buletinbawaslu201401

Upload: pustaka78

Post on 11-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    1/28

    AWASLUB Badan Pengawas Pemilihan UmumBULETIN EDISI 01, JANUARI 2014

    Pemerintah dan DPR Sepakat

    Mitra PPL di Pemilu 2014

    Politisasi Sara Masih

    Akan Terjadi diPemilu 2014?

    Bawaslu Minta

    Bantuan KPKTerkait Dana Kampanye

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    2/28

    Daftar isi:

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    2

    Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada

    khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas Pemilu di seluruh tanah air. Terbit satu bulan sekali.

    Dari Redaksi ................................................................................................... 2

    Laporan Utama

    Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014 ............... 3

    Opini

    Bawaslu Menuju Pemilu Indonesia yang Luber dan Jurdil ........... 6

    Sorotan

    Gelinding Dana Saksi Parpol............................................................... 8

    Politisasi Sara Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014?............... 9

    Investigasi

    Tim KPK Datangi Bawaslu Terkait Gratifikasi ........................... 10

    Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye ......... 11

    Bawaslu Terkini

    JPPR Laporkan Dana Kampanye ........................................................... 12

    Info BawasluSekjen Bawaslu

    Bendahara Harus Tertib Menyusun Laporan Keuangan.. 13

    Profil

    Yusfitriadi

    Sang Generator Relawan Pengawas Pemilu ...................................... 14

    Divisi Update

    Divisi Pengawasan

    Bawaslu Gelar Rakernis Pengawasan Pemilu Legislatif 2014 .... 15

    Divisi Organisasi dan SDM

    Bawaslu Rekrut CPNS Pertama......................................................... 16

    Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

    Unsur Kumulatif Kampanye Terus Jadi Perdebatan ............. 18

    Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

    Politisasi Media, Bukan Jaminan Menang Pemilu .................. 19

    Sudut Pandang

    Pentingnya Transparansi Dana Kampanye................................. 20Demokrasi dan Islam............................................................................ 21

    Ekspose Daerah ............................................................................................ 22

    Glosari Kepemiluan ...................................................................................... 24

    Galeri ................................................................................................................ 25

    Salam Awas

    Kemajemukan Bangsa Memperindah Tahun PolitikSelamat datang kembali para pembaca Buletin Bawaslu. Pada awal

    tahun politik ini kembali kami hadir sebagai media referensi bagi para

    pembaca yang membutuhkan informasi terkait pengawasan Pemilu diIndonesia.

    Mencermati tahun politik 2014, Indonesia kini sudah semakin dekat

    dengan pesta demokrasi terbesar di negara demokrasi terbesar. Pemilu

    di Indonesia tidak hanya akan diamati oleh masyarakat Indonesia pada

    umumnya, tetapi juga masyarakat dunia secara keseluruhan, semua

    mata akan tertuju pesta tersebut.

    Sebagai negara demokrasi terbesar, sangat wajar jika Indonesia men-

    jadi perhatian dunia, terutama negara-negara demokrasi pada umum-

    nya. Mereka ingin melihat bagaimana Indonesia menjalankan demokrasi

    lewat Pemilu, sementara banyak keragaman yang ada di Indonesia.

    Secara sosiologis Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis ma-

    syarakat, suku, budaya dan adat istiadat. Dari sini tergambarkan, pilihan

    masyarakat akan berbeda-beda, sehingga ideologi yang ditawarkan

    juga akan berbeda-beda. Ada partai yang mengusung nasionalisme, re-ligius dan sebagainya.

    Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang ter-

    diri dari sekitar 17.000 pulau. Hingga saat ini, kemudahan akses transpor-

    tasi di beberapa daerah masih terkendala, dan jadi tantangan tersendiri

    bagi Pemilu.

    Sedangkan secara historis, Pemilu

    di Indonesia merupakan Pemilu ke

    4 sejak era reformasi bergulir. Sejakitu juga, tidak ada kekuasaan yang

    mutlak (absolute) alias setiap Pemilu

    menghasilkan pemenang yang ber-

    beda. Jadi, secara historis diprediksi

    pemenang Pemilu 2014 tidak akan

    bisa ditebak (unpredictable).

    Namun, semua kemajemukan

    tersebut merupakan khasanah bang-

    sa dan memperindah demokrasi di

    Indonesia. Bangsa lain pun mengakui

    rumitnya sistem Pemilu kita. Sistem

    yang rumit tersebut adalah bentuk

    dari akomodasi terhadap berbagai kepentingan dan manajemen konflik.

    Dari fakta tersebut, maka sebagai bangsa kita harus berpikir kem-bali untuk bersikap apatis pada Pemilu. Fakta tersebut harusnya menjadi

    pemicu kita, untuk menampilkan demokrasi Indonesia yang sesungguh-

    nya. Bangsa lain saja mau belajar pada demokrasi di Indonesia, mengapa

    kita tidak?

    BADAN

    PEN

    GAWAS PEMILIH

    AN U

    MUM

    BA

    W A S

    L U

    -R

    I

    REPU

    BLIK

    IN DON

    ES

    IA

    Penerbit: Bawaslu RI Pengarah: Dr. Muhammad, S.IP., MSi, Nasrullah, SH., Endang Wihdatiningtyas, SH., Daniel Zuchron, Ir. Nelson

    Simanjuntak ; Penanggung jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si Redaktur: Jajang Abdullah, S.Pd, M.Si, Tagor Fredy, SH, M.Si, Drs.

    Hengky Pramono, M.Si, Ferdinand ET Sirait, SH, MH, Pakerti Luhur, Ak, Rahmawati, SE, M.Si, Raja Monang Silalahi, S.Sos, Hilton Tampu-bolon, SE, Redaktur Bahasa: Saparuddin, Ken Norton Pembuat Artikel: Falcao Silaban, Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Hendru,

    Irwan; Design Grafs dan Layout: Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Muhtar Sekretariat:Tim Sekretariat Bawaslu

    Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911. I www.bawaslu.go.id

    AWASLUB Badan PengawasPemilihan UmumBULETIN EDISI01,JANUARI2014

    Pemerintah dan DPR Sepakat

    Mitra PPL di Pemilu 2014

    Politisasi Sara Masih

    Akan Terjadi di

    Pemilu 2014?

    Bawaslu Minta

    Bantuan KPK

    Terkait Dana Kampanye

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    3/28

    Salah satu penyebab Bawaslu pada

    periode lalu dianggap

    sebagai macan ompong

    karena pengawasan yang tidak

    maksimal, saat tahapan

    pemungutan dan penghitungan suara.Penyebabnya, organ

    Bawaslu di tingkat tempat

    pemungutan suara (TPS) hanya ada

    satu orang, sedangkan

    jumlah TPS bisa mencapai

    puluhan.

    Kondisi seperti ini dialami oleh Ba-

    waslu sejak berdirinya pada April

    2008 lalu yang ditegaskan dalam

    Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 ten-

    tang Penyelenggara Pemilu. Tidak hanya

    itu, UU tersebut juga memberikan ke-

    wenangan Bawaslu sekadar rekomen-

    dasi yang tidak wajib diikuti oleh KPU.

    Akibatnya, jadilah Bawaslu bak macan

    ompong dalam melakukan pengawasan

    Pemilu.

    Percaya atau tidak kondisi Bawaslu

    yang seperti ini semakin buruk dengan

    pendapat-pendapat para pengamat yang

    menilai Bawaslu tidak ada gunanya dalam

    hal mengawasi. Bawaslu hanya dianggap

    membuang-buang uang negara dan output

    yang dihasilkan dinilai tidak sesuai.

    Benar saja, pasca pelaksanaannya,

    Pemilu 2009 dicap sebagai Pemilu pal-ing buruk di era reformasi (setidaknya

    menurut beberapa pengamat Pemilu).

    Kualitas Pemilu mulai dari caleg, daftar

    pemilih tetap (DPT), hingga pemungutan

    suara, dianggap tidak memiliki legitimasi

    bahkan cenderung manipulatif. Peny-

    elenggara Pemilu, dalam hal ini KPU dan

    Bawaslu dianggap sebagai pihak yang

    paling bertanggung jawab atas citra buruk

    Pemilu.

    Praktik jual beli suara terjadi hampir

    di seluruh daerah. Diduga, oknum Ke-

    lompok Penyelenggara Pemungutan Su-

    ara (KPPS) menjual dan memanipulasi

    suara dengan imbalan yang diperoleh dari

    peserta Pemilu. Ini terjadi, akibat tidak

    adanya pengawasan baik oleh Pengawas

    Pemilu maupun oleh saksi-saksi dari

    peserta Pemilu.

    Pada akhir tahun 2011, sejumlah isu

    pun mencuat. Salah satu yang sangat

    santer, Bawaslu akan dibubarkan melalui

    legislasi yang baru (baca: UU No. 15 Ta-hun 2011). Wacana yang menguat di DPR

    tersebut, tidak sepenuhnya diamini oleh

    semua anggota DPR alias masih ada ang-

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    3

    Jalan Panjang Mitra PPLPemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL

    di Pemilu 2014

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    4/28

    FOTO-FOTO: M. ZAIN

    4

    Sambungan: Pemerintah ....

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    gota DPR yang menolak wacana tersebut.

    Seiring berjalannya waktu, akhirnyaBawaslu pun tidak jadi dibubarkan, dan

    bahkan diperkuat dalam beberapa ke-

    wenangan. Salah satunya adalah jumlah

    Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) yang

    berjumlah 1-5 orang per desa/kelurahan.

    Walaupun bertambah, jumlah ini diang-

    gap tidak terlalu signikan karena belum

    mencapai jumlah yang ideal yakni satu

    PPL untuk setiap TPS.

    Tidak mau dianggap sebagai macan

    ompong (lagi), Bawaslu periode 2012-

    2017 yang dinakhodai Muhammad mulai

    berpikir keras, agar pelaksanaan tahapan

    Pemungutan dan Penghitungan Suara

    dapat terawasi dengan baik. Dengan para-

    digma mengutamakan pencegahan dari-

    pada penindakan pelanggaran, Bawaslu

    berupaya untuk mengikutsertakan sema-

    kin banyak orang untuk mengawasi TPS.

    Berdasarkan pengalaman buruk terse-

    but, Bawaslu menggadang-gadang ide

    untuk menambah jumlah pengawas di

    tiap TPS, dengan dinamakan mitra PPL.

    Ide ini sebenarnya bukan ide baru, karena

    dari beberapa pengalaman Pemilu Kada,banyak Pengawas Pemilu yang mengini-

    siasi mitra PPL untuk mengawasi TPS.

    Hasilnya cukup efektif. TPS yang ter-

    awasi oleh mitra PPL lebih sedikit jumlah

    pelanggaran yang terjadi dibandingkan

    dengan TPS yang tidak terawasi. Dari

    pengalaman ini maka dapat diasumsikan

    semakin banyak yang mengawasi TPSmaka jumlah pelanggaran yang terjadi

    akan semakin sedikit.

    Terganjal Hukum

    Dalam UU No. 15 tentang Penyeleng-

    gara Pemilu, Mitra PPL memang tidak

    diakomodasi. Oleh karena itu, sempat

    terpikir ide ini sangat kecil peluangnya

    untuk direalisasikan, karena dasar huk-

    umnya tidak ada. Dari segi kewenangan

    dan anggaran maka Mitra PPL akan den-

    gan mudah dimentahkan.

    Apalagi untuk membentuk Mitra PPL

    dibutuhkan dana yang cukup besar. Jika

    satu orang saja diakomdasi di TPS den-

    gan honor Rp 100 ribu, maka negara

    diperkirakan harus mengeluarkan biaya

    sekitar Rp 400 miliar rupiah. Jumlah

    yang fantastis, dan pasti membuat DPR

    dan Pemerintah berpikir dua kali untuk

    menyetujuinya.

    Selain itu, Mitra PPL pasti akan ter-

    ganjal peran dan kewenangan yang tidak

    diatur dalam UU. Keberadaan mereka

    akan dipertanyakan oleh berbagai pi-hak. Jikalaupun kewenangan dan peran-

    nya ada, maka bisa dipastikan tidak akan

    sekuat PPL yang menjadi organ resmi

    Bawaslu. Intinya, bisa saja keberadaan

    Mitra PPL dianggap sia-sia.

    Benang merahnya, bisa kita bayang-

    kan ketika Mitra PPL yang tidak memiliki

    kewenangan besar tapi dibiayai dengandana yang cukup besar. Semua pihak

    pasti juga akan menolak ide ini, terutama

    pemerintah dan DPR karena tidak mau

    dianggap memboroskan anggaran negara

    untuk hasil yang tidak signikan.

    Namun, Bawaslu bersikeras bahwa

    Mitra PPL ini sangat diperlukan untuk

    mengawasi tiap TPS. Bawaslu selalu

    menceritakan pengalaman kelam di masa

    lampau, praktik-praktik manipulasi suara

    terjadi tanpa adanya pengawasan. Gam-

    baran tersebut selalu menjadi dilema

    tersendiri bagi DPR RI, karena pada

    dasarnya DPR merupakan partai politik

    yang memiliki kepentingan suara mereka

    tidak dicurangi.

    Perlu benar-benar meyakinkan Ang-

    gota DPR, melalui Komisi II DPR tentang

    pentingnya pengawasan di setiap TPS.

    Salah satu ide Bawaslu saat itu, adalah

    mengganti fungsi linmas yang sebanyak

    dua orang di masing-masing TPS menjadi

    Mitra PPL, yang fungsi keduanya agak

    sedikit berbeda.

    Bawaslu juga menjelaskan bahwapentingnya pengawas Pemilu di tingkat

    TPS adalah memastikan formulir C1-

    KWK dapat diperoleh. Jika tidak ada pen-

    gawas Pemilu, maka percuma saja UU

    mengamanatkan bahwa formulir tersebut

    juga harus diberikan kepada Pengawas

    Pemilu.

    Hingga pada akhirnya DPR RI pun

    menyetujui ide Bawaslu agar setiap TPS

    dapat terawasi dengan baik. Artinya , par-

    tai politik mulai berpikir tentang penting-

    nya pengawasan Pemilu di setiap TPS.Persetujuan DPR tersebut tertuang

    dalam dukungan rencana anggaran yang

    diusulkan oleh Bawaslu, dan diajukan

    dalam rapat pembahasan di Badan Angg-

    aran (Banggar) DPR RI, hingga akhirnya

    ditetapkan oleh Banggar untuk diserah-

    kan kepada Kementerian Keuangan.

    Namun, apa yang sudah dibahas Ba-

    waslu dan disetujui oleh DPR belum tentu

    sejalan dengan pemahaman pemerintah,

    dalam hal ini Kementerian Keuangan

    (Kemenkeu). Ketidakpahaman tersebut

    menggambarkan ketidakpekaan Kemen-

    keu soal anggaran mitra PPL.

    Dalam suratnya, Menteri Keuangan

    Chatib Basri menyatakan bahwa, ang-Pemungutan Suara Ulang di Maluku Utara

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    5/28

    5

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    garan untuk Mitra

    PPL tidak dapatdipertimbangkan

    alias tidak diberi-

    kan anggaran un-

    tuk program itu.

    Pernyataan tersebut

    tentu saja membuat,

    Bawaslu sedikit

    geram dan kem-

    bali harus melaku-

    kan lobi via DPR

    dan Kementerian

    Dalam Negeri.

    Pada awal ta-

    hun 2014, Menteri

    Koordinator Poli-

    tik, Hukum dan

    Keamanan (Menko-

    polhukam) Djoko

    Suyanto akhirnya

    mengambil inisiatif

    untuk melakukan

    pertemuan dengan

    Kemendagri, Ba-

    waslu dan KPU.

    Dalam pertemuantersebut membahas mengenai pentingnya

    dana Mitra PPL.

    Setelah itu, dilakukan pertemuan

    kedua yang diinisiasi oleh Kementerian

    Dalam Negeri. Pertemuan tersebut me-

    nyepakati untuk memperjuangkan

    anggaran Mitra PPL ke Presiden Susilo

    Bambang Yudhoyono. Jika, Presiden me-

    nyetujuinya, maka tidak ada lagi alasan

    bagi Menkeu tidak mempertimbangkan

    anggaran Mitra PPL.

    Dalam pertemuan dengan Pres-iden, kami akan membahas soal Mitra

    PPL. Namun, saya membutuhkan argu-

    men yang kuat termasuk dukungan dari

    semua pihak, terutama Komisi Pemilihan

    Umum (KPU) dan Komisi II DPR, ujar

    Mendagri Gamawan Fauzi.

    Perpres sebagai Dasar

    Pasca pertemuan tersebut, komuni-

    kasi dengan Presiden dilaksanakan oleh

    Mendagri Gamawan Fauzi dan Menko-

    polhukam Djoko Suyanto. Pada intinya

    presiden menyetujui jika pemerintah men-

    dukung dengan memberikan alokasi ang-

    garan untuk Mitra PPL. Presiden pun me-

    maklumi sikap Menteri Keuangan yang

    tidak dapat mempertimbangkan angga-ran untuk Mitra PPL untuk dilaksanakan

    karena tidak ada dasar hukumnya. Oleh

    karena itu, ia meminta agar dibuat terobo-

    san sebagai dasar hukum agar Kemente-

    rian Keuangan dapat memberikan alokasi

    anggaran untuk Mitra PPL.

    Dasar hukum yang dimaksud adalah

    Peraturan Presiden (Perpres) yang men-

    gatur tentang keberadaan Mitra PPL.Ke-

    menterian Keuangan pun bersifat terbuka

    andaisaja, Perppres tersebut nantinya su-

    dah diundangkan, untuk segera direalisa-

    sikan anggarannya.

    Saat ini pembahasan Perpres terkait

    Mitra PPL sedang dibahas di Kementerian

    Dalam Negeri. Perpres tersebut nantinya

    juga akan mengakomodasi semua kepent-

    ingan dalam pembentukan Mitra PPL, se-

    dangkan, terkait tugas dan kewenangan-

    nya akan diformulasikan oleh Bawaslu.

    Bawaslu rencananya akan melak-

    sanakan perekrutan dan bimbingan teknis

    terhadap Mitra PPL pada Februari 2014.

    Ada sekitar 545.000 TPS, yang masing-

    masing akan diawasi oleh dua orang MitraPPL. Artinya, ada sekitar 1.000.000 Mitra

    PPL yang akan direkrut oleh Bawaslu.

    Namun, seiring dengan perkembangan

    tersebut, Ketua Komisi II DPR Agun Gu-nanjar Sudarsa meminta secara tegas ke-

    pada Bawaslu untuk memiliki mekanisme

    agar Mitra PPL yang direkrut nantinya

    benar-benar bisa melaksanakan tanggung

    jawab dengan baik. Apakah cukup dalam

    waktu yang singkat untuk merekrut Mitra

    PPL sebanyak itu?

    Pertanyaan besar itu sempat dilontar-

    kan oleh sebagian besar Anggota Komisi

    II DPR RI. Mereka meragukan itu dapat

    terwujud dengan baik, mengingat pelak-

    sanaan Pemilu tinggal beberapa bulan

    saja.

    Soal independensi dan netralitas

    Mitra PPL juga menjadi sorotan, karena

    khawatir Mitra PPL ini akan ditunggangi

    oleh beberapa kepentingan politik, tutur

    Agun.

    Namun, Pimpinan Bawaslu Nasrullah

    mengatakan bahwa masalah perekrutan

    Mitra PPL, sudah dipertimbangkan un-

    tuk mengambil dari Relawan Pengawas

    Pemilu yang sudah terdaftar. Relawan

    Pengawas Pemilu sendiri merupakan pro-

    gram Bawaslu yang merupakan gerakanmoral dengan target atau sasaran pemilih

    pemula. [FS]

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    6/28

    6

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Bawaslu Menuju Pemilu Indonesia

    yang Luber dan JurdilOleh : Rahmawati*

    Opini

    Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan salah

    satu lembaga yang bertugas sebagai penyelenggara Pe-

    milu Indonesia, kegiatan yang dilaksanakan berorientasi

    pada pengawasan Pemilu dengan fokus kegiatan kepada peny-

    elenggaraan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya

    pelaksanaan Pemilu bersih, Jujur, adil, berkualitas dan akunta-

    bel. Dimana dalam proses penyelenggaraannya diharapkan tidakditemukan pelanggaraan-pelanggaran yang dapat menodai cita-

    cita reformasi. Dalam konteks ini kehadiran Bawaslu sebagai

    Lembaga atau pengambil keputusan untuk dan atas nama orang

    banyak dengan mengemban tanggungjawab terhadap hasil Pe-

    milu, dimana dalam pelaksanaannya dapat memastikan bahwa

    Pemilu di Negara Kesatuan Republik Indonesia benar-benar dia-

    wasi dengan baik, supaya hasilnyapun benar-benar merupakan

    hasil pelaksanaan demokrasi yang bersih dan akuntabel.

    Mengapa Pemilu diwilayah Negara Kesatuan Republik In-

    donesia perlu diawasi? Pertanyaan tersebut tentu memerlukan

    jawaban yang memang mampu menuntaskan apa yang men-

    jadi masalah dalam pelaksanaan Pemilu. Sering ditemukannyapelanggaran-pelanggaran yang dengan sengaja dilakukan oleh

    oknum-oknum yang bekerja bukan oleh individu yang berinte-

    gritas untuk melanggar hasil Pemilu itu sendiri, oleh sebab itu,

    Bawaslu harus berkemampuan memberi kepercayaan kepada

    masyarakat dan memastikan bahwa Pemilu yang sedang ber-

    langsung tahapan demi tahapan telah mendapat pengawasan

    oleh para Pengawas Pemilu Lapangan maupun pengawasan

    terpadu yang dilakukan oleh mahasiswa, media massa, dan ke-

    lompok Organisasi Kemasyarakatan secara menyeluruh dengan

    penuh kesadaran dan dengan suka rela ikut menjadi pengawas

    Pemilu.

    Tugas ini tidaklah mudah disebabkan oknum pelanggar hasil

    Pemilu akan selalu mencari jalan dan celah agar mereka mampumewujudkan ambisi orang-orang atau calon yang diusungkan

    untuk dimenangkan pada Pemilu. Sikap optimisme dan keyaki-

    nan seluruh komponen serta elemen yang terlibat dalam penga-

    wasan Pemilu memberi kepastian bahwa Pemilu harus mampu

    diawasi secara menyeluruh. Keyakinan tersebut tentunya harus

    diimbangi dengan kerja keras serta komitmen yang dibangun

    bersama antara Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupat-

    en/Kota, Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan

    ditingkat desa/kelurahan, media massa, Organisasi Kemasyara-

    katan, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

    Dapat dipahami bahwa Bawaslu merupakan wadah dalam

    rangka mendorong partisipasi publik secara bersama-samamelakukan pengawasan Pemilu mulai tingkat desa/kelurahan,

    Kabupaten/Kota, Provinsi, yang mana tugas yang dilaksanakan

    merupakan penjabaran dari pada amanat ayat (3) Pasal 73

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011

    tentang Penyelenggara Pemilihan Umum memuat Tugas Badan

    Pengawas Pemilu meliputi :

    1. Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri

    atas:

    Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu; Perencanaan pengawasan logistik oleh KPU;

    Pelaksanaan penetapan daerah pemilih dan jumlah kursi

    pada setiap daerah pemilihan untuk pemilihan Anggota

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Ang-

    gota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

    oleh KPUsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    uandangan.

    Sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan

    Pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur dalam ke-

    tentuan peraturan perundang-undangan.

    2. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu

    yang terdiri atas :

    pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih seementara serta daftar pemilih tetap;

    penetapan peserta Pemilu;

    Proses pencalonan sampai dengan penetapan anggota

    Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pasangan calon pres-

    iden dan wakil presiden, dan calon gubernur, Bupati dan

    Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan;

    pelaksanaan kampanye;

    pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

    pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara

    hasil Pemilu di TPS: pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara,

    dan sertikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS

    sampai ke PPK;

    pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat

    TPS sampai ke KPU Kabupaten/Kota;

    proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara

    di PPS, PPK , KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan

    KPU;

    pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang,

    Pemilu Lanjutan dan Pemilu susulan;

    pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu;

    pelaksanaan putusan DKPP; dan

    proses penetapan hasil Pemilu.

    3. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen ser-

    ta melaksanakan penyusutannya berdasarkan retensi arsip

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    7/28

    7

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    yang disusun oleh Bawaslu dan ANRI;

    4. Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan

    pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang;

    5. Mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu;

    6. Evaluasi pengawasan Pemilu;

    7. Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pe-

    milu.

    Beberapa tugas Bawaslu tersebut diatas, diharapkan keterli-

    batan dan partisipasi mahasiswa, media massa dan organisasi ke-

    masyarakatan pada huruf b poin 4 sampai dengan poin 10, teru-

    tama bagi Pemilih Pemula lulusan SLTA/Mahasiswa diharapkan

    partisipasinya ikut dalam Program Sejuta Relawan Pengawas Pe-

    milu. Pada Program tersebut relawan dituntut bersikap netralitas

    dan profesionalisme pada saat melakukan pengawasan Pemilu.

    Harapannya Pemilu terawasi pada setiap tahapan terutama padasaat pemungutan suara dan pelaporan hasil pemungutan suara,

    karena pada tahapan tersebutlah kerawanan dan manipulasi data

    sering terjadi maka hal ini harus dapat dicegah.

    Dengan demikian pemilihan Umum dapat dinikmati oleh se-

    tiap individu sebagai sebuah pesta pemilihan pemimpin rakyat

    secara demokrasi. Baru dapat dikatakan demokrasi apabila ma-

    syarakat dalam menentukan siapa yang akan dipilih merupakan

    pilihan atas dasar pemikiran dan analisa berdasarkan keinginan

    sendiri bukan merupakan hasil dari pada permintaan oleh orang

    lain untuk dipilih, walaupun terkadang dalam konteks tertentu si-

    calon mempromosikan dirinya untuk dipilih hal ini tidak meru-

    pakan paksaan tetapi merupakan bentuk promosi supaya dikenal.

    Pengawasan Pemilu selain mencegah terjadinya pelanggaran,

    juga untuk memastikan demokratisasi di Indonesia benar-benar

    terwujud, dimana masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak

    dasar seperti kebebasan berbicara, berkumpul, berorganisasi ter-

    masuk kebebasan bagi pers dalam menyampaikan berita mampu

    berbicara tentang kebenaran data dan fakta dan lain sebagainya,

    disadari bahwa masyarakat lebih memilih orientasi evaluatif ter-

    hadap kapasitas individu untuk mampu memberi penilaian ter-

    hadap sistem politik Indonesia. Orientasi tersebut adalah untuk

    mewujudkannya Pemerintahan yang Good Governance dimana

    untuk mewujudkannya harus didukung dengan pemerintahan

    yang reinventing govermen dimana salah satunya adanya par-

    tisipasi masyarakat dalam pembangunan artinya harus dimulai

    dari penyelenggaraan Pemilu yang terawasi dengan baik dalam

    rangka mewujudkan Pemilu yang berkualitas, langsung, umum,bebas, rahasia, jujur dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    Opini

    *Kepala Sub Bagian Publikasi dan

    Dokumentasi Setjen Bawaslu RI

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    8/28

    8

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Jelang Pemilihan Umum 9 April

    2014, suasana politik di negeri ini men-

    jadi lebih tinggi. Tokoh-tokoh partai poli-

    tik peserta Pemilu yang akan bertarung

    memperebutkan simpati dan suara rakyat

    dalam Pemilu 2014 berupaya mengoal-

    kan kepentingannya. Satu hal yang ten-

    gah menjadi perhatian publik negara

    mendanai keberadaan saksi partai politik

    di tempat pemungutan suara (TPS).

    Pada Undang-undang nomor 15 ta-

    hun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu,memang menyebut secara jelas tentang

    keberadaan saksi peserta Pemilu (partai

    politik). Begitupun dalam Undang-undang

    Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Ang-

    gota DPR, DPD, dan DPRD. Namun dalam

    dua undang-undang tersebut tidak ada satu

    pasalpun menyebut, bahwa saksi peserta

    Pemilu didanai negara.

    Gagasan tentang pendanan saksi parpol,

    pertama kali mengemuka pada akhir sesi

    rapat dengar pendapat Bawaslu RI dengan

    Komisi II DPR RI pada awal Bulan Januari

    2014 lalu yang membahas dukungan terha-

    dap mitra pengawas Pemilu lapangan (PPL)

    yang digagas Bawaslu RI. Beberapa peserta

    rapat di Komisi II DPR RI di akhir sesi se-

    cara spontan mencetuskan gagasan agar

    saksi parpol pun didanai negara.

    Gagasan pendanaan saksi parpol pun

    terus menggelinding dan bahkan masuk

    dalam agenda rapat koordinasi di kantor

    Menkopolhumkam. Juga masuk agenda

    rapat penyelenggara Pemilu yang difasili-

    tasi Kementrian Dalam Negeri dan dihadiri

    Bawaslu RI, KPU RI, Komisi II DPR RI,hari Rabu (15/1).Rapat sedianya membahas

    satu agenda pokok terkait anggaran mitra

    PPL yang terkendala di Kementrian Keuan-

    gan karena belum memiliki dasar hukum.

    Namun rapat juga berkembang dengan ga-

    gasan pendanaan saksi parpol oleh peme-

    rintah.

    Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi

    dalam keterangan pers kepada wartawan

    usai rapat mengatakan dana saksi parpol

    merupakan usulan dari Bawaslu RI. Pemer-

    intahpun memberikan sinyal menyetujui

    pendanaan saksi parpol dan akan memper-

    siapkan rancangan peraturan presiden seb-

    agai payung hukumnya.

    Dalam perkembangan selanjutnya, se-

    jumlah pengamat politik menolak keras

    pemerintah mendanai saksi parpol dalam

    Pemilu 2014. Mereka berpandangan parpol

    harus menyiapkan sendiri dana saksi mer-

    eka di TPS karena keberadaan saksi parpol

    untuk kepentingan parpol, bukan justru

    membebani rakyat melalui dana APBN. Se-

    jak gagasan saksi parpol didanai APBN, dua

    partai politik yakni PDI Perjuangan dan Na-

    sional Demokrat menolak menerima dana

    saksi parpol sekiranya jadi digelontorkan.Total dana yang diusulkan pemerintah un-

    tuk saksi parpol sekitar Rp 654,9 miliar un-

    tuk Pileg dan Pilpres.

    Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu

    (Bappilu) PDI Perjuangan Arif Wibowo

    menilai, bila pemerintah melanjutkan ren-

    cana pemberian dana saksi parpol menim-

    bulkan kecurigaan adanya tujuan politik

    untuk kepentingan tertentu.

    Sementara Ketua Bappilu Partai Nas-

    Dem Ferry Mursyidan Baldan mengatakan,

    perlu ditelaah lebih jauh motif dibalik gaga-san pendanaan saksi parpol. Partainya, ber-

    pandangan parpol harus mendanai sendiri

    saksinya di TPS pada Pemilu 2014.

    Saksi Penting

    Sementara itu Ketua Bawaslu RI Mu-

    hammad mengatakan, keberadaan saksi

    parpol di tempat pemungutan suara (TPS)

    penting guna meminimalisir kecurangan

    di TPS. Merujuk pada pengalaman Pemilu

    tahun-tahun sebelumnya, minimnya saksi

    parpol di TPS menimbulkan banyaknya ke-

    curangan yang berakhir pada gugatan hasil

    Pemilu oleh peserta Pemilu.

    Dari sisi pengawasan Pemilu, ke-

    beradaan saksi parpol penting karena fung-

    sinya sama dengan mitra PPL yakni men-

    gawasi proses pemungutan suara di TPS.

    Tapi mengenai usul saksi partai politik

    di danai pemerintah bukan dari Bawaslu.

    Kami pun sedang berupaya agar usulan

    tambahan anggaran untuk mitra PPL yang

    sudah dapat dukungan Komisi II dapat di-

    fasilitasi pemerintah, kata Muhammad

    memaparkan.

    Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nas-

    rullah mengatakan, semakin banyak orangyang mengawasi proses tahapan Pemilu

    termasuk pada hari pemungutan dan peng-

    hiitungan suara, maka niat orang yang ingin

    berbuat curang akan bisa ditekan. Karenan-

    ya selain mengusulkan anggaran untuk mitra

    PPL kepada pemerintah, Bawaslu RI juga

    menggalang dukungan partisipasi masyara-

    kat untuk menjadi relawan Pemilu melalui

    gerakan sejuta relawan pengawas Pemilu.

    Terkait mitra PPL, Bawaslu RI mengu-

    sulkan kepada pemerintah untuk mendanai

    2 orang mitra PPL per TPS yang bekerja

    pada hari H pemungutan dan penghitungan

    suara di TPS , dengan honor Rp 100.000/

    orang untuk dua kegiatan yakni Pileg dan

    Pilpres. Dasar usulan tersebut adalah ket-

    erbatasan pengawas Pemilu lapangan yang

    berjumlah 1-5 orang setiap desa/kelurahan

    sesuai amanat Pasal 72 UU Nomor 15 ta-

    hun 2011. Padahal dalam 1 desa/kelurahan

    terdapat belasan hingga puluhan TPS. Se-

    hingga tidak memungkinkan hanya di awasi

    1 orang saja.

    Terhadap permintaan, agar dana saksi

    parpol di kelola Bawaslu RI bukan olehKPU RI, Ketua Bawaslu RI Muhammad

    mengatakan hal itu merupakan permintaan

    lisan Kemendagri bukan tertulis. Mungkin

    pertimbangannya karena sama-sama men-

    jalankan fungsi pengawasan, KPU sendiri

    menolak mengelola dana itu. Kami mesti

    pleno sebelum mengambil keputusan,

    ujarnya.

    Bawaslu RI menurut Muhammad tidak

    ingin gegabah menerima usulan agar dana

    parpol dimasukkan dalam anggaran Bawas-

    lu RI. Sebab hal ini akan menjadi preseden

    buruk bagi Bawaslu, seolah-olah dana saksi

    parpol memang diusulkan oleh Bawaslu RI.

    [RS]

    GelindingDana Saksi

    Parpol

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    9/28

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    9

    Politisasi SARAMasih Akan Terjadi di Pemilu 2014?

    Banyak yang tidak mengetahui bahwa

    pada pelaksanaan Pemilu 2009 dan

    Pemilu Kada di beberapa daerah

    menyisakan trauma mendalam yang dialami

    oleh beberapa kelompok masyarakat, teru-

    tama yang minoritas. Kelompok seperti ini,

    kerap menjadi sasaran dalam berkampanye

    oleh berbagai pihak dengan tujuan tujuan

    tertentu. Mereka cenderung dideskreditkan

    dan dimarginalkan, demi mendapatkan sim-

    patik kaum mayoritas.

    Namun, isu ini seakan-akan tenggelam

    oleh isu-isu lain yang memang menjadi

    polemik dan menjadi kontroversial, seperti

    daftar pemilih tetap (DPT) dan penghitun-

    gan suara. Padahal dampak yang ditimbul-

    kan adalah ketakutan yang luar biasa, apa-lagi saat kampanye dilakukan dalam setiap

    rezim Pemilu.

    Masa kampanye Pemilu Legislatif 2014

    sudah di depan mata. Badan Pengawas Pe-

    milu (Bawaslu) diminta berbenah diri un-

    tuk mempersiapkan segala sesuatu untuk

    mengoptimalkan pengawasan pada tahapan

    tersebut. Pasalnya, tahapan tersebut sangat

    berpotensi untuk menimbulkan konik sos-

    ial di masyarakat.

    Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu

    2014 yang Berkualitas hadir dan mendeklar-asikan diri untuk memfokuskan perhatian

    terhadap kampanye yang mengusung isu

    diskriminasi terhadap golongan minori-

    tas. Gerakan tersebut terdiri dari beberapa

    ormas antara lain, ILRC, Wahid Institute,

    Abdulrahman Wahid Center, PGI, KWI,

    Maarif Institute, Pusat Hukum Konstitusi

    Universitas Airlangga, Pusat HAM dan

    Demokrasi FH Universitas Brawijaya, PP

    Muhammadiyah, PBNU, Perludem, Sejuk,

    Aman Indonesia, dan Yayasan TIFA.

    Intoleransi dalam kehidupan umat be-

    ragama sudah semakin meningkat. Dalam

    beberapa pengalaman Pemilu, isu terhadap

    suku, ras dan antar golongan (SARA) selalu

    terjadi, ujar Direktur Eksekutif The Wahid

    Institute, Ahmad Suaedy, bersama para ak-

    tivis OMS yang lain saat Audiensi dengan

    Bawaslu, di Jakarta, Senin (13/1).

    Lebih lanjut menurut Suaedy, dalammasa kampanye para peserta Pemilu yang

    intoleran dan diskriminatif menggunakan

    kesempatan tersebut untuk memojokkan

    lawan politiknya yang kebetulan memiliki

    perbedaan, dengan menggunakan paham

    agama atau penodaan agama, dan juga pi-

    dato dan orasi yang berbau kebencian (hate

    speech).

    Hal yang sama diungkapkan Sekre-

    taris Eksekutif Bidang Diakonia, PGI Jeiry

    Sumampouw yang mengatakan bahwa isu

    agama dalam kampanye banyak digunakandan sangat popular untuk mendulang suara,

    terutama oleh partai-partai yang memiliki

    basis masa mayoritas dalam suatu daerah.

    Oleh karena itu dibutuhkan peran aktif Ba-

    waslu untuk mencegah supaya kampanye

    menggunakan isu agama dan diskriminasi

    terhadap minoritas dapat dicegah.

    Veri Junaidi dari Perludem berharap

    besar Bawaslu dapat memegang kunci ter-

    hadap permasalahan potensi diskriminasi

    tersebut. Karena pada dasarnya, semua

    pelanggaran dalam Pemilu akan dilaporkan

    ke Bawaslu.

    Peran penegakan hukum pidana dalam

    Pemilu memang juga melibatkan Kepolisian,

    dan peran tersebut juga sangat besar. Namun,

    Bawaslu adalah kuncinya dan harapan besar

    agar Bawaslu dapat mengatasi permasalahan

    (diskriminasi) tersebut, tambahnya.

    Sementara itu, Ketua Bawaslu Mu-hammad mengatakan bahwa, Indonesia

    merupakan negara demokrasi bukan neg-

    ara agama. Sehingga praktik politik yang

    mempolitisasi masalah keagamaan sangat

    dilarang dan tidak bisa dibiarkan. Bawaslu

    dan jajarannya, juga akan siap menindak te-

    gas terhadap pelanggaran semacam itu jika

    terjadi.

    Peran aktif masyarakat juga sangat

    diperlukan dalam hal ini. Kami ingin me-

    nyatakan bahwa Pemilu itu milik bersama

    dan tanggung jawab bersama. Nantinya,Bawaslu akan membuat SMS gateway, yang

    dapat dipergunakan untuk orang yang mel-

    apor, ujarnya. [FS]

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    10/28

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    10

    Menjelang Pemilu legislatif

    tanggal 9 April 2014 dan Pemilu

    Presiden/Wapres pada Bulan

    Oktober 2014, Tim Komisi

    Pemberantasan Korupsi (KPK)

    mengingatkan jajaran Bawaslu RI

    untuk mewaspadai dan menghindari

    praktik gratifikasi dari pihak-pihak

    yang ingin bermain curang dalamproses pesta demokrasi lima tahunan

    tersebut.

    Pencegahan dini diperlukan meng-

    ingat Bawaslu RI diberikan ke-

    wenangan sesuai Undang-undang

    Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyeleng-

    gara Pemlilu. Dalam isi undang-undang

    tersebut sebagaimana diuraikan dalam

    pasal 75, 76 dan 77, Bawaslu RI hingga

    Panwaslu kabupaten/kota diberikan ke-

    wenangan untuk mengawasi seluruh taha-

    pan dan proses Pemilu serta memberikan

    rekomendasi yang sifatnya wajib dilak-

    sanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

    Koordinator Tim KPK bidang pence-

    gahan, Maruli Tua mengatakan kepent-

    ingan KPK adalah menjamin para peny-

    elenggara negara bertindak sesuai aturan

    hukum dengan menghindari praktik-prak-

    tik suap dan gratikasi

    Kita juga ingin agar Pemilu 2014

    bisa di kawal menjadi Pemilu yang ber-sih, demokratis dan berintegritas, kata-

    nya saat memberi penjelasan kepada selu-

    ruh pejabat struktural Sekretariat Jenderal

    Bawaslu RI, Senin (13/1).

    Kedatangan Tim KPK yang terdiri 4

    (empat) orang bukan tanpa alasan. Sekre-

    taris Jenderal Bawaslu Gunawan Suswan-

    toro dan Pimpinan Bawaslu RI sebelum-

    nya menilai penting menghadirkan KPK

    untuk memberikan penjelasan terkait suap

    dan gratikasi. Sebab Pimpinan Bawaslu

    tidak ingin jajarannya terjerat dengan ka-sus suap dan gratikasi.

    Saya sengaja mengundang KPK

    untuk mensosialisasikan aturan-aturan

    terkait gratikasi,

    kita mesti membuat

    aturan-aturan untuk

    mengendalikan grat-

    ikasi, kata Gu-

    nawan saat membu-

    ka diskusi Struktural

    Bawaslu RI dengan

    Tim KPK.Gratikasi dalam

    penjelasan pasal 12

    B Undang-undang

    nomor 31/1999

    juncto Undang-

    undang nomor

    20/2001 diartikan

    sebagai pembe-

    rian dalam arti luas.

    Meliputi uang/se-

    tara uang, barang, rabat/diskon. pinjaman

    tanpa bunga, komisi, pengobatan cuma-

    cuma, tiket perjalanan, perjalanan wisata,

    fasilitas penginapan dan fasilitas lainnya.

    Gratikasi dianggap sebagai suap apabila

    berhubungan dengan jabatan dan berten-

    tangan dengan tugas atau kewajibannya.

    Terkait gratikasi Koordinator Tim

    KPK Maruli mengingatkan, agar jangan

    hanya dilihat perspektif hukumnya saja

    melainkan juga perspektif etika. Sebab

    pemberian gratikasi sangat terkait den-

    gan jabatan atau kedudukan seseorang,

    sekalipun pemberi gratikasi adalah te-

    man dekat atau keluarga. Terkait pers-pektif etika, gratikasi dikelompokkan

    menjadi kategori suap yakni pemberian

    untuk melakukan sesuatu, kategori kedi-

    nasan yakni menerima fasilitas lain dalam

    perjalanan dinasnya, dan non kedinasan

    misalnya menerima sesuatu dari kerabat-

    nya terkait jabatannya.

    Sementara itu Rusan, anggota Tim

    KPK menjelaskan sanksi pidana grati-

    kasi sebagaimana diatur dalam UU No-

    mor 31/1999 juncto UU Nomor 20/2001

    pasal 12 C ayat (1) dengan sendirinyaakan gugur apabila penerima gratikasi

    melaporkan gratikasi yang diterimanya

    dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak

    diterimanya gratikasi kepada KPK.

    Gratikasi itu sangat dekat dengan

    suap, KPK bisa menelusuri bagaimana

    sebenarnya prosesnya itu, kata Rusan.Ancaman hukum bagi penerima grati-

    kasi adalah pidana penjara seumur hidup

    atau 4-20 tahun dan denda Rp. 200 juta

    Rp 1 Miliar. Penerima gratikasi dalam

    UU No 31/1999 Juncto UU No 20/2001

    adalah pegawai negeri dan penyelenggara

    negara. Pegawai negeri yang dimaksud ti-

    dak hanya PNS sebagaimana diatur dalam

    UU kepegawaian melainkan semua orang

    yang gajinya bersumber dari keuangan

    negara atau daerah.

    Hadir dalam sosialisasi pengendaliangratikasi oleh KPK antara lain Komis-

    ioner Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas,

    Sekjend Bawaslu Gunawan Suswantoro,

    empat Kepala Biro di lingkungan Ba-

    waslu RI, Pejabat eselon III dan Pejabat

    Eselon IV. Pimpinan Bawaslu pada kes-

    empatan tersebut meminta KPK untuk tu-

    rut serta dalam acara-acara besar Bawaslu

    di berbagai daerah baik internal maupun

    yang melibatkan stakeholder, tujuannya

    agar KPK bisa sekaligus mensosialisa-

    sikan pengendalian gratikasi di jajaran

    Bawaslu. Hal itu sudah mulai dirintis be-

    berapa kali sejak tahun 2013 dalam acara

    rakorstakeholderPemilukada.[RS]

    Tim KPK Datangi Bawaslu

    Terkait Gratifkasi

    Tim KPK menyambangi Bawaslu terkait sosialisasi pengendaliangratifikasi. Hadir dari Bawaslu antara lain: Pimpinan Bawaslu, En-

    dang Wihdatiningtyas, Sekjen Bawaslu Gunawan Suswantoro, 4

    kepala Biro di lingkungan Bawaslu RI, Pejabat eselon III dan Peja-

    bat Eselon IV.

    CHRISTINA KARTIKA

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    11/28

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    11

    JAKARTA -- Maraknya praktik suap,

    gratikasi dan pencucian uang menjelang

    pesta demokrasi, Pemilu 2014 perlu disi-

    kapi secara serius. Berbagai pihak mulai

    dari pengamat dan jajaran penegak hu-

    kum mengingatkan, agar pesta demokrasi

    2014, tidak dikotori dengan praktik grati-

    kasi dan bahkan pencucian uang baik

    oleh calon anggota legislatif maupun par-

    tai politik peserta Pemilu 2014.

    Mensikapi hal tersebut, Badan Pengawas

    Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI)

    di awal tahun 2014, meminta bantuan

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

    bersama-sama merumuskan aturan main

    terkait gratikasi dalam perhelatan Pe-

    milu tahun 2014. Sebab, Bawaslu men-

    galami kesulitan mengidentikasi apakah

    sumbangan dana kampanye Pemilu bagi

    calon legislatif dan partai politik dapat di-

    kategorikan sebagai gratikasi.

    Kepala Biro Teknis Penyelenggaraan

    dan Pengawasan Pemilu (TP3), BernardD. Sutrisno dan Plt Kabag Penanganan

    Pelanggaran Yusti Erlina dalam diskusi

    dengan Tim KPK bidang pencegahan,

    Senin (13/1), menanyakan isi Peraturan

    KPU Nomor 17 tahun 2013 tentang Pel-

    aporan Dana Kampanye yang mengacu

    pada Undang-undang Nomor 8 Tahun

    2012.

    Dalam PKPU tersebut disebutkan caleg

    DPD dapat menerima sumbangan dari

    perseorangan maksimal sebesar Rp 250

    juta dan sumbangan dari perusahaansebesar maksimal Rp 500 juta. Sedan-

    gkan parpol dapat menerima sumbagan

    perorangan maksimal Rp 1 miliar dan

    dari perusahaan/kelompok sebesar Rp 7,5

    miliar.

    Hal ini dinilai bertolak belakang dengan

    nafas pemberantasan tindak pidana ko-

    rupsi, sebagaimana isi penjelasan pasal

    12 B UU Nomor 31/1999 juncto UU No-

    mor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana

    Korupsi. Penjelasan pasal tersebut men-

    jabarkan bahwa gratikasi merupakan

    pemberian dalam artian luas. Sementara

    dalam UU Nomor 8 tahun 2012 tentang

    Pemilu, parpol boleh mendapatkan sum-

    bangan dana kampanye baik dari anggot-

    anya maupun pihak lain.

    Misalnya anggota DPD incumbent (ma-

    sih menjabat) mencalonkan diri lagi dalam

    Pemilu 2014, lalu dia atau partai yang ada

    di DPR menerima sumbangan kampanyedari perorangan atau kelompok, apakah

    itu dapat dikategorikan gratikasi juga?.

    Ini kan ada dasar aturannya yang berbe-

    da, kata Yusti saat diskusi pengendalian

    gratikasi oleh KPK.

    Sementara itu, Maruli Tua, Koordinator

    Tim KPK bidang pencegahan menegas-

    kan dalam aturan perundang-undangan

    tidak ada batasan jumlah pemberian

    gratikasi. Gratikasi dipahami sebagai

    pemberian dengan harapan mendapatkan

    imbalan bagi para penyelenggara negaradan pejabat publik.

    Sebenarnya batasan nilai pemberian

    gratikasi tidak ada dalam undang-

    undang, justru kalau ada batasan akan

    menimbulkan polemik baru, perdebatan

    baru, kata Maruli Tua, Koordinator Tim

    KPK bidang pencegahan.

    Sejumlah persoalan terkait sumbangan

    dana kampanye baik kepada parpol dan

    caleg dipertanyakan kepada tim KPK.

    Hal ini dimaksudkan guna meminimalisir

    polemik dan sengketa antarpeserta Pemi-

    lu manakala sumbangan dana kampanye

    ini pada akhirnya dikategorikan dengan

    gratikasi.

    Terkait hal ini,Sekjend Bawaslu Gunawan

    Suswantoro meminta bantuan KPK untuk

    membantu tim internal Bawaslu meru-

    muskan aturan main pengawasan dana

    kampanye ini. Selain itu juga perlu ada

    tindak lanjut antara Bawaslu, DKPP danKPU secara bersama-sama merumuskan

    indikator-indikator atau kriteria untuk

    mewujudkan Pemilu bersih dan jurdil

    dalam kaitannya dengan pengendalian

    gratikasi.

    Bawaslu juga perlu membangun sistem

    pengendalian gratikasi yang sifatnya

    internal yang berlaku baik di lingkungan

    Sekretariat Jenderal Bawaslu RI hingga

    ke jajarannya di provinsi, kabupaten dan

    kota. Sebab menurut Tim KPK, Maruli

    Tua, terdapat beberapa titik rawan grati-kasi di Bawaslu misalnya di lingkungan

    internal Bawaslu, gratikasi dalam proses

    pengawasan Pemilu, gratikasi terse-

    lubung dalam bentuk pendanaan Pemilu.

    Karenanya perlu dilakukan mapping agar

    lebih tepat sasaran dalam pengaturannya.

    Bawaslu perlu sistem pengendalian

    gratikasi yang sifatnya internal, artinya

    bertujuan bagi semua pejabat dan staff

    Bawaslu dan DKPP, ini segera kita tin-

    daklanjuti, kata Guanwan Suswantoro

    seraya menambahkan Bawaslu segera

    membuat pernyataan komitmen penera-

    pan pengendalian gratikasi dilingkun-

    gannya untuk disampaikan kepada KPK.

    [RS]

    Bawaslu Minta Bantuan KPK

    Terkait Dana Kampanye

    Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro dan Tim KPKCHRISTINA KARTIKAWATI

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    12/28

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    12

    L

    embaga Swadaya Masyarakat

    (LSM) Jaringan Pendidikan Pemi-

    lih untuk Rakyat (JPPR) melapor-

    kan adanya kejanggalan dalam laporan

    dana kampanye peserta Pemilu ke Badan

    Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dalam data

    yang didapat, jumlah penerimaan partai

    dalam bentuk barang dan jasa sebesar 93

    persen, dan hanya 7 persen saja yang ber-

    bentuk uang.

    Jika dalam bentuk barang dan jasa,

    maka KPU dan Pusat Pelaporan Analisis

    Transaksi Keuangan (PPATK) akan sulit

    untuk melacak dan menelusuri keberadaan

    dana parpol tersebut dalam proses audit,

    ungkap Manajer Program Pemantau JPPRSunanto, usai melaporkan laporan tersebut

    ke Bawaslu, di Jakarta, Selasa (7/1).

    Lebih lanjut, ia mengungkapkan, per-

    bandingan antara jumlah sumbangan ba-

    rang dan jasa dengan uang sangat timpang

    dan mencurigakan. Sumbangan dalam

    bentuk jasa dan barang mencapai Rp

    907.395.692.165 atau 93 persen, semen-

    tara sumbangan dalam bentuk uang hanya

    Rp 67.620.388.803 atau 7 persen saja.

    Sebelumnya, PPATK menjelaskan

    bahwa pada awal 2013 banyak transaksimencurigakan terjadi, karena mulai me-

    ningkatnya aktivitas kePemiluan. Bahkan,

    PPATK menemukan adanya partai politik

    yang tidak memiliki uang yang banyak

    di rekeningnya, tetapi aktivitasnya cukup

    banyak.

    Diduga kenaikan ini merupakan ben-

    tuk upaya untuk melakukan politik uang.

    Perlu penelusuran lebih jauh untuk dil-

    aporkan kepada Penyelenggara Pemilu,

    ujar Ketua PPATK Muhammad Yusuf,

    akhir 2013 lalu.

    Sementara itu, Koordinator JPPR M.

    Afuddin mengungkapkan fakta adanya

    ketidakseragamaan pelaporan dana kam-

    panye yang dimasukkan ke KPU. Ber-

    dasarkan analisa, banyak kekurangan

    dalam pelaporan penerimaan sumbangan

    dana kampanye parpol yang dimasukkanke Komisi Pemilihan Umum.

    Ada partai yang menyerahkan dana

    pengeluaran dana caleg sebagai dana

    sumbangan partai politik, namun ada juga

    partai yang tidak menyerahkan, tuturnya.

    Selain itu, ia mengkritik transparansi

    laporan dana kampanye partai politik yang

    dipublikasikan oleh KPU. Menurutnya,

    daftar laporan penerimaan sumbangan

    parpol di laman KPU belum benar-benar

    dapat menggambarkan penerimaan partai

    politik dan asal-usulnya secara jelas.Dalam daftar laporan yang terdapat di

    laman resmi KPU tak sesuai dengan yang

    diatur dalam PKPU No. 17 tentang Pedo-

    man Pelaporan Dana Kampanye,, ujar

    Afuddin.

    Sementara itu, Ketua Bawaslu Mu-

    hammad mengatakan menyambut baik

    temuan PPATK dan JPPR terkait transaksi

    mencurigakan para caleg dan parpol. Jika

    benar terbukti, mereka akan terkena sank-

    si berat. Itu bisa membatalkan kemenan-

    gan seseorang.

    Jelas sekali pasalnya. Jadi money

    politics yang terbukti, bisa menggagal-

    kan kemenangan caleg. Tak hanya caleg,

    sanksi juga dapat diberikan kepada par-

    pol berperan dalm praktik money politics

    tersebut, pungkasnya.

    Sejauh ini, Bawaslu dan PPATK jugasudah melaksanakan kerjasama terkait

    dana-dana mencurigakan peserta Pemilu.

    Bawaslu berharap, PPTK dapat melapor-

    kan adanya kecurigaan transaksi kepada

    Bawaslu untuk segera ditindaklanjuti.

    [FS]

    SUNANTO,

    Manajer Program Pemantau JPPR

    JPPR.OR.ID

    Politik itu mahal,

    bahkan untuk kalahpun

    kita harus mengeluarkan

    banyak uang.

    KOMPAS.COM

    MUHAMMAD YUSUF,

    Ketua PPATK

    - Anonim

    JPPR LaporkanDana Kampanye

    Mencurigakan

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    13/28

    13

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Badan Pengawas Pemilu mengada-

    kan kegiatan sosialisasi Penyusu-

    nan Laporan Keuangan dan Kebi-

    jakan Akuntansi Akhir Tahun 2013 yang

    dilaksanakan di Jakarta, Kamis (23/1)

    hingga Sabtu (25/1).

    Tujuan diselenggarakannya kegiatan

    sosialisasi ini untuk menciptakan laporan

    keuangan yang akuntabel dan transparan,

    sebagaimana

    diamanatkan

    Undang Un-

    dang Nomor17 Tahun 2003

    tentang Keuangan

    Negara dan Undang

    Undang Nomor 22

    Tahun 2012 ten-

    tang Anggaran

    Pendapatan dan

    Belanja Negara

    (APBN) Tahun

    Anggaran 2012.

    Menteri/pimpinan lembaga negara

    sebagai pengguna anggaran/barang mem-

    punyai tugas antara lain menyusun danmenyampaikan laporan keuangan kemen-

    terian/lembaga negara yang dipimpin-

    nya, jelas Sekjen Bawaslu, Gunawan

    Suswantoro.

    Bawaslu berkewajiban menyeleng-

    garakan akuntansi dan laporan pertang-

    gung jawaban atas pelaksanaan APBN,

    dengan menyusun laporan keuangan re-

    alisasi anggaran, neraca, dan catatan atas

    laporan keuangan, paparnya.

    Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswanto-

    ro mengharapkan laporan keuangan terse-

    but dapat memberikan informasi yangberguna kepada para pemakai laporan,

    khususnya sebagai sarana untuk mening-

    katkan akuntabilitas/pertanggung jawa-

    ban dan transparansi pengelolaan keuan-

    gan negara. Laporan keuangan ini, juga

    dimaksudkan untuk memberikan informa-

    si kepada manajemen dalam pengambilan

    keputusan, dalam usaha mewujudkan

    tata kelola pemerintahan yang baik.

    Karena itu, bendahara pengeluar-

    an dan staf operator komputer penge-

    lola keuangan Bawaslu Provinsi dapat

    mengimplementasikan ilmu yang diper-oleh dari kegiatan sosialisasi ini dengan

    sebaik-baiknya.

    Selain itu, Sekjen Bawaslu, Gunawan

    Suswantoro menekankan agar bendahara

    dapat tertib membuat laporan keuangan.

    Bendahara diminta untuk memahami be-

    tul tata cara pelaporan keuangan di tahun

    2014, sehingga dapat dilaksanakan secara

    tertib dan sesuai aturan. [CK]

    Sekjen Bawaslu:

    Bendahara HarusTertib MenyusunLaporan Keuangan

    Gunawan Suswantoro, SH, M.SiSekretaris Jenderal Bawaslu RI

    Peserta Sosialisasi Penyusunan Laporan Keuangan dan Kebijakan AkuntansiFOTO-FOTO: CHRISTINA KARTIKAWATI

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    14/28

    14

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Bekerja konkret dan tak

    banyak bicara., itulah kira-kira yang

    pantas disematkan pada mantan

    Koordinator Nasional Jaringan Pendidi-

    kan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Yus-triadi. Dengan pengalamannya di dunia

    kePemiluan, ia berharap kontribusinya

    akan membuahkan hasil yang manis dan

    berguna bagi perkembangan demokrasi.

    Sebagai seorang aktivis sejak era re-

    formasi, Yustriadi tidak jarang memberi-

    kan kritik keras dan tajam pada pemerin-

    tah terutama dalam kaitan perkembangan

    demokrasi lewat Pemilu. Namun, ke-

    mampuan analisanya ini tidak hanya di-

    pergunakan hanya untuk mengkritik saja,

    tetapi juga memberikan kontribusi nyata

    sebagai aktualisasi pengalaman yang per-

    nah didapatnya.

    Karena itulah, ia didaulat menjadi

    Ketua Kelompok Kerja Nasional Gerakan

    Satu Juta Relawan Pengawas Pemilu.

    Tanggung jawab yang cukup berat meng-

    ingat harapan dan tuntutan masyarakat

    terhadap gerakan ini cukup penting dan

    signikan, terutama dalam rangka men-

    gawasi tahapan Pemilu ke depan.

    Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas

    Pemilu merupakan sebuah gerakan yang

    diinisiasi oleh Bawaslu, sebagai gerakanmoral untuk meningkatkan partisipasi

    pemilih, terutama pemilih pemula, dan

    melibatkanya secara aktif dalam penga-

    wasan Pemilu. Selama ini, banyak pemil-

    ih pemula yang cenderung apatis terha-

    dap Pemilu karena kurang dilibatkan dan

    diikutsertakan dalam Pemilu itu sendiri.

    Yustriadi mengatakan, selain sebagai

    gerakan yang berupaya untuk meningkat-

    kan partisipasi masyarakat, gerakan ini

    juga diharapkan dapat menekan segala

    bentuk politik transaksional yang terjadidi masyarakat. Seperti yang kita tahu, saat

    ini praktik money politics masih sering

    terjadi dan bukan lagi menjadi hal yang

    dilarang dalam masyarakat,

    untuk itulah gerakan sejuta

    relawan pengawas Pemi-

    lu ini dibutuhkan.

    S e -

    b a g i a n

    pihak sempat

    meragukan target relawan pen-

    gawas Pemilu akan tercapai,

    baik dari segi jumlah dan dari

    segi kualitas. Dari segi jumlah,

    relawan pengawas Pemilu di-

    harapkan benar-benar mencapai

    angka sejuta atau lebih, dengan

    begitu akan gerakan ini akan

    terlihat lebih masif. Sedang-

    kan secara kualitas, masyara-

    kat berharap gerakan ini dapat

    memberikan kontribusi penga-

    wasan yang positif dan berman-

    faat, walapun gerakan ini tidak dibayar

    sepeserpun.

    Namun, di balik itu, ia yakin gerakan

    ini mampu membawa perubahan terhadap

    nasib Pemilu 204 ini. Gerakan relawanakan mengawasi penyelenggaraan Pemi-

    lu sejak masa kampanye, pungut hitung

    sampai pada rekapitulasi suara.

    Berbeda dengan tugas para para saksi

    dan pengawas Pemilu di tingkat lapangan,

    relawan tidak hanya bertugas saat Pemilu

    berlangsung, tetapi sebelum Pemilu den-

    gan memperhatikan dinamika politik

    yang terjadi di TPS. Setiap TPS akan di-

    tempatkan 2 relawan. Adapun tugasnya

    menurut Yustriadi ialah menyampaikan

    informasi ke Bawaslu bila ditemukan ma-salah atau pelanggaran di TPS.

    Salah satu yang ditekankan oleh Yus-

    triadi dalam gerakan ini, adalah bagaima-

    na mengubah pola pikir masyarakat ter-

    hadap Pemilu. Selama ini Pemilu selalu

    dianggap sebagai pesta demokrasi bagi

    segelintir orang saja. Hanya penyeleng-

    gara Pemilu dan orang-orang yang berke-

    pentingan yang harus peduli pada Pemilu.Pandangan tersebut salah. Pemilih

    merupakan Stakeholders terbesar dalam

    Pemilu. Sehingga pemilih memiliki daya

    tawar yang tinggi terhadap Pemilu. Arti-

    nya, sukses atau tidaknya Pemilu juga ter-

    gantung pada pemilih, ujarnya.

    Oleh karena itu, menurutnya pemilih

    harus mendapatkan edukasi yang benar

    terhadap Pemilu, agar tindakannya ke

    depan juga benar. Salah satunya melalui

    Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas

    Pemilu. Ia akan berupaya menjadi gen-erator, untuk membangkitkan relawan

    pengawas Pemilu menjadi berarti dan

    bermanfaat. [FS]

    YusfitriadiSang GeneratorRelawanPengawas Pemilu

    YusfitriadiKoord. Pokjanas Sejuta Relawan Pengawas Pemilu

    DOK. HUMAS

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    15/28

    15

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Divisi Pengawasan

    Badan Pengawas Pemilu

    (Bawaslu)

    menggelar Rapat Kerja

    Teknis (Rakernis)

    Persiapan Pengawasan

    Pemilu Anggota DPR, DPD,

    dan DPRD Tahun 2014 di

    Jakarta, Jumat (27/12).

    Rakernis yang dihadiri oleh

    Pimpinan Bawaslu Nasrullah,

    Daniel Zuchron dan Endang

    Wihdatiningtyas ini, sebagai

    evaluasi pengawasan tahapan Pemilu

    legislatif untuk mengindentikasi ben-

    tuk pencegahan pelanggaran, termasuk

    kelemahan atau hambatan dalam pelaksa-

    naan teknis pengawasan tahapan Pemilu,

    juga untuk mengidentikasi temuan-

    temuan dugaan pelanggaran Pemilu yang

    memungkinkan mempengaruhi proses

    dan pelaksanaan Pemilu, dan yang tera-

    khir adalah untuk mengidentikasi tin-

    daklanjut temuan oleh Pengawas Pemilu.

    Demikian yang disampaikan oleh Tim

    Asistensi Bawaslu RI, Muhammad Tur-

    mudzi sebagai salah satu fasilitator dalam

    Rakernis tersebut.

    Pimpinan Bawaslu, Nasrullah dalam

    sambutan pembukaan menyampaikan

    bahwa seluruh tahapan penyelenggaraan

    Pemilu pada tahun 2013 ini semestinyajuga dilakukan evaluasi terhadap ke-

    Bawaslu-an, jadi tidak hanya membahas

    tentang rangkaian tahapan

    apalagi (hanya) subsektor

    pengawasan tetapi juga prin-

    sip dasar ke-Bawaslu-an

    ini, pada aspek struktural

    dan administrasi, tentu-

    nya juga dalam domain

    pengawasan, peninda-

    kan pelanggaran danwilayah yang sifat-

    nya support system

    dari jiwa atau

    roh Ba-

    waslu

    menyang-

    kut penga-

    wasan dan pen-

    indakan pelanggaran,misalnya kehumasan

    dan sosialisasi.

    Sementara itu dalam

    kesempatan yang sama, Daniel

    Zuchron menyatakan Rakernis ini

    untuk melakukan evaluasi terhadap

    metode dan kebijakan teknis serta

    hasil pengawasan pada tahapan

    yang telah berlangsung dalam rang-

    ka perbaikan dan penyempurnaan

    bagi penyusunan metode dan ke-

    bijakan teknis dalam pengawasan

    tahapan selanjutnya. Sehingga

    akselerasi kinerja dan pelaporan

    Bawaslu Provinsi dan jajarannya

    menjadi cepat, efektif, dan ter-

    kendali.

    Jadi fokus dari target rencana kita,

    goal-nya adalah akselerasi (percepa-

    tan), sehingga kita tidak lagi berada pada

    track yang lambat, tetapi sudah semakin

    cepat. Oleh karena itu evaluasi ini penting

    karena kami melihat akselerasinya belum

    jalan, sehingga percepatan, efektivitas,

    dan pengendalian ini terhambat. Hal-halseperti ini yang kita buka dalam rapat

    ini, sehingga kebijakan pengawasan Ba-

    waslu RI yang dihasilkan dari Rakernis

    ini, telah memperhitungkan aspek-aspek

    masukan dari Bawaslu Provinsi. ujar

    Daniel.

    Rakernis yang berlangsung hingga,

    Minggu (29/12) ini dihadiri oleh seluruh

    Bawaslu Provinsi, Tim Asistensi Divisi

    Pengawasan dan Staf Biro TP3 Setjen

    Bawaslu RI dan ditutup oleh Pimpinan

    Bawaslu RI, Daniel Zuchron.

    [MZ]

    Bawaslu Gelar Rakernis PengawasanPemilu Legislatif 2014

    DANIEL ZUCHRONKoordinator Divisi Pengawasan

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    16/28

    16

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Divisi Organisasi dan SDM

    Badan Pengawas Pemilu

    (Bawaslu) akhirnya menerimasebanyak 32 orang Calon

    Pegawai Negeri Sipil (CPNS)

    pertama kali dalam sejarah ke-

    beradaan Bawaslu. Kepastian

    tersebut berdasarkan serang-

    kaian Tes Kemampuan Dasar

    (TKD) dan Tes Kemampuan

    Bidang (TKB) yang telah dilak-

    sanakan beberapa waktu lalu.

    Keputusan tersebut diumumkan

    oleh Bawaslu melalui Peng-umuman Nomor: 001/Peng/

    Bawaslu/I/2014 Tentang Kelulusan

    Peserta Seleksi Calon Pegawai Negeri

    Sipil Badan Pengawas Pemilihan Umum

    Tahun 2013.

    Selanjutnya CPNS diminta segera

    melakukan orientasi dan pengenalan

    terhadap lembaga. Para CPNS yang

    mengikuti orientasi itu diminta segera

    beradaptasi dengan cepat dalam rangka

    mendukung pengawasan proses dan

    tahapan Pemilu yang sedang berjalan.

    Banyak hal baru yang akan dipelajari di

    lembaga ini. Kami berharap anda segera

    beradaptasi, dan disiplin dengan tugas

    dan pekerjaan yang ada di Bawaslu,

    kata Ketua Bawaslu, Muhammad, me-nyambut kedatangan CPNS Bawaslu.

    Hadir dalam orientasi tersebut, Sekre-

    taris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gu-

    nawan Suswantoro, Kepala Biro Hukum,

    Humas, dan Pengawasan Internal (H2PI),

    Jajang Abdullah, Plt. Kepala Biro Ad-

    ministrasi, Dermawan A. Santoso, dan

    Kepala Biro Administrasi DKPP, Ahmad

    Khumaidi.

    Menurut Muhammad, mereka yang

    lulus sebagai CPNS Bawaslu yang

    jumlahnya 32 orang sudah merupakan

    hasil seleksi yang sangat ketat. Dari hasil

    ujian, mereka dinilai memiliki perolehan

    nilai yang cukup tinggi, dan lulus standar

    Bawaslu RekrutCPNS Pertama

    Sekretaris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gunawan Suswantoro (tengah) didampingi Kepala Biro Hukum, Humas, dan Pe-

    ngawasan Internal (H2PI), Jajang Abdullah (kedua dari kanan), Plt. Kepala Biro Administrasi, Dermawan A. Santoso

    (kedua dari kiri), dan Kepala Bagian Laporan dan Temuan, Yusti Erlina, dan Kepala BagianPersidangan DKPP, Osbin

    Samosir.

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    17/28

    17

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    nasional dalam proses perekrutan CPNS.

    Muhammad menegaskan, dalam

    proses perekrutan CPNS di Bawaslu,

    mereka yang lulus sama sekali tidak

    ada yang dibantu oleh unsur pimpinan

    maupun pejabat di jajaran Sekretariat

    Jenderal Bawaslu. Semua CPNS yang

    lulus tersebut, murni hasil kerja keras

    mereka saat mengikuti ujian.

    CPNS yang mengikuti masa orientasi

    itu dinyatakan lulus murni. Karena anda

    masuk ke Bawaslu tanpa menggunakan

    uang sepeser pun, maka ketika men-

    jalankan tugasnya di Bawaslu, anda juga

    tidak boleh menerima uang yang bukanmilik anda, tutur Muhammad, mengin-

    gatkan.

    Hal yang sama juga dibenarkan

    Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro.

    Menurutnya, proses perekrutan CPNS di

    lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu

    itu berlangsung secara murni, dan men-

    jadi barometer dalam perekrutan CPNS

    Bawaslu di kemudian hari.

    Selain itu, menurut Gunawan, Ba-

    waslu sebagai lembaga yang baru saja

    ditingkatkan menjadi eselon I, belum

    memiliki pegawai organik. Selama ini,

    PNS yang berada di Bawaslu merupakan

    PNS yang sebagian besar berasal dari

    Kementerian Dalam Negeri.

    Ke depan, Sekretariat Jenderal Ba-

    waslu akan dipegang oleh PNS yang asli

    dari Bawaslu. Sedangkan kami hanya

    dipekerjakan di sini, tambah Gunawan.

    CPNS di lingkungan Bawaslu terdiri

    dari formasi Analis Pengawasan Pemilu,

    Penata Laporan Keuangan, PengelolaAdministrasi Keuangan, dan Penata

    Komputer Penyelia. CPNS Bawaslu

    tersebut dalam waktu dekat akan ditem-

    patkan di masing-masing biro.

    [FS]

    Divisi Organisasi dan SDM

    CPNS Bawaslu RI mendapatkan pengarahan

    Karena anda ma-

    suk (CPNS) Bawaslu

    tanpa menggunakan

    uang sepeser pun,

    maka ketika men-

    jalankan tugas, anda

    juga tidak

    boleh menerima

    uang yang bukan

    milik anda

    Muhammad

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    18/28

    18

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

    Sebelumnya, Bawaslu merekomen-

    dasikan iklan Partai Golongan

    Karya (Golkar) di televisi swastaTVOne melanggar pidana Pemilu, namun

    setelah diteruskan ke Kepolisian, ternyata

    penyidik menghentikan kasus tersebut

    karena dianggap tidak memenuhi unsur

    kumulatif untuk didenisikan sebagai

    kampanye Pemilu.

    Bawaslu, Kejaksaan dan Kepolisian

    telah mengadakan rapat Sentra Gakkum-

    du untuk menyamakan persepsi terkait

    proses tindak lanjut Sentra Gakkumdu.

    Penyamaan persepsi ini sangat penting,

    apalagi perbedaan pemahaman pidanaPemilu kerap terjadi antara Bawaslu dan

    Kepolisian.

    Pada Pemilu 2009 lalu, ada sekitar

    1.500 kasus yang direkomendasikan Ba-

    waslu dan jajarannya sebagai pelangga-

    ran pidana Pemilu, namun hanya

    sekitar dua per-sen saja yang

    divonis di pengadilan. Sisan-

    ya, hampir sebagian besardihentikan oleh pihak pe-

    nyidik kepolisian.

    Hal tersebut ten-

    tunya jauh dari

    ekspetasi ma-

    s y a r a k a t

    te rhadap

    penegakan

    h u k u m

    P e m i l u .

    Masyara-

    kat sangatb e r h a r a p

    agar ada tindakan cepat dan nyata terha-

    dap para pelanggar pidana Pemilu. Den-

    gan begitu, masyarakat masih optimis

    terhadap Pemilu itu sendiri.

    Dalam sebuah forum, Ketua Bawaslu

    Muhammad mengatakan, jika terus meli-

    hat secara hitam dan putih terhadap iklan

    partai politik di televisi, maka sampai ka-

    panpun, iklan tersebut tidak akan pernah

    bisa dijerat, termasuk parpol dan lembaga

    penyiarannya.

    Padahal masyarakat sudah sangat

    terganggu dengan iklan-iklan semacam

    itu dan berharap Bawaslu dapat mengam-

    bil langkah tegas. Namun, jika dihentikan

    maka Bawaslu yang akan disalahkan,

    tambahnya.

    Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indo-

    nesia (KPI) sudah menegur beberapa lem-

    baga penyiaran publik terkait iklan partai

    politik. Mereka dianggap tidak mematuhi

    aturan dan tidak memberikan proporsi

    yang seimbang terhadap penyiaran iklan

    partai politik. KPI juga mendorong agar

    lembaga penyiaran, pada saat ini lebih

    mengedepankan tentang edukasi politik

    kepada masyarakat.

    Sementara itu Endang Wihdatin-

    ingtyas mengatakan bahwa, kesulitan

    Bawaslu untuk mencari barang bukti

    yang diperlukan bagi penyidik kepolisian

    untuk dapat ditindaklujuti adalah tidak

    punya kewenangan untuk memaksa para

    pihak yang diduga melanggar.

    Kami hanya bisa mengundang pihak-

    pihak terkait dengan dugaan pelanggaran

    tersebut untuk memberikan klarikasi.

    Bawaslu tidak punya kekuatan memaksa.

    Jika ada bukti yang belum dapat kamilengkapi, maka penyidik dapat mengam-

    bil peran tersebut, karena pu nya kekuatan

    memaksa, jelas Endang. [FS]

    Unsur Kumulatif Kampanye

    Terus Jadi PerdebatanBawaslu dan Kepolisian

    ternyata masih memiliki

    ketidaksepahaman soal

    pelanggaran pidana pemilu,

    khususnya dalam kampanye.Bawaslu menilai satu unsur

    kampanye saja terpenuhi

    maka sudah bisa dinyatakan

    sebagai kampanye, namun

    Kepolisian tidak.

    Endang Wihdatiningtyas, SH

    Bawaslu tidak punya

    kekuatan memaksa. Jikaada bukti yang belum dapatkami lengkapi, maka penyi-dik dapat mengambil peran

    tersebut, karena punyakekuatan memaksa

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    19/28

    19

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

    Akhir-akhir ini, masyarakat disuguhkandengan berbagai macam iklan tokoh yangmengaku dirinya calon presiden. Tokoh-tokoh tersebut dengan percaya diri mengu-mumkan visi dan misi serta janji saat terpilihmenjadi presiden nanti. Padahal, tahapan Pe-milu presiden saja belum dimulai.

    Bukan secara kebetulan, para pemimpinyang narsis sebagai calon presiden dan calon

    wakil presiden, yang tampil di media elek-tronik adalah pemilik media tersebut, atausetidaknya investor yang menanam saham dimedia elektonik tersebut. Media elektronikyang seharusnya menjadi milik publik, justrumenjadi alat propaganda salah satu pihak.

    Narsisme sendiri berasal dari bahasa Be-landa yang berarti membanggakan diri send-iri secara berlebihan dan terkadang tidak ses-uai dengan kenyataan. Apa yang ditampilkandi media bisa jadi hanya pencitraan, untukmenarik minat masyarakat memilihnya padaPilpres mendatang.

    Namun, apakah tindakan tersebutdibenarkan? Secara Undang-Undang (UU)gaya pemilik media yang narsis menyatakanmereka Capres dan Cawapres tidak melang-gar. Pasalnya, tahapan Pilpres sendiri belumdimulai, sehingga kampanye model sepertiini belum dilarang. Namun, akan menjadi

    pelanggaran jika diserta dengan logo partai,nomor urut serta visi misi partai, serta adan-ya ajakan memilih partai tersebut.

    Dalam UU No. 8 Tahun 2012 TentangPemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRDmasa kampanye di media elektronik sertakampanye dalam bentuk rapat umum belum

    diperbolehkan. Tahapan tersebut baru diper-bolehkan pada 21 hari sebelum masa tenang.Kasus Sutiyoso (Ketum PKP Indonesia) diJawa Tengah yang divonis bersalah karenamelakukan rapat umum menjadi sebuah con-toh bahwa, pelanggaran pidana terhadap ke-tentuan tersebut tidak main-main.

    Namun sepertinya pemilik media ti-dak mengindahkan hal-hal tersebut. Mer-eka tetap melakukan semacam sosialisasi dimedia mereka dengan memakai logo partai,nomor urut namun cenderung dengan ber-main aman, sehingga pelanggaran pidana

    Pemilu sulit dikenakan. Peran Bawaslu danKomisi Pemilihan Umum (KPU) sangat di-tentukan dalam hal ini.

    Pimpinan Bawaslu Nasrullah men-gatakan bahwa masyarakat sudah cerdas

    untuk menilai bahwa media yang mem-propagandakan seseorang, hanya karena ke-dekatan media tersebut dengan orang yangmengaku capres tersebut. Pesan-pesanyang disampaikan, juga belum tentu benar-

    b e n a r menggambarkan diasebagai cap-res danc a w a -

    pres.

    M a -syarakat sebagai pemilihsudah cerdas untuk menilaiiklan tersebut. Frekuensitayangan mereka sehari-hari, bisa jadi bukan men-arik simpatik masyarakat,tetapi membuat masyarakat jenuh dan ber-

    balik mengkritik, tuturnya.Ia juga menambahkan masyarakat juga

    paham, bahwa tahapan Pemilu presiden saja

    belum dimulai, tetapi sudah ada capres yangberkeliaran di televisi. Sering tampil ditelevisi bukan jaminan ia akan dipilih, ter-masuk mempolitisisasi media, tambah Nas-rullah.

    Ditegur KPISementara itu, selama 3 (tiga) bulan tera-

    khir, September-November 2013, KPI telahmelakukan pemantauan pada seluruh lem-

    baga penyiaran. Dari pemantauan tersebut,KPI berkesimpulan terdapat 6 (enam) lem-

    baga penyiaran yang telah dinilai tidak pro-porsional dalam penyiaran politik. Termasuk

    terdapat iklan politik yang menurut penilaianKPI mengandung unsur kampanye. Keenamlembaga penyiaran itu adalah RCTI, MNCTV, Global TV, ANTV, TV One dan MetroTV.

    KPI menilai, enam stasiun televisi terse-but telah bertindak tidak proporsional dantidak menjunjung tinggi netralitas dalamhal penyiaran. Padahal, lembaga penyiarantersebut menggunakan frekuensi publik.

    Menurut Komisioner KPI, Bekti Nu-groho masyarakat sudah bisa menilai mediamassa elektronik maupun cetak yang secara

    kasat mata beraliasi dengan salah satu par-tai tertentu. Sehingga mereka juga bisa me-nilai apa yang ditampilkan mereka di media

    benar atau tidak adanya. Dampakya, mediatersebut bisa saja ditinggalkan oleh masyara-

    kat.Politisi yang tampil di media miliknya

    terus menerus, juga akan membuat masyara-kat jenuh. Apalagi tidak atau belum ada

    prestasi yang dimilikinya, ujar Bekti baru-baru ini.

    Untuk informasi, KPI telah memanggildan menyampaikan teguran pada 6 (enam)stasiun televisi tersebut. Teguran ini wajibmenjadi evaluasi bagi lembaga penyiaran,agar menjalankan fungsi dan perannya yangsesuai dengan amanat undang-undang pe-nyiaran. Dalam pertemuan tersebut, lembaga

    penyiaran menerima masukan dan berjanjiakan memperbaiki programnya, serta meren-canakan program iklan layanan masyarakat(ILM) tentang pemilihan umum.

    Bekti juga sadar, bahwa redaksi mediamassa tersebut juga tidak bisa disalahkan

    begitu saja. Intervensi dari pemilik modalyang luar biasa menjadi salah satu penyebabmedia-media ini tampak terlihat beraliasidengan partai politik.

    Jurnalis dalam redaksi sebenarnya tidaktakut pada siapapun, termasuk menteri, pe-

    jabat, bahkan presiden. Ia hanya takut padasi pemilik modal. Oleh karena itu, pemilikmodal bebas berintervensi terhadap redak-sinya, ujar Bekti.

    Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nas-rullah mengatakan bahwa orang yang men-gaku Capres dan Cawapres tersebut terlalu

    percaya diri, padahal tahapan Pilpres saja be-lum dimulai. Belum tentu partai yang mer-eka dukung mencapai presidential thresholdsebesar 20 persen pada Pilpres mendatang,tuturnya. [FS]

    Politisasi Media,BukanJaminan Menang Pemilu

    Nasrullah, SH

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    20/28

    20

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Pentingnya Transparansi

    Dana Kampanye

    Akhir Desember 2013lalu, 12 partai politik res-mi menyerahkan laporansumbangan dana kampa-nye kepada Komisi Pe-milihan Umum (KPU).

    Namun, dari beberapa laporan tersebut,

    beberapa pihak menilai laporan tersebutbelum mencerminkan transparansi partaipolitik terhadap posisi keuangan pesertapemilu. Sebenarnya mengapa laporan sum-

    bangan dana kampanye itu penting dil-aporkan, dan mengapa transparansi terse-

    but harus dijunjung tinggi? Pertanyaantersebut sering dilupakan oleh partai poli-tik, dan cenderung asal-asalan dalam mel-aporkan.

    Dalam prosesi politik seperti Pe-milu, biarpun bukan merupakan faktoryang utama, uang bisa jadi pendukung

    kemenangan bagi peserta pemilu dalamkontestasinya. Bahkan, terkadang uang

    bisa berubah posisi menjadi faktor utamapenentu kemenangan.

    Tidak dapat dipungkiri, dari data BankIndonesia, setiap kali pelaksanaan Pemilu

    perputaran uang meningkat tajam daripa-da sebelumnya. Bahkan, data Pusat Pel-aporan dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK) menyebut selama tahun 2013,

    banyak transaksi yang mencurigakantelah terjadi.

    Namun, semua itu seperti samar saat

    partai politik melaporkan dana sumban-gannya kepada KPU. Dari data tersebuttidak terlihat bagaimana data yang digam-

    barkan oleh BI dan PPATK tersebut. Arti-nya, laporan yang tertulis ternyat tidaksesuai dengan realitas yang ada.

    Indonesian Corruption Watch (ICW)mengungkapkan bahwa pentingnyatransparansi dana kampanye, agar ma-syarakat dapat melihat dan meyakinkantidak ada potensi korupsi serta tindak

    pidana pencucian yang terjadi.Apa hubungannya tindak pidana ko-

    rupsi dan pencucian uang dengan tuntu-

    tan tranparansi dana kampanye? Tidakbisa dipungkiri dan ternyata bukan secarakebetulan tindak pidana korupsi dan pen-cucian uang meningkat jelang pemilu.

    Dugaanya ada pihak-pihak yang meng-gunakan uang negara untuk kepentingan

    politik dan sebagainya.

    Wakil Koordinator ICW Ade Irawanmengatakan, dari hasil penelitiannya,

    jelang kampanye Pemilu Tahun 2014, po-tensi penyalahgunaan uang negara, dan

    tindak pidana pencucian uang semakinberpeluang terjadi.Patut diawasi adalah penggunaan APBNdan APBD yang rawan disalahgunakanuntuk kampanye para Caleg. Penyalahgu-naan tersebut tidak terlalu terlihat karena

    diselimuti oleh program-program pemer-intah, tuturnya.

    Koordinator Divisi Politik ICWAbdullah Dahlan bahkan mengatakan

    laporan dana kampanye yang disampai-kan oleh partai politik tidak jujur dan ti-dak sesuai kenyataan. Bisa dibayangkan,

    sebesar 93 persen laporan sumbanganberbentuk jasa, yang sangat sulit untukdiaudit oleh lembaga manapun.Jika sejak awal sudah dibangun tidak

    jujur, maka dipastikan ke depan, anggotadewan yang terpilih juga akan mencip-takan kondisi politik yang tidak sehat dan

    penuh intrik, tambahnya.Ketidaktransparanan laporan sumban-

    gan dana kampanye, juga dapat mengin-dikasikan bahwa caleg-caleg yang mel-aporkan sumbangannya tersebut secaratidak jujur, karena hanya melaporkansumbangan jasa. Ini penting jadi perha-tian, mengingat masyarakat sudah sema-kin cerdas dan kritis.

    Selain itu, laporan sumbangan danakampanye hanya mencerminkan partai

    politik yang sekadar memenuhi formali-tas belaka. Laporan ini tidak dianggapsebagai bentuk tanggung jawab merekaterhadap masyarakat yang kelak akan me-milih mereka.

    Oleh sebab itu, ICW menghimbauagar semua partai politik dan caleg tidakterjebak pada pragmatisme dalam laporandana kampanye, karena pada nantinya

    mereka akan memiliki beban dan akh-irnya terjadi praktik penyelewengan ang-garan negara.

    [FS]

    Patut diawasi adalah

    penggunaan APBN dan APBD

    yang rawan disalahgunakan

    untuk kampanye para Caleg.

    Penyalahgunaan tersebut

    tidak terlalu terlihatkarena diselimuti oleh program-

    program pemerintah

    TEMPO/S ETO WARDHANA

    Abdullah Dahlan - ICW Ade Irawan - ICW

    ANTARA/ROSA PANGGABEAN

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    21/28

    21

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Masa sekarang pasca runtuhnya

    otoritarianisme Orde Baru,

    demokrasi merupakan pilihan

    terakhir (the last resort) yang eksisten-

    sinya pada waktu itu sejumlah partai

    politik yang telah membajak demokrasi

    dengan berbagai cara : manipulasi pemilu,

    pelanggaran pemilu serta munculnya

    kelompok-kelompok intoleran yang

    semakin mendelegitimasi demokrasi diIndonesia. Ulah pelanggaran pemilu ini

    sebagiannya disebabkan kultur menera-

    bas peraturan dan etika demokrasi yang

    sudah melewati ambang batas konstitu-

    sional. Banyak kalangan yang mengalami

    intelectual fatique atas situasi demokrasi

    belgeddes di Indonesia saat ini dan mulai

    melirik sistem lain yang berasal dari pe-

    mikiran primordial. Demokrasi belgeddes,

    yang pertama dikemukakan oleh Abdul

    Hamid (2013) dari The Reform Institute,

    adalah demokrasi yang semakin entropisdi tengah maraknya apatisme rakyat untuk

    berpartisipasi di dalam pemilu yang sema-

    kin hari semakin berkurang kualitasnya,

    karena sistem pengawasan Pemilu pada

    saat itu yang belum mapan.

    Tulisan ini ingin melihat sistem lain

    dengan mengambil contoh negara Islam

    lain di jantung Eropa: Spanyol zaman

    Islam (Islamic Spain). Negeri Muslim

    dan umat Muslim di Spanyol merupakan

    salah satu wilayah yang paling jauh

    dari jantung dunia Islam, tetapi sangat

    toleran. Bernard Lewis menunjukkan

    bahwa Islam yang lebih awal itu, ternyata

    cenderung lebih toleran dibanding Islam

    yang lebih belakangan. Pada masa Islam

    awal itu, banyak pergaulan sosial yang

    berlangsung dengan lancar antara kaum

    Muslim, Kristen, dan Yahudi. Meskipun

    menganut agama-agama yang berbeda,

    mereka membentuk sebuah masyara-

    kat yang tunggal, di mana perkawanan

    antarpribadi, kemitraan dalam bisnis,

    hubungan guru-murid dalam kehidupan

    ilmu pengetahuan, dan bentuk-bentuk lainkegiatan bersama berlangsung normal dan

    bahkan sangat umum.

    Kerja sama kultural ini tampak dalam

    banyak cara. Orang-orang Islam, Kristen,

    dan Yahudi hidup dalam suasana penuh

    peradaban, saling hormat, dan saling

    mengembangkan ilmu pengetahuan dan

    seni budaya. Tidak ada sedikit pun dis-

    kriminasi. Karena itu, masalah pluralisme

    adalah masalah bagaimana kaum Muslim

    mengadaptasikan diri mereka dengan

    dunia modern.

    Hal ini pasti akan melibatkanmasalah-masalah bagaimana mereka

    memandang dan menilai sejarah Islam,

    dan bagaimana mereka melihat dan me-

    nilai perubahan dan keharusan membawa

    masuk nilai-nilai Islam yang normatif dan

    universal ke dalam dialog dengan realitas

    ruang dan waktu.

    Sejarah kaum Muslim, seperti halnya

    sejarah komunitas umat manusia mana-

    pun, selalu memiliki potensi untuk

    membuat kesalahan atau berbelok dari

    jalan yang benar. Selain karena truismesederhana seperti yang dikatakan penyair

    Inggris Alexander Pope, yakni bahwa

    berbuat salah itu manusiawi, semua

    sejarah jelas dengan sendirinya adalah

    sejarah manusia, dan tidak ada seorang

    manusia biasa pun yang sakral dan suci.

    Singkatnya, manusia pada dasarnya

    baik, tetapi ia juga lemah. Berkaitan

    dengan kelemahan ini, manusia memiliki

    potensi untuk mengubah dirinya menjadi

    seorang tiran, kapan saja ia memandang

    dirinya serba berkecukupan dan tidak lagi

    membutuhkan manusia-manusia lain.

    Terhadap prinsip ini, harus juga

    ditambahkan ajaran Islam yang sangat ter-

    kenal bahwa pada mulanya umat manusia

    adalah satu dan bahwa semua orang pada

    dasarnya sederajat. Dalam hal ini, kaum

    Muslim klasik seperti di Spanyol ini telah

    berhasil sepenuhnya menginternalisasikan

    konsepsi mengenai manusia yang positif

    dan optimistik seperti disebutkan di atas.

    Sebuah konsepsi yang kemudian menja-

    dikan mereka komunitas yang demikian

    kosmopolit dan universalisnya, sehinggamereka bersedia belajar dan menerima

    segala yang bernilai dari pengalaman-

    pengalaman komunitas lain.

    Demikianlah, peran kaum Muslim

    yang awal sebagai salah satu di antara

    beberapa komunitas yang menginternasi-

    onalisasi ilmu pengetahuan. Dalam setiap

    peradaban, orang-orang tertentu meneliti

    pada alam itu sendiri sebab-sebab peruba-

    han yang menggejala, bukan pada kem-

    auan manusia atau luar manusia. Meski-

    pun demikian, sebelum orang-orang Arab

    mewarisi lsafat alam Yunani dan alkeniCina, kemudian meneruskannya ke Barat,

    tidak ada badan tunggal ilmu pengetahuan

    alam yang diteruskan dari satu peradaban

    ke peradaban lain.

    Sebaliknya, dalam setiap peradaban,

    penelitian tentang alam mengikuti jalan

    sendiri-sendiri. Para lsuf Yunani dan

    Cina memberi penjelasan yang berbeda

    tentang dunia sik yang sama. Sebagian

    besar hasil usaha itu pertama-tama diserap

    oleh Islam, yang dari tahun 750 M hingga

    akhir Zaman Tengah terbentang dari Spa-nyol hingga Turkestan. Orang-orang Arab

    menyatupadukan badan ilmu pengetahuan

    yang luas itu dan menambahnya.

    Dalam kesepakatan lain, hal senada

    yang juga dikemukakan demikian: adalah

    kelebihan orang-orang Arab bahwa,

    meskipun mereka merupakan para

    pemenang secara militer dan politik, me-

    reka tidak memandang peradaban negeri-

    negeri yang mereka taklukkan dengan

    sikap menghina, bahkan Islam menghor-

    mati pluralitas dan menghargai kultur

    masyarakat yang ada. Sebagai ilustrasi,

    segera setelah diketemukan, kekayaan

    kebudayaan Syiria, Persia, dan Hindu

    mereka salin ke dalam bahasa Arab. Para

    khalifah, gubernur, dan tokoh-tokoh

    yang lain menyantuni para sarjana yang

    melakukan tugas penerjemahan, sehingga

    kumpulan ilmu bukan-Islam (non-Islamic

    learning) yang luas dapat diperoleh dalam

    bahasa Arab. Semangat pluralisme dikem-

    bangkan dan toleransi ditegakkan dengan

    kasanah intelektual yang diperkaya.

    Demokrasi dan Islam

    Wacana Liberalisme dan Implikasi Sosial-Politiknya bagi IndonesiaOleh : Al Chaidar

    (Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh)

    bersambung

  • 7/23/2019 buletinbawaslu201401

    22/28

    22

    BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

    Kelembagaan Bawaslu Provinsi Gorontalo Diperkuat

    Tiga Pejabat Struktural

    Eselon IV Dilantik

    Bawaslu Peringatkan Peserta PemiluSikap tegas ditempuh Badan Penga-

    was Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi

    Gorontalo. Seiring maraknya penayangan

    iklan kampanye di media massa saat ini,

    badan yang bertugas mengawasi pemilu itu

    mengeluarkan teguran tegas. Teguran terse-

    but berupa somasi yang ditujukan kepada

    partai politik (parpol) peserta pemilu serta

    calon anggota legislatif (caleg) DPR,DPD

    dan DPRD.

    Dalam Surat Peringatan tertanggal 8

    Januari 2014 tersebut ditegaskan, peserta

    pemilu dan para caleg DPR,DPD dan DPRD

    agar segera menghentikan atau menarik iklan

    kampanye pemilu di media massa cetak dan

    elektronik, paling lambat Sabtu (11/1) men-

    datang.

    Apabila sampai dengan Senin, 13 Janu-ari mendatang, peserta pemilu atau caleg

    DPR, DPD dan DPRD masih memasang

    iklan kampanye di media massa dan elek-

    tronik, maka Bawaslu akan menindak lanjuti

    melalui Sentra Penegakan Hukum Terpadu

    (Gakumdu) berdasar ketentuan berdasar ke-

    tentuan perundang-undangan yang berlaku,

    tegas Ketua Bawaslu Provinsi Gorontalo

    Hasyim M Wantu didampingi Anggota Ba-

    waslu Siti Haslina Said.

    Menurut Haslina Said, berdasarkan hasil

    inventarisasi dan kajian Bawaslu, penayan-

    gan iklan kampanye oleh peserta pemilu dan

    caleg telah melanggar ketentuan dan per-

    aturan yang berlaku, yakni pasal 276 pasal 91

    (3) Undang-Undang No.8 tahun 2012 tentang

    Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD. Bah-kan, kata Haslina, penayangan iklan kampa-

    nye tersebut sudah mengarah kepada indikasi

    pidana pemilu.

    Sejak beberapa waktu lalu, kami sudah

    mengadakan sosialisasi baik kepada peserta

    pemilu, caleg maupun di kalangan media

    dan perguruan-perguruan tinggi terkemuka

    di Gorontalo berkaitan ketentuan iklan kam-

    panye. Sehingga setelah kurun waktu yang

    cukup panjang itu, Bawaslu saat ini mulai

    melakukan penindakan, kata Haslina.

    Oleh karena itu Ketua Bawaslu Goronta-

    lo dan Siti Haslina Said selaku Anggota Ba-

    waslu menghimbau peserta pemilu dan caleg

    agar kiranya dapat mengikuti ketentuan yang

    berlaku. (FS/BawasluGorontalo)

    2014 adalah tahun politik. Olehnya, seluruh jaja-ran Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU)

    Provinsi Gorontalo, diminta untuk bekerja dengan

    optimal dan netral. Hal ini disampaikan oleh ketua

    Bawaslu Provinsi Gorontalo, Hasyim M Wantu, dalam

    pelantikan dilingkungan Bawaslu Provinsi Gorontalo,

    Jumat (10/1) kemarin.

    Hasyim meminta pejabat yang dilantik bisa

    bekerja dengan baik dan tetap mengedepankan netrali-

    tas sebagai aparat pemerintah. Tugas dari Bawaslu

    tidak hanya mengawasi peserta partai politik, tetapi

    mengawasi diri kita sendiri untuk tidak terlibat dalam

    politik. Karena PNS harus netral. Saya yakin pejabat

    yang baru dilantik ini, bisa menjalankan amanah yang

    diberikan, dan bekerja dengan sungguh-sungguh serta

    sesuai tupoksi, ungkapnya.

    Adapun pejabat eselon IV yang dilanti1k yakni

    Abdul Munir Sj Rauf S.Sos sebagai Kasubag Teknis

    Penyelenggaraan Pengawas Pemilu, Irma Soraya A.

    Monoarfa, SE sebagai Kasu