bab i- bab iii radiologi

Upload: min-wai-han

Post on 10-Feb-2018

367 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    1/32

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangTraktus Respiratorius atau yang sering kita sebut sebagai saluran pernafasan terdiri dari

    dua bagian, yaitu :

    a. Saluran pernafasan bagian atas (Upper respiratory tract)Meliputi rongga hidung sampai laring.

    b. Saluran Pernafasan bagian bawah(Lower repiratory tract)Meliputi bronkus dan paru-paru.

    Dalam susunan pernafasan termasuk : Rongga hidung dan sinus paranasalis, Faring,

    Laring, Bronkus, Paru-paru, otot-otot Pleura dan Mediastinum. Susunan anatomi dan

    histologi saluran pernafasan bagian atas yang beraneka ragam mempengaruhi patologi klinik

    serta kelainan pada tempat tersebut. 3,12

    Fungsi dari sistem respirasi selain untuk bernafas antara lain menyediakan permukaan

    untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah dan sebagai jalur untuk keluar

    masuknya udara dari luar ke paru-paru, melindungi permukaan organ respirasi dari dehidrasi,

    perubahan temperatur dan berbagai keadaan yang dapat merugikan sistem respirasi. Sistem

    respirasi juga berfungsi sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, bernyanyi

    dan bentuk komunikasi lainnya. Selain itu, sistem respirasi juga berfungsi untuk

    memfasilitasi deteksi stimulus olfactory di superior portion pada rongga hidung.3

    Pemeriksaan radiologi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka menunjang

    pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dan menghindari kesalahan yang mungkin saja

    terjadi dalam menangani suatu kondisi penyakit.5

    Dengan perkembangan teknologi yang kian pesat, penggunaan pemeriksaan radiologipun

    kian meningkat tiap waktunya. Karena penggunaan pemeriksaan radiologi ini sangat

    membantu dokter dalam penegakan diagnosis. Pada kelainan sistem respirasi, pemeriksaan

    radiologi dapat membantu membedakan kelainan dari setiap gangguan yang ada, sehingga

    dokter dapat menegakkan diagnosis dengan cermat dan spesifik. Dokter sangat perlu

    memahami prosedur dari pemeriksaan radiologi. Ini bertujuan agar indikasi dari pemeriksaanyang dilakukan tepat sasaran.

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    2/32

    2

    1.2Batasan MasalahReferat ini membahas mengenai anatomi, fisiologi traktus respiratorius serta mengenal

    Atelektasis sebagai satu bentuk kelainan pada sistem ini. Dan pemeriksaan radiologi yang

    dilakukan pada Atelektasis dan gambaran radiologinya.

    1.3Tujuan PenulisanReferat ini disusun untuk mengetahui dan memberi pemahaman tentang anatomi, fisiologi

    traktus respiratorius serta memberi pengetahuan tentang Atelektasis, pemeriksaan radiologi

    pada Atelektasis dan bagaimana gambaran radiologi pada kondisi Atelektasis.

    1.4Metode PenulisanPenulisan referat ini menggunakan berbagai literatur sebagai sumber kepustakaan.

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    3/32

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respiratorius3,7

    A. Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosferke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang

    dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ organ respiratorik juga

    berfungsi dalam produksi wicara, keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh

    dan pengaturan hormonal tekanan darah.

    B. Respirasi melibatkan proses seperti berikut:i. Ventilasi pulmonary:

    - Udara lingkungan masuk ke paru-paru dari saluran pernafasan.ii. Respirasi eksterna:

    - Difusi O2dan CO2di paru-paru dengan kapilar pulmonary.iii. Respirasi interna:

    - Difusi O2dan CO2antara sel darah dengan sel jaringan.iv. Respirasi selular:

    - Penggunaan O2oleh sel dan penglepasan CO2dan air oleh sel.C. Saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian yaitu, saluran nafas atas dan

    saluran nafas bawah.

    Gambar 1. Tractus respiratorius3

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    4/32

    4

    II. Anatomi fungsional pernafasan:A. Traktus pernafasan atas:

    i. Rongga hidung dan nasal- Hidung eksternal: berbentuk piramin dan tersusun dari

    kerangka kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan

    fibroareolar.

    a. Septum nasal: membahagi sisi kiri dan kanan.b. Naris( nostril ) eksternalc. Tulang hidung terdiri daripada:

    i. Tulang nasalii. Vomer dan lempeng perpendicular tulang

    etmoid

    iii. Lantai rongga nasal adalah palatum keras yangterbentuk dari tulang maksila dan palatina.

    iv. Langit-langit nasal sisi medial dari lempengkribiform tulang etmoid dan sisi anterior dari

    tulang frontal dan nasal, sisi posterior dari tulang

    sfenoid.

    v. Konka (turbinatum) nasalis superior, tengah daninferior.

    vi. Meatus superior, medial dan inferior yangmerupakan jalan udara dibawah konka

    d. Empat pasang sinus paranasalis (frontal, etmoid,maksilar dan sfenoid) yang berfungsi untuk:

    i. Meringankan tulang kranial, menghangat danmelembabkan udara yang masuk, produksi

    mukus dan memberikan efek resonansi dalam

    produksi wicara

    ii. Mengalirkan cairan ke meatus rongga nasalmelalui duktus kecil yang terletak pada area

    tubuh yang tinggi dari area lantai sinus.

    iii. Duktus lakrimal dari kelenjar air mata membukakea rah meatus inferior.

    - Membran mukosa nasal:

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    5/32

    5

    a. Fungsi:i. Penyaringan partikel kecil.

    ii. Penghangat dan pelembab udara yang masuk.iii. Resepsi odor.

    Gambar 2. Cavum nasal3

    ii. Faring dibagi menjadi:- Nasofaring: posterior nasal yang membuka kearah nasal

    melalui koana. Di nasofaring terdapat:

    a. Dua tuba eustachius menhubung nasofaring dengantelinga tengah.

    b. Amandel (adenoid) faring: penumpukan jaringanlimfatik terletak dekat naris internal.

    -

    Orofaring: dipisah dari nasofaring oleh palatum lunakmuskular. Di orofaring terdapat:

    a. Uvula (anggur kecil): prosesus kerucut kecil yangmenjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah

    palatum lunak.

    b. Amandel palatinum pada kedua sisi orofaring posterior.

    - Laringofaring: mengelilingi mulut esophagus dan laring.Merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    6/32

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    7/32

    7

    iii. Percabangan bronkus:- Bronkus primer (utama) kanan dan kiri.- Bronkus sekunder dan tertier adalah percabangan 9 sampai 12

    kali dari bronkus primer. Ukuran lebih kecil.

    - Bronki disebut ekstrapulmonar sampai masuk paru-paru dansetelah itu disebut intrapulmonary.

    - Struktur yang mendasar kedua paru-paru adaah percabanganbronkial yang selanjutnya : bronki, bronkiolus, bronkiolus

    terminal, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar dan alveoli.

    Gambar 4. Trakea dan percabangan bronkus sampai alveoli.3,7,15

    iv. Paru-paru:- Berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara terletak

    dalam rongga toraks.

    a. Paru-paru kanan ada tiga lobus, kiri ada 2 lobus.b. Setiap paru mempunyai apek, permukaan diafragmatik

    (basal) permukaan mediastinal (medial) dan permukaan

    kostal.

    c. Permukaan mediastinal mempunyai hilus (akar) yaitutempat keluar masuk pembuluh darah, bronki, pulmonar

    dan bronchial dari paru.

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    8/32

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    9/32

    9

    iii. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760mmHg) sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang disebut dengan

    tekanan intra-alveolar (intrapulmonar).

    iv. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura adalah tekanan sub-atmosferatau kurang dari tekanan intra-alveolar.

    v. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekananintrapleura dan intra-alveolar yang secara mekanik menyebabkan

    pengembangan dan pengempisan paru-paru.

    vi. Otot-otot inspirasi memperbesarkan rongga toraks dan meningkatkanvolumenya. Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks.

    - Otot yang kontraksi semasa inspirasi:a. Diafragma

    b. Interkostal eksternalc. Pada inspirasi aktif atau dalam:

    i. Otot sternokleidomastoideusii. Pektoralis mayor

    iii. Serratus anterioriv. Otot skalena

    - Otot yang berperan semasa ekspirasi:a. Relaksasi otot inspirasi

    b. Ekspirasi dalam:i. Kontraksi otot abdomen

    ii. Penarikan kerangka iga ke bawah oleh ototinterkostal .

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    10/32

    10

    Gambar 6. Mekanisme pernafasan.14

    2.2. Definisi Atelektasis

    Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebahagian paru yang mengalami

    hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi berkurang atau sama sekali tidak

    berisi udara.2 Atelektasis juga dikenali sebagai kolaps dan adalah kehilangan volume paru-

    paru yang disebabkan oleh kurangnya pengembangan airspace. Ini menyebabkan terjadinya

    kekurangan darah teroksigenasi dari arteri pulmonary ke vena sehingga menyebabkanketidakseimbangnya perfusi ventilasi dan hipoksia.

    4

    2.3. Etiologi dan Patofisiologi Atelektasis:

    Penyebab utama atelektasis adalah penyumbatan pada bronkus. Bisa juga terjadi

    karena adanya lendir, tumor atau benda asing yang terhisap kedalam bronkus. Atau tersumbat

    karena penekanan dari luar oleh sesuatu seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah

    bening.8

    Atelektasis absorpsi terjadi apabila suatu obstruksi mencegah udara memasuki

    bahagian distal saluran udara. Udara yang sudah ada di dalam paru-paru diabsorbsi secara

    perlahan-lahan dan diikuti dengan kolapsnya alveolar. Tergantung pada derajat obstruksi

    saluran udara,kolaps boleh melibatkan seluruh paru-paru, satu lobus, satu atau lebih segment.

    Penyebab paling sering kolaps absorbsi adalah obstruksi bronkus oleh mucus atau plak

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    11/32

    11

    mukopurulent. Ini sering terjadi sesudah operasi tetapi boleh juga komplikasi dari bronchial,

    bronkitis kronis, atau aspirasi benda asing terutama pada anak-anak.2,4

    Atelektasis kompresi ( juga disebut sebagai atelektasis pasif atau relaksasi) sering

    disertai dengan penumpukan cairan, darah atau udara dalam kavitas pleural yang secara

    mekanik mengkolapskan paru-paru yang sebelah. Ini sering muncul bersama efusi pleural,

    sering disebabkan oleh congestive heart failure (CHF). Bocornya udara ke kavitas pleural

    (pnuemothorax) juga menyebabkan atelektasi kompresi. Atelectasis basal disebabkan oleh

    terangkatnya diafragma yang sering terjadi pada pasien bedridden, pasien dengan asites dan

    pada pasien semasa dan sesudah operasi.1,4,6

    Atelektasis kontraksi ( atau cicatrization) muncul apabila paru-paru terjadi perubahan

    fibrotik secara lokal atau menyeluruh atau ekspansi pleural hamperdan peningkatan elastik

    recoil semasa ekspirasi.4,6

    2.4 Klasifikasi Atelektasis Paru

    a) Atelektasis Obstruktif (Absorbsi)Tidak adanya udara di dalam paru terjadi karena saluran pernapasan

    tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk ke dalam alveolus,

    sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus di serap habis oleh

    dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah. Sumbatan di lumen

    bronkus dan bronkiolus dapat disebabkan oleh mukus yang kental, tumor

    endobronkial, granuloma atau juga benda asing, striktur atau tertekuk

    (kingking). Himpitan saluran pernapasan dari luar biasanya disebabkan oleh

    pembesaran nodus limfa, tumor, dan juga aneurisma.1,2,6

    b) Atelektasis Nonobstruktif (Passive atelectasis)Atelektasis yang disebabkan oleh tidak tercukupinya surfaktan (adhesive

    atelectasis), selain itu juga dapat disebabkan oleh kompresi paru dari luar,

    seperti pada pneumothorak dan efusi pleura.1,2,6

    c) Atelektasis SikatrikalTerjadi karena hilangnya volum jaringan paru karena terbentuknya skar pada

    parenkim paru, sering terjadi pada keadaan setelah infeksi, seperti setelah

    menderita tuberkulosis atau necrotizing pneumonia.4,6

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    12/32

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    13/32

    13

    B. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan radiologis yang sering dilakukan adalah foto thorak dan CT Scan

    Foto thorak dilakukan dengan posisi PA/ Lateral. Foto thorak posisi lateral bertujuan

    untuk melihat letak atelektasis, apakah anterior atau posterior agar mempermudah

    mengetahui lobus paru mana yang mengalami kolaps. 2,5,6

    C. PengobatanPengobatan atelektasis didasarkan atas etiologi yang mendasari. Beberapa

    diantaranya seperti pernapasan dalam, pengeluaran batuk, dan penggunaan spironometry

    pada pasien yang kooperatif. Nebulizer dan suction nasotracheal digunakan untuk

    menginduksi batuk, atau masker tekanan positif dapat bermanfaat. Pada kasus dengan

    kolaps lobaris, langkah yang sedikit agresif seperti bronchoscopy untuk mengeliminasi

    penyebab obstruksi dan ventilasi tekanan positif mungkin dibutuhkan.1,8

    D. PrognosisKematian pasien bergantung pada penyebab yang mendasari atelektasis.

    Atelektasis pascaoperasi umumnya membaik, tetapi pada atelektasis lobaris sekunder

    terkait obstruksi endobrachial, prognosis bergantung pada pengobatan keganasan ataupenyebab obstruksi yang lain.8

    2.7 Pemeriksaan Radiologi Pada Thoraks

    2.7.1.Definisi Radiologi

    Radiologi adalah suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar pengion dan

    bukan pengion, gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostik dan terapi.2

    2.7.2.Teknik Radiografi Thoraks

    Foto rontgen thoraks adalah pemeriksaan radiologi yang paling sering

    dilakukan. Untuk pemeriksaan rutin biasa dilakukan foto PA, dan bila perlu dapat

    ditambahkan foto lateral (biasanya foto lateral kiri).2

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    14/32

    14

    Foto PA

    Jika yang diambil foto AP, bayangan jantung akan termagnifikasi (besar) dan

    menutupi sebagian paru karena letak jantung jauh dari film. Itulah sebabnya dipilih

    foto PA. Biasanya foto AP diambil jika pasien tidak bisa turun dari tempat tidur

    sehingga pasien difoto di tempat tidur sambil berbaring telentang. Karena pasien

    berbaring, pada foto Ap costa bagian posterior tampak lebih mendatar, diafragma

    tampak lebih tinggi dan volume paru tampak lebih kecil jika dibandingkan dengan

    gambaran jika pasien difoto berdiri. Pada foto PA jarak antara tabung dan film (FFD/

    Film Focus Distance) sekitar 1,8 m, biasanya digunakan tegangan 60-90 kV.

    Tegangan yang tinggi (120-150 kV) dapat digunakan untuk memperjelas tanda-tanda

    yang ada di jaringan paru.

    Gambar 7.Standard postero-anterior chest radiograph. The heart (asterisk) is of normal

    size; the ratio of the transverse diameter of the heart to the maximal transverse

    diameter of the thorax (also called the cardiothoracic ratio) is less than 50%.7

    Foto Lateral Kiri

    Foto lateral kiri dipilih karena dengan posisi ini jantung jadi terletak lebih

    dekat pada film, sehingga bayangan jantung tak sebesar jika dilakukan foto lateralkanan (bayangan jantung tidak mengganggu). Struktur-struktur yang tidak terlihat

    pada foto PA bisa ditampakkan dengan foto lateral, seperti retrosternal space dan

    retrocardial space, juga massa di anterior mediastinum (sternum, subcutis, cutis),

    cairan pleura, atau konsolidasi posterior basal paru. Pada foto lateral kiri, magnifikasi

    sisi kanan yang lebih besar dari sisi kiri akan membantu memisahkan struktur yang

    tampak.

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    15/32

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    16/32

    16

    5. Foto Ekspirasi MaksimalSelain inspirasi dapat digunakan foto ekspirasi maksimal untuk menunjukkan air atau

    fluid trapping pada emfisema obstruktif yang mengenai seluruh paru, lobus atas

    segmen, serta untuk melihat pergerakan diafragma pada kelainan diafragma, misalnya

    paralisis nervus phrenicus.

    Pemeriksaan thorak lain yang biasa digunakan untuk kasus tertentu antara lain

    Fluoroskopi, Tomografi, Bronkografi, Angiokardiografi, dll.

    2.7.3.Kriteria Kelayakan Foto

    Foto thorak harus memenuhi beberapa kriteria tertentu sebelum layak dibaca.

    Kriteria- kriteria tersebut adalah :

    1. Faktor KondisiYaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X selama di kamar rontgen. Faktor

    kondisi meliputi hal-hal berikut, yang biasa dinyatakan dengan menyebut

    satuannya:

    - Waktu/ lama exposure milisecond (ms)- Arus listrik tabung miliAmpere (mA)- Tegangan tabung kiloVolt (kV)Ketiga hal diatas menentukan kondisi foto apakah :

    - Cukup : Normal- Kurang : Bila foto thorak terlihat putih (samar-samar)- Lebih (kondisi keras): Bila foto thorak sangat hitamDalam membuat foto thorak ada dua kondisi yang sengaja dapat dibuat, tergantung

    bagian mana yang ingin diperiksa, yaitu :

    A. Kondisi Pulmo (kondisi cukup)/ Foto dengan kV rendahInilah kondisi standar pada foto thorak sehingga gambaran parenkim dan corakan

    vaskuler paru bisa terlihat. Cara mengetahui apakah suatu foto rontgen pulmo

    kondisinya cukup atau tidak :

    -

    Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat diluar tubuh.- Memperhatikan vertebrae torakalis:

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    17/32

    17

    Pada proyeksi PA kondisi cukup : Tampak VTh I-IV Pada kondisi PA kondisi kurang : hanya tampak VTh I

    B.

    Kondisi kosta (kondisi keras/ tulang)/ Foto dengan kV tinggiCara mengetahui suatu pulmo apakah keras atau tidak :

    - Pada foto kondisi keras, infiltrat pada paru tak terlihat lagi. Cara mengetahuinyaadalah membandingkan densitas pulmo dengan jaringan lunak. Pada kondisi keras

    densitas keduanya tampak sama.

    - Memperhatikan vertebrae torakalis : Proyeksi PA kondisi keras : Tampak sampai VTh V-VI Proyeksi PA kondisi kurang : Yang tampak VTh I-XII. Selain itu densitas

    jaringan lunak dengan kosta terlihat mirip

    2. Inspirasi CukupFoto thorak harus dibuat dalam keadaan inspirasi yang cukup. Cara mengetahui cukup

    tidaknya inspirasi adalah :

    A. Foto dengan inspirasi cukup : Diafragma setinggi VTh X Kosta 6 anterior memotong diafragma

    B. Foto dengan inspirasi kurang : Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat

    menyebabkan salah interpretasi

    Corakan bronkovaskuler meningkat sehingga dapat terjadi salahinterpretasi.

    Gambar 9.This inspiratory image demonstrates a normal cardiothoracic ratio(the heart occupies less than 50% of the width of the thorax),

    and the pulmonary vessels are sharp. The lungs appear tall.6

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    18/32

    18

    Gambar 10. On the expiratory view, the heart appears short and wide,the pulmonary vessels are crowded, and the lungs appear short.6

    3. Posisi SesuaiPosisi yang paling banyak digunakan untuk foto thorak adalah posisi PA dan Lateral.

    Foto thorak biasanya juga diambil dalam keadaan erect (berdiri).

    4. SimetrisCara mengetahui kesimetrisan foto dengan melihat jarak sendi sternoklavikularis

    dekstra dan sinistra terhadap garis median adalah sama. Jika jarak antara kiri dan

    kanan berbeda berarti foto tidak simetris.

    5. Foto thorax tidak terpotong

    Cara membedakan foto thorak posisi PA dan AP adalah sebagai berikut :

    Pada foto AP skapula terletak di dalam bayangan thorak, sementara pada fotoPA skapula terletak diluar bayangan thorak

    Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak dibandingkan foto PA Pada foto PA jantung terlihat lebih jelas Pada foto AP gambaran vertebrae terlihat lebih jelas Untuk tips gampang, foto AP labelnya biasanya terletak di sebelah kiri foto,

    sementara pada foto PA label biasanya terletak di sebelah kanan foto.

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    19/32

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    20/32

    20

    Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster), sehingga jarak udara

    magenblase dengan diafragma 3 cm. Jadi biasanya pada posisi supine, udara

    meganblasetidak terlihat.

    2.7.5.Cara Membaca Foto Thorak

    Foto thorak bisa dibaca dari luar ke dalam, atas ke bawah, cor ke pulmo, dan

    lainnya. Urutan pembacaan dari luar ke dalam :

    a. Soft tissue, nilai ketebalannya, adaswellingatau tidak.b. Tulang, cari ada tidaknya diskontinuitas, lesi litik dan sklerotik.c. Pleura, ada tidaknya cairan atau udara di cavum pleura, nilai sinus costophrenicus,

    sinus cardiophrenicus.

    d. Pulmo (Parenkim paru, corakan bronkovaskuler, keadaan hilus).e. Jantung, hitung CTR normalnya pada posisi PA adalah

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    21/32

    21

    Keterangan :

    Garis A: Jarak dari penonjolan yang dibetuk oleh atrium kordis dekstra sampai ke

    tengah sternum

    Garis B: Jarak dari penonjolan yang dibentuk oleh ventrikel kordis sinister sampai ke

    tengah sternum

    Garis C : Jarak dinding kanan- dinding kiri melalui sinus kardiofrenik

    Nilai normal : 50%

    2.7.7. Gambaran Radiologi pada Foto Thorax Paru

    Suatu lobus kanan yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah opak pada

    puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf dibawahnya di dekat klavikula yaitu

    yang diakibatkan oleh fisurra horizontal yang terangkat.

    Gambar 14.(A) This frontal chest radiograph demonstrates right upper lobe collapse, with rightward shift of the trachea.However, the right hilum is bulging laterally, indicating a mass.(B) Atelektasis lobus atas kanan. (C) Foto Lateral 6,1

    Gambar 15.Atelektasis lobus kanan tengah tampak foto PA dan Lateral

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    22/32

    22

    Gambar 16.This frontal chest radiograph demonstrates platelike

    subsegmental atelectasis in both midlungs.6

    Dibawah ini memperlihatkan gambaran satu bagian paru yang mengalami kolaps.:

    Gambar 17.(A)This chest radiograph demonstrates complete collapse of the left lung due to a very large left pneumothorax.

    Note the absence of lung markings in most of the left hemithorax. The left lung has collapseddue to the accumulation of airin the left pleural space following a failed attempt at placement of a central venous catheter in the left subclavian vein.6(B)

    Tampak perselubungan di seluruh paru kiri dengan penarikan mediastinum (jantung dan trakea) kekiri dan sela igamenyempit.

    Gambar 18.Atelektasis lobularis berupa garis densitas tinggi di lapangan perrihiler kiri.5

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    23/32

    23

    Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga, dengan

    batas lateral yang tegas membujur ke bawah dan keluar dari daerah hillus ke diafragma. Oleh

    karena itu biasanya terletak di belakang bayangan jantung, hanya dapat dilihat bila radiograf

    baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, tetapi biasanya memberikan tiga

    gambar vertebrae torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih bewarna abu-abu, vertebrae

    di tengah lebih hitam; bagian posterior dari diafragma kiri tidak akan dapat dilihat; dan

    akhirnya daerah vertebrae di belakang bayangan jantung akan kurang hitam daripada daerah

    translusen di belakang sternum.

    Gambar 19.Perselubungan paru kiri bawah berupa atelektasis segmental.5

    2.7.8.Pemeriksaan CT Scan Thorak

    2.7.8.1.Definisi

    Teknik pemeriksaan CT Scan thorak adalah teknik pemeriksaan

    secara radiologi ntuk mendapatkan informasi anatomis irisan

    crossectional atau penampang aksial thorak.

    2.7.8.2.Indikasi Pemeriksaan

    Tumor, massa Aneurisma Abses Lesi pada hilus atau mediastinal

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    24/32

    24

    2.7.8.3.Persiapan Pemeriksaan

    1. Persiapan PasienTidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja

    instruksi-instruksi yang menyangkut posisipenderita dan

    prosedurpemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas. Penderita

    melepaskan aksesoris seperti kalung, bra dan mengganti baju dengan

    baju khusus pasien supaya tidak menimbulkan artefak

    2. Persiapan Alat dan BahanAlat dan bahan untuk pemeriksaan CT Scan thorak diantaranya :

    -Pesawat CT Scan

    -Tabung oksigen

    -Media kontras

    -Alat-alat suntik

    -Spuit

    -Kassa dan kapas

    -Alkohol

    3. Persiapan Media Kontras

    Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT Scan

    diperlukan untuk menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti

    pembuluh darah dan organ- organ lainnya dapat dibedakan dengan

    jelas.

    Teknik Injeksi Intravena :

    Jenis media kontras : Media kontras dengan osmolaritas rendah Volume media kontras : 80-100 ml Injeksi rata-rata (kecepatan) : 2ml/ detik Waktu Scan : Melakukan scanning pada saat 25 detik setelah

    pemasukan awal media kontras.

    2.7.8.4.Teknik Pemeriksaan

    a. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekatdengan gantry

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    25/32

    25

    b. Posisi objek : Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plan (MSP) tubuhsejajar dengan lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas

    kepala. Kemudian fiksasi lutut dengan menggunakan body

    clem.Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas

    saat pemeriksaan berlangsung

    c. Scan parameter scan pemeriksaan thorak seperti tercantum dalam tableberikut :

    1 Scanogram Thorak AP

    2 Range Apeks paru sampai

    diafragma

    3 Slice

    Thickness

    5-10 mm

    4 FoV 30-50 cm

    5 Gantry tilt Gantry idak perlu

    dimiringkan

    6 kV 137

    7 mAs 180

    Tabel 1.CT Scan

    Foto sebelum dan sesudah memasukkan media kontras kasus seperti tumor dibuat

    sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah ini

    untuk melihat apakah ada jaringan yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama

    sekali.

    Gambar 20.Scanogram thorak dan garis-garis program scanBontrager, KL ,2001

    Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT Scan Thorak dapat mewakili beberapa

    criteria :

    Potongan axial 1

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    26/32

    26

    Merupakan bagian yang superior dari thorak yang disebu apeks paru. Kriteria gambar

    yang tampak adalah (a) Vena jugularis interna kanan, (B) arteri karois komunis kanan,

    (C) Trakea, (D) Sternum, (E) Sternoklavikula joint, (F) Klavikula, (G)Vena jugularis

    interna kiri, (H)Arteri subklavikula kiri, (I) Arteri karotis komunis kiri, (J) Vertebra

    thorakal II-III, (K) Arteri subklavia kanan, (L) Procesus acromion dari scapula, dan

    (M) Kaput humerus.

    Gambar 21.Posisi irisan thorak dan gambar CT Scan potongan axial 1 (Bontrager, KL, 2001)

    Potongan axial 3Kriteria yang tampak antara lain (A) Vena brachiosepalic kanan, (B) Arteri inominata,

    (C) Manubrium sterni, (D) Vena brachiosepalic kiri, (E)Arteri komunis caarotis kiri,

    (F)Arteri subklavia kiri, (G) Oesofagus, (H)Vertebra thorakal III-IV, dan (I) Trakea

    Gambar 22.Posisi irisan thorak dan CT scan potongan axial 3 (Bontrager, KL,2001)

    Potongan axial 5Kriteria gambar yang tampak adalah (A) Vena kava superior,(B)Aorta ascenden,

    (C)Corpus sternum, (D)Window aortapulmonary, (E) Oesofagus, (F) Aorta

    descenden, (G) Vertebrae thorakal IV-V, (H) Trakea

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    27/32

    27

    Gambar 23. Posisi irisan thorak dan CT Scan poongan axial 5

    Potongan axial 7Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior, (B) Aorta ascenden,

    (C) Arteri pulmonary utama, (D) Vena pulmonary kiri, (E)Arteri pulmonary kiri,

    (F)Aorta descenden, (G)Vertebrae horakal VI-VII, (H) Vena azygos,(I) Oesofasus, (J)

    Arteri pulmonary kanan.

    Gambar 24. posisi irisan thorak dan CT Scan axial potongan 7. 7

    Potongan axial 10Kriteria gambar yang tampak adalah (A) Vena kava inferior, (B) atrium kanan,

    (C)Katup trikuspidalis, (D)Perikardium, (E)Ventrikel kanan, (F) Septum

    interventrikuler, (G) Ventrikel kiri, (H)Atrium kiri, (I) Aorta descenden, (J) Vertebrae

    thorakal IX-X, (K) Oesofagus, (L) Hemidiafargma kanan.

    2.7.8.5.Gambaran CT Scan Pada Atelektasis

    Tidak adanya ventilasi di segmen paru atau di lobus paru karena oklusi

    bronkus memberikan gambaran berbatas tajam pada gambaran CT Scan. Tergantung

    dari derajat volume udara yang berkurang dapat menyebabkan pergeseran

    mediastinum dan elevasi diafragma. Daerah paru yang tidak ada udara atau kolaps

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    28/32

    28

    digambarkan seperti struktur jaringan lunak pda gambaran CT Scan yang setelah

    pemberian kontras lebih jelas terlihat dengan adanya pembuluh darah yang

    terkompresi. Tanda ini bisa tidak ditemukan jika saluran bronkus berisi dengan

    sekresi cairan (eksudat).Dalam kasus seperti itu, tergantung dari efektifitas aliran

    pembuluh darah paru yang kolaps tampak seperti gambaran marmar (marble like

    appearance).

    Tampilan atelektasis boleh dibedakan pada gambaran CT Scan. Pada

    atelektasis lobus kiri atas, batas paru yang menghadap ke septum utama berpindah

    secara ventral membentuk irisan sepanjang kontur mediatinum anterior, ujungnya

    kearah hilus, sedangkan arteri pulmonalis kiri terdistorsi kearah superior dan anterior.

    Distorsi mediastinum ke kiri yang jelas, hiperdistensi pada lobus kiri bawah dan

    terjadi herniasi dari paru kanan diatas kontur mediastinum anterior terdiri dari

    gambaran klinis total atelektasis dari lobus atas.

    Atelektasis lobus kanan atas dapat dilihat dari gambaran crosssectional

    sebagai struktur segitiga. Batas anterior memperlihatkan septum sekunder terangkat,

    struktur konkaf atau konveks diperlihatkan sebagai septum utama.Bronkus primer

    bergeser keaarah caudal dan hilum kanan jelas terlihat terangkat.

    Gambar 25. Atelektasis lobus atas

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    29/32

    29

    Atelektasis di lobus tengah juga sering memperlihatkan gambaran triangular

    atau bentuk trapezoid pada gambar CT Scan bergeser kearah depan bawah menuju

    dinding thorak anterior.

    Gambar 26.(a)Middle lobe atelectasis with typical wing shaped appearance. (b) The segmen bronchi are

    blocked by tumor which can only be indistinctly discerned against the poorly contrasting collapsed lung

    Atelektasis pada lobus bawah memberikan gambaran yang sama pada kedua bagian.

    Bagian lobus mendatar di sepanjang mediastinum paraverebral dorsal., septum berputar ke

    tengah, dan bawah, dan menjadi batas lateral atelektasis.Oklusi sentral lobus atau bronkus

    segmental biasanya ditemukan pada atelektasis obstruksi. Pada atelektasis kompresi,

    kekurangan udara terjadi pada daerah perifer sehingga bagian tengah masih berisi udara dan

    belum mengalami atelektasis. Penyebab kompresi paru (biasanya efusi) dapat diklasifikasikan

    dengan CT Scan. Sejak kekuatan perekat dari membrane pleura dihilangkan, lobus paru yang

    tidak mengandung udara merta kea rah hilus dan bagian basal lobus tetap pada ligament paru.

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    30/32

    30

    Gambar 27. Atelektasis lobus bawah

    Round atelektasis, atelektasis kompresi karena efusi pleura dapat menjadi menetap

    (setelah pembentukan scar) walaupun efusi berkurang dan paru-paru bebas dari efusi. Pleura

    visceral mengalami invaginasi dan masuk ke dalam paru. Pada CT Scan, pembuluh darah

    bronkus beruntun seperti ekor komet untuk seluruh gambaran daerah jaringan lunak atelektasi

    di pleura.

    Gambar 28. Round Atelektasis

    Tampilan bagian paru yang mengalami atelektasis adalah sebagai berikut :

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    31/32

    31

    Gambar 29. Variasi lokasi atelektasis paru

  • 7/22/2019 BAB I- BAB III radiologi

    32/32

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps dimana paru-paru tidak dapat

    mengembang dengan sempurna . Atelektasis dapat disebabkan oleh obstruksi, kompresi dan

    sikatrik. Proses terjadinya atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan bisa juga terjadi secara

    akut.Untuk menegakkan diagnosa dan memastikan sumber penyebab dari atelektasisnya

    sendiri dapat dilakukan pemeriksaan radiologi baik berupa pemeriksaan foto polos maupun

    pemeriksaan CT Scan. Pemeriksaan foto polos dilakukan dengan posisi-posisi tertentu dan

    syarat-syarat tertentu agar dapat diperoleh hasil foto yang optimal.Pada foto polos akan

    terlihat gambaran bayangan yang lebih suram (densitas meningkat), diafragma tertarik ke

    atas, sela iga menyempit, dan mediatinum tertarik ke arah atelektasis. CT Scan dapat

    dilakukan jika masih ditemukan keraguan dalam interpretasi hasil dari foto polos thorakal.

    Tata laksana dan prognosis dari atelektasis ditentukan oleh etiologinya sendiri.