chapter 2 - pushover analysis on transfer beam structure

Upload: wisnupratamaputra

Post on 22-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    1/45

    1

    BAB 2

    DASAR TEORI

    Dasar teori pada penelitian ini meliputi empat bagian utama yakni :

    perancangan bangunan tahan gempa, balok transfer berupa balok prategang,

    perancangan bangunan tahan gempa berbasis kinerja, dan analisapushover.

    1.1 Perancangan Bangunan Tahan Gempa

    1.1.1Dasar Perancangan Bangunan Tahan Gempa

    Beban gempa adalah beban akibat perpecatan tanah yang menghasilkan

    baik gaya lateral maupun gaya vertikal, namun gaya lateral lebih dipertimbangkan

    dalam perencanaan gedung akibat gempa. Oleh karena itu, dalam gedung

    khususnya bangunan beton bertulang, harus ada sistem penahan gaya lateral yang

    dapat berupa :

    Sistem Portal : sistem portal menahan gaya gempa dengan sifat lentur

    dari kolom dan balok. Balok, lantai penahan, dan kolom biasanya bertemu pada

    satu titik dan titik itu disebut rigid joints. Selama gempa besar terjadi, lendutan

    per lantai (penyimpangan lantai) dapat ditahan oleh sistem struktur portal dengan

    membentuk sendi-sendi plastis pada balok tanpa membuat kolom roboh. Jenis-jenis

    portal seperti ini mampu menahan pembebanan gravitasi sekaligus memiliki

    ketahanan yang cukup terhadap beban lateral ke segala arah.

    Sistem Dinding Geser : bangunan dengan dinding geser biasanya lebih

    kaku dibanding bangunan dengan struktur portal. Lendutan akibat gaya lateral

    biasanya bernilai kecil kecuali rasio tinggi-lebar dari dinding cukup besarsehingga menyebabkan masalah guling. Guling (overturning) ini terjadi ketika

    terdapat bukaan yang melebar pada dinding geser atau ketika rasio tinggi-lebar

    dari dinding melebihi nilai 5. Pada beberapa kasus, jika kebutuhan fungsional

    mengijinkan, gaya lateral yang bekerja pada gedung dapat ditahan seluruhnya oleh

    dinding geser. Efek pembebanan gravitasi pada dinding tidaklah signifikan dan

    tidak berpengaruh dalam desain.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    2/45

    2

    Sistem Kombinasi / sistem ganda : sistem portal dan sistem dinding geser dapat

    digunakan secara bersama-sama dan membentuk sistem kombinasi. Ketika portal dan

    dinding geser berinteraksi, sistem dapat dikatakan sistem kombinasi bila portal sendiri

    mampu menahan 25% gaya geser nominal yang terjadi. Sistem kombinasi juga biasa disebut

    sebagai dual, hybrid, atau sistem dinding-portal.

    Keruntuhan yang terjadi pada saat gempa apapun pemicunya memperlihatkan bahwa

    bangunan yang runtuh tidak memiliki kemampuan deformability yang baik khususnya dalam

    rentang inelastik. Hal ini dapat terjadi karena pemilihan keruntuhan yang tidak tepat dan

    penerapan detailingyang tidak memadai. Pada umumnya, kriteria desain struktur tahan gempamemenuhi ketiga hal berikut :

    Gempa ringan : tidak ada kerusakan baik pada elemen struktural maupun non-struktural.

    Gempa sedang : elemen struktural tidak rusak namun elemen non-struktural boleh rusak

    dan dapat diperbaiki.

    Gempa berat : elemen struktural dan non-struktural rusak, namun struktur tidak runtuh.

    Struktur didesain berperilaku inelastik dan daktail terhadap gempa rencana yang kuat.

    Kunci untuk dapat melakukan desain bangunan tahan gempa adalah membuat struktur

    yang memiliki kekuatan, kekakuan, daktilitas, dan disipasi energi yang cukup. Hal ini dapat

    dipenuhi dengan : perencanaan kolom yang lebih kuat daripada balok, mencegah kegagalan

    geser (perlu pengekangan yang cukup), memastikan struktur bawah tidak runtuh terlebih dahulu

    daripada struktur atas, dan melakukan pelaksanaan dengan baik (detailingharus diperhatikan).

    1.1.2Pengekangan Pada Struktur Beton Bertulang

    Kekuatan dan daktilitas dari penampang beton bertulang berbentuk persegi dipengaruhi

    bukan hanya oleh mutu beton melainkan juga dengan kekangan lateral yang diberikan oleh

    tulangan sengkang terhadap inti beton (Razvi dan Saatciouglu, 1994). Konsep pengekangan pada

    penampang beton bertulang berbentuk persegi dikembangan secara analitis oleh Sheikh &

    Uzumeri (1982). Mereka menyimpulkan untuk penampang persegi kekangan yang ditimbulkan

    oleh sengkang bersifat tidak merata sehingga luasan daerah inti yang terkekang secara efektif

    pada dasarnya lebih kecil daripada luas total di daerah inti aktual sehingga terdapat suatu daerah

    terkekang yang secara tidak efektif pada daerah inti kolom.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    3/45

    3

    Kurva tegangan-regangan material beton bertulang terkekang tentunya berbeda dengan

    material beton bertulang tidak terkekang. Dalam pembentukannya, terdapat beberapa cara yang

    sudah dikenal antara lain Chan (1995) dan Blume (1961), Baker (1964), Kent dan Park (1971),

    dan Mander, Priestley, dan Park (1984). Bentuk kurva tegangan-regangan dari peneliti terakhir

    merupakan formula yang jamak dipakai saat ini, dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-1 Model Kurva Tegangan-Regangan untuk Balok Beton Bertulang Terkekang

    Sumber : Theoritical Stress-Strain Model For Confined Concrete, Mander, et all. (1986)

    Dimana sp menunjukkan spalling strain, regangan maksimum beton yang dicapai

    sehingga selimut beton terlepas. Untuk tingkat laju regangan rendah yang dibebani secara

    monotonik, tegangan tekan longitudinal dari beton, fc', dapat dinyatakan dalam bentuk :

    fc'= (2.1)

    Dimana :

    f'cc = kekuatan tekan dari beton terkekang

    x = (c/cc)

    c = regangan longitudinal tekan beton

    cc = regangan pada saat tegangan beton maksimum

    cc= co (2.2)Dimana :

    f'co = tegangan tekan dari beton tidak terkekang

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    4/45

    4

    co = regangan pada saat tegangan beton maksimumf'co(0,002)

    r = Ec/(Ec-Esec)

    Ec = Tangent Modulus of Elasticity dari beton

    Esec = Secant Modulus dari beton terkekang pada saat tegangan makimum

    = (f'cc/cc)

    1.2 Balok Transfer Berupa Balok Prategang

    1.2.1Pola Keruntuhan Transfer Beam

    Transfer beam atau balok transfer adalah adalah balok yang berfungsi untuk

    mendistribusikan gaya-gaya secara lateral, dari struktur atas ke struktur yang ada dibawahnya. Oleh karena itu, balok transfer membutuhkan kekuatan terhadap lentur dan geser

    yang sangat kuat. Untuk dapat menciptakan kekuatan ini, ketinggian dari penampang balok

    transfer harus dinaikkan jauh lebih banyak dibandingkan balok biasa (Londhe : 2010). Rasio

    bentang geser / d balok (rasio a/d) akan berbeda dengan balok biasa dan membuat

    mekanisme transfer gaya menjadi berbeda.

    Dalam perencanaan balok transfer (transfer beam), sangat penting diketahui pula

    pola keruntuhan (modes of failure) dari balok transfer yang digunakan. Pola /

    mekanisme keruntuhan ini sangat bergantung dari berbagai faktor antara lain : rasio tulangan

    longitudinal, rasio tulangan transversal, rasio a/d, dan kuat tekan beton. Beberapa pola

    keruntuhan balok transfer akibat kegagalan geser yang mungkin terjadi ialah :

    - Diagonal Spliting Failure

    Pola keruntuhan dimana retak diagonal terbentuk dari titik beban bekerja ke titik

    perletakkan. Retak ini akan menganggu aliran gaya geser horizontal dari tulangan

    longitudinal ke daerah kompresi beton dan perilaku balok akan berubah dari beam

    action menjadi arch action. Pola keruntuhan paling umum ketika mekanisme

    ini terjadi ialah gagalnya pengangkuran diujung tension tie balok. Kegagalan ini

    biasa dialami oleh balok dengan rasio a/d sangat kecil (0-1).

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    5/45

    5

    Gambar 0-2 KeruntuhanDiagonal Splitting

    Sumber : Plate Reinforced Concrete Beam : Experimental Work, N.K Subedi : 1997

    - Shear-compression Failure

    Kegagalan jenis ini ditandai dengan terjadinya retak miring dan bila tidak

    disediakan tulangan web, maka retak ini akan mengurangi kekuatan zona kompresi

    beton dan kemudian beton akan mengalami kegagalan crushing pada zona

    kompresi di atas retak. Oleh karena retak miring lebih cepat berkembang

    dibanding retak lentur, kegagalan dicapai ketika nilai momen lentur maksimum

    belum tercapai. Kegagalan jenis ini biasa dialami oleh balok dengan nilai rasio a/d 1

    2,5.

    Gambar 0-3 KeruntuhanShear-compression

    Sumber : Reinforced Concrete Mechanic and Design 3rdedition, James Mac Gregor

    - Shear-flexure Failure

    Kegagalan jenis ini diawali dengan terbentuknya retak lentur di tengah bentang

    kemudian akibat perubahan konsentrasi tegangan di dekat ujung retakan, retak

    kemudian merambat dalam arah miring. Retak flexure-shear tidak dapat

    diprediksi dengan menghitung tegangan utama pada balok. Oleh karena itu,

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    6/45

    6

    persamaan empiris telah diciptakan untuk menghitung beban flexure-shear.

    Kegagalan jenis ini terjadi pada balok dengan rasio a/d 2,5 6.

    Gambar 0-4 KeruntuhanShear-flexure

    Sumber : Reinforced Concrete Mechanic and Design 3rdedition, James Mac Gregor.

    1.2.2

    Balok Prategang

    Menurut definisi ACI, beton prategang ialah beton yang didalamnya mengalami

    tegangan internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi

    tegangan yang terjadi akibat gaya luar sampai batas tertentu. Beton prategang adalah beton

    yang diberikan tegangan sebelum dibebani oleh beban kerja. Pada elemen beton bertulang,

    tegangan ini diberikan dengan menarik tulangan atau untaian kawat baja yang terdapat

    pada tendon yang dipasang. Prinsip-prinsip dasar dari beton prategang yakni :

    - Konsep pertama : sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang

    elastis.

    Konsep ini ialah konsep yang paling sering digunakan oleh kebanyakan insinyur

    dimana beton yang tadinya bersifat getas menjadi bahan yang elastis dengan

    pemberian tegangan awal. Beton yang tidak mampu menahan tarikan dan kuat menahan

    tekan dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tarik. Dari konsep ini,

    lahirlah kriteria tidak ada tegangan tarik pada beton. Karena bersifat elastis, distribusi

    tegangan juga akan bersifat linier dan analisa tegangan dapat menggunakan analisa

    tegangan elastis. Namun penerapan konsep ini menjadikan beton prategang sangatlah

    konvensional (tidak mengijinkan adanya tegangan tarik).

    - Konsep kedua : sistem prategang dengan kombinasi baja mutu tinggi dan beton.

    Konsep yang mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi baja mutu tinggi

    dengan beton dimana baja menahan tarik dan beton menahan tekan. Kedua gaya

    tersebut membentuk kopel untuk melawan momen eksternal. Kelebihan pada balok

    prategang ialah, baja ditarik terlebih dahulu sehingga mencapai suatu nilai tertentu di

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    7/45

    7

    bawah kekuatan maksimalnya. Pada beton bertulang biasa, seringkali beton sudah

    retak terlebih dahulu pada saat baja belum mencapai kekuatan penuh. Inilah yang

    membedakan balok prategang dan balok beton bertulang biasa.

    - Konsep ketiga : sistem prategang untuk menyeimbangkan beban.

    Konsep ini berdasarkan pada pemberian gaya prategang untuk menyeimbangkan gaya-

    gaya yang bekerja pada suatu batang sehingga elemen- elemen yang dikenai bending

    seperti balok dan pelat tidak akan mengalami tegangan akibat momen lentur. Konsep

    ini dikembangkan oleh T.Y Lin dalam bukunya yang berjudul Design of Prestressed

    Concrete Structures. Anggap ada sebuah balok diatas dua tumpuan seperti pada gambar

    berikut :

    Gambar 0-5 Balok Prategang diatas Dua Tumpuan

    Sumber : Design of Prestressed Concrete Structure, T.Y Lin Ned H Burns

    Apabila F = gaya prategang, L = panjang bentang, dan h = tinggi parabola,

    maka gaya terdistibusi secara merata keatas yang terjadi sebagai pengganti gaya

    prategang adalah sebesar

    Wb = 8 F h / L2

    (2.3)

    Jika gaya Wb sebagai pengganti gaya prategang mampu mengimbangi beban luar yangada, maka potongan balok hanya akan mengalami tegangan tekan seragamf = F / A.

    Konsep Load Balancing Method ini sangat menguntungkan jika struktur yang ada

    merupakan struktur statis tak tentu. Keuntungan bisa didapatkan dari mudahnya

    melakukan perhitungan maupun visualisasi struktur prategang.

    1.2.2.1 Daktilitas Balok Prategang

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    8/45

    8

    Dalam melakukan analisa non-linear, parameter seperti daktilitas dan disipasi energi

    balok prategang menjadi sangat penting untuk diketahui. Kedua parameter ini mempengaruhi

    secara langsung kurva gaya-perpindahan atau moment-curvature pada penampang prategang.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi daktilitas balok prategang antara lain :

    a. Jumlah Baja Prategang (Degree of Prestressing) dan Distribusinya

    Kurva hubungan moment-curvaturepada penampang balok prategang dengan jumlah baja

    prategang dan distribusi yang berbeda dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-6 Efek Perubahan Jumlah Baja Prategang pada Kurva HubunganMoment-Curvaturedengan Satu

    Tendon

    Sumber : Ductility of Prestressed and Partially Prestressed Concrete Beam Section, Park, Thompson : 1980

    Gambar 0-7 Efek Perubahan Jumlah Baja Prategang pada Kurva HubunganMoment-Curvaturedengan Dua

    Tendon

    Sumber : Ductility of Prestressed and Partially Prestressed Concrete Beam Section, Park, Thompson : 1980

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    9/45

    9

    Gambar 0-8 Efek Perubahan Jumlah Baja Prategang pada Kurva HubunganMoment-Curvaturedengan Tiga

    Tendon

    Sumber : Ductility of Prestressed and Partially Prestressed Concrete Beam Section, Park, Thompson : 1980

    Dapat dilihat pada ketiga gambar diatas, semakin banyak baja prategang yang digunakan,

    daktilitas akan semakin berkurang. Selain itu, keberadaan baja prategang di daerah tekan

    beton secara signifikan dapat menambah daktilitas penampang.

    Dalam desain tahan gempa, formula berikut seyogyanya diikuti untuk memastikan

    penampang balok prategang memiliki nilai daktilitas yang cukup. Penampang harus

    memenuhi :

    Apsfpsb d fc'

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    10/45

    10

    balok. Kuncinya ialah mengurangi jumlah baja prategang dan menyediakan tulangan tekan

    yang cukup untuk memenuhi persamaan (2.5).

    b. Jumlah Baja Transversal (sengkang)

    Salah satu parameter yang paling signifikan dalam mempengaruhi tingkat daktilitas

    penampang balok prategang ialah jumlah baja transversal atau sengkang. Jumlah sengkang

    menunjukkan degree of confinement pada beton di daerah tekan. Perbandingan jumlah

    sengkang (ditunjukkan dengan rendahnya spasi sengkang) terhadap kurva moment-

    curvaturedapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-9 Pengaruh Spasi Sengkang Terhadap HubunganMoment-CurvaturePenampang

    Sumber : Ductility of Prestressed and Partially Prestressed Concrete Beam Section, Park, Thompson : 1980

    Gambar 2.9 menunjukkan daktilitas yang lebih baik akan dicapai akibat pengekangan

    ekstra. Pada potongan khusus yang sedang dianalisa diatas, sengkang tertutup dengan spasi

    kurang lebih d/4 (3,6 inch) menghasilkan daktilitas yang paling baik. Sayangnya,

    kemungkinan selimut beton mengalami spall akan meningkat dengan menurunnya spasi

    sengkang sehingga kapasitas momen pada curvature tinggi tidak akan sebesar di gambar

    2.9.

    1.2.3Balok Prategang Menerus (Continous Prestressed Beams)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    11/45

    11

    Dalam pelaksanaan struktur bangunan, seringkali diperlukan balok prategang yang

    dipasang berada dalam keadaan menerus atau continousdimana satu bentang balok terletak

    diatas beberapa perletakkan. Hal ini membawa beberapa kerugian antara lain desain yang

    tercipta tidak ekonomis karena momen sangat bervariasi sepanjang bentang dan terjadinya

    kehilangan akibat geser yang besar karena perbedaan kelengkungan tendon.

    Namun demikian, struktur balok menerus memberikan beberapa keuntungan juga

    antara lain momen pada struktur menerus (struktur statis tak tentu) akan lebih kecil

    dibanding pada struktur satu bentang. Selain itu, alat pengangkuran yang dibutuhkan menjadi

    lebih sedikit dan hal ini mengakibatkan pengurangan biaya penarikan secara signifikan.

    Defleksi pada struktur juga lebih kecil karena nilai momennya yang kecil dan menimbulkanketahanan terhadap beban lateral yang baik padaframeyang kaku.

    Perbedaan paling mendasar dari balok prategang satu bentang dengan balok

    prategang menerus ialah keberadaan reaksi yang menahan defleksi akibat prategang (camber)

    pada struktur menerus. Reaksi ini kemudian menimbulkan secondary moment atau momen

    sekunder pada struktur prategang.

    Jika pada balok satu bentang, beban akibat berat sendiri balok prategang tidak

    diperhitungkan, dan bila balok dikenai gaya prategang eksentrik, maka resultan tegangan

    tekan (C-line) pada potongan penampang akan berhimpit dengan titik berat baja prategang

    seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

    Gambar 0-10 Penampang Balok Prategang Bentang Sederhana

    Sumber : Design of Prestressed Concrete Structure, T.Y Lin Ned H Burns

    Momen lentur akibat prategang dapat dicari dengan mengalikan gaya prategang dan

    jarak antara cgc dan cgs sepanjang bentang, balok akan berdefleksi ke atas akibat prategang

    (camber) namun tidak ada reaksi eksternal yang diciptakan. Pada balok menerus, kondisinya

    lebih rumit. Momen akibat prategang kini akan disebut sebagai momen primer (primary

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    12/45

    12

    moment) dan akan menyebabkan defleksi ke atas seperti pada kasus baloksimple span. Namun

    defleksi ini ditahan oleh redundant perletakkan, dan reaksi perletakkan dari redundant tersebut

    akan menimbulkan momen sekunder (secondary moment) pada balok. Nilai momen total

    bisa didapatkan dengan menjumlahkan nilai momen primer dan momen sekunder.

    Gambar 0-11 (a) Balok Prategang menerus ; (b) Lendutan yang Terjadi apabila Reaksi di Tengah Bentang

    Diabaikan ; (c) Reaksi Perletakkan di Tengah Bentang akibat Beban Prategang ; (d) Defleksi Balok Aktual

    akibat Prategang

    Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson

    Dengan gambar diatas, momen-momen pada balok menjadi :

    Gambar 0-12 Momen Primer, Sekunder, dan Total Balok Prategang Menerus

    Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    13/45

    13

    1.3 Perancangan Bangunan Tahan Gempa Berbasis Kinerja

    Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, trend perencanaan

    bangunan tahan gempa saat ini bergeser kepada Perencanaan Tahan Gempa Berbasis Kinerja

    atau Performance Based Seismic Engineering (PBSE). PBSE merupakan sebuah proses desain

    berulang yang dimulai dengan penentuan level kinerja yang diinginkan, penilaian desain dengan

    analisa khusus untuk mengetahui apakah desain sesuai dengan target kinerja, dan pada akhirnya

    dilakukan desain ulang sampai target kinerja terpenuhi. Jika desain awal sudah memenuhi target

    kinerja maka proses ini dikatakan selesai. Tujuan utama dari PBSE ialah memastikan bahwa

    target kinerja pada sebuah struktur terpenuhi dan struktur akan berperilaku sesuai dengankeinginan akibat intensitas gaya gempa yang bervariasi. Secara singkat, penjelasan proses PBSE

    adalah sebagai berikut :

    - Memilih level kinerja yang diinginkan.

    Proses PBSE dimulai dengan menentukan level kinerja yang diinginkan terhadap sebuah

    struktur. Level kinerja ini memiliki tingkat resiko dan tingkat kehilangan yang masih

    dapat diterima berdasarkan suatu level gempa tertentu. Pemilihan level kinerja pada

    umumnya sangat ditentukan oleh pemilik gedung karena merekalah yang mencari tahu

    besarnya investasi yang diperlukan untuk membuat gedung dan biaya perbaikan akibat

    kerusakan gedung.

    - Membuatpreliminary designdari bangunan bersangkutan.

    Preliminary designdari struktur memerlukan beberapa parameter penting yang bisa saja

    sangat mempengaruhi kinerja struktur. Beberapa parameter tersebut yakni : lokasi situs,

    konfigurasi bangunan (jumlah lantai, tinggi tingkat, ketidakberaturan struktur, dan lain-

    lain), sistem penahan gaya lateral utama struktur, keberadaan isolator struktur, dimensi

    komponen struktur, dan lain-lain. Pemilihan konsep preliminary designyang tepat sangat

    penting untuk keefektifan dan efisiensi proses PBSE.

    - Menaksir kinerja bangunan.

    Setelah preliminary design selesai dibuat, simulasi analisis harus dilakukan untuk

    mengetahui kinerja struktur aktual. Analisis pada umumnya bersifat non-linier untuk dapat

    mencari tahu perilaku struktur dalam kondisi di ambang keruntuhan. Setelah analisis

    selesai dilakukan, kinerja bangunan dapat diketahui dan dievaluasi.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    14/45

    14

    - Merevisipreliminary design

    Jika kinerja bangunan aktual belum memenuhi target performa yang ingin dicapai, proses

    pendesainan harus dilakukan berulang sampai target kinerja tercapai. Jika sudah, maka

    proses PBSE sudah selesai.

    Pada dasarnya, bangunan tahan gempa dirancang dengan mengikuti codes atau

    peraturan yang berlaku di daerah tempat bangunan akan dibangun. Peraturan dibuat untuk

    menjamin keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang mungkin terjadi dan untuk

    menghindari atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta benda akibat gempa bersangkutan.

    Meski demikian, prosedur dalam peraturan perencanaan bangunan tahan gempa belum tentusecara akurat menunjukkan kinerja bangunan aktual terhadap suatu gempa yang sebenarnya.

    Kinerja tadi tentu terkait dengan resiko yang diambil pemilik bangunan dan investasi yang

    dibelanjakan. PBSE merupakan jawaban yang dapat digunakan baik untuk rehabilitasi bangunan

    lama maupun perencanaan bangunan baru, dengan pemahaman realistik mengenai resiko

    keselamatan, kesiapan pakai, dan kerugian harta benda yang akan terjadi.

    Metode ini mulai berkembang terutama di Amerika saat rekomendasi SEAOC Blue

    Book yang saat itu dipakai, menimbulkan ambiguitas yang tinggi. Tingkatan performa yang ada

    pada dokumen SEAOC Blue Book dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-13 Tingkatan Performa Bangunan menurut SEAOC Blue Book (1995)

    Sumber : UC Berkeley Earthquake Engineering Course. 2003. Basic Concepts : Performance Based Earthquake

    Engineering.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    15/45

    15

    Ambiguitas yang terjadi ada pada frekuensi kejadian dan deskripsi performa yang

    banyak menggunakan parameter kualitatif sehingga menjadi lebih abstrak. Selain itu meski

    terdiri dari tiga tingkatan, persyaratan ini tidak secara spesifik berhubungan dengan lever kinerja

    tertentu pada bangunan.

    Konsep PBSE yang baru terdapat pada dokumen Vision 2000 (SEAOC, 1995) dan

    NEHRP (BSSC, 1995) yang didefinisikan sebagai strategi dalam perencanaan, pelaksanaan, serta

    perawatan sedemikian rupa agar suatu bangunan mampu berkinerja pada suatu kondisi gempa

    yang ditetapkan, dimana kinerja diukur dari besarnya kerusakan dan dampak perbaikan yang

    diperlukan. Level tingkatan kinerja pada kedua dokumen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

    :

    Tabel 0-1 Level Kinerja Bangunan berdasarkan NEHRP dan Vision 2000

    Sumber : Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisa Pushover. Wiryanto Dewobroto. 2005.

    Intensitas gempa dipaparkan secara kuantitatif pada dokumen Vision 2000 beserta

    dengan hubungan skematik antara kinerja yang dituju dengan probabilitas gempa. Hal ini

    menunjukkan bahwa dokumen Vision 2000 memiliki parameter-parameter yang lebih jelas

    daripada dokumen sebelumnya (Blue Book).

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    16/45

    16

    Tabel 0-2 Interval Kejadian Gempa menurut Vision 2000

    Sumber : UC Berkeley Earthquake Engineering Course. 2003. Basic Concepts : Performance Based Earthquake

    Engineering.

    Gambar 0-14 Hubungan Skematis antara Kinerja Bangunan dan Probabilitas Gempa

    Sumber : UC Berkeley Earthquake Engineering Course. 2003. Basic Concepts : Performance Based Earthquake

    Engineering.

    Tiga buah tipe okupansi bangunan yang ada dalam dokumen Vision 2000 ialah :

    - Fasilitas kritis : bangunan yang di dalamnya disimpan kandungan berbahaya (racun,

    material ledakan, nuklir) dengan efek signifikan pada lingkungan sekitar.

    -

    Fasilitas esensial : bangunan penting untuk penanganan setelah gempa (rumah sakit,

    kantor polisi, kantor pemadam kebakaran), bangunan yang di dalamnya disimpan

    material berbahaya dengan efek moderat pada lingkungan sekitar (kilang minyak,

    dll).

    - Fasilitas dasar : bangunan struktur lainnya.

    Sejak saat itu, aktivitas riset mengenai PBSE menjadi sangat intensif terutama di

    Amerika dan Eropa. Di Amerika, badan Federal Emergency Management Agency (FEMA)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    17/45

    17

    bekerja sama dengan Applied Technology Council (ATC), Earthquake Engineering Research

    Center(ERRC), Universitas California Berkeley, dan BSSC membuat banyak publikasi terkait

    dengan PBSE sehingga metode ini dapat diterima secara luas oleh komunitas rekayasa sebagai

    prosedur canggih untuk berbagai aplikasi. Meski saat ini PBSE difokuskan untuk perencanaan

    bangunan tahan gempa, cara yang sama juga bisa dilakukan untuk perencanaan bangunan

    terhadap bahaya angin topan, ledakan, dan kebakaran.

    Beberapa kemajuan signifikan yang terjadi dalam publikasi FEMA (FEMA 273/356

    Guidelines for Seismic Rehabilitation Building) antara lain :

    - Adanya empat level kinerja : collapse prevention, life safety, continued occupancy,

    operational.- Adanya peta national seismic hazard baru berdasarkan ordinat spektral untuk

    probabilitas kejadian dan kondisi tanah yang berbeda pada periode pendek (T = 0,2

    s) dan periode 1 detik (SDSdan SD1).

    - Pendekatan target perpindahan berdasarkan perpindahan elastis dengan faktor-faktor

    subjektif untuk merepresentasikan ketidakpastian. (droof= C0C1C2C3C4 Sdelastis)

    - Pendefinisian analisa dinamik non-linear dan statik non-linear sebagai tambahan

    analisa elastis konvensional.

    Tingkat kerusakan menurut FEMA 273 dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-15 Tingkat Kerusakan Struktur Berdasarkan Kinerja

    Sumber : UC Berkeley Earthquake Engineering Course. 2003. Basic Concepts : Performance Based Earthquake

    Engineering.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    18/45

    18

    Deskripsi kerusakan pada bangunan dan kriteria penerimaan secara umum menurut

    FEMA 356 dapat dilihat pada tabel berikut :

    Gambar 0-16 Deskripsi Kerusakan Bangunan sesuai Kinerja

    Sumber : FEMA 356

    Hubungan antara kerusakan dan gaya gempa yang terjadi dapat dilihat pada gambarberikut :

    Gambar 0-17 Kurva Gaya Geser vs Lendutan yang Dikaitkan dengan Kerusakan yang Terjadi

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    19/45

    19

    Sumber : UC Berkeley Earthquake Engineering Course. 2003. Basic Concepts : Performance Based Earthquake

    Engineering.

    Kurva seperti pada gambar 2-17 diatas dihasilkan dengan analisa khusus yang

    dinamakan analisa pushover. Kurva ini disebut sebagai kurva pushover atau kurva kapasitas

    yaitu suatu kurva gaya-perpindahan yang menunjukkan perilaku struktur secara global terhadap

    pembebanan lateral yang terjadi. Dalam analisapushover juga akan dijumpai titik kinerja yang

    merupakan besarnya perpindahan pada pusat massa atap pada saat mengalami gempa rencana

    dan dapat dicari dengan beberapa metode yang akan dijelaskan pada bab berikutnya. Kinerja

    struktur secara global yang berkorespondensi dengan pembebanan gempa rencana dapat dilihat

    melalui level kinerja pada saat target perpindahan terjadi.

    1.4 Analisa Statik Nonlinier - AnalisaPushover

    1.4.1Teori dan Pendahuluan

    Analisa statik nonlinier merupakan prosedur analisa untuk mengetahui perilaku

    keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula dengan nama analisa pushover atau

    analisa beban dorong statik. Pengaruh gempa rencana pada analisa ini dianggap sebagai beban-

    beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya secara

    berangsur-angsur ditingkatkan sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya

    pelelehan pertama ada struktur, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut untuk melebihi

    tercapainya satu target perpindahan lateral pada satu titik kontrol. Target perpindahan sesuai

    gempa rencana dapat dicari dengan berbagai metode, titik kontrol yang dimaksud merupakan

    suatu titik pada atap atau lebih tepatnya pusat massa atap.

    Tujuan analisa pushover ialah mengevaluasi perilaku seismik struktur terhadap

    pembebanan gempa rencana berdasarkan kurva kapasitas yang terbentuk. Selain itu analisa ini

    dapat memberikan informasi bagian-bagian struktur yang kritis, memberikan nilai daktilitas ()

    dan R aktual struktur, dan memperlihatkan distribusi sendi plastis yang terjadi akibat gempa

    rencana.

    Tahapan utama dalam melakukan analisapushover adalah :

    - Melakukan analisa strength based pada struktur gedung untuk mengetahui

    karakteristik dinamik struktur beserta kebutuhan tulangan yang dibutuhkan.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    20/45

    20

    - Menempatkan sendi-sendi plastis pada komponen struktur di lokasi yang dianggap

    memungkinkan terjadinya sendi plastis. Komponen tersebut sudah dipasangkan

    tulangan yang dibutuhkan. Lokasi-lokasi terjadinya sendi plastis biasanya terletak di

    join balok-kolom atau di tengah bentang tergantung pada potongan terlemah dari

    komponen struktur.

    - Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan lateral struktur.

    Rekaman besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar digunakan untuk

    menyusun kurvapushover.

    - Melakukan analisis beban dorong untuk membuat kurvapushoverdari berbagai pola

    pembebanan lateral terutama yang paling mirip dengan distribusi gaya inersia akibatgempa. Dengan melakukan hal ini diharapkan perpindahan yang terjadi hampir

    sama atau mendekati deformasi yang terjadi akibat gempa. Oleh karena sifat gempa

    adalah tidak pasti, maka diperlukan minimal dua pola pembebanan lateral yang

    berbeda untuk mendapatkan kondisi yang paling menentukan.

    - Mengestimasi besarnya target perpindahan. Titik kontrol didorong sampai target

    perpindahan tesebut, yang mencerminkan perpindahan maksimum yang diakibatkan

    oleh intensitas gempa rencana yang dilakukan.

    - Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada target

    perpindahan. Hal ini merupakan hal paling utama dari perencanaan berbasis kinerja.

    Komponen struktur dan aksi perilakunya dapat dianggap memuaskan jika memenuhi

    kriteria yang dari awal sudah ditetapkan, tidak hanya pada persyaratan deformasi

    namun juga persyaratan kekuatan.

    1.4.2Permodelan Sendi Plastis pada ElemenFrame di SAP 2000

    Secara sederhana, sendi plastis merupakan sebuah titik pada komponen struktur dimana

    keseluruhan penampang potongan titik tersebut sudah berada dalam kondisi plastis. Hal ini

    menyebabkan penampang potongan tersebut tidak bisa menerima momen lebih banyak sehingga

    harus meredistribusikannya ke bagian lain (momen penampang = momen plastis). Meski tidak

    bisa menerima momen, potongan dapat berotasi layaknya sendi dan besarnya rotasi bergantung

    dari daktilitas penampang.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    21/45

    21

    Dalam analisa pushover, sendi plastis dipasang pada komponen struktur yakni balok

    dan kolom dan diletakkan di tiap-tiap ujung balok dan kolom. Untuk balok, hal ini dilakukan

    dengan asumsi bahwa balok yang ada relatif pendek dan pengaruh beban gravitasi tidak dominan

    dibandingkan dengan beban gempa, pelelehan balok dapat diasumsikan terjadi di ujung-ujung

    balok. Untuk kolom, sendi plastis juga diletakkan di tiap-tiap ujungnya dengan asumsi bahwa

    potongan kritis terjadi pada ujung-ujung kolom.

    Dalam permodelan di SAP 2000, penjelasan mengenai tipe dan karakteristik sendi

    plastis dapat dilihat pada penjabaran berikut :

    1.4.2.1

    Sendi plastis di balokPada program SAP, sendi plastis dapat dimasukkan dalam elemenframemaupun tendon

    dimana setiap sendi merepresentasikan perilaku post-yield yang terkonsentrasi pada satu titik

    dalam satu atau lebih derajat kebebasan. Sendi ini hanya mempengaruhi perilaku struktur dalam

    analisa statik nonlinier dan analisa riwayat waktu integrasi langsung. Derajat kebebasan yang

    mungkin terjadi pada balok yakni M3 (momen arah dominan) dan V2 (geser dominan), dimana

    kita bisa menempatkan sendi plastis untuk kedua derajat kebebasan ini dalam titik yang sama.

    Dalam setiap derajat kebebasan gaya (aksial dan geser), kita bisa mengatur perilaku

    gaya plastis - perpindahan dari sendi. Begitu pula pada derajat kebebasan momen (lentur dan

    torsi), kita dapat menspesifikasi perilaku momen plastis rotasi. Kurva gaya perpindahan atau

    momen rotasi dalam setiap derajat kebebasan dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-18 Kurva Beban Perpindahan (Momen Rotasi) pada Sendi Plastis

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    22/45

    22

    Sumber : CSI Analysis Reference Manual for SAP 2000, ETABS, SAFE, and CSI Bridge. Computer and

    Structures Inc. 2011.

    Titik-titik dalam kurva gaya perpindahan (momen - rotasi) bearti demikian :

    - Titik A : titik 0 dari kurva.

    - Titik B : merepresentasikan kelelehan, tidak ada deformasi yang terjadi di sendi

    sampai titik ini. Hanya perpindahan (rotasi) plastis diatas titik B yang akan

    ditunjukkan oleh sendi nantinya.

    - Titik C : merepresentasikan kapasitas ultimit di sendi untuk analisa pushover.

    - Titik D : merepresentasikan tegangan residu pada analisa pushover.

    -

    Titik E : merepresentasikan kegagalan total. Setelah titik E, sendi tidak memiliki

    kapasitas lagi (kapasitas = 0).

    Beberapa kriteria perencanaan seperti IO (Immediate Occupancy), LS (Life Safety), dan

    CP (Collapse Prevention) dapat dimasukkan juga dalam permodelan. Pengukuran kinerja ini

    akan ditunjukkan dalam hasil analisis untuk kepentingan PBSE.

    1.4.2.2 Sendi plastis di kolom

    Pada umumnya, sifat-sifat sendi plastis pada tiap derajat kebebasan ialah independen

    satu sama lain. Namun untuk kolom, kita bisa menggabungkan perilaku sendi plastis dari dua

    derajat kebebasan yang berbeda, dikenal sebagai coupled hinge. Dengan analisa 3D yang

    dilakukan, sendi plastis yang dipasang di kolom bisa diasumsikan merupakan coupled P-M2-M3

    hinge.

    Untuk sendi PMM, kita harus menentukan sebuah permukaan interaksi dalam bentuk 3

    dimensi P-M2-M3 yang merepresentasikan dimana kelelehan pertama terjadi untuk beberapa

    kombinasi gaya aksial P, momen minor M2, dan momen mayor M3. Permukaan interaksi dibuat

    oleh beberapa kurva P-M2-M3, ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi yakni :

    - Semua kurva harus memiliki jumlah titik yang sama.

    - Untuk setiap kurva, titik-titik disusun dari yang paling negatif (tekan) sampai yang

    paling positif (tarik).

    - Nilai-nilai P, M2, dan M3untuk titik pertama dan titik terakhir pada tiap kurva harus

    identik.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    23/45

    23

    - Ketika bidang M2-M3 dilihat dari atas, kurva harus terdefinisi dalam arah

    berlawanan jarum jam.

    -

    Permukaan harus konveks.

    Kita bisa mendefinisikan sendiri permukaan interaksi atau membiarkan program yang

    menghitung menggunakan ketentuan sebagai berikut :

    - Baja, AISC-LRFD Persamaan H1-1a dan H1-1b dengan phi = 1

    - Baja, FEMA-356 persamaan 5-4

    - Beton, ACI 318-02 dengan phi = 1

    Baik untuk sendi plastis balok maupun kolom, terdapat beberapa pilihan yangdisediakan oleh program SAP 2000. Pilihan tersebut antara lain :

    - Automatic hinge properties

    - User-defined hinge properties

    - Generated hinge properties

    Sendi automatic dan user-defined dapat dipasang pada elemen frame. Ketika sudah

    dipasang, program dengan otomatis akan membuat sifat-sifat (kurva gaya perpindahan /

    momen rotasi) sendi tergantung dengan jenis sendi plastis yang digunakan.

    Automatic hinge properties merupakan fitur yang sangat kuat pada SAP 2000 untuk

    menciptakan properti sendi plastis secara otomatis berdasarkan informasi detail tentang geometri

    potongan elemen frame, material, dan panjang elemen. Untuk material baja, automatic hinge

    akan mengambil karakteristik sendi plastis berdasarkan tabel 5-6 FEMA 356. Untuk material

    beton bertulang, automatic hingeakan mengambil karakteristik sendi plastis berdasarkan tabel 6-

    7 dan 6-8 FEMA 356.

    Untuk user-defined hinge properties, sifat-sifat sendi plasis jenis ini dapat berasal dari

    modifikasi sendi plastis automatic atau memang sudah didefinisikan dari awal oleh pengguna

    SAP. Sendi plastis automaticdapat dikonversi menjadi sendi plastis user-defineddan kemudian

    dimodifikasi sifatnya lalu dipasang kembali pada satu atau beberapa elemen frame. Dengan cara

    ini kita dapat meminta program melakukan bobot pekerjaan yang berat dalam mendapatkan sifat

    sendi plastis, namun kita juga bisa melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan kita.

    Bagaimanapun juga, setelah kita mengkonversi sendi automatic menjadi user-defined, properti

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    24/45

    24

    atau sifat-sifat sendi plastis tidak akan otomatis berubah meski kita sudah memodifikasi elemen,

    potongan, atau materialnya.

    1.4.3Permodelan Dinding Geser Non-Linear di SAP 2000

    Permodelan dinding geser secara non-linear dapat memanfaatkan fitur shell

    layered/non-linear yang tersedia pada SAP 2000 v.15.0.1. tiap layer diletakkan berdasarkan

    kepada permukaan referensi, permukaan ini dapat diletakkan dimana saja baik di tengah, di

    sumbu netral, di bawah, atau dimanapun sesuai lokasi yang kita pilih. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-19 Layered Shell Element

    Sumber : CSI Analysis Reference Manual for SAP 2000, ETABS, SAFE, and CSI Bridge. Computer and

    Structures Inc. 2011.

    Beberapa parameter penting dalam mendefinisikan layered shell pada program SAP

    yakni :

    a. Layer Name

    Lapisan pada dinding geser harus memiliki satu nama untuk satu lapisan. Namun nama

    lapisan yang sama dapat digunakan untuk lapisan yang berbeda, hal ini berguna untuk

    melihat hasil dua lapisan yang berbeda secara simultan.

    b. Layer Distance

    Setiap layer ditempatkan dengan memasukkan nilai distancedari permukaan referensi ke

    titik tengah dari layer tersebut. Jarak antara permukaan referensi dan titik tengah layer ini

    dinamakan layer distance.

    c. Layer Thickness

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    25/45

    25

    Setiap layer memiliki sebuah ketebalan, diukur dari sumbu local-3 elemen. Untuk

    permodelan tulangan dan material fiber, kita bisa memasukkan lapisan sangat tipis yang

    memiliki luas ekivalen dengan luas tulangan.

    d. Layer Type

    Beberapa tipe layer yakni :

    - Membrane : regangan pada layer (11, 22, 12) dihitung hanya berdasarkan

    perpindahan dalam bidang (membranedisplacements), dan tegangan pada layer (11,

    22, 33) berkontribusi hanya pada gaya-gaya dalam bidang (membrane forces) F11,

    F22, dan F12.

    -

    Plate: regangan pada layer (11, 22, 12, 13, 23) dihitung hanya berdasarkan rotasipelat lentur dan perpindahan transversal, dan tegangan pada layer (11, 22, 12, 13,

    23) berkontribusi hanya pada momen pelat lentur dan gaya geser transversal M 11,

    M22, M12, V13, dan V23.

    - Shell: gabungan dari kedua tipe diatas.

    Dalam banyak penggunaan, dinding geser non-linear menggunakan tipe layer shell. Selain

    itu, massa dan berat hanya dihitung pada layer membrane dan shell. Hal ini dilakukan

    untuk mencegah perhitungan ganda jika layer plate dan membrane digunakan secara

    independen.

    e. Layer Number of Thickness Integration Point

    Perilaku material diintegrasi pada jumlah titik terhingga dalam setiap arah ketebalan layer.

    Kita bisa memilih satu sampai lima titik dalam setiap layer, lokasi dari titik-titik ini

    mengikuti prosedur standar integrasi Gauss. Untuk material non-linear, jumlah titik-titik

    yang dibutuhkan lebih banyak supaya hasil analisis mampu merekam kelelehan yang

    terjadi di permukaan atas dan bawah dinding.

    f.

    Layer Material

    Properti material dalam layer dipilih berdasarkan material yang sebelumnya sudah

    terdefinisikan.

    g. Layer Material Angle

    Untuk material ortotropik dan uniaksial, sumbu material mungkin harus dirotasikan

    terhadap sumbu elemen. Setiap layer mungkin memiliki sumbu material yang berbeda.

    Sebagai contoh, kita bisa memodelkan dua buah layer uniaksial dengan sudut yang terpisah

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    26/45

    26

    sejauh 90. Berikut adalah gambar yang menunjukkan bahwa sumbu material dan sumbu

    elemen bisa berbeda :

    Gambar 0-20 Perbedaan Sudut Lokal Material dengan Sudut Lokal Elemen

    Sumber : CSI Analysis Reference Manual for SAP 2000, ETABS, SAFE, and CSI Bridge. Computer and

    Structures Inc. 2011.

    h. Material Component Behavior

    Untuk tiap-tiap komponen tegangan membrane (11, 22, 12), kita bisa memilih sifat

    material apakah linear, non-linear, atau tidak aktif. Untuk material uniaksial, komponen 11

    dan 22 adalah yang signifikan karena 12 selalu 0. Jika ketiga komponen didefinisikan

    sebagai linear (2 komponen merupakan uniaksial), maka matriks material linear digunakan.

    Jika ada satu atau lebih dari ketiga komponen didefinisikan sebagai non-linear atau tidak

    aktif, maka semua komponen linear menggunakan hukum uncoupled isotropic linear

    stress-strain, semua komponen non-linear menggunakan hubungan tegangan-regangan

    non-linear, dan semua komponen tidak aktif menghasilkan tegangan = 0. Komponen-

    komponen ini menjadi independen dan berperilaku layaknya jika rasio poisson = 0.

    Perilaku material dirangkum pada gambar berikut :

    Gambar 0-21 Perilaku MaterialLayered Shell Element

    Sumber : CSI Analysis Reference Manual for SAP 2000, ETABS, SAFE, and CSI Bridge. Computer and

    Structures Inc. 2011.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    27/45

    27

    Persamaan (5) dan (6) dapat dilihat pada gambar berikut :

    Dimana T() merepresentasikan perilaku tarik dan C() merepresentasikan perilaku

    tekan.

    Dalam memodelkan elemen layered shell untuk permodelan dinding geser non-linier,

    SAP 2000 menawarkan semacam guideline yang dapat digunakan oleh penggunanya. Pada

    dasarnya ketika memodelkan perilaku linear, penulangan yang ada tidak perlu dipasang dan

    didefinisikan. Namun dalam analisa non-linier, permodelan layertulangan ini menjadi suatu hal

    yang sangat penting. Secara sederhana seluruh penampang dinding geser dianggap berperilaku

    non-linier baik dalam perilaku membrane maupun perilaku plate. Contoh model seperti ini

    membutuhkan lima layer seperti gambar dibawah :

    Gambar 0-22 Permodelan Dinding Geser Realistic

    Sumber : CSI Analysis Reference Manual for SAP 2000, ETABS, SAFE, and CSI Bridge. Computer and

    Structures Inc. 2011.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    28/45

    28

    Dalam komponen-komponen tegangan diatas, N berarti non-linier, L berarti linier, dan

    berarti tidak aktif. Untuk layer tulangan, 11 selalu dibuat menjadi non-linier. Pada tulangan

    vertikal, sudut material dibuat 90 dan sejajar deengan sumbu lokal 2 elemen shell. Dari sini

    didapatkan tegangan vertikal 11akan menjadi tegangan shell 22.

    Dapat diperhatikan juga dari gambar 2-22, 12 dibuat menjadi non-linier. Hal ini berarti

    ketika beton retak, tulangan mampu memikul gaya geser atau tulangan melakukan dowel action.

    Kelemahan dari model ini ialah informasi mengenai dowel action tidak bisa diinput sehingga

    perilaku ini hanya merupakan pendekatan. Kita harus menggunakan engineering judgement

    untuk mengetahui apakah pendekatan ini sudah tepat dengan kejadian aktual. Pendekatan paling

    konservatif ialah dengan membuat 12menjadi tidak aktif.Model dinding geser seperti gambar 2.22 terlihat sangat realistis, tetapi dengan arah

    tegangan yang semuanya dianggap non-linear, mekanisme kegagalan yang mungkin terjadi

    menjadi sangat bervariasi. Akibatnya, informasi yang dibutuhkan untuk PBSE menjadi tidak

    jelas. Semampunya, model paling sederhana digunakan untuk memenuhi tujuan desain, selain

    juga membuat waktu analisa menjadi lebih cepat dan interpretasi hasil menjadi lebih mudah.

    Contoh model practical dinding geser dapat dilihat pada gambar dibawah :

    Gambar 0-23 Permodelan Dinding Geser Practical

    Sumber : CSI Analysis Reference Manual for SAP 2000, ETABS, SAFE, and CSI Bridge. Computer and

    Structures Inc. 2011.

    Dalam model ini, hanya perilaku membraneyang dibuat menjadi non-linier dan hanya

    untuk tegangan vertikal 22. Untuk tulangan dengan sudut material 90, 22 akan menjadi 11.

    Tulangan horizontal dianggap linear sehingga tidak dimasukkan dalam model dan 12 tulangan

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    29/45

    29

    vertikal dibuat menjadi tidak aktif. Perilaku out of planedinding diasumsikan tetap linear dan

    tebalnya sedikit dikurangi untuk memperhitungkan efek retak dalam arah out-of plane.

    1.4.4Waktu Getar Alami Efektif

    Waktu getar alami/periode getar ialah waktu yang dibutuhkan oleh suatu bangunan

    untuk melakukan satu getaran penuh dengan pola tertentu. Periode getar umumnya dicari dengan

    analisa eigen-valuebersamaan dengan pola ragam getar. Analisa eigen-valuedilaksanakan ketika

    komponen-komponen gedung masih berada dalam kondisi elastis linear, padahal saat gempa

    kondisi bangunan sudah sangat mungkin berperilaku inelastis. Hal ini menunjukkan bahwa

    periode getar alami efektif bangunan akan berbeda dengan periode getar hasil analisa eigen-value. Periode getar alami yang memperhitungkan kondisi inelastis atau periode getar alami

    dapat dicari dengan bantuan kurvapushover:

    Gambar 0-24 Kurva BilinierPushover

    Sumber : Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisa Pushover. Wiryanto Dewobroto. 2005.

    Untuk itu kuva pushoverdiubah menjadi kurva bilinier untuk mengestimasi kekakuan

    lateral efektif bangunan Ke, dan kuat leleh bangunan Vy. Kekakuan lateral efektif diambil dari

    kekakuan secantyang dihitung dari gaya geser dasar sebesar 60% kuat leleh. Karena kuat leleh

    diperoleh dari titik potong kekakuan kondisi elastis Kedan kondisi inelastis Kemaka prosesnya

    dilakukan secara trial dan error. Periode getar alami efektif (Te) dapat dihitung dengan

    Te=TiKiKe (2.6)

    Dimana Ti dan Ki adalah periode dan kekakuan elastis struktur.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    30/45

    30

    1.4.5Pola Pembebanan Lateral

    Pada dasarnya, distribusi gaya inersia akibat gempa akan bervariasi dalam perilaku yang

    kompleks sepanjang tinggi bangunan. Kuncinya ialah kita harus menggunakan distribusi paling

    kritis atau ekstrim untuk melakukan perencanaan. FEMA 274 (1997) memberikan tiga jenis

    distribusi gaya inersia yang mungkin dilakukan yakni :

    Gambar 0-25 Pola Pembebanan Lateral untuk AnalisaPushover

    Sumber : FEMA 274

    Dalam perencanaan,NEHRP Recommended Provisions for Seismic Regulations for New

    Buildings (BSSC, 1995)merekomendasikan beberapa ketentuan sebagai berikut :

    - Untuk bangunan dengan periode getar pendek (T < 0,5 s), distribusi vertikal gaya

    inersia mengasumsikan gaya inersia hanya datang dari mode satu sehingga dapatmenggunakan distribusi triangular profile.

    - Untuk bangunan pendek, (h < 10 m) distribusi gaya inersia dapat menggunakan

    distribusi uniformyakni proporsional terhadap massa lantai.

    - Untuk bangunan dengan periode getar panjang (T > 2,5 s), distribusi gaya inersia

    menggunakan higher-mode profiledimana akan menciptakan percepatan yang lebih

    besar pada lantai-lantai atas bangunan. Hal ini akan berakibat pada besarnya gaya

    geser tingkat pada tingkat atas dan bertambahnya momen guling di dasar bangunan.

    Dalam melakukan analisapushover, FEMA 273 menyatakan bahwa diperlukan minimal

    dua buah distribusi gaya inersia yang berbeda untuk merepresentasikan ketidakpastian gaya

    gempa.

    Mengacu pada dokumen FEMA 356, untuk semua tipe analisis, minimal dua tipe

    distribusi vertikal pembebanan lateral harus digunakan. Satu pola harus diambil dari masing-

    masing kelompok berikut :

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    31/45

    31

    1. Kelompok mode shape

    a. Distribusi vertikal pembebanan diambil proporsional terhadap nilai Cvx(Cvx= wx

    hxk/ wi hik). Distribusi ini hanya berlaku jika partisipasi massa pada pola ragam

    getar fundamental dalam tiap arah yang ditinjau melebihi 75% dan distribusi

    seragam juga dipakai.

    b. Distribusi vertikal yang proporsional dengan bentuk pola ragam getar

    fundamental dalam arah yang ditinjau. Penggunaan distribusi ini diijinkan hanya

    jika partisipasi massa pada pola ragam tersebut melebihi 75%.

    c. Distribusi vertikal yang proporsional dengan gaya geser tingkat sebagai hasil

    analisa respons spektrum berdasarkan kombinasi seluruh pola ragam getar.Distribusi ini dipakai jika rasio partisipasi massa dari kontribusi seluruh pola

    ragam getar melebihi 90% dari massa total dan jika periode pola ragam getar yang

    bersangkutan lebih dari 1 s.

    2. Kelompok kedua

    a. Distribusi seragam yakni gaya gempa didistribusikan berdasarkan proporsi massa

    tiap lantai terhadap massa total.

    b. Distribusi adaptif dimana tiap distribusi berbeda selama struktur mengalami

    perpindahan. Tipe ini hendaknya dimodifikasi dari bentuk aslinya dengan

    mempertimbangkan properti dari komponen struktur yang sudah leleh.

    1.4.6Target Perpindahan

    Dalam analisa pushover, gaya dan deformasi pada tiap komponen struktur dihitung

    setelah titik kontrol mencapai suatu perpindahan tertentu yang disebut target perpindahan (t).

    Target perpindahan ini dianggap sebagai perpindahan maksimum yang terjadi saat bangunan

    mengalami gempa rencana.

    Berdasarkan dokumen FEMA 356, untuk mendapatkan perilaku struktur pasca

    keruntuhan, maka perlu dibuat analisa pushover untuk membuat kurva hubungan gaya geser

    dasar dan perpindahan titik kontrol sampai perpindahan ini mencapai nilai minimal 150% t.

    Keharusan untuk membuat kurva pushover sampai 150% t adalah agar kita dapat

    memperkirakan perilaku bangunan yang melebihi kondisi rencananya. Meskipun tidak didukung

    oleh data-data yang cukup pada saat dokumen FEMA 356 ditulis, diharapkan nilai 150% t

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    32/45

    32

    sudah mencukupi karena merupakan perkiraan nilai rata-rata ditambah satu standar deviasi

    perpindahan bangunan dengan kekuatan lateral 25% lebih banyak dari kekuatan spektrum elastis.

    Kriteria evaluasi level kinerja kondisi bangunan didasarkan pada gaya dan deformasi

    yang terjadi ketika perpindahan titik kontrol sama dengan target perpindahannya ( t). Hal ini

    menunjukkan bahwa target perpindahan sangat penting bagi perencanaan berbasis kinerja

    (PBSE).

    Ada beberapa cara dalam mencari nilai target perpindahan, berikut merupakan cara-cara

    yang sudah built-indi program SAP 2000 :

    1.4.6.1

    Metode Spektrum Kapasitas (ATC 40)Juga dikenal dengan Metode Acceleration-Displacement Response Spectra (ADRS),

    metode ini membutuhkan kurva kapasitas sebagai hasil analisa pushover dan kurva demand

    gempa yang ditampilkan dalam oordinat respons spektra. Kurva demand menggunakan kurva

    respons spektrum dengan redaman 5% dan mengurangi oordinat spektrum untuk

    merepresentasikan efek disipasi energi yang terjadi pada bangunan. Titik perpotongan antara

    kuva kapasitas dan kurva demandyang sudah ter-reduksi menunjukkan performance pointatau

    target perpindahan yang dicari.

    Untuk mengkonversi kuva respon spektrum standar (Sa vs T) ke dalam format ADRS,

    kita harus mencari nilai Sd1 (spectral displacement) pada tiap titik di kurva. Hal ini dapat

    dilakukan dengan persamaan :

    Sd1= Ti24

    2 Saig (2.7)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    33/45

    33

    Gambar 0-26 Konversi Respons SpektrumDemandke Format ADRS

    Sumber : Performance Based Seismic Engineering ; The Seismic Design Handbook chapter 15 2ndedition.

    Farzard Naeim et all. 2000.

    Berikutnya, spektrum kapasitas dapat dibentuk dari kurva pushover melalui konversi

    satu-per-satu titik di kurvapushovermenjadi kurva ADRS. Tiap titik yang merepresentasikan Vi

    (gaya geser dasar) dan i (perpindahan atap) dikonversi menjadi Sa1dan Sd1dengan persamaan :

    dan (2.8)Dimana 1 dan PF1 adalah koefisien massa pola ragam getar dan koefisien faktor

    partisipasi pola ragam getar pertama terhadap struktur. 1,roof adalah perpindahan atap akibat pola

    ragam getar `pertama. Faktor partisipasi mode dan koefisien massa dihitung dengan rumus :

    (2.9)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    34/45

    34

    Gambar 0-27 Konversi Kurva Kapasitas menjadi Kurva ADRS

    Sumber : Performance Based Seismic Engineering ; The Seismic Design Handbook chapter 15 2ndedition.

    Farzard Naeim et all. 2000.

    Redaman yang terjadi ketika struktur didorong sampai mencapai fase inelastis dapat

    dianggap sebagai kombinasi antara redaman viskos dan histeresis. Redaman histeresis dapat

    dianggap sebagai redaman viskos ekivalen, sehingga total redaman efektif pada struktur bisa

    diestimasi sebesar :

    (2.10)

    Dimana o adalah redaman histeresis dan 0,05 adalah redaman viskos asumsi (5%), dan

    merupakan faktor modifikasi untuk memperhitungkan perilaku histeresis bangunan sesuai

    dengan membuat model bilinier dari spektrum kapasitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

    gambar berikut :

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    35/45

    35

    Gambar 0-28 Energi yang Terdisipasi oleh Redaman

    Sumber : Performance Based Seismic Engineering ; The Seismic Design Handbook chapter 15 2ndedition.

    Farzard Naeim et all. 2000.

    Nilai o dapat dihitung dengan rumus :

    (2.11)

    Dimana ED = disipasi energi akibat redaman dan ESO adalah energi regangan

    maksimum. Untuk menghitung redaman efektif, kurva demand dalam bentuk ADRS harus

    direduksi dengan faktor SRAdan SRVdengan rumus

    (2.12)

    Respons spektrum elastis (teredam 5%) kemudian direduksi menjadi respons spektrum

    dengan redaman > 5%, yakni redaman kritis.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    36/45

    36

    Gambar 0-29 KurvaDemand ADRSyang Tereduksi

    Sumber : Performance Based Seismic Engineering ; The Seismic Design Handbook chapter 15 2ndedition.

    Farzard Naeim et all. 2000.

    Rangkuman tahapan penentuan target perpindahan dengan metode spektrum kapasitas

    sesuai ATC 40 yakni :

    - Respons spektrum dengan wilayah gempa dan kondisi tanah yang tepat, yang

    teredam 5% dipilih dan kemudian dikonversi ke dalam format ADRS.

    - Kurva kapasitas yang diperoleh dari analisa pushover juga dikonversi menjadi

    spektrum kapasitas (format ADRS).

    - Target perpindahan percobaan (trial) Sapi dan Sdpi dipilih berdasarkan kurva

    kapasitas atau berdasarkan enginiringjudgement.

    - Model bilinier dari spektrum kapasitas dibuat sehingga luas dibawah spektrum

    kapasitas dan model bilinear adalah sama.

    - Spektrum demand kemudian direduksi dengan faktor SRA dan SRV. Spektrum

    demand yang sudah tereduksi di plot bersama-sama dengan spektrum kapasitas.

    -

    Jika spektrum demandmemotong spektrum kapasitas pada titik Sapi dan Sdpi, atau

    jika titik potong Sdp berada di rentang 5% Sdpi, maka titik ini menunjukkan

    performance pointatau target perpindahan.

    - Jika titik perpotongan tidak berada dalam rentang 5% Sdpi, maka pemilihan target

    perpindahan trial harus diulang dan titik perpotongan yang tidak tepat dapat

    dijadikan awalan dari iterasi baru.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    37/45

    37

    Prosedur spektrum kapasitas untuk mencari performance point secara gamblang dapat

    dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 0-30Performance Point Perpotongan Antara Kurva Kapasitas ADRS dan Kurva Demand ADRS.

    Sumber : Performance Based Seismic Engineering ; The Seismic Design Handbook chapter 15 2ndedition.

    Farzard Naeim et all. 2000.

    1.4.6.2 Metode Koefisien Perpindahan (FEMA 356)

    Penyelesaian metode ini dilakukan dengan memodifikasi respons elastis linear struktur

    SDOF dengan faktor koefisien C0, C1, C2, dan C3 sehingga diperoleh perpindahan global

    maksimum yang disebut target perpindahan (t).

    Metode ini dimulai dengan mencari terlebih dahulu periode getar efektif struktur

    (periode getar ketika struktur berada pada fase inelastis). Periode getar alami mencerminkan

    kekakuan linear dari struktur SDOF ekivalen, yang jika di plot kepada spektrum gempa rencana

    akan menunjukkan nilai percepatan puncak Sa. Target perpindahan dari titik kontrol kemudian

    dicari dengan rumus :

    (2.13)

    Dimana :

    Te = periode getar alami efektif (s)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    38/45

    38

    C0= keofisien faktor bentuk, untuk mengubah perpindahan spektral menjadi perpindahan atap

    yang pada umumnya menggunakan faktor partisipasi ragam pertama. Faktor C0 dapat dilihat

    pada tabel berikut :

    C1 = faktor modifikasi yang menghubungkan perpindahan inelastik maksimum dengan

    perpindahan yang dihitung dari respon elastik linier.

    (2.14)

    To = waktu getar karakteristik yang diperoleh dari kurva respons spektrum pada titik dimana

    terdapat transisi bagian percepatan konstan ke bagian kecepatan konstan.

    R = rasio kuat elastik perlu terhadap koefisien leleh terhitung.

    R = SaCmW / Vy (2.15)

    Dimana :

    Sa = akselerasi puncak respons spektrum yang berkorespondensi dengan periode getar efektif.

    (m/s2)

    Vy = gaya geser dasar saat leleh, didapatkan dari idealisasi kurva pushover menjadi kurva

    bilinier. (kN)

    W = total beban mati dan beban hidup tereduksi (ton)

    Cm = faktor massa efektif

    C2= koefisien untuk memperhitungkan efek pinching dari hubungan beban-deformasi akibat

    degradasi kekakuan dan kekuatan, diambil dari tabel 3-3 FEMA 356.

    C3= koefisien untuk memperhitungkan pembesaran lateral akibat adanya efek P-delta.

    (2.16)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    39/45

    39

    = rasio kekakuan pasca leleh terhadap kekakuan elastik efektif.

    g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)

    Ilustrasi berikut dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai penerapan metode

    koefisien perpindahan dalam menetapkan target perpindahan dari struktur yang akan dievaluasi.

    Gambar 0-31 Ilustrasi Penentuan Target Perpindahan Berdasarkan FEMA 273/356

    Sumber : FEMA 356

    1.4.6.3 Metode Modifikasi Spektrum Kapasitas (FEMA 440)

    Dalam modifikasi metode spektrum kapasitas yang terangkum pada dokumen FEMA

    440, beberapa parameter dasar seperti redaman efektif dan periode efektif diubah. Selain itu

    kurva respons spektrum ADRS juga dimodifikasi karna kali ini kurva menggunakan periode

    secant (Tsec) bukan lagi periode efektif (Teff). Reduksi kurva ADRS respons spektrum juga

    mempertimbangkan redaman dari fondasi.

    Redaman efektif (eff) dapat dihitung dengan rumus :

    (2.17)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    40/45

    40

    (2.18)

    (2.19)

    Dimana adalah rasio daktilitas bangunan dan koefisien-koefisien A, B, C, D, dan E

    dapat dilihat pada tabel dibawah. Nilai-nilai ini merupakan fungsi dari karakteristik kurva

    kapasitas dalam hal tipe histeresis dan kekakuan inelastis.

    Gambar 0-32 Koefisien Rasio Daktilitas FEMA 440

    Sumber : FEMA 440

    Periode efektif untuk semua tipe histeresis dan nilai alpha dapat dihitung dengan rumus

    berikut :

    (2.20)

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    41/45

    41

    Dengan nilai-nilai koefisien G, H, I, J, K, dan L :

    Gambar 0-33 Tabel Koefisien Periode Efektif

    Sumber : FEMA 440

    Penggunaan nilai Teff dan eff akan menghasilkan perpindahan maksimum yang

    bertepatan dengan perpotongan antara garis radial Teff dan kurva demand ADRS untuk eff.

    Periode efektif (Teff) umumnya lebih pendek daripada periode secant (Tsec), dapat dilihat pada

    gambar 2.16 di titik dmax pada kurva kapasitas. Oleh karena itu, percepatan efektif (aeff) tidakbearti karena percepatan maksimum (amaks) harus berada pada kurva kapasitas dan segaris

    dengan perpindahan maksimum dmaks. Dari sini dapat diambil nilai faktor modifikasi sebesar :

    M = aeff/ amaks (2.21)

    Perkalian M dengan kurva demand ADRS (eff) menghasilkan kurva Modified

    Acceleration-Displacement Response Spectrum (MADRS).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari

    gambar di bawah ini :

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    42/45

    42

    Gambar 0-34 KurvaModified Acceleration Displacement Response Spectra(MADRS)

    Sumber : FEMA 440

    Oleh karena periode efektif (Teff) dan redaman efektif (eff) merupakan fungsi redaman,

    perhitungan perpindahan maksimum dengan metode modifikasi spektrum kapasitas tidak bisa

    dilakukan secara langsung dan butuh iterasi atau solusi grafikal. Setelah melakukan langkah-

    langkah yang sama dengan cara di ATC 40 kecuali dalam penghitungan periode dan redaman

    efektif, 3 alternatif cara yang bisa dilakukan ialah :

    - Integrasi langsung : pada cara ini, iterasi dianggap selesai jika sudah konvergen

    menuju satu titik yakniperformance point.

    Gambar 0-35 Cara Iterasi dalam PenentuanPerformance Point

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    43/45

    43

    Sumber : FEMA 440.

    -

    Perpotongan dengan MADRS (Modified Acceleration Displacement Response

    Spectrum) : pada cara ini, performance point dianggap merupakan perpotongan

    antara demand spectrum dengan MADRS.

    Gambar 0-36 Cara Perpotongan Kurva Kapasitas dan Kurva MADRS untuk PenentuanPerformance Point

    Sumber : FEMA 440

    - Penempatan MADRS padaperformance pointyang mungkin.

    Gambar 0-37 Cara Percobaan Penempatan Kurva MADRS untuk PencarianPerfomance Point

    Sumber : FEMA 440

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    44/45

    44

    1.4.6.4 Metode Modifikasi Koefisien Perpindahan (FEMA 440)

    Persamaan yang digunakan tetap sama seperti pada dokumen FEMA 356 namun

    modifikasi diberikan dalam menentukan parameter C1dan C2.

    (2.22)

    C1dihitung dengan rumus :

    (2.23)

    Dimana Te adalah periode getar efektif struktur SDOF, R = rasio kuat elastik perlu

    terhadap koefisien leleh terhitung, adalah 130, 90, dan 60 untuk masing-masing kelas situs B,

    C, dan D. Untuk periode kurang dari 0,2 s, C1bisa diambil = 0,2. Untuk periode lebih dari 1 s, C1

    bisa diambil = 1.

    Sedangkan modifikasi parameter C2dapat dihitung dengan rumus :

    (2.24)

    Untuk periode getar kurang dari 0,2 s, nilai C2= 0,2 dapat dipakai. Untuk periode getar

    lebih dari 0,7 s, C2dapat dianggap sama dengan 1.

    1.4.7Kriteria Penerimaan Struktur

    Berdasarkan dokumen FEMA 356, ada beberapa kriteria penerimaan yang harus

    dipatuhi oleh struktur bangunan beton bertulang. Kriteria tersebut antara lain :

    - Hubungan antara gaya geser dasar dan perpindahan lateral atap (kurva pushover)

    harus dibuat dengan rentang 0 150% target perpindahan.

    -

    Beban gravitasi dari komponen struktur harus diikutsertakan dalam modelmatematis untuk dikombinasikan dengan beban lateral.

    - Model analisis harus didiskritisasi untuk mengidentifikasi lokasi perilaku inelastis

    pada komponen struktur.

    - Gaya geser dasar pada saat tercapainya target perpindahan (Vt) harus minimum 80%

    dari kuat geser leleh efektif struktur (Vy). Kuat geser leleh efektif Vy dicari dengan

    membuat model bilinier dari kurva kapasitas pada saat tercapai target perpindahan.

  • 7/24/2019 Chapter 2 - Pushover Analysis on Transfer Beam Structure

    45/45

    Model bilinier dicari secara iterasi sehingga luasan kurva dibawah dan diatas garis

    bilinier ialah sama. Vy adalah perpotongan kedua garis bilinier tersebut.

    Gambar 0-38 KurvaPushoverdengan Kemiringan Positif dan Negatif setelah Leleh

    Sumber : FEMA 356

    - Komponen primer dan sekunder struktur harus memiliki kapasitas deformasi tidak

    kurang dari nilai target perpindahan maksimum yang sudah dihitung.

    - Kapasitas komponen primer struktur harus berada di dalam kriteria penerimaan

    untuk komponen primer pada level kinerja yang dipilih.

    - Untuk komponen struktur lainnya, kapasitas harus berada di dalam kriteria

    penerimaan untuk komponen sekunder pada level kinerja yang dipilih.

    -

    Kriteria penerimaan struktur secara numerik dapat dilihat pada tabel 6-7 dan tabel 6-8 FEMA 356.