08e00391

Upload: novita-dewi-lestari

Post on 21-Feb-2018

273 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 08E00391

    1/94

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

    FARMASI INDUSTRI

    di

    PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Jakarta

    Jl. Rawagelam V No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur

    05 Mei 16 Mei 2008

    Disusun oleh:

    Ainul Mardiah (073202006)

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2008

    Ainul Mardiah : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/24/2019 08E00391

    2/94

    Lembar Pengesahan

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

    FARMASI INDUSTRI

    di

    PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

    Plant Jakarta

    Jl. Rawagelam V No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur

    05 Mei 16 Mei 2008

    Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

    Disusun oleh:

    Ainul Mardiah, S. Si (073202006)

    Lady Balqis Ali, S. Farm (073202050)

    Rafiqoh Parinduri, S. Farm (073202073)

    Sri Wati, S. Farm (073202098)

    PT. Kimia Farma (persero) Tbk

    Plant Jakarta

    Disetujui oleh:

    Drs. Herry Rustanto, Apt Dra. Tia Mutianingsih, Apt

    Pembimbing PT. Kimia Farmasi Plant Jakarta Pembimbing PT. Kimia Farmasi Plant Jakarta

    Fakultas Farmasi

    Universitas Sumatera Utara

    Dekan

    Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt

    NIP. 131 283 716

  • 7/24/2019 08E00391

    3/94

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, atas Berkat Rahmat-Nya sehingga Praktek Kerja Profesi Apoteker ( PKPA)

    di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Jakarta pada tanggal 05 Mei 2008

    sampai dengan 16 Mei 2008 telah dilaksanakan dengan baik.

    Kerja Praktek Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant

    Jakarta merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar

    apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan harapan agar

    setiap calon apoteker mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang peran

    apoteker di Industri Farmasi.

    Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada

    Bapak Drs. Herry Rustanto, Apt, dan Ibu Dra. Tia Mutianingsih, Apt, sebagai

    pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan moril

    dan pengatahuan kepada kami selama pelaksanaan PKPA di PT. Kimia Farma

    (Persero) Tbk, Plant Jakarta. Dan kami turut mengucapkan banyak terima yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

    Farmasi Universitas Sumatera Utara.

    2. Bapak Drs. Wiryanto, M.Si, Apt., selaku Koordinator Program

    Pendidikan Profesi Apoteker Universitas Sumatera Utara .

    3. Bapak Drs. Abdul Manan, Apt., selaku Plant Manager Jakarta yang telah

    memberikan tempat bagi kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Profesi

    Apoteker dengan baik.

  • 7/24/2019 08E00391

    4/94

    4. Seluruh Staf dan Karyawan/ Karyawati PT. Kimia Farma (Persero) Tbk,

    Plant Jakarta, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

    bantuan informasi selama pelaksanaan PKPA ini.

    5. Teman teman Profesi Apoteker Stambuk 2007, terima kasih atas segala

    bantuan dan motivasi yang telah diberikan

    6. Semua pihak yang banyak memberikan bantuan baik moril maupun

    materiil yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Kami berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang kami peroleh

    selama kami menjalani PKPA ini dapat bermanfaat bagi rekan rekan dan semua

    pihak yang membutuhkan khususnya buat kalangan Profesi Apoteker.

    Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, seperti

    kata pepatah mengatakan Tak Ada Gading Yang Tak Retak oleh karena itu

    penulis mengharapkan masukan , kritik dan saran dari pembaca bagi profesi

    kefarmasian yang akan datang.

    Jakarta, juli 2008

    Penulis

  • 7/24/2019 08E00391

    5/94

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL ....

    LEMBAR PENGESAHAN ... i

    KATA PENGANTAR .. ii

    DAFTAR ISI . iv

    DAFTAR GAMBAR . v

    DAFTAR LAMPIRAN .. vi

    BAB I. PENDAHULUAN . 1

    1.1. Latar Belakang .. 1

    1.2. Tujuan .. 3

    BAB II. TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 4

    2.1. Sejarah 4

    2.2. Visi dan Misi .... 5

    2.3. Lokasi Industri Farmasi PT. Kimia Farma (Persero),

    Tbk .. 6

    2.3.1. Lima Plant PT. Kimia Farma (Persero)Tbk . 7

    2.3.2. Struktur Organisasi ... 8

    2.4. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 10

    BAB III.KEGIATAN DIINDUSTRI FARMASI .. 22

    3.1. Keterlibatan Dalam Produksi 22

    3.1.1. Bagaian Perencanaan Pengendalian Produksi

    dan Inventory 22

  • 7/24/2019 08E00391

    6/94

    3.2. Bagian Penyimpanan 25

    3.3. Bagian Produksi 28

    3.4. Bagian Pengelolahan Mutu dan Validasi . 41

    3.5. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan .. 46

    BAB IV. PEMBAHASAN 52

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .. 57

    5.1. Kesimpulan .. 57

    5.2. Saran 57

    DAFTAR PUSTAKA .. 58

  • 7/24/2019 08E00391

    7/94

    DAFTAR GAMBAR

    1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk..8

    2. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta9

  • 7/24/2019 08E00391

    8/94

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Struktur Organisasi PPPI

    (Perencanaan Pengendalian Produksi Dan Lingkungan....59

    2. Struktur Organisasi Bagian Produksi60

    3. Sruktur Organisasi Bagian Pengolahan Mutu61

    4. Struktur Organisasi Bagian Penyimpanan.62

    5. Alur Produksi Bagian Formulasi I.63

    6. Alur Proses Produksi Narkotika.64

    7. Alur Proses Produksi Bagian Formulasi II.65

    8. Alur Proses Sediaan Kapsul Bagian Formulasi III66

    9. Alur Proses Sediaan Injeksi Bagian Formulasi III67

    10.Alur Proses Sediaan Sirup Kering Bagian Formulasi III..68

    11..Alur Proses Sediaan Krim Bagian Formulasi III.69

    12.Alur Proses Produksi Tablet Dan Kapsul Betalaktam..70

    13.Bagan Proses Pengemasan71

    14.Alur Proses Produksi Sirup Kering Betalaktam72

    15.Skema Proses Pengolahan Air..73

    16.Alur Proses Produksi

    (Penerimaan Dan Penggunaan Bahan Baku Serta Bahan Pengemas)..74

    17.Alur Proses Produksi

    (Penerimaan Dan Penggunaan Bahan Baku Serta Bahan

    Pengemas, lanjutan)....75

    18.Alur Proses Pengolahan Air Limbah.76

  • 7/24/2019 08E00391

    9/94

    19.Upaya Pengolahan Limbah77

    20.Denah Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Jakarta.78

    21.Denah Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant

    Jakarta (Lanjutan)...79

  • 7/24/2019 08E00391

    10/94

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kesehatan merupakan hak setiap warga Negara. Setiap orang mempunyai

    hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya

    termasuk didalamnya mendapatkan makanan, pakaian, perumahan dan pelayanan

    sosial yang diperlukan.

    Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992

    tentang kesehatan, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari

    badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

    sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran,

    kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi masyarakat agar dapat

    mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk dapat mencapai upaya, yaitu

    peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

    penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

    Dalam menyelenggarakan upaya upaya tersebut, maka diperlukan

    sarana sarana yang mendukung. Menurut Undang Undang Republik Indonesia

    No. 23 tahun 1992 pasal 56, salah satu sarana kesehatan adalah pabrik obat atau

    industri farmasi. Industri farmasi sebagai salah satu sarana kesehatan adalah

    tempat untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian, antara lain pembuatan obat,

    pengendalian mutu, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat.

    Salah satu langkah utama yang dilakukan industri farmasi dalam upaya

    menghasilkan obat jadi yang senantiasa memenuhi persyaratan mutu sesuai

  • 7/24/2019 08E00391

    11/94

  • 7/24/2019 08E00391

    12/94

    dapat menilai sampai sejauh mana peran farmasis di industri obat. Kendala yang

    biasa dihadapi oleh para farmasis selaku penanggung jawab dalam menegakan

    profesionalismenya dalam lingkungan yang cenderung selalu berfikir tentang

    profit oriented dan bukan patient oriented. Praktek kerja lapangan ini diharapkan

    dapat memberikan gambaran dan wacana tentang atmosfer lingkungan industri

    farmasi.

    Universitas adalah sarana pencetak apoteker, sejak awal sudah harus

    mempersiapkan lulusannya sehingga mempunyai wawasan dan pengetahuan yang

    cukup untuk bisa berperan dan memberikan andil dalam menjalankan profesinya

    diindustri farmasi. Aspek teoritis yang kuat dan ditunjang dengan aspek prakstis

    yang diharapkan dapat mencetak lulusan tang berkualitas. Sehubungan dengan itu

    maka Program Pendidikan Profesi Apoteker Universitas Sumatera Utara menjalin

    kerja sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta,

    menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dimulai dari tanggal 05

    Mei 2008 sampai dengan tanggal 16 Mei 2008, dengan adanya Praktek Kerja

    Profesi Apoteker di industri farmasi diharapkan mahasiswa Profesi Apoteker

    mampu menerapkan ilmu yang diperoleh saat kuliah dan mendapatkan

    pengetahuan praktis lainnya yang bermanfaat sebagai panduan dan tolak ukur

    dalam menjalankan Profesi Apoteker dimasa yang akan datang.

  • 7/24/2019 08E00391

    13/94

    1.2. Tujuan

    Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Industri PT. Kimia Farma

    (Persero)Tbk. Plant Jakarta adalah :

    1. Mempersiapkan Apoteker untuk menjalani profesinya secara professional,

    handal, dan mandiri serta mampu menghadapi tantangan dimasa yang akan

    datang.

    2. Memberikan gambaran tentang struktur organisasi, tugas dan fungsi

    Apoteker, situasi dan kondisi di Industri PT. Kimia Farma (Persero)Tbk.

    Plant Jakarta.

    3. Mempelajari, memahami, mengetahui, tugas dan tangng jawab Apoteker

    di Industri farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta baik

    dibidang managereal danpenerapan CPOB.

  • 7/24/2019 08E00391

    14/94

    BAB II

    TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI

    2.1. Sejarah

    Industri adalah kegiatan memproses atau mengolahan barang dengan

    menggunakan sarana dan peralatan, misalkan mesin, dalam pengertian bisnis,

    Industri adalah himpunan perusahaan yang memproduksi barang-barang yang

    bersifat substitusi dekat atau (closed substitute) yang memiliki nilai permintaan

    silang yang relatif tinggi.

    Industri farmasi menurut Surat Keputusan Mentri Kesehatan No.

    245/MenKes/V/1990 adalah indutri obat jadi adalah industri yang menghasilkan

    suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan. Obat jadi

    tersebut dapat berupa sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap dipergunakan

    untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

    dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

    peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Sedangkan industri bahan baku adalah

    bahan yang diproduksi oleh suatu industri, diamana bahan baku tersebut adalah

    semua bahan baik yang berkhasiat ataupun yang tidak berkhasiat yang digunakan

    dalam proses penggunaan obat.

    Menurut Surat Keputusan Mentri Kesehatan No. 245/MenKes/V/1990

    usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1. Didirikan oleh perusahaan umum (Perum), badan hukum berbentuk

    perseroaan terbatas (PT) dan kopersai.

    2. Memiliki rencana investasi

  • 7/24/2019 08E00391

    15/94

    3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    4. Memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) sesuai

    dengan SK MenKes No. 43/ MenKes/SK/II/1988 tentang pedoman CPOB.

    5. Wajib mempekerjakan sekurang-kurangnya dua orang Apoteker Warga

    Negara Indonesia (WNI), yang masing-masing sebagai penanggung jawab

    pengawasan mutu dan penanggung jawab pengawasan produksi.

    6. Obat jadi yang diproduksi oleh perusahaan Industri farmasi hanya boleh

    diedarkan setelah mendapat persetujuan sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan yang berlaku.

    2.2

    Visi dan Misi

    A. Visi Industri Farmasi Indonesia menurut SK MenKes No. 47/SK/II/1983

    adalah:

    1. Upaya dibidang obat harus memperhatikan aspek sosial dan diarahkan

    untuk mendukung peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan.

    2. Mengusahakan kemandirian dibidang obat, khususnya bahan baku obat

    dengan jalan:

    a. Mempercepat dan memperlancar transfer teknologi serta

    meningkatkan kemampuan pengembangan teknologi.

    b. Memberikan perlindungan yang wajar terhadap obat produksi

    dalam negeri.

    c. Penelitian dan pengembangan bahan baku dalam negeri dan

    langkah-langkah lain untuk mendorong produksi dalam negeri.

  • 7/24/2019 08E00391

    16/94

    B. Misi Industri Farmasi Indonesia menurut SK MenKes No. 47/SK/II/1983

    adalah:

    1. Meningkatkan tersedianya dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai

    dengan kebutuhan nyata masyarakat yang diperlukan dalam kesehatan.

    2. Meningkatkan penyebaran obat secara merata dan teratur sehingga

    mudah diperoleh pada saat yang diperlukan serta terjangkau oleh

    masyarakat.

    3. Menjamin kebenaran khasiat, keamanan, mutu dan keabsahan obat

    yang beredar serta meningkatan ketepatan, kerasionalan dan efesiensi

    penggunaan obat

    4. Memanfaatkan potensi nasional deibidang obat menunjang

    pembangunan ekonomi menuju tercapainya kemandirian dibidang

    obat.

    2.3. Lokasi Industri Farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

    PT. Kimia Farma (Persero)Tbk. Plant Jakarta berlokasi di JL.Rawagelam

    V No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur. PT. Kimia Farma (Persero)

    Tbk. Plant Jakarta mempunyai area seluas 35.000 m2, dengan area bangunan

    untuk non betalaktam seluas 11,225 m

    2

    , sumber air yang digunakan berasal dari

    perusahaan Air Minum (PAM)dan air artesis sedangkan sumber listrik yang

    digunakan berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)dan sebagai cadangan

    digunakan Generator Set. Sumber udara untuk setiap ruangan menggunakan Air

    Conditioning(AC) dengan sistem sentral.

  • 7/24/2019 08E00391

    17/94

    Bangunan pabrik PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta yang

    mencapai luas 35.000 m2meliputi :

    1. Gedung Perkantoran

    Bangunan untuk perkantoran terletak di bagian depan yang terdiri dari dua

    lantai. Pada lantai pertama terdapat lobi, masjid, koperasi, poliklinik, dapur

    dan kantin. Pada lantai dua terdapat ruang Plant Manager, ruang Manager

    Produksi, ruang Manager PPPI, ruang administrasi keuangan, ruang

    personalia, ruang pembelian dan ruang rapat.

    2. Gedung Produksi Non Betalaktam

    Bangunan yang terletak dibelakang perkantoran dimana pada lantai satu

    digunakan untuk produksi non betalaktam, produk steril, penyimpanan bahan

    baku dan bahan pengemas. Lantaidua digunakan sebagai laboratorium

    pengujian, dokumentasi, penyimpanan contoh pertinggal, teknologi

    formulasi, pemastian mutu, dan perpustakaan.

    3. Gedung Produksi Betalaktam

    Bangunan untuk produksi betalaktam merupakan gedung yang terpisah yang

    terdiri dari dua lantai. Lantai satu dipakai untuk produksi dan lantai dua

    dipakai untuk ruang pengemasan sediaan.

    4. Instalasi Pengolahan Air Limbah

    Unit pengolahan limbah, terdiri dari dua bagian yaitu pengolahan limbah

    betalaktam dan non betalaktam.

    5. Bangunan Pelengkap

    Bangunan ini terdiri dari generator diesel, penampungan air

    (PAM) dan artesis, steam dan laundry.

  • 7/24/2019 08E00391

    18/94

    2.3.1. Lima Plant PT. Kimia Farma (Persero)Tbk yaitu:

    1. Plant Jakarta

    Memproduksi obat dalam bentuk sediaan tablet, tablet salut, kapsul, granul,

    sirup kering, suspensi/sirup, tetes mata, cream antibiotik dan injeksi. Unit ini

    satu-satunya pabrik obat yang mendapat tugas oleh pemerintah untuk

    memproduksi golongan narkotik di Indonesia. Unit produksi ini telah

    memperoleh sertifikat CPOB dan ISO- 9001.

    2. Plant Bandung

    Memproduksi bahan baku Kina dan turunanya, dan Alat Kontrasepsi Dalam

    Rahim (AKDR) serta obat asli Indonesia seperti Batugin Elixir dan

    Enkasari. Unit ini juga memproduksi tablet, sirup, serbuk, dan produk

    kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini telah menerima

    sertifikat CPOB dan ISO-9001.

    3. Plant Semarang

    . Unit Produksi ini mengkhususkan diri memproduksi minyak jarak,

    pemurnian minyak nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit,

    minyak kedelai, minyak kacang serta kosmetika dalam bentuk serbuk/bedak.

    Unit produksi ini menjamin kualitas hasil produksi dengan menerapkan

    system manajemen mutu ISO-9001, serta telah mendapat sertifikat CPOB

    4. Plant Watudakon (Jombang), Jawa Timur

    Satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di Indonesia. Unit ini

    memproduksi yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai

    bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah dan kapsul

  • 7/24/2019 08E00391

    19/94

    lunak Yodiol yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok.

    Unit ini telah memproduksi sertifikat CPOB, ISO-9001 dan ISO-14001.

    5. Plant Tanjung Morawa ( Medan), Sumatera Utara.

    Unit ini khusus untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera.

    Produk yang dihasilkan pabrik berupa sediaan tablet, cream, dan kapsul

    dalam skala kecil. Plant ini telah memperoleh sertifikat CPOB.

    2.3.2 Struktur Organisasi

    A. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero)Tbk.

    PT. Kimia Farma (Persero)Tbk, dipimpin oleh seorang Direktur Utama,

    dibantu oleh 4 Direktur yaitu: Direktur Produksi, Direktur Pemasaran, Direktur

    Keuangan, Direktur Umum. Selain direktur utama dibantu juga oleh beberapa

    staff, yaitu: General Manager Internal Control(Manager Umum Pengawasan

    Internal), General Manager Bussiness Development(Manager Umum

    Pengembangan Bisnis) dan Corporate Secretary.

    Board Of Commisaris

    (Dewan Komisaris)

    President Director(Direktur Utama)

    Direktur Direktur Direktur Direktur

    Pemasaran Produksi Keuangan HRD

    Corporate Manajer Umum Manajer Umum

    Secretary Pengawasan Internal Pengembangan Bisnis

    Gambar 1 . Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero)Tbk

  • 7/24/2019 08E00391

    20/94

    B. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero)Tbk. Plant Jakarta

    PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta dipimpin oleh Plant

    Manager yang langsung membawahi Bagian Produksi, Pengelolaan Mutu,

    Perencanaan Pengendalian Produksi dan Inventori (PPPI), Bagian

    Administrasi/Keuangan, Bagian Pembelian, Bagian Umum Personalia dan Bagian

    Teknik Pemeliharaan.

    Selain itu terdapat juga beberapa jabatan fungsionl seperti Management

    Representative, bagian Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L).

    Jabatan-jabatan ini bekerja secara koordinatif, yang berada langsung dibawah

    Plant Jakarta.

    Plant Jakarta

    Management

    Representatif

    K3L

    Keselamatan, Kesehatan Kerja danLingkungan

    Production

    Betalaktam Products

    Formulasi I (Tablet)

    Formulasi II (Liquid& Cream)

    Formulasi III (Kapsul

    & Products Steril)

    Packaging

    Quality Control

    Testing Laboratory

    Quality Assurance

    Formulation

    Technology

    PPIC

    Raw Material

    Planning & Control

    Production Planning& Control

    Maintenance

    Ware House

    Information

    Technology

    Purchasing

    Personnel Adm &

    Gen. Affairs

    Finance

    Accountancy

    Bagan struktur organisasi PT. Kimia Farma (Persero)Tbk. Plant Jakarta adalah

    sebagai berikut :

    Gambar 2 . Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Plant Jakarta

  • 7/24/2019 08E00391

    21/94

    2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

    a. Ketentuan Umum

    Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek

    produksi dan pengendalian mutu, bertujuan untuk menjamin mutu yang telah

    disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.

    Ketentuan umum memuat beberapa landasan yang penting diperhatikan

    yaitu:

    1. Pengawasan menyeluruh pada proses pembuatan obat untuk menjamin

    bahwa konsumen obat yang bermutu tinggi. Pengawasan menyeluruh

    merupakan salah satu kegiatan yang sangat esensial pada pembuatan obat.

    2. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh hanya mengandalkan pada

    suatu pengujian tertentu saja. Mutu obat harus dibangun dalam produk obat

    itu sendiri. Mutu obat tergantung mutu bangunan, peralatan dan personalia

    yang terlibat.

    3. CPOB merupakan pedoman yang dibuat untuk memastikan agar sifat dan

    mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan syarat bahwa standar mutu obat

    yang telah ditentukan telah tercapai.

    b. Personalia

    Kualitas sediaan obat yang dihasilkan ditentukan oleh beberapa faktor

    penunjang, salah satu faktor terpenting adalah faktor manusia. Oleh karena alur

    produksi hanya bisa terjadi jika personil yang mengerjakannya mempunyai

    kualitas yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan pengalamannya.

    Jumlah karyawan disemua tingkatan hendaklah cukup serta memiliki

    pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya serta

  • 7/24/2019 08E00391

    22/94

    kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya

    secara professional dan sebagaimana mestinya. Mereka hendaklah mempunyai

    sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB. Hal-hal yang perlu

    diperhatikan dalam aspek ini adalah:

    1. Organisasi dan tanggung jawab

    Dalam perusahaan, struktur organisasi disusun sedemikian rupa sehingga

    bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berbeda yang tidak saling

    bertanggung jawab satu terhadap lain. Masing-masing hendaklah diberi

    wewenang penuh dan sarana yang cukup yang diperlukan untuk melaksanakan

    tugasnya secara efektif. Keduanya tidak dapat menghambat atau membatasi

    tanggung jawabnya atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan

    pribadi atau financial.

    Manajer Produksi dan Pengawasan Mutu hendaklah seorang Apoteker

    yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis dan memadai di bidang

    industri farmasi dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan

    melaksanakan tugas secara professional.

    Manajer Produksi hendaklah memiliki wewenang serta tanggung jawab

    penuh untuk mengelola produksi obat. Manajer Produksi hendaklah memiliki

    tanggung jawab bersama dalam menjaga mutu obat, baik dengan Manajer

    Pengawasan Mutu maupun Manajer teknik.

    Manajer Pengawasan Mutu hendaklah diberi wewenang dan tanggung

    jawab penuh dalam seluruh tugas pengawasan mutu yaitu dalam penyusunan,

    verifikasi dan pelaksanaan seluruh prosedur pengawasan mutu. Manajer

    pengawasan Mutu adalah satu-satunya yang memiliki wewenang untuk

  • 7/24/2019 08E00391

    23/94

    meluluskan bahan awal produk antara, produk ruahan dan obat jadi bila produk

    sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan

    spesifikasinya atau bila tidak dibuat dengan prosedur yang tidak disetujui kondisi

    yang ditentukan.

    2. Pelatihan

    Seluruh karyawan yang berhubungan langsung dengan proses pembuatan

    obat hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya

    maupun mengenai prinsip CPOB. Pelatihan hendaklah diberikan olah tenaga

    kompoten. Pelatihan khusus hendaklah bagi mereka yang berkerja didaerah steril

    dan daerah bersih atau bagi mereka yang bekerja menggunakan bahan yang

    mempunyai resiko tinggi,toksik atau yang menimbulkan sensitifisasi.

    Latihan mengenai CPOB harus dilakukan secara berkesinambungan dan

    dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin agar para karyawan terbiasa

    dengan persyaratan dengan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya. Pelatihan

    mengenai CPOB dilaksanakan menurut program tertulis yang telah disetujui oleh

    Manajer Produksi dan Manajer Pengawasan.

    Catatan pelatihan karyawan mengenai CPOB hendaklah disimpan dan

    efektifitas program pelatihan dinilai secara berkala. Setelah mengadakan

    pelatihan, pelatihan karyawan hendaklah dinilai untuk menentukan apakah mereka

    memilki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan

    kepadanya.

  • 7/24/2019 08E00391

    24/94

    3. Bangunan dan Fasilitas

    Bangunan untuk produksi obat-obatan hendaklah memiliki ukuran,

    rancangan konstruksi dan letak yang memadai untuk mencegah bahan yang dapat

    meiliki kualitas dan hendaknya memberikan kondisi lingkunagan yang sesuai,

    karena akan mempengaruhi kelancaran kerja. Letak bangunan dibuat cukup tinggi

    agar terhindar dari banjir dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air.

    Beberap persyartan yang perlu diperhatikan pada bangunan industri

    farmasi, antara lain:

    1. Pabrik ditata sedemikian rupa untuk mencegah kekacauan dan kemungkinan

    pencemaran silang serta tercampurnya obat, komponen , dan bahan

    pengemas ysang berlainan.

    2. Sekat ruangan hendaknya digunakan untuk mencegah pencemaran atau

    kasalahan.

    3. Diperlukan pemisahan ruangan untuk kegiatan tertentu sesuai dengan fungsi

    kegiatan produksi.

    4. Ruangan yang diperlukan untuk pembutan steril harus terpisah dari kegiatan

    lainnya.

    5. Untuk daerah produksi, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai,

    dan langit-langit) harus licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka,

    mudah didesinfeksi dan dibersihkan. Lantai dibuat dari bahan kedap air,

    permukaan rata, dan mudah dibersihkan.

    6. Daerah penyimpanan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga

    memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering,

    bersih, dan teratur. Hendaknya disediakan daerah khusus untuk menyimpan

  • 7/24/2019 08E00391

    25/94

    bahan yang mudah terbakar, yang mudah meledak, yang sangat beracun,

    narkotika dan bahan berbahaya lain serta untuk produk atau bahan yang

    ditolak..

    Berdasarkan kelompok kegiatan dan tingkat kebersihannya, maka tata

    ruang bangunan industri farmasi terdiri atas:

    1. White area (Daerah putih), termasuk kelas I dan II. Untuk kelas I, jumlah

    partikel maksimum permeter kubik (m3) sebanyak 3.500 sedangkan untuk

    kelas II jumlah partikel maksimum permeter kubik (m3) sebanyak 350.000.

    Meliputi ruang penyaringan steril, pengolahan, pengisian salep mata,

    pengisian injeksi, pengolahan aseptis, dan pengisian bubuk steril.

    2. Grey area ( Daerah abu-abu), termasuk kelas III dimana, jumlah partikel

    permeter kubik (m3) sebanyak 3.500.000. Meliputi ruang pengolahan dan

    pengemasan obat nonsteril dan ruang pembuatan salep selain salep mata.

    3. Black area (Daerah hitam) termasuk kelas IV yang meliputi ruang ganti

    pakaian, ruang masuk, kantor penerimaan bahan awal, gudang bahan

    awaldan obat jadi, ruang generator, ruang makan, ruang istirahat, dan toilet.

    c. Peralatan

    Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki

    rancangan bangunan dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, dan

    ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu setiap produk terjamin secara seragam

    dari batchke batchserta memudahkan pembersihan dan perawatannya.

  • 7/24/2019 08E00391

    26/94

    Rancangan bangunan dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi

    persyaratan sebagai berikut:

    1. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,

    produk jadi tidak boleh bereaksi. Mengadisi atau mengabsorbsi, yang dapat

    mengubah identitas, mutu atau kemurniannya diluar batas yang ditentukan.

    2. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk.

    3. Bahan-bahan yang diperlukan untuk suatu tujuan khusus, seperti pelumas atau

    pendingin tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah.

    4. Peralatan hendaknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian dalam

    maupun bagian luar.

    5. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan

    mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi

    menurut suatu program dan prosedur yang tepat.

    6. Peralatan hendaknya dirawat sesuai dengan jadwal yang tepat.

    7. Alat-alat harus dikalibrasi dan divalidasi untuk menjamin kelancaran kerja.

    8. Daerah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan yang mudah

    terbakar hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang eksploisasi

    serta dibumikan dengan sempurna.

    d. Sanitasi dan Higiene

    Sanitasi dan Higiene mutlak diperlukan dalam setiap aspek pembuatan

    obat Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi semua sumber pencemaran

    produk seperti personalia, bangunan, peralatan, bahan awlal serta wadahnya.

    Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan dengan program sanitasi dan

    higiene yang menyeluruh dan terpadu.

  • 7/24/2019 08E00391

    27/94

    1. Personalia

    Seluruh karyawan hendaknya menjalani kesehatan baik sebelum maupun

    setelah diterima sebagai karyawan selama bekerja. Higiene perorangan harus

    dilatih dan diterapkan semua karyawan yang berhubungan dengan proses

    produksi, dan semua karyawan hendaknya menghindari untuk bersentuhan

    langsung dengan produksi, sehingga diperlukan pakaian pengaman yang

    memadai dan sesuai dengan tugasnya.

    2. Bangunan

    Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaknya dirancang dan

    dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik.

    Bangunan hendaknya dilengkapi fasilitas sanitasi yang memadai seperti

    toilet, loker, bak cuci, tempat penyimpanan bahan pembersih, insektisida,

    bahan fungi dan lain-lain. Hendaknya disusun pula suatu prosedur yang

    merupakan prosedur tetap untuk melaksanakan sanitasi dengan jadwal yang

    teratur, serta diuraikan dengan cukup rinci.

    3. Peralatan.

    Peralatan harus dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan sesuai prosedur

    yang telah ditetapkan. Suatu prosedur yang dirinci untuk pembersihan dan

    sanitasi peralatan sekurang-kurangnya meliputi penanggung jawab, jadwal,

    metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan, merupakan

    prosedur tetap untuk melaksanakan sanitasi dengan jadwal yang teratur yang

    tidak bersamaan dengan jadwal produksi. Selain itu prosedur sanitasi dengan

    higiene hendaknya diatur dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan

  • 7/24/2019 08E00391

    28/94

    bahwa seluruh prosedur telah memenuhi syarat dan telah dilakukan secara

    efektif.

    e Produksi

    Produksi obat-obatan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur

    yang telah ditetapkan agar senantiasa diperoleh obat jadi yang memenuhi

    spesifikasi yang ditentukan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan

    produk meliputi:

    1. Bahan awal

    Pemeriksaan bahan awal dilakukan oleh bagian pemastian mutu berdasarkan

    spesifikasi yang ditentukan dan dikarantina, sampai diluluskan untuk

    dipakai. Bahan awal yang tidak memenuhi syarat disimpan terpisah untuk

    dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan.

    2. Validasi proses

    Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tetap dan

    dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan. Proses dan prosedur

    tersebut hendaknya secara rutin dievaluasi ulang untuk memastikan bahwa

    proses dan prosedur tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.

    3. Pencemaran.

    Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat

    merugikan kesehatan atau mempengaruhi daya terapeutik serta

    mempengaruhi kualitas produk tidak dapat diterima. Perhatian khusus

    hendaklah diberikan pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat

    dan tingkatanya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, hal ini

    menunjukan pelaksanaan obat yang tidak sesuai CPOB

  • 7/24/2019 08E00391

    29/94

    4. Sistem penomoran batchatau lot

    Suatu system yang menjabarkan cara penomoran batchdan lot secara rinci

    diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau

    obat jadi suatu batch dan lot dapat dikenali dengan nomor batch dan lot

    tertentu tidak digunakan secara berulang

    5. Penimbangan dan penyerahan

    Penimbangan atau perhitungan dan penyerhan bahan baku, bahan pengemas,

    produk antara dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi

    dan memerlukan dokumentasi yang lengkap

    6. Pengembalian

    Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

    dikembalikan ketempat penyimpanan hendaklah didokumentasikan dan

    dicek dengan baik. Bahan-bahan tersebut tidak boleh dikembalikan kecuali

    memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

    7. Pengelolaan

    Pemeriksaan awal pada pengolahan baik bahan, kondisi daerah pengolahan,

    wadah dan peralatan harus mengikuti prosedur tertulis yang telah ditetapkan.

    Pencegahan pencemaran silang dalam seluruh tahap pengolahan.

    8. Produk steril

    Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus untuk

    menghilangkan pencemaran mikroba dan partikel lain. Produksi steril dapat

    digolongkan dalam dua kategori utama, yaitu yang harus diperoses dengan

    cara aseptic pada semua tahap, dan yang disterilkan dalam wadah akhir yang

    disebut juga sterilisasi akhir. Untuk membuat produk steril diperlukan suatu

  • 7/24/2019 08E00391

    30/94

    ruangan terpisah yang selalu bebas debu dan dialiri udara yang melewati

    saringan bakteri. Tekanan udara dalam ruangan hendaklah lebih tinggi dari

    ruangan disebelahnya.

    9. Pengemasan

    Produk ruahan menjadi obat jadi, yang dilaksanakan dengan pengawasan

    yang tepat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas barang yang

    sudah dikemas. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan

    dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang

    tercantum dalam prosedur pengemasan induk.

    10. Bahan atau produk pulihan

    Bahan atau produk dapat diolah ulang atau dipulihkan asalkan bahan

    tersebut layak untuk diolah ulang melalui prosedur tertentu yang telah

    disahkan, serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi yang

    ditentukan dan tidak terjadi perubahan yang berarti terhadap mutunya Sisa

    produk yang tidak layak untuk diolah ulang atau bahan pulihan yang tidak

    memiliki spesifikasi, mutu kemanjuran atau keamanan tidak boleh

    ditambahkan kedalam batchberikutnya.

    11. Obat kembalian

    Obat jadi yang dikembalikan dari gudang pabrik jika, ditemukan adanya

    kerusakan kualitas teknis obat atau adanya reaksi merugikan dari obat misal

    karena label atau kemasan luar kotor atau rusak, dapat diberi label kembali

    atau diolah ulang kebatch berikut asalkan tidak ada resiko terhadap mutu

    produk dan pengerjaan pengolahan ulang hendaklah disahkan dan

    didokumentasikan secara khusus. Obat kembalian dari peredaran dapat

  • 7/24/2019 08E00391

    31/94

    dijual kembali, diberi label kembali atau diolah kembali jika telah dilakukan

    evaluasi secara cermat dan hasil pemeriksaan ulang olah Bagian Pemastian

    Mutu dinyatakan memenuhi syarat.

    12. Karantina obat jadi dan penyerahan kegudang obat jadi

    Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadi

    diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan.

    13. Pengawasan distribusi obat jadi

    Sistem distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjadi obat

    jadi yang pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu (First In First Out).

    14. Penyimpanan bahan awal, Produk antara, produk ruahan dan obat jadi.

    Bahan tersebut disimpan rapi dan teratur untuk mencegah resiko tercampur

    baur atau pencemaran sera memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.

    f. Pengawasan Mutu

    Pengendalian mutu obat dilaksanakan melalui sistem pengawasan yang

    terencana dan terpadu. Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari

    cara pembuatan obat yang baik untuk memastikan tiap obat yang dibuat senantiasa

    memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan penggunaannya. Pengawasan

    mutu penting dalam penetapan spesifikasi, pengambilan contoh dan pengujian

    beserta dukungan dan prosedur yang menjamin bahwa pengujian benar-benar

    dilaksanakan, serta kelulusan bahan dan produk tidak akan diberikan sebelum

    mtunya dinilai memuaskan. Keterlibatan dan rasa tanggung jawab semua unsur

    yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk

    mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari saat obat dibuat sampai

    didistribusi obat jadi.

  • 7/24/2019 08E00391

    32/94

    Untuk keperluan tersebut harus ada suatu bagian pengawasan mutu yang

    berdiri sendiri. Bagian pengawasan mutu bertanggung jawab untuk memastikan

    bahwa:

    1. Tahap produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah

    ditetapkan dan telah divalidasi sebelumnya, antara lain melalui evaluasi

    dokumentasi produk terdahulu.

    2. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap

    suatu bets obat telah dilkasanakan dan bets tersebut telah memenuhi

    spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusi.

    3. Suatu bets memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang

    ditetapkan.

    Bagian pengawasan mutu ini memiliki wewenang khusus untuk

    memberikan keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku atau

    produk obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.

    g. Infeksi Diri

    Tujuan infeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh

    aspek produksi dan pengendalian mutu dalam pabrik memenuhi ketentuan CPOB.

    Program infeksi diri harus dirancang untuk mendeteksi kelemahan dan

    pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan. Infeksi diri ini

    harus dilakukan secara teratur. Seluruh tindakan perbaikan yang disarankan untuk

    melaksanakan infeksi diri ditunjuk tim infeksi diri yang mampu menilai secara

    objektif pelaksanaan CPOB. Tim infeksi diri ditunjuk oleh manager perusahaan,

    sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang yang ahli dibidang pekerjaan dan paham

    mengenai CPOB. Infeksi diri hendaknya dilakukan oleh orang yang kompeten

  • 7/24/2019 08E00391

    33/94

    dari perusahaan dengan atau tanpa bantuan tenaga ahli dari luar. Keseluruhan

    prosedur dan pencatatan mengenai infeksi diri ini harus didokumentasikan.

    h. Penanganan Ketentuan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan

    Obat Kembalian

    Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek

    samping yang merugikan atau masalah efek terapeutik. Semua laporan dan

    laporan keluhan hendaknya diteliti dan dievaluasi dibuatkan laporan.

    Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau

    beberapa bacth atau seluruh obat jadi tertentu dari suatu mata rantai distribusi.

    Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak

    memenuhi persyaratan mutu atau dasar pertimbangan adanya efek samping yang

    tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan.

    Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

    dikembalikan kepabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadarluarsa, masalah

    keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga

    menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang

    bersangkutan.

    Prosedur pengamanan obat kembalian hendaklah dengan

    memperhatikan hal-hal berikut antara lain: Identifikasi dan pencatatan mutu dari

    obat kembalian, dikarantina, dilakukaan penelitian, pemeriksaan dan pengujian.

    Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan

    dan hendaklah dibuat prosedur pemusnahan bahan atau produk yang ditolak

    mencakup pencegahan pencemaran lingkungan dan mencegah kemungkinan

    jatuhnya obat tersebut ketangan orang yang tidak berwenang.

  • 7/24/2019 08E00391

    34/94

    Pelaksanaan penanganan terhadap obat kembalian dan tindak lanjut

    yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan. Untuk tiap pemusnahan obat

    kembalian hendaknya dibuat berita acara yang ditandatangani oleh pelaksana

    pemusnahan dan saksi.

    i .Dokumentasi

    Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi

    managemen yang meliputi spesifikasi prosedur, metode dan instruksi,

    perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta evaluasi seluruh rangkaian

    pembuatan obat. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap

    petugas dapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus

    dilakukan sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan

    yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

    Sistem dokumentasi harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap

    bacth atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta

    penelusuran terhadap bacth atau lot produk yang bersangkutan. Sistem

    dokumentasi juga digunakan dalam pemantauan dan pengendalian.

  • 7/24/2019 08E00391

    35/94

    BAB III

    KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI

    3.1. Keterlibatan Dalam Produksi

    3.1.1. Bagian Perencanaan Pengendalian Produksi Dan Iventory ( PPPI )

    PPPI merupakan bagian yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan

    pengendalian bahan produksi dan inventori serta menjadi penghubung antara

    bagian marketing dan produksi.

    Tugas dan fungsi dari PPPI adalah :

    a. Mengevaluasi dan mengkonfirmasi pesanan dari pemasaran / unit lain.

    b. Menghitung dan merencanakan kebutuhan bahan baku / kemasan.

    c. Mengendalikan stok bahan baku / kemasan agar efektif dan efisien.

    d. Merencanakan dan membuat jadwal produksi per triwulan untuk seluruh item.

    e. Mengendalikan proses produksi agar efektif, efisien, dan sesuai jadwal.

    f. Menyiapkan laporan Managerial per bulan.

    Berdasarkan struktur organisasi, PPPI membawahi 2 bagian yaitu :

    1) Bagian Perencanaan dan Pengendalian Bahan

    a. Supervisor pengendalian bahan

    b. Supervisor perencanaan bahan

    2) Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    a. Supervisor pengendalian produksi

    b. Supervisor perencanaan produksi

  • 7/24/2019 08E00391

    36/94

    3.1.a. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Bahan.

    Tugas bagian ini merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan

    yang di butuhkan untuk proses produksi, bekerja sama dengan bagian pemasaran

    yang mengacu pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan ( RKAP ). Dalam

    hal perencanaan bahan PPPI berkoordinasi dengan 4 bagian lain yaitu bagian

    produksi, bagian pengelolaan mutu, bagian penyimpanan dan bagian pembelian.

    Perencanaan harus dilakukan secara efisien, beberapa strategi dalam

    system perencanaan bahan baku dan bahan kemasan adalah sebagai berikut :

    a. Penentuan kuantum stok ditetapkan berdasarkan hasil produksi tahun

    sebelumnya dibagi 12 bulan dan stok minimum adalah persediaan untuk tiga

    bulan.

    b. Penentuan jumlah ditentukan dengan cara RE Order Level ( ROL ), yaitu

    kuantum yang menyebutkan waktu dilakukan order kembali.

    c. Jadwal penerimaan pesanan untuk bahan kemasan adalah 40 hari dari tanggal

    SPPB ( Surat Permohonan Pemesanan Bahan ) dan untuk bahan baku adalah 3

    bulan dari tanggal SPPB.

    d. Jumlah yang di butuhkan termasuk untuk buffer stock, bila kurang akan

    dibuatkan SPPB ( Surat Permohonan Pemesanan Bahan ).

    Jumlah permintaan pemesanan barang dari pemasaran akan menjadi bahan

    pertimbangan, sehingga akan ada beberapa kemungkinan yaitu :

    a. Pesanan di penuhi 100 % karena bahan baku tersedia, SDM mencukupi dan

    kapasitas mesin besar.

    b. Pesanan tidak dipenuhi sama sekali karena bahan baku kosong atau mesin

    produksi rusak.

  • 7/24/2019 08E00391

    37/94

    c. Pesanan dipenuhi sebagian atau kurang dari 100 % karena keterbatasan bahan

    dan kapasitas produksi.

    d. Jumlah pesanan dapat ditambah atau dikurangi, hal tersebut terjadi karena

    adanya beberapa factor, yaitu kapasitas produksi terbatas, stok obat di pasaran

    masih banyak, serta bahan baku tidak lengkap.

    Sesuai dengan pemesanan, maka bagian perencanaan dan pengendalian

    bahan membuat surat permohonan pemesanan barang ( SPPB ) dengan

    melampirkan spesifikasi bahan dan untuk bahan pengemas disertai contohnya

    yang kemudian dikirim kebagian pembelian. Untuk pembelian produk local

    dilakukan oleh bagian pembelian plant Jakarta, sedangkan untuk produk impor

    dilakukan oleh bagian pembelian kantor pusat yang akan mengkoordinir bagian

    pembelian ini di seluruh Indonesia. Untuk pengendalian stok bahan dilakukan

    pengecekan jumlah pemakaian per hari perhitungan dengan cermat pada saat

    pembuatan SPPB dan mengatur jadwal kedatangan bahan yang akan dipesan

    sesuai jadwal.

    3.1.b. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Tugas utama bagian perencanaan dan pengendalian produksi ( PP

    Produksi ) adalah merencanakan dan mengendalikan proses produksi, agar

    berjalan lancer dan berkesinambungan. Dilakukan berdasarkan konfirmasi dan

    dibuat jadwal produksi per minggu dalam satu triwulan.

    Bila bahan bahan yang di perlukan untuk produksi telah di terima, maka langkah

    langkah selanjutnya adalah :

    a. Mengevaluasi pesanan dengan mengkonfirmasi Bagian Perencanaan Bahan,

    Bagian Laboratorium Pengujian dan Bagian Produksi.

  • 7/24/2019 08E00391

    38/94

    b. Mengkonfirmasi bagian pemasaran maksimal lima hari kerja.

    c. Membuat rencana penurunan SPK ( Surat Perintah Kerja ), dimana rencana ini

    harus di sesuaikan dengan kesiapan bahan dan mesin, SPK diturunkan ke

    bagian produksi setiap minggu.

    d. Mengevaluasi SPK apakah SPK tersebut belum, sedang atau sudah di

    jalankan.

    Supervisor PP Produksi memonitor perkembangan proses produksi, untuk

    memudahkan monitoring, maka SPK yang di keluarkan harus diperiksa

    kelengkapannya, antara lain :

    1. Bon Penyerahan Bahan Baku ( BPBB ) dari penimbangan sentral ( PS ) ke

    produksi.

    2. Bon I sampai ke Bon IV adalah bon penyerahan produk setengah jadi

    ( BPPSJ ), yaitu :

    Bon I dari produksi ke KIP.

    Bon II dari KIP ke produksi.

    Bon III dari produksi ke KIP.

    Bon IV dari KIP ke pengemasan.

    3. Bon V adalah bon penyerahan produk jadi ( BPPJ ) dari pengemasan ke

    bagian penyimpanan.

    4. Khusus untuk tablet salut terdapat :

    Bon IA dari proses massa ke KIP.

    Bon IIA dari KIP ke proses.

    Bon IB dari cetak ke KIP.

    Bon IIB dari KIP ke coating.

  • 7/24/2019 08E00391

    39/94

    Setiap minggu dilakukan evaluasi kegiatan produksi dan setiap bulan

    dibuat laporan evaluasi ke bagian pemasaran, apakah kegiatan produksi

    memenuhi target atau tidak.

    3.2. Bagian Penyimpanan

    Bagian penyimpanan bertugas untuk mengelola penerimaan, penyimpan

    dan pengeluaran baik bahan baku, bahan kemasan, serta produk jadi, bagian ini di

    pimpin oleh seorang Asisten Manager Penyimpanan yang membawahi 4

    supervisor, yaitu :

    1. Supervisor Gudang Bahan Baku.

    2. Supervisor Gudang Bahan Kemas.

    3. Supervisor Gudang Bahan Jadi dan Ekspedisi.

    4. Supervisor Penimbangan Sentral.

    Alur proses pada bagian penyimpanan adalah sebagai berikut :

    a. Penerimaan.

    Barang yang dikirim oleh pemasok ke gudang penyimpanan disesuaikan

    dengan surat pesanan ( SP ) dari bagian pembelian. Oleh petugas penyimpanan

    setiap barang yang datang, harus diperiksa kesesuaiannya dengan SP dan

    dilakukan pemeriksaan secara visual. Jika telah sesuai, bagian pembelian

    membuat surat bukti titipan barang sementara ( BTBS ) dan di beri label kuning

    sebagai tanda bahwa barang tersebut berstatus karantina. BTBS juga berfungsi

    sebagai permohonan periksa yang di serahkan kepada bagian Laboratorium

    Pengujian.

  • 7/24/2019 08E00391

    40/94

    Apabila hasil pemeriksaan laboratorium ( HPL ) tidak lulus, maka bahan

    diberi label merah dan diberi tulisan DITOLAK kemudian dikembalikan kepada

    pemasok disertai surat pengembalian. Untuk bahan baku yang DILULUSKAN

    diberi label hijau oleh bagian Laboratorium Pengujian dan dibuat bon penerimaan

    bahan baku ( BPBB ) dan bon penerimaan bahan kemas ( BPBK ). Apabila sudah

    dinyatakan lulus, surat jalan ditanda tangani untuk penagihan pembayaran. Surat

    jalan tersebut di serahkan kepada bagian Pembelian sebagai data stok barang.

    Untuk bahan baku betalaktam penerimaan dilakukan dalam gudang tersendiri

    yang terdapat di dalam area Beta Laktam.

    Pada HPL terdapat jadwal uji ulang barang yang disimpan. Pemeriksaan

    ulang bahan aktif dilakukan setiap 1 tahun sekali, sedangkan untuk bahan

    tambahan di lakukan 2 tahun sekali. Jika hasil pemeriksaan ulang menyatakan

    barang tersebut sudah tidak memenuhi syarat lagi, maka barang tersebut diberi

    label DITOLAK kemudian dimusnahkan.

    b. Penyimpanan.

    Ruangan penyimpanan terbagi atas 4 ruang, di sesuaikan dengan sifat dan

    jenisnya untuk menjaga stabilitas barang digudang penyimpanan, yaitu :

    a. Ruang A

    Terbagi atas 4 bagian, yaitu ; ruang penerimaan bahan baku, ruang

    karantina bahan baku, produk jadi dan ekspedisi serta ruang sampling bahan baku.

    Ruang sampling bahan baku merupakan zona abu abu dan berada di bawah

    tanggung jawab Laboratorium Pengujian. Suhu ruang A ini diatur tidak lebih dari

    30C dan kelembaban ( Rh ) maksimal 75 % pengkondisian ruangan ini di

    lakukan hanya saat jam kerja.

  • 7/24/2019 08E00391

    41/94

    b. Ruang B

    Merupakan gudang penyimpanan bahan baku ( umumnya untuk bahan

    bahan pembantu ). Suhu ruang ini di monitor tidak boleh lebih dari 30 C dan

    kelembaban maksimal 75 % 5%. Pengkondisian ruangan ini dilakukan hanya

    pada saat jam kerja.

    c. Ruang C.

    Merupakan ruang penyimpanan bahan pengemas primer (misal :

    alumunium foil). Suhu ruang ini di monitor maksimal 25 C dan kelembaban

    maksimal 70 % 5 %, dikondisikan selama 24 jam.

    d. Ruang D.

    Merupakan ruang penyimpanan bahan baku, terutama bahan aktif. Suhu

    ruangan maksimal 25 C dan kelembaban maksimal 70 % 5 %, dikondisikan

    selama 24 jam. Ruangan ini dibagi 4 bagian, yaitu :

    Untuk bahan aktif produk lisensi.

    Untuk bahan baku non lisensi.

    Bagian ruang bersuhu kurang dari 8-15 C ( cool storage ). Untuk

    penyimpanan bahan aktif seperti dopamine HCL, ekstra kental saga, ekstra

    pekat sirih, dll.

    Untuk penyimpanan bahan baku yang masih dalam status KIP jika memang

    perlu kondisi penyimpanan khusus, bagian ini di batasi dengan garis kuning

    pada lantai. Untuk produksi yang reject di dalam area di batasi garis merah.

    Sistem penyimpanan yang digunakan dalam rak bawah merupakan bahan

    bahan yang sering di pakai, dan rak atas merupakan bahan bahan yang jarang

    di pakai, bahan dalam wadah ukuran kecil disimpan dalam lemari. Pengontrolan

  • 7/24/2019 08E00391

    42/94

    suhu dan kelembaban gudang dilakukan 2x sehari, yaitu pada pukul 09.00 pagi

    dan 14.00 siang. Pemeriksaan kebersihan gudang dilakukan 1x seminggu, seperti,

    ventilasi, atap, lantai dan dinding, serta melindungi bahan dari gangguan binatang,

    di lakukan pest control setiap 2 minggu sekali oleh pihak ketiga. Untuk barang

    barang yang mudah terbakar seperti aseton dan alcohol disimpan dalam gudang

    terpisah dengan gudang terpisah dengan gudang lain gudang api.

    c. Pengeluaran

    Pengeluaran bahan baku dari penyimpanan melalui penimbangan sentral (

    PS ) berdasarkan pada SPK dari PPPI kepada bagian produksi. Selanjutnya bagian

    PS akan mengeluarkan BPBB ke bagian penyimpanan. Bagian penyimpanan akan

    mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan tersebut. System pengeluaran di

    bagian penyimpanan menggunakan system FIFO ( First in First out ) dengan

    melihat nomor hasil pemeriksaan laboratorium dan system FEFO ( First expire

    First out ) untuk barang yang kadaluarsanya sangat pendek. Pengeluaran bahan

    pengemas dari gudang kemasan berdasarkan BPBP ( Bon Permintaan Bahan

    Pengemasan ) yang diserahkan oleh bagian produksi yang membutuhkan.

    Bagian penyimpanan berkoordinasi dengan bagian PPPI, setiap akhir

    bulan dilakukan stock opname barang yang dapat di lihat dari kartu stok bagian

    penyimpanan. Jika terjadi kekeliruan karena penulisan atau kesalahan apapun,

    maka harus dibuat berita acara.

    d. Penimbangan Sentral.

    Penimbangan sentral dipimpin oleh Supervisor Penimbangan Sentral (PS).

    Setelah SPK di keluarkan oleh PPPI kepada bagian produksi, maka bagian

    produksi akan meminta bahan baku yang dibutuhkan kepada PS dengan

  • 7/24/2019 08E00391

    43/94

    menyerahkan rencana produksi dan bahan baku, Catatan Pengolahan Batch ( CPB

    ) dan bon permintaan bahan baku ( BPBB ). Kemudian PS akan mengeluarkan

    bon permintaan bahan baku intern ( BPBI ) pada gudang bahan baku. Bila

    persediaan barang yang akan digunakan tidak tersedia atau tidak cukup maka

    gudang bahan baku akan mengeluarkan barang permintaan.

    PS memiliki 4 ruang penimbangan yaitu ruang 1, 2, 3 dan 4. ruang 1

    digunakan untuk penimbangan zat aktif golongan narkotika. Ruang 4 digunakan

    untuk penimbangan cairan dan gula dalam jumlah yang besar. Ruang 2 dan 3

    digunakan untuk menimbang bahan baku lainnya.

    3.3. Bagian Produksi

    Bagian produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk. Plant Jakarta dipimpin

    oleh seorang Manager yang membawahi 5 ( Lima ) bagian yang masing masing

    dipimpin oleh seorang Asisten Manager yaitu Bagian Formulasi I, Formulasi II,

    Formulasi III, Beta laktam dan Bagian Pengemasan.

    1. Bagian Formulasi I dan Narkotika.

    Bagian formulasi I dipimpin oleh seorang Asisten Manager yang

    membawahi 3 Supervisor yaitu Supervisor Granulagsi,Pencetakan dan

    Penyalutan. Alur proses produksi diawali dari bagian PPPI mengeluarkan SPK

    (Surat Perintah Kerja) kepada Bagian Formulasi I untuk melakukan produksi

    kemudian Bagian Formulasi I akan meminta bahan baku ke Penimbangan Sentral

    dengan menyertakan rencana produksi dan penimbangan bahan baku,Catatan

    Pengolahan Batch (CPB) yang dilampirkan dengan Berita Acara Produksi (BAP),

    Man Hour dan Machine Hour dan Bon Penyerahan Bahan Baku ( BPBB ). Bahan

  • 7/24/2019 08E00391

    44/94

  • 7/24/2019 08E00391

    45/94

    slugging dengan mesin roller compactor kemudian slug dihancurkan dan diayak

    menjadi granul. Ukuran granul sesuai dengan ukuran mesh pada mesin pengayak.

    Granul yang dihasilkan ditambahkan dengan fase luar dan dicampur dalam V-

    mixer selama lima menit. Massa yang telah terbentuk dikirim ke KIP untuk

    dilakukan pemeriksaan LOD granul, apabila diluluskan dilanjutkan ke proses

    pencetakan. Produk yang telah dicetak dikirim lagi ke KIP untuk diperiksa

    meliputi bobot tablet, diameter tablet, waktu hancur, kekerasan dan uji disolusi.

    Apabila lulus maka produk diserahkan kebagian pengemasan untuk dikemas.

    c. Cetak Langsung.

    Proses pembuatan tablet dengan metode cetak langsung diawali dengan

    proses pencampuran semua bahan pembantu, kemudian ditambahkan bahan aktif

    dan dilakukan pencampuaran dengan V-mixer. Massa yang dihasilkan dikirim ke

    KIP untuk diperiksa besarnya LOD di Laboratorium, setelah dinyatakan lulus

    kemudian dilakukan pencetakan. Produk ruahan hasil pencetakan dikirim lagi ke

    KIP untuk diperiksa meliputi bobot tablet, diameter tablet, waktu hancur,

    kekerasan dan uji disolusi. Apabila lulus maka produk diserahkan kebagian

    pengemasan untuk dikemas. Pada beberapa sediaan tablet dilakukan proses

    penyalutan. Tablet salut yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Pesero) Tbk.

    Plant Jakarta ada 2 jenis yaitu: Tablet salut gula dan tablet selaput film.

    Keutungan dari tablet salut antara lain:

    a. Memperbaiki mutu estetika produk

    b. Menutup rasa dan bau yang tidak enak.

    c. Memungkinkan produk yang lebih mudah ditelan oleh penderita

    d. Melindungi obat dan in aktivitas atau kerusakan oleh asam lambung.

  • 7/24/2019 08E00391

    46/94

    e. Memudahkan penanganan terutama pada pengemasan.

    f. Meningkatkan stabilitas produk.

    g. Memodifikasi pelepasan zat aktif.

    Macam macam tablet salut antara lain :

    a. tablet salut gula.

    Proses pembuatan tablet salut gula adalah tablet yang akan disalut

    dilakukan proteksi ( Protecting ) dengan melakukan larutan shellacatau polimer

    organik, hal ini bertujuan untuk melindungi tablet inti terhadap pengaruh bahan

    penyalut yang digunakan dalam penyalutan.

    Tablet yang telah diproteksi kemudian diberi bentuk dan penambahan

    bobot dengan proses sub coating yaitu melapisi tablet yang akan disalut untuk

    mencegah masuknya air kedalam inti tablet, kemudian dikeringkan selama

    semalam. Coating merupakan pelapisan yang dilakukan setelah inti tablet tertutup

    sampai tablet inti tidak tampak lagi, setelah proses ini juga dilakukan pengeringan

    selama semalam. Setelah tablet selesai di Coating, proses selanjutnya adalah

    smoothinguntuk membersihkan sisa Coating yang menempel pada tablet. Setelah

    smoothing selesai maka dilakukan pemberian warna (Coloring) yang juga

    merupakan salah satu identitas tablet tersebut, setelah pewarnaan selesai dan

    sempurna langkah selanjutnya adalahpolishing.

    b. Salut Selaput Film

    Proses yang dilakukan dalam proses penyalutan film adalah tahap

    pertama pelarutan bahan salut film kemudian dimasukkan kedalam alat

    penyemprot Accelacota. Penyalutan dilakukan terhadap tablet yang bergerak

  • 7/24/2019 08E00391

    47/94

    berputar, sampai semua bahan penyalut habis. Seleksi juga dilakukan pada tablet

    selaput namun tidak ada proses printing.

    Selanjutnya ruahan tersebut dikirim keKIP, kemudian disampling oleh IPC

    untuk dilakukan pemeriksaan oleh Laboratorium Pengujian. Bila hasilnya

    diluluskan dapat dilanjutkan untuk dikemas.

    d. Narkotika

    PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk. Plant Jakarta diberi hak khusus untuk

    memproduksi obat-obatan narkotika dan psikotropika. Berdasarkan Kep Men kes

    RI No. HK 00.65.6.01986 tanggal 26 juni 1994 tentang penunjukan PT. Kimia

    Farma ( Persero) Tbk. Sebagai perusahaan yang diberi izin untuk melaksanakan

    produksi dan distribusi narkotika di Indonesia. Kep Men Kes RI No. 199/Men

    Kes/SK/III/1996 tentang penunjukkan PBF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

    Depot sentral sebagai importir tunggal narkotika di Indonesia. Dalam

    pelaksanaannya, pemesanan narkotika dengan tujuan pendistribusian ke apotek-

    apotek seluruh Indonesia hanya bisa lewat PBF PT.Kimia Farma ( Persero) Tbk.

    Jakarta.

    Berbeda sedikit dengan alur proses produksi lainnya, untuk obat golongan

    narkotika terdapat perlakukan khusus. Mulai dari pembelian bahan baku oleh

    bagian impor harus mendapatka izin dari BPOM mengenai jumlah dan jenisnya

    berdasarkan kuota tiap tahun untuk Indonesia.

    Tugas penanggung jawaban narkotika adalah menerima dan menyimpan

    bahan baku narkotika dalam gudang tersendiri kemudian dilakukan pemeriksaan,

    jika lulus bahan baku siap dipakai. Bagian produksi akan menyerahkan BPBB dan

    CPB kePenimbangan Sentral jika SPK telah dikeluarkan oleh PPPI. Proses

  • 7/24/2019 08E00391

    48/94

    selanjutnya sama dengan produk lainnya dan pada setiap tahap produksi dibuatkan

    berita acara yang dilaporkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

    Pengiriman produk jadi ke Unit Logistik Sentral dilakukan oleh Penanggung

    Jawab Narkotika dan atau Asisten Apoteker Penanggung Jawab Gudang Narkotik.

    Bagian Pengemasan memilki tempat khusus yang digunakan untuk

    pengemasan produk narkotika. Gudang narkotika maupun ruangan karantina

    dipisahkan dengan gudang lain dengan perlindungan khusus seperti tertutup rapat

    tanpa jendela, atap bertralis dan memilki dua lapis pintu besi dengan kunci yang

    berbeda.

    2. Bagian Formulasi II

    Bagian Formulasi II dipimpin oleh Asisten Manajer dan membawahi

    beberapa Supervisor yaitu Supervisor Cairan, Supervisor Krim.

    a. Produksi Cairan

    Alur produksi cairan dimulai dari diturunkannya SPK oleh PPPI kepada

    Bagian Formulasi II. Selanjutnya Bagian Formulasi II akan menyerahkan CPB

    (Catatan Pengolahan Batch) dan BPBB kepada Penimbangan Sentral. Bahan baku

    yang telah ditimbang dilarutkan dan dicampur dalam suatu tangki, setelah

    homogen cairan dimasukkan dalam Colloid Mill untuk menghaluskan partikel-

    partikel. Campuran yang dihasilkan disaring dengan saringan yang berukuran 200

    mesh. Untuk cairan dalam bentuk suspensi, proses selanjutnya adalah

    pencampuran dengan suspending agent CMC Na. Massa yang terbentuk dikirim

    ke ruang karantina dan melewati proses pemeriksaan pH, viskositas dan kadar zat

    aktif oleh Laboratorium Pengujian. Setelah laboratorium menyatakan lulus

  • 7/24/2019 08E00391

    49/94

    (ditandai dengan menempelkan label berwarna hijau), bagian formulasi II akan

    mengajukan BPBK (Bon Permintaan Bahan Kemas) untuk dilakukannya

    pengemasan primer atau sering disebut juga pengisian massa dalam botol. Massa

    yang telah dimasukkan kedalam botol, kemudian dikirim keruang karantina

    sebagai produk ruahan. Setelah Laboratorium Pengujian menyatakan lulus,

    produk tersebut dikirim kebagian pengemasan untuk segera dikemas.

    b. Produksi Krim

    Alur produksi cairan dimulai dari diturunkannya SPK oleh PPIC kepada

    Bagian Formulasi II. Selanjutnya Bagian Formulasi II akan menyerahkan CPB

    dan BPBB kepada Penimbangan Sentral.

    Proses produksi dimulai dengan pembuatan basis krim dengan cara

    melarutkan fase air dan fase minyak sebagai bahan dasar. Pembuatan basis krim

    dilakukan dengan peleburan untuk fase minyak dan pelarutan untuk fase cair

    (dengan menggunakan heating tank), kemudian masing-masing fase disaring

    dengan nilon berukuran 200 mesh. Selanjutnya fase air dicampur dengan fase

    minyak dalam Planetary Mixer Miralles, sampai homogen. Campuran yang

    dihasilkan didinginkan sampai suhunya 30-35 C dan dilakukan penimbangan.

    Selanjutnya dilakukan pencampuran basis krim dengan bahan aktif, untuk

    membentuk massa krim. Massa krim yang diperoleh ditimbang dan dikirim ke

    ruang karantina. Selanjutnya Laboratorium Pengujian akan melakukan

    pemeriksaan homogenitas, pH, viskositas dan kadar zat aktif. Setelah

    Laboratorium menyatakan lulus, Bagian Formulasi II akan mengajukan BPBK

    untuk melakukan pengemasan primer terhadap massa krim tersebut. Massa krim

    yang telah dimasukkan dalam tube dikirim ke ruang karantina sebagai produk

  • 7/24/2019 08E00391

    50/94

    ruahan, dan mengalami pemeriksaan oleh Laboratorium Pengujian untuk

    selanjutnya dikirim kebagian pengemasan.

    c. Pengolahan Air Produksi

    Bagian Formulasi II juga bertanggung jawab terhadap proses pengolahan

    air yang digunakan untuk produksi Bagian Formulasi I, Formulasi II dan

    Formulasi III. Air yang dihasilkan digunakan untuk pembuatan sediaan cair,

    sediaan injeksi, sediaan tablet dan pencucian wadah seperti botol, tutup botol dan

    ampul.

    Proses pengolahan dimulai dari air yang berasal dari PAM yang

    dilewatkan ke dalam karbon filter sebanyak 2 kali. Kemudian pompa akan

    mendistribusikan cairan ke filter yang berlapis-lapis mulai ukuran 30 m, 10 m

    dan 5 m. Selanjutnya hasil penyaringan dimasukkan ke dalam membranReverse

    Osmose System (RO). Sistem tersebut akan mendistribusikan air kedalam empat

    bagian antara lain :

    1. Bagian pertama, air akan masuk kedalam tangki-tangki penampungan yang

    berkapasitas 5000 L, ait tersebut akan digunakan untuk pembuatan sediaan

    krim dan mencuci botol.

    2. Bagian kedua, air akan disaring dengan filter yang berukuran 1,5 m dan

    0,45 m yang kemudian digunakan untuk mencuci ampul.

    3. Bagian ketiga, air akan disaring dalam filter yang berukuran 1 m dan 0,2

    m yang kemudian digunakan untuk pembuatan sediaan cairan tablet.

    4. Bagian keempat, air akan dialirkan ke tangki unit destilasi kemudian

    dicatridge filter 2,5 m dan 0,2 m untuk proses pembuatan sediaan injeksi

    pada Formulasi III.

  • 7/24/2019 08E00391

    51/94

    3. Bagian Formulasi III

    Bagian Formulasi III dipimpin oleh seorang Asisten Manajer yang

    membawahi Supervisor Injeksi, Supervisor Sirup Kering dan Supervisor Kapsul.

    Bagian ini memproduksi injeksi, sirup kering dan kapsul.

    a. Pembuatan Injeksi.

    Bagian PPPI mengeluarkan SPK kepada Bagian Formulasi II untuk

    melakukan produksi. Bagian formulasi II menyerahkan Catatan Pengolahan Batch

    dan Bon Permintaan Bahan Baku kepada Penimbangan Sentral, setelah bahan

    baku diterima dari Penimbangan Sentral kemudian dilakukan proses pelarutan.

    Setelah dilakukan pelarutan kemudian ditambahkan aqua pro injeksi sampai

    volume tertentu dan dilakukan pengukuran pH massa injeksi kemudian massa

    dikirim ke KIP untuk dilakukan pemeriksaan meliputi bentuk, warna, pH dan

    kejernihan larutan, apabila diluluskan kemudian dilakukan penyaringan dengan

    filter ukuran 1,2 dan 0,45 kemudian dilakukan proses pengisian didalam

    ampul. Ampul dicuci dengan air Reverse Osmosis Sistem yang telah disaring

    menggunakan filter berukuran 1,5 dan 0,45 dan dikeringkan menggunakan

    Hot Air Sterilizerpada suhu 170 C selama 1 jam, kemudian dilanjutkan proses

    pengisian. Ampul yang telah diisi disterilkan dalam double door autoclavepada

    suhu 110 C selama 30 menit, kemudian dilakukan tes kebocoran menggunakan

    otoklaf selama 30 menit, dilanjutkan proses seleksi secara visual untuk memeriksa

    adanya partikel asing dengan menggunakan bantuan lampu TL. Produk yang

    diluluskan masuk ke Karantina In Proses sebagai produk ruahan, jika hasil telah

    memenuhi persyaratan dilanjutkan proses pengemasan.

  • 7/24/2019 08E00391

    52/94

    Proses sediaan injeksi dilakukan dalam ruangan steril yang berkaca tembus

    pandang untuk memudahkan pengawasan dari luar ruangan. Tekanan udara di

    dalam ruangan steril lebih tinggi dari pada di koridor untuk menghindari

    kontaminasi/pencemaran yang masuk ke ruang produksi. Pegawai yang masuk ke

    ruang steril harus melewati tiga pintu dan jumlah orang yang berada di ruang steril

    terbatas untuk empat orang, hal ini dilakukan untuk menghindari pencemaran

    ruangan. Pemeriksaan ruang steril dilakukan setiap satu bulan oleh bagian

    pengujian.

    Upaya pemeliharaan ruang steril dilakukan setiap hari dengan

    membersihkan semua ruang steril dengan alkohol, apabila pada saat proses

    pemeriksaan ruangan tidak memenuhi syarat maka dilakuakan fumigasi dengan

    sublimasi paraformaldehid didiamkan selama 24 jam, kemudian asap dikeluarkan

    dan untuk membersihkan sisa paraformaldehid digunakan amoniak 5% dan

    dilakukan pembersihan dengan aqua pro injeksi kemudian dilap dengan alkohol

    70%.

    b. Produksi kapsul

    Bagian PPPI mengeluarkan SPK kepada Bagian Formulasi III untuk

    melakukan produksi. Bagian Formulasi III menyerahkan Catatan Pengolahan

    Batch dan Bon Permintaan Bahan Baku kepada Penimbangan Sentral, setelah

    bahan baku diterima dari penimbangan sentral kemudian dilakukan proses

    pencampuran, sebelum dicampur dilakukan proses pengayakan terlebih dahulu

    dengan Vibrating sieve mesh35. Zat aktif dan zat tambahan dimasukkan ke dalam

    alat pencampur V-mixer selama 15 menit, kemudian ditambahkan fase luar dan

    dilakukan pencampuran kembali dengan V-mixer selama 5 menit. Massa kapsul

  • 7/24/2019 08E00391

    53/94

    dikirim ke Karantina In Proses untuk dilakukan pemeriksaan LOD, jika

    dinyatakan memenuhi syarat dilanjutkan proses pengisian kapsul dengan mesin

    Macofar atauMG2. Setelah selesai pengisian produk, dilakukan proses polishing

    dan seleksi kapsul kemudian dikirim ke Karantina In Proses untuk dilakukan

    pemeriksaan, jika diluluskan dilanjutkan ke proses pengemasan.

    c. Pembuatan Sirup Kering

    Bahan baku yang diterima dari Penimbangan Sentral diperiksa

    kesesuaiannya dengan CPB (Catatan Pengolahan Batch) dan BAP (Berita Acara

    Produksi) jika sesuai bahan dicampur dalam mortir porselin sampai homogen,

    dilakukan pengayakan dengan mesh 30 dilanjutkan pencampuran lagi dengan

    intensive mixer, selanjutnya pencampuran akhir dengan V-mixer,kemudian massa

    dikirim ke Karantina In Proses setelah dinyatakan lulus kemudian dilakukan

    pengisian kedalam botol yang telah dicuci dan dikeringkan dilemari pengering.

    Selama proses dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot dan kekerasan

    perekatan tutup botol dengan alat Torque meter setiap 30 menit yang bertujuan

    untuk mencetak kestabilan mesin. Produk yang telah selesai pengisian dikirim

    kembali ke Karantina In Proses untuk dilakukan pemeriksaan dan setelah

    dinyatakan memenuhi syarat, dilanjutkan ke proses pengemasan.

    4. Bagian Pengemasan

    Bagian pengemasan dipimpin oleh Asisten Manajer dan dibawahi oleh 6

    supervisor yaitu Supervisor Karantina In Proses, Supervisor Pengemasan Primer I

    (solid), Supervisor Pengemasan Primer II (semi solid/cairan), Supervisor

    Penandaan, Supervisor Pengemasan Sekunder I (solid), Supervisor Pengemasan

    Sekunder II (semi solid dan cairan). Bagian pengemasan pengemasan akan mulai

  • 7/24/2019 08E00391

    54/94

    bekerja setelah produk ruahan telah lulus dari Karantina In Proses. Semua produk

    ruahan dikemas sesuai dengan bahan pengemas yang telah ditentukan.

    Proses pengemasan ada dua macam yaitu Pengemasan Primer dan

    Pengemasan Sekunder. Tahap awal dan proses pengemasan primer yang

    dilakukan di zona abu-abu adalah stipping, blistering, labelling dan pengisian

    (counting) ke dalam botol. Selanjutnya dilakukan tahap pengemasan sekunder di

    Zona hitam yaitu pemberian etiket, sendok takar, printing nomor batch, printing

    expired date pada kemasan dus atau box dan printing HET ( Harga Eceran

    Tertinggi ) pada dus kemasan. Setelah pengemasan sekunder selesai kemudian

    dilakukan pemeriksaan akhir atau finished pack analysis yang meliputi

    pemeriksaan fisik pada produk jadi seperti : kesesuaian bahan pengemas dengan

    obat (botol,blister,tube,ampul), kesesuaian jumlah obat dalam kemasan,

    kelengkapan (etiket, sendok obat), pengamatan terhadap cacat yang ada, kerapian

    kemasan dan pengepakan, kesesuaian berat bruto.

    Uji kebocoran blister / strip dilakukan dengan menggunakan desikator

    kemudian blister / strip dimasukkan kedalam desikator yang telah diisi air yang

    telah diisi metylen blue sebagai indikator, kemudian divakumkan. Tekanan pada

    desikator dikurangi, sehingga terdapat kebocoran pada wadah akan terlihat

    gelembung udara dan tablet akan berwarna biru karena metylen blue. Jika terjadi

    kebocoran, maka mesin dihentikan dulu dan dapat di operasikan kembali setelah

    dilakukan perbaikan.

    5. Bagian Betalaktam

    Bagian Betalaktam yang merupakan bagian produksi yang khusus

    memproduksi antibiotik golongan betalaktam yaiti Ampisillin dan Amoxicillin.

  • 7/24/2019 08E00391

    55/94

    Lokasi pembuatan atau produksi golongan betalaktam terpisah dari bagian

    formulasi lain karena golongan Betalaktam bersifat kontaminan terhadap produk

    lain yang akan membahayakan bagi konsumen atau pasien, yaitu berupa reaksi

    alergi bagi orang yang peka terhadap golongan Betalaktam.

    Bahan aktif golongan Betalaktam disimpan di gudang penyimpanan

    Betalaktam, namun admistrasinya terpusat pada bagian penyimpanan. Bahan

    pembantu disimpan di gudang penyimpanan non Betalaktam. Penimbangan bahan

    pembantu di penimbangan sentral produksi non Betalaktam.

    Setiap karyawan yang masuk ataupun yang keluar dari Betalaktam harus

    melewati ruang antara yang dilengkapi oleh sistem Air Shower untuk

    menghilangkan partikel-partikel yang menempel pada pakaian kerja, setelah

    selesai atau keluar dari ruangan produksi Betalaktam diharuskan mandi lebih

    dahulu.

    Produk golongan Betalaktam yang diproduksi antara lain : Ampicillin

    sirup kering, Ampicillin 25 mg tablet, Ampisillin 250 mg tablet, Ampicillin 500

    mg tablet, Amoxicillin sirup kering, Amoxicillin 250 mg kapsul, Amoxicillin 500

    mg kaplet, Kimoxil 500 mg kapsul branded.

    a. Pembuatan tablet

    Alur pembuatan tablet dengan granulasi kering adalah bahan-bahan yang

    diperlukan ditimbang di Penimbangan Sentral kemudian dicampur hingga

    homogen didalamBin Tumbling Mixer.Massa tablet yang terbentuk (Ampicillin)

    dislugging 1-2 kali hingga diperoleh granul yang kompak dengan mesin Roller

    Compactor. Proses berikutnya adalah pengayakan dengan menggunakan alat

    oscilating granulatingdengan mesh tertentu. Granul ditimbang dan dicampurkan

  • 7/24/2019 08E00391

    56/94

    dengan fase luarnya dengan mesin.Massa tablet disimpan di Karantina In Proses

    dan dilakukan pemeriksaan Bin Tumbling Mixer LOD.

    Bila diluluskan, massa tablet dikirim ke pencetakan tablet. Setelah

    pencetakan, produk ruahan yang jadi akan kembali ke Karantina In Proses untuk

    dilakukan pengujian meliputi kadar zat aktif, waktu hancur, disolusi, kekerasan

    dan sebagainya.

    Alur pembuatan tablet cetak langsung adalah bahan baku yang telah

    dicampur hingga homogen dengan mesin Diosna. Massa tablet dikirim ke

    Karantina In Proses untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dan apabila

    diluluskan massa tablet dikirim ke pencetakan. Selanjutnya dilakukan pencetakan

    dengan mesin Rotary Tablet Press. Produk ruahan yang telah jadi dikirim ke

    Karantina In Proses untuk dilakukan pengujian. Jika memenuhi syarat, produk

    ruahan dapat dilanjutkan keproses pengemasan.

    b. Pembuatan Sirup Kering

    Sirup kering Betalaktan memproduksi dua jenis sediaan yaitu Ampicillin

    sirup kering dan Amoxicillin sirup kering, PPPI memberikan Surat Perintah Kerja

    (SPK) kepada bagian Betalaktam untuk memproduksi. Bagian Betalaktam

    menyerahkan Catatan Pengolahan Batch (CPB) kepada Supervisor Proses Sirup

    Kering. Supervisor Sirup Kering menyerahkan Bon Permintaan Bahan Baku

    (BPBB) dan CPB ke Penimbangan Sentral.

    Selanjutnya bahan baku diserahkan kepada operator pencampuran

    kemudian dilakukan pencampuran dengan alat Diosna dan V-mixer selama 15

    menit dan ditambahkan bahan pelicin. Massa sirup kering dikirim ke Karantina In

    Proses untuk diperiksa oleh Bagian Laboratorium Pengujian. Massa sirup kering

  • 7/24/2019 08E00391

    57/94

    yang telah lulus dari pemeriksaan Laboratorium, kemudian dikirim ke maklooner

    untuk dilakukan pengisian sampai dengan pengemasannya.

    c. Pembuatan kapsul

    Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PP Produksi)

    memberikan SPK kepada bagian Betalaktam untuk produksi. Bagian Betalaktam

    menyerahkan Catatan Pengolahan Batch (CPB) kepada Supervisor Proses Kapsul.

    Supervisor ini menyerahkan Bon Permintaan Bahan baku (BPBB) dan CPB

    kepada Penimbangan Sentral.

    Bahan baku dari Penimbangan Sentral diserahkan kepada operator

    pencampuran untuk dilakukan pencampuran. Proses selanjutnya adalah proses

    pencampuran dengan menggunakan mesin Bin Tumblinghingga homogen. Massa

    yang terbentuk bila perlu diayak dengan alat Oscilating Granulating dan disimpan

    di ruang Karantina In Proses untuk dilakukan pengujian oleh petugas

    laboratorium.

    Proses selanjutnya yaitu pengisian massa kapsul ke dalam kapsul, jika

    massa telah memenuhi syarat dan telah diluluskan. Lalu dilakukan proses

    Polishing dan seleksi kapsul kemudian dikirim ke Karantina In Proses untuk

    dilakukan pemeriksaan, jika diluluskan dilanjutkan keproses pengemasan

    d. Proses pengemasan

    Seksi pengemasan Betalaktam bertugas mengemas semua produk yang

    dihasilkan oleh bagian Betalaktam. Proses pengemasan dimulai saat produk

    ruahan dinyatakan lulus pemeriksaan laboratorium. Produk ruahan dilakukan

    pengemasan primer di zona abu-abu dan pengemasan sekunder di zona hitam.

  • 7/24/2019 08E00391

    58/94

    Pada sediaan tablet atau kapsul, produk ruahan dilakukan pengemasan

    primer dengan cara strippingkemudian diserahkan kepada Pengemasan Sekunder.

    Setelah Pengemasan Skunder dikirim ke gudang penyimpanan produk jadi

    dengan disertai BPPJ ( Bon Penyerahan Produk Jadi) setelah lulus finished pack

    analysis.

    3.4. Bagian Pengelolaan Mutu dan Validasi

    1. Bagian Pengelolaan Mutu

    Pengelolaan mutu dikepalai oleh manajer pengelolaan mutu yang

    membawahi tiga bagian, yatu Bagian Teknologi Formulasi, Bagian Pemastian

    Mutu dan Bagian Laboratorium Pengujian.

    a. Teknologi Formulasi

    Bagian ini dikepalai oleh seorang Asisten Manajer yang membawahi

    tiga Supervisor, yaitu Supervisor Evaluasi Formula, Supervisor Evaluasi Bahan

    Kemas, Supervisor Penanganan Produk Baru. Supervisor Evaluasi Formulasi

    bertugas melakukan kegiatan perbaikan evaluasi formula produk dan membuat

    rancangan formula di CPB, evaluasi perbaikan sistem dan prosedur pada proses

    produksi, dan evaluasi efisiensi bahan baku.

    Supervisor Evaluasi Bahan Kemas bertugas melakukan evaluasi perbaikan

    komposisi bahan pengemas dan membuat rancangan formula di CPSB, evaluasi

    perbaikan sistem dan prosedur pada proses pengemasan, memeriksa art work dan

    contoh cetak serta membuat laporan pemeriksaan. Supervisor Evaluasi Bahan

    Kemas juga bertugas melakukan pembinaan SDM dilingkungan evaluasi formula.

  • 7/24/2019 08E00391

    59/94

  • 7/24/2019 08E00391

    60/94

    administrasi dan penyimpanan dokumen produksi dan contoh pertinggal serta

    mengawasi pelaksanaan kegiatan pengambilan dan penyimpanan contoh

    pertinggal.

    Dokumen produksi dan contoh pertinggal disimpan selama 5 tahun.

    Contoh pertinggal disimpan pada tempat yang memiliki suhu dan kelembaban

    yang kurang lebih sama dengan keadaan dipasaran yaitu pada suhu kamar. Untuk

    contoh pertinggal narkotika disimpan pada lemari khusus. Banyaknya contoh

    pertinggal minimal cukup untuk dua kali pemeriksaan lengkap. Contoh pertinggal

    mewakili alur proses setiap batch atau lot produk. Selain sebagai dokumen,

    dokumen produksi dan contoh pertinggal berfungsi pada saat melakukan

    investigasi terhadap adanya keluhan pelanggan baik keluhan pelanggan terhadap

    jumlah maupun mutu.

    Supervisor Kalibrasi Instrumen Laboratorium bertugas mengawasi dan

    melaksanakan kalibrasi Instrumen Laboratorium, mengawasi dan melaksanakan

    administrasi, pencatatan, perhitungan dan membuat laporan hasil kalibrasi. Selain

    itu, bagian ini juga mengawasi dan memonitoring jadwal kalibrasi serta

    menetapkan periode kalibrasi instrumen laboratorium dan metode kalibrasinya.

    c. Laboratorium Pengujian

    Bagian Laboratorium Pengujian terdiri dari delapan Supervisor, yaitu

    Supervisor Sampling Bahan Baku, Supervisor Pemeriksaan Bahan Baku,

    Supervisor Pemeriksaan Bahan kemas, Supervisor Pemeriksaan Produk Antara,

    Supervisor Pemeriksaan Mikrobiologi, Supervisor Pemeriksaan Produk Jadi,

    Supervisor IPC Betalaktam dan Supervisor IPC Non Betalaktam.

  • 7/24/2019 08E00391

    61/94

    Supervisor Sampling Bahan Baku melakukan sampling dengan rumus n

    + 1 atau 1/2 n + 1 atau melakukan sampling secara keseluruhan. Bahan baku

    yang di sampling secara keseluruhan biasanya memiliki faktor kritis yang

    bermasalah contohnya viskositas pada Na-CMC.

    Supervisor Pemeriksaan Bahan Baku melakukan analisa berdasarkan

    beberapa literatur yang mendukung data tersebut. Analisa tidak lengkap biasanya

    dilakukan pada bahan baku yang berasal dari suplier yang sudah dipercaya.

    Supervisor pemeriksaan Bahan Kemas memeriksa kesesuaian bahan

    kemas dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Pemeriksaan yang dilakukan

    meliputi pemeriksaan secara fisik sesuai desain yang telah ditetapkan.

    Supervisor Pemeriksaan Produk Antara memeriksa kadar zat aktif dari

    produk antara yang dihasilkan untuk dosis kurang dari 50 mg dilakukan

    pemeriksaan keseragaman kandungan kadar. Sedangkan untuk produk dengan

    dosis lebih dari 50 mg, dilakukan pemeriksaan LOD yang dilanjutkan dengan

    pemeriksaan kadar.

    Supervisor Pemeriksaan Mikrobiologi melakukan pengujian pada air,

    bahan baku, uji sterilitas sediaan injeksi, produk ruahan sirup dan ruangan. Uji

    mikrobiologi dilakukan untuk memastikan bahwa produk bebas dari

    mikroorganisme pathogen dan jamur.

    Supervisor Pemeriksaan Produk Jadi melakukan analisa lengkap terhadap

    produk ruahan dan produk yang sudah jadi (Finished Goods) meliputi

    pemeriksaan fisik dan kimia suatu produk (Pemeriksaan kebocoran, waktu

    kadaluarsa, nomor batch, nomor registrasi, etiket).

  • 7/24/2019 08E00391

    62/94

    Supervisor Pemeriksaan IPC Betalaktam dan Non Betalaktam, melakukan

    pemeriksaan IPC pada semua produk, pada saat proses pencetakan/pengisian.

    2. Validasi

    PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta memiliki suatu tim validasi

    yang bertugas melakukan validasi seluruh komponen produksi, meliputi validasi

    proses, validasi metode analisa, validasi pembersihan dan kualifikasi peralatan.

    Validasi metode analisa merupakan tindakan pembuktian pada suatu

    proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan bahwa

    karakteristik kinerja sutu prosedur memenuhi persyaratan aplikasi analitik yang

    dimaksudkan. Jenis prosedur analitik yang harus divalidasi pada umumnya

    meliputi : uji kuantitatif (penetapan kadar atau potensi), uji kuantitatif kandungan

    cemaran dan uji batas untuk mengetahui kandungan cemaran.

    Parameter-parameter yang harus diukur dalam suatu penelitian validasi

    meliputi :

    a. Akurasi

    b. Presisi

    c. Ketegaran (robustness)

    d. Linearitas

    e. Rentang

    f. Selektivitas (kespesifikan)

    g. Batas deteksi

    h. Batas kuantitas

    Validasi pembersihan (Cleaning Validasi) merupakan suatu tindakan

    pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa prosedur

  • 7/24/2019 08E00391

    63/94

    pembersihan/sanitasi/higiene maupun menghilangkan kontaminan/ debu (bahan

    aktif / tambahan, detergen, mikroba) dari mesin sehingga memenuhi spesifikasi

    yang diharapkan.Validasi bertujuan untuk menjamin bahwa prosedur pembersihan

    tidak mengubah kualitas (safety, identity, strength, quality, purity) produk yang

    dibuat.

    Kualifikasi peralatan adalah suatu metode yang digunakan untuk

    mendokumentasi seluruh kegiatan yang bertujuan untuk menjamin bahwa alat

    yang dikualifikasi sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Kualifikasi

    peralatan mencakup :Design Qualification (DQ),Installation Qualification (IQ),

    Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ)

    .

    3.5. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan

    PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant. Jakarta sebagai industri farmasi,

    menjalankan kegiatan produksi berupaya agar sekecil mungkin menimbulkan

    dampak pencemaran terhadap lingkungan dengan menerapkan CPOB.

    Perwujudan upaya tersebut dengan adanya suatu unit pengolahan limbah yang

    bertanggung jawab dalam sistem pengolahan limbah dan kesehatan lingkungan

    yang dikenal dengan K3L. Tujuan K3L adalah untuk mencegah terjadinya

    kecelakaan kerja, mencegah penyakit akibat kerja, mencegah penyakit akibat

    hubungan kerja dan pengolahan lingkungan hidup. Sedangkan fungsi dari K3L itu

    sendiri adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja mulai dari karyawan

    tersebut berangkat, sampai tiba di tempat kerja, selama bekerja dan sampai

    kembali kerumahnya.

  • 7/24/2019 08E00391

    64/94

    1. Keselamatan Kerja

    Program yang dilakukan K3L untuk keselamatan karyawan antara lain :

    a. Pembuatan lembar data keselamatan karyawan, pembuatan petugas P3K dan

    penyediaan kotak P3K ditempat kerja.

    b. Pelatihan pemadam kebakaran satu kali seminggu setiap hari jumat, tentang

    tata cara penggunaan hydrantdan pemadam kebakaran api kecil.

    c. Inspeksi tempat kerja yang dilakukan satu minggu dari satu bagian kebagian

    yang lain. Meliputi : keselamatan tangga darurat, keselamatan kimia, biologi,

    dan monitoring alat bantu dan gerak.

    d. Pelatihan keselamatan kerja untuk karyawan baru dan lama tentang

    keselamatan dan bahaya kerja yang dilakukan satu tahun sekali dan materi

    disesuaikan pada masing-masing bagian.

    e. Pemasangan tanda rambu Hollow Point tanggap darurat, yaitu tempat untuk

    berkumpulnya karyawan bila terjadi bencana alam misalnya gempa dan

    kebakaran.

    f. Membuat tanda-tanda peringatan tentang keselamatan kerja ditempat-tempat

    tertentu misalnya : tempat produksi Betalaktam dan Non Betalaktam, bengkel,

    gudang, penimbangan sentral, dan lainnya.

    g. Menyediakan alat pelindung diri bagi karyawan seperti : helm, google

    (pelindung mata), up front (pelindung dada), ear muft atau ear plug (untuk

    pelindung telinga), masker hidung, celana hernia (safety belt), dan safety

    shoes.

    h. Mengadakan pemeriksaan untuk karyawan tertentu, misalnya : pemeriksaan

    audiometric 2 kali setahun (Juli dan Desember) terutama bagi karyawan yang

  • 7/24/2019 08E00391

    65/94

    bekerja pada daerah dengan tingkatan kebisingan yang tinggi, pemeriksaan

    mata 1 kali setahun, dan pemeriksaan urin dan darah lengkap serta rontgen 1

    kali setahun.

    2. Pengelolaan Limbah

    a. Pengolahan limbah PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta

    PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta dalam pengelolaan limbah

    mengacu pada undang-undang No.23 tahun 1997, berusaha terus menerus

    melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan, terutama dalam pengelolaan

    limbah padat maupun cair. Pembangunan 1 buah unit Instalansi Pengolahan Air

    Limbah (IPAL) yang telah memperoleh Izin Pembangunan Limbah Cair (IPLC)

    dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BPLHD). PT. Kimia

    Farma (Persero) Tbk. Plant jakarta juga melakukan pembuangan limbah padat