25-46-1-sm

Upload: abdi-wijaya

Post on 17-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 25-46-1-SM

    1/7

    Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1ISSN 0854 - 0098

    43

    GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM BIDANGKESEHATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN TB(TUBERCOLUSIS) PARU DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

    TAHUN 2013

    SCIENTIFIC ARTICLES

    DEPICTION OF THE ROLE OF THE FAMILY FOR PREVENTING

    INFECTION OF TB (Tubercu los is) LUNG DISEASE IN WEST LOMBOK

    ON 2013

    Agus Supinganto1, I Ketut Metri

    2, S. Supriyanto

    3.

    1.Dosen tetap STIKES Yarsi Mataram.

    2.Perawat Puskesmas Gunung Sari

    Kabupaten Lombok Barat.3.Dosen tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Air langga Surabaya.

    ABSTRAK

    Kasih sayang di dalam keluarga akan menghasilkan suasana emosional yangmempengaruhi kesehatan anggota keluarga itu sendiri secara positif, termasuk dalampencegahan penularan penyakit Tubercolusis. Penelitian ini bertujuan untukmengidentifikasi peran keluarga terhadap pencegahan penularan TB (Tubercolusis) parudi Kabupaten Lombok Barat dengan harapan penelitian ini dapat bermamfaat baiksecara teoritis maupun secara praktis.

    Penelitian ini menggunakan desain survei deskriptif dengan pendekatan surveirumah tangga (Household Survey). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluargadengan salah satu anggota keluarga menderita penyakit TB paru dengan BTA (+) diKabupaten Lombok Barat yang berjumlah 563 pada tahun 2011. Besar sampel

    penelitian ini berjumlah 85 dengan menggunakan metode Purposive Sampling.Sedangkan instrument Pengumpulan data menggunakan Cheklist.Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam pencegahan penularan penyakitTB Paru di Kabupaten Lombok Barat (44.71%) berada dalam kategori kurang yakni,(29.02%) keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya, (44.12%)keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagikeluarga. (74.12%) keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarga, (31.76%)memodifikasi lingkungan rumah untuk meningkatkan kesehatan keluarga, dan (83.53%)keluarga Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

    Kata kunci : Kesehatan, Penularan, Peran Keluarg a.

    ABSTRACT

    Affection in the family will produce an emotional atmosphere that affect the healthof the family members themselves positively, including in the prevention of Tuberculosisdisease infection. This study aimed to identify the role of the family to prevent theinfection of TB (Tuberculosis) in West Lombok lung disease so that this research can beuseful both theoretically and practically.

    This study used a descriptive survey design approach household survey(Household Survey). The populations in this study were all families with a family membersuffering from pulmonary tuberculosis by BTA (+) in West Lombok, which 563 people in2011. The sample quantities of this study are 85 by using purposive sampling method.While the data collection instrument using the checklist.

    Data is presented in narrative form, frequency distribution tables and percentages.

    The results showed that the role of families in preventing infection of TB disease in West

  • 7/23/2019 25-46-1-SM

    2/7

    Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1ISSN 0854 - 0098

    44

    Lombok ( 44.71 % ) were in the poor category , ( 29.02 % ) families identify healthproblems family members , ( 44.12 % ) families make the decision to take actionappropriate health for the family . (74.12%) families providing care to family members,(31.76%) modifying the home environment to improve the health of the family, and(83.53%) Utilize family health care facility.

    Keyw ords : Health, Infectio n, Family Roles.

    PENDAHULUAN

    Kesehatan masyarakat telah lamamenjadi prioritas dalam pembangunanNasional. Keluarga sangat menentukanberhasil tidaknya program pemerintahuntuk membebaskan masyarakat dariberbagai masalah kesehatan, karena

    keluarga merupakan sistem atau unitterkecil dari masyarakat yang mempunyaikomitmen dan keterikatan antar anggotakeluarga yang senatiasa salingketergantungan meliputi kewajiban yangsekarang hingga kewajiban dimasa yangakan datang (Setiawati, 2010).

    Kasih sayang di kalangan keluargaakan menghasilkan suasana emosionalyang mempengaruhi kesehatan anggotakeluarga itu sendiri secara positif,termasuk dalam pencegahan penularanpenyakit Tubercolusis Paru yang selama

    ini masih sangat sulit untuk diselesaikanbaik dari sisi angka kematian (Mortalitas)maupun angka kejadian penyakit(Morbiditas).

    Peningkatan penularan TB paru saatini bisa dijadikan barometer sejauh manaakselerasi program pemerintah dalambidang kesehatan khususnya dalampencegahan penularan penyakit TB, selainitupeningkatan penularan TB tersebutmenjadi salah satu gambaran kondisisumber daya manusia di dalam suatukeluarga.

    Pencegahan penularan TB parumembutuhkan perhatian yang lebih seriusdari semua pihak karena TB parumerupakan penyakit menular langsungyang di sebabkan oleh kuman TB(Mycobacterium tuberculosis), sebagianbesar kuman TB menyerang paru tetapidapat juga mengenai organ lainnya.(Depkes RI, 2002).

    Kuman penyebab tuberculosis adalahmycobacterium tuberculosis. Basil ini tidakberspora sehingga mudah dibasmi denganpemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Basil ini sukar diwarnai ,tetapi

    berbeda dengan basil lain, setelahdiwarnai tidak dapat dibersihkan lagi darifuchsin atau meetilenblauw oleh cairanasam sehingga biasanya disebut BasilTahan Asam (BTA). Pewarnaan ZiehlNeelsen biasanya digunakan untukmenampakkan basil ini. Ada dua macammikrobakteria penyebab tuberculosis, yaitu

    type human dan type bovin. Basil typebovin berada dalam susu sapi yangmenderita mastitis tuberkulosa dan biladiminum dapat menyebabkan tuberculosisusus. Basil type human berada di bercakludah (droplet) diudara yang berasal dari

    penderita TBC terbuka. Orang yang rentandapat terinfeksi TBC bila menghirupbercak ini. Ini merupakan cara penularanterbanyak. (R. Sjamsuhidajat,Wim de jong,2004)

    Batuk terus menerus dan berdahakselama 3 ( tiga ) minggu atau lebih, dahak

    bercampur darah, batuk darah, sesaknapas disertai rasa nyeri dada, badanlemah, nafsu makan menurun, berat badanturun, rasa kurang enak badan ( malaise),berkeringat malam walau tanpa kegiatan,demam meriang lebih dari sebulanmerupakan gejala yang lazim ditemukanpada penderita TB. Jika terdapat gejala-gejala tersebut diatas, harus dianggapsebagai seorang Suspek tuberculosis dan perlu dilakukan pemeriksaan dahaksecara mikroskopik langsung ( Depkes RI,2002).

    Sumber penularan TB paru yaknipenderita TB paru itu sendiri yang sudahtermasuk BTA positif. Pada waktu batukatau bersin, penderita menyebarkankuman ke udara dalam bentuk droplet(percikan dahak), droplet tersebut terhirupkedalam saluran pernapasan. Kuman TBtersebut dapat menyebar dari paru - parukebagian tubuh lainnya melalui sistimperedaran darah, system saluran limfe,saluran nafas atau penyebaran langsungkebagian tubuh lainnya. ( Depkes RI,2002).

  • 7/23/2019 25-46-1-SM

    3/7

    Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1ISSN 0854 - 0098

    45

    Kabupaten Lombok Barat merupakansalah satu Kabupaten di Indonesia dengan

    jumlah kasus TB paru cukup besar yakni563 kasus TB paru BTA (+) pada tahun2011. Pada sisi lain pemerintah Kabupaten

    Lombok Barat terus berupayameningkatkan jumlah tenaga kesehatandan fasilitas kesehatan setiap tahunnyayang bertujuan untuk meningkatkannyamutu pelayanan kesehatan, sehinggatindakan promotif dan preventif bisadikedepankan untuk mencegah terjadinyapenularan penyakit TB paru. (DikesKabupaten Lobar, 2012)

    Peningkatan jumlah teinaga danfasilitas kesehatan tersebut bukan menjadi

    jaminan kasus penularan TB paru dapatditurunkan secara signifikan, selain

    pengobatan yang dilakukan secara totalmemaksimalkan peran keluarga dalambidang kesehatan menjadi salah satu carapencegahan penularan TB paru yangcukup efektif, yakni keluarga bisamengenal dan mencegah sedini mungkinfaktor resiko penyebab terjadinyapenularan penyakit TB paru.

    Memaksimalkan peran keluarga dalambidang kesehatan terutama dalampencegahan penularan TB paru menjadisalah satu langkah strategis yang bisadiprioritaskan pemerintah untuk dijadikan

    suatu kebijakan karena keluargamerupakan satu kelompok atausekumpulan manusia yang hidup bersamasebagai satu kesatuan unit masyarakatyang terkecil dan biasanya ada hubungandarah, ikatan perkawinan, atau ikatan lain.Mereka hidup bersama dalam satu rumah,dibawah asuhan seorang kepala keluargadan makan dari satu periuk (Setiawati S,2010).

    Penelitian ini bertujuan untukmengidentifikasi peran keluarga terhadappencegahan penularan TB paru di

    Kabupaten Lombok Barat.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitiansurvey deskriptif dengan pendekatansurvei rumah tangga (Household Survey)

    yang ditujukan kepada rumah tangga yangdilaksanakan selama dua bulan mulai daripertengahan Mei sampai pertengahanbulan Juli tahun 2013. Data primerdiperoleh langsung dari keluaragapenderita TB paru BTA + dengan

    menggunakan checklistsebagai instrumen

    pengambilan data penelitian serta daripengamatan peneliti, sedangkan dataskunder diperoleh dari dinas kesehatankabupaten Lombok Barat

    Populasi dalam penelitian ini adalah

    semua keluarga dengan salah satuanggota keluarga menderita TB Paru BTA+ di Kabupaten Lombok Barat yangberjumlah 563 kasus pada tahun 2011.Sedangkan sampel pada penelitian inimenggunakan metode PurposiveSampling, dengan besar sampel sebanyak

    85 kasus yakni anggota keluarga yangkoperatif dan yang paling mengetahuiriwayat perjalanan penyakit penderita TBparu BTA +.

    Pada penelitian ini data disajikandalam bentuk narasi, tabel distribusi

    frekuensi dan persentase., kemudian datadiklasifikasikan menjadi dua kelompokdata, yaitu data kuantitatif yang berbentukangka-angka dan data kualitatif yangdinyatakan dengan kata-kata. Datakualitatif yang berbentuk kata-kata tersebutdisisihkan untuk sementara, karena akansangat berguna untuk menyertai danmelengkapi gambaran yang diperoleh darianalisis data kuantitatif. Data yangdiperoleh dari angket atau ceklist,dijumlahkan atau dikelompokkan sesuaidengan bentuk instrumen yang digunakan

    kemudian di kategorikan berdasarkanpersentase yang telah ditentukan dengankriteria skor yakni, Skor 76% - 100%(Baik), Skor 56% - 75% (Cukup.) dan Skor< 56% (Kurang.).

    Salah satu pengamatan yangdilakaukan pada tahap analisis deskriftifadalah pengamatan terhadap tablefrekuensi. Table frekuensi terdiri darikolom-kolom yang memuat frekuensi danpersentase untuk setiap katagori

    HASIL PENELITIAN

    Kabupaten Lombok Barat merupakansalah satu Kabupaten/Kota di ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak disebelah barat pulau Lombok. Secarageografis Kabupaten Lombok Baratterletak antara115

    0,46- 116

    0.20 Bujur

    Timur, dan 80.25 sampai dengan 8

    0.55

    Lintang Selatan, dan mempunyai luaswilayah + 62,30 Km

    2. Nilai skor setiap

    responden tentang peran keluarga dalambidang kesehatan terhadap pencegahanpenularan penyakit TB Paru di Kabupaten

    Lombok Barat adalah sebagai berikut

  • 7/23/2019 25-46-1-SM

    4/7

    Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1ISSN 0854 - 0098

    46

    dengan nilai dari skor yang telah diperolehdari responden kemudian digolongkan

    menurut kriteria yang telah ada.

    Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut peran keluarga dalam bidang

    kesehatan pada penderita TB Paru BTA + di Kabupaten Lombok Barat

    tahun 2013.

    NoPeran Keluarga DalamBidang Kesehatan padapenderita TB paru BTA +

    Ya TidakKategoriRata-

    rata%

    Rata-rata

    %

    1Mengenal masalah kesehatankeluarga

    24.67 29.02% 60.33 70.98% Kurang

    2Mengambil keputusan untukmelakukan tindakan yangtepat bagi keluarga

    37.50 44.12% 47.50 55.88% Kurang

    3Memberikan keperawatananggotanya yang sakit

    63.00 74.12% 22.00 25.88% Cukup

    4

    Memodifikasi lingkungan

    keluarga untuk menjaminkesehatan keluarga 27.00 31.76% 58.00 68.24% Kurang

    5Memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatandisekitarnya bagi keluarga

    71.00 83.53% 14.00 16.47% Baik

    Sumber: Data primer, 2012

    Dari tabel 1 (satu) di atasmenggambarkan peran keluarga dalambidang kesehatan yang paling dominanyaitu peran dalam memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatan disekitarnya bagikesehatan anggota keluarga yang

    menderita penyakit TB sebanyak 71.00orang (83,53%) yang termasuk dalamkategori baik dan diikuti oleh peran

    keluarga dalam memberikan perawatanpada anggota keluarga yang sakit yakni,63.00 (74.12%) yang termasuk dalamkategori cukup, dan yang paling rendahadalah peran dalam bidang kesehatanuntuk memodifikasi lingkungan untuk

    menjamin kesehatan keluarga yakni, 27.00(31.76%) yang termasuk dalam kategorikurang.

    Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Peran Keluarga dalam bidangkesehatan terhadap pencegahan penularan TB BTA + di KabupatenLombok Barat Tahun 2013.

    NoPeran Keluarga Dalam BidangKesehatan pada penderita TB paruBTA +

    Frekuensi Persentase (%)

    1 Baik 15 17.65%

    2 Cukup 32 37.65%

    3 Kurang 38 44.71%

    Jumlah 85 100.00%Sumber: Data primer, 2013

    Dari tabel 2 (dua) di atasmenggambarkan aplikasi peran keluargaterhadap pencegahan penularan TB dikabupaten Lombok Barat ditemukan yangbaik yaitu 15 keluarga (17.65%),kemudian yang cukup 32 keluarga(37.65%), dan tidak ada keluarga yangtidak memiliki peran terhadap anggotakelurganya yang menderita penyakitmenular seperti TB paru.

    PEMBAHASAN

    Perkembangan teknologi informasiyang sangat pesat saat ini tidakmemberikan pengaruh yang sinifikanterhadap peningkatan pelaksanaan perankeluarga dalam bidang kesehatan. Secaraperlahan-lahan tetapi pasti peran keluargamengalami pengikisan, khususnya dalampencegahan penularan penyakit menular

    seperti TB paru.

  • 7/23/2019 25-46-1-SM

    5/7

    Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1ISSN 0854 - 0098

    47

    Berdasarkan penelitian yang dilakukanpada 85 responden di kabupaten LombokBarat tahun 2013 terlihat bahwa 38(44.71%) keluarga termasuk kategorikurang dalam melaksanakan perannya

    dalam pencegahan penularan penyakit TBParu, 32 (37.65%) dalam kategori cukupdan hanya 15 (17.65%) dalam kategoribaik.

    Masalah tersebut menjadi salah buktibelum berhasilnya keluarga dalammenjaga kesehatan anggota keluarga.Rendahnya peran keluarga tersebutmenjadi faktor penyebab terusmeningkatnya angka kasus penularanpenyakit TB paru di berbagai daerah tidakterkecuali kabupaten Lombok Barat.Pengetahuan keluarga akan penularan

    penyakit TB paru menjadi faktor utamabelum terlaksananya peran keluargadalam bidang kesehatan dengan baik.Oleh karena itu pendidikan kesehatankelarga penting untuk dijadikan prioritasdalam berbagai.

    Lingkungan keluarga menjadi awalpencegahan penularan penyakit TB Paruyang efektif, karena keluarga merupakansistem atau unit terkecil dari masyarakatyang mempunyai komitmen danketerikatan antar anggota keluarga yangsenatiasa saling ketergantungan meliputi

    kewajiban yang sekarang hinggakewajiban dimasa yang akan datang(Setiawati, 2010).

    Masing-masing komponen keluargaharus menjalankan peran dan tugasdengan rasa tanggung jawab termasuktugas dalam bidang kesehatan, salingmenghormati/menghargai, penuh kasihsayang. Hal tersebut akan menghasilkansuasana emosional yang mempengaruhikesehatan anggota keluarga itu sendirisecara positif, termasuk penderita TBParu, yakni dengan menciptakan

    lingkungan yang menyenangkan dansehat, saling mengasuh, mendukung,menghargai, terikat dan salingberhubungan, sesuai dengan fungsi afektifkeluarga itu sendiri yang merupakan basiskekuatan keluarga (Mubarak, Dkk, 2010).Peran Keluarga Dalam MengenalMasalah Kesehatan Keluarga

    Pelaksanaan peran keluarga dikabupaten Lombok Barat dalam mengenalmasalah kesehatan setiap anggotakeluarga dalam kategori kurang 24.67 (29.02%). Menurut Friedman (2010), semakin

    tinggi tingkat pendidikan suatu keluarga,

    maka semakin baik pengetahuan keluargatersebut tentang kesehatan. faktor yangmempengaruhi keluarga dalam mengenalmasalah kesehatan adalah karakteristikdemografi keluarga, salah satunya adalah

    tingkat pendidikan keluarga. Berdasarkanhasil penelitian diperoleh hasil bahwa 41(48.24%) bependidikan SD dan 17(20.00%) tidak sekolah.

    Hal ini didukung oleh hasil penelitianLestari (2009) yang menyatakan bahwaada hubungan antara tingkat pendidikankeluarga dengan terjadinya gangguanmasalah kesehatan pada anggotakeluarga. Hal tersebut juga sejalan denganapa yang peneliti dapatkan dilapanganbahwa masyarakat suku sasak khususnyayang ada di Kabupaten Lombok Barat

    tidak menjadikan pendidikan sebagaiprioritas terutama pada anak perempuan.Dan yang ironis 0 (0.00%) keluarga tidakmengetahui penyebab penyakit TB paru,20 (23.53%) keluarga menyatakanmengetahui bahwa batuk lebih dari 3minggu disertai demam, berkeringat dimalam hari tanpa beraktivitas, hilangselera makan dan berat badan menurunmerupakan gejala dari penyakit TB parudan 54 (63.53%) keluarga mengetahuibahwa anggota keluarga yang sakit harusmenjalankan terapi pengobatan yang

    cukup lama dan harus rutin serta teratur.Pernyataan-pernyataan tersebut menjadigambaran bahwa masih banyak keluargatidak mengenal masalah kesehatan sepertiTB paru.Peran keluarga dalam MengambilKeputusan

    Peran keluarga dalam mengambilkeputusan masih dalam kategori kurangyakni 37.50 (44.12%). Keluarga yangmengatakan langsung memutuskanmembawa ke Puskesmas atau Rumahsakit bila ada anggota keluarga yang sakit/

    mengalami penurunan kesehatan hanya56 (65.88%) dan 19 (22.35%) keluargaberusaha mencari informasi mengenaipenyakit atau masalah kesehatan yang dihadapi.

    Selain itu, keluarga menyatakan selalumelakukan diskusi yang melibatkananggota keluarga yang lain sebelummemutuskan tindakan perawatan ataupengobatan pada anggota keluarga yangsakit, hal tersebut sejalan dengan Ali(2010) yang mengatakan bahwa dalamperawatan pasien sebagai individu,

  • 7/23/2019 25-46-1-SM

    6/7

    Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1ISSN 0854 - 0098

    48

    keluarga berperan sebagai pengambilkeputusan.

    Keluarga menyatakan dalammengambil keputusan tidak hanyamemutuskan untuk dilakukan pemeriksaan

    pada anggota keluarga ke pelayanankesehatan namun pengobatan tradisional(obat-obatan alami) seperti tumbuh-tumbuhan, madu, mantra-mantra dan lain-lain tidak jarang dijadikan keputusan,termasuk penanganan penyakit TBC.Keluarga menyatakan pelayanankesehatan menjadi pilihan kedua setelahpengobatan tradisional, hal ini sesuaidengan pernyataan Arif (2007), bahwadalam kebudayaan ketimuran memilikikeunikan tersendiri dalam mengobati suatupenyakit dimana mereka menerapkan

    metode pengobatan tradisional yaitudengan menggunakan ramuan tumbuhantertentu untuk mengobati penyakit.Peran keluarga dalam MemberikanPerawatan Anggota.

    Pada penelitian ini 30 (35.29%)keluarga menganjurkan agar anggotakeluarga yang mempunyai penyakit TBparu agar menutup mulut ketika bersinatau batuk dan tidak membuang dahaksembarangan, 73(85.88%) ikut secaralangsung dalam perawatan penderita TBparu atau keluarga yang mengalami

    penurunan kesehatan, 61(71.76%)keluarga ikut serta dalam prosespengobatan dengan menjadi pengawasmenelan obat (PMO), 60 (70.59%)keluarga memberikan makan yang cukupgizi kepada penderita TB paru ataupenyakit lainnya untuk menguatkan danmeningkatkan daya tahan tubuh danmempercepat proses penyembuhananggota keluarga yang sakit, 79 (92.94%)keluarga menolong ketika ada anggotakeluarga yang sakit membutuhkansesuatu diluar kemampuan, 60 (70.59%)

    keluarga sering menanyakan apa yangsedang dirasakan oleh anggota keluargayang sakit dan mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan, 69 (81.18%)keluarga memberikan motivasi agarkeluarga yang sakit sabar dalammenjalankan pengobatan dan 72 (84.71%)keluarga memberikan dukungan moral danspiritual kepada anggota keluarga yangsakit agar tidak putus asa terhadappenyakitnya

    Pernyataan-pernyataan tersebutsesuai dengan pernyataan Setiadi (2008)

    bahwa keluarga memberikan perawatan

    kepada anggota keluarganya yang sakit dirumah atau membawanya ke pelayanankesehatan untuk mendapat tindak lanjutanagar tidak terjadi masalah yang lebih parahlagi.

    Peran keluarga dalam MemodifikasiLingkungan Keluarga.

    Masri (2003) menunjukkan bahwatingkat pendidikan yang rendahmempengaruhi pengertian masyarakatakan perlunya memelihara lingkungan.Dengan kata lain, semakin tinggi tingkatpendidikan maka semakin tinggi pulapastisipasi untuk memelihara lingkungan.Dalam penelitian 41 (48.24 mempunyaitingkat pendidikan SD dan diikuti 17(20.00%) tidak sekolah .

    Selain itu 33 (38.82%) keluarga selalu

    menjaga kebersihan lingkungan rumahdan mengatur ventilasi rumah denganbaik agar cahaya matahari serta udarayang segar dapat masuk ke dalam rumah,21 (24.71%) keluarga menjemur tempattidur dan membersihkan ruangan keluargayang sakit secara teratur.

    Berdasarkan karakteristik keluargadalam data demografi 25 (29,41%)keluarga berada dalam rentang umur 36-45 tahun yang merupakan usia masihproduktif, Hal tersebut sesuai dengan hasilpenelitian Masri (2003) yang menyatakan

    bahwa kelompok usia 20-40 tahunmerupakan usia produktif yangmenunjukkan tingkat produktifitassekaligus lebih memungkinkan untukdibina dan dilestarikan dalampemeliharaan lingkungan.Peran keluarga dalam MemanfaatkanFasilitas Pelayanan Kesehatan.

    Pada penelitian ini 67 (78.82%)keluarga membawa anggota keluargayang sakit ke Puskesmas/Rumah sakit

    jika mengalami keluhan-keluhan yangharus segera ditangani termasuk anggota

    keluarga yang menderita penyakit TB paru,75 (88.24%) keluarga dengan rutinmengambil obat OAT dan mengontrolperkembangan kesehatan anggotakeluarga yang sakit khususnya penyakitTB paru ke pelayanan Kesehatan baikrumah sakit maupun Puskesmas.

    Menurut wawancara langsung penelitidengan masyarakat suku sasakkhususnya yang ada di KabupatenLombok barat menambahkan bahwadahulu masyarakat suku sasakmenggunakan pengobatan tradisional atau

    dengan istilah obat dari Belian (Dukun

  • 7/23/2019 25-46-1-SM

    7/7

    Jurnal Penelitian UNRAM, Februari 2014 Vol.18 No. 1ISSN 0854 - 0098

    49

    )sebagai jenis pengobatan yang diyakinikeluarga mampu mengatasi masalahkesehatan jika ada anggota keluarga yangsakit, namun sekarang sejak masyarakatmendapatkan akses pengobatan gratis di

    puskesmas, umumnya masyarakat mulaimemanfaatkan Puskesmas atau RumahSakit sebagai pelayanan kesehatan untukpengobatan meskipun pengobatantradisonal tidak jarang menjadi pilihanutama seebelum memamfaatkanpelayanan kesehatan setempat.

    KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

    1. Peran keluarga dalam bidangkesehatan masih kurang khususnyapada enderita TB Paru yakni 15

    keluarga (17.65%) dalam kategoribaik.

    2. Peran keluarga dalam memanfaatkanfasilitas pelayanan kesehatan menjadisatu-satunya peran dalam kategoribaik yakni, 71.00 (83.53%).

    3. Peran keluarga dalam memberikanperawatan khususnya penderita TBParu masuk dalam kategori cukupyakni, 63.00 (74.12%)

    4. Keluarga tidak tidak mengenal denganbaik masalah kesehatan keluarga baikpencegahan maupun penanganan.

    Saran1. Mengadakan penyuluhan secara

    berkala kepada keluarga/ masyarakatyang di lingkungannya resiko ataupositif menderita TB paru

    2. Memprioritaskan pelayanan afektifdengan memprioritaskan kasih sayangdan penuh kesabaran.

    3. Bagi pemerintah, meningkatkankejahteraan petugas kesehatandengan harapan petugas bisamemantau keadaan penderitakerumahya maupun melalui alat

    komunikasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, Z. (2010). Pengantar KeperawatanKeluarga. Jakarta: EGC

    Arif (2007). Pengobatan TradisionalMelayu. Diambil tanggal 17Oktober 2011 dariwww.melayuonline.com

    Arikutno, suharsimi. (2010). prosedurpenelitian suatu pendekatanpraktik.Jakarta: Rineka Cipta

    Biro Pusat Statistik. (2007). SurveiKesehatan Rumah Tangga, Biro

    Pusat Statistik: Jakarta.Biro Pusat Statistik. (2007). Survey

    Demografi dan KesehatanIndonesia, Biro Pusat Statistik:Jakarta.

    Biro Pusat Statistik. (2010). Lombok BaratDalam Angka, Biro Pusat Statistik:

    Selong.Biro Pusat Statistik. (2010). Nusa

    Tenggara Barat Angka, Biro Pusat

    Statistik: Mataram.Depkes. (1998). Optmalisasi peran dan

    fungsi keluargi. {internet}

    http//www.depkes. Co. Id.(Diakses pada tanggal 18November 2011, jam 10.30 wita).

    Dinas Kesehatan Kabupaten LombokBarat. (2010). Data LaporanJumlah penderita TBC. DinasKesehatan Kabuapaten LombokBarat: Gerung

    Dinas Kesehatan Provinsi NTB. (2010).Profil Kesehatan Provinsi NusaTenggara Barat. Dikes NTB:Mataram

    Friedman, M.M. (2010). Keperawatan

    Keluarga: Teori dan Praktik.Jakarta: EGC

    Lestari, G.A.I.S. (2009). Hubungan TingkatPengetahuan Keluarga danPenerapan Tugas KesehatanKeluarga tentang Hipertensidengan Kejadian Hipertensi padaUsia 25 Th Keatas di RW 03Kelurahan Krukut Kecamatan LimoKota Depok. Diambil tanggal 10Juli 2012 dariwww.library.upnvj.ac.id 38

    Notoatmod jo, Soekid jo. (2010).

    Metodelogi Penelitian Kesehatan,Rineka Cipta: Jakarta

    Nursalam. (2008). Konsep dan PenerapanMetodelogi PenelitianKeperawatan (Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen PenelitianKeperawatan). Salemba Medika:

    Jakarta