bab 6 beban kalor

Upload: muhammad-afifuddin

Post on 16-Feb-2018

246 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    1/14

    157

    BAB 6 BEBAN KALOR

    6-1 Pendahuluan

    Bangunan didirikan untuk mendapatkan perlindungan dan lingkungan

    dalam yang aman dan nyaman, sehingga penghuninya terhindar dari keadaan luar

    yang berubah-ubah. Ruangan yang berkondisi interior baik dan murah biaya

    murah perawatannya merupakan suatu kriteria penting suksesnya rancangan suatu

    bangunan. Walaupun pengaturan kondisi di dalam biasanya dilakukan dengan

    sistem penghangatan dan pendinginan yang aktif, perancangan penghangatan,

    ventilasi dan pengkondisian udara (heating, ventilating and air conditioning, HV

    AC) harus dimulai dengan mengetahui sifat-sifat termal dinding dan atap, yang

    menentukan kapasitas dan energy kerja yang dibutuhkan.

    Tujuan utama bab ini adalah menjajaki prosedur-prosedur dalam menilai

    sifat-sifat termal dinding-dinding bangunan untuk merancang sistem HVAC yang

    diperlukan dalam menciptakan kenyamanan. Karena tujuan dari sistem tersebut

    memberikan kenyamanan maka disarankan agar didahului dengan suatu

    pembahasan singkat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan

    tersebut.

    6-2 Kenyamanan termal

    Gambar 4-1 melukiskan faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan

    termal. Pertama, kalor dalam tubuh diproduksi oleh proses metabolism untuk

    menjaga suhu tubuh. Proses mebatolisme ini dipengaruhi oleh beberapa paktor

    seperti umur, kesehatan, dan tingkat kegiatan. Sebagai contoh suatu kondisi

    lingkungan tertentu cocok bagi suatu ruangan yang ditempati orang yang sehat,

    tetapi tidak cocok bagi orang yang sedang sakit. Jika orang mau mengubah

    kebiasaan berpakain karena berubahnya musim, mereka akan menemukan bahwa

    mereka dapat merasa nyaman dalam batas-kondisi yang lebih luas dari yang

    mereka harapkan.

    Tubuh terus-menerus menghasilkan kalor yang harus disalurkan, untuk

    menjaga agar suhu tubuh tetap. Bagi seseorang yang sedang isterahat atau

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    2/14

    158

    mengerjakan pekerjaan ringan di dalam ruangan yang terkondisi, tubuhnya

    mengeluarkan kalor dengan cara konveksi (dibawa oleh udara sekitar) dan

    diradiasikan (ke permukaan lingkungan yang suhunya lebih rendah

    Gambar 4-1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal

    dari suhu tubuh). Masing-masing komponen penyaluran kalor ini jumlahnya

    mendekati 30 persen dari jumlah kalor yang dilepaskan. Penguapan dari

    pernapasan dan keringat berjumlah 40 persen. Kalau kondisi lingkungan atau

    tingkat kegiatan berubah maka persentase ini akan berubah. Misalnya, jika

    seseorang sedang mengerjakan pekerjaan berat, mekanisme penyaluran kalor yang

    utama adalah penguapan.

    Empat faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan tubuh

    menyalurkan kalor adalah: suhu udara, suhu permukaan-permukaan yang ada di

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    3/14

    159

    sekitar, kelembaban dan kecepatan udara. Jumlah dan jenis pakaian serta tingkat

    kegiatan penghuni berinteraksi dengan keempat faktor ini. Dalam merancang

    suatu sistem pengkondisian udara. kita pu~tkan perhatian pada pengaturan

    keempat faktor tersebut. Jika seseorang memakai pakaian yang wajar, maka batas-

    batas keadaan di bawah ini seharusnya dapat diterima.

    Suhu kerja. 20 hingga 26C

    Kelembaban. Suhu pengembunan 2 hingga l7C

    Kecepatan udara rata-rata. Hingga 0,25 m/det.

    Suhu kerja yang digunakan mendekati harga rata-rata suhu bola kering dan suhu

    radian rata-rata, selama suhu radian rata-rata tersebut kurang dari 50C dan

    kecepatan udara rata-rata kurang dari 0,4 m/net. Suhu radian rata-rata (mean

    radiant temperature) adalah suhu permukaan yang seragam dari sesuatu benda

    hitam imajiner yang dengannya penghuni akan mempunyai pertukaran energi

    radian yang sama dengan ruang seragam yang nyata. Seseorang yang memakai

    pakaian tebal dapat merasa nyaman pada suhu lebih rendah; sebaliknya, pakaian

    yang lebih tipis dan kecepatan tinggi dapat memberikan kenyamanan walaupun

    suhu lebih tinggi. Suhu permukaan yang ada di sekitar mempunyai pengaruh

    terhadap kenyamanan yang sama besarnya dengan suhu udara, dan tak dapat

    diabaikan.

    6-3 Transmisi termal

    Prosedur umum untuk perhitungan kalor yang hilang atau kalor yang

    diperoleh melalui transmisi termal adalah menggunakan Pers. (2-12), yaitu

    =

    =

    = ( )

    dengan UA = 1/ , W/K

    = hambatan termal total. K/W

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    4/14

    160

    U = Koefisien perpindahan kalor total, W/m2.k

    A = luas permukaan, M2

    = beda suhu luar dan dalam, K

    untuk memperkirakan beban-penghangatan, perbedaan suhu adalah harga

    97,5 persen suhu luar dikurangi harga rancangan dalam.

    Koefisien perpindahan kalor total U adalah fungsi dari hambatan-

    hambatan termal. Tabel 4-4 (hal. 68) memuat harga-harga hambatan termal untuk

    1 m2

    permukaan bahan-bahan bangunan yang digunakan, ruang udara tertutup,

    dan batas-batas selubung bangunan. Contoh 4-3 melukiskan cara penentuan harga

    Udari suatu penampang dinding yang khas. Luas-luas permukaan yang digunakan

    dalam perhitungan transmisi ini adalah luas-luas bagian dalam nominal dari

    ruangan-ruangan.

    Contoh 4-3 Tentukan hambatan termal total dati suatu satuan luas

    potongan dari dinding seperti dalam Gambar 4-3.

    Gambar 4-3 Penampang dinding dalam contoh 4-3

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    5/14

    161

    Penyelesaian Hambatan-hambatan berikut didapat dari Tabe14-4 :

    Lapisan udara luar 0,029 m2

    .K/W

    Bata luar, 90 mm 0,068

    Celah udara 0,170

    Sisipan, 13 mm papan fiber 0,232

    Penyekat, 75 mm serat mineral 1,940

    Celah udara 0,170

    Papan gip, 13 mm 0,080

    Lapisan udaxa dalam 0,120

    Rtot 2,812 m2

    .K/W

    Bila ruang tingkat bawah tak dikondisikan, kehilangan kalor melalui

    permukaan-permukaan yang ada dibagian bawah seringkali diabaikan. Beban-

    beban penghangatan yang termasuk dalam kasus seperti itu didasarkan pada

    perkiraan suhu ruangan yang tak dikondisikan tersebut dan penjalaran kalor

    melalui lantai. Bila ruang tingkat bawah akan dikondisikan, perambatan kalor

    yang hilang didasarkan pada hambatan termal dinding dan lantai. suhu ruang yang

    akan dikondisikan, dan suhu tanah yang terdekat dengan permukaan tersebut.

    Untuk kontruksi slab-on-grade (tingkat di atas slab) kehilangan kalor lebih

    sebanding dengan panjang perimeter slab tersebut daripada luasnya, sehingga

    = ( )( ) =

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    6/14

    162

    Tabel 4-4 Hambatan termal dari satu satuan luas permukaan bahan bangunan

    tertentu pada suhu rata-rata 24C.

    1/k,m K/W R,m2

    K/W

    Bahan-bahan eksterior

    Face brick (bata luar) 0,76

    Bata biasa 1,39

    Batu 0,55

    Concrete block, agregat pasir dank oral, 200 mm 0,18

    Agregat ringan 200 mm 0,38

    Agregat ringan 150 mm 0,29

    Kapur (stucco) 1,39

    Siding, asbestos-cement, 6 mm, lapped 0,04

    Aspal penyekat, 13 mm 0,14

    Kayu ply-wood, 10 mm 0,10

    Aluminium atau baja, ditempel dengan papan

    penyekat

    0,32

    Bahan pelapis

    Asbestos-cement 1,73

    Ply-wood 8,66

    Papan fiber, massa jenis regular, 13 mm 0,23

    Hardboard, massa jenis menengah 9,49

    Particle board, massa jenis menengah 7,35

    Bahan atap

    Asphalt shingles (sirap beraspal) 0,08

    Built-up roofing, 10 mm 0,06

    Beton (concrete)

    Agregat pasir dan kerikil 0,55

    Agregat ringan 1,94

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    7/14

    163

    Terdapat sedikit keterangan untuk mendasarkan harga-harga Fbagi slab-slab

    skala besar. Harga-harga untuk slab-slab skala rumah tinggal ditentukan sebesar F

    = 1,4 W/m.K untuk ujung yang tidak disekat, dan F= 0,9 W/m.K untuk suatu

    slab yang bersekat

    Tabel 4-4 Tahanan termal dari satu satuan luas permukaan bahan bangunan

    tertentu pada suhu rata-rata 24C

    1/k,m K/W R,m2

    K/W

    Hambatan udara

    Permukaan udara terang (emisivitas 0,11

    permukaan 0,9) mendatar, kalor mengalir ke

    Bahan-bahan penyekat

    Blanket dan batt, serat mineral, 75

    90 mm 1,94135165 mm 3,35

    Papan dan slab, serat gelas, organic bond 27,7

    Expanded polystyrene, extruded 27,7

    Celluler polyurethane 43,8

    Serat mineral tak padat, 160 mm 3,35

    Sellulose 21,725,6

    Bahan-bahan interiorPapan gips atau papan plaster, 15 mm 0,08

    16 mm 0,10

    Bahan-bahan plaster, plaster semen 1,39

    Plaster gips, ringan, 16 mm 0,066

    Kayu lunak (den, pinus, dan lain-lain) 8,66

    Kayu keras (maple, oak, dan lain-lain) 6,31

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    8/14

    164

    atas

    Horizontal, kalor mengalir ke bawah 0,16

    Vertical, kalor mengalir horisontal 0,12

    Permukaan, udara bergerak, musim pemanasan,

    6,7 m/det

    0,029

    Permukaan, udara bergerak, musim pemanasan,

    3,4 m/det

    0,044

    Celah udara, emisivitas permukaan 0,8 horisontal 0,14

    Vertical 0,17

    Emisivitas permukaan 0,2 horisontal 0,24

    Vertical 0,36

    Kaca datar (flat glass)

    U, W/m K*

    Musim panasMusim

    dingin

    Kaca tunggal 5,9 6,2

    Kaca dua rangkap, celah udara 6-mm 3,5 3,3

    Celah udara 13-mm 3,2 2,8

    Kaca tiga rangkap, celah-celah udara 6-mm 2,5 2,2

    Celah udara 13 mm 2,2 1,8

    Jendela tahan badai (storm window)

    25 hingga 100 mm 2,8 2,3

    * termasuk hambatan lapisan udara dalam dan luar

    2,5 cm di ujungnya. Harga-harga ini harus dipandang sebagai pendekatan dan

    umumnya dianggap terlalu tinggi.

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    9/14

    165

    6-4 Beban-beban perembesan udara (infiltrasi) dan ventilasi

    Masuknya udara Iuar ke dalam ruangan mempengaruhi suhu udara dan

    tingkat kelembaban di ruang tersebut. Biasanya dibedakan antara pengaruh yang

    menyangkut dampak suhu (temperature effect) seperti beban sensibel dan dampak

    kelembaban seperti beban laten. Istilah ini berlaku juga pada beban-beban yang

    lain. Sebagai contoh, beban-beban perambatan (transmission) dan panas matahari

    adalah beban sensibel karena beban-beban tersebut hanya terpengaruh pada suhu,

    sementara beban-beban lain dari dalam yang datang dari penghuni mempunyai

    bagian beban sensibel dan beban laten. Kehilangan atau perolehan kalor

    disebabkan oleh masuknya udara iuar dirumuskan dengan

    = 1,23 ( ) = 3000 ( )

    dengan Q = laju aliran volumetric udara luar, L/det

    W= rasio kelembaban, air terhadap udara, kg/kg

    is = menyatakan sensible-dalam il menyatakan laten dalam

    Perembesan (Infiltrasi), didefinisikan sebagai masuknya udara luar

    tanpa kendali, yang disebabkan oleh gaya-gaya alamiah. misalnya angin dan daya

    apung akibat perbedaan suhu antara dalam dan luar ruangan. Kita mendefinisikan

    ventilasi sebagai udara yang dibawa ke dalam bangunan dengan sengaja secara

    mekanis. Tentu saja udara yang dimasukkan tersebut harus juga dikeluarkan

    dengan cara alamiah yaitu eksfiltrasi atau secara mekanis,

    Pada bangunan-bangunan komersial dan non-komersial dianjurkan

    untuk mengendalikan masuknya udara luar, untuk menjamin ventilasiyang baik

    dan meminimumkan energi yang digunakan, Oleh karena infiltrasi tak dapat

    dikendalikan maka bangunan ini dirancang dan dibangun untuk membatasinya

    sesedikit mungkin. Hal ini dikerjakan dengan menyumbat selubung bangunan

    sedapat mungkin dengan menggunakan pintu-pintu kecil (vestibules door) atau

    pintu-pintu putar (revolving doors). atau dengan mempertahankan tekanan di

    dalam bangunan tersebut sedikit melebihi tekanan di luar. Akan tetapi, bila

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    10/14

    166

    bangunan tidak memiliki ventilasi mekanis, atau bila kipas-kipas di dalam sistem

    tidak bekerja maka infiltrasi akan terjadi. Laju aliran volumetrik dari udara

    infiltrasi agak sukar untuk ditunjukkan dengan ukuran yang tepat. Besaran

    tersebut akan bermacam-macam besarnya tergantung dari kualitas konstruksi,

    kecepatan dan arah angin, perbedaan suhu dalam dan luar ruangan, dan tekanan di

    dalam bangunan tersebut. Prosedur yang seringkali digunakan dalam perhitungan

    beban adalah dengan memperkirakan infiltrasi tersebut dalam bentuk jumlah

    pergantian udara per jam, Satu pergantian udara per jam adalah laju alir

    volumetrik yang jumlahnya sama dengan volume ruangan tersebut. Jumlah

    pergantian udara per jam di dalam suatu bangunan yang lebih kecil, tanpa

    pembangkitan tekanan di dalam, dapat diperkirakan sebagai fungsi5

    dari

    kecepatan angin dan perbedaan suhu.

    = + + ( )

    (4-1)

    dengan a,b,c = konstanta yang ditentukan dari percobaan

    V= kecepatan angin, m/det

    6-5 Beban panas matahari melalui permukaan tembus cahaya Perolehan kalor

    yang disebabkan oleh panas matahari yang jatuh pada suatu permukaan,

    ditentukan oleh sifat-sifat fisika permukaan tersebut. Sifat-sifat optika permukaan

    dinyatakan dengan

    + + = 1

    dengan = faktor transmisi (transmittance)

    = faktor pemantulan (reflectance)

    = faktor penyerapan (absorptance)

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    11/14

    167

    Besaran masing-masing faktor ini mempunyai dampak yang nyata pada perolehan

    kalor dari matahari.

    Untuk permukaan tembus cahaya seperti jendela dalam Gambar 4-4,

    energi matahari yang menembus permukaan tersebut (qsg) dengan satuan Watt

    adalah:

    = ( + )= ( + )

    (4-2)

    Dengan It = intensitas radiasi pada permukaan luar, W /m2

    N = fraksi radiasi yang diserap dan diteruskan ke dalam ruangan

    dengan cara konduksi dan kanveksi

    ho = kaefisien perpindahan kalar luar, W/m2

    K

    Pada keadaan mantap (steady state),Ndapat berharga sama dengan U/ho.

    Pembentukan kembali persamaan yang menggunakan Udan ho, menghasilkan

    = +

    Bentuk ( + / ) untuk kaca jendela bening satu lembar sering disebut

    faktor perolehan kalor matahari (solar-heat gain factor @ SHGF). Harga

    maksimum4

    SGHF untuk dua buah lintang (latitude) dalam hitungan bulan dan

    arah, dimuat dalam tabel 4-10.

    Koefisien peneduhan (Shading coefficient, SC) digunakan untuk menghitung

    harga SHGF dari jendela-jendela kaca jenis lain atau untuk menghitung faktor

    peneduh bagian dalam, kaefisien ini adalah

    =+ /

    ( + / )

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    12/14

    168

    Tabel 4-10 Faktor perolehan kalor matahari (SHGF) maksimum untuk kaca yang

    dikenai cahaya matahari4

    , W/m

    U/teduh TL/BL T/B Teng/BD S Hor.

    32 lintang utara

    Des 69 69 510 775 795 500

    Jan, Nov 75 90 550 785 775 555

    Feb, Okt 85 205 645 780 700 685

    Mar,

    Sept100 330 695 700 545 780

    Apr,

    Agus115 450 700 580 355 845

    Mei, Jull 120 530 685 480 230 865

    Juni 140 555 675 440 190 870

    40 lintang utara

    Des 57 57 475 730 800 355

    Jan, Nov 63 63 480 755 795 420

    Feb, Okt 80 155 575 760 750 565

    Mar,

    Sept95 285 660 730 640 690

    Apr,

    Agus110 435 690 630 475 790

    Mei, Jull 120 515 690 545 350 830

    Juni 150 540 680 510 300 840

    Ket : U = Utara, TL = Timur laut, BL = Barat Laut, BD = Barat Daya, S = Selatan

    Hor = Horizontal, Teng = Tenggara

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    13/14

    169

    Gambar 4-4 Distribusi panas matahari yang menimpa permukaan tembus cahaya.

    dengan ss menyatakan lembaran kaca bening tunggal (single sheet). Harga umum

    koefisien peneduhan (SC) untuk beberapa jenis kaca dengan atau tanpa peneduh-

    dalam dimuat dalam tabel 4-11. Jika ada permukaan luar yang membayangi

    jendela, maka untuk jendela yang dibayangi tersebut, digunakan harga SHGF

    jendela yang menghadap ke utara (karena posisi bangunan pada lintang utara)

    Tabel 4-11 Koefisien peneduhan (shading coefficients)4

    Jenis

    kaca

    Ketebalan

    mm

    Koefisien peneduhan

    Tanpa

    peneduh

    dalam

    Krei Pelindung Tirai Gulung

    Sedang Terang Gelap Terang

    Kaca

    tunggal

    Lembaran

    biasa

    3 1,00 0,64 0,55 0,59 0,25

    Pelat

    (tebal)

    6-12 0,95 0,64 0,55 0,59 0,25

    Penyerap

    panas

    6 0,70 0,57 0,53 0,40 0,30

    10 0,50 0,54 0,52 0,40 0,28

    Kaca

    rangkap

    Lembaran

    biasa

    3 0,90 0,57 0,51 0,60 0,25

    Pelat

    (tebal)

    6 0,83 0,57 0,51 0,60 0,25

    reflektif 6 0,2-0,4 0,2-

    0,33

  • 7/23/2019 Bab 6 Beban Kalor

    14/14

    170

    Energi matahari yang menembus suatu jendela dapat dirumuskan sebagi berikut :

    =( )( )

    dengan qsg = energi matahari yang menembus jendela

    Ada satu faktor lagi yang harus diperhitungkan, bahwa energi matahari

    memasuki ruangan tidak segera menjadi beban pendinginan. Energi radiasi ini

    pertama-tama diserap oleh permukaan-permukaan di dalam ruangan, selama

    waktu ini suhu permukaan-permukaan tersebut naik dengan laju yang ditentukan

    oleh sifat-sifat termal dinamisnya. Jadi energi matahari yang diserap ditunda

    sebelum dilepaskan lagi ke udara di ruangan secara konveksi. Oleh karena proses

    ini dapat menimbulkan perbedaan waktu yang berarti maka hal ini juga

    dimasukkan menjadi suatu faktor beban pendinginan (CLF) dalam menghitung

    beban radiasi melalui kaca. Harga CLF yang diturunkan dari suatu analisis

    komputer ekstensif.

    Dalam menentukan kalor yang diterima dari radiasi matahari melalui

    permukaan-permukaan tembus cahaya, peneduhan dari luar juga harus

    diperhitungkan. Peneduhan oleh overhang atau peneduh-peneduh lain.