksud dengan air limbah domestik
atau air buangan adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restaurant ), perkantoran, perniagaan dan
asrama.
Menurut Sugiharto (1987) limbah cair domestik merupakan buangan manusia
(tinja dan air seni) dan sullage, yaitu air limbah yang dihasilkan kamar mandi,
pencucian pakaian dan alat-alat dapur serta kegiatan rumah tangga lainnya. Air limbah
domestik ini berpotensi sebagai pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan
semestinya. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan limbah domestik yang baik mulai
dari penyaluran limbah sampai kepada sistem pengolahan limbah domestik itu sendiri.
Tugas besar ini hanya akan membahas tentang pengolahan limbah domestik/air buangan
saja. Berikut beberapa uraian mengenai tujuan pengolahan limbah domestik.
Menurut Harold B. Gotaas (1956) tujuan dari pengolahan limbah domestik
adalah agar terhindar dari penyakit bawaan air yang disebabkan oleh tercemarnya air
bersih dengan bakteri yang berasal dari buangan/ faecal manusia. Sedangkan menurut
Qasim tahun 1989 tujuan pengolahan air buangan domestik adalah: (1) untuk menjaga
estetika, terhindar dari gangguan kesehatan dan bau yang ditimbulkan akibat limbah
domestik tersebut; (2) untuk mencegah kontaminasi air bersih secara fisik, kimia
maupun biologi; (3) untuk mencegah kerusakan biota laut; (4) untuk mencegah
penurunan pemanfaatan terhadap perairan alami misal sebelumnya air tersebut
digunakan untuk rekreasi namun karena terkontaminasi atau tercemar oleh limbah
domestik maka air tersebut tidak lagi menjadi air untuk rekreasi; (4) untuk melindungi
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 4/106
2
makhluk hidup dari penyakit akibat tanaman yang tumbuh berkembang di limbah
domestik.
1. 2 Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Air Buangan1. Sumber air buangan
2. Besarnya pemakaian air minum
3. Besarnya curah hujan (Jujubandung,2012).
Menurut Moduto dalam bukunya peyaluran air buangan mengatakan bahwa
makin besar konsumsi air bersih per kapita, makin besar pula air limbahnya, studi di
uganda memberikan informasi bahwa 50-80% air bersih yang dikonsumsi setelah
dipakai menjadi air limbah sampai di riol. Angka 50-80% disebut faktor timbulan air
limbah ( generation factor of wastewater). Makin luas kota dan makin besar tingkat
ekonominya, makin kecil faktor tersebut. Menurut Tchobanoglous dan Burton (2004)
jumlah air limbah yang dihasilkan berkisar antara 50%-80% dari pemakaian air bersih,
sedangkan menurut Departemen Pekerjan Umum (DPU) 80% dari air bersih akan
menjadi air buangan.
Besarnya curah hujan juga mempegaruhi kuantitas air buangan yang masuk
kedalam sistem perpipaan dan masuk ke IPAL, ini karena air hujan yang turun akan
masuk kedalam tanah yang disebut sebagai infiltrasi kemudian air hujan ini masuk
kedalam saluran atau riol air pembuangan melalui pipa-pipa yang retak, pipa joints yang
rusak dan melalui dinding manhole yang berlubang.
Sedangkan air hujan yang menjadi run off / air larian yang berada di atas
permukaan tanah akan masuk kedalam riol dan disebut dengan inflow, masuknya air
larian ini (inflow) dapat melalui penutup / atap manhole dan area drain, dan dari
persimpangan saluran air hujan dan saluran campuran air hujan dan air buangan.
(Qasim, 1985)
Menurut Babbit (1969), kuantitas air limbah domestik dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
a. Jumlah penduduk, semakin tinggi jumlah penduduk maka jumlah air limbah
yang dihasilkan semakin tinggi karena (60-80%) dari air bersih akan menjadi
air limbah.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 5/106
3
b. Jenis aktifitas, semakin tinggi penggunaan air bersih dalam suatu kegiatan maka
air limbah yang dihasilkan juga semakin banyak
c. Iklim, Pada daerah beriklim tropis dan kuantitas hujannya tinggi cenderung
menghasilkan air limbah yang lebih tinggi.
d. Ekonomi, pada tingkat ekonomi yang lebiih tinggi kecenderungan pemakaian air
bersih akan lebih tinggi. Hal ini tentu saja akan menghasilkan air limbah yang
lebih tinggi pula.
e. Infiltrasi, adanya infiltrasi baik dari air hujan ataupun air pemukaan lainnya akan
mempengaruhi jumlah air limbah yang ada pada suatu perkotaan.
f. Jenis saluran pengumpul, bila saluran pengumpul yang digunakan saluran
terbuka maka jumlah air yang dihasilkan akan banyak karena kemungkinan
terjadi infiltrasi dari air hujan ataupun sumber lain lebih besar. Bila jenis saluran
pengumpul yang digunakan adalah berupa jaringan perpipaan maka
kemungkinan terjadi infiltrasi lebih kecil.
1. 3 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Air Buangan
Kualitas dari air buangan/limbah domestik akan berbeda-beda tergantung dari beberapa
faktor seperti berikut ini:
1. Karakteristik air buangan
2. Volume air buangan
3. Frekuensi pembuangan air buangan (Ibrahim Muthawali,2012)
menurut Babbit (1969) faktor yang memengaruhi kualitas air limbah adalah :
a. Musim/cuaca, negara yang mengalami 4 musim debit maksimum terjadi
biasanya pada musim dingin,karena penggelontoran yang cukup besar untuk
mencegah terjadinya pembekuan didalam pipa.
b. Waktu harian, konsumsi air bersih tiap jamnya dalam sehari sangat
bervariasi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap debit air lmbah yang
diterima oleh bangunan pengolah. Konsumsi air ini mengalami puncak rata-
rata 06.00 – 08.00 dan jam 16.00 – 18.30.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 6/106
4
c. Waktu perjalanan, waktu puncak air belum tentu sama dengan waktu puncak
timbulnya air limbah yang diterima oleh badan pengolahan, karena adanya
waktu perjalanan dari sumber ke unit pengolahan. Semakin dekat perjalanan,
maka semakin dekat perbedaan puncak konsumsi air dengan waktu puncak
timbulnya air limbah
d. Jumlah penduduk, semakin banyak populasi yang akan dilayani semakin
besar pula debit air limbah yang timbul
e. Jenis aktifitas atau sumber penggunaan air bersih yang dihasilkan dari suatu
tempat memiliki kualitas yang bermacam-macam. Misalnya air limbah dari
pasar memiiki kandungan organik lebih tinggi dari pada air limbah dari
perkantoran.
f. Jenis saluran pengunpul air limbah yang diunakan, jika menggunakan sistem
tercampur maka air limbah akan lebih buruk karena partikulat.
Dalam sistem terpisah kontaminan yang ada pada air limbah memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tercampur kraena
adanya pengenceran oleh air hujan.
Kualitas air buangan dapat diketahui dari karakteristik fisik, karakteristik
kimia dan karakteristik biologi (Tchobanoglous dan Burton,1991)
a. Karakteristik fisik
Beberapa karakteristik fisik air buangan adalah :
Suhu air buangan biasanya lebih tinggi daripada suhu air bersih
Tercium bau busuksaat air limbah terurai secara anaerob
Zat padat yang menyebabkan kekeruhan berupa : zat padat
tersuspensi, terapung dan terlarut.
Warna air limbah dapat diguakan untuk memperkirakan umur air
limbah:
o Cokelat muda, mengindikasikan air limbah berumur 6 jam.
o Abu-abu tua, mengindikasikan air limbah sedang mengalami
pembusukan.
o Hitam, mengindikasikan air limbah yang telah membusuk oleh
penguraian bakteri anaerob.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 7/106
5
b. Karakteristik kimia
Zat organik
Zat organik Sumber utama zat organik berasal dari kotoran
limbah manusia yaitu 80-90 gram/orang/hari. Pada prinsipnya kategori
zat organik yang dapat terdegradasi dalam air limbah adalah protein,
karbohidrat, dan lipid (Sundstrom & Klei, 1979). Zat organik dalam air
limbah jumlahnya cukup dominan, karena 75% dari zat padat tersuspensi
dan 40% dari zat padat tersaring merupakan bahan organik. Selanjutnya
bahan organik ini dikelompokkan menjadi 40-60% berupa protein, 25-
50% berupa karbohidrat, 10% berupa lemak/minyak dan urea. Urea
sebagai kandungan bahan terbanyak di dalam urine, merupakan bagian
lain yang penting dalam bahan organik (Hindarko, 2003)
Zat anorganik
Sumber dari zat anorganik meliputi : pH, Klorida, Nitrogen,
Phospor,Kebasaan (Alkalinitas) dan Belerang (Hindarko, 2003)
c. Karakteristik biologi
Aspek biologi ini mencakup mikroorganisme yang ditemukan
pada air limbah. Organisme ini digunakan sebagai indikator pencemaran
air akibat tinja manusia atau hewan dan untuk mengetahui metode
pengolahan yang tepat. Setiap manusia mengeluarkan 100-400 milyar
coliform/hari. Coliform digunakan sebagai indikator mikroorganisme
pathogen.
1. 4 Data yang Diperlukan Dalam Perencanaan IPAL
1. Data desain awal sampai desain akhir
2.
Wilayah pelayanan
3. Pemilihan lokasi IPAL
4. Proyeksi penduduk
5. Peraturan dan baku mutu air buangan
6. Karakteristik air buangan
7. Tingkat pengolahan/derajat pengolahan
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 8/106
6
8. Pemilihan proses pengolahan yang akan digunakan
9. Pemilihan peralatan atau unit yang akan digunakan dalam pengolahan
10. Plant layout dan profil hidrolis
11. Energi dan sumber yang dibutuhkan
12. Rencana anggaran biaya
13. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dari instalasi pengolahan air
limbah yang dibangun
1. 5 Pertimbangan Pemilihan Sistem Pengolahan Air Buangan
Faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sistem pengolahan
air buangan menurut Tchobanoglous dan Burton (1991) adalah :
1. Penerapan Proses
Penerapan proses di evaluasi berdasarkan pengalaman masa lalu, data skala
penuh dalam instalasi, data yang telah terpublikasi dan data dari pilot-plant
studies. Jika ditemukan kondisi baru atau tidak biasanya, pilot plant studies
sangatlah penting dan membantu.
2. Range Debit Yang Dapat Diterapkan
Penetapan unit pengolahan air limbah domestik harus dicocokan dengan keadaan
debitnya, proses akan berlangsung apabila debit air limbah yang akan diolah
disesuaikan dengan unit pengolahannya, misal kolam stabilisasi tidak cocok
untuk air yang memiliki debit sangat besar pada area populasi yang tinggi.
3. Variasi Debit Yang Dapat Diterapkan
Banyak unit operasi dan unit proses didesain untuk beroperasi melebihi range
debit yang besar. Banyak proses bekerja baik pada debit yang relatif konstan,
jika debitnya bervariasi maka tangki aliran rata-rata sangat diperlukan untukmembuat debit relatif konstan.
4. Karakteristik Air Limbah Domestik Yang Akan Diolah
Karakteristik dari limbah yang akan diolah menentukan jenis proses yang akan
digunakan (misalnya apakah secara biologi atau kimia) dan membutuhkan
pengoperasian yang baik.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 9/106
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 10/106
8
13. Keandalan
pertimbangan atas keandalan unit IPAL dalam jangka panjang
14. Kompleksitas
15. Kecocokan
dapatkah unit proses atau unit operasi berjalan sukses di kondisi daerah
eksisting?dapatkah nantinya mengembangkan IPAL dengan mudah?
16. Adaptable
dapat kah proses dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan dimasa mendatang?
17.
Economic Life Cycle-Analysis
evaluasi biaya harus diperhatikan. Bukan hanya biaya untuk membangun
Instalasi nya saja melainkan biaya untuk operasional dan pemeliharaannya
kelak. Instalasi yang menggunakan modal awal rendah tidak akan efektif karena
tidak memperhitungkan biaya operasional dan pemeliharaan. Ketersediaan dana
/ modal awal akan menentukan unit pada instalasi pengolah air limbah yang
akan dibangun.
18. Ketersediaan Lahan
lahan yang akan digunakan harus mempertimbangkan perkembangan instalasi
dimasa mendatang. Juga harus mempertimbangkan berapa banyak buffer zone
yang akan digunakan untuk mencegah dampak visual dan dampak lainnya yang
akan terjadi di lokasi tersebut. (Tchobanoglous, G. dan F.L Burton. 1991)
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 11/106
9
BAB II
STANDAR DAN KARAKTERISTIK AIR BUANGAN
2. 1 Baku Mutu
Baku mutu air adalah persyaratan mutu air yang sudah disiapkan oleh suatu negara
atau daerah. pengelolaan mutu air bagi sumber air menurut Sudarmadji (2002) dibagi
menjadi dua macam baku mutu air, yaitu sebagai berikut:
1.
Stream Standard
Persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, air tanah yang
disusun dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air tersebut,
kemampuan mengencerkan serta faktor ekonomis.
2. Effluent Standard
Persyaratan mutu air limbah yang dialirkan ke sumber air, sawah, tanah dan
lokasi lainnya dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air yang
bersangkutan dan faktor ekonomis pengolahan air buangan.
Standard kualitas air biasanya didasarkan atas satu dari dua kriteria utama yaitu
Stream Standard atau Effluent Standard . Stream Standard didasarkan pada persyaratan
pengenceran atau kualitas badan air penerima air didasarkan pada nilai ambang batas
kontaminan tertentu yang sesuai peruntukkan airnya. Effluent standard didasarkan pada
konsentrasi zat pencemar yang berasal dari hasil pengolahan IPAL (Eckenfelder, 1980).
Berdasarkan PP 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran, baku mutu perairan ( stream standard ) didefinisikan sebagai
batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lainnya yang ada atau harus
ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumber air
tertentu sesuai peruntukannya. Effluent standard (baku mutu limbah cair) adalah batas
kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk
dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu. Effluent Standard untuk limbah domestik
mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 Tentang
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 12/106
10
Baku Mutu Air Limbah Domestik dimana berdasarkan KepMen LH tersebut baku mutu
air limbah domestik (effluent standard) untuk limbah domestik adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam air limbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan.
2. 2 Karakteristik Limbah Domestik
Konstituen air limbah domestik berasal dari tinja manusia dan urin, air cucian air
bekas mandi, limbah sisa makan, hasil pemeliharaan suatu produk rumah tangga dll
yang didalamnya juga mengandung bahan organik dan anorganik. Semua konstituen
tersebut akan mempengaruhi kualitas air buangan. Menurut Tchobanoglous dan Burton
(1991) Kualitas air buangan dapat diketahui dari karakteristik fisik, karakteristik kimia
dan karakteristik biologi.
Berikut uraian mengenai karakteristik air limbah domestik :
a. Karakteristik fisika limbah domestik umumnya dilihat dari temperatur, warna
limbah, bau dan kekeruhan. Berikut penjelasan mengenai karakteristik fisika dalam
limbah domestik
1. Temperatur : temperatur air limbah domestik biasanya lebih besar dibanding
temperatur air bersih. Variasi temperatur limbah domestik dipengaruhi oleh
musim.suhu air akan rendah ketika suhu udara nya sangat panas atau memasuki
musim kemarau (Qasim, 1985).
Efek: temperatur air meupakan parameter yang sangat penting karena efeknya
berupa reaksi kimia dan tingkat reaksi, kehidupan aquatik dan kesesuaian air
dengan peruntukannya. Meningkatnya temperatur, dapat menyebabkan
perubahan pada spesies ikan yang berada di badan air penerima. (Tchobanoglous
dan Burton, 1991)
2. Warna : air limbah domestik yang baru berwarna abu-abu sedangkan yang sudah
dalam keadaan septic akan berwarna hitam. (Tchobanoglous dan Burton, 1991)
3. Bau : air limbah domestik yang masih baru mempunyai bau sabun dan minyak.
Bau berhubungan dengan fasilitas pengolahan. Menurut Tchobanoglous dan
Burton (1991) bau dalam limbah domestik biasanya disebabkan oleh gas yang
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 13/106
11
dihasilkan oleh dekomposisi organik atau oleh zat yang ditambahkan ke limbah
tersebut.
4. Kekeruhan : kekeruhan alam air limbah isebabkan oleh suspended solid.
Umumnya air limbah yang kuat mempunyai kekeruhan yang besar. (Qasim,
1985)
b. Karakteristik kimia
Karakteristik kimia suatu limbah ditunjukkan dengan zat organik dan zat
anorganik. Limbah domestik pada umumnya mengandung 50% organik dan
50% materi anorganik.
Karakteristik kimia limbah domestik meliputi:
1.
Total Solids : total solid dalam air limbah domestik dapat berupa bahan
organik dan anorganik, bahan/materi yang dapat terendapkan,
tersuspensi dan yang terlarut. Total solid dibagi lagi menjadi 2 yaitu
TDS dan TSS.
TSS (Total Suspended Solid ) adalah bagian dari total solid yang
dapat berupa bahan organik atau anorganik tetapi materi yang
termasuk TSS tidak terlarut dalam air (tersuspensi) menurut
Qasim (1985) biasanya nilai TSS dalam air limbah domestik
berkisar antara 120-360 mg/L dan typical 230 mg/L. TSS ini
terbagi lagi menjadi 2 klasifikasi berdasarkan mudah tidaknya
menguap yaitu suspended solid yang tidak mudah menguap
( Fixed suspended solid ) dan suspended solid yang mudah
menguap (volatile suspended solids)
o FSS ( fixed suspended solid ) adalah total suspended solid
yang tidak mudah menguap / tidak mudah terbakar meskidibakar pada suhu 5000C biasanya yang termasuk materi
dalam fss adalah unsur mineral yang sukar untuk dibakar
(noncombustible). Dalam limbah domestik nilai FSS
berkisar antara 30 -80 mg/L dan typical nya adalah 55
mg/L
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 14/106
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 15/106
13
BOD digunakan sebagai indikator jumlah bahan/zat organik
biodegradable yang terkandung dalam air limbah domestik, juga
digunakan untuk menentukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organik tersebut. Biasanya
nilai BOD5 dalam limbah domestik brkisar antara 110-400 mg/L dengan
ttypical 210 mg/L. (Qasim,1985)
3. COD : (Chemical Oxygen Demand) merupakan nilai yang digunakan
untuk menentukan jumlah bahan organik yang didegradasi dengan
pengoksidasi kuat dari suatu bahan kimia seperti (potasium dikromat)
dalam kondisi air limbah yang basa. Nilai COD dalam limbah domestik
berkisar antara 200-780 mg/L dengan typical 400 mg/L.
4. TOC : Total Organic Carbon adalah suatu pengukuran untuk
menentukan bahan orrganik dalam air limbah. TOC ditentuan dengan
mengonversi karbon organic menjadi karbondioksida. Proses tersebut
dapat berlangsung pada tenperatur tinggi dalam furnace dengan bantuan
katalis. Dengan mengubah karbon organik menjadi karbondioksida
maka jumlah karbon organik total dapat ditentukan. Menurut Qasim
(1985) konsentrasi TOC dalam limbah domestik berkisar antara 80-290
mg/L dengan typical 150 mg/l
5. Total nitrogen: total nitrogen termasuk nitrogen organik, ammonia, nitrit
dan nitrat. Nitrogen dan fosfor bersama dengan karbon dan elemen lain
sebagai nutrien untuk mempercepat perkembangan tumbuhan akuatik.
Konsentrasi total nitrogen dalam limbah domestik berkisar antara 20-85
mg/L dengan typical 40 mg/L.
Nitrogen organik (ON) sebagai N: Nitrogen organik (N) terikatdalam protein, asam amino dan urea. Konsentrasinya dalam air
limbah domestik berkisar antara 8-35 mg/L.
Ammonia (NH3-N) sebaagai N : nitrogen dalam amonia sebagi
produk pertama hasil dari dekomposisi nitrogen organik.
Konsentrasinya dalam limbah dmestik berkisarantara 12-50
mg/L.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 16/106
14
Nitrit dan nitrat (sebagai N): nitrit dan nitrat nitrogen adalah
bentuk oksidasi terbesar dari nitrogen. Keduanya absen dalam air
limbah domestik
6. Total fosfor : total fosfor ada dalam dua bentuk, organik atau anorganik.
Fosfor dalam perairan alami bersumber dari eutrofkasi
7. pH : pH digunakan untuk menentukan keadaan basa atau normalnya
suatu limbah. Larutan yang netral memiliki ph 7
8. Alkalinitas (CaCo3) alkalinitas dalam air limbah domestik hadir dalam
bentuk bikarbonat, karbonat dan ion hidroksida.
9. Kesadahan (CaCo3) komponen utama kesadahan dalam air limbah
berasal dari ion kalsium dan magnesium kesdahanini bergantung pada
kesadahan dalam air bersih yang digunakan.
10. Klorida : klorida dalam air limbah berasal dari air bersih, buangan
manusia dan pelunak airr domestik.
11. Minyak dan lemak: adalah bagian soluble dari bahan organik dalam
heksana. Sumber minyak dan lemak adalah fats dan oils dalam makanan.
c. Karakteristik biologi
Limbah domestik mengandung mikroorganisme yang berperan penting
dalam proses pengolahan biologi. Mikroorganisme yang dimaksud adalah bakteri,
fungi, protozoa dan algae (Qasim, 1985).
Menurut Tchobanoglous dan Burton (1991) karakteristik biologi air limbah
menjadi bagian penting dalam kontrol pnyakit yang disebabkan oleh organisme
pathogen dari kotoran /faeces manusia.organisme patogen ditemukan dalam excreta
manusia yang terinfeksi penyakit atau yang membawa penyakit infeksius. Berikut
tabel tentang mikroorganisme yang ada dalam air limbah domestik menurutTchobanoglous dan Burton (1991).
Data beban pencemar harian atau tahunan per kapita merupakan data dasar
yang digunakan untuk mengetahui komposisi dari air limbah domestik. Komposisi
air limbah domestik sangat tergantung waktu dan lokasi/tempat. berikut data
komposisi limbah domestik di berbagai negara (Mogen. 1996).
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 17/106
15
Tabel 2. 1 Komposisi Limbah Domestik Di Berbagai Negara
Komposisi typical air limbah domestik menurut Mogen (1996) di tunjukkan pada
tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2. 2 Konten Rata-Rata Typical Bahan Organik Dalam Limbah Domestik
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 18/106
16
Tabel 2. 3 Komposisi Nutrient Dalam Air Limbah Domestik
Tabel 2. 4 Komposisi Logam Berat Dalam Air Limbah Domestik
menurut Harold. B gotaas (1956) komposisi faeces manusia tanpa urin adalah
sebagai berikut:
o kandungan air .......................................................... 66-80%
o bahan organik (dry basis)......................................... 88-97%
o nitrogen (dry basis).................................................. 5,0-7,0%
o phosporus sebagai (P2O5) (dry basis)...................... 3,0-5,4%
o potassium (dry basis)............................................... 1,0-2,5%
o karbon (dry basis)..................................................... 40-55%
o kalsium sebagai (CaO) (dry basis)............................. 4-5%
o C/N Ratio (dry basis) ................................................ 5-10%
Komposisi urin manusia:
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 19/106
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 20/106
18
2. 3 Unsur Pencemar Dalam Air Limbah Domestik, Sumber Dan Arti Pentingnya
1. TSS
Sumber : lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik. (Effendi,2003)Menurut Tarigan dan Edward (2003) Zat padat tersuspensi (Total
Suspended Solids) adalah semua zat padat atau partikelpartikel yang tersuspensi
dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton,
zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus
dan partikel-partikel anorganik.
Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia yang heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang
paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu
perairan. Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam
tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga
fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sehingga organisme yang butuh
cahaya akan mat, kematian organisme ini akan mengganggu ekosistem akuatik.
Apabila jumlah materi tersuspensi ini akan mengendap, maka pembentukan
lumpur dapat sangat mengganggu aliran dalam badan air penerima misalnya
sungai, maka pendangkalan akan cepat terjadi.(Soemirat, 2004)
2. TDS
Sumber: Total dissolved solids disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa
ion-ion yang terdapat dalam limbah domestik. Ion-ion yang terkandung dalam
limbah domestik dapat dilihat pada tabel 2.4.
Dampak : menurut Effendy (2003) nilai TDS yang tinggi karena mengandung
banyak senyawa kimia, akan menyebabkan tingginya nilai salinitas dan daya
hantar listrik.
3. BOD (Kebutuhan Oksigen Biokimiawi)
Sumber: BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat
didekomposisi secara biologi (biodegradable) oleh mikroorganisme. Bahan
organik ini dapat berupa lemak, protein, kanji ( starch), glukosa, aldehida, ester
dan sebagainya. (Effendy 2003)
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 21/106
19
Menurut Qasim (1985) Komponen utama bahan organik dalam air limbah
domestik adalah karbohidrat, protein dan lemak, minyak dan gemuk.
Menurut Tchobanoglous dan Burton (1991) bahan organik tersusun atas
kombinasi dari karbon, hydrogen dan oksigen dan dalam beberapa kasus
bergabung juga dengan nitrogen. Bahan organik dalam air limbah domestik
biasanya mengandung 40-60% protein, 25-50% karbohidrat dan minyak dan
lemak 8-12%. Urea adalah konstituen terbesar dalam urin dengan kata lain urea
merupakan penyumbang organik terbesar dalam fresh wastewater .
Arti penting: Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air limbah domestik dan untuk mendesain sistem-sistem
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.
Dampak : ketika bahan organik dalam suatu badan perairan besar maka
kebutuhan oksigen dalam perairan tersebut akan berkurang karena digunakan
oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan organik sebagai sumber
makanannya. Ketika oksigen terlarut dalam suatu badan perairan itu rendah,
maka biota akuatik dalam air pun akan mati karena sumber oksigen yang
digunakan sebagai sumber respirasi telah menurun konsentrasinya.
4.
COD
Pengertian:
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara
biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis
(nonbiodegradable) menjadi CO2 dan H2O.
Sumber : selulosa, tanin, lignin, polisakarida, benzena dan sebagainya.
5.
TOCTOC mengukur jumlah karbon yang berasal dari senyawa organik.
Sumber :karbon organik dan karbon anorganik total (karbonat, bikarbonat dan
asam karbonat) (Effendy, 2003).
Arti penting: nilai TOC digunakan untuk mengetahui pencemaran akibat
senyawa organik dalam suatu perairan/ untuk menilai pencemaran air limbah
akibat senyawa organik.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 22/106
20
6. Hubungan Antar Parameter
Menurut Moegen Henze (2000) ratio nilai antara berbagai substances
(parameter) dalam air buangan digunakan untuk menentukan proses pengolahan
yang akan dilakukan tabel 2.6 berikut ini menunjukkan rasio yang sering
digunakan. Misal jika nilai rasio COD/BOD besar berarti mengindikasikan
bahwa air limbah domestik tersebut memiliki bahan organik yang sulit
terdegradasi secara biokimia berarti pemilihan unit yang teapat adalah bukan
dengan menggunakan proses biologi saja.
Tabel 2. 6 Rasio Parameter Dalam Air Limbah Domestik
Rasio Low Typical High
COD/BOD 1,5-2 2,0-2,5 2,5-3,5
COD/TN 6-8 8-12 12-16
COD/TP 20-35 35-45 45-60
BOD/TN 3-4 4-6 6-8
BOD/TP 10-15 15-20 20-30
COD/VSS 1,2-1,4 1,4-1,6 1,6-2,0
VSS/SS 0,4-0,6 0,6-0,8 0,8-0,9
COD/TOC 2-2,5 1,5-3 3-3,5
7. Nitrogen
Sumber : pada urine manusia terkandung nitrogen sebesar 15-19% dan pada
tinja manusia terkandung nitrogen sebesar 5-7%.
Di perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen
anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3)
dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein,
asam amino dan urea.
Dampak : nitrogen dalam air (ditemukan dalam bentuk ammonium) merupakan
nutrisi penting untuk ganggang, namun apabila jumlahnya berlebih maka akan
terjadi eutrofikasi sungai, danau dan badan air penerima lainnya. Eutrofikasi
tersebut terjadi karena kelebihan ammonium, sehingga amonium akan
teroksidasi secara mikrobiologi menghasilkan nitrat. Adanya nitrat ini dapat
merangsang pertumbuhan ganggang menjadi tak terbatas sehingga kandungan
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 23/106
21
oksigen dalam perairan berkurang (Prasetya,1992) , ketika oksigen terlarut
dalam suatu perairan berkurang maka akan perairan tersebut toksisitas amonia
terhadap organisme akuatik akan meningkat dan menyebabkan perairan berada
dalam kondisi anoxic (tanpa oksigen) (Effendy,2003).
8. Fats, minyak dan lemak ( fats, oils and grease) FOG
FOG dalam effluent instalasi dapat dihasilkan dalam bentuk material yang
melayang diatas permukaan air. FOG dapat memasuki instalasi sebagai partikel
diskret yang melayang sebagai material emulsi atau sebagai zat terlarut. FOG
juga diklasifikasikan menjadi FOG polar dan non polar. FOG polar biasanya
biodegradable, sedangkan FOG non polar kurang biodegradable.
Sumber: FOG polar bersumber dari hewan sedangkan FOG non polar berasal
dari pretoleum product
Arti penting: pengukuran FOG pada upstream dan downstream pada unit
pengolahan digunakan untuk mengetahui efisiensi penyisihan. (WEF. 2008)
9. Fosfor
Pengertian : fosfor memiliki kesamaan dengan nitrogen hanya berbeda bentuk.
Fosfor digunakan sebagai element essensial untuk perkembangan biological dan
reproduksi mikroorganisme.
Sumber: fosfor dapat berupa ortofosfat, polyfosfat dan organic fosfat. Berbagai
jenis fosfat tersebut dihitung sebagai fosfat total.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 24/106
22
BAB III
PERENCANAAN UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR BUANGAN
3. 1 Data-Data Untuk Perencanaan
1. Jenis sungai (kelas II)
Tabel 3. 1 Karakteristik Sungai X Kelas II
Parameter Nilai
Debit sungai minimum (L/detik) 2530
Debit sungai rata-rata (L/detik) 3700Debit sungai maksimum (L/detik) 4680BOD (mg/L) 25COD (mg/L) 35
TDS (mg/L) 30 NH4
+(mg/L) 0,24 NO2
- (mg/L) 0,1
TSS (mg/L) 55 NO3
-(mg/L) 6,3SO4
- (mg/L) 19
2. Stream standard yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah No 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Tabel 3. 2 Perbandingan Kualitas Air Sungai X Dengan Stream Standard PP 82 Tahun
2001
No Parameter analisis Satuan standar Kualitas badan air
penerima kelas II
A FISIKA Nilai eksisting Cek
1 Residu Terlarut (TDS) Mg/L 1000 30 √
2 Residu tersuspensi (TSS) Mg/L 50 55 X
B KIMIA ANORGANIK
1 BOD Mg/L 3 25 X
2 COD Mg/L 25 35 X
3 NH4+
Mg/L -- 0,24 -4 NO2
- Mg/L 0,06 0,1 X
6 NO3- Mg/L 10 6,3 √
7 SO4- Mg/L - 19 -
Keterangan
√ parameter memenuhi baku mutu
X parameter tidak mmenuhi baku mutu
Arti (-) diatas menyatakan bahwa untuk kelas II parameter tersebut tidak dipersyaratkan
(--) tidak tercantum dalam baku mutu
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 25/106
23
3. 2 Analisa Kualitas Air Sungai Kelas II
Berdasarkan stream standard PP 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, badan air yang termasuk kelas II merupakan airyang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas ada beberapa parameter air sungai yang melebihi
nilai baku mutu PP 82 Tahun 2001 untuk air kelas II. Parameter-parameter yang
melebihi baku mutu tersebut diantaranya adalah BOD, COD, NO2- dan TSS. Maka
berdasarkan perbandingan tersebut air sungai x yang tergolong air kelas II tidak dapat
langsung dimanfaatkan sebagaimana mestinya peruntukkan air kelas II karena ada
beberapa parameter yang melebihi baku mutu.
Air Limbah Domestik
1. Data karakteristik air limbah domestik perumahan X
Tabel 3. 3Karakteristik Air Limbah Domestik
Parameter Nilai
Debit rata-rata (m3/detik) 0,55
Debit maksimum (m /detik) 0,83
BOD in (SO) 161COD in (mg/L) 240
TSS in (mg/L) 242TSS out (mg/L) 20Konsentrasi MLVSS (Xc) (mg/L) 3445Konsentrasi lumpur resirkulasi (XRES) (mg/L ss) 9847Berat jenis udara (kg/m ) 1,2
2. Effluent standard yang digunakan untuk limbah domestik adalah Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 26/106
24
Tabel 3. 4 Perbandingan Kualitas Air Limbah Domestik perumahan X Dengan Standard
Kulitas Air Limbah Domestik
No Parameteranalisis
Satuan standar Kualitas badan air penerima kelas II
Nilai eksisting Cek
1 BOD mg/L 100 161 X
2 COD mg/L -- 240 -
3 TSS mg/L 100 242 X
Keterangan
(--) tidak tercantum dalam baku mutu
Diasumsikan air limbah domestik tersebut akan dibuang ke badan air penerima kelas II
sehingga untuk membandingkan konsentrasi tiap parameter di badan air penerima
dengan stream standard PP 82 Tahun 2001 Tentang Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air harus dicari terlebih dahulu konsentrasi
campurannya dengan menggunakan rumus berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Pada Sumber Air sebagai berikut :
Konsentrasi campuran (Co) =
Dimana:
Qa = Debit air limbah domestik maksimum L/detik
Qs = debit air sungai minimum L/detik
Cs = konsentrasi air limbah domestik (mg/L)
Ca = konsentrasi badan air penerima (mg/L)
Konsentrasi campuran tiap parameter dapat dilihat pada tabel 3.4
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 27/106
25
Tabel 3. 5 Konsentrasi Campuran Tiap Parameter
Sumber: hasil perhitungan, 2015
√ parameter memenuhi baku mutu
X parameter tidak mmenuhi baku mutu
Arti (-) diatas menyatakan bahwa untuk kelas II parameter tersebut tidak dipersyaratkan
(--)tidak tercantum dalam baku mutu
NO Parameter
Qa
(effluent)
(l/s)
Ca
(konsentrasi
effluent)(mg/l)
Qs
(debit
min)(l/s)
Cs
(konsentrasi
stream)(mg/l)
Co
(konsentrasi
campuran)(mg/l)
satuanbaku
mutu*Tinjauan
1 TDS 830 - 2530 30 22,58929 mg/l 1000 √
2 TSS 830 100 2530 55 66,1161 mg/l 50 X
3 BOD 830 161 2530 25 58,5952 mg/l 3 X
4 COD 830 240 2530 35 85,6399 mg/l 25 X
5 NH4 830 2530 0,24 0,180714 mg/l --
6 Nitrat (NO3-) 830 2530 6,3 4,74375 mg/l 10 √
7 nitrit (NO2-) 830 2530 0,1 0,075298 mg/l 0,06 X
8 Sulfat 830 2530 19 14,30655 mg/l -
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 28/106
26
3. 3 Efisiensi Minimum Unit Pengolahan Air Limbah Domestik
Unit pengolahan limbah domestik yang akan digunakan harus memenuhi efisiensi
minimum yang diharapkan, efisiensi minimum ini adalah penyisihan minimumkontaminan dalam air limbah yang harus dicapai unit IPAL. Berikut ini tabel efisiensi
unit removal yang harus dicapai oleh unit pengolahan rencana
Tabel 3. 6 Efisiensi Unit Removal Minimum
Parameter Konsentrasi Awal Konsentrasi Akhir
(sesuai baku mutu)
Efisiensi
(%)
TSS 242 20 91,7
BOD 161 100 37,89
Analisa
karakteristik air limbah domestik dibandingkan dengan baku mutu effluent standard dan
hasilnya BOD serta TSS dari limbah domestik tersebut tidak memenuhi baku mutu
KepMenLH No 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, sehingga
diperlukan suatu pengolahan dengan menggunakan unit yang dapat menyisihkan
parameter tersebut. efisiensi unit yang dibutuhkan untuk menyisihkan TSS adalah
sebesar 91,7% dan efisiensi minimum unit yang dibutuhkan untuk menyisihkan BOD
adalah 37,89%.
Contoh perhitungan efisiensi minimum
TSS
Nilai TSS dalam air limbah domestik melebihi baku mutu yaitu 242 mg/l
padahal menurut baku mutu KepMenLH No 112 tahun 2003 tentang baku mutu
limbah domestik, konsentrasi maksimum yang diperbolehkan adalah 100 mg/l
namun konsentrasi TSS yang diinginkan setelah melalui proses engolahan
limbah adalah sebesar 20 mg/L. maka agar nilai TSS sesuai dengan yang
diharapkan harus menggunakan unit pengolahan yang dapat menyisihkan
konsentrasi TSS sebanyak 242 mg/l – 20 mg/l = 222 mg/l.
Efisiensi =
= = 91,7 %
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 29/106
27
BAB IV
INVENTARISASI UNIT PENGOLAHAN
4. 1 Umum
Pemilihan unit instalasi pengolah air limbah domestik harus berdasarkan
karakteristik air limbah domestik yang akan diolah. Dari sub bab sebelumnya diketahui
bahwa parameter TSS dan BOD dari air limbah domestik melebihi baku mutu KepMen
LH no 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Domestik. Untuk menyisihkan
parameter tersebut agar konsentrasinya memenuhi baku mutu maka harus dipilih unit pengolahan yang tepat dan memenuhi efisiensi yang dibutuhkan.
Berikut tabel tentang unit-unit yang dapat digunakan untuk menyisihkan konsentrasi
TSS dan BOD
Tabel 4. 1 Unit Operasi dan Unit Proses yang Dapat Digunakan untuk Menyisihkan
Konstituen TSS dan BOD dalam Air Limbah Domestik
Konstituen Unit operasi atau unit prosesSS Screening
comminution
Grit removal
Sedimentation
High-rate clarification
Floation
Chemical precipitation
Depth filtration
Surface filtration
BOD Activated sludge
Fixed-film: trickling filter
Fixed-film :rotating biologicval
contactors Lagoon variations
Physical-chemical systems
Chemical oxidation
Advanced oxidation
Membrane filtration
Sumber : Peavy, Howard S. et.al., 1985.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 30/106
28
4. 2 Sistem Pengolahan Air Limbah
Metode pengolahan air limbah domestik yang akan diterapkan dibagi menjadi
dua yaitu unit operasi dan unit proses. Unit operasi adalah pengolahan yang dilakukansecara fisik, sedangkan unit proses adalah pengolahan yang dilakukan secara kimia atau
biologi. Saat ini unit proses dan unit operasi digabung dalam suatu rangkaian
pengolahan, rangkaian pengolahan ini terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu
preliminary, primary, advanced primary, secondary (dengan atau tanpa penyisihan
nutrient) dan pengolahan lanjut atau advanced (tertiary) treatment . Unit pengolahan
yang termasuk preliminary treatment merupakan pengolahan awal yang bertujuan untuk
menyisihkan material besar seperti ranting, kayu dan benda-benda lainnya yang dapat
merusak unit pengolahani selanjutnya.
Primary treatment adalah pengolahan secara fisik biasanya berupa sedimentasi
yang bertujuan untuk mengendapkan materi/bahan yang mengapung dan tersuspensi
dalam air limbah. Untuk pengolahan primer tingkat lanjut (advanced primary treatment)
ada penambahan bahan kimia untuk menghilangkan/menyisihkan padatan tersuspensi
dan padatan terlarut. Dalam pengolahan sekunder proses secara biologi dan kimia biasa
digunakan untuk menyisihkan bahan organik yang terkandung dalam air limbah yang
tidak dapat disisihkan dengan unit pengolahan pada tingkatan sebelumnya. Dalam
pengolahan tingkat lanjut (advanced treatment) biasanya menggunakan kombinasi unit
operasi dan unit proses yang bertujuan untuk menyisihkan resdiu padatan tersuspensi
dan konstituen lain yang tidak bisa dihilangkan hanya dengan pengolahan sekunder
konvensional. Deskripsi dari tiap tingkatan pengolahan menurut Tchobanoglous dan
Burton (2004) dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4. 2 Tingkatan Pengolahan Air Limbah
Tingkatan pengolahan Deskripsi
Preliminary Menyisihkan konstituen dalam air limbah seperti ranting, kayu,
materi terapung (floatables), pasir, dan lemak yang disebabkan
masalah pemeliharaan atau masalah operasional dengan pengolahan
operasi, proses dan tambahan sistem
Primary Menyisihkan sebagian padatan tersuspensi dan bahan organik dari
air limbah
Advanced primary Peningkatan penyisihan padatan tersuspensi dan bahan organik dari
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 31/106
29
Tingkatan pengolahan Deskripsi
air limbah dengan penambahan bahan kimia atau dengan filtrasi
Secondary treatment Menyisihkn bahan organik biodegradable (dalam bentuk terlarut
atau tersuspensi) dan suspended solids. Desinfeksi juga biasanya
digunakan dalam pengolahan konvensional sekunder
Secondary treatment dengan penyisihan
nutrient
Menyisihkan bahan organik biodegradable, suspended solids dan
nutrient seperti fosfor,nitrogen atau fosfor dan nitrogen
Tertiery treatment Menyisihkan residu suspended solids (setelah pengolahan
sekunder), biasanya disishkan dengan unit granular medium
filtration atau microscreens. Desinfeksi juga biasanya termasuk
dalam pengolahan tersier
Advanced Menyisihkan materi terlarut dan tersuspensi dalam air limbah yang
telah melewati tahapan pengolahan secara biologi, pengolahan ini
dilakukan ketika akan ada pemanfaatan kembali dari effluent nya
Sumber : Tchobanoglous dan Burton (2004)
4.2. 1 Unit Pengolahan Tingkat I (Primary Treatment)
Menurut Peavy, Howard s. et.al., (1985) biasanya sistem pengolahan limbah pada tahap
primary adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 1 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah Pada Tahap Primary
Menurut Tchobanoglous dan Burton (2004) unit pengolahan air limbah umumnya
adalah sebagai berkut:
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 32/106
30
Gambar 4. 2 Typical Instalasi Pengolah Air Dengan Tambahan Tangki Aliran Rata-Rata
Menurut Eckenfelder (1980) Unit-unit pengolahan tingkat I meliputi screening,
comminutor, pra sedimentasi. Berikut uraian mengenai unit-unit tersebut.
4.2.1. 1 Screening
Screening digunakan untuk menyisihkan padatan besar seperti ranting, kain,
papan dan objek atau bahan besar lainnya yang dapat mengganggu jalannya proses di
unit pengolahan beriktunya. Tujuan utama screening adalah untuk melindungi pompa
dan peralatan mekanikal lainny dan untuk mencegah clogging pada valve dan
perlengkpan lainnya dalam instalasi. Screening biasanya digunakan pada proses awal
ketika limbah masuk ke dalam instalasi pengolahan air limbah ( Peavy, Howard S. et.al.,
1985).
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 33/106
31
Gambar 4. 3 A) Screen Dengan Pembersihan Manual; B) Screen Dengan Pembersihan
Mekanik
Desain Kriteria :
Lebar bukaan = 1,5 – 2,5 in
Macam-Macam Screen
a) Bar Racks Dengan Cara Pembersihan Manual Atau Mekanik
Bar racks biasanya digunakan dalam instalasi pengolah air limbah
kota/domestik dan dapat juga digunakan untuk mengolah air limbah industri
ketika didalam limbah industri tersebut memiliki material besar.
Desain kriteria :
Kemiringan = 0o – 30o vertikal (mechanical cleaned )
30o – 45
o (manually cleaned )
Jarak antar batang = 0,25-3 in (0,64- 7,62 cm)
b) Static Screen
Dengan menggunakan static screen, air limbah akan mengalir secara gravitasi
atau dibawah tekanan permukaan yang cekung dari static screen tersebut. Air
limbah melewati screen ketika padatan bergulir ke bawah menuju hopper.
Unit ini efektif untuk proses dewatering slurry yang mengandung lemak atau
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 34/106
32
suspended solid yang lengket. Screen ini biasanya terbuat dari stainless steel
V-bars, diposisikan secara horizontal, tegak lurus dengan airah aliran.
Desain kriteria:
Lebar bukaan / bar spasi = 0,01-0,10 in
Kapasitas debit = 25-25000 gpm
Loading rate = 2-10 gpm/ft2
c) Rotary Drum Screeens
Rotary drum screens menggunakan kain sintetik sebagai mdia penyaringnya.
Kain dipasang pada drum terbuka yang berputar pada poros horizontal.limbah
memasuki drum dan engikuti putaran drum sampai akhir dan melewati screen
ke dalam bak penampung material yang tidak lolos saringn.
Desain kriteria: (Eckenfelder,1980)
Lebar bukaan = 0,01-0,75 in
Kecepatan rotasi drum = 1-5 rpm
4.2.1. 2 Comminutor
Comminutor banyak digunakan dalam pengolahan air limbah, kurang dari 0,2
m3
/s (5 Mgal/day). Comminutors dipasang dalam aliran air limbah untuk menyaring dan
mencacah zat padat secara fisik ke ukuran 6 – 20 mm (0,25 – 0,77 in) tanpa
menghilangkan zat padat yang sudah dicacah sebelumnya, Typical comminutor
menggunakan saringan horizontal.
Tabel 4. 3 Jenis Comminutor Serta Ukuran Motornya
NoUkuranMotor
Kapasitas (MGD)Controlled Discharge
Kapasitas (MGD)Free Discharge
7B ¼ 0-0,38 0-0,30
10A ½ 0,17-1,1 0,17-0,82
15A ¾ 0,4-2,3 0,4-1,4
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 35/106
33
25A 1 ½ 1,0-11,0 1,0-6,5
36A 2 15-25,0 1,6-9,6
54A Ditentukan oleh jenis pekerjaannya
Sumber : Elwyn E. Seelye, Design 3rd ,John Wiley&Sons Inc.,NY. 1980
Contoh perhitungan:
diketahui debit maksimum air limbah yang akan masuk ke IPAL adalah 0,83 m3/detik
1 mgd = 22,824 m /s
Qmax = 0,83 m3/detik
= 0,83 m3/s x (1 mgd/22,824 m3/s)
= 0,0364 mgd
Berdasarkan Tabel 4.3. Jenis comminutor yang digunakan adalah comminutor no 7 b
dengan ukuran motor ¼.
4.2.1. 3 Gri t Removal /Gri t Chamber
Limbah domestik/limbah kota mengandung berbagai macam padatan anorganik
seperti kerikil, pasir, lanau, kulit telur dan potongan logam. Grit removal bertujuan
untuk menyisihkan anorganik tersebut dan dapat jga menyisihkan materi yang lebih,
bahan organik berat seperti potongan tulang, biji-bijian dan bubuk kopi atau teh.
Selanjutnya bahan-bahan tersebut di sebut sebagai grit dalam air limbah ( Peavy,
Howard S. et.al., 1985.)
Menurut Tchobanoglous dan Burton (2004) Grit chamber berfungsi untuk
memisahkan grit yang terdiri dari pasir, kerikil, partikel padat lain, partikel padat yang
mempunyai kecepatan/ specifik gravity lebih besar daripada partikel organik yang dapat
membusuk. Grit chamber dipasang setelah unit bar screen dan sebelum prasedimentasi.
Tipe grit chamber
1. Horizontal flow (rectangular atau square)
2. Aerated
3. vortex
1. Horizontal Flow (Rectangular dan Square)
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 36/106
34
Tabel 4. 4 Desain Kriteria Horizontal-Flow Grit Chamber
SI Units
Unit Range Typical
detention time S 45-90 60horizontal velocity m/s 0,25-0.4 0,3
settling velocity for
removal of
0,21 mm (65-mesh)material
m/menit 1,0-1,3 1,15
0,15 mm (65-mesh)material
m/menit 0,6-0,9 0,75
headloss in a control
section as percent ofdepth in channel
% 30-40 36
added lengthallowance for inlet andoutlet turbulence
% 25-50 30
Sumber: Tchobanoglous dan Burton 2004
A. Rectangular horizontal-flow grit chamber
Tipe lama yang digunakan dari grit chamber adalah Rectangular
Horisontal flow Grit chamber, tipe berdasarkan kontrol kecepatan.
Bangunan ini dirancang dengan kecepatan aliran hingga 0,3 m/det (1
ft/sec), sehingga partikel – partikel kasar dapat diendapkan di dasar
bangunan. Ukuran normal partikel – partikel yang diendapkan di grit
chamber dengan diameter 0,1 mm (65 mesh), meskipun ada beberapa
bangunan grit chamber yang dirancang untuk meremoval partikel yang
berdiameter 0,15 mm (100 mesh). Aliran yang ada dalam bak grit chamber
haruslah dibuat turbulen. Endapan yang terjadi pada bangunan ini biasanya
di buang dengan menggunakan scrapper ataupun screw conveyor . Pada
umumnya pembersihan grit yang mengendap dilakukan secara manual.
B. Square Hori zontal-F low Gri t Chamber
Pada tipe ini influent melalui pintu air dan terdapat weir di akhir
bangunan. Bangunan ini biasanya digunakan 2 unit. Pada bangunan ini 95
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 37/106
35
% bahan – bahan kasar teremoval dengan diameter partikel 0.15 mm (100
mesh) Adapun gambarnya dapat anda lihat pada gambar 2.3 dibawah ini :
Gambar 4. 4 Horizontal Grit Chamber
sumber: Tchobanoglous dan Burton 2004
2. Aerated Grit Chamber
Pada bangunan ini udara dimasukkan untuk mendapatkan aliran yang
spiral, dimana bahan – bahan kasar dapat mengendap di dasar bangunan. Jika
kecepatan aliran terlalu besar maka bahan – bahan kasar akan terikut keluar
melalui saluran outlet grit chamber, tapi jika aliran terlalu lemah maka bahan –
bahan organik akan ikut terendapkan. Sehingga kuantitas udara yang digunakan
juga harus diperhitungkan. Pada bangunan ini 100 % bahan – bahan kasar
terendapkan. Bangunan ini biasanya meremoval bahan – bahan kasar dengan
diameter 0.21 mm (65 mesh) atau lebih besar, dengan waktu detensi yang
dibutuhkan adalah 2 – 5 menit, dengan kedalaman grit storage 0.9 m (3 ft).
Sedangkan alat penginjeksi udara diletakkan 0.45 – 0.6 m (1.5 – 2ft) dari dasar
(Tchobanoglous dan Burton. 2004). Kriteria perencanaan dan gambarnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4. 5 Desain Kriteria Aerated Grit Chamber
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 38/106
36
Item U. S Customary Unit S.I Unit
Unit Range typical Unit Range Typical
waktu detensi S 2-5 3 S 2-5 3
Dimensi
Kedalaman ft 7-16 m 2-5
Panjang ft 25-65 m 7.5- 20
Lebar ft 8-23 m 2.5-7
llebar : kedalaman Rasio 1:1 - 5:1 1.5:1 Rasio 1:1 - 5:1 1.5:1
panjang : lebar Rasio 3:1 - 5:1 4:1 Rasio 3:1 - 5:1 4:1
supply udara per unit
panjang
Ft3/ft min 3-8 m3/m.min 0.2 - 0.5
kuantitas pasir Ft3/Mgal 0,5-27 2 m3/103.m3 25-50 30
Sumber : Tchobanoglous dan Burton 2004
Gambar 4. 5 Aerated Grit Chamber (A) Potongan Membujur (B) Pola Aliran DalamAerated Grit Chamber
3. Vortex grit chamber
Bahan – bahan kasar juga dapat diremoval denganmenggunakan aliran
vortex. Ada dua tipe dari bangunan ini. Turbin yang berputar menjaga kecepatan
aliran tetap konstan dan ada blade yang memisahkan grit dari air limbah, dimana
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 39/106
37
partikel mengendap secara gravitasi. Bahan – bahan kasar (grit) yang
mengendap diambil dengan pompa penguras. Biasanya bangunan ini digunakan
lebih dari dua unit. Dengan kapasitas setiap unit untuk tipe vortex ini hingga 0.3
m3/det. Dibawah ini adalah vortex dengan dua tipe.
Gambar 4. 6 Dua Tipe Vortex Grit Chamber
Sumber : Tchobanoglous dan Burton. 2004
Tabel 3.5. Desain Kriteria Vortex Grit Chamber
Item U.S. Customary units SI Units
Unit Range Typical unit Range Typical
waktu detensi S 20-30 30 20-30 30
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 40/106
38
Diameter
upper chamber Ft 4,0-24,0 1,2-7,2
lower chamber Ft 3,0-6,0 0,9-1,8
Height Ft 9,0-16,0 2,7-4,8
rasio penyisihan
0,30 mm (50 mesh) % 92-98 95+ 92-98 95
0,24 mm (70 mesh) % 80-90 85+ 80-90 85
0,15 mm (100 mesh) % 60-70 65+ 60-70 65
Sumber: Tchobanoglous dan Burton 2004
Karakteristik Grit Chamber
Bahan – bahan kasar terdiri dari pasir, kerikil dan bahan – bahan lain yang
mempunyai berat atau spesifik grafity lebih besar dari bahan – bahan organik. Bahan – bahan kasar itu misalnya : kulit telor, kulit kopi dan bahan – bahan kasar lainnya yang
lebih besar dari partikel – partikel organik.
Pada umumnya apa yang diremoval sebagai grit adalah bahan – bahan yang inert
dan kering. Dimana spesifik gravity untuk bahan – bahan yang inert adalah 2.7
meskipun bisa rendah sampai 1.3 dan densitas Bulk yang digunakan untuk grit adalah
1600 kg/m3 (100 lb/ft3). Dan bahan – bahan kasar yang berdiameter 0.2 mm merupakan
suatu masalah di badan air. Biasanya bahan – bahan kasar yang berdiameter 0.15 mm
dapat diremoval hingga 100 % (Tchobanoglous dan Burton. 2004).
Perhitungan Unit Grit Chamber
Perhitungan unit grit chamber menurut Peavy, Howard S. et.al., (1985) adalah sebagai
berikut:
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 41/106
39
o Luas permukaan, A = Q/vh
o Waktu detensi, td = Hunit/vt
o Panjang, P = td x vh
Keterangan: Hunit = kedalaman unit grit chamber
vh = kecepatan horizontal (m/detik)
vt = kecepatan mengendap (m/detik)
Q = debit (m3/detik)
4.2.1. 4 Tangki Aliran Rata-Rata (F low Equalization)
Flow equalization/aliran ekualisasi adalah peredam variasi aliran untuk mencapai
aliran konstan atau hampir konstan dan dapat diterapkan dalam beberapa situasi yang
berbeda, tergantung pada karakteristik dari sistem pengumpulannya (Tchobanoglous
dan Burton. 2004).
Penerapan yang penting pada equalisasi adalah :
Debit cuaca kering (debit kering selama 24 jam)
Debit cuaca basah (hujan)dari sistem drainase terpisah
Kombinasi debit air hujan dan debit air buangan saluran sanitasi
Penerapan aliran ekualisasai dalam pengolohan limbah cair di ilustrasikan dalam
gambar 4.2. equalisasi in-line (gambar 4.2 a semua aliran melewati bak equalisasi, in
line dapat mencapai sejumlah konsentrasi yang besar dan dapat meredam aliran. Pada
ekualisasi off line, aliran dialihkan, hanya aliran yang telah ditentukan yang dialihkan
kedalam bak ekualisasi (Tchobanoglous dan Burton. 2004). Keuntungan dari penerapan
aliran ekualisasi adalah : 1) meningkatkan pengolohan biologi karena sudah tidak ada
shock loading atau sudah diminimasi dan pH dapat distabilkan; 2) meratakan
kandungan padatan (ss, koloidal, dsb) untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada
proses koagulasi flokulasi, sehingga dilihat dari fungsinya tersebut, unit bak equalisasi
sebaiknya dilengkapi dengan mixer, atau secara sederhana konstruksi/peletakkan dari
pipa inlet dan outlet diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi
(Tchobanoglous dan Burton. 2004).
Cara Menghitung Volume Tangki Aliran Rata-Rata
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 42/106
40
Volume tangki ekualisasi dapat dihitung menggunakan dua pendekatan, yaitu
berdasarkan pola dbit harian ( flow balance) serta berdasarkan pola beban massa untuk
polutan tertentu (composition balance). Flow balance digunakan saat komposisi air
limbah yang masuk relatif konstan namun debit air limbah berfluktuasi sering dengan
waktu. Sementara itu pada composition balance berlaku sebaliknya. Metode flow
balance adalah yang paling sering digunakan. Perhitungannya dilakukan menggunakan
diagram Rippl dimanna volume kumulatif di plot terhadap waktu.
Gambar 4. 7 Diagram Rippl (Teori)
Berdasarkan diagram diatas, volume tangki ekualisasi yang diperlukan adalah hasil
penjumlahan antara AB dan CD. Hal penting dalam penentuan volume tangki ekualisasi
adalah penambahan safety factor yang biasanya sebesar 10-20% dari volume tangki
(Tchobanoglous dan Burton. 1991).
Efisiensi Pengolahan: Menurut Tchobanoglous (1991), sistem aerasi pada tangki
ekualisasi akan menyisihkan BOD sebanyak 10 sampai 20%.
4.2.1. 5 Pra sedimentasi
Bak pengendap awal (pra sedimentasi) berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi
(Suspended Solids) sekitar 40-60%, serta BOD sekitar 20% - 35% (Monod, 1991)
4.2.1. 6 Secondary clarifiers
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 43/106
41
Efisiensi penyisihan BOD biasanya dari 65% sampai 85% tergantung pada beban BOD,
rasio resirkulasi, jenis media yang digunakan (Arceivala, 1998). Menurut
Tchobanoglous (2014), efisiensi penyisihan BOD oleh trickling filter tergantung pada
jenis trickling filter itu sendiri, untuk jenis trickling filter dengan laju penyisihan BOD
rendah efisiensi penyisihan BOD mencapai 80-90%, untuk laju penyisihan BOD yang
tinggi efisiensi dapat mencapai 80-90% dengan media batu dan mencapai 70-90%
dengan media plastik, untuk jenis trickling filter berupa penyisihan BOD dan nitrifikasi
efisiensi penyisihan BOD mencapai 85-90% dan untuk jenis trickling filter dengan
penyisihan BOD sebagian mencapai efisiensi sebesar 40-70%.
4.2. 2 Secondary Treatment (Pengolahan Sekunder)
Effluent dari pengolahan primer masih mengandung 40-50% SS dan organik
terlarut dan anorganik. Agar memenuhi standard baku mutu, zat organik baik yang
terlarut maupun yang tersuspensi harus disisihkan. Penyisihan zat atau bahan organik
ini disebut dengan pengolahan tingkat dua atau pengolahan sekunder yang prosesnya
dilakukan secara kimia atau biologi. Kombinasi proses fisika-kimia misalnya koagulasi,
microscreening, filtrasi, oksidasi kimia, karbon adsorpsi dan pengolahan lain yang dapat
digunakan untuk menyisihkan SS dan mengurangi BOD namun saat ini unit-unittersebut menghabiskan modal dan biaya operasi yang besar oleh karenanya kini jarang
digunakan.
Proses biologilah yang digunakan untuk menyisihkan konstituen tersebut dalam
tingkat pengolahan sekunder. Dalam pengolahan air limbah secara biologi
mikroorganisme menggunakan bahan organik yang terkandung dalam air limbah
sebagai supply makanan dan mengubahnya sebagai sel biologis atau biomassa. Karena
air limbah mengandung berbagai macam jenis bahan organik, berbagai macam
organisme atau campuran kultur, sehingga sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan
pengolahan secara biologi ( Peavy, Howard S. et.al., 1985)
Tipe pengolahan air limbah secara biologi terbagi menjadi bebrapa klasifikasi yaitu
1. Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
Proses aerobik (membutuhkan oksigen dalam proses pengolahannya)
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 44/106
42
Proses anaerobik (pengolahan biologi yang tidak membutuhkan oksigen)
Proses anoxic (proses oleh nitrat nitrogen yang dikonversi secara biologi
menjadi gas nitrogen dalam keadaaan tanpa oksigen. Proses ini disebut proses
denitrifikasi).
2. Berdasarkan Pola Pertumbuhan Mikroba
Suspended growth processes (sistem dengan pola pertumbuhan mikroorganisme
tersuspensi) Dalam suspended growth process, mikroorganimse berperan dalam
pengolahan dan dipelihara dalam limbah secara tersuspensi.
Attached growth processes (pengolahan limbah secara biologi diamana
mikroorganisme yang akan memanfaatkan bahan organik dalam air limbah
dilekatkan pada suatu medium)
Berikut contoh unit pengolahan yang dapat diterapkan, klasifikasi unit-unit berdasarkan
kebutuhan oksigen dan pola pertumbuhan mikroba
Tabel 4. 6 Macam-Macam Unit Pengolahan Sekunder Secara Biologi
Type Unit
Proses aerobik
Suspended growth
Attached growth
Activated sludge process
Aerated lagoons
Aerobic digestion
Trickling filters
Rotating biological contactors
Packed-bed reactors
Proses anaerobik
Suspended growth
Attached growth
Anaerobic contact processes
Anaerobic digestion
Anaerobic packed and fluidized bed
Sumber : Tchobanoglous dan Burton. 2004
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 45/106
43
4.2.2. 1 Acti vated sludge
Pengertian :
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensiyang pertama kali dilakukan di Inggris pada awal abad 19. Sejak itu proses ini diadopsi
seluruh dunia sebagai pengolah air limbah domestik sekunder secara biologi. Proses ini
pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik
menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara disalurkan melalui pompa
blower (diffused ) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki penjernihan (Gariel Bitton, 1994).
Menurut Peavy, Howard S. et.al., (1985) Proses pengolahan activated sludge
adalah suatu sistem kontinyu dimana pada sistem pengolahan biologi ini memenafaatkn
mikroorganisme aerob yang ada dalam air limbah domestik dan diberikan supply
oksigen baik dari udara ataupun dengan cara injeksi oksigen murni dan flok yang
terbentuk dari proses ini selanjutnya akan dipisahkan di unit clarifier. Sebagian dari
lumpur hasil pengendapan di clarifier tersebut dikembalikan lagi ke tangki aerasi dan
akan bercampur dengan influent limbah baru.
Mekanisme Proses Lumpur Aktif:
Menurut Sholichin (2012) pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif
konvensional/ standar scara umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi dan bak
pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri pathogen. Secara umum
proses pengolahannya adalah sebagai berikut. Air limbah yang berasal dari sumber
pencemar ditampung ke dalam bak penampung air limbah. Bak penampung ini
berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar
untuk memisahkan kotoran yang besar. Kemudian air limbah didalam bak penampunhg
dipompa ke bak pengendap awal. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan
udara sehingga mikro organime yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam
air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan
oleh mikroorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak
aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomassa dalam jumlah cukup besar.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 46/106
44
Biomassa atau mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan yang
ada dalam air limbah.
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Didalam bak ini lumpur
aktif yang massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembalu ke bagian inlet bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap
akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Didalam bak kontaktor klor ini air limbah dikontakkan
dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelag proses khlorinasi dapat langsung
dibung ke sungai atau saluran umum. Dengan proses ini air limbah dengan konsentrasi
250 – 300 mg/lt dapat diturunkan kadar BOD nya menjadi 20-30 mg/lt berarti efisiensi
penyisihan BOD nya sebesar 90-92%. Skema proses pengolahan air limbah dengan
sistem lumpur aktif standar/konvensional dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4. 8 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Lumpur Aktif
Standar (Konvensional)
Variabel Operasional Di Dalam Proses Lumpur Aktif :
Variabel perencanaan (design variabel) yang umum digunakan dalam proses
pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif (Davis dan Cornweell, 1985) adalah
sebagai berikut:
1. Beban BOD (BOD Loading rate atau volumetric loading rate). Beban BOD
adalah jumlah massa BOD didalam air limbah yang masuk (influent) dibagi
dengan volume reaktor. Beban BOD dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Beban BOD (Vl) (kg/m3.hari) = (Q x So)/V
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 47/106
45
Dimana Q = debit air limbah yang masuk (m3/hari)
So = konsentrasi BOD di dalam air limbah yang masuk (kg/m3)
V = volume reaktor (m3)
2. Mixed liquor suspended solids (MLSS). Isi didalam bak aerasi pada proses
pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif disebut sebagai mixed liqour
yang merupakan campuran antara air limbah dengan biomassa mikroorganisme
serta padatan tersuspemsi lainnya. MLSS adalah jumlah total dan padatan
tersuspensi yang berupa material organik dan mineral, termasuk didalamnya
adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan dengan cara menyaring lumpur
campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada
temperatur 105o C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
3. Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS). Porsi material organik pada
MLSS diwakili oleh MLVSS yang berisi material organik bukan mikroba,
mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel ( Nelson dan Lowrence, 1980).
MLVSS diukur dengan memanaskan terus sampel filter yang telah kering Pada
600-6500OC dan nilainya mendekati 65-75% dari MLSS.
4. Food-to-mikroorganism ratio atau food-to-mass ratio disingkat F/M ratio.
Parameter ini menunjukkan jumlah zat organik (BOD) yang dihilangkan dibagi
dengan jumlah massa mikroorganisme didalam bak aerasi atau reaktor.
Besarnya nilai F/M ratio umumnya ditunjukkan dalam kilogram BOD per
kilogram MLSS per hari (Curd dan Hautkes, 1983; Nathanson, 1986). F/M
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ( Peavy, Howard S.
et.al., (1985)
F/M =
(Qasim, 1985)
Dimana :
Q = laju air limbah m3/hari
So = konsentrasi BOD di dalam air limbah yang masuk ke bak aerasi (kg/m3)
S = konsentrasi BOD di dalam effluent (Kg/m3)
V = volume reactor atau bak aerasi
X = mixed liqour volatille suspended solids dalam reaktor (kg/m3)
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 48/106
46
Ks = konsentrasi substrat pada setengah tingkat pertumbuhan maksimum,
mg/L (g/m3)
k = nilai maksimum pemanfaatan substrat per unit massa mikroorganisme
Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju sirkulasi lumpur aktif dari
bak pengendapan akhir yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi laju sirkulasi lumpur
aktif lebih tinggi pula rasio F/M nya.
5. Hydraulic detention time (θ)
Θ = V.Qo
Dimana V = volume reaktor atau bak aerasi (m3)
Q = debit air limbah yang masuk ke dalam tangki aerasi (m3/jam)
Θ = waktu detensi hidraulik (jam)
6. Rasio resirkulasi adalah perbandingan antara jumlah lumpur yang disirkulasikan
ke bak aerasi dengan jumlah air limbah yang masuk kedalam bak aerasi ( Peavy,
Howard S. et.al., (1985).
Rasio Resirkulasi (R) = Qr/Qo
=
Dimana Qr =jumlah lumpur yang disirkulasikan ke bak aerasi (m3/jam)
Qo = jumlah air limbah yang masuk kedalam bak aerasi (m3/jam)
Xu = konsentrasi bahan organik dalam lumpur resirkulasi (kg/m3)
X = biomass atau bahan organik yang dinyatakan dalam MLVSS
yang terdapat dalam reaktor (kg/m3)
7. Umur lumpur (sludge age)atau sering disebut waktu tinggal rata-rata sel (mean
cell residence time). Parameter ini menunjukkan waktu tinggal rata-rata
mikroorganisme dalam sistem lumpur aktif. Jika huydraulic detention time
memerlukan waktu dalam jam,maka waktu tinggal sel mkroba dalam bak aerasi
dapat dalam hitungan hari. parameter ini berbnding terbalik dengan laju
pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dapat dihitung dengan rumus berikut ini
( Peavy, Howard S. et.al., (1985).
Θc =
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 49/106
47
Menurut Qasim (1985) umur lumpur dapat dihitung dengan cara:
Θc =
1/ Θc = Y . (F/M) – k d
Dimana V = reaktor atau bak aerasi (m3)
Qw = debit lumpur yang dibuang (m3/hari)
Θc = umur lumpur (hari)
Qwa = debit lumpur dari tangki aerasi (m3/hari)
Qe = debit effluent (debit air limbah yang telah diolah)
(m3
/hari)
Xe = konsentrasi VSS dalam limbah terolah/ limbah yang
sudah diolah, mg/l (g/m3)
Y = koefisien yield
k d = koefisien endogenous decay,1/hari
8. Produksi Lumpur (Qasim. 1985)
Yobs =
Px = Yobs Q (So – S)
Dimana Px = produksi lumpur (VSS), kg/hari
Y obs = obseved yield
So = konsentrasi BOD5 dalam influent, mg/l (g/m3)
S = konsentrasi BOD5 dalam effluent, mg/l (g/m3)
9. Volume aeration basin
V =
10. Nilai koefisien proses pada bioreaktor lumpur aktif
Tabel 4. 7 Nilai Koefisien Kinetik Pada Bioreaktor Lumpur Aktif
koefisien Satuan Nilai
range Typical
k Hari-1 2-8 4
k d Hari-1
0,03-0,07 0,05
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 50/106
48
koefisien Satuan Nilai
range Typical
K s mg/l, BOD5
mg/l, COD
40-120
20-80
80
40Y VSS/BOD5
VSS/COD
0,3-0,7
0,2-0,5
0,5
0,4
Sumber : Qasim, 1985
Modifikasi Lumpur Aktif Konvensional
Selain sistem lumpur aktif konvensional, ada beberapa modifikasi dari proses
lumpur aktif yang banyak digunakan di lapangan yakni antara lain sistem serasi
berlanjut (extended aeration system), sistem aerasi bertahap ( step aeration), sistem
aerasi berjenjang (tappered aeration), sistem stabilisasi kontak (contact stabilization
system), sistem oksidasi parit (oxydation ditch), sistem lumpur aktif dengan oksigen
murni ( pure oxygen activated sludge). beberapa pertimbangan untuk pemilihan proses
tersebut antara lain jumlah air limbah yang akan diolah, beban organik kualitas air
olahan yang diharapkan, lahan yang diperlukan serta kemudahan operasi dan lainnya.
Menurut Tchobanoglous dan Burton (2004) bioreaktor lumpr aktif mampu menyisihkan
TSS sebesar 99 % dan juga mampu menyisihkan BOD . Efisiensi penyisihan BOD berbeda-beda tergantung tipe activated sludge yang digunakan. Berikut efisiensi
removal dari tiap jenis unit menurut Tchobanoglous dan Burton, dan Steele dan
McGhee dalam Peavy, Howard S. et.al., (1985).
Tabel 4. 8 Efisiensi Penyisihan BOD5 Berdasarkan Tipe Unit Activated Sludge yang
digunakan
Type Activated Sludge Efisiensi Penyisihan BOD5
Tapered aeration 85-95
Conventional 85-95
Step aeration 85-95
Completely mixed 85-95
Contact stabilization
Contact basin
Stabilization basin
80-90
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 51/106
49
Type Activated Sludge Efisiensi Penyisihan BOD5
High-rate aeration 75-90
Pure oxygen 85-95
Extended aeration 75-90
Sumber : Peavy, Howard S. et.al., 1985.
Berikut akan dijabarkan pengertian, kelebihan dan kekurangan serta desain kriteria dari
tiap unit pengolahan modifikasi lumpur aktif menurut Solichin (2012).
1. Sistem aerasi berlanjut (extended aeration system)
Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket
( package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain: Waktu aerasi lebih lama (sekitar 30 jam) dibandingkan sistem
konvensional . usia lumpur juga lebih lama dan dapat diperpanjang
sampai 15 hari.
Limbah yang masuk dalam tangki aerasi tidak diolah dulu dalam
pengendapan primer.
Sistem beroperasi dengan F/M ratio yang lebih rendah (umumnya <0,1
kg BOD/per kg MLSS per hari). Sistem ini membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan pengolahan
konvensionasl terutama cocok untuk komunitas yang kecil yang
menggunakan paket pengolahan.
2. Proses dengan sistem oksidasi parit (oxidation ditch)
Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa parit atau saluran yang
berbentuk oval yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi
limbah. Saluran atau parit tersebut menerima limbah yang telah disaring dan
mempunyai waktu tinggal hidraulik (hidraulic retention time) mendekati 24 jam.
Proses ini umumnya digunakan untuk pengolahan air limbah domestik untuk
komuditas yang relatif lebih kecil dan memerlukan lahan yang cukup besar.
Diagram proses pengolahan air limbah dengan proses oksidasi parit ditunjukan
pada gambar 4.9
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 52/106
50
Gambar 4. 9 Proses Oxidation Ditch
Mekanisme Proses Oxidation D itch:
Air limbah yang akan diolah harus melalui unit pengolahan primer terlebih
dahulu seperti unit screen, comminutor, grit chamber dan pra sedimentasi. Setelah
melalui unit prasedimentasi effluent nya kemudian masuk ke parit oksidasi. Pada setiap
unitnya air limbah selalu mengalami pengenceran (dilusi) otomatis ketika kembali
mengalir melewati bagian inlet. Faktor dilusi ini bisa mencapai nilai 20 s/d 30 sehingga
nyaris teraduk sempurna meskipun bengtuk baknya mendukung aliran plug flow, yakni
hanya teraduk pada arah radial saja dengan aliran yang serah (unidirectional ).
Influennya serta merta bercampur dengan air limbah yang sudah dioksigenasi danmengalami fase kekurangan oksigen. Pengulanagn ini berlangsung terus menerus
selama pengoperasian parit oksidasi (Solichin. 2012).
Tabel 4. 9 Desain kriteria bioreactor activated sludge
Type Activated Sludge Jenis aliran
Umur
lumpur
(hari)
(θc)
F/M
Aerator
loading
(kg/m3
hari)
MLSS (mg/l)
Periode
aerasi
(jam)
Rasio
resirkulasi
Tapered aeration Plug 5 - 15 0,2-0,4 0,3-0,6 1500-3000 4-8 0,22-0,5
Conventional Plug 5 - 15 0,2-0,4 0,3-0,6 1500-3000 4-8 0,22-0,5
Step aeration Plug 5 – 15 0,2-0,4 0,6-0,10 2000-3500 3-5 0,25-0,75
Completely mixed Complete mix 5 – 15 0,2-0,6 0,8-2,0 3000-6000 3-5 0,25-1,00
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 53/106
51
Type Activated Sludge Jenis aliran
Umur
lumpur
(hari)
(θc)
F/M
Aerator
loading
(kg/m3
hari)
MLSS (mg/l)
Periode
aerasi
(jam)
Rasio
resirkulasi
Contact stabilization
Contact basin
Stabilization basinPlug 5-15 0,2-0,6 1,0-1,2
1000-4000d
4000-10000d
0,5-1,0 d
3,0-6,0d0,5-1,0
Pure oxygen Complete mix 8-20 0,25-1,0 1,6-3,3 6000-8000 2-5 0,25-0,5
Extended aerationComplete mix
atau plug20-30 0,05-0,15 0,1-0,4 3000-6000 18-36 0,5-2,0
Sumber : Qasim, 1985
Keterangan:dcontact tank
4.2.2. 2 RBC (Rotating Biological Contactors)
Rotating biological contactor (RBC) adalah suatu proses pengolahan air limbah
ecara biologis yang terduru atas disc mlingnar yang diputar oleh poros dengan kcepatan
tertentu. Unit pengolahan in berotasi dengan puast pada sumbu atau as yang digerakkan
oleh motor drive system dari diffusese yang dibenam dalam air limbah dibawah media.
Gambar 4. 10 Rotating Biological Contactor
Mekanisme Proses RBC
Mekasnisme aerasi terjadi ketika mikroba terpapar okesigen diluar air limbah sehingga
terjadi pelarutan oksigen akibat difusi. Sesaat kemudian, mikroba ini tercelup lagi
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 54/106
52
kedalam air limbah sekaligus memberikan oksigen, kepada reintake material organik
dan anorganik yang merekat didalam biofilm. Tetesan air berbutir-butir yang jatuh dari
media plastik dan bagian biofilm yang merekat dipermudah secara kontinyu 24 jam
sehari, ada yang bagian terendamada bagian yang terpapar oksigen.
4.2.2. 3 Tri ckling fi lter
Trickling filter terdiri dari bed yang memiliki kedalaman rendah dan
diadalamnya terdapat pecahan bebatuan atau media sintetis. Air limbah domestik
disebar di atas permukaan media penyebaran ini dilakukan dengan menggunakan pipa
berlubang yang berputar sehingga diharapkan penyebaran air limbah terhadap media
penyaringnya adalah rata. Bahan organik disisihkan oleh lapisan miktoorganisme yang
terbentuk atau disebut lapisan biofilm yang melapisi media. Sistem underdrain dibuat
untuk mengumpulkan tetesan air dan juga padatan biologi yang mungkin terbawa oleh
tetesan air tersebut Qasim, 1985)
Menurut Eckenfelder (1980) trickling filter adalah susunan media yang dilapisi
oleh slime growth dimana nantinya media yang dilapisi slime growth tersebut akan
dilewati media yang akan diolah. Karen air limbah dilewatkan melalui media tersebut
yang berfungsi sebagai filter, bahan organik dalam air limbah akan tersisihkan oleh
lapisan mikroorganisme yang disebut biofilm atau ( slime growth).
Tabel 4. 10 Desain Kriteria Trickling Filter
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 55/106
53
Sumber: Peavy, Howard S. et.al., (1985)..
Contoh perhitungan (Eckenfelder, 1980)
Diketahui data sebagai berikut:
Ditanya:
Surface area untuk trickling filter dengan dan tanpa resirkulasi untuk kondisi sebagai
berikut:
Sinf = 350 mg/l
S eff = 40 mg/lQ = 2,5 MGD
N = 1,3
D = 20 ft
Penyelesaian
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 56/106
54
1. berdasarkan hydraulic loading bahan organik dari pilot plant study di atas
berhubungan dengan:
Dimana Q = hydraulic loading rate .
(1) Plot (s/so) vs. Kedalaman ke dalam gambar 4.11 dan negatif slop hasil dari
garis tersebut adalah :
Gambar 4. 11 Efek Hidraulik Loading Dan Kedalaman Pada BOD Removal
(2) Plot slope dan Q So kemudian cari nilai n membagi nilai slope dengan So
Seperti pada gambar 4.12 berikut ini
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 57/106
55
Gambar 4. 12 penentuan koefisien n
(3) plot (S/So) terhadap D/(QnSo) dan cari slpoe nya (Ks) lihat gambar 4.12
hanya saja sumbu y diganti dengan nilai prosentase penyisihan BOD dan
sumbu x digangi dengan nilai D/( QnSo)
kemudian persamaan nya berubah menjadi
S/So = e-111,7D/(Q^0,751 . So)
2. kemudian diperoleh nilai A (cross area)3. sistem dengan resirkulasi
So =
Kemudian diperoleh cross area yang dibutuhkan.
4.2. 3 Sludge Treatment
4.2.3. 1 Karakteristik Lumpur
A.
FISIK
1. Suhu
Suhu merupakan ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Kelarutan
oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu di dalam air maka
kelarutan oksigen akan semakin kecil (Sawyer, 2003).
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 58/106
56
2. Kandungan padatan
Kandungan padatan pada residual berbeda-beda, tergantung pada beberapa
faktor, yaitu dari karakteristik air baku, tipe dan dosis koagulan, mekanisme koagulasi,
dan pH (AWWA/ASCE/U.S. EPA, 1996). Kandungan padatan pada aliran residual akan
memberikan efek yang signifikan terhadap daya tahan tertentu dan proses dewatering .
Tabel 4. 11 Karakteristik Lumpur Koagulan Alum/Besi
Sumber : AWWA/ASCE/U.S. EPA, 1996.
Total Solid (TS)
Alearts dan Santika (1987) menyatakan total solid atau zat padat total adalah
semua zat yang tersisa sebagai residu setelah dikeringkan pada suhu 105oC, terdiri dari
zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Padatan di dalam air terdiri dari materi
anorganik maupun materi organik yang larut, mengendap, maupun tersuspensi.
Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi adalah bagian dari
padatan total (TS) yang tertahan oleh saringan yang diukur setelah dibakar pada suhu ±
105°C. Umumnya ukuran pori-pori yang digunakan untuk pengukuran TSS adalah
sebesar 0,45 - 2,0 μm. Zat padatan tersuspensi diklasifikasikan menjadi partikel koloid
dan partikel biasa. Sedimentasi pada residual padatan dapat memberikan efek terhadap
komunitas perairan, alga, aquatic macrophytes, dan keampuan ikan untuk bertelur.
Penggunaan pengukuran TSS umumnya dilakukan pada lumpur, didalam desain sludge
digestion, vacuum-filter , dan unit insenerasi.
Total Dissoved Solid (TDS)
Total Dissolved Solids (TDS) atau total padatan terlarut adalah semua material
padat dalam suatu sampel air yang dapat melewati saringan 2 μm atau kurang dan
kemudian diuapkan dan dikeringkan melalui pemanasan dengan temperatur spesifik
180oC selama 1 jam (Standard Methods, 1998).
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 59/106
57
Volatile Suspended Solids (VSS)
Volatile Suspended Solids (VSS) atau padatan tersuspensi mudah menguap
adalah jumlah padatan yang menguap dari TSS jika dipanaskan pada suhu 500± 50°C.
TSS biasanya mengandung 80% dari bahan yang mudah menguap. Umumnya VSS
diasumsikan sebagai bahan organik, walaupun beberapa bahan organik tidak akan
terbakar dan beberapa bahan anorganik padat rusak pada suhu tinggi.
Dalam unit pengolahan, VSS digunakan untuk mengontrol keberadaan padatan
biologis (biological solids), serta perkiraan kasar dari jumlah bahan organik yang hadir
dalam fraksi padatan air limbah dalam proses lumpur aktif.
Kekeruhan
Menurut Vesillind (1980), kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang
menyebabkan pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya
partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10nm sampai 10μm. Kekeruhan
merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang
melaluinya, kekeruhan berhubungan dengan kadar zat, ukuran dan bentuk butir zat
tersuspensi (Alaerts dan Santika, 1987).
Specif ic gravity Lumpur (Ssl)
Specific gravity merupakan properti yang penting yang menyediakan petunjuk
penting tentang karakteristik fisik dan kimia bahan mineral dari lumpur. Kandungan
materi organik dapat menurunkan nilai specific gravity, sedangkan kandungan logam
berat dapat meningkatkan nilai specific gravity (Basim, 1999).
Nilai specific gravity padatan lumpur dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
(4.1)
Dimana
Ss = Specific gravity padatan lumpur
Wst = Fraksi berat padatan kering total; 1
Wf = Fraksi berat padatan tetap (bahan mineral)
Wv =Specific gravity padatan volatile (bahan organic)
Ss =Wst
(wf/sf + Wv/Sv)
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 60/106
58
Sf = Specific fravity padatan padatan tetap
Sv = Specific fravity padatan volatile
Sumber: Tchobanoglous dan Burton, 2004
4.2.3. 2 Jumlah Lumpur
Perhitungan berat lumpur
Banyaknya jumlah lumpur yang dihasilkan dapat menggunakan perhitungan dari
produksi lumpur dari koagulan alum dan besi dengan menggunakan persamaan berikut
(Cornwell et al ., 1987).
S= (8,34 Q) (0,44 Al + SS + A) (4. 2)
Dimana,
S = Produksi lumpur (lb/day)
Al = Dosis alum (mg/L as 17,1% AL2O3)
SS = Kekeruhan air baku (NTU)
Q = Debit instlasi (mgd)
A = Padatan bahan kimia tambahan ditambahkan seperti polimer/PAC (mg/L)
Dari persamaan rumus 4.1 diatas menunjukkan bahwa kuantitas lumpur dipengaruhi
oleh debit, dosis koagulan, bahan kimia tambahan, serta kualitas air baku. Persamaan
diatas digunakan untuk koagulan alum, dimana konstanta 0,44 digunakan apabila
konsentrasi Al2O3 dalam koagulan sebesar 17,1%. Berikut persamaan untuk menghitung
produksi lumpur dari koagulan besi.
S= (8,34 Q) (2,9 Fe + SS + A) (4.3)
Dimana,
Fe = Dosis koagulan besi (mg/L)
Hubungan Volume Dan Massa Lumpur
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 61/106
59
Volume lumpur tergantung pada kandungan air serta karakteristik padatan yang
ada didalamnya. Hubungan volume serta massa lumpur ini ditulis dalam persamaan
berikut.
(4. 4)
Dimana,
V = volume (m3)
Ms = Berat lumpur kering
ρw = Berat jenis air
Ssl = Specific gravity lumpur
Ps = persen padatan kering dalam decimal.
Sumber: Tchobanoglous dan Burton (2004)
4.2.3. 3 Jenis Pengolahan Lumpur
Penanganan lumpur koagulan termasuk didalamnya pengangkutan, pengolahan
serta pembuangan dari lumpur alum. Persyaratan ekonomi, dan peraturan serta faktor
lain perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pengolahan sebelum pembuangan akhir.
Tujuan dari pengolahan lumpur adalah untuk mengurangi kandungan air dan dalam
beberapa kasus dapat digunakan untuk memulihkan coagulant chemical (Hosain, 2006).
Berikut konsentrasi kandungan padatan pada lumpur koagulan dari berbagai proses
pengolahan lumpur.
Gambar 4. 13 Konsentrasi kandungan padatan pada lumpur dari berbagai pengolahan
Sumber: ASCE/AWWA, 1998
1. Thickening
Thickening
(sampai 8%)
Dewatering
8% - 35%
Drying
Lebih dari 35%
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 62/106
60
Merupakan proses pengolahan untuk meningkatkan konsentrasi padatan
dalam lumpur dengan memisahkannya dari air (Tchobanoglous dan Burton,
2004). Proses konsentrasi lumpur merupakan proses yang penting untuk
mendapatkan efisiensi penghilangan kandungan padatan dalam proses
pengolahan. Proses pemadatan ini memiliki efek yang langsung terhadap proses
setelahnya seperti conditioning dan dewatering , selain itu dapat memberikan
efisiensi dan penghematan yang sangat berbeda dalam hal operasi dan
pembiayaan (AWWA/ASCE/U.S. EPA, 1996).
i. Gravity thickening
Teknik ini merupakan cara yang paling mudah dan murah dalam
pengoperasiannya. Prinsip kerjanya adalah dengan mengendapkan padatan
yang memiliki nilai specific gravity yang lebih besar dari air. Thickener
dapat dioperasikan dengan aliran kontinu, pembebanan hidraulik, dan
konsentrasi padatan harus dikontrol (Aldeeb, 2000).
Dalam mendesain, karakteristik residu harus diperhatikan variasinya
dalam setiap musim (Montgomery, 1985). Menurut Reynold dan Richard
(1996), gravity thickener umumnya memadatkan lumpur dua kali dari
kandungan padatan sebelumnya sekaligus mengurangi volume lumpur
setengah dari volume asalnya. Dalam aplikasinya, overflow rate grafity
thickener berkisar antara 107 – 1.739 gpd/ft2 dan menghasilkan lumpur
dengan konsentrasi padatan sebesar 1-20%, dengan ratarata sebesar 7,1 +
5,9 % padatan (McCormick et al., 2009).
ii. Flotation Thickening
Teknik ini menggunakan gelembung udara untuk mengangkan
partikel padatan. Udara ditambahkan dengan tekanan ke aliran residu dariWTP. Gelembung udara akan mengapung ke permukaan air dan membawa
partikel-partikel padat yang dapat dihilangkan dengan skimming (Aldeeb,
A.A., 2000). Teknik ini ideal untuk padatan yang memiliki densitas yang
rendah. Menurut Tchobanoglous dan Burton (2004) operasi metode ini
akan menjadi masalah ketika beban padatan melebihi 10 kg/m3 hari.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 63/106
61
Terdapat tiga metode yang digunakan yakni dissolved air flotation,
dispersed air flotation, dan vacuum flotation.
iii. Gravity Belt Thickeners
Teknik ini menggunakan sabuk horizontal berporos yang bergerak.
Residu yang berasal dari WTP akan mulai mengeluarkan air ketika sabuk
digerakkan. Konsentrasi padatan akan meningkat dan residu akan
dikumpulkan kedalam wadah pada akhir sabuk (Aldeeb, A.A., 2000).
Berikut perbandingan kelebihan serta kekurangan dari beberapa metode
thickening .
Tabel 4. 12 perbandingan kelebihan dan kekurangan beberapa metode thickening
Sumber: Turovskiy & Mathai, 2006
2. Conditioning
Proses ini berguna untuk memudahkan lumpur untuk mengurangi
kandungan airnya sehingga dapat membantu proses selanjutnya (Qasim, 1992).
Proses ini dilakukan sebelum proses dewatering secara mekanis. Conditioning
dapat dilakukan dengan freezing dan thawling , serta dengan penambahan bahan
kimia.
Bahan kimia yang umumnya digunakan untuk proses ini adalah kapur,
FeCl3, alum, dan polimer (AWWA/ASCE/U.S. EPA, 1996).
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 64/106
62
i. Chemical conditioni ng
Chemical conditioning merupakan pengkondisian dengan
menambahkan senyawa kimia sehingga meningkatkan performa proses
dewatering . Proses ini melibatkan penambahan ferric klorida, fly ash,
kapur, atau polimer. Tipe dan dosis bahan kimia yang digunakan berbeda
tergantung kualitas bahan baku, tipe lumpur, dan konsentrasi padatan yang
diinginkan pada proses thickening dan dewatering (AWWA/ASCE/U.S.
EPA, 1996). Montgomery (1985) mengungkapkan bahwa polymer
umumnya digunakan sebagai bahan kimia dalam proses ini, kapur
umumnya digunakan untuk lumpur alum (alum sludge). Dosis bahan kimia
optimum yang dibutuhkan dalam proses conditioning umumnya didapat
dari penelitian lapangan.
ii. Physical Conditioning
Teknik ini cenderung meningkatkan properti fisik dari residu WTP.
Prosesnya dapat berupa freeze-thaw atau thermal conditioning pada
temperatur yang tinggi (EPA, 1996).
3. Dewatering
Merupakan proses penghilangan kandungan air sehingga lumpur dapat di
angkut ke tempat pembuangan akhir (Qasim, 1992). Tchobanoglous dan Burton
(2004) mengungkapkan bahwa pemilihan proses dewatering ditentukan
berdasarkan tipe lumpur, karakteristik, dan luas lahan yang tersedia.
i. Mechanical Dewatering
Konsentrasi padatan hasil mechanical dewatering berbeda-beda
tergantung pada karakteristik lumpur serta jenis pengolahan yang
digunakan. Untuk Aluminium memiliki Ss (specific gravity padatan)
sebesar 1,03.(Novak,1989)
Belt f i l ter presses
Prinsip kerja belt filter press adalah dengan melewatkan lumpur
diantara dua poros sabuk yang digulung dan dipasang dengan diameter
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 65/106
63
poros yang berbeda. Belt filter press terdiri dari empat zona, yaitu zona
polymer conditioning , zona drainase dengan grafitasi, zona tekanan
rendah, dan zona tekanan tinggi (Aldeeb, A.A., 2000).
Tipe dan karakteristik dari residu memegang peranan penting dalam
performa belt filter press. Faktor lain yang mempengaruhi diantaranya
adalah sludge conditioning , belt pressure, kecepatan, tegangan, tipe,
dan perforasi dari sabuk (AWWA/ASCE/U.S. EPA, 1996).
Qasim et al. (2000) menjelaskan bahwa belt filter press
memiliki keunggulan untuk digunakan bila kondisi lumpur yang
dihasilkan memiliki kadar padatan yang tinggi, dan relatif memerlukan
sumber daya energi yang kecil. Agar bisa mendapatkan performa
dewatering yang baik, alum residual harus di kondisikan terlebih
dahulu dengan polimer untuk menghasilkan flok yang besar dan kuat
sehingga mudah dikeringkan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
(McCormick,N et al ., 2009) menunjukkan bahwa dari enam instalasi
yang menggunakan belt filter press sebagai unit dewatering , memiliki
kapasitas loading rate antara 876- 2,244 lbs//jam (kg/jam). Sedangkan
untuk monitoring persentase padatan pada cake lumpur dari 7 instalasi,
berkisar antara 24,6 + 10 %.
Centrifugal
Metode ini menggunakan tenaga sentrifugal untuk proses
dewatering , yaitu dengan membuat putaran rotasi yang cepat pada
silindernya sehingga memisahkan padatan dari air (Aldeeb, A.A.,
2000).
Terdapat dua tipe sentrifugal yang umum digunakan, yaitubasket bowl dan solid bowl centrifugal . Untuk menaikkan performa,
maka diperlukan chemical conditioning . Menurut Cornwell dan
Westerhoff (1981) kelemahan cara ini adalah diperlukannya tenaga
listrik dan biaya perawatan yang besar, selain itu performa metode ini
sangat sensitif dan bergantung pada komposisi dan chemical
conditioning pada lumpur.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 66/106
64
Dalam penelitian yang dilakukan oleh McCormick et al.
(2009) menunjukkan bahwa dari enam instalasi yang menggunakan
belt filter press sebagai unit dewatering , memiliki kapasitas loading
rate antara 750- 3200 lbs//jam ( kg/jam). Sedangkan untuk monitoring
persentase padatan pada cake lumpur dari delapan instalasi, berkisar
antara 25,2 + 5,5 %.
Pressure Filter
Teknik ini mulanya digunakan untuk residu hasil industri,
namun kini digunakan juga untuk dewatering lumpur dari WTP.
Residu dari WTP akan dipompa diantara dua piringan dengan tekanan
yang tinggi (350- 1575 kN/m2). Air akan melewati filter dan padatan
akan tertahan. Tekanan akan bertahan hingga kandungan padatan teah
mencapai kadar yang diperlukan (Aldeeb, A.A., 2000). Filtrat air
tersebut akan memiliki kandungan padatan tersuspensi kurang dari 10
mg/L (Montgomery, 1985). Teknik ini memerlukan biaya operasi dan
perawatan yang tinggi bila dibandingkan dengan sistem mekanikal
dewatering lainnya.
Vacuum filter
Teknik ini umum digunakan pada residu WTP dan baik untuk
dewatering residu dari kapur pada proses pelunakan, namun tidak
pada alum residuals. Performa vacuum filter dipengaruhi oleh media
filter, level vacuum, siklus waktu, dan sludge conditioning
(AWWA/ASCE/U.S. EPA, 1996).
ii. Non-Mechanical Dewatering
Metode ini menggunakan prinsip evaporasi secara alami serta
perkolasi (Qasim, 1992). Keunggulan dari proses ini adalah kemudahan
dalam operasi dan perawatan, operasional energy yang murah bila
dibandingkan dengan sistem mekanik. Namun kelemahan dari sistem ini
adalah diperlukannya area yang luas, bergantung pada kondisi iklim
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 67/106
65
(AWWA/ASCE/U.S. EPA, 1996). Metode ini dapat berupa sand drying
beds, freeze assisted sand beds, dan Lagoons.
4. 3 Alternatif Unit PengolahanUnit pengolahan yang akan dipilih harus memenuhi efisiensi yang diharapkan
berdasarkan kualitas air limbah domestik yang akan diolah. Efisiensi pengolahan untuk
menyisihkan TSS yang diharapkan sebesar 91,7% sedangkan efisiensi penyisihan BOD
yang diharapkan sebesar 37,89%.
Tabel 4. 13 Efisiensi Pengolahan Limbah Domestik
Sumber : Monod.1991
Dari hasil analisis kualitas air limbah domestik yang tercantum pada sub bab
sebelumnya dan juga berdasarkan hasil study literatur, maka dapat ditentukan alternatif
unit pengolahan limbah domestik sebagai berikut:
Alternatif I Alternatif II Alternatif III
Bar screen Bar screen Bar screen
Comminutor Comminutor Comminutor
Grit chamber Grit chamber Grit chamber
Bak ekualisasi Bak ekualisasi Bak equalisasi
Primary clarifier Primary clarifier Primary clarifier
Activated sludge RBC Trickling filter
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 68/106
66
Secondary clarifiers Secondary Clarifier Secondary clarifier
Thickening Thickening Thickening
ALTERNATIF 1
Unit pengolahan Removal BOD Removal TSS
Bar screen (primary treatment)
40-65% 80-95%Comminutor(primary treatment)
Grit chamber(primary treatment)
Bak ekualisasi(primary treatment) 10-20 % -
Primary clarifier 20-35% 40-60%
Activated sludge (CSTR) 85-95% -
Secondary clarifiers 65% - 85% -
Thickening
Gambar 4. 14 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Activated Sludge
Keunggulan dan kelemahan
Keunggulan proses lumpur aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban
BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang besar. Sedangkan
kelemahannya antara lain yakni kemungkinan dapat terjadi bulking pada lumpur
aktifnya, terjadi buih serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar. (Idaman Said,
Nusa. 2014)
ALTERNATIF 2
Unit pengolahan Removal BOD Removal TSS
Bar screen (primary treatment)
40-65% 80-95%Comminutor(primary treatment)
Grit chamber(primary treatment)
Bak ekualisasi(primary treatment) 10-20 % -
Primary clarifier 20-35% 40-60%
Trickling filter 80% 85%
Secondary clarifiers 80-90% -
Ke Thickening
Effluent primary
treatment
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 69/106
67
Thickening - -
Keunggulan Dan Kelemahan
Kelebihan dari reaktor ini adalah tidak memerlukan lahan yang luas serta mudah
pengoperasiannya (Khurriyatul,2012). Menurut Idaman (2014) masalah yang sering
timbul pada pengoperasian trickling filter adalah sering timbul lalat dan bau yang
berasal dari reaktor. Sering terjadi pengelupasan lapisan biofilm dalam jumlah yang
besar. Pengelupasan lapisan biofilm ini disebabkan karena perubahan beban hidrolik
atau beban organik secara mendadak. Oleh karena itu alat ini tidak bisa diisi dengan
beban volume yang tinggi mengingat masa biologi pada filter akan bertambah banyak
sehingga bisa menyebabkan penyumbatan filter.
Alternatif 3
Unit pengolahan Removal BOD Removal TSS Bar screen (primary treatment)
40-65% 80-95%Comminutor(primary treatment)
Grit chamber(primary treatment)
Bak ekualisasi(primary treatment) 10-20 % -
Primary clarifier 20-35% 40-60%
RBC Effluent mengandung BOD
yang tinggi
-
Secondary clarifiers 80-90% -
Thickening - -
Effluent primary
treatment
Thickening (gravity thickener)
Gambar 4. 15 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan
trickling filter
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 70/106
68
Gambar 4. 16 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan RBC
Keunggulan dan Kelemahan Reaktor RBC
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara lain:
Pengoperasian alat serta perawtannya mudah
Untuk kapasitas kecil atau paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konsumsi energi lebih rendah
Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi
beban pengolahan
Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan amonium
lebih besar
Tidak terjadi bulking ataupun buih seperti pada proses lumpur aktif
Sedangkan beberapa kelemahannya yaitu:
Pengontrolan jumlah mikroorganisme sulit dilakukan
Sensitif terhadap perubahan temperatur
Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
Pemilihan Alternatif Unit Pengolahan
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 71/106
69
Untuk memilih unit mana yang akan dipilih pertama pastikan efisiensi unit tersebut
memenuhi efisiensi unit pengolahan yang kita harapkan mampu mentisihkan konstituen
dalam limbah sesuai dengan baku mutu. Dari bab sebelumnya diketahui bahwa
parameter BOD dan TSS melebihi baku mutu, untuk mengolah kedua parameter
tersebut agar sesuai baku mutu maka perlu suatu unit yang mampu menyisihkan BOD
sebesar 37,89% dan TSS sebesar 91,7% . dari ke-3 alternatif diatas yang memenuhi
efisiensi rencana hanya activated sludge dan trickling filter. Kemudian jika
dibandingkan antara keunggulan dan kelemahan 2 reaktor (activated sludge) dan
trickling filter keunggulan terutama untuk operasional dan pemeliharaan lebih unggul
activated sludge oleh karena itu dipilihlah alternatif pertama untuk dijadikan unit
Instalasi Pengolahan Air Buangan.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 72/106
70
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 73/106
71
BAB V
PERHITUNGAN DESAIN PERENCANAAN
5. 1 Bak Aerasi Lumpur Aktif (Complete Mix)
Sebelum menghitung desain bak aerasi lumpur aktif maka perlu dikatuhi desain kriteria
berdasarkan beberapa literatur, agar perencanaan desain unit bak aerasi dapat optimum
kinerjanya. Berikut ini nilai dari tiap parameter yang dijadikan sebagai desain kriteria
dalam perhitungan bak aerasi dari berbagai literatur.
Tabel 5. 1 Desain Kriteria Bak Aerasi Lumpur Aktif (Complete Mix)
Parameter Simbol Besaran Satuan Sumber
Umur sel lumpur Θc 5-154-15
Hari Qasim, 1985Peavy, 1985
Volumetric loading VL 0,8-2,0 Kg/m hari Qasim, 1985
Rasio makanan terhadapmikroorganisme
F/M 0,2-0,60,2-0,4
Kg BOD/KgMLVSS hari
Qasim,1985Peavy, 1985
Mixed liquor volatilesuspended solid (MLVSS)
X 3000 - 6000 Mg/l Qasim, 1985
Koefisien resirkulasi R(Qr/Q)
0,25-1 Qasim, 1985
Waktu detensi Td 3-5 Jam Tchobanoglous, 2004
Koefisien pertumbuhan Y 0,3-0,7 Kg sel/kg BOD Qasim,1985
Koefisien kerusakan sel Kd 0,03-0,07 Hari-
Tchobanoglous, 2004
Kedalaman tangki aerasi H 3-6 Meter Tchobanoglous, 2004
Freeboard H’ 0,3-0,6 Meter Tchobanoglous, 2004
Konsentrasi O2 Ro 1,5-2 Mg/l Tchobanoglous, 2004
Volume udara Vu 1,5-4,5 M /menit
Tchobanoglous, 2004
Efisiensi penyisihan BOD ȠBOD 85-95 % Tchobanoglous, 2004
Efisiensi Penyisihan SS ȠSS 85 % Tchobanoglous, 2004
Data perencanaan
Berikut ini data perencanaan air buangan yang masuk ke dalam bak lumpur aktif :
Tabel 5. 2 Data Perencanaan Air Buangan Yang Masuk Ke Dalam Bak Lumpur Aktif
Parameter Nilai
Debit rata-rata (m3/detik)
(m3/hari)0,55
47.520
Debit maksimum (m3/detik) 0,83
BOD5 in, mg/l(SO)BOD5 out, mg/l (Se)
161100
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 74/106
72
Parameter Nilai
COD in (mg/L)TSS in
240
TSS out (mg/L) 20
Koefisien pertumbuhan, mg VSS/mg BOD (Y)Koefisien kerusakan sel, mg VSS/mg BOD (k d)
Umur lumpur
0,70,03/hari
15 hari
Konsentrasi MLVSS (Xc) (mg/L) 3445
Konsentrasi lumpur resirkulasi (XRES) (mg/L ss) 9847Berat jenis udara (kg/m ) 1,2
Perhitungan:
1. Volume tangki aerasi menurut Peavy (1985)
Dimana Vr = volume reaktor (m3)
Q = debit air limbah influent (m3/detik)
So = konsentrasi BOD5 dalam influent, mg/l (g/m3)
S = konsentrasi BOD5 dalam effluent, mg/l (g/m3)
Kd= koefisien kerusakan sel
x = konsentrasi MLVSS (mg/L)
umur lumpur (hari)
Vr =
Direncanakan akan membangun unit tangki aerasi sebanyak empat unit ditambah
1 stand by maka volume tiap bak adalah:
Kedalaman bak (H) adalah = 5 m
Maka luas permukaan bak adalah
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 75/106
73
Direncanakan P:L adalah 4:3, maka P = 4/3 L
P x L = 304,66m2 4/3 L x L =304,66 m2
Maka 4/3 L2
= 304,66m2
L2 ¾ X 304,66m2
L = = 15 m
P = 15 x 4/3 = 21 m
Dibulatkan menjadi L= 15m , P = 21m
Setelah nilai dimensi p dan l dibulatkan maka volume total bak aerasi menjadi
15 m x 21m x 5m =1.575 m3 untuk 1 reaktor atau tangki
Vr total = 1.575 m3 x 4 = 6.300m
3
Jadi volume reaktor sebesar 6300 m3 dengan panjang per bak sebesar 21 m dan
lebar per bak 15 m.
2. Lumpur yang harus dibuang setiap hari
a)
(observed yield coeffisient ), Yobs
Yobs =
b) Pertambahan massa Mixed-Liqour Volatille Suspended Solids (MLVSS), Px
Px = Q Yobs (So – Se)= ..kg/hari
= 47.520 x 0,48 x (161-100) x x
= 1.391,4
c) Pertambahan massa MLSS, Px(ss)
Dari 100 % SS, 80% adalah VSS
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 76/106
74
Maka lumpur yang harus dibuang :
Px(SS) – SS terbuang di effluent
o
o o
Di dapat lumpur yang harus dibuang setiap harinya adalah 788,83 kg/hari
3. Laju pertumbuhan sludge (debit lumpur)
Diasumsikan Q = Qe, VSS effluent = 80% TSS
Maka didapat laju pembuangan sludge atau lumpur ialah 140,79 m3/hari.
4. Rasio resirkulasi
Substitusi dari dua persamaan di atas, di dapat :
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 77/106
75
1= 1,29 R
R = 0,78
Maka di dapat rasio resirkulasi adalah 0,78.
5. Waktu retensi hidrolis bagi reaktor
= 3,18 jam
Maka di dapat waktu retensi hidrolis bagi reaktor adalah 3,18 jam
6. Kebutuhan O2 berdasarkan BODL
Faktor Konversi BOD5= 0,68 BODL
BOD5 inf = 161 mg/l : 0,68 = 236,76 mg/l BODL
BOD5 eff = 100 mg/l : 0,68 = 147,06 mg/l BODL
Kebutuhan O2
Kg . o2/d]hari = 1.391,4
= 2286,7 kg O2/hari
Maka di dapat kebutuhan oksigen berdasarkan BODL adalah 2.286,7 kg O2/hari.
7. Rasio F/M dan volumetric loading factor
a)
Perhitungan rasio F/M
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 78/106
76
b) Volumetric loading factor
Maka di peroleh rasio F/M dan volumetric loading factor adalah 0,35 kg
BOD/kg VSS.hari dan 1,80 kg BOD5/m3.hari. Keduanya memenuhi kriteria
desain yaitu 0,2-0,6 kg BOD/kg VSS.hari dan 0,8-2,0 kg BOD5/m3.hari.
8. Perhitungan kebutuhan udara, efisiensi transfer oksigen bagi peralatan aerasi yang
akan digunakan diasumsikan 8%. Safety factor sebesar 2 digunakan untuk
menghitung volume desain sebenarnya untuk menghitung blower :
a) Kebutuhan udara teoritis, dengan asumsi bahwa udara mengandung 23,2%
berat oksigen.
b) Kebutuhan udara sebenarnya pada efisiensi transfer 8%.
c) Kebutuhan desain udara
=2 x kebutuhan udara sebenarnya pada efisiensi transfer 8%
=2 x 71,30 m3/menit = 142,60 m
3/menit
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 79/106
77
Maka di dapat kebutuhan udara adalah 142,60 m3/menit.
9. Periksa volume kebutuhan udara dengan menggunakan nilai sebenarnya
a) Kebutuhan udara per unit volume
b) Kebutuhan udara per kilogram BOD5 yang disisihkan
Maka di peroleh kebutuhan udara berdasarkan per unit volume dan per kilogram
BOD yang disisihkan adalah 2,16 m3/m3 dan35,4 m3/kg BOD5 yang disisihkan.
10. Perhitungan system surface aerator
Lihat Tabel 5-33 buku Tchobanoglous dan Burton, 1991 untuk dimensi tipikaltangki aerasi yang digunakan untuk mechanical surface aerator.
Tabel 5. 3 Typical Aeration Tank Dimensions For Mechanical Surface Aerators
Tank Dimensions
Aerator Size U.S customary SI Units
Hp kW Depth, ft Width, ft Depth, m Width, m
10 7,5 10 – 12 30 – 40 3 – 3,5 9 – 12
20 15 12 – 14 35 – 50 3,5 – 4 10 – 15
30 22,5 13 – 15 40 – 60 4 – 4,5 12 – 18
40 30 12 – 17 45 – 65 3,5 – 5 14 – 20
50 37,5 15 – 18 45 – 75 4,5 – 5,5 14 – 23
75 55 15 – 20 50 – 85 4,5 – 6 15 – 26
100 75 15 – 20 60 – 90 4,5 – 6 18 – 27
Sumber: Tchobanoglous & Burton, 2004
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 80/106
78
Direncanakan 2 buah tangki, masing-masing dengan dimensi :
Kedalaman tangki = 5 m
Panjang x Lebar tangki = 21 m x 15 m
Menurut Tchobanoglous dan Burton untuk dimensi lebar 15 m dan kedalaman 5
m maka digunakan aerator dengan daya 40 Hp. Area kerja aerator adalah 21m x
15 m maka jumlah aerator yang dibutuhkan adalah 21/15 = 1,4≈ 2 sehingga
dibutuhkan 2 aerator dalam 1 bak. Untuk 4 tangki aerator ditambah 1 unit tangki
yang stand by dibutuhkan 10 unit aerator dengan daya 40 Hp.
11. Konstruksi Inlet
Konstruksi inlet terdiri dari saluran segi empat sepanjang lebar tangki
aerasi. Aliran inflow memasuki saluran pada bagian tengah dengan
menggunakan pipa cast iron. Dalam saluran terdapat orifice untuk
mendistribusikan aliran influen sepanjang lebar bak aerasi.
Qinf = Q= 47.520 m3/hari
Qres=R x Qinf = 0, 78 x 47.520 m3/hari = 37.065,6 m3/hari
Qtot=Qinf + Qres = (47.520 + 37.065,6) m3/hari = 84.585,6 m3/hari
Lebar saluran inlet = 50 cm
Panjang saluran = lebar bak = 15 m
Tinggi muka air dalam saluran = 0,8 m
Banyaknya orifice = 20 buah, dengan dimensi 36,9 cm x 36,9 cm (0,136m2)
CD=0,6
* √ +
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 81/106
79
Maka di dapat kehilangan tekanan sebesar 1,8 m.
12. Konstruksi Outlet
Konstruksi outlet menggunakan rectangular weir , dengan panjang weir sama
dengan lebar bak, yaitu 15 m. Lebar saluran outlet = 1,078 m.
13. Dari perhitungan di atas, maka di dapat desain bak activated sludge ialah :
Terdiri dari 5 bak. Dengan masing-masing dimensi bak :
a. Panjang = 21 m
b. Lebar = 15 m
c. Kedalaman = 5 m
d. Lumpur yang harus dibuang e. Debit pembuangan sludge f.
g. h. kebutuhan oksigen berdasarkan BODL = 2.286,7 kg O2/hari
i.
j. k.
l. Aerator yang digunakan adalah yang berukuran 40 hp untuk 1 unit tangki aerasi
dibutuhkan 2 aerator, karena ada 5 unit tangki yang digunakan maka dibutuhkan 10
aerator untuk men- supply udara ke dalam tangki. Satu aerator memiliki wilayah kerja
1dengan panjang 10,5 m dan lebar 15 m.
Tabel 5. 4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Activated Sludge
No Parameter Satuan Nilai
A. Lumpur Aktif (Activated Sludge)
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 82/106
80
No Parameter Satuan Nilai
1 Volume Reaktor m 6.300
2 Jumlah Bak Buah 4 operasi 1 standby
3 Volume Satu Reaktor m /bak 1.5234 Panjang Reaktor M 21
5 Lebar Reaktor M 15
6 Yobs Mg VSS/mg BOD 0,48
7 Px Kg/hari 1.391,4
8 Px(ss) Kg/hari 1.739,23
9 SS terbuang di effluent Kg/hari 950,4
10 P yang dibuang Kg/hari 788,83
11 Umur Lumpur
c Hari 15
12 Qw m3/hari 140,79
13 R - 0,78
14 ϴ Jam 3,18
15 Massa BODL yang digunakan Kg/hari 4.262,5
16 Kebutuhan O2 berdasarkan BODL Kg/hari 2.286,7
17 F/M kgBOD/kgVSS.hari 0,35
18 Vl kgBOD5 /m3.hari 1,21
19 Kebutuhan udara teoritis m /hari 8.213,75
20 Kebutuhan udara sebenarnya m /menit 71,30
21 Kebutuhan desain udara m /menit 142,6
22 Kebutuhan udara per unit volume m /m 2,16
23 Kebutuhan udara per kg BOD yg
disisihkan
m /kg BOD5 yg
disisihkan
35,4
24 Ukuran Aerator HP 40
25 Jumlah Aerator Buah/bak
Buah
10 untuk 5 unit bak
aerasi
2 buah per bak
26 Qtot m /hari 84.585,6
27 Lebar saluran inlet Cm 50
28 Panjang saluran M 15
29 Tinggi muka air dalam saluran M 0,8
30 Banyak orifice Buah 20
31 Ukuran orifice cm2 36,9 x 36,9
32 Debit setiap orifice m3/detik 0,049
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 83/106
81
No Parameter Satuan Nilai
33 Lebar saluran outlet M 1,078
Sumber: Hasil Perhitungan, 2015
5. 2 Perencanaan Bak Pengendap II
Sebelum menghitung dimensi bak pengendap yang akan digunakan di
perencanaan IPAL harus menginventarisasi desain kriteria yang akan digunakan
bedasarkan berbagai literatur. Kriteria desain bak pengendap II dapat dilihat pada tabel
5.5 berikut:
Tabel 5. 5 Kriteria Desain Bak Pengendap II
Data Perencanaan
o Q rata-rata= 0,55 m3/dtk = 47.520 m3/hari = 1.980 m3/jam
o Qw produksi lumpur =140,79 m3/hari
o TSSin = 242 mg/L
o
Pengeruk lumpur tipe travelling flight
o Banyak bak pengendap = 4 buah dan 1 cadangan
o Kedalaman, H = 5 meter
o R = 0,78
o v saluran effluen = 0,8 m/detik
perhitungan
1. Qin
Parameter Simbol Besaran Satuan Sumber
Overflow rate OR/Vo 16-40
8-16
m /m .hari
m3/m
2.hari
Tchobanoglous, 2004
Qasim, 1985
Solid loading SL 0,5-5 Kg/m2.jam Tchobanoglous, 2004
Weir loading WL 125-500 m /m .hari Tchobanoglous, 2004
Kedalaman
bak
H 3,5-5 M Qasim, 1985
Diameter bak D 3-60 M Tchobanoglous, 2004
Slope dasar
bak
S 1/16 – 1/6 Tchobanoglous, 2004
Waktu detensi Td 2-6 Jam Qasim, 1985
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 84/106
82
Q tiap bak =
= 11.880 m3/hari
Qin = (1+R)Q-Qw = ((1+0,75) x 11.880 m3/hari) - 140,79 m
3/hari
= 20.649,21 m3/hari
Maka debit yang masuk ke bak pengendap II adalah 20.649,21 m3/hari
2. Luas bak pengendap A, diameter bak pengendap D dan luas bak sebenarnya
Aact
A =
= 737,47 m2
D =
=
= 30,65 m ≈ 30,7 m
Aact = x30,72 m = 739,85 m2
3. Overflow rate, OR
OR = = 27,9 m
3/m
2 hari
4. Waktu detensi, td
td =
=
= 4,3 jam
waktu detensi di Bak pengendap II yang direncanakan adalah sebesar 4,3 jam
nilai ini masih masuk kedalam desain kriteria yaitu 2-6 jam.
5. Bilangan reynold, Nre
Nre = =
Bilangan reynold dalam bak pengendap II yang direncanakan sesuai dedsain
kriteria yaitu alirannya harus laminer dimana aliran laminer ditunjukkan
dengan bilangan reynold yang < 2000.
6. Kontrol overflow bak pengendap bila satu bak tidak beroperasi
Q’ = =
= 11.880 m3/hari
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 85/106
83
12,04 m3/m2 hari
7. Kontrol solid loading
Solid loading = =
= 6,8 kg /m2
hari
= 6,8 kg /m2
hari x = 0,28 kg/m
2 jam
Maka diperoleh nilai solid loading pada bak pengendap II yang telah
direncanakan adalah sebesar 0,28 kg/m2 jam, nilai tersebut tidak memenuhi
desain kriteria yaitu (0,5 – 5 kg/m2
jam).
8. Kedalaman akhir bak pengendap
Kedalaman akhir bak pengendap = kedalaman zona sedimentasi (z0) +
freeboard = 5 m + (20% x 5 m) = 6 m
Kedalaman pada pusat bak akan bertambah dari tepi sebesar:
t = x tan 10
o =
x tan 10o = 2,7 m
9. Debit resirkulasi
Qres =R x Qin = 0,78 x 20.649,21 m3/hari = 16.106,38m3/ hari
10. Banyaknya lumpur yang harus dialirkan ke prengolahan lumpur oleh masing-
masing bak pengendap.
QR =Qres + Qw
= 16.106,38m3/ hari + 140,79 m3/hari =16.247,17m3/ hari
11. Banyaknya lumpur yang harus dialirkan ke tangki stabilisasi sebagai sludge
return, QRtotal
QRtotal = 4 x QR = 4 x 140,79 m3
/hari = 563,16 m3
/hari
12. Inlet
Inlet berupa pipa 16 inch yang menyalurkan pengolahan dari bak aerasi ke
tengah bak pengendap II
13. Outlet
Digunakan sistem pelimpah
QPelimpah = Qin- Qres - Qw
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 86/106
84
= 20.649,21 m3/hari – 16.106,38 m3/ hari – 140,79 m3/ hari
= 4.402,04 m3/ hari
Sistem pelimpah menggunakan v-notch 90o
Direncanakan jarak antar pelimpah, l = 15 cm
o Jumlah pelimpah, n =
n = keliling lingkaran/l = пD / 0,15 m= (3,14x 30,7)/0,15 = 642,65 ≈
643 buah
o Debit tiap pelimpah
=
= 6,85 m3/ hari
o
Tinggi air diatas pelimpah, h
h = ( Q pelimpah1,4)25 =
= 1,89 m
maka diperoleh jumlah pelimpah 643 buah, debit tiap pelimpah 6,85 m 3/
hari dengan tinggi air diatas pelimpah = 1,89 m.
Free board = 0,2 m
Jadi tinggi saluran pelimpah adalah 2,09 m
14. Saluran pembawa effluent
o Debit rata-rata tiap bak
Qrata-ratatiap bak = Q/jumlah bak = m3/ hari / (4-1) = 15.840 m3/ hari
o A = =
0,29 m2
o Kedalaman air pada effluent launder, d
d = =
= 0,57 m
o
Jari-jari hidrolis,R
R = =
= 0,133 m
o Slope, (n = kekasaran manning = 0,013)
S = 0,00056
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 87/106
85
Tabel 5. 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Bak Pengendap II
No Bak Pengendap II (Secondary
ClarifierI
satuan Nilai
1 Qin m3/hari 20.649,21
2 Luas Bak m2 739,85
3 Jumlah Bak Buah 4 operasi 1 standby
4 Diameter Bak m 30,7
5 Overflowrate m /m .hari 27,9
6 Td jam 4,3
7 SL Kg/m .jam 0,28
8 Kedalaman akhir bak pengendap m 6
9 Diameter pipa inlet Inchi 21,510 Jarak antar pelimpah cm 15
11 Jumlah pelimpah buah 643
12 Tinggi saluran pelimpah m 2,09
13 Tinggi Muka air di pelimpah m 1,89
14 Slope - 0,00056
Sumber: hasil perhitungan, 2015
5. 3 Gravity Th ickener
Gravity thickener direncanakan berbentuk lingkaran dengan pengaduk yang
berjumlah 4 buah dengan kedalaman, h= 3,5 m.
A. Kriteria perencanaan
a. Pemisahan solid = 85%
b. Specific gravity lumpur = 1,03
c. % solid lumpur = 10%
d. Solid loading perencanaan = 62 kg/m2 hari
e.
Kedalaman air = 3,5 mB. Dimensi Bak Thickener
1) Volume lumpur yang masuk = 16.247,17 m3/ hari
2) Direncanakan terdiri atas 5 bak. Maka volume lumpur yang masuk
= 16.247,17m3/ hari/5= 3.249,9 m
3/ hari
3) Berat SS yang masuk (dari bak pengendap II = 8.500 kg/hari)
4) Luas gravity thickener, A
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 88/106
86
m2
5) Diameter gravity thickener,D
6) A actual
7)
Volume gravity thickener
8) Ruang lumpur
Direncanakan dasar gravity thickener dibuat miring dengan
membentuk sudut 10o terhadap dasar horizontal.
Maka diperoleh luas, diameter,volume dan tinggi ruang lumpur
gravity thickener sebesar 143,14 m2, 13,5 m2 dan 1,188 m
C. Sistem Effluent
Digunakan sistem pelimpah menggunakan Vnotch 90o. Direncanakan
jarak antar pelimpah, l = 1 m
1) Jumlah pelimpah
( )
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 89/106
87
2) Berat lumpur setelah dikentalkan
3) Volume lumpur per hari
4) Volume lumpur jika td pengambilan tiap 3 hari
5) Volume supernatan
= 48.741,51 m3
= 48.531,11 m3
6) Debit pelimpah
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 90/106
88
7) Tinggi air diatas pelimpah
(
) ⁄
⁄
D. Sistem Outlet
Setelah dialirkan melalui pelimpah, supernatan ditampung pada saluran
penampung yang berbentuk segi empat dengan lebar (b) 0,5 m, yang terbuat
dari beton dengan konstanta kekasaran n =m 0,013 dan kecepatan aliran, v =
1m/s.
1) Menghitung luas penampang, A
2) Kedalaman air pada saluran
3) kedalaman saluran pelimpah
Hsalpembawa = y + freeboard
Asumsi freeboard 20% dari 5,4 cm = 1,08 cm
Maka kedalaman saluran pembawa = 5,4 cm + 1,08 cm = 6,48 cm
Maka di dapat luas penampang dan kedalaman air pada saluran adalah
0,027 m2 dan 5,4 cm.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 91/106
89
Tabel 5. 7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Gravity Thickener
No Gravity thickener satuan Nilai
1 Qlumpurmssuk m /hari 3.249,4
2 Luas Bak m 137,096
3 Jumlah Bak Buah 4 operasi 1 standby
4 Diameter Bak m 13,5
5 Tinggi ruang lumpur m 1,188
6 Sistem effluent
Jarak antar pelimpah m 1
Jumlah pelimpah unit 21
Tinggi air diatas pelimpah cm 7,15
7 Sistem outlet
8 Lebar saluran penampung m 0,5
9 Kedalaman air pada saluran cm 5,4
10 Freeboard cm 1,08
11 Kedalaman saluran penampung cm 6,48
Sumber: Hasil Perhitungan2015
5. 4 Sludge Drying Bed
Tabel 5. 8 Kriteria Perencanaan Sludge Drying Bed Parameter Simbol Nilai
Tebal lapisan media HMedia 200-300 mm
Lebar bed L 6 m
Panjang bed P 6-30 m
Tabel 5. 9 Data Perencanaan
Parameter Simbol NilaiTebal Lapisan Media HMedia 250 mm
Tebal cake di bed Hcake 0,5 m
Lebar bed L 6 m
Waktu pengeringan T 10 hari
Berat air didalam cake sludge Pi 60% berat solid
Jumlah bed rencana N 3
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 92/106
90
Tabel 5. 10 Kondisi Lumpur Yang Keluar Dari Gravity Thickener
Parameter Simbol Nilai
Kadar air P 90%
Kadar solid S 10%
Maka berat solid dan volume solid dapat dihitung dengan cara:
Berat solid : = 725
Volume solid (Vi) : Ql x 10%
=
= 7,014
Perhitungan
1. Dimensi bed :
Kapasitas Bed (V) = =
= 23,38 m3
Luas bed (A) = =46,76 m2
Sehingga
Lebar = 6 m
Panjang bed = = = 7,79 m ≈ 7,8 m
2. Tebal cake di bed = 0,5 m, terdiri atas
H lumpur = 0,25 m
H pasir = 0,15
H gravel = 0,1 m
Freeboard rencana (fb)= 0,2 m
Sehingga H total = h lumpur + h pasir + h gravel + fb= 0,7 m
3.
Dimensi bak
Tiap bak terdiri dari 1 drainage lateral line
Letak pipa memanjang
Slope pipa = 2%
Diameter pipa = 100mm
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 93/106
91
a) Letak pipa = lebar bak / jumlah bak
= 6 m/ 3
= 3m
b)
Jarak pipa dari dinding (S) :
Lebar tempat pipa =150 mm (rencana)
S= =
= 1,95 m
c) Kedalaman central (h central):
Slope = 2% = 0,02
Slope = , dimana L=S
Jadi h central = slope x S= 0,02 x1,95m
=0,01 m= 1 cm
Maka kedalaman bak dari central pipeline adalah:
H central = H total + h central
= 0,7 m+ 0,01m = 0,71 m
Tabel 5. 11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Sludge Drying Bed
No Sludge Drying Bed satuan Nilai1 Kapasitas bed m
3 23,38
2 Luas Bed m2 46,76
3 Jumlah Bed Buah 3 operasi 1 standby
4 Lebar bed m 6
5 Panjang bed m 7,8
6 Tebal cake di bed m 0,5
Tinggi lumpur m 0,25
Tinggi pasir m 0,15
Tinggi gravel m 0,1
7 Freeboard rencana m 0,2 m
8 Tinggi total bed m 0,7
9 Diameter pipa drainage mm 100
10 Letak pipa drainage dari dinding bak m 3
11 Kedalaman bak dari central pipeline m 0,71
Sumber: Hasil Perhitungan,2015
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 94/106
92
BAB VI
KESIMPULAN
Air limbah domestik atau air buangan memiliki kandungan fisik, kimia dan biologi yang
apabila konsentrasi tiap parameternya melebihi baku mutu Kepmen LH tahun 112 tahun
2003 dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Air limbah domestik
perumahan X memiliki parameter BOD dan TSS yang melebihi baku mutu air limbah
domestik (KepMen LH 112 tahun 2003), konsentrasi BOD air limbah domestik
perumahan X sebesar 161 mg/l sedangkan konsentrasi maksimum yang diperbolehkandalam baku mutu KepMen LH 112 tahun 2003 hanya sebesar 100 mg/l. Untuk
parameter TSS pada air limbah perumahan X memiliki konsentrasi sebesar 242 mg/l
sedangkan konsentrasi maksimum yang diperbolehkan hanya 20 mg/l, agar kedua
parameter tersebut dapat memnuhi standard baku mutu untuk effluent limbah domestik
yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan pengolahan untuk menurunkan konsentrasi
parameter yang melebihi baku mutu tersebut, dalam memilih unit pengolahan maka
harus diketahui efisiensi yang harus dicapai oleh unit pengolahan tersebut, berdasarkan
hasil perhitungan untuk menurunkan konsentrasi BOD menjadi 100 mg/l dibutuhkan
efisiensi unit minimal sebesar 37,89% dan untuk menurunkan konsentrasi TSS menjadi
20 mg/l dibutuhkan unit yang mampu mereduksi TSS sebesar 91,7%.
Unit pengolahan atau reaktor terpilih yang digunakan untuk mengolah air limbah
domestik perumahan X adalah unit activated sludge karena pertimbangan kemudahan
dalam operasi dan pemeliharaan serta mampu mengolah air limbah dengan beban BOD
yang besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang besar, karena dalam activated sludge ini ada lumpur yang diresirkulasi dimana dalam lumpur tersebut terkandung
mikroorganisme yang masih aktif yang mampu mendegradasi zat organik dengan
kinerja yang lebih baik, maka pemeliharaan dan pengkondisian mikroba jauh lebih
mudah dibandingkan dengan unit pengolahan lain seperti trickling filter dan RBC
(rotating biological contactor ). Lumpur yang dihasilkan dari unit/reaktor activated
sludge memiliki kuantitas yang besar dan masih mengandung kontaminan yang dapat
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 95/106
93
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan apabila langsung dibuang ke
lingkungan atau badan periran, sehingga lumpur ini perlu diolah. Pengolahan lumpur
yang dipilih dalam perencanaan instalasi pengolahan air buangan secara biologi ini
adalah dengan gravity thickener dan sludge drying bed.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 96/106
94
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G., dan Santika, S.S., (1987), Metoda Penelitian Air , Usaha Nasional,
Surabaya.
Aldeeb, A.A. (1999). Water Treatment Plant Residuals Management . Dissertation.
University of Texas at Arlington. UMI.
APHA, AWWA, WAE, (1998), Standard Methods for The Examination of Water and
Wastewater , 20th Edition, American Public Health Association, Washington
DC.
Arceivela,soli J. 1998. Wastewater Treatment For pollution Control. McGraw-Hill:New
Delhi
AWWA/ASCE/U.S. EPA. (1996). Technology Transfer Handbook: Management of
Water Treatment Plant Residuals. ASCE, New York.
Babbit, Harold E. 1969. Sewerage of Wastewater. John Willey & Sons, Inc. : New York
Bache, D.H. and M. D. Hossain. (1991). Optimum coagulation conditions for coloured
water in terms of floc properties. Journal of Water Supply: Research and
Technology — Aqua, Oxford, Vol. 40 (3): 170 – 178.
Cornwell, D.A. and G.P. Westerhoff. 1981. Management of water treatment plant sludge,
sludges and its ultimate disposal. Ann Arbor Scientific Publication, Ann Arbor,
Michigan.
Eckenfelder, wesley. 1979. Principles of water quality management. CBI Publishing
Company, Inc:Bostom.Publishing
Effendi, Hefni. 2003. Telaah kualitas air. Kanisius: yogyakarta.
Gotaas, Harold B. 1956. Composting : Sanitary Disposal And Reclamation Of Organic
Wastes. World Health Organization: Geneva.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 97/106
95
Hardjosuprapto, Moh. Masduki (MODUTO). 2000. Penyaluran Air Buangan (PAB)
Volume II. ITB. Bandung.
Hindarko, S. 2003. Mengolah Air Limbah. Jakarta: Penerbit Esha Seri LingkunganHidup.
Idaman Said, Nusa 2014. “ Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses
Biologi”. ----.
McCormick,N., Younker, J., Mackie,A., and Walsh, M. 2009. Data Review from Full-
Scale Installations for Water Treatment Plant Residuals Treatment Process.
American Water Works Association and Dr. Margaret Walsh, PrincipalInvestigator, Dalhousie University.
Mogens Henze. Poul harremoes jes la cour jansen, Erik Arvin. 1996. Wastewater
Treatment: biological and chemical processes. Springer.
Monod, Jerome. 1991. Water Treatment Handbook. Dergremont: Prancis
Nathanson, J. A. 1986. Basic Environmental Technology : Water Supply, Waste
Disposal, and Pollution Control . John Willey and Sons. New York. 332 – 336 p
Nelson, P.O., and Lawrence, A.W.M., 1980. Microbial viability Measurements and
Activated sludge kinetics. Water Research 14.217-225.
Novak, J.T. 1986. Historical and technical perspective of sludge treatment
disposal.Washington DC.
Peavy, H.S., D.R. Rowe, and G. Tchobanoglous. 1985. Environmental Engineering .
McGraw-Hill,Inc. New York.
Prasetya, 1992, “Studi Pengaruh N Secara Biologis dan Perbandingan CTKN terhadap
Pengurangan N secara Biologis dengan Proses Nitrifikasi dan denitrifikasi
Lumpur aktif,” Skripsi, FTSP-ITS, Surabaya.
Qasim, Syed R. 1985. Waste Water Treatment Plants: Planning, Design And Operation,
2nd Ed , Vol 1. Mcgraw-Hill International Edition: Singapore.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 98/106
96
Reynolds, T.D. dan Richards, P.A., (1996), Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering , 2nd Edition, PWS Publishing Company, Boston.
Sawyer, C.N., dan McCarty, (1978), Chemistry for Environmental Engineering ,McGraw-Hill, Inc., New York.
Sugiharto, 1987,” Dasar-dasar pengelolaan air limbah”,Universitas Indonesia, Jakarta.
Sumarno. 2000. Degradasi Lingkungan. Hand Out Kuliah. Magister Ilmu Lingkungan,
UNDIP. Semarang.
Sundstrom, D. W. and Klei, H. E. 1979. Wastewater Treatment.. Englewood Cliffs,
New Jersey : Prentice Hall Inc.
Soemirat, 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Solichin, Mohammad. 2012. Diktat Kuliah Pengelolaan Air Limbah : Proses
Pengolahan Air Limbah Dengan Biakan Tersuspensi. Jurusan Teknik
Lingkungan. Universitas Brawijaya
Tchobanoglous, George dan Burton (1991), Wastewater Engineering: Treatment,
Disposal, and Reuse/Tchobanoglous dan Burton, 1991,Inc.,3rd Edition,
McGraw-Hill, Inc.New York.
Tchobanoglous, George dan Burton (2004), Wastewater Engineering: Treatment,
Disposal, and Reuse/Tchobanoglous dan Burton, 2004,Inc.,4th Edition,
McGraw-Hill, Inc.New York
Turovskiy, I.S., Mathai, P.K. (2006). Wastewater Sludge Processing. New York:
Wiley.
Water Environment Federation. 2008. Operation Of Municipal Wasteater Treatment
Plants: MoP no.11, sixth edition. McGraw-hill : new york.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Pedoman Pengelolaan Air
LimbahPerkotaan . Jakarta.Depertemen Pekerjaan Umum. 1989.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 99/106
97
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 Tentang PedomanPenetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air
Hartarto, NugrohoTri. 2012. Laporan Integrasi Praktikum Metode dan Teknik Analisis
Lingkungan Uji Kualitas Air Berdasarkanparameter Biologi, Fisika dan Kimia.
Universitas airlangga. ( https://www.academia.edu/7307980/Integrasi_FIX )
diakses tanggal 9 oktober 2015.
Ibrahim Muthawali, Dede. 2012. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-
28818-5-Dede-USU.pdf. Diakses tanggal 24 september 2015
Jujubandung. 2012. Https://Jujubandung.Wordpress.Com/2012/06/10/Sistem-
Penyaluran-Air-Buangan-Domestik-2/ Diakses Tanggal 24 September 2015.
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 100/106
ii
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat- Nya,
saya dapat menyelesaikan tugas besar Mata Kuliah Desain Pengolahan Biologi dengan
judul Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Buangan. Penulisan tugas besar ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester 7. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas besar ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Dr. Etih Hartati, Ir., M.T. selaku dosen mata kuliah Desain Pengolahan
Biologi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengajarkan
saya ilmu yang terkait dengan tugas besar ini.
2) Ibu Yulianti Pratama, S.T., M.T selaku asisten dosen yang telah mengarahkan
saya selama proses penyusunan tugas besar ini dan selalu memberikan
semangat yang sangat berarti bagi saya untuk menyelesaikan tugas besar ini.
3) Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan doa serta dukungan
materil dan moril.
4) Seluruh rekan-rekan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional Bandung
Angkatan 2012 yang selalu setia memberikan dukungan mental dan semangat
kepada saya untuk menyelesaikan tugas besar ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga tugas besar ini membawa manfaat bagi semua pihak.
Bandung, 20 Desember 2015
Penulis
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 101/106
iii
DAFTAR ISI
Prakata.......................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iiiDaftar Tabel...............................................................................................................v
Daftar Gambar...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1. 1 Tujuan Pengolahan Air Limbah Domestik/Air Buangan ............................... 1
1. 2 Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Air Buangan .................................... 2
1. 3 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Air Buangan ...................................... 3
1. 4 Data yang Diperlukan Dalam Perencanaan IPAL ......................................... 5
1. 5 Pertimbangan Pemilihan Sistem Pengolahan Air Buangan ........................... 6
BAB II STANDAR DAN KARAKTERISTIK AIR BUANGAN ........................... 9
2. 1 Baku Mutu ................................................................................................... 9
2. 2 Karakteristik Limbah Domestik ................................................................. 10
2. 3 Unsur Pencemar Dalam Air Limbah Domestik, Sumber Dan Arti
Pentingnya ........................................................................................................ 18
BAB III PERENCANAAN UNIT INSTALASI AIR BUANGAN ....................... 22
3. 1 Data-Data Untuk Perencanaan ................................................................... 223. 2 Analisa Kualitas Air Sungai Kelas II .......................................................... 23
3. 3 Efisiensi Minimum Unit Pengolahan Air Limbah Domestik ....................... 26
BAB IV INVENTARISASI UNIT PENGOLAHAN ............................................ 27
4. 1 Umum........................................................................................................ 27
4. 2 Sistem Pengolahan Air Limbah .................................................................. 28
4.2. 1 Unit Pengolahan Tingkat I ( Primary Treatment) .................................. 29
4.2.1. 1 Screening ................................................................................... 304.2.1. 2 Comminutor ............................................................................... 32
4.2.1. 3 Grit Removal /Grit Chamber ...................................................... 33
4.2.1. 4 Tangki Aliran Rata-Rata ( Flow Equalization) ............................ 39
4.2.1. 5 Pra Sedimentasi ......................................................................... 40
4.2. 2 Secondary Treatment (Pengolahan Sekunder) ...................................... 41
4.2.2. 1 Activated Sludge ........................................................................ 43
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 102/106
iv
4.2.2. 2 RBC ( Rotating Biological Contactors) ...................................... 51
4.2.2. 3 Trickling filter ........................................................................... 52
4.2. 3 Sludge Treatment ................................................................................. 55
4.2.3. 1 Karakteristik Lumpur ................................................................. 55
4.2.3. 2 Jumlah Lumpur .......................................................................... 58
4.2.3. 3 Jenis Pengolahan Lumpur .......................................................... 59
4. 3 Alternatif Unit Pengolahan......................................................................... 65
BAB V PERHITUNGAN DESAIN PERENCANAAN ........................................ 71
5. 1 Bak Aerasi Lumpur Aktif (Complete Mix) ................................................. 71
5. 2 Perencanaan Bak Pengendap II .................................................................. 81
5. 3 Gravity Thickener ...................................................................................... 85
5. 4 Sludge Drying Bed ..................................................................................... 89
BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................94
LAMPIRAN
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 103/106
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Komposisi Limbah Domestik Di Berbagai Negara ........................................... 15
Tabel 2. 2 Konten Rata-Rata Typical Bahan Organik Dalam Limbah Domestik ............... 15
Tabel 2. 3 Komposisi Nutrient Dalam Air Limbah Domestik ........................................... 16
Tabel 2. 4 Komposisi Logam Berat Dalam Air Limbah Domestik .................................... 16
Tabel 2. 5 Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga ....................................................... 17
Tabel 2. 6 Rasio Parameter Dalam Air Limbah Domestik ................................................ 20
Tabel 3. 1 Karakteristik Sungai X Kelas II ....................................................................... 22
Tabel 3. 2 Perbandingan Kualitas Air Sungai X Dengan Stream Standard PP 82 Tahun
2001 ................................................................................................................................ 22
Tabel 3. 3Karakteristik Air Limbah Domestik .................................................................. 23
Tabel 3. 4 Perbandingan Kualitas Air Limbah Domestik Dengan Standard Kulitas Air
Limbah Domestik ............................................................................................................ 24
Tabel 3. 5 Konsentrasi Campuran Tiap Parameter ............................................................ 25
Tabel 3. 6 Efisiensi Unit Removal Minimum .................................................................. 26
Tabel 4. 1 Unit Operasi dan Unit Proses yang Dapat Digunakan untuk Menyisihkan
Konstituen TSS dan BOD dalam Air Limbah Domestik ................................................... 27
Tabel 4. 2 Tingkatan Pengolahan Air Limbah .................................................................. 28Tabel 4. 3 Jenis Comminutor Serta Ukuran Motornya ...................................................... 32
Tabel 4. 4 Desain Kriteria Horizontal-Flow Grit Chamber ............................................... 34
Tabel 4. 5 Desain Kriteria Aerated Grit Chamber ........................................................... 35
Tabel 4. 6 Macam-Macam Unit Pengolahan Sekunder Secara Biologi .............................. 42
Tabel 4. 7 Nilai Koefisien Kinetik Pada Bioreaktor Lumpur Aktif .................................... 47
Tabel 4. 8 Efisiensi Penyisihan BOD5 Berdasarkan Tipe Unit Activated Sludge yang
digunakan ........................................................................................................................ 48
Tabel 4. 9 Desain kriteria bioreactor activated sludge ....................................................... 50
Tabel 4. 10 Desain Kriteria Trickling Filter ...................................................................... 52
Tabel 4. 11 Karakteristik Lumpur Koagulan Alum/Besi ................................................... 56Tabel 4. 12 perbandingan kelebihan dan kekurangan beberapa metode thickening ............ 61
Tabel 4. 13 Efisiensi Pengolahan Limbah Domestik ......................................................... 65
Tabel 5. 1 Desain Kriteria Bak Aerasi Lumpur Aktif (Complete Mix) .............................. 71
Tabel 5. 2 Data Perencanaan Air Buangan Yang Masuk Ke Dalam Bak Lumpur Aktif ..... 71
Tabel 5. 3 Typical Aeration Tank Dimensions For Mechanical Surface Aerators ............. 77
Tabel 5. 4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Activated Sludge ..................................... 79
Tabel 5. 5 Kriteria Desain Bak Pengendap II.................................................................... 81
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 104/106
vi
Tabel 5. 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Bak Pengendap II .................................... 85
Tabel 5. 7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Gravity Thickener ................................... 89
Tabel 5. 8 Kriteria Perencanaan Sludge Drying Bed ......................................................... 89
Tabel 5. 9 Data Perencanaan ............................................................................................ 89
Tabel 5. 10 Kondisi Lumpur Yang Keluar Dari Gravity Thickener ................................... 90
Tabel 5. 11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unit Sludge Drying Bed ................................ 91
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 105/106
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah Pada Tahap Primary ......................... 29
Gambar 4. 2 Typical Instalasi Pengolah Air Dengan Tambahan Tangki Aliran Rata-Rata 30
Gambar 4. 3 A) Screen Dengan Pembersihan Manual; B) Screen Dengan PembersihanMekanik .......................................................................................................................... 31
Gambar 4. 4 Horizontal Grit Chamber ............................................................................ 35
Gambar 4. 5 Aerated grit chamber (a) potongan membujur (b) pola aliran dalam aerated
grit chamber .................................................................................................................... 36
Gambar 4. 6 Dua Tipe Vortex Grit Chamber .................................................................... 37
Gambar 4. 7 Diagram Rippl (Teori) ................................................................................ 40
Gambar 4. 8 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Lumpur Aktif
Standar (Konvensional) ................................................................................................... 44
Gambar 4. 9 Proses Oxidation Ditch ................................................................................ 50
Gambar 4. 10 Rotating Biological Contactor .................................................................... 51
Gambar 4. 11 Efek Hidraulik Loading Dan Kedalaman Pada BOD Removal .................... 54
Gambar 4. 12 penentuan koefisien n ................................................................................ 55
Gambar 4. 13 Konsentrasi kandungan padatan pada lumpur dari berbagai pengolahan ..... 59
Gambar 4. 14 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Activated Sludge ............ 66
Gambar 4. 15 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan trickling filter ................. 67
Gambar 4. 16 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan RBC ............................... 68
7/25/2019 Desain Pengolahan Biologi
http://slidepdf.com/reader/full/desain-pengolahan-biologi 106/106