cadangan kerugian penurunan nilai
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
1/20
Regulasi Manajemen Resiko dan Penerapan CKPN
Perbankan
Nama : Krisna Adiputera
NIM : 12030110400073
Program Studi Magister Aakuntansi
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
2/20
Regulasi Manajemen Resiko dan Penerapan CKPN
Perbankan
Pendahuluan
Bank merupakan sebuah institusi yang memiliki ijin perbankan dalam hal ini
menerima simpanan dari pihak ketiga, menyalurkan kredit, menerbitkan dan menerima
cek. Perusahaan jasa keuangan merupakan sebuah institusi yang menawarkan produk
keuangan seperti mortage, dana pensiun, asuransi, dan obligasi.
Bank merupakan bagian atau subset dari perusahaan jasa keuangan yang dalam
pelaksanaan operasional mempunyai peluang memperoleh hasil yang tidak diharapkan
(bad outcome) atau mengalami risiko potensi kerugian. Risiko-risiko yang muncul
dalam operasional perbankan antara lain seperti Risk Event yaitu terjadinya peristiwa
yang mengakibatkan potensi kerugian, Risk Loss yaitu potensi kerugian baik secara
finansial atau non-finasial baik langsung maupun tidak langsung akibat risk event, serta
Risiko sistemik (Systemic Risk) yaitu Risiko yang disebabkan akibat kegagalan bank
yang menghasilkan kehancuran ekonomi secara keseluruhan dan bukan hanya
mengakibatkan kerugian pada pegawai, nasabah, dan pemegang saham.
Untuk mengatasi risiko yang mungkin timbul karena adanya risiko yang melekat
dalam sistem perbankan dibutuhkan sebuah regulasi yang mengatur operasional bank.
Risiko sistemik dapat dipicu oleh faktor sebagai berikut :
1. Faktor likuiditas yaitu kemampuan bank mendanai aktiva dan memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo. Bank yang likuis adalah bank yang dapat memenuhi penarikan
simpanan dalam jumlah wajar. Sebagai contoh faktor rush yang disebabkan oleh
persepsi negatif yang terbentuk di masyarakat.
2. Faktor solvabilitas yaitu kemampuan membayar setiap klaim ketika jatuh tempo
dalam hal ini solvabilitas merupakan modal bank yang merupakan sumber dana
untuk menyerap potensi kerugian. Bank yang solvabel merupakan bank yang dapat
bertahan dari kerugian yang wajar akibat macet atau siklus ekonomi. Untuk menjaga
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
3/20
kerugian akibat risko kredit yang macet bank harus membuat Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai (CKPN)
3. Faktor gejolak ekonomi yang disebabkan oleh gejolak eksternal (bencana alam,
kejadian akibat perbuatan manusia) untuk mengatasi masalah ini setiap bank
menbentuk tim Business Continue Plan (BCP) yang memastikan operasional
perbankan jika terjadi hal tersebut. Kesalahan pengelolaan ekonomi yang
menimbulkan gejolak ekonomi yang besar seperti kenaikan default rate yang
ditandai peningkatan pengangguran, kenaikan suku bunga dan rating kredit
perusahaan yang dipengaruhin pemburukan ekonomi secara cepat.
4. Perkembangan pasar perbankan International dipicu adanya investasi negara surplus
USD (negara kaya minyak) ke negara yang defisit. Hal ini meningkatkan kompetisi
dan supervisor harus memastikan bank international memiliki modal yang cukup.
Regulasi Perbankan
Regulasi perbankan diatur oleh Bank for International Settlement (BIS) yang
mengatur ketentuan seberapa besarnya modal minimun yang harus dimiliki oleh bank.
Pada tahun 1988 Basel Supervisory Committe (BSC) atau The Basel Comittee on
Banking Supervision (BCBS) menghasilkan suatu kesepakatan yang diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan perbankan, yaitu metodologi umum untuk pengukuran risiko
dan perhitungan kebutuhan modal minimum (risk-based capital) yang mengahruskan
Tingkat Modal harus sebanding dengan tingkat risiko yang diambil.
Sebelum era Basel tingkat modal dan likuiditas ditetapkan sembarang (fairly
arbitrary)oleh supervisor. Modal sering dikaitkan dengan persentase tertentu dari kredit
tidak dikaitkan risiko yang diambil bank sehingga terjadi suatu missing link antara
modal dan risiko.
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
4/20
Tabel 1. Perkembangan Basel
Regulasi Cakupan Resiko Keterangan
CAR = Modal / ATMR
CAR minimum 8 %CAR = Modal / (ATMR + 12,5 MRCC)
CAR minimum 8 %
Risiko Kredit Pilar 1 - Kecukupan Modal Minimum
Risiko Pasar CAR = Modal / (ATMR + 12,5 (MRCC+ORCC))
Risiko Operasional CAR minimum 8 %
Other Risk
Residual Risk
Interest Rate Risk in Banking book
Credit Consentration Risk
Pilar 3 - Disclosure
Pilar 2 - Review oleh Supervisor
Basel I 1988
Market Risk
Amendment 1996
Basel II 2004
Risiko Kredit
Risiko Pasar
MRCC : Market Risk Capital Charge
ORCC : Operational Risk Capital Charge
Cakupan Risiko, antara lain :
1. Other Risk terdiri dari risiko bisnis, risiko reputasi, risiko strategik :
Risiko bisnis berkaitan dengan posisi kompetitif dan prospek bank dalam
menghasilkan keuntungan. Mencakup prospek jangka pendek dan jangka
panjang atas produk atau jasa yang dimiliki bank saat ini.
Risiko strategik berkaitan dengan keputusan bisnis jangka panjang. Mencakup
memilih investasi, akuisisi, dan divestasi.
Risiko reputasi berkaitan dengan opini publik yang negatif, termasuk publikasi
negatif atas sekot perbankan secara keseluruhan
2. Risiko pasar merupakan risiko kerugian atas posisi neraca dan rekening
administratif (on- and off-B/S)yang muncul akibat perubahan (adverse movement)
harga pasar seperti suku bunga, nilai tukar, harga saham, dan harga komoditas.Risiko pasar terdiri dari risiko spesifik dan risiko umum, sebagai berikut:
Risiko spesifik yaitu risiko perubahan harga pasar suatu surat berharga akibat
faktor yang berlaku secara bagi sekuritas atau penerbit yang bersangkutan.
Risiko umum yaitu risiko perubahan harga pasar surat berharga akibat faktor
yang berlaku bagi seluruh instrumen. Risiko umum dibedakan dalam 4 kategori
yaitu risiko suku bunga, nilai tukar, saham, dan komoditas.
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
5/20
3. Risiko Operasional yaitu risiko kerugian yang timbul akibat ketidak-cukupan atau
kegagalan proses internal, manusia, dan sistem atau dari peristiwa eksternal
termasuk risiko hukum (IPSEL) Internal Process, People, System, External Event,
Legal. Secara sepintas Risiko Operasional ini hampir sama dengan Other Risk tetapi
berbeda.
Dalam Basel II mendefinisikan risiko operasional dan juga cakupannya. Bank
diminta mengkuantifikasi potensi kerugian dan mengimplementasikan prosedur
manajemn untuk memitigasi risiko operasional.
Sesuai dengan Pilar 1 Basel II, untuk pertama kalinya bank diminta
mengkuantifikasi dan mengalokasikan modal regulasi untuk menutup potensi
kerugian akibat risiko operasional seperti halnya risiko kredit dan pasar.
4. Risiko Kredit merupakan risiko kerugian akibat kemungkinan lawan transaksi
(counterparty) gagal memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, atau risiko kerugian
akibat peminjam tidak dapat membayar seluruh utangnya.
Dalam perkembangannya perbankan sekarang menggunakan Basel II yang
merupakan pengembangan dari Basel I yang mempunyai kelemahan, sebagai berikut :
1.
Basel Capital Accord 1988 mengabaikan kualitas kredit, karena seluruh eksposur
kredit kepada corporate counterparties dikenakan bobot resiko sebesar 100% tanpa
memperhatikan kualitas kredit dari masing-masing counterparty.
2. Basel Capital Accord 1988 mengabaikan efek diversifikasi, karena bank pada
dasarnya dapat mengurangi total resiko yang dihadapinya dengan
mendiversifikasikasi eksposur kreditnya ke berbagai jenis industri dan atau negara.
Contoh: bank yang banyak menyalurkan kredit di sektor perdagangan dikenakan
bobot resiko yang sama.3. Basel Capital Accord 1988mengabaikan proteksi terhadap resiko pasar, karena
pada dasarnya perhitungan modal minimum hanya didasarkan pada perhitungan
resiko kredit, dan belum mensyaratkan bank mencadangkan modal untuk menutup
potensi dari resiko pasar.
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
6/20
Tabel 2. Perbandingan Basel I dan Basel II
Basel I Basel II
Fokus pada pengukuran tunggal Fokus pada metodologi internal
Memiliki pendekatan yang
sederhana terhadap sensivitas risiko
Memilik sensivitas yang lebih tinggi
terhadap risiko
Menggunakan pendekatan one size
fits all untuk risiko dan modal
Lebih fleksibel dalam memenuhi
kebutuhan yang berbeda dari bank
Dalam hal pelaksanaan dan Imlpelmentasi menjadi tanggung jawab Supervisor
National.
Risiko Kredit
Untuk memitigasi risiko kredit diperlukan teknik dan kebijakan dalam
pengelolaan kredit untuk meminimalisir probalilitas atau konsekuensi atas kerugian
kredit, mitigasi risiko kredit mencakup :
1. Grading Model digunakan untuk menemukan probalitas default (PD Probalit of
default). Model ini dapat dijadikan sarana untuk memastikan bahwa portofoliokredit bank tidak terkonsentrasi pada kredit berkualitas buruk yang memiliki
probabilitas default tinggi.
2. Manajemen Portofolio Kredit ditujukan untuk menghindari konsentrasi kredit atau
agar portofolio kredit terdeversifikasi sehingga risiko defaul menajdi rendah.
3.
Sekurutisasi sebagian portofolio kredit untuk bank dipaket untuk kemudian dijual
kepada investor dalam bentuk sekuritas (surat berharga).
4. Kolateral merupakan aset yang diserahkan peminjam sebagai jaminan kredit atau
pinjaman.
5. Pemantauan arus kan bertujuan untuk membatasi tingkat eksposur (exposur at
default EAD) dan memastikan nasabah cepat tanggap terhadap perubahan
lingkungan usaha.
6. Recovery Management untuk mengurangi kerugian yang akan diderita bank bila
terjadi default (loss given default LGD)
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
7/20
Jenis Risiko Kredit Mencakup :
1. Sovereign credit risk yaitu risiko kerugian akibat kemungkinan pemerintah suatu
negara gagal membayar bunga atau pokok utangnya.2.
Corporate credit risk yaitu risiko kerugian akibat suatu perusahaan gagal (default)
memenuhi kewajiban utangnya. Risiko kredit korporasi merupakan kategori risiko
paling penting bagi bank karena peran utama bank sebagai intermediasi keuangan.
3. Retail Customer Credit Risk mempunyai dua area risiko kredit personal yaitu kredit
dengan agunan dan kredit konsumer tanpa agunan (berbasis kartu kredit).
4.
Traded Markets Counterparty Credit Risk merupakan risiko yang timbul akibat
lawan transaksi tidak segera membayar sejumlah kewajiban sesuai transaksi.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
Dalam regulasi perbankan Indonesia yang dibuat mengacu kepada PSAK 50 dan
55 untuk mengatasi risiko kerugian kredit yang disebabkan terjadi akibat kemungkinan
lawan transaksi (counterparty) gagal memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, atau
risiko kerugian akibat peminjam tidak dapat membayar kembali seluruh utangnya bank
harus menentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai selanjutnya disebut sebagai
CKPN.
Dalam rangka menyelaraskan standar akuntansi keuangan khususnya untuk
perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan market discipline yang
disesuaikan dengan penerpan regulasi Basel II, Bank Indonesia berinisiatif melakukan
kerjasama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk menyusun standar akuntansi
keuangan yang mengadopsi IAS 39 dan IAS 32. Penyusunan dilakukan dengan
melibatkan perwakilan perbankan, Departemen Keuangan, Bapepam, dan lembagaterkait lainnya.
PSAK Nomor 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan
Pengungkapan yang menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu, dan PSAK
Nomor 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang
menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
8/20
PSAK 50 dan PSAK 55 PSAK 50 mengatur tentang penyajian dan
pengungkapan instrumen keuangan sementara PSAK 55 mengatur tentang pengakuan
dan pengukuran instrumen keuangan. Batas implementasi kedua PSAK tersebut adalah
1 Januari 2009. Hal yang cukup krusial dari kedua PSAK tersebut bagi bank adalah
bahwa, kredit sebagai asset bank digolongkan pada Loan and Receivables yang mana
valuasinya adalah dengan cara amortized cost, hal ini membawa konsekuensi bahwa
nilai kredit (dalam hal ini asset bank) akan dipengaruhi oleh proyeksi cashflow dari
asset tersebut, sehingga kredit yang dikenakan bunga dibawah bunga pasar akan
terdiskon menjadi lebih kecil dari harga perolehannya (kredit yang dikucurkan); Selain
itu sistem akuntansi baru ini memperkenalkan Impairment sebagai padanan
PPAP/Provisi kredit, hanya saja jika pada PPAP sudah ada ketentuannya (Kol. 1 = 1%,
Kol. 2 = 5% dan seterusnya) disini impairment sifatnya musti diperhitungkan per kasus
berdasarkan probabilitas suatu kredit/kasus menjadi default.
Disatu sisi kredit yang kualitasnya baik (kelancaran pembayaran dan prospek
usaha oke) akan mengecil provisi (atau dalam hal ini impairment)nya; sementara disisi
lain kredit yang kualitasnya kurang baik akan menjadi semakin besar provisinya.
PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) yang mulai diterapkan pada 1 Januari 2010 dan
akan diterapkan penuh pada 31 Desember 2011 ini merupakan laporan keuangan yang
mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai "Recognition and
measurement of financial instrument" dan IAS 32 mengenai "presentation and
disclousures of financial instrument".
Dalam pelaksanaan regulasi PSAK 50 dan 55 ini banyak dikeluhkan oleh
perbankan, khususnya PSAK 55, karena bank harus melakukan penilaian debitur
berdasarkan data historis t iga tahun ke belakang dan kewajiban membuat pencadangan
kredit bermasalah pada hari dimana dia melaporkan laporan keuangannya.
Permasalahan atau kendala bagi bank-bank lokal yakni perubahan mekanisme
pencadangan yang dahulu memakai PPAP namun sekarang menggunakan perhitungan
pembentukan CKPN. Tujuan pembentukan CKPN adalah untuk menganulir klasifikasi
kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berdasarkan lima kolektibilitas (lancar,
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
9/20
meragukan, kurang lancar, dalam pengawasan dan macet) yang diukur dari ketepatan
pembayaran, neraca keuangan dan prospek usaha.
Kendala-kendala yang menghambat penerapan PSAK 50-55 yakni pengukuransecara individual (impairment, kendala menghitung future cash flow debitur dengan
pertimbangan recovery aset, support group dan dalam menentukan discount rate untuk
menghitung "Present Value" (nilai saat ini).
Tabel 3. Ruang Lingkup IAS 39/SY
Within scope of IAS 32 & 39 Within scope of IAS 32 only Out of scope
Debt and equity investments Investments in subsidiaries,
associates and joint ventures
Loans and receivables Lease receivables
Own debt Own equity Lease payables
Tax balances
Employee benefits
Cash and cash equivalents
Derivatives e.g: IRS
Currency forwards/swaps
Purchased/written options
Commodity contracts
Collars/caps
Credit derivatives
Cash or net share
settleable
Derivatives on own shares
Derivatives on own shares
settled only by delivery of a
fixed number of shares for a
fixed amount of cash.
Own use commodity contracts
Financial guarantess
Derivatives on subsidiaries,
associates and joint ventures
Embedded derivatives
Loan commitments held for Other loan commitments
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
10/20
Nilai Tercatat
Aset Keuan an
NPV Projected Cash
Flow
KerugianPenurunan Nilai
(impairment loss)
vs
trading
Insurance contracts
Tabel 4 Subsequent Measurement Financial Assets
Financial Assets Measurement Changes in
Carrying Amount
Impairment test (if
objective evidence)
Financial assets at FV
through P/L
Fair Value Income Statement No
Loans andReceivables
Amortised Cost Income Statement Yes
Held to Maturity
Investments
Amortised Cost Income Statement Yes
AFS Financial Assets Fair Value Equity Yes
Seperti yang sudah dijelaskan diatas Penurunan Nilai dalam penerpan PSAK 50 dan 55
CKPN dibentuk dengan memprediksi future cashflow dengan menggunakan fair value
dan tidak tertagihnya aset keuangan, dengan cara sebagai berikut :
1. Terdapat Bukti Obyektif atas penurunan nilai
2. Evaluasi penurunan dilakukan setiap Tanggal Neraca
Pengukuran Penurunan Nilai
Gambar 1. Pengukuran Penurunan Nilai
Kerugian Penurunan Nilai dihitung dengan membandingkan nilai tercatat aset keuangan
dan NPV Projected Cash Flow aset keuangan tersebut, dengan discount factor
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
11/20
berdasarkan suku bunga efektif aset keuangan dimaksud. Selisih kurang NPV Projected
Cash Flow terhadap nilai tercatat aset keuangan merupakan Kerugian Penurunan Nilai.
Contoh perhitungan penurunan nilai.
Kredit diukur pada harga perolehan diamortisasi (ilustrasi Kredit Investasi) Tanggal 1
Januari 2008, Bank XYZ memberikan kredit kepada Debitur ABC sbb.
Tabel 5. Perhitungan Kredit
Tujuan kepemilikan Diukur pada harga perolehan diamortisasi
Maksimum kredit Rp. 100.000.000.000
Jangka waktu 2 tahun atau 24 bulan
Jenis kredit Investasi untuk pembelian mesin
Bunga 15%/tahun atau 1,25%/bulan
Provisi 0,1 % atau Rp. 100.000.000
Jadwal angsuran pokok Semester I 2008
Semester II 2008
Semester I 2009
Semester II 2009
Rp. 25.000.000.000
Rp. 25.000.000.000
Rp. 25.000.000.000
Rp. 25.000.000.000
Beban bank yang dapat diatribusikan secara langsung Rp. 20.000.000
Pelunasan kredit dilakukan diakhir periode kredit
Bank membebankan fee pengelolaan rekening sebesar Rp.20.000/bulan
Tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat diatribusikan secaralangsung pada kredit di Bank XYZ sebesar Rp. 20.000.000
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
12/20
No Tahun Est im asi Nilai Tercatat Suku Angsuran Tagihan Am ort isasi Nilai Tercatat
Trx Arus Kas Aw al Bunga Pokok Bunga dengan Akhir
Kred i t Efekt if (EIR) EIR Kredit
A B C D E = D X EIR F G = p x i H = E - G I = D+E +F+G
1 1-Jan-08 (99,920,000,000) 99,920,000,000
2 31-Jan-08 1,250,000,000 99,920,000,000 1,254,982,050 (1,250,000,000) 4,982,050 99,924,982,050
3 28-Feb-08 1,250,000,000 99,924,982,050 1,255,044,624 (1,250,000,000) 5,044,624 99,930,026,674
4 31-Mar-08 1,250,000,000 99,930,026,674 1,255,107,984 (1,250,000,000) 5,107,984 99,935,134,658
5 30-Apr-08 1,250,000,000 99,935,134,658 1,255,172,139 (1,250,000,000) 5,172,139 99,940,306,797
6 31-May-08 1,250,000,000 99,940,306,797 1,255,237,101 (1,250,000,000) 5,237,101 99,945,543,8987 30-Jun-08 26,250,000,000 99,945,543,898 1,255,302,878 (25,000,000,000) (1,250,000,000) 5,302,878 74,950,846,776
8 31-Jul-08 937,500,000 74,950,846,776 941,372,772 (937,500,000) 3,872,772 74,954,719,547
9 31-Aug-08 937,500,000 74,954,719,547 941,421,413 (937,500,000) 3,921,413 74,958,640,960
10 30-Sep-08 937,500,000 74,958,640,960 941,470,666 (937,500,000) 3,970,666 74,962,611,626
11 31-Oct-08 937,500,000 74,962,611,626 941,520,537 (937,500,000) 4,020,537 74,966,632,163
12 30-Nov-08 937,500,000 74,966,632,163 941,571,034 (937,500,000) 4,071,034 74,970,703,197
13 31-Dec-08 25,937,500,000 74,970,703,197 941,622,166 (25,000,000,000) (937,500,000) 4,122,166 49,974,825,362
14 31-Jan-09 625,000,000 49,974,825,362 627,677,230 (625,000,000) 2,677,230 49,977,502,592
15 28-Feb-09 625,000,000 49,977,502,592 627,710,855 (625,000,000) 2,710,855 49,980,213,447
16 31-Mar-09 625,000,000 49,980,213,447 627,744,903 (625,000,000) 2,744,903 49,982,958,350
17 30-Apr-09 625,000,000 49,982,958,350 627,779,379 (625,000,000) 2,779,379 49,985,737,729
18 31-May-09 625,000,000 49,985,737,729 627,814,288 (625,000,000) 2,814,288 49,988,552,017
19 30-Jun-09 25,625,000,000 49,988,552,017 627,849,635 (25,000,000,000) (625,000,000) 2,849,635 24,991,401,651
20 31-Jul-09 312,500,000 24,991,401,651 313,888,716 (312,500,000) 1,388,716 24,992,790,367
21 31-Aug-09 312,500,000 24,992,790,367 313,906,158 (312,500,000) 1,406,158 24,994,196,525
22 30-Sep-09 312,500,000 24,994,196,525 313,923,819 (312,500,000) 1,423,819 24,995,620,344
23 31-Oct-09 312,500,000 24,995,620,344 313,941,702 (312,500,000) 1,441,702 24,997,062,046
24 30-Nov-09 312,500,000 24,997,062,046 313,959,810 (312,500,000) 1,459,810 24,998,521,855
25 31-Dec-09 25,312,500,000 24,998,521,855 313,978,145 (25,000,000,000) (312,500,000) 1,478,145 (0)
Net Cash Flows 18,830,000,000 18,830,000,000 (100,000,000,000) (18,750,000,000) 80,000,000
25,000,000,000
Suku Bunga Efektif Awal 1.256%
(Original Effective Interest Rate / EIR)
Keterangan
p = pokok
i = suku bunga kontraktual
Tabel 6. Tabel Perhitungan
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
13/20
Jurnal Transaksi
a. Tanggal 1 Januari 2008, pada saat penandatanganan perjanjian kredit/akad kredit
(1) Menerima provisi kredit dari nasabah
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 100.000.000
Kr. Kredit - amortised cost Rp. 100.000.000
(2) Pembayaran beban yang dapat diatribusikan
Db. Kredit - amortised cost Rp. 20.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 20.000.000
(3) Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit
Db. Rekening lawan - fasilitas kredit yang belum
digunakan
Rp. 100.000.000.000
Kr. Kewajiban komitmen - fasilitas kredit yang belum
digunakan
Rp. 100.000.000.000
(4) Pada saat penarikan kredit oleh debitur
Db. Kredit - amortised cost Rp. 100.000.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 100.000.000.000
Bersamaan dengan itu dilakukan jurnal untuk mengurangi kewajiban komitmen fasilitas
kredit yang belum digunakan debitur.
Db. Kewajiban komitmen - fasilitas kredit yang belum
digunakan
Rp. 100.000.000.000
Kr. Rekening lawan - fasilitas kredit yang belum
digunakan
Rp. 100.000.000.000
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
14/20
b. Tanggal 31 Januari 2008, pada saat pembebanan fee kelolaan rekening, bunga
kepada nasabah dan amortisasi berdasarkan suku bunga efektif
(1) Pada saat pembebanan fee kepada debitur
Db. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
Kr. Pendapatan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
(2) Pada saat menerima setoran fee dari debitur
Db. Kas/Giro/Giro BI Rp. 20.000
Kr. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
(3) Pada saat pembebanan tagihan kepada debitur
Db. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima Rp. 1.250.000.000
Db. Kredit - amortised cost Rp. 4.982.050
Kr. Pendapatan bunga kredit Rp. 1.254.982.050
(4) Pada saat menerima setoran bunga dari debitur
Db. Kas/Rekening/Giro BI Rp. 1.250.000.000
Kr. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima Rp. 1.250.000.000
Jurnal transaksi untuk 3 sd 6, 8 sd 12, 14 sd 18 dan 20 sd 23 sama dengan transaksi no. 2,
dengan asumsi debitur membayar kewajibannya dengan lancar.
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
15/20
c. Tanggal 30 Juni 2008, pada saat pembebanan feekelolaan rekening, bunga kepada
nasabah dan amortisasi berdasarkan suku bunga efektif serta penerimaan angsuran
pokok
(1) Pada saat pembebanan fee kepada debitur
Db. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
Kr. Pendapatan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
(2) Pada saat menerima setoran fee dari debitur
Db. Kas/Giro/Giro BI Rp. 20.000
Kr. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
(3) Pada saat pembebanan tagihan kepada debitur
Db. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima Rp. 1.250.000.000
Db. Kredit - amortised cost Rp. 5.066.208
Kr. Pendapatan bunga kredit Rp. 1.255.066.208
(4) Pada saat menerima setoran bunga dari debitur
Db. Kas/Rekening/Giro BI Rp. 1.250.000.000
Kr. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima Rp. 1.250.000.000
(5) Pada saat pelunasan pokok kepada debitur
Db. Kas/Rekening/Giro Bi Rp. 25.000.000.000
Kr. . Kredit - amortised cost Rp. 25.000.000.000
Jurnal transaksi untuk no. 13, 19, dan 25 sama dengan transaksi no. 7, dengan asumsi debitur
membayar kewajibannya dengan lancar
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
16/20
Contoh kasus terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan nilai atas kredit :
Berdasarkan evaluasi periodik yang dilakukan bank, pada akhir September 2008
terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan nilai kredit, yaitu kegagalan debitur
membayar kewajiban bunga pada tanggal 30 September 2008.
Berdasarkan bukti obyektif tersebut, bank melakukan kembali estimasi arus kas
yang mungkin diperoleh dan selanjutnya didiskonto menggunakan suku bunga efektif
awal untuk memperoleh nilai kini atas arus kas tersebut. Selisih kurang antara nilai
tercatat kredit sebelum terdapat bukti obyektif penurunan nilai dan nilai kini estimasi
arus kas masa datang merupakan cadangan kerugian penurunan nilai yang harus
dibentuk.
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
17/20
No Tahun Estimasi Nilai Kini Nilai Tercatat Suku Angsuran Tagihan Amortisasi Nilai Tercatat
Trx Arus Kas Arus Kas Awal Bunga Pokok Bunga dengan Akhir
Kredit Efektif (EIR) EIR Kredit
A B C D E = D X EIR F G = p x i H = E - G I = D+E+F+G
1 1-Jan-08 (99,920,000,000) 99,920,000,000
2 31-Jan-08 1,250,000,000 99,920,000,000 1,255,066,208 (1,250,000,000) 5,066,208 99,925,066,208
3 28-Feb-08 1,250,000,000 99,925,066,208 1,255,129,843 (1,250,000,000) 5,129,843 99,930,196,051
4 31-Mar-08 1,250,000,000 99,930,196,051 1,255,194,277 (1,250,000,000) 5,194,277 99,935,390,328
5 30-Apr-08 1,250,000,000 99,935,390,328 1,255,259,521 (1,250,000,000) 5,259,521 99,940,649,8506 31-May-08 1,250,000,000 99,940,649,850 1,255,325,585 (1,250,000,000) 5,325,585 99,945,975,434
7 30-Jun-08 26,250,000,000 99,945,975,434 1,255,392,478 (25,000,000,000) (1,250,000,000) 5,392,478 74,951,367,912
8 31-Jul-08 937,500,000 74,951,367,912 941,442,445 (937,500,000) 3,942,445 74,955,310,357
9 31-Aug-08 937,500,000 74,955,310,357 941,491,965 (937,500,000) 3,991,965 74,959,302,322
Terdapat bukti obyektif penurunan nilai
10 30-Sep-08 937,500,000 72,569,997,965 72,569,997,965
11 31-Oct-08 72,569,997,965 911,530,746 911,530,746 73,481,528,711
12 30-Nov-08 73,481,528,711 922,980,220 922,980,220 74,404,508,931
13 31-Dec-08 28,750,000,000 27,693,295,086 74,404,508,931 934,573,507 (28,750,000,000) 934,573,507 46,589,082,439
14 31-Jan-09 46,589,082,439 585,191,984 585,191,984 47,174,274,423
15 28-Feb-09 47,174,274,423 592,542,411 592,542,411 47,766,816,834
16 31-Mar-09 500,000,000 463,920,510 47,766,816,834 599,985,165 (500,000,000) 599,985,165 47,866,801,999
17 30-Apr-09 47,866,801,999 601,241,049 601,241,049 48,468,043,048
18 31-May-09 48,468,043,048 608,793,064 608,793,064 49,076,836,112
19 30-Jun-09 500,000,000 446,869,133 49,076,836,112 616,439,938 (500,000,000) 616,439,938 49,193,276,050
20 31-Jul-09 49,193,276,050 617,902,506 617,902,506 49,811,178,556
21 31-Aug-09 49,811,178,556 625,663,801 625,663,801 50,436,842,357
22 30-Sep-09 500,000,000 430,444,479 50,436,842,357 633,522,583 (500,000,000) 633,522,583 50,570,364,940
23 31-Oct-09 50,570,364,940 635,199,721 635,199,721 51,205,564,661
24 30-Nov-09 51,205,564,661 643,178,281 643,178,281 51,848,742,943
25 31-Dec-09 52,500,000,000 43,535,468,758 51,848,742,943 651,257,057 (52,500,000,000) 651,257,057 0
Net Cash Flows 83,687,500,000 72,569,997,965 10,180,002,035 (82,750,000,000) 10,180,002,035
Suku Bunga Efektif Awal 1.256%
(Original Effective Interest Rate / EIR)
Keterangan
p = pokok
i = suku bunga kontraktual
Tabel 7. Perhitungan Penurunan Nilai
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
18/20
a. Tanggal 30 September 2008, pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan
nilai kredit
(1) Mencatat kerugian penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai Rp. 2,389,304,356
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai Rp. 2,389,304,356
(apabila masih terdapat tagihan bunga pada saat penurunan nilai, maka dilakukan jurnal
balik)
(2) Pengakuan bunga pada saat terjadi penurunan nilai
(tidak ada pengakuan bunga pada saat bank tidak menerima pembayaran dari debitur)
b.
Tanggal 31 Oktober 2008, pada saat pengakuan
Db. Kredit yang diamortisasi Rp. 911.530.746
Kr. Pendapatan bunga Rp. 911.530.746
c. Tanggal 30 November 2008, pada saat pengakuan
Db. Kredit yang diamortisasi Rp. 922.980.220
Kr. Pendapatan bunga Rp. 922.980.220
d. Tanggal 31 Desember 2008, pada saat pengakuan amortisasi bunga dan penerimaan
arus kas sesuai
(1) Mencatat pengakuan amortisasi bunga
Db. Kredit yang diamortisasi Rp. 934.573.507
Kr. Pendapatan bunga Rp. 934.573.507
(2) Penerimaan arus kas sesuai estimasi
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
19/20
Db. Kas/Rekening/Giro BI Rp. 28.,750.000.000
Kr. Kredit yang diamortisasi Rp. 28.750.000.000
e. Jurnal transaksi untuk no. 14 s/d 24 sama dengan transaksi no. 11-13, dengan asumsi debitur
membayar sesuai dengan Tanggal 31 Desember 2008, pada saat pengakuan amortisasi
bunga dan penerimaan arus kas sesuai
(1) Mencatat pengakuan amortisasi bunga
Db. Kredit yang diamortisasi Rp. 651.257.057
Kr. Pendapatan bunga Rp. 651.257.057
(2) Penerimaan arus kas sesuai estimasi
Db. Kas/Rekening/Giro BI Rp. 52.500.000.000
Kr. Kredit yang diamortisasi Rp. 52.500.000.000
(3) Penghentian pengakuan kredit dengan menjurnal cadangan kerugian penurunan nilai
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai Rp. 2,389,304,356
Kr. Kredit yang diamortisasi Rp. 2,389,304,356
-
7/23/2019 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
20/20
Daftar Pustaka
Materi Refresment Level 1 Sertifikasi Manajemen Resiko: PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk.
Materi Refresment Level 2 Sertifikasi Manajemen Resiko: PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk.
Materi Perkuliahan Manajemen Resiko: Wahyu Meiranto