buletinbawaslu201401
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
1/28
AWASLUB Badan Pengawas Pemilihan UmumBULETIN EDISI 01, JANUARI 2014
Pemerintah dan DPR Sepakat
Mitra PPL di Pemilu 2014
Politisasi Sara Masih
Akan Terjadi diPemilu 2014?
Bawaslu Minta
Bantuan KPKTerkait Dana Kampanye
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
2/28
Daftar isi:
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
2
Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada
khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas Pemilu di seluruh tanah air. Terbit satu bulan sekali.
Dari Redaksi ................................................................................................... 2
Laporan Utama
Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014 ............... 3
Opini
Bawaslu Menuju Pemilu Indonesia yang Luber dan Jurdil ........... 6
Sorotan
Gelinding Dana Saksi Parpol............................................................... 8
Politisasi Sara Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014?............... 9
Investigasi
Tim KPK Datangi Bawaslu Terkait Gratifikasi ........................... 10
Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye ......... 11
Bawaslu Terkini
JPPR Laporkan Dana Kampanye ........................................................... 12
Info BawasluSekjen Bawaslu
Bendahara Harus Tertib Menyusun Laporan Keuangan.. 13
Profil
Yusfitriadi
Sang Generator Relawan Pengawas Pemilu ...................................... 14
Divisi Update
Divisi Pengawasan
Bawaslu Gelar Rakernis Pengawasan Pemilu Legislatif 2014 .... 15
Divisi Organisasi dan SDM
Bawaslu Rekrut CPNS Pertama......................................................... 16
Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran
Unsur Kumulatif Kampanye Terus Jadi Perdebatan ............. 18
Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga
Politisasi Media, Bukan Jaminan Menang Pemilu .................. 19
Sudut Pandang
Pentingnya Transparansi Dana Kampanye................................. 20Demokrasi dan Islam............................................................................ 21
Ekspose Daerah ............................................................................................ 22
Glosari Kepemiluan ...................................................................................... 24
Galeri ................................................................................................................ 25
Salam Awas
Kemajemukan Bangsa Memperindah Tahun PolitikSelamat datang kembali para pembaca Buletin Bawaslu. Pada awal
tahun politik ini kembali kami hadir sebagai media referensi bagi para
pembaca yang membutuhkan informasi terkait pengawasan Pemilu diIndonesia.
Mencermati tahun politik 2014, Indonesia kini sudah semakin dekat
dengan pesta demokrasi terbesar di negara demokrasi terbesar. Pemilu
di Indonesia tidak hanya akan diamati oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya, tetapi juga masyarakat dunia secara keseluruhan, semua
mata akan tertuju pesta tersebut.
Sebagai negara demokrasi terbesar, sangat wajar jika Indonesia men-
jadi perhatian dunia, terutama negara-negara demokrasi pada umum-
nya. Mereka ingin melihat bagaimana Indonesia menjalankan demokrasi
lewat Pemilu, sementara banyak keragaman yang ada di Indonesia.
Secara sosiologis Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis ma-
syarakat, suku, budaya dan adat istiadat. Dari sini tergambarkan, pilihan
masyarakat akan berbeda-beda, sehingga ideologi yang ditawarkan
juga akan berbeda-beda. Ada partai yang mengusung nasionalisme, re-ligius dan sebagainya.
Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang ter-
diri dari sekitar 17.000 pulau. Hingga saat ini, kemudahan akses transpor-
tasi di beberapa daerah masih terkendala, dan jadi tantangan tersendiri
bagi Pemilu.
Sedangkan secara historis, Pemilu
di Indonesia merupakan Pemilu ke
4 sejak era reformasi bergulir. Sejakitu juga, tidak ada kekuasaan yang
mutlak (absolute) alias setiap Pemilu
menghasilkan pemenang yang ber-
beda. Jadi, secara historis diprediksi
pemenang Pemilu 2014 tidak akan
bisa ditebak (unpredictable).
Namun, semua kemajemukan
tersebut merupakan khasanah bang-
sa dan memperindah demokrasi di
Indonesia. Bangsa lain pun mengakui
rumitnya sistem Pemilu kita. Sistem
yang rumit tersebut adalah bentuk
dari akomodasi terhadap berbagai kepentingan dan manajemen konflik.
Dari fakta tersebut, maka sebagai bangsa kita harus berpikir kem-bali untuk bersikap apatis pada Pemilu. Fakta tersebut harusnya menjadi
pemicu kita, untuk menampilkan demokrasi Indonesia yang sesungguh-
nya. Bangsa lain saja mau belajar pada demokrasi di Indonesia, mengapa
kita tidak?
BADAN
PEN
GAWAS PEMILIH
AN U
MUM
BA
W A S
L U
-R
I
REPU
BLIK
IN DON
ES
IA
Penerbit: Bawaslu RI Pengarah: Dr. Muhammad, S.IP., MSi, Nasrullah, SH., Endang Wihdatiningtyas, SH., Daniel Zuchron, Ir. Nelson
Simanjuntak ; Penanggung jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si Redaktur: Jajang Abdullah, S.Pd, M.Si, Tagor Fredy, SH, M.Si, Drs.
Hengky Pramono, M.Si, Ferdinand ET Sirait, SH, MH, Pakerti Luhur, Ak, Rahmawati, SE, M.Si, Raja Monang Silalahi, S.Sos, Hilton Tampu-bolon, SE, Redaktur Bahasa: Saparuddin, Ken Norton Pembuat Artikel: Falcao Silaban, Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Hendru,
Irwan; Design Grafs dan Layout: Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Muhtar Sekretariat:Tim Sekretariat Bawaslu
Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911. I www.bawaslu.go.id
AWASLUB Badan PengawasPemilihan UmumBULETIN EDISI01,JANUARI2014
Pemerintah dan DPR Sepakat
Mitra PPL di Pemilu 2014
Politisasi Sara Masih
Akan Terjadi di
Pemilu 2014?
Bawaslu Minta
Bantuan KPK
Terkait Dana Kampanye
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
3/28
Salah satu penyebab Bawaslu pada
periode lalu dianggap
sebagai macan ompong
karena pengawasan yang tidak
maksimal, saat tahapan
pemungutan dan penghitungan suara.Penyebabnya, organ
Bawaslu di tingkat tempat
pemungutan suara (TPS) hanya ada
satu orang, sedangkan
jumlah TPS bisa mencapai
puluhan.
Kondisi seperti ini dialami oleh Ba-
waslu sejak berdirinya pada April
2008 lalu yang ditegaskan dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 ten-
tang Penyelenggara Pemilu. Tidak hanya
itu, UU tersebut juga memberikan ke-
wenangan Bawaslu sekadar rekomen-
dasi yang tidak wajib diikuti oleh KPU.
Akibatnya, jadilah Bawaslu bak macan
ompong dalam melakukan pengawasan
Pemilu.
Percaya atau tidak kondisi Bawaslu
yang seperti ini semakin buruk dengan
pendapat-pendapat para pengamat yang
menilai Bawaslu tidak ada gunanya dalam
hal mengawasi. Bawaslu hanya dianggap
membuang-buang uang negara dan output
yang dihasilkan dinilai tidak sesuai.
Benar saja, pasca pelaksanaannya,
Pemilu 2009 dicap sebagai Pemilu pal-ing buruk di era reformasi (setidaknya
menurut beberapa pengamat Pemilu).
Kualitas Pemilu mulai dari caleg, daftar
pemilih tetap (DPT), hingga pemungutan
suara, dianggap tidak memiliki legitimasi
bahkan cenderung manipulatif. Peny-
elenggara Pemilu, dalam hal ini KPU dan
Bawaslu dianggap sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab atas citra buruk
Pemilu.
Praktik jual beli suara terjadi hampir
di seluruh daerah. Diduga, oknum Ke-
lompok Penyelenggara Pemungutan Su-
ara (KPPS) menjual dan memanipulasi
suara dengan imbalan yang diperoleh dari
peserta Pemilu. Ini terjadi, akibat tidak
adanya pengawasan baik oleh Pengawas
Pemilu maupun oleh saksi-saksi dari
peserta Pemilu.
Pada akhir tahun 2011, sejumlah isu
pun mencuat. Salah satu yang sangat
santer, Bawaslu akan dibubarkan melalui
legislasi yang baru (baca: UU No. 15 Ta-hun 2011). Wacana yang menguat di DPR
tersebut, tidak sepenuhnya diamini oleh
semua anggota DPR alias masih ada ang-
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
3
Jalan Panjang Mitra PPLPemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL
di Pemilu 2014
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
4/28
FOTO-FOTO: M. ZAIN
4
Sambungan: Pemerintah ....
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
gota DPR yang menolak wacana tersebut.
Seiring berjalannya waktu, akhirnyaBawaslu pun tidak jadi dibubarkan, dan
bahkan diperkuat dalam beberapa ke-
wenangan. Salah satunya adalah jumlah
Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) yang
berjumlah 1-5 orang per desa/kelurahan.
Walaupun bertambah, jumlah ini diang-
gap tidak terlalu signikan karena belum
mencapai jumlah yang ideal yakni satu
PPL untuk setiap TPS.
Tidak mau dianggap sebagai macan
ompong (lagi), Bawaslu periode 2012-
2017 yang dinakhodai Muhammad mulai
berpikir keras, agar pelaksanaan tahapan
Pemungutan dan Penghitungan Suara
dapat terawasi dengan baik. Dengan para-
digma mengutamakan pencegahan dari-
pada penindakan pelanggaran, Bawaslu
berupaya untuk mengikutsertakan sema-
kin banyak orang untuk mengawasi TPS.
Berdasarkan pengalaman buruk terse-
but, Bawaslu menggadang-gadang ide
untuk menambah jumlah pengawas di
tiap TPS, dengan dinamakan mitra PPL.
Ide ini sebenarnya bukan ide baru, karena
dari beberapa pengalaman Pemilu Kada,banyak Pengawas Pemilu yang mengini-
siasi mitra PPL untuk mengawasi TPS.
Hasilnya cukup efektif. TPS yang ter-
awasi oleh mitra PPL lebih sedikit jumlah
pelanggaran yang terjadi dibandingkan
dengan TPS yang tidak terawasi. Dari
pengalaman ini maka dapat diasumsikan
semakin banyak yang mengawasi TPSmaka jumlah pelanggaran yang terjadi
akan semakin sedikit.
Terganjal Hukum
Dalam UU No. 15 tentang Penyeleng-
gara Pemilu, Mitra PPL memang tidak
diakomodasi. Oleh karena itu, sempat
terpikir ide ini sangat kecil peluangnya
untuk direalisasikan, karena dasar huk-
umnya tidak ada. Dari segi kewenangan
dan anggaran maka Mitra PPL akan den-
gan mudah dimentahkan.
Apalagi untuk membentuk Mitra PPL
dibutuhkan dana yang cukup besar. Jika
satu orang saja diakomdasi di TPS den-
gan honor Rp 100 ribu, maka negara
diperkirakan harus mengeluarkan biaya
sekitar Rp 400 miliar rupiah. Jumlah
yang fantastis, dan pasti membuat DPR
dan Pemerintah berpikir dua kali untuk
menyetujuinya.
Selain itu, Mitra PPL pasti akan ter-
ganjal peran dan kewenangan yang tidak
diatur dalam UU. Keberadaan mereka
akan dipertanyakan oleh berbagai pi-hak. Jikalaupun kewenangan dan peran-
nya ada, maka bisa dipastikan tidak akan
sekuat PPL yang menjadi organ resmi
Bawaslu. Intinya, bisa saja keberadaan
Mitra PPL dianggap sia-sia.
Benang merahnya, bisa kita bayang-
kan ketika Mitra PPL yang tidak memiliki
kewenangan besar tapi dibiayai dengandana yang cukup besar. Semua pihak
pasti juga akan menolak ide ini, terutama
pemerintah dan DPR karena tidak mau
dianggap memboroskan anggaran negara
untuk hasil yang tidak signikan.
Namun, Bawaslu bersikeras bahwa
Mitra PPL ini sangat diperlukan untuk
mengawasi tiap TPS. Bawaslu selalu
menceritakan pengalaman kelam di masa
lampau, praktik-praktik manipulasi suara
terjadi tanpa adanya pengawasan. Gam-
baran tersebut selalu menjadi dilema
tersendiri bagi DPR RI, karena pada
dasarnya DPR merupakan partai politik
yang memiliki kepentingan suara mereka
tidak dicurangi.
Perlu benar-benar meyakinkan Ang-
gota DPR, melalui Komisi II DPR tentang
pentingnya pengawasan di setiap TPS.
Salah satu ide Bawaslu saat itu, adalah
mengganti fungsi linmas yang sebanyak
dua orang di masing-masing TPS menjadi
Mitra PPL, yang fungsi keduanya agak
sedikit berbeda.
Bawaslu juga menjelaskan bahwapentingnya pengawas Pemilu di tingkat
TPS adalah memastikan formulir C1-
KWK dapat diperoleh. Jika tidak ada pen-
gawas Pemilu, maka percuma saja UU
mengamanatkan bahwa formulir tersebut
juga harus diberikan kepada Pengawas
Pemilu.
Hingga pada akhirnya DPR RI pun
menyetujui ide Bawaslu agar setiap TPS
dapat terawasi dengan baik. Artinya , par-
tai politik mulai berpikir tentang penting-
nya pengawasan Pemilu di setiap TPS.Persetujuan DPR tersebut tertuang
dalam dukungan rencana anggaran yang
diusulkan oleh Bawaslu, dan diajukan
dalam rapat pembahasan di Badan Angg-
aran (Banggar) DPR RI, hingga akhirnya
ditetapkan oleh Banggar untuk diserah-
kan kepada Kementerian Keuangan.
Namun, apa yang sudah dibahas Ba-
waslu dan disetujui oleh DPR belum tentu
sejalan dengan pemahaman pemerintah,
dalam hal ini Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). Ketidakpahaman tersebut
menggambarkan ketidakpekaan Kemen-
keu soal anggaran mitra PPL.
Dalam suratnya, Menteri Keuangan
Chatib Basri menyatakan bahwa, ang-Pemungutan Suara Ulang di Maluku Utara
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
5/28
5
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
garan untuk Mitra
PPL tidak dapatdipertimbangkan
alias tidak diberi-
kan anggaran un-
tuk program itu.
Pernyataan tersebut
tentu saja membuat,
Bawaslu sedikit
geram dan kem-
bali harus melaku-
kan lobi via DPR
dan Kementerian
Dalam Negeri.
Pada awal ta-
hun 2014, Menteri
Koordinator Poli-
tik, Hukum dan
Keamanan (Menko-
polhukam) Djoko
Suyanto akhirnya
mengambil inisiatif
untuk melakukan
pertemuan dengan
Kemendagri, Ba-
waslu dan KPU.
Dalam pertemuantersebut membahas mengenai pentingnya
dana Mitra PPL.
Setelah itu, dilakukan pertemuan
kedua yang diinisiasi oleh Kementerian
Dalam Negeri. Pertemuan tersebut me-
nyepakati untuk memperjuangkan
anggaran Mitra PPL ke Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Jika, Presiden me-
nyetujuinya, maka tidak ada lagi alasan
bagi Menkeu tidak mempertimbangkan
anggaran Mitra PPL.
Dalam pertemuan dengan Pres-iden, kami akan membahas soal Mitra
PPL. Namun, saya membutuhkan argu-
men yang kuat termasuk dukungan dari
semua pihak, terutama Komisi Pemilihan
Umum (KPU) dan Komisi II DPR, ujar
Mendagri Gamawan Fauzi.
Perpres sebagai Dasar
Pasca pertemuan tersebut, komuni-
kasi dengan Presiden dilaksanakan oleh
Mendagri Gamawan Fauzi dan Menko-
polhukam Djoko Suyanto. Pada intinya
presiden menyetujui jika pemerintah men-
dukung dengan memberikan alokasi ang-
garan untuk Mitra PPL. Presiden pun me-
maklumi sikap Menteri Keuangan yang
tidak dapat mempertimbangkan angga-ran untuk Mitra PPL untuk dilaksanakan
karena tidak ada dasar hukumnya. Oleh
karena itu, ia meminta agar dibuat terobo-
san sebagai dasar hukum agar Kemente-
rian Keuangan dapat memberikan alokasi
anggaran untuk Mitra PPL.
Dasar hukum yang dimaksud adalah
Peraturan Presiden (Perpres) yang men-
gatur tentang keberadaan Mitra PPL.Ke-
menterian Keuangan pun bersifat terbuka
andaisaja, Perppres tersebut nantinya su-
dah diundangkan, untuk segera direalisa-
sikan anggarannya.
Saat ini pembahasan Perpres terkait
Mitra PPL sedang dibahas di Kementerian
Dalam Negeri. Perpres tersebut nantinya
juga akan mengakomodasi semua kepent-
ingan dalam pembentukan Mitra PPL, se-
dangkan, terkait tugas dan kewenangan-
nya akan diformulasikan oleh Bawaslu.
Bawaslu rencananya akan melak-
sanakan perekrutan dan bimbingan teknis
terhadap Mitra PPL pada Februari 2014.
Ada sekitar 545.000 TPS, yang masing-
masing akan diawasi oleh dua orang MitraPPL. Artinya, ada sekitar 1.000.000 Mitra
PPL yang akan direkrut oleh Bawaslu.
Namun, seiring dengan perkembangan
tersebut, Ketua Komisi II DPR Agun Gu-nanjar Sudarsa meminta secara tegas ke-
pada Bawaslu untuk memiliki mekanisme
agar Mitra PPL yang direkrut nantinya
benar-benar bisa melaksanakan tanggung
jawab dengan baik. Apakah cukup dalam
waktu yang singkat untuk merekrut Mitra
PPL sebanyak itu?
Pertanyaan besar itu sempat dilontar-
kan oleh sebagian besar Anggota Komisi
II DPR RI. Mereka meragukan itu dapat
terwujud dengan baik, mengingat pelak-
sanaan Pemilu tinggal beberapa bulan
saja.
Soal independensi dan netralitas
Mitra PPL juga menjadi sorotan, karena
khawatir Mitra PPL ini akan ditunggangi
oleh beberapa kepentingan politik, tutur
Agun.
Namun, Pimpinan Bawaslu Nasrullah
mengatakan bahwa masalah perekrutan
Mitra PPL, sudah dipertimbangkan un-
tuk mengambil dari Relawan Pengawas
Pemilu yang sudah terdaftar. Relawan
Pengawas Pemilu sendiri merupakan pro-
gram Bawaslu yang merupakan gerakanmoral dengan target atau sasaran pemilih
pemula. [FS]
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
6/28
6
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Bawaslu Menuju Pemilu Indonesia
yang Luber dan JurdilOleh : Rahmawati*
Opini
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan salah
satu lembaga yang bertugas sebagai penyelenggara Pe-
milu Indonesia, kegiatan yang dilaksanakan berorientasi
pada pengawasan Pemilu dengan fokus kegiatan kepada peny-
elenggaraan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya
pelaksanaan Pemilu bersih, Jujur, adil, berkualitas dan akunta-
bel. Dimana dalam proses penyelenggaraannya diharapkan tidakditemukan pelanggaraan-pelanggaran yang dapat menodai cita-
cita reformasi. Dalam konteks ini kehadiran Bawaslu sebagai
Lembaga atau pengambil keputusan untuk dan atas nama orang
banyak dengan mengemban tanggungjawab terhadap hasil Pe-
milu, dimana dalam pelaksanaannya dapat memastikan bahwa
Pemilu di Negara Kesatuan Republik Indonesia benar-benar dia-
wasi dengan baik, supaya hasilnyapun benar-benar merupakan
hasil pelaksanaan demokrasi yang bersih dan akuntabel.
Mengapa Pemilu diwilayah Negara Kesatuan Republik In-
donesia perlu diawasi? Pertanyaan tersebut tentu memerlukan
jawaban yang memang mampu menuntaskan apa yang men-
jadi masalah dalam pelaksanaan Pemilu. Sering ditemukannyapelanggaran-pelanggaran yang dengan sengaja dilakukan oleh
oknum-oknum yang bekerja bukan oleh individu yang berinte-
gritas untuk melanggar hasil Pemilu itu sendiri, oleh sebab itu,
Bawaslu harus berkemampuan memberi kepercayaan kepada
masyarakat dan memastikan bahwa Pemilu yang sedang ber-
langsung tahapan demi tahapan telah mendapat pengawasan
oleh para Pengawas Pemilu Lapangan maupun pengawasan
terpadu yang dilakukan oleh mahasiswa, media massa, dan ke-
lompok Organisasi Kemasyarakatan secara menyeluruh dengan
penuh kesadaran dan dengan suka rela ikut menjadi pengawas
Pemilu.
Tugas ini tidaklah mudah disebabkan oknum pelanggar hasil
Pemilu akan selalu mencari jalan dan celah agar mereka mampumewujudkan ambisi orang-orang atau calon yang diusungkan
untuk dimenangkan pada Pemilu. Sikap optimisme dan keyaki-
nan seluruh komponen serta elemen yang terlibat dalam penga-
wasan Pemilu memberi kepastian bahwa Pemilu harus mampu
diawasi secara menyeluruh. Keyakinan tersebut tentunya harus
diimbangi dengan kerja keras serta komitmen yang dibangun
bersama antara Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupat-
en/Kota, Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan
ditingkat desa/kelurahan, media massa, Organisasi Kemasyara-
katan, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Dapat dipahami bahwa Bawaslu merupakan wadah dalam
rangka mendorong partisipasi publik secara bersama-samamelakukan pengawasan Pemilu mulai tingkat desa/kelurahan,
Kabupaten/Kota, Provinsi, yang mana tugas yang dilaksanakan
merupakan penjabaran dari pada amanat ayat (3) Pasal 73
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilihan Umum memuat Tugas Badan
Pengawas Pemilu meliputi :
1. Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri
atas:
Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu; Perencanaan pengawasan logistik oleh KPU;
Pelaksanaan penetapan daerah pemilih dan jumlah kursi
pada setiap daerah pemilihan untuk pemilihan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Ang-
gota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
oleh KPUsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
uandangan.
Sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan
Pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur dalam ke-
tentuan peraturan perundang-undangan.
2. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu
yang terdiri atas :
pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih seementara serta daftar pemilih tetap;
penetapan peserta Pemilu;
Proses pencalonan sampai dengan penetapan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pasangan calon pres-
iden dan wakil presiden, dan calon gubernur, Bupati dan
Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
pelaksanaan kampanye;
pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara
hasil Pemilu di TPS: pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara,
dan sertikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS
sampai ke PPK;
pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat
TPS sampai ke KPU Kabupaten/Kota;
proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
di PPS, PPK , KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan
KPU;
pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang,
Pemilu Lanjutan dan Pemilu susulan;
pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu;
pelaksanaan putusan DKPP; dan
proses penetapan hasil Pemilu.
3. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen ser-
ta melaksanakan penyusutannya berdasarkan retensi arsip
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
7/28
7
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
yang disusun oleh Bawaslu dan ANRI;
4. Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan
pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang;
5. Mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu;
6. Evaluasi pengawasan Pemilu;
7. Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pe-
milu.
Beberapa tugas Bawaslu tersebut diatas, diharapkan keterli-
batan dan partisipasi mahasiswa, media massa dan organisasi ke-
masyarakatan pada huruf b poin 4 sampai dengan poin 10, teru-
tama bagi Pemilih Pemula lulusan SLTA/Mahasiswa diharapkan
partisipasinya ikut dalam Program Sejuta Relawan Pengawas Pe-
milu. Pada Program tersebut relawan dituntut bersikap netralitas
dan profesionalisme pada saat melakukan pengawasan Pemilu.
Harapannya Pemilu terawasi pada setiap tahapan terutama padasaat pemungutan suara dan pelaporan hasil pemungutan suara,
karena pada tahapan tersebutlah kerawanan dan manipulasi data
sering terjadi maka hal ini harus dapat dicegah.
Dengan demikian pemilihan Umum dapat dinikmati oleh se-
tiap individu sebagai sebuah pesta pemilihan pemimpin rakyat
secara demokrasi. Baru dapat dikatakan demokrasi apabila ma-
syarakat dalam menentukan siapa yang akan dipilih merupakan
pilihan atas dasar pemikiran dan analisa berdasarkan keinginan
sendiri bukan merupakan hasil dari pada permintaan oleh orang
lain untuk dipilih, walaupun terkadang dalam konteks tertentu si-
calon mempromosikan dirinya untuk dipilih hal ini tidak meru-
pakan paksaan tetapi merupakan bentuk promosi supaya dikenal.
Pengawasan Pemilu selain mencegah terjadinya pelanggaran,
juga untuk memastikan demokratisasi di Indonesia benar-benar
terwujud, dimana masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak
dasar seperti kebebasan berbicara, berkumpul, berorganisasi ter-
masuk kebebasan bagi pers dalam menyampaikan berita mampu
berbicara tentang kebenaran data dan fakta dan lain sebagainya,
disadari bahwa masyarakat lebih memilih orientasi evaluatif ter-
hadap kapasitas individu untuk mampu memberi penilaian ter-
hadap sistem politik Indonesia. Orientasi tersebut adalah untuk
mewujudkannya Pemerintahan yang Good Governance dimana
untuk mewujudkannya harus didukung dengan pemerintahan
yang reinventing govermen dimana salah satunya adanya par-
tisipasi masyarakat dalam pembangunan artinya harus dimulai
dari penyelenggaraan Pemilu yang terawasi dengan baik dalam
rangka mewujudkan Pemilu yang berkualitas, langsung, umum,bebas, rahasia, jujur dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Opini
*Kepala Sub Bagian Publikasi dan
Dokumentasi Setjen Bawaslu RI
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
8/28
8
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Jelang Pemilihan Umum 9 April
2014, suasana politik di negeri ini men-
jadi lebih tinggi. Tokoh-tokoh partai poli-
tik peserta Pemilu yang akan bertarung
memperebutkan simpati dan suara rakyat
dalam Pemilu 2014 berupaya mengoal-
kan kepentingannya. Satu hal yang ten-
gah menjadi perhatian publik negara
mendanai keberadaan saksi partai politik
di tempat pemungutan suara (TPS).
Pada Undang-undang nomor 15 ta-
hun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu,memang menyebut secara jelas tentang
keberadaan saksi peserta Pemilu (partai
politik). Begitupun dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Ang-
gota DPR, DPD, dan DPRD. Namun dalam
dua undang-undang tersebut tidak ada satu
pasalpun menyebut, bahwa saksi peserta
Pemilu didanai negara.
Gagasan tentang pendanan saksi parpol,
pertama kali mengemuka pada akhir sesi
rapat dengar pendapat Bawaslu RI dengan
Komisi II DPR RI pada awal Bulan Januari
2014 lalu yang membahas dukungan terha-
dap mitra pengawas Pemilu lapangan (PPL)
yang digagas Bawaslu RI. Beberapa peserta
rapat di Komisi II DPR RI di akhir sesi se-
cara spontan mencetuskan gagasan agar
saksi parpol pun didanai negara.
Gagasan pendanaan saksi parpol pun
terus menggelinding dan bahkan masuk
dalam agenda rapat koordinasi di kantor
Menkopolhumkam. Juga masuk agenda
rapat penyelenggara Pemilu yang difasili-
tasi Kementrian Dalam Negeri dan dihadiri
Bawaslu RI, KPU RI, Komisi II DPR RI,hari Rabu (15/1).Rapat sedianya membahas
satu agenda pokok terkait anggaran mitra
PPL yang terkendala di Kementrian Keuan-
gan karena belum memiliki dasar hukum.
Namun rapat juga berkembang dengan ga-
gasan pendanaan saksi parpol oleh peme-
rintah.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
dalam keterangan pers kepada wartawan
usai rapat mengatakan dana saksi parpol
merupakan usulan dari Bawaslu RI. Pemer-
intahpun memberikan sinyal menyetujui
pendanaan saksi parpol dan akan memper-
siapkan rancangan peraturan presiden seb-
agai payung hukumnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, se-
jumlah pengamat politik menolak keras
pemerintah mendanai saksi parpol dalam
Pemilu 2014. Mereka berpandangan parpol
harus menyiapkan sendiri dana saksi mer-
eka di TPS karena keberadaan saksi parpol
untuk kepentingan parpol, bukan justru
membebani rakyat melalui dana APBN. Se-
jak gagasan saksi parpol didanai APBN, dua
partai politik yakni PDI Perjuangan dan Na-
sional Demokrat menolak menerima dana
saksi parpol sekiranya jadi digelontorkan.Total dana yang diusulkan pemerintah un-
tuk saksi parpol sekitar Rp 654,9 miliar un-
tuk Pileg dan Pilpres.
Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu
(Bappilu) PDI Perjuangan Arif Wibowo
menilai, bila pemerintah melanjutkan ren-
cana pemberian dana saksi parpol menim-
bulkan kecurigaan adanya tujuan politik
untuk kepentingan tertentu.
Sementara Ketua Bappilu Partai Nas-
Dem Ferry Mursyidan Baldan mengatakan,
perlu ditelaah lebih jauh motif dibalik gaga-san pendanaan saksi parpol. Partainya, ber-
pandangan parpol harus mendanai sendiri
saksinya di TPS pada Pemilu 2014.
Saksi Penting
Sementara itu Ketua Bawaslu RI Mu-
hammad mengatakan, keberadaan saksi
parpol di tempat pemungutan suara (TPS)
penting guna meminimalisir kecurangan
di TPS. Merujuk pada pengalaman Pemilu
tahun-tahun sebelumnya, minimnya saksi
parpol di TPS menimbulkan banyaknya ke-
curangan yang berakhir pada gugatan hasil
Pemilu oleh peserta Pemilu.
Dari sisi pengawasan Pemilu, ke-
beradaan saksi parpol penting karena fung-
sinya sama dengan mitra PPL yakni men-
gawasi proses pemungutan suara di TPS.
Tapi mengenai usul saksi partai politik
di danai pemerintah bukan dari Bawaslu.
Kami pun sedang berupaya agar usulan
tambahan anggaran untuk mitra PPL yang
sudah dapat dukungan Komisi II dapat di-
fasilitasi pemerintah, kata Muhammad
memaparkan.
Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nas-
rullah mengatakan, semakin banyak orangyang mengawasi proses tahapan Pemilu
termasuk pada hari pemungutan dan peng-
hiitungan suara, maka niat orang yang ingin
berbuat curang akan bisa ditekan. Karenan-
ya selain mengusulkan anggaran untuk mitra
PPL kepada pemerintah, Bawaslu RI juga
menggalang dukungan partisipasi masyara-
kat untuk menjadi relawan Pemilu melalui
gerakan sejuta relawan pengawas Pemilu.
Terkait mitra PPL, Bawaslu RI mengu-
sulkan kepada pemerintah untuk mendanai
2 orang mitra PPL per TPS yang bekerja
pada hari H pemungutan dan penghitungan
suara di TPS , dengan honor Rp 100.000/
orang untuk dua kegiatan yakni Pileg dan
Pilpres. Dasar usulan tersebut adalah ket-
erbatasan pengawas Pemilu lapangan yang
berjumlah 1-5 orang setiap desa/kelurahan
sesuai amanat Pasal 72 UU Nomor 15 ta-
hun 2011. Padahal dalam 1 desa/kelurahan
terdapat belasan hingga puluhan TPS. Se-
hingga tidak memungkinkan hanya di awasi
1 orang saja.
Terhadap permintaan, agar dana saksi
parpol di kelola Bawaslu RI bukan olehKPU RI, Ketua Bawaslu RI Muhammad
mengatakan hal itu merupakan permintaan
lisan Kemendagri bukan tertulis. Mungkin
pertimbangannya karena sama-sama men-
jalankan fungsi pengawasan, KPU sendiri
menolak mengelola dana itu. Kami mesti
pleno sebelum mengambil keputusan,
ujarnya.
Bawaslu RI menurut Muhammad tidak
ingin gegabah menerima usulan agar dana
parpol dimasukkan dalam anggaran Bawas-
lu RI. Sebab hal ini akan menjadi preseden
buruk bagi Bawaslu, seolah-olah dana saksi
parpol memang diusulkan oleh Bawaslu RI.
[RS]
GelindingDana Saksi
Parpol
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
9/28
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
9
Politisasi SARAMasih Akan Terjadi di Pemilu 2014?
Banyak yang tidak mengetahui bahwa
pada pelaksanaan Pemilu 2009 dan
Pemilu Kada di beberapa daerah
menyisakan trauma mendalam yang dialami
oleh beberapa kelompok masyarakat, teru-
tama yang minoritas. Kelompok seperti ini,
kerap menjadi sasaran dalam berkampanye
oleh berbagai pihak dengan tujuan tujuan
tertentu. Mereka cenderung dideskreditkan
dan dimarginalkan, demi mendapatkan sim-
patik kaum mayoritas.
Namun, isu ini seakan-akan tenggelam
oleh isu-isu lain yang memang menjadi
polemik dan menjadi kontroversial, seperti
daftar pemilih tetap (DPT) dan penghitun-
gan suara. Padahal dampak yang ditimbul-
kan adalah ketakutan yang luar biasa, apa-lagi saat kampanye dilakukan dalam setiap
rezim Pemilu.
Masa kampanye Pemilu Legislatif 2014
sudah di depan mata. Badan Pengawas Pe-
milu (Bawaslu) diminta berbenah diri un-
tuk mempersiapkan segala sesuatu untuk
mengoptimalkan pengawasan pada tahapan
tersebut. Pasalnya, tahapan tersebut sangat
berpotensi untuk menimbulkan konik sos-
ial di masyarakat.
Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu
2014 yang Berkualitas hadir dan mendeklar-asikan diri untuk memfokuskan perhatian
terhadap kampanye yang mengusung isu
diskriminasi terhadap golongan minori-
tas. Gerakan tersebut terdiri dari beberapa
ormas antara lain, ILRC, Wahid Institute,
Abdulrahman Wahid Center, PGI, KWI,
Maarif Institute, Pusat Hukum Konstitusi
Universitas Airlangga, Pusat HAM dan
Demokrasi FH Universitas Brawijaya, PP
Muhammadiyah, PBNU, Perludem, Sejuk,
Aman Indonesia, dan Yayasan TIFA.
Intoleransi dalam kehidupan umat be-
ragama sudah semakin meningkat. Dalam
beberapa pengalaman Pemilu, isu terhadap
suku, ras dan antar golongan (SARA) selalu
terjadi, ujar Direktur Eksekutif The Wahid
Institute, Ahmad Suaedy, bersama para ak-
tivis OMS yang lain saat Audiensi dengan
Bawaslu, di Jakarta, Senin (13/1).
Lebih lanjut menurut Suaedy, dalammasa kampanye para peserta Pemilu yang
intoleran dan diskriminatif menggunakan
kesempatan tersebut untuk memojokkan
lawan politiknya yang kebetulan memiliki
perbedaan, dengan menggunakan paham
agama atau penodaan agama, dan juga pi-
dato dan orasi yang berbau kebencian (hate
speech).
Hal yang sama diungkapkan Sekre-
taris Eksekutif Bidang Diakonia, PGI Jeiry
Sumampouw yang mengatakan bahwa isu
agama dalam kampanye banyak digunakandan sangat popular untuk mendulang suara,
terutama oleh partai-partai yang memiliki
basis masa mayoritas dalam suatu daerah.
Oleh karena itu dibutuhkan peran aktif Ba-
waslu untuk mencegah supaya kampanye
menggunakan isu agama dan diskriminasi
terhadap minoritas dapat dicegah.
Veri Junaidi dari Perludem berharap
besar Bawaslu dapat memegang kunci ter-
hadap permasalahan potensi diskriminasi
tersebut. Karena pada dasarnya, semua
pelanggaran dalam Pemilu akan dilaporkan
ke Bawaslu.
Peran penegakan hukum pidana dalam
Pemilu memang juga melibatkan Kepolisian,
dan peran tersebut juga sangat besar. Namun,
Bawaslu adalah kuncinya dan harapan besar
agar Bawaslu dapat mengatasi permasalahan
(diskriminasi) tersebut, tambahnya.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Mu-hammad mengatakan bahwa, Indonesia
merupakan negara demokrasi bukan neg-
ara agama. Sehingga praktik politik yang
mempolitisasi masalah keagamaan sangat
dilarang dan tidak bisa dibiarkan. Bawaslu
dan jajarannya, juga akan siap menindak te-
gas terhadap pelanggaran semacam itu jika
terjadi.
Peran aktif masyarakat juga sangat
diperlukan dalam hal ini. Kami ingin me-
nyatakan bahwa Pemilu itu milik bersama
dan tanggung jawab bersama. Nantinya,Bawaslu akan membuat SMS gateway, yang
dapat dipergunakan untuk orang yang mel-
apor, ujarnya. [FS]
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
10/28
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
10
Menjelang Pemilu legislatif
tanggal 9 April 2014 dan Pemilu
Presiden/Wapres pada Bulan
Oktober 2014, Tim Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengingatkan jajaran Bawaslu RI
untuk mewaspadai dan menghindari
praktik gratifikasi dari pihak-pihak
yang ingin bermain curang dalamproses pesta demokrasi lima tahunan
tersebut.
Pencegahan dini diperlukan meng-
ingat Bawaslu RI diberikan ke-
wenangan sesuai Undang-undang
Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyeleng-
gara Pemlilu. Dalam isi undang-undang
tersebut sebagaimana diuraikan dalam
pasal 75, 76 dan 77, Bawaslu RI hingga
Panwaslu kabupaten/kota diberikan ke-
wenangan untuk mengawasi seluruh taha-
pan dan proses Pemilu serta memberikan
rekomendasi yang sifatnya wajib dilak-
sanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Koordinator Tim KPK bidang pence-
gahan, Maruli Tua mengatakan kepent-
ingan KPK adalah menjamin para peny-
elenggara negara bertindak sesuai aturan
hukum dengan menghindari praktik-prak-
tik suap dan gratikasi
Kita juga ingin agar Pemilu 2014
bisa di kawal menjadi Pemilu yang ber-sih, demokratis dan berintegritas, kata-
nya saat memberi penjelasan kepada selu-
ruh pejabat struktural Sekretariat Jenderal
Bawaslu RI, Senin (13/1).
Kedatangan Tim KPK yang terdiri 4
(empat) orang bukan tanpa alasan. Sekre-
taris Jenderal Bawaslu Gunawan Suswan-
toro dan Pimpinan Bawaslu RI sebelum-
nya menilai penting menghadirkan KPK
untuk memberikan penjelasan terkait suap
dan gratikasi. Sebab Pimpinan Bawaslu
tidak ingin jajarannya terjerat dengan ka-sus suap dan gratikasi.
Saya sengaja mengundang KPK
untuk mensosialisasikan aturan-aturan
terkait gratikasi,
kita mesti membuat
aturan-aturan untuk
mengendalikan grat-
ikasi, kata Gu-
nawan saat membu-
ka diskusi Struktural
Bawaslu RI dengan
Tim KPK.Gratikasi dalam
penjelasan pasal 12
B Undang-undang
nomor 31/1999
juncto Undang-
undang nomor
20/2001 diartikan
sebagai pembe-
rian dalam arti luas.
Meliputi uang/se-
tara uang, barang, rabat/diskon. pinjaman
tanpa bunga, komisi, pengobatan cuma-
cuma, tiket perjalanan, perjalanan wisata,
fasilitas penginapan dan fasilitas lainnya.
Gratikasi dianggap sebagai suap apabila
berhubungan dengan jabatan dan berten-
tangan dengan tugas atau kewajibannya.
Terkait gratikasi Koordinator Tim
KPK Maruli mengingatkan, agar jangan
hanya dilihat perspektif hukumnya saja
melainkan juga perspektif etika. Sebab
pemberian gratikasi sangat terkait den-
gan jabatan atau kedudukan seseorang,
sekalipun pemberi gratikasi adalah te-
man dekat atau keluarga. Terkait pers-pektif etika, gratikasi dikelompokkan
menjadi kategori suap yakni pemberian
untuk melakukan sesuatu, kategori kedi-
nasan yakni menerima fasilitas lain dalam
perjalanan dinasnya, dan non kedinasan
misalnya menerima sesuatu dari kerabat-
nya terkait jabatannya.
Sementara itu Rusan, anggota Tim
KPK menjelaskan sanksi pidana grati-
kasi sebagaimana diatur dalam UU No-
mor 31/1999 juncto UU Nomor 20/2001
pasal 12 C ayat (1) dengan sendirinyaakan gugur apabila penerima gratikasi
melaporkan gratikasi yang diterimanya
dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak
diterimanya gratikasi kepada KPK.
Gratikasi itu sangat dekat dengan
suap, KPK bisa menelusuri bagaimana
sebenarnya prosesnya itu, kata Rusan.Ancaman hukum bagi penerima grati-
kasi adalah pidana penjara seumur hidup
atau 4-20 tahun dan denda Rp. 200 juta
Rp 1 Miliar. Penerima gratikasi dalam
UU No 31/1999 Juncto UU No 20/2001
adalah pegawai negeri dan penyelenggara
negara. Pegawai negeri yang dimaksud ti-
dak hanya PNS sebagaimana diatur dalam
UU kepegawaian melainkan semua orang
yang gajinya bersumber dari keuangan
negara atau daerah.
Hadir dalam sosialisasi pengendaliangratikasi oleh KPK antara lain Komis-
ioner Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas,
Sekjend Bawaslu Gunawan Suswantoro,
empat Kepala Biro di lingkungan Ba-
waslu RI, Pejabat eselon III dan Pejabat
Eselon IV. Pimpinan Bawaslu pada kes-
empatan tersebut meminta KPK untuk tu-
rut serta dalam acara-acara besar Bawaslu
di berbagai daerah baik internal maupun
yang melibatkan stakeholder, tujuannya
agar KPK bisa sekaligus mensosialisa-
sikan pengendalian gratikasi di jajaran
Bawaslu. Hal itu sudah mulai dirintis be-
berapa kali sejak tahun 2013 dalam acara
rakorstakeholderPemilukada.[RS]
Tim KPK Datangi Bawaslu
Terkait Gratifkasi
Tim KPK menyambangi Bawaslu terkait sosialisasi pengendaliangratifikasi. Hadir dari Bawaslu antara lain: Pimpinan Bawaslu, En-
dang Wihdatiningtyas, Sekjen Bawaslu Gunawan Suswantoro, 4
kepala Biro di lingkungan Bawaslu RI, Pejabat eselon III dan Peja-
bat Eselon IV.
CHRISTINA KARTIKA
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
11/28
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
11
JAKARTA -- Maraknya praktik suap,
gratikasi dan pencucian uang menjelang
pesta demokrasi, Pemilu 2014 perlu disi-
kapi secara serius. Berbagai pihak mulai
dari pengamat dan jajaran penegak hu-
kum mengingatkan, agar pesta demokrasi
2014, tidak dikotori dengan praktik grati-
kasi dan bahkan pencucian uang baik
oleh calon anggota legislatif maupun par-
tai politik peserta Pemilu 2014.
Mensikapi hal tersebut, Badan Pengawas
Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI)
di awal tahun 2014, meminta bantuan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
bersama-sama merumuskan aturan main
terkait gratikasi dalam perhelatan Pe-
milu tahun 2014. Sebab, Bawaslu men-
galami kesulitan mengidentikasi apakah
sumbangan dana kampanye Pemilu bagi
calon legislatif dan partai politik dapat di-
kategorikan sebagai gratikasi.
Kepala Biro Teknis Penyelenggaraan
dan Pengawasan Pemilu (TP3), BernardD. Sutrisno dan Plt Kabag Penanganan
Pelanggaran Yusti Erlina dalam diskusi
dengan Tim KPK bidang pencegahan,
Senin (13/1), menanyakan isi Peraturan
KPU Nomor 17 tahun 2013 tentang Pel-
aporan Dana Kampanye yang mengacu
pada Undang-undang Nomor 8 Tahun
2012.
Dalam PKPU tersebut disebutkan caleg
DPD dapat menerima sumbangan dari
perseorangan maksimal sebesar Rp 250
juta dan sumbangan dari perusahaansebesar maksimal Rp 500 juta. Sedan-
gkan parpol dapat menerima sumbagan
perorangan maksimal Rp 1 miliar dan
dari perusahaan/kelompok sebesar Rp 7,5
miliar.
Hal ini dinilai bertolak belakang dengan
nafas pemberantasan tindak pidana ko-
rupsi, sebagaimana isi penjelasan pasal
12 B UU Nomor 31/1999 juncto UU No-
mor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana
Korupsi. Penjelasan pasal tersebut men-
jabarkan bahwa gratikasi merupakan
pemberian dalam artian luas. Sementara
dalam UU Nomor 8 tahun 2012 tentang
Pemilu, parpol boleh mendapatkan sum-
bangan dana kampanye baik dari anggot-
anya maupun pihak lain.
Misalnya anggota DPD incumbent (ma-
sih menjabat) mencalonkan diri lagi dalam
Pemilu 2014, lalu dia atau partai yang ada
di DPR menerima sumbangan kampanyedari perorangan atau kelompok, apakah
itu dapat dikategorikan gratikasi juga?.
Ini kan ada dasar aturannya yang berbe-
da, kata Yusti saat diskusi pengendalian
gratikasi oleh KPK.
Sementara itu, Maruli Tua, Koordinator
Tim KPK bidang pencegahan menegas-
kan dalam aturan perundang-undangan
tidak ada batasan jumlah pemberian
gratikasi. Gratikasi dipahami sebagai
pemberian dengan harapan mendapatkan
imbalan bagi para penyelenggara negaradan pejabat publik.
Sebenarnya batasan nilai pemberian
gratikasi tidak ada dalam undang-
undang, justru kalau ada batasan akan
menimbulkan polemik baru, perdebatan
baru, kata Maruli Tua, Koordinator Tim
KPK bidang pencegahan.
Sejumlah persoalan terkait sumbangan
dana kampanye baik kepada parpol dan
caleg dipertanyakan kepada tim KPK.
Hal ini dimaksudkan guna meminimalisir
polemik dan sengketa antarpeserta Pemi-
lu manakala sumbangan dana kampanye
ini pada akhirnya dikategorikan dengan
gratikasi.
Terkait hal ini,Sekjend Bawaslu Gunawan
Suswantoro meminta bantuan KPK untuk
membantu tim internal Bawaslu meru-
muskan aturan main pengawasan dana
kampanye ini. Selain itu juga perlu ada
tindak lanjut antara Bawaslu, DKPP danKPU secara bersama-sama merumuskan
indikator-indikator atau kriteria untuk
mewujudkan Pemilu bersih dan jurdil
dalam kaitannya dengan pengendalian
gratikasi.
Bawaslu juga perlu membangun sistem
pengendalian gratikasi yang sifatnya
internal yang berlaku baik di lingkungan
Sekretariat Jenderal Bawaslu RI hingga
ke jajarannya di provinsi, kabupaten dan
kota. Sebab menurut Tim KPK, Maruli
Tua, terdapat beberapa titik rawan grati-kasi di Bawaslu misalnya di lingkungan
internal Bawaslu, gratikasi dalam proses
pengawasan Pemilu, gratikasi terse-
lubung dalam bentuk pendanaan Pemilu.
Karenanya perlu dilakukan mapping agar
lebih tepat sasaran dalam pengaturannya.
Bawaslu perlu sistem pengendalian
gratikasi yang sifatnya internal, artinya
bertujuan bagi semua pejabat dan staff
Bawaslu dan DKPP, ini segera kita tin-
daklanjuti, kata Guanwan Suswantoro
seraya menambahkan Bawaslu segera
membuat pernyataan komitmen penera-
pan pengendalian gratikasi dilingkun-
gannya untuk disampaikan kepada KPK.
[RS]
Bawaslu Minta Bantuan KPK
Terkait Dana Kampanye
Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro dan Tim KPKCHRISTINA KARTIKAWATI
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
12/28
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
12
L
embaga Swadaya Masyarakat
(LSM) Jaringan Pendidikan Pemi-
lih untuk Rakyat (JPPR) melapor-
kan adanya kejanggalan dalam laporan
dana kampanye peserta Pemilu ke Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dalam data
yang didapat, jumlah penerimaan partai
dalam bentuk barang dan jasa sebesar 93
persen, dan hanya 7 persen saja yang ber-
bentuk uang.
Jika dalam bentuk barang dan jasa,
maka KPU dan Pusat Pelaporan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) akan sulit
untuk melacak dan menelusuri keberadaan
dana parpol tersebut dalam proses audit,
ungkap Manajer Program Pemantau JPPRSunanto, usai melaporkan laporan tersebut
ke Bawaslu, di Jakarta, Selasa (7/1).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, per-
bandingan antara jumlah sumbangan ba-
rang dan jasa dengan uang sangat timpang
dan mencurigakan. Sumbangan dalam
bentuk jasa dan barang mencapai Rp
907.395.692.165 atau 93 persen, semen-
tara sumbangan dalam bentuk uang hanya
Rp 67.620.388.803 atau 7 persen saja.
Sebelumnya, PPATK menjelaskan
bahwa pada awal 2013 banyak transaksimencurigakan terjadi, karena mulai me-
ningkatnya aktivitas kePemiluan. Bahkan,
PPATK menemukan adanya partai politik
yang tidak memiliki uang yang banyak
di rekeningnya, tetapi aktivitasnya cukup
banyak.
Diduga kenaikan ini merupakan ben-
tuk upaya untuk melakukan politik uang.
Perlu penelusuran lebih jauh untuk dil-
aporkan kepada Penyelenggara Pemilu,
ujar Ketua PPATK Muhammad Yusuf,
akhir 2013 lalu.
Sementara itu, Koordinator JPPR M.
Afuddin mengungkapkan fakta adanya
ketidakseragamaan pelaporan dana kam-
panye yang dimasukkan ke KPU. Ber-
dasarkan analisa, banyak kekurangan
dalam pelaporan penerimaan sumbangan
dana kampanye parpol yang dimasukkanke Komisi Pemilihan Umum.
Ada partai yang menyerahkan dana
pengeluaran dana caleg sebagai dana
sumbangan partai politik, namun ada juga
partai yang tidak menyerahkan, tuturnya.
Selain itu, ia mengkritik transparansi
laporan dana kampanye partai politik yang
dipublikasikan oleh KPU. Menurutnya,
daftar laporan penerimaan sumbangan
parpol di laman KPU belum benar-benar
dapat menggambarkan penerimaan partai
politik dan asal-usulnya secara jelas.Dalam daftar laporan yang terdapat di
laman resmi KPU tak sesuai dengan yang
diatur dalam PKPU No. 17 tentang Pedo-
man Pelaporan Dana Kampanye,, ujar
Afuddin.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Mu-
hammad mengatakan menyambut baik
temuan PPATK dan JPPR terkait transaksi
mencurigakan para caleg dan parpol. Jika
benar terbukti, mereka akan terkena sank-
si berat. Itu bisa membatalkan kemenan-
gan seseorang.
Jelas sekali pasalnya. Jadi money
politics yang terbukti, bisa menggagal-
kan kemenangan caleg. Tak hanya caleg,
sanksi juga dapat diberikan kepada par-
pol berperan dalm praktik money politics
tersebut, pungkasnya.
Sejauh ini, Bawaslu dan PPATK jugasudah melaksanakan kerjasama terkait
dana-dana mencurigakan peserta Pemilu.
Bawaslu berharap, PPTK dapat melapor-
kan adanya kecurigaan transaksi kepada
Bawaslu untuk segera ditindaklanjuti.
[FS]
SUNANTO,
Manajer Program Pemantau JPPR
JPPR.OR.ID
Politik itu mahal,
bahkan untuk kalahpun
kita harus mengeluarkan
banyak uang.
KOMPAS.COM
MUHAMMAD YUSUF,
Ketua PPATK
- Anonim
JPPR LaporkanDana Kampanye
Mencurigakan
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
13/28
13
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Badan Pengawas Pemilu mengada-
kan kegiatan sosialisasi Penyusu-
nan Laporan Keuangan dan Kebi-
jakan Akuntansi Akhir Tahun 2013 yang
dilaksanakan di Jakarta, Kamis (23/1)
hingga Sabtu (25/1).
Tujuan diselenggarakannya kegiatan
sosialisasi ini untuk menciptakan laporan
keuangan yang akuntabel dan transparan,
sebagaimana
diamanatkan
Undang Un-
dang Nomor17 Tahun 2003
tentang Keuangan
Negara dan Undang
Undang Nomor 22
Tahun 2012 ten-
tang Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara
(APBN) Tahun
Anggaran 2012.
Menteri/pimpinan lembaga negara
sebagai pengguna anggaran/barang mem-
punyai tugas antara lain menyusun danmenyampaikan laporan keuangan kemen-
terian/lembaga negara yang dipimpin-
nya, jelas Sekjen Bawaslu, Gunawan
Suswantoro.
Bawaslu berkewajiban menyeleng-
garakan akuntansi dan laporan pertang-
gung jawaban atas pelaksanaan APBN,
dengan menyusun laporan keuangan re-
alisasi anggaran, neraca, dan catatan atas
laporan keuangan, paparnya.
Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswanto-
ro mengharapkan laporan keuangan terse-
but dapat memberikan informasi yangberguna kepada para pemakai laporan,
khususnya sebagai sarana untuk mening-
katkan akuntabilitas/pertanggung jawa-
ban dan transparansi pengelolaan keuan-
gan negara. Laporan keuangan ini, juga
dimaksudkan untuk memberikan informa-
si kepada manajemen dalam pengambilan
keputusan, dalam usaha mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik.
Karena itu, bendahara pengeluar-
an dan staf operator komputer penge-
lola keuangan Bawaslu Provinsi dapat
mengimplementasikan ilmu yang diper-oleh dari kegiatan sosialisasi ini dengan
sebaik-baiknya.
Selain itu, Sekjen Bawaslu, Gunawan
Suswantoro menekankan agar bendahara
dapat tertib membuat laporan keuangan.
Bendahara diminta untuk memahami be-
tul tata cara pelaporan keuangan di tahun
2014, sehingga dapat dilaksanakan secara
tertib dan sesuai aturan. [CK]
Sekjen Bawaslu:
Bendahara HarusTertib MenyusunLaporan Keuangan
Gunawan Suswantoro, SH, M.SiSekretaris Jenderal Bawaslu RI
Peserta Sosialisasi Penyusunan Laporan Keuangan dan Kebijakan AkuntansiFOTO-FOTO: CHRISTINA KARTIKAWATI
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
14/28
14
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Bekerja konkret dan tak
banyak bicara., itulah kira-kira yang
pantas disematkan pada mantan
Koordinator Nasional Jaringan Pendidi-
kan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Yus-triadi. Dengan pengalamannya di dunia
kePemiluan, ia berharap kontribusinya
akan membuahkan hasil yang manis dan
berguna bagi perkembangan demokrasi.
Sebagai seorang aktivis sejak era re-
formasi, Yustriadi tidak jarang memberi-
kan kritik keras dan tajam pada pemerin-
tah terutama dalam kaitan perkembangan
demokrasi lewat Pemilu. Namun, ke-
mampuan analisanya ini tidak hanya di-
pergunakan hanya untuk mengkritik saja,
tetapi juga memberikan kontribusi nyata
sebagai aktualisasi pengalaman yang per-
nah didapatnya.
Karena itulah, ia didaulat menjadi
Ketua Kelompok Kerja Nasional Gerakan
Satu Juta Relawan Pengawas Pemilu.
Tanggung jawab yang cukup berat meng-
ingat harapan dan tuntutan masyarakat
terhadap gerakan ini cukup penting dan
signikan, terutama dalam rangka men-
gawasi tahapan Pemilu ke depan.
Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas
Pemilu merupakan sebuah gerakan yang
diinisiasi oleh Bawaslu, sebagai gerakanmoral untuk meningkatkan partisipasi
pemilih, terutama pemilih pemula, dan
melibatkanya secara aktif dalam penga-
wasan Pemilu. Selama ini, banyak pemil-
ih pemula yang cenderung apatis terha-
dap Pemilu karena kurang dilibatkan dan
diikutsertakan dalam Pemilu itu sendiri.
Yustriadi mengatakan, selain sebagai
gerakan yang berupaya untuk meningkat-
kan partisipasi masyarakat, gerakan ini
juga diharapkan dapat menekan segala
bentuk politik transaksional yang terjadidi masyarakat. Seperti yang kita tahu, saat
ini praktik money politics masih sering
terjadi dan bukan lagi menjadi hal yang
dilarang dalam masyarakat,
untuk itulah gerakan sejuta
relawan pengawas Pemi-
lu ini dibutuhkan.
S e -
b a g i a n
pihak sempat
meragukan target relawan pen-
gawas Pemilu akan tercapai,
baik dari segi jumlah dan dari
segi kualitas. Dari segi jumlah,
relawan pengawas Pemilu di-
harapkan benar-benar mencapai
angka sejuta atau lebih, dengan
begitu akan gerakan ini akan
terlihat lebih masif. Sedang-
kan secara kualitas, masyara-
kat berharap gerakan ini dapat
memberikan kontribusi penga-
wasan yang positif dan berman-
faat, walapun gerakan ini tidak dibayar
sepeserpun.
Namun, di balik itu, ia yakin gerakan
ini mampu membawa perubahan terhadap
nasib Pemilu 204 ini. Gerakan relawanakan mengawasi penyelenggaraan Pemi-
lu sejak masa kampanye, pungut hitung
sampai pada rekapitulasi suara.
Berbeda dengan tugas para para saksi
dan pengawas Pemilu di tingkat lapangan,
relawan tidak hanya bertugas saat Pemilu
berlangsung, tetapi sebelum Pemilu den-
gan memperhatikan dinamika politik
yang terjadi di TPS. Setiap TPS akan di-
tempatkan 2 relawan. Adapun tugasnya
menurut Yustriadi ialah menyampaikan
informasi ke Bawaslu bila ditemukan ma-salah atau pelanggaran di TPS.
Salah satu yang ditekankan oleh Yus-
triadi dalam gerakan ini, adalah bagaima-
na mengubah pola pikir masyarakat ter-
hadap Pemilu. Selama ini Pemilu selalu
dianggap sebagai pesta demokrasi bagi
segelintir orang saja. Hanya penyeleng-
gara Pemilu dan orang-orang yang berke-
pentingan yang harus peduli pada Pemilu.Pandangan tersebut salah. Pemilih
merupakan Stakeholders terbesar dalam
Pemilu. Sehingga pemilih memiliki daya
tawar yang tinggi terhadap Pemilu. Arti-
nya, sukses atau tidaknya Pemilu juga ter-
gantung pada pemilih, ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya pemilih
harus mendapatkan edukasi yang benar
terhadap Pemilu, agar tindakannya ke
depan juga benar. Salah satunya melalui
Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas
Pemilu. Ia akan berupaya menjadi gen-erator, untuk membangkitkan relawan
pengawas Pemilu menjadi berarti dan
bermanfaat. [FS]
YusfitriadiSang GeneratorRelawanPengawas Pemilu
YusfitriadiKoord. Pokjanas Sejuta Relawan Pengawas Pemilu
DOK. HUMAS
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
15/28
15
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Divisi Pengawasan
Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu)
menggelar Rapat Kerja
Teknis (Rakernis)
Persiapan Pengawasan
Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD Tahun 2014 di
Jakarta, Jumat (27/12).
Rakernis yang dihadiri oleh
Pimpinan Bawaslu Nasrullah,
Daniel Zuchron dan Endang
Wihdatiningtyas ini, sebagai
evaluasi pengawasan tahapan Pemilu
legislatif untuk mengindentikasi ben-
tuk pencegahan pelanggaran, termasuk
kelemahan atau hambatan dalam pelaksa-
naan teknis pengawasan tahapan Pemilu,
juga untuk mengidentikasi temuan-
temuan dugaan pelanggaran Pemilu yang
memungkinkan mempengaruhi proses
dan pelaksanaan Pemilu, dan yang tera-
khir adalah untuk mengidentikasi tin-
daklanjut temuan oleh Pengawas Pemilu.
Demikian yang disampaikan oleh Tim
Asistensi Bawaslu RI, Muhammad Tur-
mudzi sebagai salah satu fasilitator dalam
Rakernis tersebut.
Pimpinan Bawaslu, Nasrullah dalam
sambutan pembukaan menyampaikan
bahwa seluruh tahapan penyelenggaraan
Pemilu pada tahun 2013 ini semestinyajuga dilakukan evaluasi terhadap ke-
Bawaslu-an, jadi tidak hanya membahas
tentang rangkaian tahapan
apalagi (hanya) subsektor
pengawasan tetapi juga prin-
sip dasar ke-Bawaslu-an
ini, pada aspek struktural
dan administrasi, tentu-
nya juga dalam domain
pengawasan, peninda-
kan pelanggaran danwilayah yang sifat-
nya support system
dari jiwa atau
roh Ba-
waslu
menyang-
kut penga-
wasan dan pen-
indakan pelanggaran,misalnya kehumasan
dan sosialisasi.
Sementara itu dalam
kesempatan yang sama, Daniel
Zuchron menyatakan Rakernis ini
untuk melakukan evaluasi terhadap
metode dan kebijakan teknis serta
hasil pengawasan pada tahapan
yang telah berlangsung dalam rang-
ka perbaikan dan penyempurnaan
bagi penyusunan metode dan ke-
bijakan teknis dalam pengawasan
tahapan selanjutnya. Sehingga
akselerasi kinerja dan pelaporan
Bawaslu Provinsi dan jajarannya
menjadi cepat, efektif, dan ter-
kendali.
Jadi fokus dari target rencana kita,
goal-nya adalah akselerasi (percepa-
tan), sehingga kita tidak lagi berada pada
track yang lambat, tetapi sudah semakin
cepat. Oleh karena itu evaluasi ini penting
karena kami melihat akselerasinya belum
jalan, sehingga percepatan, efektivitas,
dan pengendalian ini terhambat. Hal-halseperti ini yang kita buka dalam rapat
ini, sehingga kebijakan pengawasan Ba-
waslu RI yang dihasilkan dari Rakernis
ini, telah memperhitungkan aspek-aspek
masukan dari Bawaslu Provinsi. ujar
Daniel.
Rakernis yang berlangsung hingga,
Minggu (29/12) ini dihadiri oleh seluruh
Bawaslu Provinsi, Tim Asistensi Divisi
Pengawasan dan Staf Biro TP3 Setjen
Bawaslu RI dan ditutup oleh Pimpinan
Bawaslu RI, Daniel Zuchron.
[MZ]
Bawaslu Gelar Rakernis PengawasanPemilu Legislatif 2014
DANIEL ZUCHRONKoordinator Divisi Pengawasan
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
16/28
16
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Divisi Organisasi dan SDM
Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) akhirnya menerimasebanyak 32 orang Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
pertama kali dalam sejarah ke-
beradaan Bawaslu. Kepastian
tersebut berdasarkan serang-
kaian Tes Kemampuan Dasar
(TKD) dan Tes Kemampuan
Bidang (TKB) yang telah dilak-
sanakan beberapa waktu lalu.
Keputusan tersebut diumumkan
oleh Bawaslu melalui Peng-umuman Nomor: 001/Peng/
Bawaslu/I/2014 Tentang Kelulusan
Peserta Seleksi Calon Pegawai Negeri
Sipil Badan Pengawas Pemilihan Umum
Tahun 2013.
Selanjutnya CPNS diminta segera
melakukan orientasi dan pengenalan
terhadap lembaga. Para CPNS yang
mengikuti orientasi itu diminta segera
beradaptasi dengan cepat dalam rangka
mendukung pengawasan proses dan
tahapan Pemilu yang sedang berjalan.
Banyak hal baru yang akan dipelajari di
lembaga ini. Kami berharap anda segera
beradaptasi, dan disiplin dengan tugas
dan pekerjaan yang ada di Bawaslu,
kata Ketua Bawaslu, Muhammad, me-nyambut kedatangan CPNS Bawaslu.
Hadir dalam orientasi tersebut, Sekre-
taris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gu-
nawan Suswantoro, Kepala Biro Hukum,
Humas, dan Pengawasan Internal (H2PI),
Jajang Abdullah, Plt. Kepala Biro Ad-
ministrasi, Dermawan A. Santoso, dan
Kepala Biro Administrasi DKPP, Ahmad
Khumaidi.
Menurut Muhammad, mereka yang
lulus sebagai CPNS Bawaslu yang
jumlahnya 32 orang sudah merupakan
hasil seleksi yang sangat ketat. Dari hasil
ujian, mereka dinilai memiliki perolehan
nilai yang cukup tinggi, dan lulus standar
Bawaslu RekrutCPNS Pertama
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gunawan Suswantoro (tengah) didampingi Kepala Biro Hukum, Humas, dan Pe-
ngawasan Internal (H2PI), Jajang Abdullah (kedua dari kanan), Plt. Kepala Biro Administrasi, Dermawan A. Santoso
(kedua dari kiri), dan Kepala Bagian Laporan dan Temuan, Yusti Erlina, dan Kepala BagianPersidangan DKPP, Osbin
Samosir.
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
17/28
17
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
nasional dalam proses perekrutan CPNS.
Muhammad menegaskan, dalam
proses perekrutan CPNS di Bawaslu,
mereka yang lulus sama sekali tidak
ada yang dibantu oleh unsur pimpinan
maupun pejabat di jajaran Sekretariat
Jenderal Bawaslu. Semua CPNS yang
lulus tersebut, murni hasil kerja keras
mereka saat mengikuti ujian.
CPNS yang mengikuti masa orientasi
itu dinyatakan lulus murni. Karena anda
masuk ke Bawaslu tanpa menggunakan
uang sepeser pun, maka ketika men-
jalankan tugasnya di Bawaslu, anda juga
tidak boleh menerima uang yang bukanmilik anda, tutur Muhammad, mengin-
gatkan.
Hal yang sama juga dibenarkan
Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro.
Menurutnya, proses perekrutan CPNS di
lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu
itu berlangsung secara murni, dan men-
jadi barometer dalam perekrutan CPNS
Bawaslu di kemudian hari.
Selain itu, menurut Gunawan, Ba-
waslu sebagai lembaga yang baru saja
ditingkatkan menjadi eselon I, belum
memiliki pegawai organik. Selama ini,
PNS yang berada di Bawaslu merupakan
PNS yang sebagian besar berasal dari
Kementerian Dalam Negeri.
Ke depan, Sekretariat Jenderal Ba-
waslu akan dipegang oleh PNS yang asli
dari Bawaslu. Sedangkan kami hanya
dipekerjakan di sini, tambah Gunawan.
CPNS di lingkungan Bawaslu terdiri
dari formasi Analis Pengawasan Pemilu,
Penata Laporan Keuangan, PengelolaAdministrasi Keuangan, dan Penata
Komputer Penyelia. CPNS Bawaslu
tersebut dalam waktu dekat akan ditem-
patkan di masing-masing biro.
[FS]
Divisi Organisasi dan SDM
CPNS Bawaslu RI mendapatkan pengarahan
Karena anda ma-
suk (CPNS) Bawaslu
tanpa menggunakan
uang sepeser pun,
maka ketika men-
jalankan tugas, anda
juga tidak
boleh menerima
uang yang bukan
milik anda
Muhammad
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
18/28
18
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran
Sebelumnya, Bawaslu merekomen-
dasikan iklan Partai Golongan
Karya (Golkar) di televisi swastaTVOne melanggar pidana Pemilu, namun
setelah diteruskan ke Kepolisian, ternyata
penyidik menghentikan kasus tersebut
karena dianggap tidak memenuhi unsur
kumulatif untuk didenisikan sebagai
kampanye Pemilu.
Bawaslu, Kejaksaan dan Kepolisian
telah mengadakan rapat Sentra Gakkum-
du untuk menyamakan persepsi terkait
proses tindak lanjut Sentra Gakkumdu.
Penyamaan persepsi ini sangat penting,
apalagi perbedaan pemahaman pidanaPemilu kerap terjadi antara Bawaslu dan
Kepolisian.
Pada Pemilu 2009 lalu, ada sekitar
1.500 kasus yang direkomendasikan Ba-
waslu dan jajarannya sebagai pelangga-
ran pidana Pemilu, namun hanya
sekitar dua per-sen saja yang
divonis di pengadilan. Sisan-
ya, hampir sebagian besardihentikan oleh pihak pe-
nyidik kepolisian.
Hal tersebut ten-
tunya jauh dari
ekspetasi ma-
s y a r a k a t
te rhadap
penegakan
h u k u m
P e m i l u .
Masyara-
kat sangatb e r h a r a p
agar ada tindakan cepat dan nyata terha-
dap para pelanggar pidana Pemilu. Den-
gan begitu, masyarakat masih optimis
terhadap Pemilu itu sendiri.
Dalam sebuah forum, Ketua Bawaslu
Muhammad mengatakan, jika terus meli-
hat secara hitam dan putih terhadap iklan
partai politik di televisi, maka sampai ka-
panpun, iklan tersebut tidak akan pernah
bisa dijerat, termasuk parpol dan lembaga
penyiarannya.
Padahal masyarakat sudah sangat
terganggu dengan iklan-iklan semacam
itu dan berharap Bawaslu dapat mengam-
bil langkah tegas. Namun, jika dihentikan
maka Bawaslu yang akan disalahkan,
tambahnya.
Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indo-
nesia (KPI) sudah menegur beberapa lem-
baga penyiaran publik terkait iklan partai
politik. Mereka dianggap tidak mematuhi
aturan dan tidak memberikan proporsi
yang seimbang terhadap penyiaran iklan
partai politik. KPI juga mendorong agar
lembaga penyiaran, pada saat ini lebih
mengedepankan tentang edukasi politik
kepada masyarakat.
Sementara itu Endang Wihdatin-
ingtyas mengatakan bahwa, kesulitan
Bawaslu untuk mencari barang bukti
yang diperlukan bagi penyidik kepolisian
untuk dapat ditindaklujuti adalah tidak
punya kewenangan untuk memaksa para
pihak yang diduga melanggar.
Kami hanya bisa mengundang pihak-
pihak terkait dengan dugaan pelanggaran
tersebut untuk memberikan klarikasi.
Bawaslu tidak punya kekuatan memaksa.
Jika ada bukti yang belum dapat kamilengkapi, maka penyidik dapat mengam-
bil peran tersebut, karena pu nya kekuatan
memaksa, jelas Endang. [FS]
Unsur Kumulatif Kampanye
Terus Jadi PerdebatanBawaslu dan Kepolisian
ternyata masih memiliki
ketidaksepahaman soal
pelanggaran pidana pemilu,
khususnya dalam kampanye.Bawaslu menilai satu unsur
kampanye saja terpenuhi
maka sudah bisa dinyatakan
sebagai kampanye, namun
Kepolisian tidak.
Endang Wihdatiningtyas, SH
Bawaslu tidak punya
kekuatan memaksa. Jikaada bukti yang belum dapatkami lengkapi, maka penyi-dik dapat mengambil peran
tersebut, karena punyakekuatan memaksa
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
19/28
19
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga
Akhir-akhir ini, masyarakat disuguhkandengan berbagai macam iklan tokoh yangmengaku dirinya calon presiden. Tokoh-tokoh tersebut dengan percaya diri mengu-mumkan visi dan misi serta janji saat terpilihmenjadi presiden nanti. Padahal, tahapan Pe-milu presiden saja belum dimulai.
Bukan secara kebetulan, para pemimpinyang narsis sebagai calon presiden dan calon
wakil presiden, yang tampil di media elek-tronik adalah pemilik media tersebut, atausetidaknya investor yang menanam saham dimedia elektonik tersebut. Media elektronikyang seharusnya menjadi milik publik, justrumenjadi alat propaganda salah satu pihak.
Narsisme sendiri berasal dari bahasa Be-landa yang berarti membanggakan diri send-iri secara berlebihan dan terkadang tidak ses-uai dengan kenyataan. Apa yang ditampilkandi media bisa jadi hanya pencitraan, untukmenarik minat masyarakat memilihnya padaPilpres mendatang.
Namun, apakah tindakan tersebutdibenarkan? Secara Undang-Undang (UU)gaya pemilik media yang narsis menyatakanmereka Capres dan Cawapres tidak melang-gar. Pasalnya, tahapan Pilpres sendiri belumdimulai, sehingga kampanye model sepertiini belum dilarang. Namun, akan menjadi
pelanggaran jika diserta dengan logo partai,nomor urut serta visi misi partai, serta adan-ya ajakan memilih partai tersebut.
Dalam UU No. 8 Tahun 2012 TentangPemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRDmasa kampanye di media elektronik sertakampanye dalam bentuk rapat umum belum
diperbolehkan. Tahapan tersebut baru diper-bolehkan pada 21 hari sebelum masa tenang.Kasus Sutiyoso (Ketum PKP Indonesia) diJawa Tengah yang divonis bersalah karenamelakukan rapat umum menjadi sebuah con-toh bahwa, pelanggaran pidana terhadap ke-tentuan tersebut tidak main-main.
Namun sepertinya pemilik media ti-dak mengindahkan hal-hal tersebut. Mer-eka tetap melakukan semacam sosialisasi dimedia mereka dengan memakai logo partai,nomor urut namun cenderung dengan ber-main aman, sehingga pelanggaran pidana
Pemilu sulit dikenakan. Peran Bawaslu danKomisi Pemilihan Umum (KPU) sangat di-tentukan dalam hal ini.
Pimpinan Bawaslu Nasrullah men-gatakan bahwa masyarakat sudah cerdas
untuk menilai bahwa media yang mem-propagandakan seseorang, hanya karena ke-dekatan media tersebut dengan orang yangmengaku capres tersebut. Pesan-pesanyang disampaikan, juga belum tentu benar-
b e n a r menggambarkan diasebagai cap-res danc a w a -
pres.
M a -syarakat sebagai pemilihsudah cerdas untuk menilaiiklan tersebut. Frekuensitayangan mereka sehari-hari, bisa jadi bukan men-arik simpatik masyarakat,tetapi membuat masyarakat jenuh dan ber-
balik mengkritik, tuturnya.Ia juga menambahkan masyarakat juga
paham, bahwa tahapan Pemilu presiden saja
belum dimulai, tetapi sudah ada capres yangberkeliaran di televisi. Sering tampil ditelevisi bukan jaminan ia akan dipilih, ter-masuk mempolitisisasi media, tambah Nas-rullah.
Ditegur KPISementara itu, selama 3 (tiga) bulan tera-
khir, September-November 2013, KPI telahmelakukan pemantauan pada seluruh lem-
baga penyiaran. Dari pemantauan tersebut,KPI berkesimpulan terdapat 6 (enam) lem-
baga penyiaran yang telah dinilai tidak pro-porsional dalam penyiaran politik. Termasuk
terdapat iklan politik yang menurut penilaianKPI mengandung unsur kampanye. Keenamlembaga penyiaran itu adalah RCTI, MNCTV, Global TV, ANTV, TV One dan MetroTV.
KPI menilai, enam stasiun televisi terse-but telah bertindak tidak proporsional dantidak menjunjung tinggi netralitas dalamhal penyiaran. Padahal, lembaga penyiarantersebut menggunakan frekuensi publik.
Menurut Komisioner KPI, Bekti Nu-groho masyarakat sudah bisa menilai mediamassa elektronik maupun cetak yang secara
kasat mata beraliasi dengan salah satu par-tai tertentu. Sehingga mereka juga bisa me-nilai apa yang ditampilkan mereka di media
benar atau tidak adanya. Dampakya, mediatersebut bisa saja ditinggalkan oleh masyara-
kat.Politisi yang tampil di media miliknya
terus menerus, juga akan membuat masyara-kat jenuh. Apalagi tidak atau belum ada
prestasi yang dimilikinya, ujar Bekti baru-baru ini.
Untuk informasi, KPI telah memanggildan menyampaikan teguran pada 6 (enam)stasiun televisi tersebut. Teguran ini wajibmenjadi evaluasi bagi lembaga penyiaran,agar menjalankan fungsi dan perannya yangsesuai dengan amanat undang-undang pe-nyiaran. Dalam pertemuan tersebut, lembaga
penyiaran menerima masukan dan berjanjiakan memperbaiki programnya, serta meren-canakan program iklan layanan masyarakat(ILM) tentang pemilihan umum.
Bekti juga sadar, bahwa redaksi mediamassa tersebut juga tidak bisa disalahkan
begitu saja. Intervensi dari pemilik modalyang luar biasa menjadi salah satu penyebabmedia-media ini tampak terlihat beraliasidengan partai politik.
Jurnalis dalam redaksi sebenarnya tidaktakut pada siapapun, termasuk menteri, pe-
jabat, bahkan presiden. Ia hanya takut padasi pemilik modal. Oleh karena itu, pemilikmodal bebas berintervensi terhadap redak-sinya, ujar Bekti.
Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nas-rullah mengatakan bahwa orang yang men-gaku Capres dan Cawapres tersebut terlalu
percaya diri, padahal tahapan Pilpres saja be-lum dimulai. Belum tentu partai yang mer-eka dukung mencapai presidential thresholdsebesar 20 persen pada Pilpres mendatang,tuturnya. [FS]
Politisasi Media,BukanJaminan Menang Pemilu
Nasrullah, SH
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
20/28
20
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Pentingnya Transparansi
Dana Kampanye
Akhir Desember 2013lalu, 12 partai politik res-mi menyerahkan laporansumbangan dana kampa-nye kepada Komisi Pe-milihan Umum (KPU).
Namun, dari beberapa laporan tersebut,
beberapa pihak menilai laporan tersebutbelum mencerminkan transparansi partaipolitik terhadap posisi keuangan pesertapemilu. Sebenarnya mengapa laporan sum-
bangan dana kampanye itu penting dil-aporkan, dan mengapa transparansi terse-
but harus dijunjung tinggi? Pertanyaantersebut sering dilupakan oleh partai poli-tik, dan cenderung asal-asalan dalam mel-aporkan.
Dalam prosesi politik seperti Pe-milu, biarpun bukan merupakan faktoryang utama, uang bisa jadi pendukung
kemenangan bagi peserta pemilu dalamkontestasinya. Bahkan, terkadang uang
bisa berubah posisi menjadi faktor utamapenentu kemenangan.
Tidak dapat dipungkiri, dari data BankIndonesia, setiap kali pelaksanaan Pemilu
perputaran uang meningkat tajam daripa-da sebelumnya. Bahkan, data Pusat Pel-aporan dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK) menyebut selama tahun 2013,
banyak transaksi yang mencurigakantelah terjadi.
Namun, semua itu seperti samar saat
partai politik melaporkan dana sumban-gannya kepada KPU. Dari data tersebuttidak terlihat bagaimana data yang digam-
barkan oleh BI dan PPATK tersebut. Arti-nya, laporan yang tertulis ternyat tidaksesuai dengan realitas yang ada.
Indonesian Corruption Watch (ICW)mengungkapkan bahwa pentingnyatransparansi dana kampanye, agar ma-syarakat dapat melihat dan meyakinkantidak ada potensi korupsi serta tindak
pidana pencucian yang terjadi.Apa hubungannya tindak pidana ko-
rupsi dan pencucian uang dengan tuntu-
tan tranparansi dana kampanye? Tidakbisa dipungkiri dan ternyata bukan secarakebetulan tindak pidana korupsi dan pen-cucian uang meningkat jelang pemilu.
Dugaanya ada pihak-pihak yang meng-gunakan uang negara untuk kepentingan
politik dan sebagainya.
Wakil Koordinator ICW Ade Irawanmengatakan, dari hasil penelitiannya,
jelang kampanye Pemilu Tahun 2014, po-tensi penyalahgunaan uang negara, dan
tindak pidana pencucian uang semakinberpeluang terjadi.Patut diawasi adalah penggunaan APBNdan APBD yang rawan disalahgunakanuntuk kampanye para Caleg. Penyalahgu-naan tersebut tidak terlalu terlihat karena
diselimuti oleh program-program pemer-intah, tuturnya.
Koordinator Divisi Politik ICWAbdullah Dahlan bahkan mengatakan
laporan dana kampanye yang disampai-kan oleh partai politik tidak jujur dan ti-dak sesuai kenyataan. Bisa dibayangkan,
sebesar 93 persen laporan sumbanganberbentuk jasa, yang sangat sulit untukdiaudit oleh lembaga manapun.Jika sejak awal sudah dibangun tidak
jujur, maka dipastikan ke depan, anggotadewan yang terpilih juga akan mencip-takan kondisi politik yang tidak sehat dan
penuh intrik, tambahnya.Ketidaktransparanan laporan sumban-
gan dana kampanye, juga dapat mengin-dikasikan bahwa caleg-caleg yang mel-aporkan sumbangannya tersebut secaratidak jujur, karena hanya melaporkansumbangan jasa. Ini penting jadi perha-tian, mengingat masyarakat sudah sema-kin cerdas dan kritis.
Selain itu, laporan sumbangan danakampanye hanya mencerminkan partai
politik yang sekadar memenuhi formali-tas belaka. Laporan ini tidak dianggapsebagai bentuk tanggung jawab merekaterhadap masyarakat yang kelak akan me-milih mereka.
Oleh sebab itu, ICW menghimbauagar semua partai politik dan caleg tidakterjebak pada pragmatisme dalam laporandana kampanye, karena pada nantinya
mereka akan memiliki beban dan akh-irnya terjadi praktik penyelewengan ang-garan negara.
[FS]
Patut diawasi adalah
penggunaan APBN dan APBD
yang rawan disalahgunakan
untuk kampanye para Caleg.
Penyalahgunaan tersebut
tidak terlalu terlihatkarena diselimuti oleh program-
program pemerintah
TEMPO/S ETO WARDHANA
Abdullah Dahlan - ICW Ade Irawan - ICW
ANTARA/ROSA PANGGABEAN
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
21/28
21
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Masa sekarang pasca runtuhnya
otoritarianisme Orde Baru,
demokrasi merupakan pilihan
terakhir (the last resort) yang eksisten-
sinya pada waktu itu sejumlah partai
politik yang telah membajak demokrasi
dengan berbagai cara : manipulasi pemilu,
pelanggaran pemilu serta munculnya
kelompok-kelompok intoleran yang
semakin mendelegitimasi demokrasi diIndonesia. Ulah pelanggaran pemilu ini
sebagiannya disebabkan kultur menera-
bas peraturan dan etika demokrasi yang
sudah melewati ambang batas konstitu-
sional. Banyak kalangan yang mengalami
intelectual fatique atas situasi demokrasi
belgeddes di Indonesia saat ini dan mulai
melirik sistem lain yang berasal dari pe-
mikiran primordial. Demokrasi belgeddes,
yang pertama dikemukakan oleh Abdul
Hamid (2013) dari The Reform Institute,
adalah demokrasi yang semakin entropisdi tengah maraknya apatisme rakyat untuk
berpartisipasi di dalam pemilu yang sema-
kin hari semakin berkurang kualitasnya,
karena sistem pengawasan Pemilu pada
saat itu yang belum mapan.
Tulisan ini ingin melihat sistem lain
dengan mengambil contoh negara Islam
lain di jantung Eropa: Spanyol zaman
Islam (Islamic Spain). Negeri Muslim
dan umat Muslim di Spanyol merupakan
salah satu wilayah yang paling jauh
dari jantung dunia Islam, tetapi sangat
toleran. Bernard Lewis menunjukkan
bahwa Islam yang lebih awal itu, ternyata
cenderung lebih toleran dibanding Islam
yang lebih belakangan. Pada masa Islam
awal itu, banyak pergaulan sosial yang
berlangsung dengan lancar antara kaum
Muslim, Kristen, dan Yahudi. Meskipun
menganut agama-agama yang berbeda,
mereka membentuk sebuah masyara-
kat yang tunggal, di mana perkawanan
antarpribadi, kemitraan dalam bisnis,
hubungan guru-murid dalam kehidupan
ilmu pengetahuan, dan bentuk-bentuk lainkegiatan bersama berlangsung normal dan
bahkan sangat umum.
Kerja sama kultural ini tampak dalam
banyak cara. Orang-orang Islam, Kristen,
dan Yahudi hidup dalam suasana penuh
peradaban, saling hormat, dan saling
mengembangkan ilmu pengetahuan dan
seni budaya. Tidak ada sedikit pun dis-
kriminasi. Karena itu, masalah pluralisme
adalah masalah bagaimana kaum Muslim
mengadaptasikan diri mereka dengan
dunia modern.
Hal ini pasti akan melibatkanmasalah-masalah bagaimana mereka
memandang dan menilai sejarah Islam,
dan bagaimana mereka melihat dan me-
nilai perubahan dan keharusan membawa
masuk nilai-nilai Islam yang normatif dan
universal ke dalam dialog dengan realitas
ruang dan waktu.
Sejarah kaum Muslim, seperti halnya
sejarah komunitas umat manusia mana-
pun, selalu memiliki potensi untuk
membuat kesalahan atau berbelok dari
jalan yang benar. Selain karena truismesederhana seperti yang dikatakan penyair
Inggris Alexander Pope, yakni bahwa
berbuat salah itu manusiawi, semua
sejarah jelas dengan sendirinya adalah
sejarah manusia, dan tidak ada seorang
manusia biasa pun yang sakral dan suci.
Singkatnya, manusia pada dasarnya
baik, tetapi ia juga lemah. Berkaitan
dengan kelemahan ini, manusia memiliki
potensi untuk mengubah dirinya menjadi
seorang tiran, kapan saja ia memandang
dirinya serba berkecukupan dan tidak lagi
membutuhkan manusia-manusia lain.
Terhadap prinsip ini, harus juga
ditambahkan ajaran Islam yang sangat ter-
kenal bahwa pada mulanya umat manusia
adalah satu dan bahwa semua orang pada
dasarnya sederajat. Dalam hal ini, kaum
Muslim klasik seperti di Spanyol ini telah
berhasil sepenuhnya menginternalisasikan
konsepsi mengenai manusia yang positif
dan optimistik seperti disebutkan di atas.
Sebuah konsepsi yang kemudian menja-
dikan mereka komunitas yang demikian
kosmopolit dan universalisnya, sehinggamereka bersedia belajar dan menerima
segala yang bernilai dari pengalaman-
pengalaman komunitas lain.
Demikianlah, peran kaum Muslim
yang awal sebagai salah satu di antara
beberapa komunitas yang menginternasi-
onalisasi ilmu pengetahuan. Dalam setiap
peradaban, orang-orang tertentu meneliti
pada alam itu sendiri sebab-sebab peruba-
han yang menggejala, bukan pada kem-
auan manusia atau luar manusia. Meski-
pun demikian, sebelum orang-orang Arab
mewarisi lsafat alam Yunani dan alkeniCina, kemudian meneruskannya ke Barat,
tidak ada badan tunggal ilmu pengetahuan
alam yang diteruskan dari satu peradaban
ke peradaban lain.
Sebaliknya, dalam setiap peradaban,
penelitian tentang alam mengikuti jalan
sendiri-sendiri. Para lsuf Yunani dan
Cina memberi penjelasan yang berbeda
tentang dunia sik yang sama. Sebagian
besar hasil usaha itu pertama-tama diserap
oleh Islam, yang dari tahun 750 M hingga
akhir Zaman Tengah terbentang dari Spa-nyol hingga Turkestan. Orang-orang Arab
menyatupadukan badan ilmu pengetahuan
yang luas itu dan menambahnya.
Dalam kesepakatan lain, hal senada
yang juga dikemukakan demikian: adalah
kelebihan orang-orang Arab bahwa,
meskipun mereka merupakan para
pemenang secara militer dan politik, me-
reka tidak memandang peradaban negeri-
negeri yang mereka taklukkan dengan
sikap menghina, bahkan Islam menghor-
mati pluralitas dan menghargai kultur
masyarakat yang ada. Sebagai ilustrasi,
segera setelah diketemukan, kekayaan
kebudayaan Syiria, Persia, dan Hindu
mereka salin ke dalam bahasa Arab. Para
khalifah, gubernur, dan tokoh-tokoh
yang lain menyantuni para sarjana yang
melakukan tugas penerjemahan, sehingga
kumpulan ilmu bukan-Islam (non-Islamic
learning) yang luas dapat diperoleh dalam
bahasa Arab. Semangat pluralisme dikem-
bangkan dan toleransi ditegakkan dengan
kasanah intelektual yang diperkaya.
Demokrasi dan Islam
Wacana Liberalisme dan Implikasi Sosial-Politiknya bagi IndonesiaOleh : Al Chaidar
(Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh)
bersambung
-
7/23/2019 buletinbawaslu201401
22/28
22
BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014
Kelembagaan Bawaslu Provinsi Gorontalo Diperkuat
Tiga Pejabat Struktural
Eselon IV Dilantik
Bawaslu Peringatkan Peserta PemiluSikap tegas ditempuh Badan Penga-
was Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi
Gorontalo. Seiring maraknya penayangan
iklan kampanye di media massa saat ini,
badan yang bertugas mengawasi pemilu itu
mengeluarkan teguran tegas. Teguran terse-
but berupa somasi yang ditujukan kepada
partai politik (parpol) peserta pemilu serta
calon anggota legislatif (caleg) DPR,DPD
dan DPRD.
Dalam Surat Peringatan tertanggal 8
Januari 2014 tersebut ditegaskan, peserta
pemilu dan para caleg DPR,DPD dan DPRD
agar segera menghentikan atau menarik iklan
kampanye pemilu di media massa cetak dan
elektronik, paling lambat Sabtu (11/1) men-
datang.
Apabila sampai dengan Senin, 13 Janu-ari mendatang, peserta pemilu atau caleg
DPR, DPD dan DPRD masih memasang
iklan kampanye di media massa dan elek-
tronik, maka Bawaslu akan menindak lanjuti
melalui Sentra Penegakan Hukum Terpadu
(Gakumdu) berdasar ketentuan berdasar ke-
tentuan perundang-undangan yang berlaku,
tegas Ketua Bawaslu Provinsi Gorontalo
Hasyim M Wantu didampingi Anggota Ba-
waslu Siti Haslina Said.
Menurut Haslina Said, berdasarkan hasil
inventarisasi dan kajian Bawaslu, penayan-
gan iklan kampanye oleh peserta pemilu dan
caleg telah melanggar ketentuan dan per-
aturan yang berlaku, yakni pasal 276 pasal 91
(3) Undang-Undang No.8 tahun 2012 tentang
Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD. Bah-kan, kata Haslina, penayangan iklan kampa-
nye tersebut sudah mengarah kepada indikasi
pidana pemilu.
Sejak beberapa waktu lalu, kami sudah
mengadakan sosialisasi baik kepada peserta
pemilu, caleg maupun di kalangan media
dan perguruan-perguruan tinggi terkemuka
di Gorontalo berkaitan ketentuan iklan kam-
panye. Sehingga setelah kurun waktu yang
cukup panjang itu, Bawaslu saat ini mulai
melakukan penindakan, kata Haslina.
Oleh karena itu Ketua Bawaslu Goronta-
lo dan Siti Haslina Said selaku Anggota Ba-
waslu menghimbau peserta pemilu dan caleg
agar kiranya dapat mengikuti ketentuan yang
berlaku. (FS/BawasluGorontalo)
2014 adalah tahun politik. Olehnya, seluruh jaja-ran Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU)
Provinsi Gorontalo, diminta untuk bekerja dengan
optimal dan netral. Hal ini disampaikan oleh ketua
Bawaslu Provinsi Gorontalo, Hasyim M Wantu, dalam
pelantikan dilingkungan Bawaslu Provinsi Gorontalo,
Jumat (10/1) kemarin.
Hasyim meminta pejabat yang dilantik bisa
bekerja dengan baik dan tetap mengedepankan netrali-
tas sebagai aparat pemerintah. Tugas dari Bawaslu
tidak hanya mengawasi peserta partai politik, tetapi
mengawasi diri kita sendiri untuk tidak terlibat dalam
politik. Karena PNS harus netral. Saya yakin pejabat
yang baru dilantik ini, bisa menjalankan amanah yang
diberikan, dan bekerja dengan sungguh-sungguh serta
sesuai tupoksi, ungkapnya.
Adapun pejabat eselon IV yang dilanti1k yakni
Abdul Munir Sj Rauf S.Sos sebagai Kasubag Teknis
Penyelenggaraan Pengawas Pemilu, Irma Soraya A.
Monoarfa, SE sebagai Kasu