kelompok 8 kakao organik

Upload: raditya-arie-atmosudiro

Post on 10-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    1/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Memasuki abad ke-21 banyak keluhan-keluhan masyarakat utamanya

    masyarakat menengah ke atas tentang berbagai penyakit seperti stroke, penyempitan

    pembuluh darah, pengapuran, dan lain-lain, yang disebabkan pola makan. Banyak

    sekali bahan makanan yang diolah dengan berbagai tambahan bahan kimia.

    Disamping itu budaya petani yang menggunakan pestisida kimia dengan frekuensi

    dan dosis berlebih akan menghasilkan pangan yang meracuni tubuh konsumen.

    Adanya logam-logam berat yang terkandung di dalam pestisida kimia akan masuk ke

    dalam aliran darah. Bahkan makan sayur yang dulu selalu dianggap menyehatkan,

    kini juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia berlebih.

    Pertanian organik saat ini memang menjadi primadona yang sangat aktif

    dibicarakan oleh banyak orang. Pertanian organik yang dianggap aman dan tidak

    merusak alam sangat diharapkan demi kemajuan pertanian di Indonesia.

    Beberapa pasar memang mulai mulai menjadikan pertanian organik sebagaiobjeknya. Hal ini di buktikan dengan maraknya pestisida organik yang menyebar di

    pasaran.

    Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian

    yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk

    pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida.

    Pestisida dapat berasal dari bahan alami dan dapat dari bahan buatan. Di

    samping itu, pestisida dapat merupakan bahan organik maupun anorganik.

    Secara umum disebutkan bahwa pertanian organik adalah suatu sistem

    produksi pertanian yang menghindarkan atau menolak penggunaan pupuk sintetis

    pestisida sintetis, dan senyawa tumbuh sintetis.

    1

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    2/20

    1.2 Maksud Dan Tujuan

    Maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adah untuk mengetahui

    organisme penggangu tumbuhan (OPT) pada komoditas kakao.

    Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor yang

    sangat menentukan keberhasilan dalam pencapaian produksi pertanian termasuk

    perkebunan. Serangan OPT dapat terjadi pada benih, masa vegetatif, masa generatif

    dan hasil panen, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi dan

    kehilangan hasil tanaman.

    Menurut Undang - Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman,

    secara tegas ditetapkan bahwa pengendalian OPT dilaksanakan dengan sistemPengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab

    masyarakat petani dan pemerintah.

    Kegiatan pengamatan sangat penting artinya dalam pelaksanaan PHT, karena

    merupakan salah satu tahapan dalam kegiatan perlindungan tanaman perkebunan.

    Kegiatan ini meliputi pengumpulan informasi tentang populasi, tingkat serangan OPT

    perkebunan, keadaan pertanaman dan faktor-faktor abiotik dan biotik yang

    mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Salah satu pengembangan sistem

    pengamatan ditingkat wilayah adalah surveilen. Surveilen yaitu proses untuk

    mengumpulkan dan mencatat data tentang terjadinya atau keberadaan suatu OPT

    melalui survey, monitoring atau bentuk lain.

    1.3 Metodologi Penulisan

    Dalam penulisan maalah ini, Penulis mempergunakan metode observasi dan

    kepustakaan. Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka.

    Dalam metode ini penulis membaca buku-buku, serta mencari artikel dari internet

    yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

    2

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    3/20

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Komoditas Kakao

    Klasifikasi botani tanaman kakao dapat digambarkan sebagai berikut:

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Keluarga : Sterculiaceae

    Genus : Theobroma

    Spesies : Theobroma cacao LTanaman kakao (Theobroma Cacao) merupakan tanaman perkebunaan

    berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin

    unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca,

    faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak

    diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Kakao merupakan

    tanaman perkebunan yang menjadi komoditas ekspor yang dapat memberikan

    kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Disamping itu kakao juga berperan

    dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Dalam

    kancah pasar dunia, keberadaan Indonesia sebagai produsen kakao utama di dunia

    menunjukkan bahwa kakao Indonesia cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk

    menguasai pasar global. Dengan demikian, seiring terus meningkatnya permintaan

    pasar terhadap kakao maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan ekspor dengan

    lebih meningkatkan lagi produksi nasional. Maka dari itu pengelolaan pascapanen

    kakao yang baik sangat diharapkan untuk membantu pendapatan perekonomian

    disektor perkebunan di Indonesia.

    Pengolahan kakao umumnya menjadi coklat. Istilah coklat dalam bahasa suku

    Aztec berasal dari kata xocolatl, yang berarti minuman pahit sedangkan orang-

    orang Indian Mexico menyebutnya chocolate yang berasal dari kata choco yang

    berarti busa (foam) dan atl yang berarti air. Pada awalnya coklat dikonsumsi

    3

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    4/20

    sebagai minuman yang dibuat berbuih, kadang-kadang ditaburi lada merah, vanilla,

    madu atau rempah-rempah lain. Rasanya pahit, sepat dan berlemak, namun pada

    akhirnya penggunaan rempah-rempah dihilangkan dan mulai ditambahkan gula, susu,

    dan lain-lain.

    Pemakaian pupuk organik nasa sangat membantu petani kakao agar mampu

    meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi dengan program

    peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan konsep kelestarian

    lingkungan (Aspek K-3).

    2.1.1 Budidaya Kakao Organik

    Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan.Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur

    hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit

    tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi

    dan kualitas akan rendah. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan

    naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman

    kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang

    baik,pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh

    karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai

    ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam

    budidaya kakao.

    Pada syarat tumbuh, sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi

    pertumbuhan. Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Dengan

    demikian curah hujan, suhu udara dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim

    yang menentukan. Demikian juga dengan faktor fisik dan kimia tanah yang erat

    kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.

    Curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman dan produksi kakao ialah

    distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan

    tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah-daerah

    dengan curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm

    4

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    5/20

    per tahun tampakya berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah (blask

    pods). Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih

    dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang

    karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima tanaman dari curah

    hujan, sehingga tanaman harus dipasok dengan air irigasi. Selanjutnya pada

    pencahayaan langsung dari cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman

    kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek.

    Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan

    intersepsi cahaya dan pencapain indeks luas daun optimum.

    Air dan hara merupakan faktor penentu bila mana kakao akan ditanam dengan

    sistem tanpa tanaman pelindung sehingga terus menerus mendapat sinar mataharisecara penuh. Pada pembibitan kakao membutuhkan naungan, karena benih kakao

    akan lebih lambat pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari penuh. Dengan

    demikian, air dan hara memang merupakan faktor penentu bila mana cahaya matahari

    dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pertanaman kakao.

    Pada tanah, kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan

    kimia dan fisik yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kakao

    terpenuhi. Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan

    kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara faktor

    fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukan air tanah, drainse, struktur dan

    konsesntensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang

    mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao. Sifat kimia pada tanaman kakao

    dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki masaman pH 6-7.5 tidak lebih

    tinggi dari 8, serta tidak lebih rendah dari 8. Bahan organik pada tanah memiliki

    kadar zat organik yang tinggi sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan pada

    masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm

    sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1.75 persen unsur karbon

    yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur. Untuk

    meningkatkan kadar zat organik dapat dipergunakan serasah sisa pemangkasan

    maupun pembenaman kulit buah kakao.

    5

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    6/20

    2.1.2 Hama dan Penyakit Pada Kakao Serta Pengendalian Secara Organik

    a. Penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella

    Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal,

    yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas

    keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman,

    biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika

    digoyang tidak berbunyi.

    Pengendaliannya dilakukan dengan:

    (1) Karantina yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah

    terserang PBK.

    (2) Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4 msehingga memudahkan saat pengendalian dan panen.

    (3) Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari

    sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen

    dibenam.

    (4) Penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong

    plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat

    juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus.

    b. Serangga penghisap buah (Helopeltis spp)

    Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat

    kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di

    ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi

    jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.

    Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian

    ranting layu mengering dan meranggas.

    Pengendalian organik pada hama serangga penghisap buah ini dapat dikendalikan

    secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao

    kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

    6

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    7/20

    c. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)

    Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari

    ujung atau pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa

    atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada

    kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.

    Pengendalian organiknya yaitu dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu:

    1) Membuang buah terserang dan dibakar, serta pemangkasan secara teratur.

    2) Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam

    tanah sedalam 30 cm.

    3) Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan

    pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.4) Formula pengendali organic Pestona. Pestona merupakan formula pengendali

    organik bagi beberapa hama penting pada tanaman pangan, hortikultura dan tahunan

    dan bagus juga untuk tanaman kakao. Di dapat dari hasil ekstraksi dari berbagai

    bahan alami yang mengandung bahan aktif :

    1. Azadirachtin, Alkaloid, Ricin (asam ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral, Nikotin,

    Annonain dll.

    2. Kandungan lain : Atsiri Oil, Eucalyptus Oil, Solvent Extraction

    Pestona dibuat dari bahan alami, maka bersifat :

    1. Mudah terurai dialam sehingga tidak mencemari lingkungan.

    2. Relatif aman bagi manusia, hewan piaraan, serta musuh alami hama tanaman.

    3. Tanaman/buah bebas residu kimia dan aman dikonsumsi.

    Mekanisme kerja pestona tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh

    pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan

    pembentukan serangga dewasa, menghambat komunikasi seksual, penurunan daya

    tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu berperan sebagai zat

    pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama, menghambat peletakkan

    telur dan dapat bekerja secara kontak dan sistemik. Pestona memiliki daya kerja

    dalam mengurangi nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau

    mencegah OPT merusak tanaman lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan

    7

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    8/20

    kematian segera pada serangga/hama. Sasaran yang dituju untuk membasmi wereng,

    walang sangit, penggerek batang, belalang, kepik, thrips, tungau, ulat, Uret dan hama

    lainnya.

    d. Penyakit Kanker Batang (Phytophthora palmivora)

    Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang sama dengan penyebap penyakit busuk

    buah. Gejala serangan diawali dengan adanya bagianbatang/cabang emnggembung,

    berwarna lebih gelap/kehitam-hitaman dan permukaan kulit retak. Selanjutnyabagian

    tersebut membusuk dan basah serta mengeluarkan cairan berwarna kemerahan. Jika

    lapisan kulit luar dibersihkan, maka lapisan dibawahnya tampak membusuk dan

    berwarna merah anggur sampai kecoklatan (Puslit Koka, 2006). Pada penyebaranpenyakit ini sama dengan penyebaran penyakit busuk buah. Penyakit ini dapat terjai

    karena pathogen yang menginfeksi buah menjalar melalui tangkai buah atau bantalan

    bunga dan mencapai batang/cabang. Penyakit ini berkembang pada kebun kakao yang

    mempunyai kelembapan dan curah hujan tinggi atau tergenang air.

    Pengendalian organik pada penyakit kanker batang ini dapat dilakukan dengan

    mengupas kulit batang yang membusuk sampai batas kulit yang sehat. Pemangkasan

    pohon pelindung dan tanaman kakao dilakukan agar di dalam kebun tidak lambat.

    Apabila serangan pada kulit batang sudah hampir melingkar, maka tanaman perlu

    dipotong atau dibongkar.

    e. Hama Penggerek Batang/Cabang (Zeuzera coffeae)

    Gejala serangan hama penggerek batang kakao ini dapat merusak bagian

    batang/cabang dengan cara menggerek empelur (xylem) batang/cabang. Selanjutnya

    gerekan membelok kearah atas. Hama ini menyerang tanaman muda. Pada

    permukaan lubang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan

    serpihan jaringan. Akibat gerekan ulat, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan

    merana, layu, kering dan mati.

    Cara pengendalian secara organik meliputi lubang gerekan yang dibersihkan dan ulat

    yang ditemukan dimusnahkan. Cara mekanis yang lain adalah memotong

    8

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    9/20

    batang/cabang yang terserang 10 cm di bawah lubang gerekan kearah batang/cabang,

    kemudian ulatnya dimusnahkan/dibakar. Cara hayati menggunakan Beauveria

    bassiana, atau agen hayati lain (Puslit Koka, 2006)

    f. Penyakit Antraknose (Colletotrichum gloeosporioides)

    Penyakit antraknose disebabkan oleh jamur C. gloeosporioides) yang menyerang

    buah, pucuk/daun muda dan ranting muda. Gejala serangan pada daun muda nampak

    bintik-bintik coklat tidak beraturan dan dapat menyebabkan gugur daun. Ranting

    gundul berbentuk seperti sapu dan mati. Pada buah muda nampak bintik-bintik coklat

    berlekuk (antraknose). Buah muda yang terserang menjadi layu, kering, dan

    mengeriput. Serangan pada buah tua akan menyebabkan gejala busuk kering padaujungnya. Pada penyebaran antraknose ini melalui spora yang terbawa angin ataupun

    percikan air hujan. Penyakit cepat berkembang terutama pada musim hujan dengan

    cuaca panas dan kelembaban tinggi (Puslit Koka, 2006)

    Pada pengendalian secara organik dapat dilakukan dengan cara yaitu sebagai

    berikut:

    Pengendalian penyakit dilakukan dengan memangkas cabang dan ranting yang

    terinfeksi, mengambil dan mengumpulkan buah-buah kemudian

    membenamkan/membakarnya.

    Pengaturan naungan sehingga tajuk pohon kakao tidak terkena sinar matahari

    langsung dan perbaikan drainase tanah untuk menghindari genangan air di dalam

    kebun.

    g. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria)

    Ulat kikian menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun

    muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan pestona dosis 5 - 10 cc / liter.

    h. Ulat Api (Darna tirma)

    Serangannya mengakibatkan rontoknya daun kakao. Pada awal serangan daging

    daun dimakan sehingga warna daun menjadi kuning. Sambil memakan daun, ulat api

    9

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    10/20

    mengeluarkan cairan. Serangannya tidak hanya pada beberapa helai daun, tetapi juga

    meliputi seluruh daun kakao. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai

    berikut.

    a. Meningkatkan sanitasi di bawah pohon kakao.

    b. Pengendalian dengan cara hayati merupakan cara yang amat penting, dan akan

    berjalan send ir i jika musuh alami te rsed ia dan diles tarikan. Jika

    menggunakan lamtoro sebagai tanaman pelindung, lakukan pemangkasan

    ranting-ranting lamtoro pada waktu ulat masih kecil, kemudian dimusnahkan.

    i. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge)

    Ulat Srengenge serangannya dilakukan silih berganti karena kedua species iniagak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa

    berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup

    yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta

    diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian

    dengan pestona.

    j. Kutu - kutuan (Pseudococcus lilacinus)

    Kutu berwarna putih bersimbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi

    pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah

    yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian :

    tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp,

    Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau

    pestona.

    k. Hama Penghisap Buah (Helopeltis antonii)

    Helopeltis antonii ini menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam

    buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk

    daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian

    menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam

    10

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    11/20

    dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek

    bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan pestona

    dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7

    dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang

    masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan

    buah terserang.

    l. Cacao Mot (Ngengat Buah)/Acrocercops cranerella.

    Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat

    mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi

    buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka(kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria

    bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan pestona.

    h. Penyakit Vascular streak dieback/VSD (Oncobasidium theobromae)

    Penyakit VSD disebabkan oleh O. theobromae. Gejala tanaman terserang, daun-

    daun menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna

    hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun (ompong). Bila permukaan

    bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat gejala bintik 3 kecoklatan.

    Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang tampak jaringan

    pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil (streak) berwarna kecoklatan.

    Pada penyebarannya penyakit VSD ini melalui spora yang terbawa angin dan bahan

    vegetative tanaman. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun

    dan cuaca basah membantu perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora

    sangat dipengaruhi oleh cahaya gelap (Puslit Koka, 2006)

    Pada pengendalian secara organik dapat dilakukan ialah sebagai berikut:

    Pengendalian penyakit dengan memotong ranting/cabang terserang sampai 30 cm

    pada bagian yang masih sehat.

    11

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    12/20

    Pemangkasan bentuk yang sekaligus mengurangi kelembapan dan memberikan

    sinar matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan pada saat selesai panen sebelum

    muncul flush/sebelum kakao berubah warna menjadi merah.

    Adanya parit drainase yang dibuat untuk menghindari genangan air dalam kebun

    pada musim hujan.

    i. Penyakit Jamur Upas ( Corticium salmonicolor )

    Jamur kupas menyerang batang dan cabang. Infeksi jamur ini pertama kali terjadi

    pada sisi bagian bawah cabang ataupun ranting. Apabila menyerang ranting dan

    cabang kecil, umumnya penyakit ini tidak menimbulkan kerugian yang berarti,

    karena dengan memotong ranting/cabang kecil yang terserang cukup untukmengendalikan jamur ini. Gejala serangan dimulai dengan adanya benang-benang

    jamur tipis seperti sutera, berbentuk sarang laba-laba. Pada fase ini jamur belum

    masuk ke dalam jaringan kulit. Pada bagian ujung dari cabang yang sakit, tampak

    daun-daun layu dan banyak yang tetap melekat pada cabang, meskipun sudah kering.

    Jamur ini menyebar melalui tiupan angina tau percikan air. Keadaan lembab dan

    kurang sinar matahari sangat membantu perkembangan penyakit ini.

    Pengendalian secara organik dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu

    memotong cabang/ranting sakit sampai 15 cm pada bagian yang masih sehat. Cara

    kedua dengan kultur teknis, yaitu pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi

    kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kakao.

    j. Penyakit Jamur Akar (Ganoderma philippii (1), Fomes lamaoensis (2),

    Rigidoporus lignosus)

    Ada tiga jenis penyakit jamur akar pada tanaman kakao, yaitu (1) Penyakit jamur

    akar merah; (2) Penyakit jamur akar coklat; (3) Penyakit jamur akar putih. Ketiganya

    menular melalui kontak akar. Pada umumnya serangan penyakit jamur akar terjadi

    pada pertanaman baru di lahan bekas hutan. Pembukaan lahan yang tidak sempurna,

    karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya tertinggal di

    dalam tanah, akan menjadi sumber penyakit. Ketiga jenis penyakit ini mempunyai

    12

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    13/20

    gejala yakni daun menguning, layu dan gugur, kemudian dikuti dengan kematian

    tanaman. Untuk mengetahui penyebabnya harus melalui pemeriksaan akar (Puslit

    Koka, 2006)

    Pada pengendalian penyakit ini dilakukan dengan membongkar semua tunggul

    yang terinfeksi jamur akar pada saat persiapan lahan. Lubang bekas bongkaran diberi

    150 gram belerang dan dibiarkan minimal 6 bulan. Pada saat tanam diberi 100 gram

    Trichoderma spper lubang. Pada areal pertanaman, pohon kakao yang terserang berat

    dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar di tempat itu juga. Lubang bekas

    bongkaran dibiarkan terkena sinar matahari selama 1 tahun. Minimal 4 pohon

    disekitarnya diberi Trichoderma sp. 200 gram/pohon pada awal musim hujan dan

    diulang setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan gejala penyakit akar di arealpertanaman kakao tersebut.

    k. Tikus (Rat)

    Tikus berumur 1,5 bulan dapat berkembang biak dan menghasilkan

    anak 8-12 ekor dengan masa kehamilan 21 hari. Setelah 3 minggu, anak tikus

    memisahkan diri dariinduknya dan mencari makanan sendiri. Seekor tikus dapat

    melahirkan 4 kali setahun.Gejala dan kerugian yang ditimbulkan. Buah kakao yang

    terserang akan berlubang dan akan rusak atau busuk karena kemasukan air hujan dan

    serangan bakteri atau jamur.

    Pengendalian secara organik dapat dilakukan dengan cara melepas musuh alami

    seperti ular dan burung hantu untuk mengurangi jumlah hama ini.

    l. Hama Serangga Vektor

    Serangga terbang, rayap, semut dan kepik dapat menyebarkan penyakit busuk

    buah. Buah yang sakit disukai dan dengan cepat akan dikerumuni oleh kumbang

    terbang dan serangga lainnya. Pengendalian secara organic dengan

    membuang/memusnahkan buah sakit dan buah kering sebagai tindakan sanitasi

    reguler akan mengurangi jumlah inokulum yang tersedia yang dapat terbawa

    serangga. Sarang semut sebaiknya dikerok dari batang pohon menggunakan pisau

    13

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    14/20

    untuk mengurangi bongkah tanah yang terangkut ke tajuk. Pengendalian vektor

    secara manual dapat dilakukan pada bulan September (setelah pemangkasan utama),

    dan tiap 3 bulan jika diperlukan dengan metode mengkerok sarang semut dari batang

    dan cabang pohon kakao, dibenamkan buah kakao busuk dan kulit buah kakao dan

    ditutupi dengan daun, pupuk kandang ayam dan tanah.

    2.1.3 Gulma Pada Tanaman Kakao

    Gulma meliputi rumput, tumbuhan berdaun lebar, tumbuhan merambat dan

    tumbuhan lain yang tidak dikehendaki dan tumbuh pada blok kakao. Gulma di bawah

    pohon kakao akan menjadi pesaing dalam hal unsur hara, sinar, air dan ruang serta

    membantu penyebaran hama dan penyakit. Gulma tersebut juga menghambatpemanenan, pemangkasan dan kegiatan lain. Gulma dapat dihilangkan dari sekeliling

    pangkal batang kakao secara manual atau menggunakan bahan kimia (Gambar 4).

    Pengendalian:

    Bersihkan gulma dari bawah pohon untuk mengurangi hama dan penyakit,

    meningkatkan ketersediaan air dan unsur hara dan mempermudah akses ke tanaman.

    Pembabatan secara manual.

    Penyiangan melingkar sekeliling pangkal batang.

    Penyiangan selebar 1 m di tiap sisi barisan pohon.

    Penggunaan mulsa daun kakao, tetapi tidak termasuk 20 cm sekeliling batang.

    Pemangkasan tajuk penaung agar intersepsi sinar 25% dapat berlangsung.

    Dalam meningkatkan daya saing produk kakao, mendukung agribisnis

    perkebunan rakyat yang berkelanjutan, adanya tuntutan konsumen kakao, dan untuk

    menghadapi persaingan dalam pasar global, maka komponen pengendalian yang

    diprioritaskan dalam PHT (Pengelolaan Hama Terpadu) adalah penggunaan agens

    pengendalian hayati dan tanaman kakao yang tahan terhadap serangan PBK dan

    penyakit BBK. Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau

    menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara

    14

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    15/20

    ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang

    lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan diperlukan cara

    pengendalian yang tepat. Pengertian klasiknya, PHT adalah suatu sistem

    pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang

    sesuai, sekompatibel mungkin dengan tujuan untuk mengurangi populasi hama dan

    mempertahankannya pada suatu aras yang berada di bawah aras populasi hama yang

    dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi (Smith dan Reynolds, 1966 dalam Untung,

    2000). PHT sendiri lebih mengutamakan berjalannya pengendalian hama yang

    dilakukan oleh berbagai musuh alami hama. Dalam keadaan seimbang musuh alami

    selalu berhasil mengendalikan populasi hama sehingga tetap berada di bawah arus

    ekonomik. Dengan memberikan kesempatan sepenuh-penuhnya kepada musuh alamiuntuk bekerja berarti menekan sedikit mungkin penggunaan pestisida. Pestisida

    sendiri secara langsung dan tidak langsung dapat merugikan perkembangan populasi

    musuh alami. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan

    penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan.

    Sesuai dengan konsepsi dasar PHT, pengendalian hayati memgang peranan

    yang menentukan karena semua usaha teknik pengendalian yang lain secara bersama

    ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat berfungsinya musuh alami

    sehingga populasi hama tetap berada di bawah arus ekonomik. Dibandingkan dengan

    teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida, pengenalian hayati memiliki

    tiga keuntungan utama yaitu permanen, aman, dan ekonomi. Dikatakan permanen

    karena pengendalian hayati berhasil, musuh alami telah menjadi lebih mapan dan

    selanjutnya secara alami musuh alami akan mampu menjaga populasi hama dalam

    keadaan yang seimbang di bawah arus ekonomi dalam jangka waktu yang panjang.

    Pengendalian hayati aman bagi lingkungan karena tidak memiliki dampak samping

    terhadap lingkungan terutama terhadap serangga atau organisme bukan sasaran.

    Pengendalian hayati juga relatif ekonomik karena begitu usaha tersebut berhasil tidak

    diperlukan lagi tambahan biaya khusus untuk pengendalian hama yang diupayakan

    kemudian hanya menghindari tindakan-tindakan yang merugikan perkembangan

    musuh alami.

    15

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    16/20

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Masalah utama yang dihadapi perkakaoan di Indonesia adalah serangan penggerek buah

    kakao (PBK, Conopomorpha cramerella Snell.) dan penyakit busuk buah (BBK, Phytophthora

    palmivora). Kedua OPT tersebut secara langsung dapat menurunkan kuantitas dan kualitas biji

    kakao.

    Hama dan penyakit penting pada tanaman kakao yang harus diwaspadai adalah hama

    penggerek buah kakao,kepik penghisap buah kakao, dan penggerek batang/cabang. Cara

    pengendalian adalah sanitasi, pemangkasan, membenam kulit buah, memanen satu minggu sekali,dan hayati/biologi (Pasilomesis fumosoroseu, Beauveria bassiana, atau agen hayati lain.

    Penyakit pada tanaman kakao adalah penyakit VSD, busuk buah, kanker batang, antraknose,

    busuk akar, jamur dan jamur upas. Cara pengendalian adalah sanitasi kebun, mekanis

    (mengumpulkan dan membakar buah yang terserang) dan kultur teknis (pengaturan pohon

    pelindung dan pemangkasan tanaman kakao), serta hayati/biologi (Trichoderma sp. Atau lainnya).

    Strategi pengendalian OPT utama kakao di Indonesia berpedoman pada konsep pengendalian

    hama terpadu (PHT). Komponen pengendalian PBK meliputi pangkasan tajuk, panen sering,

    sanitasi kulit buah dan plasenta, pengendalian hayati dengan semut hitam dan bioinsektisida B.

    bassiana, penyelubungan buah, dan penyemprotan insektisida piretroid bila perlu. Komponen

    pengendalian penyakit BBK meliputi sanitasi buah busuk, menurunkan kelembaban kebun

    dengan pengaturan pangkasan dan pohon penaung, menanam tanaman tahan, dan penggunaan

    fungisida.

    Penerapan PHT PBK terbukti dapat menekan serangan PBK dan meningkatkan produksi biji

    kering/ha, sehingga secara langsung dapat meningkatkan pendapatan petani.

    Konsepsi dasar PHT, pada pengendalian hayati memgang peranan yang menentukan karena

    semua usaha teknik pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan

    memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah arus

    ekonomik.

    16

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    17/20

    Pengendalian hama dan penyakit kakao secara bijak harus dimulai dari teknis budaya,

    penggunaan musuh alami dan pestisida alami.

    DAFTAR PUSTAKA

    Budidaya Kakao Organik diakses dari

    http://baimn454.wordpress.com/2011/02/26/budidaya-kakao-organik/ tanggal 30

    April 2011 pukul 13.41

    Teknik Pengendalian OPT Kakao diakses dari

    http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/teknik

    %20pengendalian%20opt%20kakao%20sikka.pdftanggal 30 April 2011pukul 13.53

    Hama/Penyakit Utama Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya diakses

    dari http://buletinagraris.blogspot.com/2008/01/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-

    kakao.html tanggal 30 April 2011 pukul 14.29

    Surveilen OPT Tanaman Perkebunan di Provinsi Jawa Timur.http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?

    option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-

    perkebunan-di-provinsi-jawa timur&catid=6:iptek&Itemid=24(diaksespada 30 April 2011, pukul 21.00)

    Pengendalian OPT Organik. http://goresan2007.blogspot.com/2010/05/pengendali-

    opt-organik.html (diakses pada 1 Mei 2011, pukul 09.00)

    Konsep Pengendalian OPT. http://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-

    pengendalian-opt/ (Diakses pada 1 Mei 2011, pukul 21.11 WIB)

    17

    http://baimn454.wordpress.com/2011/02/26/budidaya-kakao-organik/http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/teknik%20pengendalian%20opt%20kakao%20sikka.pdfhttp://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/teknik%20pengendalian%20opt%20kakao%20sikka.pdfhttp://buletinagraris.blogspot.com/2008/01/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-kakao.htmlhttp://buletinagraris.blogspot.com/2008/01/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-kakao.htmlhttp://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-perkebunan-di-provinsi-jawa%20timur&catid=6:iptek&Itemid=24http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-perkebunan-di-provinsi-jawa%20timur&catid=6:iptek&Itemid=24http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-perkebunan-di-provinsi-jawa%20timur&catid=6:iptek&Itemid=24http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-perkebunan-di-provinsi-jawa%20timur&catid=6:iptek&Itemid=24http://goresan2007.blogspot.com/2010/05/pengendali-opt-organik.htmlhttp://goresan2007.blogspot.com/2010/05/pengendali-opt-organik.htmlhttp://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-pengendalian-opt/http://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-pengendalian-opt/http://baimn454.wordpress.com/2011/02/26/budidaya-kakao-organik/http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/teknik%20pengendalian%20opt%20kakao%20sikka.pdfhttp://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/teknik%20pengendalian%20opt%20kakao%20sikka.pdfhttp://buletinagraris.blogspot.com/2008/01/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-kakao.htmlhttp://buletinagraris.blogspot.com/2008/01/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-kakao.htmlhttp://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-perkebunan-di-provinsi-jawa%20timur&catid=6:iptek&Itemid=24http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-perkebunan-di-provinsi-jawa%20timur&catid=6:iptek&Itemid=24http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=44:surveilen-opt-tanaman-perkebunan-di-provinsi-jawa%20timur&catid=6:iptek&Itemid=24http://goresan2007.blogspot.com/2010/05/pengendali-opt-organik.htmlhttp://goresan2007.blogspot.com/2010/05/pengendali-opt-organik.htmlhttp://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-pengendalian-opt/http://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-pengendalian-opt/
  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    18/20

    LAMPIRAN

    Gambar Hama dan Penyakit Pada Kakao

    Gambar 1. Penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella

    Gambar 2. Serangga penghisap buah (Helopeltis spp)

    18

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    19/20

    Gambar3. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)

    Gambar 4. Penyakit Kanker Batang

    Gambar 5. Hama Penggerek Batang/Cabang Gambar 6. Penyakit Antraknose

    19

  • 7/22/2019 Kelompok 8 Kakao Organik

    20/20

    Gambar 7. Ulat Kilan/jengkal Gambar 8. Penyakit VSD

    Gambar 9. Jamur Upas Gambar 10. Hama Tikus

    Gambar 11. Hama Ulat Api

    20