bab iii transfer embryo3
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
1/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-1
BAB III
TRANSFER
EMBRIO (TE)
3.1 Pendahuluan
Selama beberapa puluh tahun program IB telah menjadikan Genetic Progress
menyebar relative cepat dengan penggunaan frozen semen (semen beku). Pada
program IB sumbangan genetic (genetic progress) terutama dari pejantan karenabetina hanya menghasilkan satu pedet per tahun.
Dengan berkembangnya teknik transfer embrio, dimana betina dapat memberikan
banyak keturunan sehingga menghasilkan hasil genetik yang cepat sebagai
komplementer terhadap program IB.
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
2/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-2
Pada teknik TE diperlukan betina donor yang pada pelaksanaannya akan
mengalmi superovulasi dengan bantuan preparat FSH sehingga akan
mengakibatkan timbulnya berahi. Selanjutnya dilakukan perkawinan dengan
pejantan bermutu melalui program IB. Hasil perkawinan tersebut akan
menghasilkan embrio yang berkualitas 7 hari post IB.
Untuk lebih memperinci teknik TE tersebut dapat diperhatikan Schema di bawah ini :
Betina donor unggul Beberapa betina resipien
--------------------------------- Penyerentakan berahi ---------------------------------
Superovulasi
Berahi
IB dengan pejantan
Unggul
Koleksi embrio transfer embrio
(Blastosit)
setelah 2 3 bulan istirahat keturunan dengan mutu
kembali untuk TE genetic unggul
Pada proses koleksi embrio, dalam setiap koleksi dilanjutkan dengan identifikasi
embrio dengan tujuan untuk pembekuan embrio (konservasi embrio) atau untuk
segera ditransfer dalam bentuk embrio segar ke resipien.
Betina resipien terlebih dahulu mengalami proses Penyerentakan berahi dengan
betina donor dengan menggunakan hormon Prostaglandin.
Keberhasilan teknik TE ini sangat bergantung kepada :
1.Donor, sebagai produksi embrio transferable2.Resipien, dengan laju kebuntingan tinggi dan konsisten
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
3/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-3
3.Prosedur, jadwal, teknik dan peralatan4.Sumber daya manusia, harus terampil
3.2 Sejarah Transfer Embrio
Sejarah Transfer embrio dimulai pada tahun 1890 dengan dilakukannya teknik
Transfer Embrio pada Kelinci yang dilakukan oleh Heape. Kemudian pada tahun
1951 Willet dari USA mencoba melakukan TE pada Sapi dengan memanfaatkan
embrio dari Rumah Potong Hewan.
Pada tahun 1960 berhasil dilaksanakan koleksi embrio dan sekaligus transfer
embrio dengan cara teknik abdominal surgery. Selanjutnya tahun 1965 salah
seorang peneliti dari Jepang yaitu Prof. Sugie berhasil melaksanakan teknikBy
Pass Methodyaitu merupakan teknik non surgery method.
Pada tahun 1970 teknik TE mulai dikomersialkan di USA yang dilanjutkan akhir
tahun 1970 teknik TE dengan non surgery method dengan recovery 6 transfer
diterapkan di lapangan.
Awal tahun 1980 Bilton telah berhasil melakukanfreezing embrio, dan pada tahun
1989 telah lahir lebih dari 10000 Calf(anak sapi) di USA dan pada saat itu teknik
TE dimulai di negara-negara berkembang.
Pada tahun 1984 telah dilaksanakan program TE di Indonesia atas prakarsa Mentri
Koperasi dan Kepala Bulog saat itu yaitu Bustanil Arifin, di peternakan sapi
Cicurug Sukabumi. Saat itu pelaksanaan program TE tersebut dibawah
koordinasi team TE dari USA (Granada Texas) dengan teknik pembedahan
(surgery) padafossa para lumbal.
3.3 PRODUKSI EMBRYO IN VIVO
3.3.1 Managemen Donor
3.3.1.1 Seleksi Donor
Dalam seleksi donor hal yang perlu diperhatikan adalah :
Nilai genetik sangat diutamakan yang merupakan kemampuan memindahkanatau menurunkan nilai atau karakter yang baik
Harus berdasarkan kepada :o Superioritas genetik
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
4/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-4
o Kemampuan reproduksioNilai pasar atau ekonomi dari keturunannyao Kondisi kesehatan
Adapun seleksi untuk superioritas genetik ditujukan kepada :
Maternal breeding value Yearling breeding value Weaning breeding value Untuk sapi perah ditunjukkan dengan produksi susu yang tinggi Klasifikasi score yaitu berupa konformasi3.3.1.2 Kesehatan Ternak Donor
Kriteria calon betina donor adalah harus benar-benar sehat, karena apabila
kesehatan menurun akan mempengaruhi proses superovulasi yang akan menurun
juga sebagai akibat kondisi reproduksi yang menurun. Dengan demikian betina
donor mutlak sehat setelah melalui beberapa pengujian sebagai berikut :
1. Test darah2. Vaksinasi3. Kondisi reproduksi normal melalui pengujian dengan palpasi rektal
3.3.1.3 Makanan/Pakan Ternak Donor
Terdapat korelasi positif antara kondisi tubuh dengan pakan yang baik (rasional),
karena dengan kondisi pakan yang jelek akan mempengaruhi tingkat fertilitas
sehingga akan menurunkan tingkat fertilitas. Dengan demikian diperlukannya
kondisi tubuh yang optimal yang didukung dengan kondisi pakan yang baik dan
seimbang.
3.3.1.4 Siklus Berahi Donor
Salah satu kunci utama keberhasilan Transfer embrio (TE) adalah deteksi berahi,
dimana siklus berahi harus setepat mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah lamanya siklus berahi harus normal dan teratur, karena apabila siklus
berahi abnormal akan berpengaruh terhadap proses superovulasi.
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
5/36
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
6/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-6
Selain itu visual observasi merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan, yakni
melalui
a. Deteksi estrus pasca IB (Inseminasi Buatan) pada pagi dan sore hariselama 30 menit
b. Teknik TE yang harus dilaksanakan tepat waktu dengan timbulnya gejalaberahi yang akan menghasilkan grade berahi sinkronisasi
Intensitas pengamatan sebaiknya dilakukan satu hari sebelum dan sesudah berahi,
dan setiap hari dilakukan 5 kali pengamatan yaitu pada jam 06.00; 10.00; 14.00;
18.00 dan jam 22.00.
Pelaksanaan deteksi berahi dilakukan dengan hati-hati dan tepat, karena
keserentakan berahi antara resipien dan donor sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan TE.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa laju keberhasilan akan lebih baik
apabila resipien berahi dalam 1 (satu) hari donor.
Bagan berikut menunjukkan program TE yang dilaksanakan antara resipien dan
donor.
Hari
0 1 2 3 4 5
Donor FSH FSH FSH FSH IB KOLEKSI EMBRIOPG
FSH FSH FSH FSH IB
PG
Resipien PG PG - 1 0 + 1 TRANSFER EMBRIO
Gambar di bawah menunjukkan cara deteksi berahi pada Kambing dan Sapi
dengan menggunakan pejantan atau dengan menggunakan pewarna chain ball
marker
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
7/36
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
8/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-8
Pemberian PGF2, pada resipien sebaiknya satu hari lebih cepat dari pada donor,
hal tersebut disebabkan pada donor berahi akan timbul 36 60 jam setelah
penyuntikan PGF2, sedangkan pada resipien berahi timbul 48 96 jam setelah
penyuntikan PGF2,.
3.3.3.3 Superovulasi pada Donor
Pada sapi potong, superovulasi dilakukan 9 hari post berahi (9 14 hari post
berahi) dengan melakukan penyuntikan preparat hormon FSH sebagai berikut :
Hari ke 9 : Pagi 5 mg FSH i.m.
Sore 5 mg FSH i.m.
Hari ke 10: Pagi 4 mg FSH i.m.
Palpasi rectal, bila korpus luteum positif suntik dengan 15 mg PGF2,
secara i.m.
Sore 4 mg FSH i.m.
Hari ke 11: Pagi 3 mg FSH i.m.
15 mg PGF2, i.m.
Sore 3 mg FSH i.m.
Hari ke 12 : Pagi 2 mg FSH i.m.
Sore 2 mg FSH i.m.
Hari ke 13: Berahi pada donor dan resipien
Selanjutnya dilakukan IB pada donor pada 12 24 jam setelah standing heat,
dengan interval 2 kali IB yaitu IB pertama 12 jam post berahi dan IB ke dua 24
jam post berahi.
Pelaksanaan superovulasi pada sapi perah secara prosedural adalah sama dengan
pada sapi potong, hanya dosis FSH yang berbeda yaitu :
FSH I dengan dosis pagi dan sore sebanyak 6 6 mg
II dengan dosis 5 5 mg
III dengan dosis 4 4 mg
IV dengan dosis 3 3 mg
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
9/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-9
3.3.3.4 Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi Buatan umumnya dilakukan pada donor 12 24 jam pasca standing
heat karena dari hasil penelitian dihasilkan laju fertilitas yang cukup tinggi.
Adapun pelaksanaan IB dilakukan 2 kali sebagai berikut :
0 12 24
standing heat IB ke 1 IB ke 2
dosis semen dosis semen 2 x
1 x atau 2 x
Yang perlu diperhatikan adalah biasanya efek atau pengaruh superovulasi tersebut
memberikan kepekaan yang tinggi sehingga faktor kebersihan (hygiene) harus
diperhatikan dalam artian prosedur dilakukan dengan aseptik.
3.3.3.5 Koleksi Embrio (Embryo collection/Recovery)
Koleksi embrio dapat dilakukan 2 cara atau metode, yaitu :
1. Tanpa pembedahan (Non surgery/non operatif/Transcervical)2. Dengan pembedahan (Surgery/operatif ) pada Fossa Para Lumbal (kiri/kanan)
MetodeNon surgery lebih popular di Eropa, Jepang, Asia (Indonesia) dan Brazil,
sedangkan metode surgery biasa digunakan di USA.
Tahap Pelaksanaan
Adapun tahap pelaksanaan koleksi embrio terdiri dari :
1. Tahap persiapan hewan donor2. Tahap persiapan peralatan dan bahan3. Tahap pelaksanaan koleksi embrio
Tahap persiapan hewan donor
Hewan donor yang dapat digunakan adalah donor pada 7 8 hari post berahi dan
persiapan tersebut meliputi :
Ditempatkan dalam kandang pemaksa
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
10/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-10
Rambut pada pangkal ekor yang panjang diguntingo Lakukan pencucian dengan sabun antiseptiko Lakukan pembilasan dengan alcohol 70%
Lakukan anestise Epidural dengan menggunakan 2 5 ml LidocainChloride 2 %
o Pada ruang antar vertebra yaitu tulang sacrum terakhir tulang coccygea pertama
Faeces dikeluarkan dari dalam rectum hingga kosong Dalam rectum ada udara, dikeluarkan dengan menggunakan pompa isap Vulva dan vagina
o Dicuci bersih dan dikeringkan dengan handuko Sterilisasi atau desinfeksi dengan alkohol 70 %
Tahap persiapan alat dan bahan
Alat-alat yang diperlukan adalah :
Cervical expander, yaitu alat untuk membuka canalis cervicalis Mucus remover, yaitu alat untuk membersihkan canalis cervicalis dari
lendir atau mucus
Foley catheter (two way) berukuran 16 20 G (tergantung ukuran canaliscervicalis) terdiri dari 3 saluran yaitu :
o Saluran masuk media flushingo Saluran keluar media hasilflushingo Saluran penggembung balon kecil
Tabung media Tabung penampung hasilflushing embrio Injeksi spuit :
o Pengisap media hasilflushingo Penekan/pengisap balon padafoley catheter
Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan terdiri dari :
ModifiedDulbeccos Phosphat Buffered Saline (M-PBS) dengan komposisi:
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
11/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-11
- PBS (-) 9,8 g- Metal salt (NaCl dan Ca Cl2) 1,0 ml (PBS +)- Glucose/Dextrose 1,0 g- Sodium Pyruvate 0,036 g- Penicilline 100.000 IU- Streptomycin 100 mg- Bovine Serum Albumin (BSA) 3,0 mg
Larutan ini dibuat dalam volume 1 Liter.
Tahap pelaksanaan Koleksi Embrio
Teknik Transcervical
Pelaksana atau teknisi bekerja dengan tangan kiri di dalam rektum, yang
bertujuan untuk :
1. Estimasi jumlah korpus luteum, folikel dan ukuran ovarium2. Manipulasi atau menuntun pemasukan alat ke dalam cervix dan uterus3. Manipulasi pelaksanaan koleksi embrio
Cervical expander dimasukkan ke dalam vagina hingga ke dalam lumen cervix.Dianjurkan memakai mucous remover untuk mengeluarkan lendir yang
terdapat banyak di dalam lumen cervix.
Disesuaikan dengan ukuran lumen cervix, masukkan two way Foley catheterhingga masuk ke dalam cornua uteri
Catheter memanipulasi ke dalam uterus (cornua superovulasi terjadi). Balonterletak 5 cm di bawah bifurcatio uteri.
Hati-hati jangan sampai melukai pada saat memasukan catheter Pegang uterus dalam posisi lurus Isi balon catheter dengan udara 10 15 x sehingga ketegangan balon cukup Ketegangan balon sedemikian rupa sehingga menekan dinding uterus, sehingga
media flushing tidak akan masuk ke dalam corpus uteri
Hati-hati dalam memanipulasi ketegangan balon karena dapat menyebabkanruptura endometrium sehingga terjadi perdarahan. Volume udara balon untuk
Heiferadalah 12 16 ml, sedangkan untukCalves adalah 16 20 ml.
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
12/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-12
Melalui inlet tube masukkan media flushing (M-PBS) pada suhu 37 C dalambotol sebanyak 1 Liter.
Tekan uterus hingga mencapai ukuran seperti dalam keadaan bunting 40 60hari.
Uterus di masase dan diaduk media yang masuk, melalui pemijitan per rectalsehingga ova atau fertilized egg terlepas dari endometrium
Drainage atau pencucian sebanyak 8 10 kali sebanyak 400 500 ml peruterus
Hasil flushing kemudian dilakukan isolasi embrio dengan cara filtrasi (Emcon,Immuno system)
Diperoleh 40 50 mlflushing(70 Filter) dan tetap dalam filter Tuangkan ke dalam gelas petri (2 3 buah) Lakukan isolasi atau pencarian embrio dengan bantuan mikroskop stereoskopik
(invected microscope)
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar 13 dan 14 berikut
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
13/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-13
Gambar 13. Rangkaian proses panen (Flushing) Embrio pada Sapi dengan menggunakan Folley Catheter
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
14/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-14
3.3.3.6. Penanganan Embrio
Embrio hasil koleksi harus melalui beberapa tahapan penanganan yaitu :
Isolasi embrio atau unfertilized ova (UFO) Identifikasi embrio atau unfertilized ova (UFO) Manipulasi embrio atau unfertilized ova (UFO) Klasifikasi embrio atau unfertilized ova (UFO)
Untuk melaksanakan penanganan embrio hasil koleksi atau flushing tersebut
diperlukan tenaga sumber daya manusia yang terampil dan disarankan setiap
sample dikerjakan oleh dua orang teknisi terutama dalam hal penentuanidentifikasi dan klasifikasi embrio.
Embrio hasil koleksi di tuangkan ke dalam cawan petri (petri dish) yang berskala
pada bagian alasnya sehingga memudahkan dalam pencarian embrio
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar peralatan untuk evaluasi embrio
di bawah ini
Gambar 14. Flushing (Panen) Embrio pada Sapi
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
15/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-15
Gambar 15. Cawan Petri berskala
Adapun prosedur pencarian embrio adalah :
1.Emrbio harus berada dalam fresh storage medium (M-PBS + 20 % Calfserum), buang sel-sel runtuhan dari uterus
2.Aspirasi embrio dengan pipetpasteur ( 200 250 m)3.3.3.7 Evaluasi Embrio
Embrio diklasifikasi dan disimpan dalam storage medium pada suhu 15 - 25 C
selama tidak lebih dari 5 jam. Selanjutnya dilakukan pemisahan embrio tersebut
menjadi 2 bagian sesuai dengan tujuannya yaitu untuk ditransplantasi atau
ditransfer ke betina resipien atau dilakukan pembekuan embrio (freezing embryo).
Dalam melakukan evaluasi embrio dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 100 200 kali dengan melihat criteria sebagai berikut :
Perkembangan sel (Cell stage development) Morphologi Kualitas embrio
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
16/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-16
Umumnya sebagian besar embrio terkoleksi pada tahap perkembangan yang sama,
dimana tahap perkembangan embrio tersebut terdiri dari :
3 hari post berahi : 4 8 sel 4 hari post berahi : 8 16 sel 5/6 hari :Morula 7 hari :BlastocystSelain itu ada cirri-ciri khas pada tahapan morula yang dapat dibedakan yaitu :
Morula merupakan embrio dengan jumlah sel 32 sel, dengan cirri-ciriblastomer individual dan sulit dibedakan satu dengan lainnya. Kondisi
Blastomer seperti massa dari sel- sel.
Compact Morula, ditandai dengan :o Blastomer individual menggumpal (agglutinated) membentuk massa
padat dari sel-sel
o Massa embrio mengisi 60 70 % ruangan perivitelline, dimana ruangperivitelline lebih besar dari tahapan morula
Blastocystdini (Early blastocyst) :o Memiliki ruangan berisi cairanBlastocoeleo Pada tahapan ini memungkinkan membedakan TrophoblastdanInner Cell
Mass (ICM)
o Ruangperivitelline sempit tetapi ada Blastocyst:
o Differensiasi jelas bagian luarTrophoblastoInner cell mass mengisi sebagian besar ruangperivitelline
Expanded Blastocysto Diameter keseluruhan meningkat (1,2 1,5 kali)oZona Pellucida menipis (1/2 kali), dan terkadang collapsedoInner cell mass jelas dan kompak
Hatched Blastocysto Merupakan embrio yang telah terlepas dariZona Pellucidao Bentuknya spheris dan lebih besaro Identifikasi pada saat ini lebih sulit
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
17/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-17
Gambar 16,17 dan 18 menunjukkan tahapan perkembangan Embrio Sapi
1 Sel
Inseminasi
2 Sel (28-32 Jam)
4 Sel (45-50 Jam)
8 Sel (60-70 Jam)
16 Sel (3 4 Hari)
Morula (5 7 Hari)
Blastocyst(7 8 Hari)Corona Uteri
Utero Tubal
Junktion
Oviduct
Ovarium
Gambar 16. Tahap Perkembangan embrio di dalam Uterus
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
18/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-18
Gambar 17. Tahap Perkembangan Embrio
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
19/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-19
3.3.3.8 Kategori Kualitas Embrio
Kualitas embrio ditentukan dengan parameter :
1.
Bentuk2. Warna3. Jumlah sel kompak4. Jumlah sel degenerasi dan terlepas (extruded)5. Jumlah dan ukuran vesicle
Morula
(5 Hari)
Blastocyst Dini
(7 Hari)
Expanded
Blastocyst
(8 Hari)
Hatched
Blastocyst
Blastocyst
(7 Hari)
KompakMorula
(6 Hari)
Gambar 18. Tahap Perkembangan Embrio
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
20/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-20
Adapun criteria dari kualitas embrio tersebut adalah sebagai berikut :
A Excellent (Istimewa)Embrio ideal, morphologi sempurna dalam perkembangannya pada setiap
tahapan (normal typical)
A Good(Bagus)Terdapat kelainan pada beberapa sel blastomer (extruded), bentuk tidak
seragam, terdapat beberapa vesicle (10 20 % tidak seragam dan tidak
beraturan)
C Poor (Kurang)Terdapat sejumlah besar blastomer extruded, degenerasi, ukuran berbeda dan
vesicle banyak. Tampak masih hidup (50 % tidak seragam dan tidak
beraturan)
D Non Transferable EmbryoSel degenerasi total, sel terlalu muda (2 32 sel) atau unfertilized ova (UFO)
Gambar-ganbar berikut adalah gambar dari berbagai embrio dalam berbagai tahap
perkembangan embrio :
Gambar 19. Embrio tanpa zona pellucida
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
21/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-21
Gambar 20. Sel telur tanpa zona Pellucida
Gambar 21. Embrio tahap 16 Sel
Gambar 22. Embrio tahap 4 sel dengan zona Pellucida
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
22/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-22
Gambar 23. Embrio dengan zona Pellucida tidak normal
Gambar 24. embrio tahap 4 sel dengan zona yangnormal
Gambar 25. Sel telur manusia yang telah difertilisaasi
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
23/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-23
Gambar 26. Gaambar embrio manusia pada hari ke 3 pada
Tahap 8 sel
Gambar 27. Blastocyst hari ke 5
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
24/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-24
3.4 PRODUKSI EMBRYO IN VITRO
Teknik produksi embryo secara in Vitro terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
1. Koleksi oocyte immature (oocyte yang belum masak) dari donor2.
Maturasi oocyte yang dikoleksi
3. Fertilisasi In Vitro4. Kultur embryo dibawah kondisi laboratorium (Inkubator CO2)Teknik ini merupakan satu potensi yang baik untuk pemanfaatan sapi dengan genetik
unggul dalam waktu yang simgkat
3.4.1 Koleksi Oocyte (Recovery of Oocytes)
Oocyte (sel telur) dapat dikoleksi atau diperoleh dengan dua (2) cara yaitu :
1. Koleksi dari induk sapi hidup (donor)2. Koleksi dari Ovarium yang berasal dari induk sapi yang dipotong di RPH (pemanfaatan
limbah induk sapi dari RPH)
1. Koleksi oocyte dari Induk sapi hidup (donor)Dari induk donor, sel telur yang belum masak (immature eggs/oocytes) dapat dikoleksi
melalui dua cara pula yaitu :
A. Koleksi oocyte melalui vaginal (Ovum Pick-Up Transvaginal)B. Koleksi oocyte melalui aspiraasi laparoskopi (laparoscopic aspiration)A. Koleksi oocyte melalui vaginal (Ovum Pick-Up Transvaginal/Transvaginal OPU)
Transvaginal OPU dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan alat USG, tetapi dengan
bantuan USG merupakan metode yang umum dilakukan. Dengan teknik atau metode
tersebut dapat dihasilkan 4 5 sel telur immatur dalam sekali percobaan tanpa adanya
stimulasi atau rangsangan hormonal pada ovarium. Sedangkan dengan stimulasi FSH
pada ovarium telah dapat dihasilkan 8 10 sel telur per percobaan.
Metode ini dapat dilakukan dalam 1 atau 2 kali per minggu dan dapat diulang untuk
beberapa minggu dengan resiko yang kecil pada kesehatan dan fertilitas donor. Metode ini
terutama ditujukan atau abaik dilakukan baik pada induk donor yang sangat responsif
terhadap stimulasi hormonal, ataupun yang tidak.
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
25/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-25
B. Koleksi oocyte melalui aspiraasi laparoskopi (laparoscopic aspiration)
Dengan metode aspirasi laparoskopi dapat dihasilkan 3 9 sel telur/percobaan pada induk
sapi dan sekitar 22 32 sel telur/percobaan pada sapi dara. Dengan metode ini, rataan
jumlah sel telur yang diperoleh lebih tinggi.
Kedua teknik tersebut di atas dapat dilakukan untuk koleksi sel telur selama periode
kebuntingan tanpa adanya efek yang yang berkepanjangan pada fertilitas ataupun
kesehatan reproduksi induk donor. Sebagai contoh, pada teknik transvaginal OPU, sel
telur dapat dikoleksi pada masa umur kebuntingan mulai 30 120 hari, setiap dua minggu
sekali dengan dihasilkan sekitar 60 buah sel telur selama 3 bulan periode kebuntingan.
Jika diasumsikan diperoleh 30% embryo yang diperoleh layak untuk ditransfer kelak dan
angka kebuntingan 50%, maka dapat dihasilkan 8 9 ekor anak sapi yang berasal dari sel
telur yang dikoleksi dari seekor induk bunting. Berarti secara teori, sangat dimungkinkan
untuk menghasilkan lebih dari 10 ekor anak dari induk bunting selama 13 bulan.
Meode ini dapat juga diterapkan untuk koleksi sel telur dara yang belum puber atau belum
dewasa kelamin (pre puberal), dimana produksi embryo dari ternak donor pre puberal ini
mempunyai potensi untuk mereduksi interval generasi dan meningkatkan mutu genetik,
walaupun kapasitas perkembangan dan pertumbuhan sel telur masih rendah dibandingkan
bila sel telur berasal dari donor yang telah dewasa kelamin. Dengan demikian masih
diperlukannya penelitian lebih lanjut untuk dapat diaplikasikan secara komersial
2. Koleksi dari Ovarium yang berasal dari induk sapi yang dipotong di RPH(pemanfaatan limbah induk sapi dari RPH)
Sumber sel telur untuk menghasilkan embryo dalam skala besar dapat diperoleh dari
Ovarium yang berasal dari induk yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH).
Sehingga selain untuk tujuan produksi embryo in vitro, juga sebagai pemanfaatan limbah
dari RPH berupa pemanfaatan ovarium.
Sel telur dapat dikoleksi dari ovarium dengan dua cara yaitu :
1. Aspirasi folikel ovarium2. Slicing (sayatan) ovarium
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
26/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-26
Kualitas sel telur yang dihasilkan dengan metode ini, hampir sama dengan sel telur yang
berasal donor hidup, akan tetapi kelemahan dari metode ini adalah potensi genetik induk
tidak dapat diketahui dengan pasti.
3.4.2 Maturasi Oocyte (Oocyte maturation)
Segera setelah koleksi sel telur, sel telur tersebut disimpan pada media maturasi dan
diinkubasi selama 22 24 Jam untuk menstimulasi atau meramgsang pemasakan sel telur
dibawah kondisi laboratorium, dalam hal ini inkubasi di dalam inkubator CO2. Untk
mendapatkan kualitas embryo yang baik, maka dapat juga dilakukan co-cultur dengan sel
somatic. Kuiltur atau inkubasi selm telur umumnya dilakukan dalam satu kelompok 10
40 sel telur dalam satu cawan guna mendapatkan perkembangan yang baik.
3.4.3 In Vitro Fertilisaasi (In Vitro Fertilization)
Fertilisasi dilakukan dengan menggunakan semen beku. Pada metode ini, pertama-tama
silakukan pemisahan bahan pengencer dari sperma motil, segera setelah semen beku di
thawing. Cara pemisahan dapat dengan cara :
1. Pencucian langsung2. Swim-up centrifugasi3. Percoll gradient centrifugasi
Teknik selanjutnya adalah sperma ditempatkan di dalam mikrodrops yang telah berisi sel
telur kapasitasi dan larutan heparin. Inkubasi sel telur dengan sperma kapasitasi dilakukan
selama 6 24 Jam. Umumnya sekitar 30 buah sel telur dan 200.000 sperma diinkubasi
dalam sati mikrodrops untuk mendapatkan hasil fertilisasi yang optimal.
3.4.4 Kultur Embryo
Sel telur yang telah difertilisasi dicuci untuk dibebaskan dari sperma. Selanjutnya dikultur
5 7 hari untuk mengikuti perkembangan embryo hingga layak untuk ditransfer.
Fertilisasi dapat dikatakan berhasil dengan adanya pembelahan sel yang secara visual dapat
dilihat setelah 40 42 Jam setelah inseminasi.
Terdapat tiga sistem kultur embryo, yaitu :
1. Kultur embryo di dalam oviduct resipien sementara (domba dan kelinci).
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
27/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-27
Dengan metode ini, angka kebuntingan mencapai 60 70 % setelah embryo yang
dihasilkan dibekukan dan ditransfer pada resipien
2. In Vitro kultur zygote (sel telur yang telah difertilisasi) dengan somatik sel (contoh selepithel oviduct, sel granulosa) di dalam medium tertentu
3. In vitro kultur zygote dalam medium sederhana sepeti cairan oviduct sintetis tanpamenggunakan sel somatik
Pada ke tiga sistem di atas, embryo dikultur di dalam mikrodrops dengan dilindungi
dengan mineral oil. Angka kebuntinan untuk ketiga sistem tersebut mencapai 40 56 %.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, kultur embryo di dalam mikrodrops atau dengan
sel somatik dapat meningkatkan produksi, daya tahan serta kualitas embryo. Tabel 2 di
bawah menunjukkan keberhasilan produksi in Vitro dengan metode Transvagianal OPU
Tabel 3. In vitro embryo production following transvaginal OPU.
Duration of
transport
(h)*
No. of
collections
No. of
oocytes (avg)
Oocyte
cleavage (%)
Transferable
embryos (%)
0 177 1771 (10) 1310 (74) 837 (47)
3 to 6 260 1944 (7.5) 1326 (68) 840 (43)
24 34 155 (6.5) 110 (71) 66 (43)
*Time for transporting eggs from farm to laboratory.Source: Bousquet.1997. Proc. Soc. Theriogenology. pp16-21.
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
28/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-28
Produksi embrio in Vitro
Bagan Produksi Embrio dan Pelaksanaan Transfer
Produksi embrio in Vivo
I Penyerentakan berahi superovulasi IB evaluasi konservasi embrio
Embrio embrio
Multiple Follikulo- MultipleGenesis Ovulasi
Ovarium Koleksi Oosit OositOosit Klasifikasi Maturasi
Fertiliasi Koleksi Konservasi
Embrio embrio
Penampungan
Semen/thawing Kapasitasi
Semen beku spermatozoa
II sinkronisasi 7 hari pasca berahi Transfer PKBBerahi embrio
Donor
Resipien
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
29/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-29
3.5 Teknik Transfer Embrio
3.5.1 Teknik transfer embrio pada Sapi dan Kerbau
Teknik transfer embrio (TE) pada Sapi dan Kerbau awalnya melalui proses
laparotomy atau metode surgery (dengan pembedahan)dengan anesthesia umum atau
local. Tetapi sejak tahun 1978, dilakukan metode tanpa pembedahan yakni transfer
embrio melalui transcervical.
Pada metode transcervical tersebut, mula-mula akan dilakukan palpasi rectal pada
resipien untuk mengetahui apakah pada ovarium terdapat Korpus luteum.
Selanjutnya dilakukan anesthesia epidural untukinduced to prevent straining selama
proses transfer berlangsung.
Embrio yang telah disimpan dalam straw (0,25 ml Straw) dalam keadaan steril
dimasukkan kedalam Transfer Gun (Cassou) dan dilindungi dengan plastik penutup
yang steril. Langkah selanjutnya Transfer Gun masuk ke dalam vagina dan melalui
cervix dengan bantuan tangan operator melalui palpasi rektal akan menuntun
Transfer Gun memasuki tanduk uterus bagian ipsilateral dengan Korpus Luteum.
Embrio didesposisikan ke dalam tanduk uterin.
3.5.2 Teknik transfer embrio pada Domba dan Kambing
Pada Domba dan Kambing umumnya transfer embrio dilakukan dengan cara
pembedahan atau laparotomy dibawah anesthesia umum atau local.
Dengan melakukan penyayatan midventral, embrio dapat ditransfer disertai satu
sedikit medium lansgung ke dalam oviduct, dimana ujung dari pipet kapiler yang
mengandung embrio disisipkan melalui infundibulum untuk mendesposisikan embrio
ke dalam ampulla.
Cara lain adalah apabila transfer embrio di arahkan langsung ke uterus, maka tanduk
uterus ditusuk dengan jarum tumpul, selanjutnya pipet kapiler disisipkan ke dalamlumen uterus. Proses tersebut dapat dilakukan dengan teknik laparoscopy.
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
30/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-30
3.6 Penanganan setelah Transfer Embrio
Setelah dilakukan transfer embrio, sebaiknya dilakukan pendugaan atau evaluasi
kebuntingan, dimana angka kebuntingan (Pregnancy rates) tidak dapat dikaitkan
dengan prosentase daya tahan embrio (embryo survival). Angka kebuntingan dandaya tahan embrio dapat dideteksi pada awal masa kebuntingan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dibawah kondisi ideal, lebih dari 80 %
embrio survive setelah ditransfer pada resipien yang telah mengalami Penyerentakan
berahi terlebih dahulu. Angka kebuntingan tertinggi pada Sapi, Domba dan
Kambing adalah melalui transfer satu embrio ke dalam masing-masing tanduk uterus
resipien. Sehingga kelahiran kembar sering terjadi.
Lain halnya pada Babi, melalui transfer 6 10 embrio pada masing-masing sisi akan
menghasilkan litter size normal, karena hanya sekitar 1,5 embrio yang ditransfer
yang akan menghasilkan keturunan yang sehat saat dilahirkan.
Tahap pelaksanaan transfer embrio dapat dilihat pada gambar berikut.
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
31/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-31
Tahapan pelaksanaan Transfer Embryo pada Sapi
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
32/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-32
Gambar 28. Tahap pelaksanaan Transfer embrio
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
33/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-33
3.7 Pembekuan Embrio
Kelebihan utama dari pembekuan embrio dibandingkan dengan pembekuan sperm atau
oocyt, adalah embrio mengandung komplet genom yang berasal dari pejantan unggul
(semen beku) dan betina unggul, dan embrio dapat ditransfer kepada induk resipien tanpadiketahui atau diketahui latar belakang genetik atau catatatn genetik dari resipien tersebut
serta tanpa adanya kehawatiran adanya resiko perubahan mutu genetik.
Pembekuan embrio sebaiknya di arahkan untuk ternak-ternak di pusat-pusat pembibitan,
dimana bertujuan penyebaran bibit unggul.
Proses pembekuan di awali oleh peneliti Audrey Smith pada tahun 1952 dalam
penelitiannya mengenai Efek temperatur rendah terhadap perkembangan ovum
mammalia, dan selanjutnya menghasilkan beberapa penelitian dengan pembekuan
embrio.
Beberapa penelitian telah berhasil dilakukan terutama tentang cryopreservasi embrio pada
berbagai spesies mammalia dengan berbagai variasi temperatur.
3.7.1 Prinsip dari CryobiologiPrinsip dari biofisik telah diaplikasikan pada cryopreservasi dari sel hidup dan jaringan
serta pada embrio. Embrio akan mengalami kerusakan selama proses pembekuan dan atau
pada proses thawing (pencairan kembali) melalui pembentukan kristal-kristal es intra
seluler atau melalui peningkatan konsentrasi cairan intra seluler yang berubah sehingga
terjadi dehidrasi sel selama pembekuan. Ini dapat disebut sebagai Efek Larutan (Solution
Effects).
Pada proses pembekuan cepat (penurunan temperatur cepat) dapat mengurangi kerusakan
akibat efek larutan, tetapi menyebabkan pembetukan krista es yang akan menyebabkan
kerusakan mekanik pada embrio. Dengan demikian tingkat atau angka pembekuan
optimum untuk jaringan sangat tergantung dari toleransi relatif dari kerusakan akibat
pembentukan kristal es dan akibat efek larutan.
Saat suspensi sel dibekukan dibawah 0 C, akan terbentuk kristal es ekstra seluler, akan
mengakibatkan konsentrasi larutan di dalam air. Membran sel akan akan beraksi untuk
menghalangi penyebaran kristal es ke dalam kompartemen intra selular.
Penambahan agen cryoprotektan seperti Glyserol atau dimethyl sulfoxide pada pembekuan
medium memberikan hasil pembekuan dengan temperatur rendah. Hal tersebut
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
34/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-34
disebabkan tidak adanya dehidrasi sel dan akibat dari hilangnya efek larutan, sehingga
embrio dapat dibekukan dengan cukup lambat untuk menghindari pembentukan kristal es
yang besar.
Temperatur kritis dengan pembekuan lambat untuk menghasil angka survival optimal
adalah dari 4 - - 60 C selama pembekuan, dan dari 70 - - 20 C selama pemanasan
kembali.
Embrio mammalia dapat dibekukan untuk waktu lama di dalam larutan jika sesuai dengan
temperatur pembekuan dan tidak ada lagi kejadian aktivitas biologi. Larutan Nitrogen
pada temperatur 196 C adalah cocok untuk kondisi tersebut. Embrio Sapi, Domba dan
Tikus dapat tahan pada pencairan kembali yang cepat (rapid thawing) pada pembekuan
lambat dengan proses terminasi pembekuan paa temperatur 30 dan 50 C dan
kemudian langsung disimpan ke dalam larutan Nitrogen cair pada temperatur 196.
3.7.2 Teknik Pembekuan embrio (Cryopreservasi Embryo)Berbagai variasi teknik pembekuan embrio digunakan untuk cryopreservasi dan thawing
embrio Sapi, Domba, Babi dan Kuda. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam teknik pembekuan atau cryopreservasi yakni,
Embrio yang akan dibekukan harus dalam kategori Excellent (Istimewa) Embrio berada pada tahap pembelahan yang benar (Cleavage) Embrio ditransfer dalam keadaan steril, segar tersimpan dalam media kultur hingga
saat digunakan
Jika embrio disimpan dalam medium lebih dari 2 Jam sebelum ditransfer, embrioharus ditransfer ke dalam medium segar setiap 2 jam.
Embrio diisap ke dalam mikro pipet dengan sedikit volume medium (kurang dari 0,2ml medium) untuk mencegah kontaminasi.
3.7.3 Kultur dan penyimpanan pada Temperatur 0 dan 37 CSegera setelah dilakukan panen embrio, embrio disimpan dalam media kultur (culture
medium) pada temperatur 37 C. Perkembangan embrio in vitro sangat lambat
dibandingkan in vivo. Embrio akan berkembang dalam 2 3 hari atau lebih.
Embrio dapat disimpan di dalam kultur media untuk beberapa jam antara waktu koleksi
hingga transfer pada temperatur 15 25C. Jika embrio dibekukan pada 0 dan 10 C atau
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
35/36
Teknologi Reproduksi Ternak
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD III-35
transfer ke dalam oviduct Kelinci, maka dapat disimpan dan bertahan untuk beberapa hari
dengan sedikit mengalami penurunan daya tahannya. Terkecuali embrio Babi tidak dapat
survive pada pembekuan di bawah 15 C.
Beberapa medium yang umum digunakan untuk kultur embrio, yakni :
1. Tissue Culture Medium (TCM 199)2. Dulbeccos phosphat-buffered saline (PBS)
TCM 199 biasa digunakan untuk koleksi embrio, sedangkan media untuk penyimpanan
mengandung 25 mMHEPES bufferdan 10 20 % Calf serum yang telah di filtrasi dengan
menggunakan Millipore-filtered dan di inaktifkan dengan pemanasan selama 30 menit
pada temperatur 56 C.
3.7.4 Prosedur pembekuan Embrio (Embrio Cryopreservation) Medium yang digunakan adalah modifikasiDulbeccos PBS, dengan suplemen bovine
serum albumin (BSA)
Cryopotectant agen ditambahkan pada setiap step pada temperatur 0 C dan 20 C. Embrio dibekukan secara cepat pada 0 C dengan derajat kecepatan pembekuan
1C/menit hingga - 7 C. Pada titik beku dilakukan seeding, yakni pembentukan
kristal es kecil pada medium. Seeding akan meminimalkan fluktuasi temperatur
sebagai akibat panas yang terbentuk.
3.8 Bahan Bacaan
1. Buku Wajib (BW) :
1. Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction In Farm Animals. 7th Ed. Lippincott Williams &Wilkins
2. Toelihere, M. R. 1985. Fsisologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung3. Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
2. Buku Anjuran (BA) :
1. Peters, A.R., and Ball, P.J. 2004. Reproduction in Cattle. 3rd ed. Blackwell Science, Inc.2. Bearden, H.J., J.W. Fuquay and S.T. Willard. 2004. Applied Animal Reproduction.
Sixth Edition. Pearson. Prentice Hall. New Jersey.
3. Rasad, SD. 2004. Teknologi Reproduksi Ternak. Buku Ajar (unpublish)
-
7/23/2019 BAB III Transfer Embryo3
36/36
Teknologi Reproduksi Ternak
3.9 Tugas dan Latihan
1. Jelaskan tahapan proses transfer embrio
2. Jelaskan faktor-faktor apa yang penting diperhatikan dalam teknik TE pada sapi ?
3.Jelaskan prinsip pembekuan embrio ?4.Jelaskan prosedur pembekuan embrio ?