berat badan, jarak kelahiran

Upload: mila-cahyaningrum

Post on 10-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    1/31

    8

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Berat Bayi Lahir

    a. Pengertian Berat Bayi Lahir

    1) Menurut Pudjiadi (2003, p.11), berat bayi lahir adalah berat

    badan bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam setelah bayi

    lahir. Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang

    lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi

    mempunyai berat badan sekitar 3000 gram dan panjang badan

    50 cm.

    2) Menurut Supariasa (2001, p.39), berat badan merupakan

    ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering

    digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan

    digunakan untuk diagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan

    BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau

    dibawah 2,5 kg.

    3) Menurut Muwakhidah dkk (2004, p.15) pada bayi yang cukup

    bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10.

    Berat badan menjadi dua kali berat badan waktu lahir pada bayi

    umur 5 bulan, menjadi tiga kali berat badan lahir pada umur 1

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    2/31

    9

    tahun, dan menjadi empat kali berat badan lahir pada umur 2

    tahun.

    b. Klasifikasi Berat Bayi Lahir

    1) Menurut Kosim dkk (2008, p.12) Berat Badan Lahir

    berdasarkan berat badan dapat dikelompokkan menjadi:

    a) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    Berat yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500

    gram tanpa memandang usia gestasi (Kosim dkk, 2008,

    p.12). Menurut Prawirohardjo (2007, p.376), BBLR adalah

    neonates dengan berat badan lahir pada saat kelahiran

    kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi

    ini dikatakan premature kemudian disepakati disebut low

    birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

    Karena bayi tersebut tidak selamanya premature atau

    kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan.

    Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga

    berat bayi lahir rendah adalah bayi aterm (Kosim dkk,

    2008, p.11). BBLR terdapat dua bentuk penyebab kelahiran

    bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu

    karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan

    lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup atau

    karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010, p.326).

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    3/31

    10

    Menurut Jitowiyono dan Weni (2010, p.78 - 79)

    bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

    Prematur murni dan Dismaturitas.

    (1) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan

    kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan

    sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau

    biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa

    kehamilan.

    (2) Dismaturitas atau Kecil untuk Masa Kehamilan adalah

    bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

    sesungguhnya untuk masa kehamilan. Bayi kecil untuk

    masa kehamilan (KMK) adalah bila berat bayi kurang

    dari 10 tahun persentile untuk berat sebenarnya dengan

    umur kehamilannya (Manuaba, 2010, p.329).

    Bayi berat lahir rendah merupakan masalah

    penting dalam pengelolaannya karena mempunyai

    kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi,

    kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk

    menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi

    Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi

    tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat

    menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir

    rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    4/31

    11

    resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah

    menunjukkan angka kematian dan kesehatan yang lebih

    tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

    WHO memperkirakan bahwa prevalensi BBLR

    dinegara maju sebesar 3 - 7% dan di negara

    berkembang berkisar antara 13 - 38%. Untuk Indonesia

    belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya

    perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14% dari

    seluruh koheren hidup (Moehji, 2003).

    b) Bayi Berat Lahir Normal

    Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari

    kehamilan sampai 42 minggu dan berat badan lahir > 2500

    - 4000 gram (Jitowiyono &Weni, 2010, p.60). Berat lahir

    yang cukup menjadi titik awal yang baik bagi proses

    tumbuh kembang pasca lahir, serta menjadi petunjuk bagi

    kualitas hidup selanjutnya (Kardjati dkk, 1985, p.28).

    c) Bayi Berat Lahir Lebih

    Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan

    dengan berat lahir lebih > 4000 gram (Kosim dkk, 2008,

    p.12). Bayi dengan berat lahir lebih bisa disebabkan karena

    adanya pengaruh dari kehamilan posterm, bila terjadi

    perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi penurunan

    janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    5/31

    12

    kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin

    mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42

    minggu. Namun seringkali pula plasenta masih dapat

    berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus

    sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling

    menyatakan bahwa rata-rata berat janin > 3600 gram

    sebesar 44,5% pada kehamilan posterm, sedangkan pada

    kehamilan term sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi

    dengan berat > 4000 gram pada kehamilan posterm

    meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

    (Prawirohardjo, 2008, p.691). Selain itu faktor risiko bayi

    berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit diabetes

    militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi

    dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan

    (Prawirohardjo, 2007, p.291).

    c. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

    Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor

    melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam

    kandungan. Menurut Kardjati dkk (1985, p.21) dalam

    Setianingrum (2005) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat

    bayi lahir adalah sebagai berikut :

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    6/31

    13

    1) Faktor lingkungan internal mempengaruhi berat bayi lahir

    antara lain sebagai berikut :

    a) Umur Ibu

    Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir.

    Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan

    berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkandengan

    kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999,

    p.13 dalam Setiyaningrum, 2005). Pada umur yang masih

    muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

    fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan

    kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat

    kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi

    kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi

    komplikasi. Selain itu semakin muda umur ibu hamil, maka

    anak yang dilahirkan akan semakin ringan (Setianingrum,

    2005). Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan umur

    lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya

    kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang

    panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang

    peranan penting terhadap derajat kesehatan dan

    kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya

    merencanakan kehamilan pada umur antara 20 - 30 tahun.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    7/31

    14

    Meski kehamilan dibawah umur sangat beresiko

    tetapi kehamilan diatas umur 35 tahun juga tidak dianjurkan

    karena sangat berbahaya. Mengingat mulai umur ini sering

    muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan,

    organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku.

    Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan

    diatas umur 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah

    dini, perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir

    rendah (Poedji Rochjati, 2003).

    b) Jarak Kehamilan/Kelahiran

    Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan

    koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran

    yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran

    yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup

    untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan

    sebelumnya. Menurut Sitorus (1999, p.16) dalam

    Setianingrum (2005), bahwa risiko proses reproduksi dapat

    ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.

    c) Paritas

    Para adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan

    kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu

    bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia

    kehamilan 20 minggu (atau berat janin 500 gram) yang

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    8/31

    15

    merupakan batasan pada definisi abortion (Varney, 2007).

    Paritas yang ideal adalah 2 3 dengan jarak persalinan 3

    4 tahun (Siswosudarmo, 2008, p.82).

    d) Kadar Hemoglobin (Hb)

    Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat

    mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut

    Prawirohardjo (2007, p.448), seorang ibu hamil dikatakan

    menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12

    gr/dl. Data Depkes RI (2008) diketahui bahwa 24,5% ibu

    hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan

    menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah

    (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat

    persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan

    bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat

    (Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya

    suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan

    berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

    e) Status Gizi Ibu Hamil

    Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama

    hamil dapan mempengaruhi pertumbuhan janin yang

    sedang dikandung (Pudjiadi, 2003, p.8). Selain itu hamil

    menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan

    gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    9/31

    16

    antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai

    status gizi ibu hamil. Ukuran antopometri yang paling

    sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil

    dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.

    Menurut Sitorus (1999, p.41) dalam Setianingrum

    (2005), sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi

    kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat

    badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai

    penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10

    kg, mempunyai risiko paling tinggi untuk melahirkan bayi

    dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami

    kenaikan berat badan berkisar 11 - 12,5 kg atau 20% dari

    berat badan sebelum hamil. Sedang Lingkar Lengan Atas

    (LILA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan

    keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko

    Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu

    yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di

    bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR

    (Kristyanasari, 2010, p. 68).

    Pengukuran LILA lebih praktis untuk mengetahui

    status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan

    mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu

    dengan kenaikan berat badan yang ekstrim. Seorang ibu

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    10/31

    17

    yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan

    sebanyak 10-12 kg. Pada trimester I kenaikan berat badan

    seorang ibu tidak mencapai 1 kg, namun setelah mencapai

    trimester II penambahan berat badan semakin banyak yaitu

    3 kg dan pada trimester III sebanyak 6 kg. kenaikan

    tersebut disebabkan karena adanya pertumbuhan janin,

    plasenta dan air ketuban. Kenaikan BB yang ideal untuk ibu

    yang gemuk yaitu antara 7 kg dan 12,5 kg untuk ibu yang

    tidak gemuk, jika BB ibu tidak normal maka akan

    memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature,

    BBLR, gangguan kekuatan rahim saat kelahiran, dan

    perdarahan setelah persalinan (Proverawati, 2009, p.53).

    f) Pemeriksaan kehamilan

    Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal

    dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama

    kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat

    terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam

    kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

    Menurut Sarwono (2007) pemeriksaan kehamilan

    dilakukan setelah terlambat haid sekurang-kurangnya 1

    bulan, dan setelah kehamilan harus dilakukan pemeriksaan

    secara berkala, yaitu :

    (1) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    11/31

    18

    (2) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 36

    minggu

    (3) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama

    kehamilan 36 minggu sampai masa melahirkan.

    Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu

    harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang

    merupakan kelainan yang ditemukan.

    Ciri ciri aktivitas bayi dengan berat badan lahir

    rendah berbeda-beda sehingga perlu diperhatikan gambaran

    umum kehamilan menurut Manuaba (2010, p.326), sebagai

    berikut:

    (1) Ingat hari pertama menstruasi

    (2) Denyut jantung terdengar pada minggu 18 sampai 22

    (3) Fetal quickening minggu 16 sampai 18

    (4) Pemeriksaan : tinggi fundus uteri, ultrasonografi

    (konsultasi)

    (5) Penilaian secara klinik : berat badan lahir, panjang

    badan, lingkaran dada, dan lingkaran kepala.

    g) Penyakit Saat Kehamilan

    Penyakit pada saat kehamilan yang dapat

    mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes

    Melitus Gestasional (DMG), cacar air, dan penyakit infeksi

    TORCH. Penyakit DMG adalah intoleransi glukosa yang

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    12/31

    19

    dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil. Tidak

    dapat dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi

    glukosa yang tidak diketahui yang muncul seiring

    kehamilan, komplikasi yang mungkin sering terjadi pada

    kehamilan dengan diabetes adalah bervariasi, Pada ibu akan

    meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, seksio sesaria,

    dan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari,

    sedangkan pada janin meningkatkan risiko terjadinya

    makrosomi (Prawirohardjo, 2008, p.851).

    Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis

    penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella,

    Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini

    sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu

    janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut

    mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia

    (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-

    paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak

    normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput

    otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya

    (Prawirohardjo, 2008, p.935 - 942).

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    13/31

    20

    2) Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak

    langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

    a) Faktor lingkungan eksternal yang meliputi kondisi

    lingkungan, asupan zat gizi ibu hamil dan tingkat social

    ekonomi ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan

    serta ketinggian tempat tinggal.

    Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan

    berkaitan dengan cacing tambang, Seseorang yang asupan

    zat besinya cukup tetapi jika sering terinfeksi cacing

    tambang dapat menderita anemia. Demikian juga jika

    seorang yang asupan zat besi rendah maka daya tahan

    tubuhnya berkurang sehingga mudah sering mudah

    terserang penyakit dan akhirnya akan mengalami

    penurunan kadar Hb. Faktor ketinggian tempat tinggal

    menurut Jitowiyono dan Weni (2010, p.77) menyebutkan

    salah satu faktor penyebab berat bayi lahir tidak normal

    adalah tempat tinggal yaitu dataran tinggi.

    Menurut Kristyanasari (2010, p. 50) pada dasarnya

    suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5 370 C untuk

    metabolisme yang optimum adanya perbedaan suhu antara

    tubuh dan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus

    menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu

    tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    14/31

    21

    hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara

    tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula

    panas yang dilepaskan.

    b) Faktor ekonomi, sosial dan meliputi jenis pekerjaan, tingkat

    pendidikan, dan pengetahuan ibu hamil :

    Menurut Kristyanasari (2010, p. 49 - 50)

    menyatakan bahwa keadaan ekonomi keluarga akan

    mempengaruhi pemilihan ragam dan kualitas bahan

    makanan, ekonomi seseorang mempengaruhi dalam

    pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari harinya.

    Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil

    maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan

    tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi

    ibu semakin terpantau.

    Jenis pekerjaan atau aktifitas juga mempengaruhi

    Berat Bayi Lahir, jika aktivitas ibu hamil tinggi, kebutuhan

    energinya juga akan tinggi. pengetahuan ibu dalam

    pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada

    perilakunya, ibu dengan pengetahuan gizi yang baik,

    kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi

    bayinya. kepercayaan terhadap adat juga dapat

    mempengaruhi asupan makanan ibu hamil, misalnya, ada

    kepercayaan bahwa pada waktu hamil ibu dilarang makan

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    15/31

    22

    ikan karena dikhawatirkan bayinya cacingan dan berbau

    amis, padahal, konsumsi ikan terutama ikan laut justru

    sangat dianjurkan karena kandungan lemaknya rendah,

    proteinya tinggi, serta mengandung omega 3 dan omega 6

    yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak janin

    dalam kandungan. Semua faktor tersebut berpengaruh pada

    status gizi ibu hamil yang selanjutnya berpengaruh kadar

    hemoglobin ibu hamil dan berat bayi lahir (Wibisono, 2008,

    p.63 64).

    c) Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan

    frekuensi pemeriksaan kehamilan / ANC.

    Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal

    dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama

    kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat

    terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam

    kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

    Pemeriksaan kehamilan hendaknya dimulai seawal

    mungkin, yaitu segera setelah tidak haid selama 2 bulan

    berturut-turut tujuanya agar kalau ada kelainan pada

    kehamilan, masih cukup waktu untuk menangani sebelum

    persalinan (Depkes RI, 2008, p.36). Menurut Huliana

    (2002, p.80) selama masa hamil ibu dianjurkan

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    16/31

    23

    memeriksakan kondisi kehamilan secara teratur dan

    berkala:

    (1) Pada awal kehamilan sampai dengan 28 minggu,

    pemeriksaan dilakukan setiap satu bulan satu kali

    (2) Pada kehamilan 28-32 minggu, pemeriksaan yang

    dilakukan setiap tiga minggu satu kali

    (3) Pada kehamilan 3236 minggu, pemeriksaan yang

    dilakukan setiap dua minggu satu kali

    (4) Pada kehamilan 3640 minggu, pemeriksaan yang

    dilakukan setiap satu minggu satu kali

    Menurut Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2009

    Kunjungan ibu hamil yang sesuai standar adalah pelayanan

    yang mencakup minimal:

    (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan

    (2) Ukur tekanan darah

    (3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian

    imunisasi tetanus toxoid)

    (4) Ukur tinggi fundus uteri

    (5) Pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan)

    (6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

    konseling)

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    17/31

    24

    (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan

    atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV,

    Malaria, TBC).

    2. Umur Ibu

    a. Pengertian Umur Ibu

    1) Umur adalah lama waktu untuk hidup atau ada (sejak

    dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005). Dalam kurun

    reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan

    dan persalinan adalah 20 30 tahun (Prawirohardjo, 2008,

    p.23).

    2) Umur seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu

    muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun

    atau lebih dari 35 tahun, beresiko tinggi untuk melahirkan.

    Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik,

    emosi, psikologi, social dan ekonomi (Ruswana, 2006).

    Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini

    akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta

    sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat

    bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat

    kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya

    merencanakan kehamilan pada umur antara 20 - 30 tahun

    (Setianingrum, 2005).

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    18/31

    25

    b. Kehamilan Umur Ibu Kurang dari 20 tahun

    Menurut Cunningham (2005, p.225) sekitar 13% persalinan

    terjadi pada wanita berusia antara 15 sampai 19 tahun. Remaja

    memiliki kemungkinan lebih besar mengalami anemia, dan

    beresiko lebih tinggi memiliki janin yang pertumbuhannya

    terhambat, persalinan prematur dan angka kematian bayi yang

    lebih tinggi. Karena tidak direncanakan, sebagian besar kehamilan

    remaja jarang mendapat konseling konsepsi. Konseling pada

    kehamilan tahap awal masih mungkin bermanfaat. Para remaja

    biasanya masih tumbuh dan berkembang, sehingga memiliki

    kebutuhan kalori yang lebih besar daripada wanita yang lebih tua.

    Remaja dengan berat badan normal atau kurang harus dianjurkan

    untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 400 kkal/hari.

    Pertanyaan yang tidak baik menghakimi mungkin dapat

    mengungkapkan riwayat pemakaian obat terlarang. Seperti pada

    semua asuhan prenatal yang baik, perlu dilakukan pengkajian

    terhadap semua penyulit yang umum terjadi (Cunningham, 2005,

    p.226).

    Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15

    19 tahun adalah komplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin

    akan menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah

    merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk

    membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap menghadapi

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    19/31

    26

    risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini dengan

    tidak memandang status perkawinan mereka. Kehamilan yang

    terjadi pada sebelum remaja berkembang secara penuh, juga dapat

    memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat

    persalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkinan bertahan

    hidup yang lebih rendah untuk bayi. Wanita hamil kurang dari 20

    tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan

    perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi

    untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih

    tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20 30

    tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah

    dengan tekanan (stress) psikologi, social, ekonomi, sehingga

    memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 2007, p.41).

    Manuaba (2007, p.42), menambahkan bahwa kehamilan

    dengan umur di bawah 20 tahun mempunyai risiko :

    1) Sering mengalami anemia.

    2) Gangguan tumbuh kembang janin.

    3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.

    4) Gangguan persalinan.

    5) Preeklampsi.

    6) Perdarahan antepartum.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    20/31

    27

    7) Pascapartus:

    a) Subinvolusi uteri.

    b) Infeksi puerperalis.

    c) Pembentukan pengeluaran ASI kurang.

    8) Bayi mungkin ber-IQ rendah.

    Para wanita yang hamil pada umur yang masih kurang

    matang untuk bereproduksi akan menyebabkan peningkatan

    kematian ibu dan kematian bayi. Bayi yang lahir akan

    mempunyai berat badan yang kurang atau biasa lahir dengan

    prematuritas. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan

    kehamilan berisiko tinggi, 2 - 4 kali lebih tinggi di bandingkan

    dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus,

    1999, p.13 dalam Setianingrum, 2005). Pada umur yang masih

    muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

    fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya

    belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu

    tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara

    sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin

    muda umur ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan

    semakin ringan.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    21/31

    28

    c. Kehamilan Setelah 35 tahun atau Umur Ibu lebih dari 35

    tahun

    Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada wanita dalam

    kelompok umur ini. Wanita yang lebih tua lebih besar

    kemungkinannya meminta konseling prakonsepsi, baik karena ia

    telah menunda kehamilan dan sekarang ingin mengoptimalkan

    kehamilannya, atau ia melakukannya sebelum terapi infertilitas.

    Dahulu, istilah gravida tua (eldery gravida) digunakan untuk

    secara kasar mendefinisikan wanita berusia lebih dari 35 tahun.

    Walaupun diharapkan istilah ini ditinggalkan, kelainan tertentu

    pada hasil akhir kehamilan yang terkait umur memang mulai

    meningkat pada kelompok umur ini (Cunningham, 2005, p. 226).

    Penelitian-penelitian awal mengisyaratkan bahwa wanita

    berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami

    penyulit obstetris serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Bagi

    wanita berumur yang mengidap penyakit kronik atau yang kondisi

    fisiknya kurang, risiko ini sangat mungkin terjadi. Namun, bagi

    wanita yang beratnya normal, secara fisik bugar dan tanpa masalah

    medis, risikonya jauh lebih rendah daripada yang sebelumnya

    dilaporkan (Cunningham, 2005, p.226).

    Pentingnya status sosioekonomi dan kesehatan

    digambarkan oleh dua studi tentang hasil akhir kehamilan pada

    populasi wanita berumur yang berbeda. Berkowitz dan rekan

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    22/31

    29

    (1990) dalam Cunningham (2005, p.226) meneliti hasil akhir dari

    hampir 800 nullipara diatas 35 tahun yang mereka rawat sebagai

    pasien swasta di Mount Sinai Hospital di New York. Mereka

    melaporkan bahwa risiko untuk diabetes gestasional, hipertensi

    akibat kehamilan, plasenta previa atau solusio plasenta, dan seksio

    sesarea hanya sedikit meningkat. Para wanita ini tidak

    memperlihatkan peningkatan risiko untuk persalinan prematur,

    gangguan pertumbuhan janin, atau kematian perinatal. Sebaliknya,

    pengamatan dari Parkland Hospital (Cunningham dan Leveno,

    1995) terhadap hampir 900 wanita berusia lebih dari 35 tahun

    memperlihatkan peningkatan bermakna dalam insiden hipertensi,

    diabetes, solusio plasenta, persalinan prematur, lahir mati dan

    plasenta previa.

    Tidaklah mengherankan bahwa kelompok ini juga

    memperlihatkan angka kematian perinatal yang lebih tinggi. Hasil

    akhir yang berbeda pada kedua kelompok wanita ini mungkin

    disebabkan oleh status sosioekonomi, yang mempengaruhi akses

    ke perawatan kesehatan dan status kesehatan. Risiko janin yang

    terkait umur ibu berakar dari persalinan prematur yang harus

    dilakukan pada sebagian penyulit pada ibu seperti hipertensi, dan

    diabetes, dari persalinan prematur spontan (Cunningham, 2005,

    p.226).

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    23/31

    30

    Selain itu semakin muda umur ibu hamil, maka anak yang

    dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur

    sangat berisiko tetapi kehamilan diatas umur 35 tahun juga tidak

    dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai umur ini sering

    muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau

    penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul.

    Kesulitan lain kehamilan diatas umur 35 tahun ini yakni bila ibu

    ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi

    lahir dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999, p.15 dalam

    Setianingrum, 2005).

    Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para wanita

    hamil yang berusia 30 dan 40 tahun untuk menuju ke kehamilan

    yang lebih aman. Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan

    umur 35 tahun atau lebih, diantaranya :

    1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam

    hal kesuburan mulai pada awal umur 30 tahun.

    Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30

    tahun atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil

    dibandingkan wanita yang lebih muda umurnya. Pengaruh usia

    terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang

    ada hubungan, misalnya mngenai berkurangnya frekuensi

    ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit

    endometritis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    24/31

    31

    telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses

    konsepsi.

    2) Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan

    berakibat terhadap kehamilan diatas 35 tahun adalah

    munculnya masalah kesehatan yang kronis.

    Umur berapa pun seorang wanita harus

    mengkonsultasikan diri mengenai kesehatannya ke dokter

    sebelum berencana untuk hamil. Kunjungan rutin ke dokter

    sebelum masa kehamilan dapat membantu memastikan apakah

    seorang wanita berada dalam kondisi fisik yang baik dan

    memungkinkan sebelum terjadi kehamilan.

    Kontrol ini merupakan penyebab penting yang biasanya

    terjadi pada wanita hamil berusia 30 40 tahun dibandingkan

    pada wanita yang lebih muda, karena dapat membahayakan

    kehamilan dan pertumbuhan bayinya. Pengawasan kesehatan

    dengan baik dan penggunaan obat-obatan yang tepat mulai

    dilakukan sebelum kehamilan dan dilanjutkan selama

    kehamilan dapat mengurangi risiko kehamilan di umur lebih

    dari 35 tahun, dan pada sebagian besar kasus dapat

    menghasilkan kehamilan yang sehat.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    25/31

    32

    3) Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas

    35 tahun meningkat, yaitu bisa berupa kelainan kromosom

    pada anak.

    Kelainan yang paling banyak muncul berupa kelaianan

    Down Syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari

    retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan

    oleh kelaianan kromosom.

    4) Risiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35

    tahun atau lebih.

    Kemungkinan kejadian pada wanita umur 35 tahun ke

    atas lebih banyak dibandingkan pada wanita muda. Pada

    penelitian tahun 2000 ditemukan 9% pada kehamilan wanita

    umur 20 24 tahun. Namun, risiko meningkat menjadi 20%

    pada umur 35 39 tahun dan 50% pada wanita umur 42 tahun.

    Peningkatan insiden pada kasus abnormalitas kromosom bisa

    sama kemungkinannya seperti risiko keguguran.

    3. Paritas

    a. Pengertian Paritas

    1) Para adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran

    bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup.

    Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia kehamilan 20

    minggu (atau berat janin 500 gram) yang merupakan batasan

    pada definisi aborsi (Varney, 2007).

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    26/31

    33

    2) Menurut Hakimi (2003,p.58), para menunjukkan kehamilan-

    kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas

    (mampu hidup), sedangkan paritas menunjukkan jumlah

    kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan

    telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya baik

    janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.

    3) Apabila kehamilan > 4 anak atau jarak kelahiran < 2 tahun

    dapat mempunyai resiko terhadap berat bayi lahir rendah,

    nutrisi kurang, waktu / lama menyusui berkurang, lebih sering

    terkena penyakit, tumbuh kembang lebih lambat serta

    pendidikan atau pengetahuan lebih rendah (Hartanto, 2004,

    p.23). Paritas yang ideal adalah 2 3 dengan jarak persalinan 3

    4 tahun (Siswosudarmo, 2008, p.82).

    b. Klasifikasi Paritas

    Menurut Armi (2006), Wiknjosastro (2002), Prawirohardjo

    (2002) dan Varney (2007, p.523) jenis-jenis para adalah sebagai

    berikut :

    1) Nullipara

    Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat

    hidup di dunia luar(viable).

    2) Primipara

    Wanita yang telah melahirkan bayi yang viable untuk pertama

    kalinya.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    27/31

    34

    3) Multipara

    Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable

    beberapa kali, yaitu 2-4 kali.

    4) Grandemultipara

    Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable

    lima kali atau lebih.

    5) Great grandemultipara

    Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable

    10 kali atau lebih.

    Menurut (Manuaba, 2007, p.158) istilah-istilah yang

    berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :

    1) Primipara

    Adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan bayi

    aterm sebanyak satu kali.

    2) Multipara (pleuripara)

    Adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa

    kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.

    Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

    yang viable untuk beberapa kali (Wiknjosastro, 2008, p.180).

    3) Grandemultipara

    Adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari

    lima kali.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    28/31

    35

    4) Nulipara

    Adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi.

    Jika terjadi persalinan lama, yaitu kala I lebih dari 13 jam pada

    kehamilan pertama (primigravida) atau kala I lebih dari 7 jam

    pada kehamilan kedua atau lebih (multigravida).

    B. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berat Bayi Lahir

    Umur ibu dan paritas ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir.

    Wanita berumur antara 15 sampai 19 tahun memiliki kemungkinan lebih

    besar mengalami anemia, dan beresiko lebih tinggi memiliki janin yang

    pertumbuhannya terhambat (Sitorus, 1999, p.13) dalam Setyaningrum

    (2005). Sedangkan paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya

    berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.

    Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi

    adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.

    Hasil penelitian yang dilakukan Muazizah (2011) bahwa faktor

    yang mempengaruhi berat badan lahir adalah penyuluhan tentang

    pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya

    selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat

    menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik, perlu

    dukungan sektor lain yang terkait untuk turut dalam meningkatkan akses

    terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama

    hamil.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    29/31

    36

    Beberapa faktor lainnya dalam penelitian Trihardiani (2011) yang

    dapat mempengaruhi berat badan lahir, antara lain tinggi badan ibu, jarak

    kelahiran, dan pekerjaan ibu. Pada wanita yang pendek sering ditemukan

    adanya panggul yang sempit dan keadaan ini dapat mempengaruhi

    jalannya persalinan sehingga menyebabkan berat badan bayi yang

    dilahirkan rendah. Jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan

    seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya

    setelah melahirkan sebelumnya, sehingga berisiko terganggunya sistem

    reproduksi yang akan berpengaruh terhadap berat badan lahir. Ibu yang

    bekerja cenderung memiliki sedikit waktu istirahat sehingga berisiko

    terjadinya komplikasi kehamilan, seperti terlepasnya plasenta yang secara

    langsung berhubungan dengan BBLR.

    Berdasarkan hasil penelitian lain oleh (Esse Puji dkk, 2007)

    beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain: penyakit yang

    diderita ibu selama hamil, status gizi ibu hamil dan adanya plasenta previa

    atau bayi kembar.

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    30/31

    37

    C. Kerangka Teori

    Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

    Sumber : Sri Kardjati dkk (1985, p.21) dalam Setianingrum (2005),

    Sitorus (1999, p.41) dalam Setianingrum (2005), Proverawati

    (2009, p.53), Prawirohardjo (2008, p.851), Jitowiyono dan

    Weni (2010, p.50), Kristyanasari (2010, p.50).

    D. Kerangka Konsep

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

    Umur Ibu Berat Bayi Lahir

    Faktor Internal :

    1. Umur Ibu2. Jarak

    kehamilan/kelahiran

    3. Paritas Ibu4. Kadar Hemoglobin

    (Hb)

    5. Asupan Zat Gizi Ibu

    Hamil

    6. PemeriksaanKehamilan

    7. Penyakit saat

    Kehamilan yaitu

    hipertensi, asma,

    Faktor Eksternal :

    1. Kondisi Lingkungan

    2. Social Ekonomi Ibu

    Hamil

    3. Kebersihan dan

    kesehatan Lingkungan

    4. Ketinggian Tempat

    Tinggal

    Berat Bayi Lahir

    Paritas Ibu

  • 7/22/2019 Berat badan, jarak kelahiran

    31/31

    38

    E. Hipotesis

    1. Ha : Ada hubungan umur ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

    Bersalin Citra Insani.

    Ho : Tidak ada hubungan umur ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

    Bersalin Citra Insani

    2. Ha : Ada hubungan paritas ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

    Bersalin Citra Insani.

    Ho : Tidak ada hubungan paritas ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

    Bersalin Citra Insani.