farmakoterapi pencernaan & pernapasan (asma & ppok)
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
1/43
PRAKTIKUM FT PERNAPASAN &PENCERNAAN
P2 ASMA DAN PPOK
PRESENTED BY KEL IE
Sinta Sutiyanto
Tri Yuliastuti
Yunia Pitalapa
Yunita Mikda
Ratri Alfiah
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
2/43
KASUS
Seorang wanita hamil 30 tahun G2P1 dengan usia kehamilan 15 minggu datang ke
klinik rawat jalan dengan keluhan memburuknya dyspnea selama dua minggu
sebelumnya. Riwayat medisnya adalah diagnosis asma pada masa kanak-kanak, alergimusiman, dan gastroesophageal reflux disease (GERD) selama kehamilan sebelumnya.
Dia mencatat bahwa gejala asmanya sebelum kehamilan sudah terkontrol baik dengan
flutikason/salmeterol inhaler (250 mcg/50 mcg), albuterol HFA bila diperlukan, dan
steroid intranasal. Namun, dia menghentikan semua obat-obatan ketika ia mengetahui
bahwa dirinya hamil karena takut dapat membahayakan bayinya.
Pasien bekerja di bidang marketing dan tidak menggunakan tembakau sejak kuliah.Dia alergi terhadap kucing dan tungau debu, tetapi saat ini tidak memiliki hewan
peliharaan di rumahnya. Dia tidak memiliki riwayat medis tambahan selain yang
dijelaskan diatas.
Pada kunjungan hari ini dia merasa tidak mampu untuk mengambil napas dalam-
dalam. Dia juga menjelaskan 1-2 episode mengi harian dan batuk waktu malam dua
sampai tiga kali per minggu. Udara hangat, debu, dan paparan terhadap kucing
tampaknya memperburuk gejala.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tidak mengalami distress akut. Ada eritema dari
nares bilateral dengan rhinorrhea jelas dan cobble-stoning dari faring posterior. Paru-paru
yang bersih pada auskultasi bilateral. Suara jantung normal tanpa murmur terdengar,
gallop atau menggosok. Perut gravid dan konsisten dengan usia saat kehamilan pasien.
Ada jejak ekstrimitas bawah, tetapi tidak ada clubbing atau sianosis.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
3/43
Laboratorium
Spirometri dari sekitar satu tahun sebelum kunjungan mengungkapkan
sebagai berikut :
Pra-bronkodilator kapasitas vital paksa (FVC) 5,11 L (diprediksi 116
%), volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV) 3,12 L (diprediksi
84 %), FEV/FVC 0,61.
Pasca-bronkodilator FVC 5,16 L (1% perubahan), FEV1 3,99 L (27 %
perubahan) dan FEV1/FVC 0,77.
Pertanyaan
1. Tegakkan assessment pada kasus di atas !
2. Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis kasus di
atas ?
3. Tetapkan tujuan dan sasaran terapi dari kasus di atas !4. Bagaimana tata laksana terapi yang anda rekomendasikan untuk pasien ?
5. Tentukan parameter-parameter yang harus dimonitoring pada waktu control
berikutnya !
6. Hal-hal apa saja yang dapat anda jadikan bahan dalam KIE kepada pasien ?
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
4/43
Penyelesaian masalah metode SOAP
Subjektif
1. Nama : -
2. Umur : 30 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Riwayat penyakit : asma pada masa kanak-kanak, alergi musiman,alergi terhadap kucing dan tungau debu dan gastroesophageal reflux
disease (GERD) selama kehamilan sebelumnya.5. Keluhan : pasien merasa tidak mampu untuk mengambil
napas dalam-dalam, terjadi 1-2 episode mengi harian dan batukwaktu malam dua sampai tiga kali per minggu, udara hangat, debu,dan paparan terhadap kucing tampaknya memperburuk gejala.
6. Riwayat pengobatan : flutikason/salmeterol inhaler (250 mcg/50
mcg), albuterol HFA bila diperlukan, dan steroid intranasal7. Sejarah sosial : bekerja di bidang marketing dan tidak
merokok sejak kuliah
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
5/43
Objektif
Pemeriksaan Fisik
1. Pasien tidak mengalami distress akut
2. Terdapat eritema dari nares bilateral dengan
rhinorrhea jelas dan cobble-stoning dari faringposterior.
3. Paru-paru yang bersih pada auskultasi bilateral.
4. Suara jantung normal tanpa murmur terdengar,gallop atau menggosok.
5. Perut gravid dan konsisten dengan usia saatkehamilan pasien.
6. Terdapat jejak ekstrimitas bawah, tetapi tidak adaclubbing atau sianosis.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
6/43
Hasil pemeriksaan Spirometri 1 tahun sebelum kunjungan
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
7/43
Assessment
Penentuan assessment dalam kasus ini didasarkan atas beberapa parameter,antara lain :
1. Riwayat medis pasien mulaimenderita asma sejak kecil, mengalamialergi musiman, alergi kucing dan tungau debu
2. Comorbid Condition gangguan reflux gastroesofagal (GERD),
rhinitis alergi dengan gejala berupa eritema dari nares bilateral dengan
rhinorrhea jelas dan cobble-stoning dari faring posterior.
3. Gejala klinis dyspnea (sesak napas) yang memburuk selama duaminggu sebelumnya, napasnya dangkal, mengi harian 1-2 episode,
batuk waktu malam hari dua sampai tiga kali per minggu. Gejala-gejala
tersebut semakin memburuk saat terpapar udara hangat, debu, dan
paparan terhadap kucing
4. Hasil Spirometer 1 tahun sebelum kunjungan
telah terjadi obstruksijalan nafas berdasarkan nilai rasio FEV1/FVC 0,61 (< 0,65), terjadi
perbaikan gejala berupa peningkatan nilai FEV1 sebesar 27 % dari nilai
FEV1 sebelumnya.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
8/43
A spirometer interpretation algorithm with 2 variables (Petty TL, 1999)
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
9/43
Jenis pemeriksaan
Untuk membantu menegakkan diagnosis maka perlu dilakukanbeberapa uji fungsi sistem respirasi , antara lain :
1. Tes fungsi paru-paru menggunakan spirometer (menilai FEV1,
FVC, dan rasio FEV1/FVC), menggunakan peak flow meter
(menilai PEFR)
2. Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya peningkatan kadar
IgE atau hitung jenis dan jumlah eosinofil.
3. Pemeriksaan atau analisis gas darah
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
10/43
Jenis pemeriksaan
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
11/43
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
12/43
Berdasarkan parameter-parameter di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini pasien
didiagnosis menderita asma persisten padakehamilannya dengan tingkat keparahan
moderat.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
13/43
Global Initiative for Asthma (GINA) 2008,
Asmaadalah penyakit inflamasi kronis pada saluran
pernapasan di mana berbagai sel dan elemen selulerberperan, terutama sel mast, eosinofil, limfosit T,
makrofag dan sel epithelial.
Terjadinya inflamasi kronis berhubungan dengan
hiperresponsivitas saluran pernapasan terhadap
berbagai macam stimulus yang dapat menyebabkan
kekambuhan sesak napas (mengi), kesulitan
bernapas, dada terasa sesak, dan batuk-batukterutama pada malam atau dini hari (Ikawati, 2011).
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
14/43
Hubungan asma dan kehamilan
1. Elevasi diafragma sekitar 4 cm dan peningkatan diameter
tranversal dada maksimal sebesar 2 cm perubahan pola
pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi torakal
berpengaruh untuk memenuhi peningkatan konsumsi oksigen
maternal selama kehamilan.
2. Tingginya tingkat sirkulasi progesteron meningkatkan sensitifitas
terhadap CO2 terjadi hiperventilasi ringan, yang bisa disebut
sebagai dispnea selama kehamilan
3. Kadar estrogen meningkat menurunnya kapasitas difusi pada
jalinan kapiler karena meningkatnya jumlah sekresi asam
mukopolisakarida perikapiler
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
15/43
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
16/43
Plan
Tujuan Terapi
untuk mempertahankan fungsi paru-paru agarmenjamin pasokan oksigen ke janin dengan mencegah
episode hipoksia pada ibu
untuk memberikan terapi yang optimal guna
mempertahankan kontrol asma bagi kesehatan ibu dankualitas hidup serta untuk pematangan janin secara
normal
mencegah kekambuhan,
mencegah progresivitas berkurangnya fungsi paru, menyediakan farmakoterapi yang optimal dengan efek
samping minimal
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
17/43
Sasaran Terapi
1. Penilaian dan pemantauan asma, yangdiperoleh dari uji objektif, uji fisik, riwayat
pasien dan laporan pasien;
2. Edukasi kepada semua individu yang terlibat
dalam perawatan asma pasien,3. Kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan dan
kondisi komorbid yang mungkin
mempengaruhi asma;
4. Terapi farmakologi
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
18/43
Rencana Terapi
1. Terapi non farmakologi
ASMAa. penilaian objektif untuk assessment dan monitoring
tes fungsi paru dg spirometer (mengukur rasio
FEV1/FVC), mengukur PEFR dg peak flow meter scr
mandiri, USG untuk monitoring aktivitas &
perkembangan janin
b. menghindari atau mengontrol faktor pemicu,
c. edukasi pasien mengendalikan asma selama
kehamilan sangat penting bagi kesejahteraan janin,
pasien harus memahami dampak negatif dari asma
yang tidak terkontrol pada perkembangan janinnya
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
19/43
RHINITIS ALERGI menghindari alergen danfaktor pemicu
GERD modifikasi gaya hidup
a. menginstruksikan pasien untuk mengangkat kepalasaat tidur yaitu 6 inci dari tempat tidur,
b. menghindari makan selama 3 jam sebelum tidur,
c. modifikasi diet dengan mempertahankan diet rendahlemak dan tinggi protein,
d. menghindari alkohol dan merokok,
e. menghindari cokelat,
f. menghindari obat yang dapat memperburukgastroesophageal reflux seperti anticholinergics,Sedatives / tranquilizers, Theophylline,Prostaglandins, dan Calcium channel blockers.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
20/43
Rhinitis, sinusitis, dan gastroesophageal refluks
adalah kondisi yang sering dikaitkan dengan asma,yang sering menimbulkan masalah selama
kehamilan, dan mungkin secara bersamaan
memperburuk asma. Rhinitis alergi merupakan
faktor risiko untuk asma
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
21/43
2. Terapi Farmakologi
ASMA
a. albuterol inhalasi 2-4 semprotan (200-400mcg) jika timbul gejala
bronkospasme akut,
b. terapi pemeliharaan menggunakan kombinasifluticasone/salmeterol 2 kali sehari 1 inhalasi (100/50 mcg tiapinhalasi) selama 6 bulan, dimana tiap 1 sampai 6 bulan dilakukanevaluasi terhadap kontrol asma.
RHINITIS ALERGIkortikosteroid intranasal budesonide dengan dosis 1 kali sehari1-2 semprot (32 mcg/semprotan) per lubang hidung (jika
perlu)
GERD
PrioritasTerapi non farmakologi
Jika dg modifikasi gaya hidup gejala tidak membaik dptdiberikan antasida 3 kali sehari 1-2 tablet 2 jam sesudahmakan jika perlu.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
22/43
Evaluasi kerasionalan obat terpilih
1. Tepat Indikasi
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
23/43
Lanjutan .
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
24/43
2. Tepat Obat
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
25/43
Lanjutan
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
26/43
3. Tepat Pasien
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
27/43
4. Tepat Regimen
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
28/43
5. Waspada Efek Samping
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
29/43
6. Interaksi Obat
Belum ada studi saat ini dipublikasikan yangmemeriksa kondisi pasien hamil yang
diobati baik dengan INS dan ICS pada
waktu yang sama.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
30/43
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
31/43
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
32/43
EVALUASI
Evaluasi terhadap efektivitas terapi selanjutnya dilakukan setiap 1 sampai 6 bulan
dengan tujuan untuk melihat apakah asma yang diderita pasien dapat terkontrol
dengan baik.
1. Jika asmanya terkontrol dengan baik, maka pengobatan dapat diturunkan ke step di
bawahnya (Step down).
2. Jika asmanya tidak terkontrol dengan baik maka pengobatan harus dinaikkan ke step
selanjutnya (Step up).
Sebelum memutuskan untuk step up, harus dipastikan terlebih dahulu :
1. apakah teknik penggunaan obat (inhaler, intranasal) oleh pasien dilakukan dengan
benar,2. memastikan atau menilai bagaimana kepatuhan pasien terhadap terapi yang
direkomendasikan, serta
3. memastikan kontrol lingkungan apakah terdapat faktor pemicu atau alergen di sekitar
pasien.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
33/43
MONITORING
Pemantauan fungsi paru-paru menggunakan spirometer untuk
mengukur nilai FEV1/FVC dilakukan pada saat penilaian awal.Untuk pemantauan rutin, spirometri perlu dilakukan tiap kali
berkunjung ke dokter sebagai tindak lanjut berikutnya (Follow-up)
Pemantauan fungsi paru secara mandiri menggunakan peak flow
meter untuk menilai PEFR.
Pemantauan aktivitas dan perkembangan janin melalui pemeriksaan
USG
Pemantauan kepatuhan pasien terhadap rencana terapi yang
diberikan untuk mengelola atau mengontrol asma , baik terapi non
farmakologi maupun terapi farmakologi
Pemantauan penggunaan obat seperti kapan perlunya menggunakan
albuterol inhaler, fluticasone/salmeterol inhaler, dan budesonide
intranasal, pemantauan teknik penggunaan inhaler atau intranasal
yang tepat, pemantauan dosis dan frekuensi pemakaian obat.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
34/43
Lanjutan
Pemantauan efektivitas terapi pengobatandilakukan setelah pasien menjalani terapi dalam
1-2 minggu.
Pemantauan efek samping obat atau efek lain
yang tidak diinginkan yang mungkin bisa timbul
akibat pemakain obat.
Pemantauan tanda-tanda memburuknya asma,
rhinitis alergi maupun GERD dan kemungkinanterjadinya komplikasi.
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
35/43
Peak Flow Meter
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
36/43
Komunikasi Informasi dan
Edukasi
Memberikan pemahaman kepada pasien bahwa ia harusmemahami dampak negatif dari asma yang tidak terkontrolpada perkembangan janinnya.
Memberikan pemahaman kepada pasien bahwa ia bisamengurangi gejala dengan membatasi pemicu asma danrhinitis alergi serta harus mampu mengenali gejala asma yang
memburuk. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai shelf-
monitoring PEFR menggunakan peak flow meter danpenggunaan yang benar dari inhaler. Pasien harusdiinstruksikan pada teknik PEFR yang tepat dimana pasienharus membuat pengukuran sambil berdiri, mengambilinspirasi maksimum dan memperhatikan pembacaan pada
peak flow meter.
Memberikan edukasi kepada pasien untuk rutin melakukanmonitoring fungsi paru-paru dengan spirometer
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
37/43
Lanjutan .
Menganjurkan pasien untuk rutin melakukan follow up kondisi
asma dan kehamilannya sebulan sekali dengan berkunjung kedokter spesialis kandungan maupun spesialis paru.
Memberikan informasi kepada pasien mengenai pemakain obat-obatan seperti teknik penggunaan inhaler atau intranasal yang tepat,informasi mengenai dosis dan frekuensi pemakaian obat, kapanwaktu yang tepay untuk menggunakan obat (terapi akut dan terapi
pemeliharaan). Memberikan informasi kepada pasien tentang bagaimana cara
mengenali gejala perburukan, pasien juga perlu memahamipentingnya dari pengobatan dini, perbedaan antara perawatan obatmisalnya, inhalasi bronkodilator long-acting dan kortikosteroid(fluticasone/salmeterol) dan pertolongan obat (misalnya, short-acting bronkodilator Albuterol).
Memberikan informasi terkait efek samping yang mungkin timbulserta langkah apa yang seharusnya dilakukan apabila terjadi efeksamping
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
38/43
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis kasus menggunakan metode SOAP , makadapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pasien menderita moderate persistent asma pada
kehamilannya dengan faktor risiko rhinitis alergi dan GERD
2. Tujuan Terapi meliputi mempertahankan fungsi paru-paru
agar menjamin pasokan oksigen ke janin dengan mencegahepisode hipoksia pada ibu, memberikan terapi yang optimal
guna mempertahankan kontrol asma bagi kesehatan ibu dan
kualitas hidup serta untuk pematangan janin secara normal
3. Sasaran terapi meliputi penilaian dan pemantauan asma,
edukasi kepada semua individu yang terlibat dalamperawatan asma pasien, kontrol terhadap faktor-faktor
lingkungan dan kondisi komorbid yang mungkin
mempengaruhi asma, terapi farmakologi
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
39/43
Lanjutan
4. Terapi non farmakologi Asma : penilaian objektif untuk assessment dan monitoring,
menghindari atau mengontrol faktor pemicu, serta edukasi
pasien.
Rhinitis alergi : menghindari allergen dan faktor pemicu
alergi
GERD: mengangkat kepala saat tidur yaitu 6 inci dari tempat
tidur, menghindari makan selama 3 jam sebelum tidur,
modifikasi diet dengan mempertahankan diet rendah lemak
dan tinggi protein, menghindari alkohol dan merokok,
menghindari cokelat, menghindari obat yang dapatmemperburuk gastroesophageal reflux
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
40/43
Lanjutan .
5. Terapi Farmakologi
Asma : albuterol inhalasi 2-4 semprotan (200-400mcg) jika
timbul gejala bronkospasme akut, terapi pemeliharaan
menggunakan kombinasi fluticasone/salmeterol 2 kali sehari 1
inhalasi (100/50 mcg tiap inhalasi) selama 6 bulan
Rhinitis alergi : intranasal budesonide dengan dosis 1 kali
sehari 1-2 semprot (32 mcg/semprotan) per lubang hidung
(jika perlu)
GERD: Gejala tidak membaik dengan terapi modifikasi gaya
hidup dapat diberikan antasida 3 kali sehari 1-2 tablet 2 jam
sesudah makan jika perlu
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
41/43
PERTANYAAN
1. Tegakkan assessment pada kasus di atas !Jawab : Assessment dari kasus di atas adalah moderate persistent
asma pada kehamilan
2. Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
kasus di atas ?
Jawab : Untuk menegakkan diagnosis awal perlu dilakukan
pemeriksaan fungsi paru menggunakan spirometer untuk
menentukan nilai rasio FEV1/FVC atau dengan peak flow meter
untuk menetukan nilai PEFR, pemeriksaan darah untuk mengetahui
adanya peningkatan kadar IgE atau hitung jenis dan jumlah eosinofil,
analisis gas darah.
3. Tetapkan tujuan dan sasaran terapi dari kasus di atas !
Jawab :
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
42/43
4. Bagaimana tata laksana terapi yang anda rekomendasikan untuk
pasien ?
Jawab :
5. Tentukan parameter-parameter yang harus dimonitoring pada
waktu kontrol berikutnya !
Jawab :
6. Hal-hal apa saja yang dapat anda jadikan bahan dalam KIE
kepada pasien ?
Jawab :
-
7/21/2019 Farmakoterapi Pencernaan & Pernapasan (ASMA & PPOK)
43/43