bahan paparan kapuslabfor sarasehan olah tkp

Upload: pahrul-irfan

Post on 10-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    1/17

    BADAN RESERSE KRIMINAL POLRIPUSAT LABORATORIUM FORENSIK

    PERAN PUSLABFOR BARESKRIM POLRIDALAM RANGKA

    SCIENTIFIC CRIME INVESTIGATION

    Oleh : BRIGJEN POL Drs. ANDAYONOKAPUSLABFOR BARESKRIM POLRI

    I. Pendahuluan

    Dalam era globalisasi dan transparansi saat ini penyidik harus sudah

    meninggalkan cara-cara penyidikan konvensional yang hanya mengandalkan

    pengakuan tersangka / saksi dan harus berpindah dengan cara scientific Crime

    Investigation(penyidikan secara Ilmiah). Hal ini sejalan dengan visi dan misi Polri

    serta adanya tuntutan masyarakat baik nasional maupun internasional bahwa

    dalam penyidikan harus menjunjung tinggi supremasi hukum dan HAM serta

    tuntutan perundang-undangan kita (KUHAP) yang tidak lagi mengejar pengakuan

    dalam sistem pembuktian, demi terciptanya kepastian hukum dan rasa keadilan

    sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk patuh kepada hukum.

    Scientific Crime Investigation yaitu proses penyidikan yang dalam

    sistem pembuktiannya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi atau

    memanfaatkan fungsi forensik (Identifikasi Forensik, Laboratorium Forensik,

    Psikologi Forensik, Kedokteran Forensik dan ahli forensik lainnya).

    Pembuktian secara ilmiah pada proses penyidikan kasus pidana akan

    merupakan alat bukti yang paling dapat diandalkan dan bahkan menjadi

    tulang punggung (back-bone) dalam proses peradilan pidana terutama pada

    pengungkapan perkara / pelaku dalam proses penyidikan. Hal ini diakui oleh

    beberapa pakar forensik dimana apabila pembuktian di pengadilan tidak

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 1

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    2/17

    ditemukan saksi maka hasil pemeriksaan barang bukti menjadi alat bukti yang

    utama (andalan).

    Seperti telah dikenal pada sistem pembuktian menurut ilmu forensik atau

    ilmu kriminalistik yaitu adanya bukti segitiga TKP (triangle crime scene) makaterdapat rantai antara korban, barang bukti dan pelaku. Dalam hal ini peran dari

    micro evidence(unsur mikro barang bukti) menjadi sentral dalam scientific crime

    investigation / SCI (penyidikan secara Ilmiah) karena akan menghubungkan

    rantai antara korban (victim), pelaku (suspect) dan TKP serta barang bukti

    (physical evidence) itu sendiri. Sehingga dari beberapa pakar berpendapat

    bahwa bukti segitiga TKP dapat dikembangkan menjadi bukti segi empat

    (linkage theory) yaitu dengan mengangkat TKP menjadi salah satu unsur dan

    digambarkan dengan skema sebagai berikut:

    TKP

    Pelaku

    Barang bukti

    mikro EVIDENCE

    Barang Bukti

    Korban

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 2

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    3/17

    Seperti diketahui bahwa dalam barang bukti terdapat unsur mikro dan

    unsur makro. Unsur mikro apabila dilakukan pemeriksaan di laboratorium

    atau oleh ahlinya akan menjadi alat bukti keterangan saksi dan atau Surat

    (Berita Acara / BA) dan atau bukti petunjuk, sedangkan unsur makro apabila

    dipergunakan dalam pemeriksaan saksi atau tersangka oleh penyidik dan

    dibuatkan Berita Acara (BA) akan menjadi alat bukti, keterangan saksi dan atau

    keterangan tersangka.

    Berdasarkan uraian di atas maka fokus utama dari scientific crime

    Investigation adalah barang bukti mikro (micro evidence) yaitu bagaimana

    barang bukti didapatkan (proses olah TKP, proses penindakan), barang bukti

    diawetkan agar tidak rusak dan diperiksa / identifikasi (proses pemeriksaan

    laboratorium) dan adanya pemanfaatan hasil pemeriksaan laboratoris

    kriminalistik barang bukti dan teknis kriminalistik TKP dalam proses pemeriksaan

    saksi-saksi / tersangka oleh penyidik.

    II. Peran Puslabfor Bareskrim Polri dalam pengolahan TKP dalam rangka

    scientific crime investigation.

    Sesuai Perkap Nomor 21 tahun 2010, Puslabfor merupakan unsur

    pelaksana teknis yang berada di bawah Kabareskrim yang bertugas membina

    dan menyelenggarakan fungsi laboratorium forensik guna mendukung

    penyidikan dalam penegakkan hukum, yang dalam melaksanakan tugas

    tersebut, Puslabfor menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

    1. Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris

    kriminalistik barang bukti sesuai dengan bidang ilmu forensik dalam

    rangka pembuktian ilmiah.

    2. Pembinaan dan pengembangan sumber daya labfor meliputi sistem

    dan metoda, sumber daya manusia, material, fasilitas dan jasa termasuk

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 3

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    4/17

    instrumen analisis; serta pengembangan aplikasi ilmu forensik dalam

    rangka menjamin mutu pemeriksaan; dan

    3. Pembinaan teknis fungsi labfor kepada Polri dan pelayanan umum fungsi

    labfor kepada masyarakat.

    Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas secara

    operasional dilaksanakan oleh lima bidang yaitu :

    1. Bidang kimia dan biologi forensik (bidkimbiofor)

    2. Bidang fisika dan komputer forensik (bidfiskomfor)

    3. Bidang dokumen dan uang palsu forensik (biddokupalfor)

    4. Bidang balistik dan metalurgi forensik dan (bidbalmetfor)

    5. Bidang narkotika dan obat berbahaya forensik (Bidnarkobafor)

    Untuk mendistribusikan pelayanan ke wilayah-wliayah yang jauh dari

    Mabes Polri, Puslabfor memiliki 6 (enam) cabang yaitu di Medan, Palembang,

    Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Makasar. Dan dalam waktu dekat segera

    dibangun cabang baru di Kaltim, Kalbar, Papua, dan Pakan Baru (sesuai

    blueprint Bareskrim Polri, diproyeksikan pada tahun 2025 tergelar labfor cabang

    untuk tiap Polda). Selain itu dengan pemikiran bahwa para penyidik pun harus

    memiliki alat olah TKP yang memadai pimpinan Polri telah pula mendistribusikan

    peralatan allabfor lapangan ke kepolisian kewilayahan sesuai prioritas, yang

    hingga saat ini telah berjalan 3 tahap (tahap I = 6 site, tahap II = 18 site dan

    tahap III =56 site) yang tergelar secara selektif prioritas.

    Dalam rangka menghindari faktor-faktor subjektif dari sumber daya

    manusia dalam menentukan hasil pemeriksaan sehingga diperoleh hasil

    pemeriksaan yang cepat, tepat, akurat serta sesuai dengan kaidah ilmiah dan

    hukum, maka diperlukan peralatan khusus (alsus) instrumen dalam mendukung

    proses penyelidikan dan penyidikan.

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 4

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    5/17

    Peralatan khusus untuk menunjang kegiatan operasional pemeriksaan

    barang bukti di Puslabfor Bareskrim Polri terdiri atas :

    1. Instrumen analisis kimia, antara lain : DNA Profilling, Gas

    Chromatography(GC). High Performance Liquid Chromatography(HPLC), Ion Chromatography (IC), Atomic Absorbance Spectrometer

    (AAS), Ultra Violet Ultra Violet visible spectrometer (UV UVVis), Gas

    Chromatography Mass Spectrometer (GCMS), Video Spectral

    Comparator (VSC), Ion Scan, Fourier Transform Infrared Spectrometer(FTIR), Inductively Coupled Plasma Spectrophotometer (ICPS),

    Scanning Electron Magnetic (SEM), Foram dan lain lain.

    2. Alat Ukur yang digunakan untuk melakukan kalibrasi suatu bahan

    sebagai penunjang kegiatan pemeriksaan forensik.

    3. Alat Optik yang digunakan untuk digabung dengan peralatan

    photography, comparison microscope dan lain lain.

    4. Alat Deteksi yang digunakan untuk mendeteksi suatu bahan dengan

    ketajaman tinggi seperti untuk bahan peledak / explosive, gas, bahan

    logam / metal dan radioaktif, seperti polygraph, voice analyzer, sabre 400

    dan lain lain.

    Berkaitan dengan peralatan khusus instrumen tersebut, dalam rangka

    operasionalisasi, pemeriharaan dan perawatan, serta penggantian peralatan

    yang sudah kadaluwarsa serta pengadaan peralatan khusus instrumen yang

    baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan

    anggaran yang cukup besar, sehingga Puslabfor mempunyai penampilan prima

    dalam memberikan pelayan dan dukungan kepada penyidik dalam scientific

    crime investigation, karena hal yang tidak mungkin operasionalisasi suatu

    laboratorium tanpa didukung oleh peralatan khusus instrumen.

    Sesuai dengan undang undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP

    peran Puslabfor dalam proses penyidikan tindak pidana dapat dilihat dalam

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 5

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    6/17

    Pasal 7 ayat (1) huruf h KUHAP yang menyatakan bahwa penyidik berwenang

    mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

    pemeriksaan perkara, Pasal 120 ayat (1) KUHAP menyatakan dalam hal

    penyidik menganggap perlu, dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang

    memiliki keahlian khusus. Definisi tentang ahli dapat dilihat pada pasal 1 butir 28

    dan pada bagian penjelasan yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

    ahli adalah seseorang yang karena keahliannya baik berdasarkan pendidikan

    atau pengalamannya memiliki keahlian dalam bidangnya.

    Dalam rangka memenuhi ketentuan undang undang, sesuai pasal 183 ketika

    penyidik akan menentukan status seseorang menjadi tersangka, sekurang-

    kurangnya harus dipenuhi dua alat bukti yang sah, sedangkan alat bukti

    yang sah sesuai pasal 184 adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat,

    petunjuk, dan keterangan terdakwa. Sesuai tugas pokok dan fungsinya maka

    Puslabfor Bareskrim Polri dapat berperan dalam hal tersebut sebagai saksi

    ahli, memberikan alat bukti surat dalam bentuk berita acara pemeriksaan serta

    memberikan petunjuk sesuai hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan tindak

    pidana yang terjadi mulai semenjak awal penyelidikan, penyidikan, penuntutan

    serta di pengadilan.

    Dalam upaya mencari dan mengumpulkan bukti dalam proses penyidikan,

    penyidik diberi kewenangan seperti yang tersirat dalam Pasal 7 ayat (1) huruf

    h KUHAP yang menyatakan bahwa mendatangkan orang ahli yang diperlukan

    dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara dan Pasal 120 ayat (1)

    KUHAP menyatakan dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta

    pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.

    Pengertian mendatangkan para ahli / memiliki keahlian khusus tersebut

    salah satunya dapat dipenuhi oleh Laboratorium Forensik, sehingga

    Laboratorium Forensik dapat berperan dalam tiap tahapan proses penegakan

    hukum sebagai berikut :

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 6

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    7/17

    1. Tahap penyelidikan

    Pada proses penyelidikan, penyelidik mempunyai wewenang untuk

    mencari keterangan dan barang bukti di TKP. Dalam rangka penanganan

    TKP ini, penyelidik maupun penyidik berusaha mencari barang bukti

    yang nantinya akan dilakukan pemeriksaan di Laboratorium. Untuk

    mengenali, mencari, mengambil dan mengumpulkan barang bukti

    tersebut diperlukan ketelitian, kecermatan dan pengetahuan atau keahlian

    mengenai bahan atau barang bukti tersebut. Oleh karena itu, tahap ini

    perlu melibatkan Laboratorium Forensik. Sebagai contoh kasus narkotika,

    pemalsuan produk industri, kebakaran, pembunuhan, peledakan,

    pencemaran lingkungan hidup / limbah dimana barang buktinya sering

    bersifat mikro yang keberhasilan penemuan dan pemeriksaan sangat

    tergantung terhadap teknologi yang dipergunakan. Dari hasil pemeriksaan

    laboratorium tersebut nantinya dapat dijadikan petunjuk dalam proses

    penyelidikan / penyidikan lebih lanjut.

    2. Tahap penindakan

    Salah satu kegiatan penindakan adalah melakukan penyitaan

    terhadap barang atau benda yang ada hubungannya dengan tindak

    pidana yang terjadi. Dalam hal melakukan penyitaan terhadap benda

    atau barang yang berbahaya atau mudah terkontaminasi, cara

    pengambilannya memerlukan peralatan atau penanganan khusus, maka

    diperlukan dukungan teknis dari Laboratorium Forensik untuk menangani

    barang bukti tersebut. Sebagai contoh kasus pencemaran lingkungan,

    keracunan, kebakaran dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan

    bahwa barang bukti yang kemudian hari akan dilakukan pemeriksaan diLaboratorium tidak mengalami perubahan atau terkontaminasi, sehingga

    hasil pemeriksaan yang dilakukan akan sesuai dengan sifat asli barang

    bukti tersebut. Peran Laboratorium Forensik pada tahap penindakan

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 7

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    8/17

    sangat diperlukan yaitu pada pengambilan barang bukti atau sampling

    serta pengamanan atau pengawetan barang bukti yang akan diperiksa di

    laboratorium.

    3.

    Tahap pemeriksaanPemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan,

    kejelasan dan keidentikkan tersangka dan atau saksi atau barang bukti,

    sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti di

    dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas. Salah satu kegiatan pada

    tahap pemeriksaan yang berhubungan dengan Laboratorium Forensik

    antara lain bahwa penyidik dapat meminta pendapat orang Ahli atau

    orang yang memiliki keahlian khusus. Sepanjang pendapat orang Ahli

    yang diminta penyidik tersebut berhubungan dengan barang bukti, maka

    Ahli tersebut akan melakukan pemeriksaan atau analisa barang bukti di

    laboratorium. Sebagai contoh pemeriksaan kandungan zat aktif dalam

    narkotika, pemeriksaan racun dalam organ tubuh, pemeriksaan keaslian

    tulisan tangan, sidik jari pada senjata api dan sebagainya. Dimana hal-

    hal tersebut memerlukan pemanfaatan teknologi yang dimiliki oleh

    Laboratorium Forensik.

    4. Tahap penyelesaian dan penyerahan berkas perkara.

    Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses penyidikan. Dimana

    dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, maka penyidik

    wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepada Penuntut Umum.

    Susunan berkas perkara, antara lain Berita Acara Pemeriksaan Ahli

    mengenai barang bukti. Dengan demikian, maka peran Laboratorium

    Forensik pada tahap ini adalah melakukan pembuatan Berita Acara

    Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dan menyerahkannya kepada

    penyidik.

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 8

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    9/17

    5. Tahap penuntutan

    Peran Laboratorium Forensik Polri dalam hal proses penuntutan,

    Penuntut Umum dapat melakukan konsultasi dengan pemeriksa Ahli dari

    Laboratorium Forensik tentang hasil pemeriksaan laboratoris kriminalistik,

    sehingga unsur pidana yang didakwakan kepada tersangka menjadi lebih

    akurat. Selain itu, dalam hal Jaksa melakukan penyidikan kasus tindak

    pidana khusus, maka jaksa sebagai penyidik dapat mengirimkan barang

    bukti untuk diperiksa oleh Ahli di Laboratorium Forensik.

    6. Tahap peradilan

    Peran Laboratorium Forensik Polri dalam tahap Peradilan, menurut

    KUHAP Pasal 184 ayat 1, ada 5 (lima) alat bukti yang sah, Dari ke-

    5 (lima) alat bukti tersebut diatas, minimal 3 (tiga) diantaranya dapat

    diemban oleh laboratorium forensik Polri yaitu keterangan ahli, surat dan

    petunjuk berdasarkan hasil pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan

    pemeriksaan laboratoris barang bukti dalam bentuk produk pemeriksaan

    laboratorium forensik Polri.

    Dalam rangka memberikan pelayanan Pemeriksaan Teknis kriminalistik

    TKP dan Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Barang bukti kepada penyidik,

    telah diatur dan diuraikan dalam perkap 10 Tahun 2009 tentang tentang Tata

    cara dan Persyaratan permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP dan

    Laboratoris Barang Bukti kepada Laboratorium Forensik Polri.

    Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP yang dilaksanakan oleh Puslabfor

    adalah pemeriksaan dalam rangka pencarian, pengambilan, pengamanan,

    pengawetan, pemeriksaan pendahuluan (preliminary test) barang bukti yang

    dalam penanganannya memerlukan pengetahuan teknis kriminalistik sesuai

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 9

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    10/17

    pasal 1 ayat 6 Perkap 10 Tahun 2009, sedangkan Pemeriksaan laboratoris

    kriminalistik barang bukti adalah pemeriksaan terhadap barang bukti yang

    diperoleh dari pencarian, pengambilan, penyitaan, pengamanan dan pengiriman

    petugas Polri atau instansi penegak hukum lainnya, yang dilakukan

    dengan menggunakan metode ilmiah di Labfor Polri, agar barang bukti yang

    telah diperiksa dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti yang sah sesuai

    pasal 1 ayat 7 Perkap 10 tahun 2009 dan KUHAP pasal 183 / 184.

    Sesuai dengan uraian tersebut diatas pada dasarnya apabila penyidik

    telah mampu melakukan pencarian, pangamanan, pengawetan, pemeriksaan

    pendahuluan, maka laboratorium forensik tinggal menerima barang bukti

    tersebut untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium, namun untuk kondisi TKP

    tertentu kadang-kadang, atau penyidik memandang laboratorium forensik perlu

    melakukan pemeriksaan di TKP antara lain karena : pencarian dan pengambilan

    BB memerlukan metode dan peralatan khusus yang belum dimiliki penyidik

    (contoh :mencari darah dilantai yg sudah dibersihkan dll), karena bentuk dan

    sifatnya barang bukti tidak dapat dibawa ke laboratorium (contoh: lantainya

    sendiri), untuk mendapat sample atau barang bukti yang baik perlu dilakukan

    uji pendahuluan (pre leminari test) dilapangan dan lain lain (contoh :mencari

    sample darah disaluran pembuangan dan sebagainya).

    Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP yang dapat dimintakan bantuan

    labfor tercantum dalam pasal 5 ayat (2) Perkap nomor 10 Tahun 2009 yaitu :

    1. pembunuhan;

    2. perkosaan;

    3. pencurian;

    4. penembakan;

    5. kebakaran/pembakaran;6. kejahatan komputer;

    7. kecelakaan;

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 10

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    11/17

    8. kecelakaan kerja;

    9. sabotase;

    10. peledakan;

    11. terorisme;

    12. keracunan;

    13. laboratorium ilegal (clandestine Laboratory);

    14. pencemaran lingkungan/limbah berbahaya; dan

    15. kasus-kasus lain yang menurut pertimbangan penyidik memerlukan

    dukungan Labfor Polri.

    Pada Perkap nomor 10 tahun 2009 khususnya terkait Tata cara dan

    Persyaratan permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP, ada beberapabutir yang merupakan penyempurnaan dari Juknis 822 dan 844 (yang diberi

    huruf garis bawah)

    Pasal 6

    (1) Tata cara permintaan pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP adalahsebagai berikut:

    a. kepala kesatuan kewilayahan atau kepala/pimpinan instansi,mengajukan permintaan pemeriksaan secara tertulis kepada

    Kalabfor Polri segera setelah kejadian diketahui, denganmenjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan;b. dalam hal tertentu dan keadaan mendesak permintaan

    pemeriksaan dapat diajukan secara lisan atau melalui telepon, danpermintaan tertulis harus sudah disusulkan paling lama 7 (tujuh)hari kerja setelah pemeriksaan TKP dilaksanakan; dan

    c. permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, wajibdilengkapi persyaratan formal dan teknis sesuai dengan jenispemeriksaan.

    (2) Apabila terdapat kekurangan persyaratan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c, Kalabfor Polri meminta kekurangan persyaratan tersebutsecara tertulis kepada kepala kesatuan kewilayahan atau kepala/pimpinaninstansi yang mengajukan permintaan pemeriksaan untuk dipenuhi dalambatas waktu 14 (empat belas) hari kerja.

    (3) Setelah 2 (dua) kali permintaan kekurangan persyaratan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi, Labfor Polri akan

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 11

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    12/17

    mengembalikan berkas permintaan pemeriksaan TKP tanpa memberikanhasil pemeriksaan TKP.

    (4) Permintaan pemeriksaan dapat diajukan kembali dengan permintaan barusetelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c.

    Pasal 7

    1. Sebelum Kepala kesatuan kewilayahan atau Kepala/pimpinan instansimengajukan permintaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (1), harus menjamin bahwa TKP masih terjaga keaslian(status quo) nya.

    2. Apabila TKP telah mengalami kerusakan/terkontaminasi, makapemeriksaan teknis kriminalistik tidak dapat dilakukan.

    Pasal 8

    1. Pemeriksaan teknis kriminalistik TKP, dilakukan oleh personel Labfor Polribersama dengan penyidik secara terpadu dan proporsional.

    2. Untuk kelancaran pemeriksaan teknis kriminalistik TKP, penyidik harusmenguasai permasalahan yang berkaitan dengan kasus.

    3. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), membuat administrasipenyidikan yang berkaitan dengan pemeriksaan TKP dan penangananbarang bukti.

    Sedangkan Untuk permintaan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti

    secara lengkap bisa dilihat pada Perkap 10 tahun 2009 tentang Tata Cara Dan

    Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Tempat Kejadian

    Perkara dan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium

    Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia

    III. Keterpaduan fungsi dalam pengolahan TKP dalam rangka scientific crime

    investigation.

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 12

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    13/17

    Salah satu pengalaman Polri yang sangat spektrakuler dengan

    menggunakan metode scientific crime investigationadalah pengungkapan kasus

    kasus bom. Pengungkapan Kasus Bom Bali sebagai contohnya, pada awalnya

    banyak diragukan berbagai pihak, apa mungkin Polri mampu mengungkapnya?

    Bahkan ketika setahap demi setahap mulai menapak mengungkap bom bali

    langsung terdengar tuduhan tak sedap, Polri telah merekayasa kasusnya.

    Keberhasilan tersebut tentunya tidak lepas dari keterpaduan fungsi dan peran

    para ahli forensik dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

    berawal dari pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan melakukan

    pemeriksaan dan menghubungkan micro evidence (barang bukti mikro),

    seperti pengungkapan identitas korban menggunakan pemeriksaan sidik jari

    (daktiloskopi), pemeriksaan deoxirybose nucleic acid (DNA), Serologi / darah,

    Odontologi Forensik (pemeriksaan gigi), disaster victimiIdentification (DVI) dan

    lain lain. Pengungkapan dengan menggunakan ilmu kimia, fisika dan lain lain

    yang dilakukan PUSLABFOR BARESKRIM POLRI termasuk proses pelacakan

    salah satu tersangka yang didasarkan nomor seri kendaraan bermotor (nomor

    rangka dan nomor mesin) dengan metode penimbulan kembali (re-etching)

    nomor nomor tersebut yang telah dirusak dengan reaksi kimia tertentu, serta

    penentuan bahan isian bom yang ditemukan di TKP yang identik dengan bahan

    yang ada di tubuh, pakaian, rumah, kendaraan tersangka.

    Pengolahan TKP dalam proses penegakan hukum pada dasarnya

    adalah tugas dari penyidik, namun karena kadang kala dalam penangannan

    TKP diperlukan keahlian (pengemban ilmu forensik) tertentu, maka penyidik

    berdasarkan kewenangannya sesuai uraian pada awal tulisan dapat minta

    bantuan ahli (pengemban ilmu forensik). Kadang kala dalam penanganan suatu

    kasus, diperlukan bukan hanya satu ahli saja, misalnya untuk olah TKP yangberkaitan dengan BOM, paling tidak ada 3 (tiga) pengemban forensik yang

    harus memainkan peranannya yaitu kedokteran forensik, identifikasi forensik

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 13

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    14/17

    (Inafis), dan laboratorium forensik. Selain itu untuk kepentingan keamanan dan

    pengembangan penyidikan, kadang kala penyidik memerlukan juga tim gegana,

    anjing pelacak serta ahli lain, selain sabhara untuk menjaga sekitar TKP.

    Banyaknya pihak yang turut berperan dalam penangaan TKP, sehingga

    memerlukan koordinasi agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik,

    dan agar masing masing fungsi dapat berperan dengan baik harus ada yang

    mengatur dan mengkoordinasikannya, yang dalam hal ini penyidik lah selaku

    manajer / penanggung jawab TKP yang harus berperan sebagai koordinator

    yang mengatur pelaksanaan olah TKP sesuai kebutuhan, sedangkan para

    pengemban ilmu forensik berperan sebagai dukungan teknis (supporting team).

    Sesuai pasal 14 ayat 1 huruf h Undang Undang Repuplik Indonesia nomor

    2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa

    sebagai pengemban fungsi forensik di lingkungan Polri, dalam SOTK Mabes

    Polri yang baru secara struktural saat ini masih terpisah - pisah dimana fungsi

    sebagai personal Identification diemban oleh Pusat Identifikasi Bareskrim Polri,

    fungsi physical evidence Identification diemban oleh Pusat Laboratorium

    Forensik Bareskrim Polri, Fungsi Kedokteran Forensik diemban oleh Bidang

    Kedokteran Kepolisian Pusat Kedokteran Kesehatan Polri dan fungsi Psikologi

    Forensik diemban oleh Bagian Psikologi Kepolisian, Biro Psikologi, As SDM Polri

    sehingga koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas sering terhambat birokrasi.

    Sebenarnya pada tahun 1995, ketentuan terkait keterpaduan fungsi dalam

    pelaksanaan olah TKP pernah ada, walaupun hanya merupakan surat perintah

    Deputi operasi atas nama Kapolri kepada pihak-pihak terkait dengan menunjuk

    nama dan jabatan untuk malaksanakan olah TKP secara terpadu yaitu Surat

    perintahDeop Kapolri No. Pol : Sprin / 2375 / IX / 1995 tanggal 13 September

    1995. Tentang pembentukan Tim olah TKP terpadu dari unsur Labfor,

    Identifikasi dan Dokkes sebagai Unit pengolah TKPdi tingkat Mabes Polri. Surat

    Perintah keterpaduan olah TKP tersebut terbukti efektif dapat mengungkapkan

    beberapa kasus dengan lebih cepat, mulai dari olah TKP hingga pengajuan

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 14

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    15/17

    berkas ke penuntut umum. Tentunya kita masih ingat beberapa keberhasilan

    pengungkapan kasus kasus besar yang melibatkan keterpaduan fungsi

    dan terbukti berhasil seperi kasus Bom bali dan sebagainya, Namun karena

    berbentuk Surat perintah dan ditujukan kepada pejabat tertentu serta bersifat

    sesaat maka ketika terjadi pergantian pejabat, Surat perintah tersebut secara

    defakto sudah tidak berfungsi lagi.

    Dalam konsep keterpaduan olah TKP tersebut dimulai bagaimana

    penyidik dapat segera menghubungi pihak-pihak terkait untuk minta bantuan

    olah TKP, bagaimana para pengembang fungsi forensik berkoordinasi untuk

    menentukan ahli apa saja yang diperlukan untuk kasus tertentu, kemudian diatur

    urut-urutan masuk ke TKP sesuai dengan kepentingan fungsi masing masing

    pengemban fungsi forensik, hingga rapat de brifing setelah selesai malakukan

    olah TKP, sehingga setelah olah TKP selesai penyidik sudah memperoleh

    gambaran kasus yang terjadi dan memperoleh arah penyidikan yang dapat

    segera ditindak lanjuti.

    Dari sarasehan ini diharapkan muncul ide ide segar dan terobosan kreatif

    yang yang membumi terkait penanganan /pengolahan TKP dengan keterpaduan

    fungsi kepolisian / forensik selanjutnya menjadi program unggulan dalam

    program revitalisasi Bareskrim Polri sehingga dapat memberikan pelayanan

    prima kepolisian, khususnya dalam olah TKP.

    IV. Kesimpulan dan rekomendasi

    a. Kesimpulan

    1. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yaitu melakukan

    pemeriksaan TKP dan barang bukti secara ilmiah dalam rangka

    mendukung penyelidikan dan penyidikan secara ilmiah (Scientific

    Crime Investigation), Laboratorium Forensik bersinergi dengan

    pengemban fungsi forensik lainnya berperan serta mendukung

    program Revitalisasi Polri menuju pelayanan prima.

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 15

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    16/17

    2. penyidik dapat meminta bantuan pemeriksaaan teknik kriminalistik

    TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti

    dengan memenuhi persyaratan formal dan teknis sesuai Peraturan

    Kapolri Nomor 10 tahun 2009 tentang Tata cara dan Persyaratan

    permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP dan Laboratoris

    Barang Bukti kepada Laboratorium Forensik Polri.

    3. Agar diperoleh hasil pemeriksaan teknik kriminalistik TKP dan

    pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti yang cepat,

    tepat, akurat serta sesuai dengan kaidah kaidah ilmiah dan hukum

    harus didukung peralatan khusus instrumen canggih sesuai

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

    b. Rekomendasi

    1. Pemanfaatan dan keterpaduan fungsi kepolisian / forensik dalam

    rangka scientific crime investigation telah terbukti handal dan

    mampu mengungkap berbagai kasus tindak pidana, sehingga perlu

    menjadi program unggulan dalam program revitalisasi Bareskrim

    Polri melalui program pembenahan reserse dan mempercepat

    perubahan budaya Polri dengan memacu perubahan pola pikir(mind set) dan budaya kerja (culture set) penyidik Polri.

    2. Puslabfor Bareskrim Polri dalam scientific crime invesitigation

    tidak bisa lepas dari dukungan sarana dan prasasana berupa

    peralatan khusus instrumen, sehingga membutuhkan ketersediaan

    dukungan anggaran yang memadai, baik untuk operasional,

    pemeliharaan dan perawatan serta penggantian peralatan yang

    sudah kadaluwarsa.

    V. Penutup

    Demikian gambaran tentang peran Pusat laboratorium forensik

    Bareskrim Polri dalam pengolahan TKP dalam rangka Scientific Crime

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 16

  • 7/22/2019 Bahan Paparan Kapuslabfor Sarasehan Olah TKP

    17/17

    Investigation yang dapat disampaikan, mudah mudahan dapat dijadikan bahan

    masukan bagi para peserta workhop untuk menyusun hasil dari workshop

    dengan tema : Revitalisasi pengamanan dan pengolahan TKP dalam rangka

    meningkatkan profesionalisme penyidik tindak pidana guna menghadapi

    perkembangan kejahatan dan tuntutan reformasi birokrasi penegakan hukum,

    yang dilaksanakan di hotel Borobudur pada tanggal 21 Desember 2011

    Jakarta, 21 Desember 2011

    KAPUSLABFOR BARESKRIM POLRI

    Drs. ANDAYONOBRIGADIR JENDERAL POLISI

    Disampaikan pada Workhop Pengolahan TKP, di hotel Borobudur 21 Desember 2011

    Page 17