bahan paparan kapuslabfor sarasehan olah tkp
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
1/17
BADAN RESERSE KRIMINAL POLRIPUSAT LABORATORIUM FORENSIK
PERAN PUSLABFOR BARESKRIM POLRIDALAM RANGKA
SCIENTIFIC CRIME INVESTIGATION
Oleh : BRIGJEN POL Drs. ANDAYONOKAPUSLABFOR BARESKRIM POLRI
I. Pendahuluan
Dalam era globalisasi dan transparansi saat ini penyidik harus sudah
meninggalkan cara-cara penyidikan konvensional yang hanya mengandalkan
pengakuan tersangka / saksi dan harus berpindah dengan cara scientific Crime
Investigation(penyidikan secara Ilmiah). Hal ini sejalan dengan visi dan misi Polri
serta adanya tuntutan masyarakat baik nasional maupun internasional bahwa
dalam penyidikan harus menjunjung tinggi supremasi hukum dan HAM serta
tuntutan perundang-undangan kita (KUHAP) yang tidak lagi mengejar pengakuan
dalam sistem pembuktian, demi terciptanya kepastian hukum dan rasa keadilan
sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk patuh kepada hukum.
Scientific Crime Investigation yaitu proses penyidikan yang dalam
sistem pembuktiannya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi atau
memanfaatkan fungsi forensik (Identifikasi Forensik, Laboratorium Forensik,
Psikologi Forensik, Kedokteran Forensik dan ahli forensik lainnya).
Pembuktian secara ilmiah pada proses penyidikan kasus pidana akan
merupakan alat bukti yang paling dapat diandalkan dan bahkan menjadi
tulang punggung (back-bone) dalam proses peradilan pidana terutama pada
pengungkapan perkara / pelaku dalam proses penyidikan. Hal ini diakui oleh
beberapa pakar forensik dimana apabila pembuktian di pengadilan tidak
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 1
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
2/17
ditemukan saksi maka hasil pemeriksaan barang bukti menjadi alat bukti yang
utama (andalan).
Seperti telah dikenal pada sistem pembuktian menurut ilmu forensik atau
ilmu kriminalistik yaitu adanya bukti segitiga TKP (triangle crime scene) makaterdapat rantai antara korban, barang bukti dan pelaku. Dalam hal ini peran dari
micro evidence(unsur mikro barang bukti) menjadi sentral dalam scientific crime
investigation / SCI (penyidikan secara Ilmiah) karena akan menghubungkan
rantai antara korban (victim), pelaku (suspect) dan TKP serta barang bukti
(physical evidence) itu sendiri. Sehingga dari beberapa pakar berpendapat
bahwa bukti segitiga TKP dapat dikembangkan menjadi bukti segi empat
(linkage theory) yaitu dengan mengangkat TKP menjadi salah satu unsur dan
digambarkan dengan skema sebagai berikut:
TKP
Pelaku
Barang bukti
mikro EVIDENCE
Barang Bukti
Korban
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 2
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
3/17
Seperti diketahui bahwa dalam barang bukti terdapat unsur mikro dan
unsur makro. Unsur mikro apabila dilakukan pemeriksaan di laboratorium
atau oleh ahlinya akan menjadi alat bukti keterangan saksi dan atau Surat
(Berita Acara / BA) dan atau bukti petunjuk, sedangkan unsur makro apabila
dipergunakan dalam pemeriksaan saksi atau tersangka oleh penyidik dan
dibuatkan Berita Acara (BA) akan menjadi alat bukti, keterangan saksi dan atau
keterangan tersangka.
Berdasarkan uraian di atas maka fokus utama dari scientific crime
Investigation adalah barang bukti mikro (micro evidence) yaitu bagaimana
barang bukti didapatkan (proses olah TKP, proses penindakan), barang bukti
diawetkan agar tidak rusak dan diperiksa / identifikasi (proses pemeriksaan
laboratorium) dan adanya pemanfaatan hasil pemeriksaan laboratoris
kriminalistik barang bukti dan teknis kriminalistik TKP dalam proses pemeriksaan
saksi-saksi / tersangka oleh penyidik.
II. Peran Puslabfor Bareskrim Polri dalam pengolahan TKP dalam rangka
scientific crime investigation.
Sesuai Perkap Nomor 21 tahun 2010, Puslabfor merupakan unsur
pelaksana teknis yang berada di bawah Kabareskrim yang bertugas membina
dan menyelenggarakan fungsi laboratorium forensik guna mendukung
penyidikan dalam penegakkan hukum, yang dalam melaksanakan tugas
tersebut, Puslabfor menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris
kriminalistik barang bukti sesuai dengan bidang ilmu forensik dalam
rangka pembuktian ilmiah.
2. Pembinaan dan pengembangan sumber daya labfor meliputi sistem
dan metoda, sumber daya manusia, material, fasilitas dan jasa termasuk
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 3
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
4/17
instrumen analisis; serta pengembangan aplikasi ilmu forensik dalam
rangka menjamin mutu pemeriksaan; dan
3. Pembinaan teknis fungsi labfor kepada Polri dan pelayanan umum fungsi
labfor kepada masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas secara
operasional dilaksanakan oleh lima bidang yaitu :
1. Bidang kimia dan biologi forensik (bidkimbiofor)
2. Bidang fisika dan komputer forensik (bidfiskomfor)
3. Bidang dokumen dan uang palsu forensik (biddokupalfor)
4. Bidang balistik dan metalurgi forensik dan (bidbalmetfor)
5. Bidang narkotika dan obat berbahaya forensik (Bidnarkobafor)
Untuk mendistribusikan pelayanan ke wilayah-wliayah yang jauh dari
Mabes Polri, Puslabfor memiliki 6 (enam) cabang yaitu di Medan, Palembang,
Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Makasar. Dan dalam waktu dekat segera
dibangun cabang baru di Kaltim, Kalbar, Papua, dan Pakan Baru (sesuai
blueprint Bareskrim Polri, diproyeksikan pada tahun 2025 tergelar labfor cabang
untuk tiap Polda). Selain itu dengan pemikiran bahwa para penyidik pun harus
memiliki alat olah TKP yang memadai pimpinan Polri telah pula mendistribusikan
peralatan allabfor lapangan ke kepolisian kewilayahan sesuai prioritas, yang
hingga saat ini telah berjalan 3 tahap (tahap I = 6 site, tahap II = 18 site dan
tahap III =56 site) yang tergelar secara selektif prioritas.
Dalam rangka menghindari faktor-faktor subjektif dari sumber daya
manusia dalam menentukan hasil pemeriksaan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang cepat, tepat, akurat serta sesuai dengan kaidah ilmiah dan
hukum, maka diperlukan peralatan khusus (alsus) instrumen dalam mendukung
proses penyelidikan dan penyidikan.
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 4
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
5/17
Peralatan khusus untuk menunjang kegiatan operasional pemeriksaan
barang bukti di Puslabfor Bareskrim Polri terdiri atas :
1. Instrumen analisis kimia, antara lain : DNA Profilling, Gas
Chromatography(GC). High Performance Liquid Chromatography(HPLC), Ion Chromatography (IC), Atomic Absorbance Spectrometer
(AAS), Ultra Violet Ultra Violet visible spectrometer (UV UVVis), Gas
Chromatography Mass Spectrometer (GCMS), Video Spectral
Comparator (VSC), Ion Scan, Fourier Transform Infrared Spectrometer(FTIR), Inductively Coupled Plasma Spectrophotometer (ICPS),
Scanning Electron Magnetic (SEM), Foram dan lain lain.
2. Alat Ukur yang digunakan untuk melakukan kalibrasi suatu bahan
sebagai penunjang kegiatan pemeriksaan forensik.
3. Alat Optik yang digunakan untuk digabung dengan peralatan
photography, comparison microscope dan lain lain.
4. Alat Deteksi yang digunakan untuk mendeteksi suatu bahan dengan
ketajaman tinggi seperti untuk bahan peledak / explosive, gas, bahan
logam / metal dan radioaktif, seperti polygraph, voice analyzer, sabre 400
dan lain lain.
Berkaitan dengan peralatan khusus instrumen tersebut, dalam rangka
operasionalisasi, pemeriharaan dan perawatan, serta penggantian peralatan
yang sudah kadaluwarsa serta pengadaan peralatan khusus instrumen yang
baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan
anggaran yang cukup besar, sehingga Puslabfor mempunyai penampilan prima
dalam memberikan pelayan dan dukungan kepada penyidik dalam scientific
crime investigation, karena hal yang tidak mungkin operasionalisasi suatu
laboratorium tanpa didukung oleh peralatan khusus instrumen.
Sesuai dengan undang undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP
peran Puslabfor dalam proses penyidikan tindak pidana dapat dilihat dalam
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 5
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
6/17
Pasal 7 ayat (1) huruf h KUHAP yang menyatakan bahwa penyidik berwenang
mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara, Pasal 120 ayat (1) KUHAP menyatakan dalam hal
penyidik menganggap perlu, dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus. Definisi tentang ahli dapat dilihat pada pasal 1 butir 28
dan pada bagian penjelasan yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
ahli adalah seseorang yang karena keahliannya baik berdasarkan pendidikan
atau pengalamannya memiliki keahlian dalam bidangnya.
Dalam rangka memenuhi ketentuan undang undang, sesuai pasal 183 ketika
penyidik akan menentukan status seseorang menjadi tersangka, sekurang-
kurangnya harus dipenuhi dua alat bukti yang sah, sedangkan alat bukti
yang sah sesuai pasal 184 adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat,
petunjuk, dan keterangan terdakwa. Sesuai tugas pokok dan fungsinya maka
Puslabfor Bareskrim Polri dapat berperan dalam hal tersebut sebagai saksi
ahli, memberikan alat bukti surat dalam bentuk berita acara pemeriksaan serta
memberikan petunjuk sesuai hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan tindak
pidana yang terjadi mulai semenjak awal penyelidikan, penyidikan, penuntutan
serta di pengadilan.
Dalam upaya mencari dan mengumpulkan bukti dalam proses penyidikan,
penyidik diberi kewenangan seperti yang tersirat dalam Pasal 7 ayat (1) huruf
h KUHAP yang menyatakan bahwa mendatangkan orang ahli yang diperlukan
dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara dan Pasal 120 ayat (1)
KUHAP menyatakan dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta
pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.
Pengertian mendatangkan para ahli / memiliki keahlian khusus tersebut
salah satunya dapat dipenuhi oleh Laboratorium Forensik, sehingga
Laboratorium Forensik dapat berperan dalam tiap tahapan proses penegakan
hukum sebagai berikut :
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 6
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
7/17
1. Tahap penyelidikan
Pada proses penyelidikan, penyelidik mempunyai wewenang untuk
mencari keterangan dan barang bukti di TKP. Dalam rangka penanganan
TKP ini, penyelidik maupun penyidik berusaha mencari barang bukti
yang nantinya akan dilakukan pemeriksaan di Laboratorium. Untuk
mengenali, mencari, mengambil dan mengumpulkan barang bukti
tersebut diperlukan ketelitian, kecermatan dan pengetahuan atau keahlian
mengenai bahan atau barang bukti tersebut. Oleh karena itu, tahap ini
perlu melibatkan Laboratorium Forensik. Sebagai contoh kasus narkotika,
pemalsuan produk industri, kebakaran, pembunuhan, peledakan,
pencemaran lingkungan hidup / limbah dimana barang buktinya sering
bersifat mikro yang keberhasilan penemuan dan pemeriksaan sangat
tergantung terhadap teknologi yang dipergunakan. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium tersebut nantinya dapat dijadikan petunjuk dalam proses
penyelidikan / penyidikan lebih lanjut.
2. Tahap penindakan
Salah satu kegiatan penindakan adalah melakukan penyitaan
terhadap barang atau benda yang ada hubungannya dengan tindak
pidana yang terjadi. Dalam hal melakukan penyitaan terhadap benda
atau barang yang berbahaya atau mudah terkontaminasi, cara
pengambilannya memerlukan peralatan atau penanganan khusus, maka
diperlukan dukungan teknis dari Laboratorium Forensik untuk menangani
barang bukti tersebut. Sebagai contoh kasus pencemaran lingkungan,
keracunan, kebakaran dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan
bahwa barang bukti yang kemudian hari akan dilakukan pemeriksaan diLaboratorium tidak mengalami perubahan atau terkontaminasi, sehingga
hasil pemeriksaan yang dilakukan akan sesuai dengan sifat asli barang
bukti tersebut. Peran Laboratorium Forensik pada tahap penindakan
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 7
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
8/17
sangat diperlukan yaitu pada pengambilan barang bukti atau sampling
serta pengamanan atau pengawetan barang bukti yang akan diperiksa di
laboratorium.
3.
Tahap pemeriksaanPemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikkan tersangka dan atau saksi atau barang bukti,
sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti di
dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas. Salah satu kegiatan pada
tahap pemeriksaan yang berhubungan dengan Laboratorium Forensik
antara lain bahwa penyidik dapat meminta pendapat orang Ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus. Sepanjang pendapat orang Ahli
yang diminta penyidik tersebut berhubungan dengan barang bukti, maka
Ahli tersebut akan melakukan pemeriksaan atau analisa barang bukti di
laboratorium. Sebagai contoh pemeriksaan kandungan zat aktif dalam
narkotika, pemeriksaan racun dalam organ tubuh, pemeriksaan keaslian
tulisan tangan, sidik jari pada senjata api dan sebagainya. Dimana hal-
hal tersebut memerlukan pemanfaatan teknologi yang dimiliki oleh
Laboratorium Forensik.
4. Tahap penyelesaian dan penyerahan berkas perkara.
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses penyidikan. Dimana
dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, maka penyidik
wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepada Penuntut Umum.
Susunan berkas perkara, antara lain Berita Acara Pemeriksaan Ahli
mengenai barang bukti. Dengan demikian, maka peran Laboratorium
Forensik pada tahap ini adalah melakukan pembuatan Berita Acara
Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dan menyerahkannya kepada
penyidik.
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 8
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
9/17
5. Tahap penuntutan
Peran Laboratorium Forensik Polri dalam hal proses penuntutan,
Penuntut Umum dapat melakukan konsultasi dengan pemeriksa Ahli dari
Laboratorium Forensik tentang hasil pemeriksaan laboratoris kriminalistik,
sehingga unsur pidana yang didakwakan kepada tersangka menjadi lebih
akurat. Selain itu, dalam hal Jaksa melakukan penyidikan kasus tindak
pidana khusus, maka jaksa sebagai penyidik dapat mengirimkan barang
bukti untuk diperiksa oleh Ahli di Laboratorium Forensik.
6. Tahap peradilan
Peran Laboratorium Forensik Polri dalam tahap Peradilan, menurut
KUHAP Pasal 184 ayat 1, ada 5 (lima) alat bukti yang sah, Dari ke-
5 (lima) alat bukti tersebut diatas, minimal 3 (tiga) diantaranya dapat
diemban oleh laboratorium forensik Polri yaitu keterangan ahli, surat dan
petunjuk berdasarkan hasil pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan
pemeriksaan laboratoris barang bukti dalam bentuk produk pemeriksaan
laboratorium forensik Polri.
Dalam rangka memberikan pelayanan Pemeriksaan Teknis kriminalistik
TKP dan Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Barang bukti kepada penyidik,
telah diatur dan diuraikan dalam perkap 10 Tahun 2009 tentang tentang Tata
cara dan Persyaratan permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP dan
Laboratoris Barang Bukti kepada Laboratorium Forensik Polri.
Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP yang dilaksanakan oleh Puslabfor
adalah pemeriksaan dalam rangka pencarian, pengambilan, pengamanan,
pengawetan, pemeriksaan pendahuluan (preliminary test) barang bukti yang
dalam penanganannya memerlukan pengetahuan teknis kriminalistik sesuai
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 9
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
10/17
pasal 1 ayat 6 Perkap 10 Tahun 2009, sedangkan Pemeriksaan laboratoris
kriminalistik barang bukti adalah pemeriksaan terhadap barang bukti yang
diperoleh dari pencarian, pengambilan, penyitaan, pengamanan dan pengiriman
petugas Polri atau instansi penegak hukum lainnya, yang dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah di Labfor Polri, agar barang bukti yang
telah diperiksa dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti yang sah sesuai
pasal 1 ayat 7 Perkap 10 tahun 2009 dan KUHAP pasal 183 / 184.
Sesuai dengan uraian tersebut diatas pada dasarnya apabila penyidik
telah mampu melakukan pencarian, pangamanan, pengawetan, pemeriksaan
pendahuluan, maka laboratorium forensik tinggal menerima barang bukti
tersebut untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium, namun untuk kondisi TKP
tertentu kadang-kadang, atau penyidik memandang laboratorium forensik perlu
melakukan pemeriksaan di TKP antara lain karena : pencarian dan pengambilan
BB memerlukan metode dan peralatan khusus yang belum dimiliki penyidik
(contoh :mencari darah dilantai yg sudah dibersihkan dll), karena bentuk dan
sifatnya barang bukti tidak dapat dibawa ke laboratorium (contoh: lantainya
sendiri), untuk mendapat sample atau barang bukti yang baik perlu dilakukan
uji pendahuluan (pre leminari test) dilapangan dan lain lain (contoh :mencari
sample darah disaluran pembuangan dan sebagainya).
Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP yang dapat dimintakan bantuan
labfor tercantum dalam pasal 5 ayat (2) Perkap nomor 10 Tahun 2009 yaitu :
1. pembunuhan;
2. perkosaan;
3. pencurian;
4. penembakan;
5. kebakaran/pembakaran;6. kejahatan komputer;
7. kecelakaan;
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 10
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
11/17
8. kecelakaan kerja;
9. sabotase;
10. peledakan;
11. terorisme;
12. keracunan;
13. laboratorium ilegal (clandestine Laboratory);
14. pencemaran lingkungan/limbah berbahaya; dan
15. kasus-kasus lain yang menurut pertimbangan penyidik memerlukan
dukungan Labfor Polri.
Pada Perkap nomor 10 tahun 2009 khususnya terkait Tata cara dan
Persyaratan permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP, ada beberapabutir yang merupakan penyempurnaan dari Juknis 822 dan 844 (yang diberi
huruf garis bawah)
Pasal 6
(1) Tata cara permintaan pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP adalahsebagai berikut:
a. kepala kesatuan kewilayahan atau kepala/pimpinan instansi,mengajukan permintaan pemeriksaan secara tertulis kepada
Kalabfor Polri segera setelah kejadian diketahui, denganmenjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan;b. dalam hal tertentu dan keadaan mendesak permintaan
pemeriksaan dapat diajukan secara lisan atau melalui telepon, danpermintaan tertulis harus sudah disusulkan paling lama 7 (tujuh)hari kerja setelah pemeriksaan TKP dilaksanakan; dan
c. permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, wajibdilengkapi persyaratan formal dan teknis sesuai dengan jenispemeriksaan.
(2) Apabila terdapat kekurangan persyaratan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c, Kalabfor Polri meminta kekurangan persyaratan tersebutsecara tertulis kepada kepala kesatuan kewilayahan atau kepala/pimpinaninstansi yang mengajukan permintaan pemeriksaan untuk dipenuhi dalambatas waktu 14 (empat belas) hari kerja.
(3) Setelah 2 (dua) kali permintaan kekurangan persyaratan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi, Labfor Polri akan
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 11
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
12/17
mengembalikan berkas permintaan pemeriksaan TKP tanpa memberikanhasil pemeriksaan TKP.
(4) Permintaan pemeriksaan dapat diajukan kembali dengan permintaan barusetelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c.
Pasal 7
1. Sebelum Kepala kesatuan kewilayahan atau Kepala/pimpinan instansimengajukan permintaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (1), harus menjamin bahwa TKP masih terjaga keaslian(status quo) nya.
2. Apabila TKP telah mengalami kerusakan/terkontaminasi, makapemeriksaan teknis kriminalistik tidak dapat dilakukan.
Pasal 8
1. Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP, dilakukan oleh personel Labfor Polribersama dengan penyidik secara terpadu dan proporsional.
2. Untuk kelancaran pemeriksaan teknis kriminalistik TKP, penyidik harusmenguasai permasalahan yang berkaitan dengan kasus.
3. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), membuat administrasipenyidikan yang berkaitan dengan pemeriksaan TKP dan penangananbarang bukti.
Sedangkan Untuk permintaan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti
secara lengkap bisa dilihat pada Perkap 10 tahun 2009 tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Tempat Kejadian
Perkara dan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium
Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia
III. Keterpaduan fungsi dalam pengolahan TKP dalam rangka scientific crime
investigation.
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 12
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
13/17
Salah satu pengalaman Polri yang sangat spektrakuler dengan
menggunakan metode scientific crime investigationadalah pengungkapan kasus
kasus bom. Pengungkapan Kasus Bom Bali sebagai contohnya, pada awalnya
banyak diragukan berbagai pihak, apa mungkin Polri mampu mengungkapnya?
Bahkan ketika setahap demi setahap mulai menapak mengungkap bom bali
langsung terdengar tuduhan tak sedap, Polri telah merekayasa kasusnya.
Keberhasilan tersebut tentunya tidak lepas dari keterpaduan fungsi dan peran
para ahli forensik dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berawal dari pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan melakukan
pemeriksaan dan menghubungkan micro evidence (barang bukti mikro),
seperti pengungkapan identitas korban menggunakan pemeriksaan sidik jari
(daktiloskopi), pemeriksaan deoxirybose nucleic acid (DNA), Serologi / darah,
Odontologi Forensik (pemeriksaan gigi), disaster victimiIdentification (DVI) dan
lain lain. Pengungkapan dengan menggunakan ilmu kimia, fisika dan lain lain
yang dilakukan PUSLABFOR BARESKRIM POLRI termasuk proses pelacakan
salah satu tersangka yang didasarkan nomor seri kendaraan bermotor (nomor
rangka dan nomor mesin) dengan metode penimbulan kembali (re-etching)
nomor nomor tersebut yang telah dirusak dengan reaksi kimia tertentu, serta
penentuan bahan isian bom yang ditemukan di TKP yang identik dengan bahan
yang ada di tubuh, pakaian, rumah, kendaraan tersangka.
Pengolahan TKP dalam proses penegakan hukum pada dasarnya
adalah tugas dari penyidik, namun karena kadang kala dalam penangannan
TKP diperlukan keahlian (pengemban ilmu forensik) tertentu, maka penyidik
berdasarkan kewenangannya sesuai uraian pada awal tulisan dapat minta
bantuan ahli (pengemban ilmu forensik). Kadang kala dalam penanganan suatu
kasus, diperlukan bukan hanya satu ahli saja, misalnya untuk olah TKP yangberkaitan dengan BOM, paling tidak ada 3 (tiga) pengemban forensik yang
harus memainkan peranannya yaitu kedokteran forensik, identifikasi forensik
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 13
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
14/17
(Inafis), dan laboratorium forensik. Selain itu untuk kepentingan keamanan dan
pengembangan penyidikan, kadang kala penyidik memerlukan juga tim gegana,
anjing pelacak serta ahli lain, selain sabhara untuk menjaga sekitar TKP.
Banyaknya pihak yang turut berperan dalam penangaan TKP, sehingga
memerlukan koordinasi agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik,
dan agar masing masing fungsi dapat berperan dengan baik harus ada yang
mengatur dan mengkoordinasikannya, yang dalam hal ini penyidik lah selaku
manajer / penanggung jawab TKP yang harus berperan sebagai koordinator
yang mengatur pelaksanaan olah TKP sesuai kebutuhan, sedangkan para
pengemban ilmu forensik berperan sebagai dukungan teknis (supporting team).
Sesuai pasal 14 ayat 1 huruf h Undang Undang Repuplik Indonesia nomor
2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa
sebagai pengemban fungsi forensik di lingkungan Polri, dalam SOTK Mabes
Polri yang baru secara struktural saat ini masih terpisah - pisah dimana fungsi
sebagai personal Identification diemban oleh Pusat Identifikasi Bareskrim Polri,
fungsi physical evidence Identification diemban oleh Pusat Laboratorium
Forensik Bareskrim Polri, Fungsi Kedokteran Forensik diemban oleh Bidang
Kedokteran Kepolisian Pusat Kedokteran Kesehatan Polri dan fungsi Psikologi
Forensik diemban oleh Bagian Psikologi Kepolisian, Biro Psikologi, As SDM Polri
sehingga koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas sering terhambat birokrasi.
Sebenarnya pada tahun 1995, ketentuan terkait keterpaduan fungsi dalam
pelaksanaan olah TKP pernah ada, walaupun hanya merupakan surat perintah
Deputi operasi atas nama Kapolri kepada pihak-pihak terkait dengan menunjuk
nama dan jabatan untuk malaksanakan olah TKP secara terpadu yaitu Surat
perintahDeop Kapolri No. Pol : Sprin / 2375 / IX / 1995 tanggal 13 September
1995. Tentang pembentukan Tim olah TKP terpadu dari unsur Labfor,
Identifikasi dan Dokkes sebagai Unit pengolah TKPdi tingkat Mabes Polri. Surat
Perintah keterpaduan olah TKP tersebut terbukti efektif dapat mengungkapkan
beberapa kasus dengan lebih cepat, mulai dari olah TKP hingga pengajuan
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 14
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
15/17
berkas ke penuntut umum. Tentunya kita masih ingat beberapa keberhasilan
pengungkapan kasus kasus besar yang melibatkan keterpaduan fungsi
dan terbukti berhasil seperi kasus Bom bali dan sebagainya, Namun karena
berbentuk Surat perintah dan ditujukan kepada pejabat tertentu serta bersifat
sesaat maka ketika terjadi pergantian pejabat, Surat perintah tersebut secara
defakto sudah tidak berfungsi lagi.
Dalam konsep keterpaduan olah TKP tersebut dimulai bagaimana
penyidik dapat segera menghubungi pihak-pihak terkait untuk minta bantuan
olah TKP, bagaimana para pengembang fungsi forensik berkoordinasi untuk
menentukan ahli apa saja yang diperlukan untuk kasus tertentu, kemudian diatur
urut-urutan masuk ke TKP sesuai dengan kepentingan fungsi masing masing
pengemban fungsi forensik, hingga rapat de brifing setelah selesai malakukan
olah TKP, sehingga setelah olah TKP selesai penyidik sudah memperoleh
gambaran kasus yang terjadi dan memperoleh arah penyidikan yang dapat
segera ditindak lanjuti.
Dari sarasehan ini diharapkan muncul ide ide segar dan terobosan kreatif
yang yang membumi terkait penanganan /pengolahan TKP dengan keterpaduan
fungsi kepolisian / forensik selanjutnya menjadi program unggulan dalam
program revitalisasi Bareskrim Polri sehingga dapat memberikan pelayanan
prima kepolisian, khususnya dalam olah TKP.
IV. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
1. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yaitu melakukan
pemeriksaan TKP dan barang bukti secara ilmiah dalam rangka
mendukung penyelidikan dan penyidikan secara ilmiah (Scientific
Crime Investigation), Laboratorium Forensik bersinergi dengan
pengemban fungsi forensik lainnya berperan serta mendukung
program Revitalisasi Polri menuju pelayanan prima.
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 15
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
16/17
2. penyidik dapat meminta bantuan pemeriksaaan teknik kriminalistik
TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti
dengan memenuhi persyaratan formal dan teknis sesuai Peraturan
Kapolri Nomor 10 tahun 2009 tentang Tata cara dan Persyaratan
permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP dan Laboratoris
Barang Bukti kepada Laboratorium Forensik Polri.
3. Agar diperoleh hasil pemeriksaan teknik kriminalistik TKP dan
pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti yang cepat,
tepat, akurat serta sesuai dengan kaidah kaidah ilmiah dan hukum
harus didukung peralatan khusus instrumen canggih sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
b. Rekomendasi
1. Pemanfaatan dan keterpaduan fungsi kepolisian / forensik dalam
rangka scientific crime investigation telah terbukti handal dan
mampu mengungkap berbagai kasus tindak pidana, sehingga perlu
menjadi program unggulan dalam program revitalisasi Bareskrim
Polri melalui program pembenahan reserse dan mempercepat
perubahan budaya Polri dengan memacu perubahan pola pikir(mind set) dan budaya kerja (culture set) penyidik Polri.
2. Puslabfor Bareskrim Polri dalam scientific crime invesitigation
tidak bisa lepas dari dukungan sarana dan prasasana berupa
peralatan khusus instrumen, sehingga membutuhkan ketersediaan
dukungan anggaran yang memadai, baik untuk operasional,
pemeliharaan dan perawatan serta penggantian peralatan yang
sudah kadaluwarsa.
V. Penutup
Demikian gambaran tentang peran Pusat laboratorium forensik
Bareskrim Polri dalam pengolahan TKP dalam rangka Scientific Crime
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 16
-
7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP
17/17
Investigation yang dapat disampaikan, mudah mudahan dapat dijadikan bahan
masukan bagi para peserta workhop untuk menyusun hasil dari workshop
dengan tema : Revitalisasi pengamanan dan pengolahan TKP dalam rangka
meningkatkan profesionalisme penyidik tindak pidana guna menghadapi
perkembangan kejahatan dan tuntutan reformasi birokrasi penegakan hukum,
yang dilaksanakan di hotel Borobudur pada tanggal 21 Desember 2011
Jakarta, 21 Desember 2011
KAPUSLABFOR BARESKRIM POLRI
Drs. ANDAYONOBRIGADIR JENDERAL POLISI
Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011
Page 17