laporan ka titrasi ca-pentotenat komplekso

Upload: nancy-grace

Post on 06-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

Mata Praktikum: Penetapan Kadar Ca- Pantotenat Secara KompleksometriGolongan: R ( Kelompok F )Asisten: Lanny HartantiNama Kelompok: Monica Emastirinda.M.(2443013081) Chintia Dorma R.M(2443013183) Margareth Prilli P.M(2443013250) Nancy Grace S(2443013308)

I. Tujuan Menghitung kadar senyawa dalam sampel dengan titrasi kompleksometri

II. Dasar TeoriTitrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:M++ + (H2Y)= (MY)= + 2 H+M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+M4+ + (H2Y)= (MY)+ 2 H+Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :Ag+ + 2 CN-Ag(CN)2Hg2+ + 2Cl-HgCl2(Khopkar, 2002).Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.(Basset, 1994).Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O(Khopkar, 2002).Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen - penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.(Rival, 1995).Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.(Harjadi, 1993).Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue(Khopkar, 2002).Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu(Rival, 1995).Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide(Basset, 1994).Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium(Harjadi, 1993).M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat.Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida.Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:a. Hitam eriokromIndikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.b. Jingga xilenolIndikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.c. Biru Hidroksi NaftolIndikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan elektron.Mn++ : L (M : L)n+Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) merupakan ligan yang mempunyai lebih dari satu tempat untuk berikatan. Rumus molekul zat tersebut dinyatakan sebagai berikut

EDTA ini dapat membentuk lingkaran yang menjepit ion logam dan senyawa yang di hasilkan disebut sepit (chelate)

Bentuk asam dari EDTA dapat ditulis sebagai H4YJika asam ini dapat direaksikan dengan basa, misalnya NaOH, akan di netralkan dalam berbagai tingkatan menjadi H3Y-, H2Y2-, HY3-,dan akhirnyaY4-.Asam yang bebas H4Y dan gsram NaH3Y tidak cukup larut dalam air, sedangkan NaH2Y melarut dengan baik dalam air. Selama titrasi ion logam dengan Na2H2Y selalu terjadi ion hidrogen.Mg2+ + H2Y2- MgY2- + 2H+Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+Al3+ + H2Y2- AlY- + 2H+

Secara umum dapat ditulis:Mn+ + H2Y2+ MY(n-m)+ 2H+Oleh karena terbentuknya ion H+ selama titrasi, maka untuk mencegah perubahan pH harus dipergunakan larutan penyangga.Dari reaksi diatas terlihat bahwa ion logam bereaksi dengan EDTA denagan perbandingan molar 1: 1.Suatu hal penting dalam perkembangan titrasi EDTA, yaitu penemuan indikator logam, yang memungkinkan titrasi ini dilakukan dalam larutan untuk konsentrasi yang sangat encer.

III. Titrasi Ca-Pentotenat1. Ca Pentotenat Pemerian : Serbuk putih, agak higroskopis, tidak berbau, rasa pahit. Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam gliserin, praktis tidak larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter. Prosedur PK Asli :Timbang seksama lebih kurang 800 mg, larutkan dalam 150 mL air yang mengandung 2 mL asam klorida 3N. Kemudian tambahkan 15 mL Natrium Hidroksida 1N LV dan 300 mg indicator biru hidroksida naftol LP, lanjutkan titrasi sampai titik akhir warna biru.1 mL dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 2,064 mg C12H22CaO14 BM : 476,542. EDTA (FI IV P.329 & P.1214) Pemerian : serbuk hablur, putih Kelarutan : larut dalam air Pembuatan : larutkan 18,6 gr dinatrium etilendiaminatertraasetat P dalam air hingga 1000ml Pembakuan: timbang seksama sejumlah zat setara dengan lebih kurang 170mg ZnSO4, larutkan dalam 100ml air, tambahkan 5ml larutan dapar salmiak dan 0,1ml hitam erikrom T LP. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05M LV hingga warna biru tua BM : 372,24

3. Biru Hidroksi Naftol (FI IV P.1206) Pemerian : Hablur, biru kecil Kelarutan : mudah larut dalam air Range pH : pada pH 12 dan 13 larutan berwarna kuning kemerah-merahan denan ion kalsium dan berwarna biru gelap denan dinatrium edetat berlebih Pembuatan : encerkan 300mg dalam 100ml air, tambahkan 10ml natrium hidroksida P dan 1,0ml larutan kalsium klorida P (1 dalam 200) dan encerkan denan air hingga 165ml, terjadi larutan berwarna kuning kemerah-merahan, tambahkan 1,0ml dinatrium etilendiaminatetraasetat P. BM : 554,52

4. Zink Sulfat (FI IV P.836) Pemerian : hablur transparan atau jarum-jarum kecil; serbuk hablur atau butir; tidak berwarna; tidak berbau; larutan memberikan reaksi asam terhadap lakmus Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam gliserol; tidak larut dalam etanol. Pembuatan: larutkan 14,4g zink sulfat P dalam air hingga 1000ml BM : 287,54

5. Amonium Klorida (FI IV P.94 & P.1143) Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur halus atau kasar, berwarna putih; rasa asin dan dingin; higroskopik. Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam gliserin, dan lebih muda larut dalam air mendidih; sedikit larut dalam etanol BM : 53,49

6. Ammonia (FI IV P.94) Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna; bau khas, menusuk kuat. Bobot jenis lebih kurang 0,09 7 BM : 17,03

7. Asam Klorida (FI IV P.94) Pemerian : cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang, bobot jenis lebih kurang 1,1878g/ml BM : 36,46

8. Natrium Hidroksida (FI IV P.589) Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. BM : 40,00

9. Hitam Eriokrom T P (FI IV P.1207) Pemerian : serbuk hitam kecoklatan, mengkilat seperti logam. Kelarutan : larut dalam etanol,dalam methanol dan dalam air panas Pembuatan : gerus sejumlah EBT dan tambahkan NaCl, gerus ad homogen BM : 461,38

IV. Dasar Reaksi Ca2+ + EBT Ca Calcone(merah anggur) Ca EBT + Na EDTA Ca. EDTA + Calcone(biru) + H+ + Na+

Alat : Beaker Glass Erlenmayer Gelas ukur Statif dan Klem Batang pengaduk Pipet tetes Biuret Labu takarBahan : Ca-Pentotenat Suspension Indikator biru hidroksi naftol NaOH 1N HCl 3N Buffer Amoniak

V. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Na - EDTA 0,05 M 100 ml (baku sekunder)BM = 372,04 M = gr/BM X V/v0,05= gr/372,04 X 1000/300 gr = 5,5836Timbang 5,5836 gram Na-EDTALarutkan dalam aquadest ad 300 mL (300 ml untuk 2 kelompok. @kelompok 150ml )

2. Pembuatan larutan baku primer ZnSO4 0,05 MBM = 287,54 M = gr/BM X V/v0,05= gr/287,54 X 1000/50 gr = 0,7189Timbang ZnSO4 sebanyak 0,7189 gr Larutkan dalam sedikit aquadest pindahkan ke labu takar Adkan 50 mLkocok homogen

3. Pembakuan EDTA 0,05 M dengan ZnSO4Pipet (dengan pipet volume) Larutan baku primer ZnSO4, masukkan kedalam erlenmayer Tambah 5 mL buffer dan indikator EBT (cek pH 12) Titrasi dengan Na-EDTA 0,05 M sampai warna biru. Ulangi 3 kali.

4. Penetapan kadar Ca-Pentotenat5 g sampel dalam 50 mL air yang mengandung 2 mL HCl 3N kocok ad larut tambah 2 mL NaOH 1N,tambah dengan larutan biru naftor qs titrasi dengan Na-EDTA sampai warna biru. Ulangi 3 kali.

VI. Data PengamatanPenimbangan sample dan titran W sampleV titran

4,98166,90

5,02716,90

4,99737,00

Pembakuan baku sekunder ZnSo4 dengaan EDTA Data hasil titrasi pembakuan dengan Na2EDTA dengan Zinc Sulfat Penimbangan ZnSO4 = 0,7101 grM ZnSO4 = berat x 1000 BM vol= 0,7188 x 1000 287,54 50= 0,0493 M

V1 EDTAM2 EDTAV1 ZNSO4M2 ZNSO4

100,049311,500,0429

100,049311,300,0436

100,049311,600,0425

Data Hasil Titrasi Sample (Ca Pantotenat)Perhitungan berat jenis sample : %kadar1 = VT x NT x E Wsample x 0,05%kadar1 = 6,90 x 0,0427 x 23,827 4,9816 x 0,05 = 28,1843 mg/ml = 0,0281 gr/ml = 2,81 %

%kadar2 = VT x NT x E Wsample x 0,05%kadar2 = 6,90 x 0,0427 x 23,827 5,0271 x 0,05 = 27,9292 mg/ml = 0,02792 gr/ml = 2,79 %

%kadar1 = VT x NT x E Wsample x 0,05%kadar1 = 7,00 x 0,0427 x 23,827 4,9973 x 0,05 = 28,5029 mg/ml = 0,0285 gr/ml = 2,85 %

Data% KadarRata-RataSelisihd*4d

S22,792,80,010,014 x 0,04= 0,01

S12,810,01

S32,85---

d = 2,8 2,85 = 0,05d* > 4d data yang di curigai harus di buangKesimpulan : %kadar Ca Pantotenat 2,8%

% Kesalahan : 3,17 2,8 x 100%3,17 : 11 %

VII. Pembahasan Pada praktikum kali ini yaitu praktikum mengenai Titrasi Kompleksometri atau Titrasi Pembentukan Senyawa Kompleks. Kompleksometri ini termasuk salah satu analisis kimia kuantitatif, yang tujuannya untuk menentukan kadar atau pun konsentrasi dalam suatu sampel. Adapun prinsip kerjanya yaitu berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna larutan, yaitu dari merah anggur menjadi biru.Pada saat sampel zink sulfat yang dititrasi dengan larutan EDTA yang tidak berwarna dengan bantuan indikator EBT, akan terbentuk warna biru yang langsung hilang (mencapai kondisi titik ekivalen). Namun jika telah mencapai titik akhir titrasi maka warna yang terbentuk akan tetap berwarna biru. Hal tersebut terjadi karena mek EDTA = mek Analat.EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Dalam hal-hal lain, EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang mempunyai satu atau dua gugus karboksilnyabebas dari interaksi yang kuat dengan logamnya.Untuk mernudahkan, bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat H4Y. Dalam larutan yang cukup asam, protonasi sebagian dari EDTA tanpa kerusakan lengkap dari kompleks logam mungkin terjadi, yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY- tetapi pada kondisi biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan dengan ion logam. Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin menembus lingkungan koordinasi dari logam dan kompleks seperti Cu(OH)Y3- dapat terjadi.Titrasi kompleksometri sangat dipengaruhi oleh pH. Hanya pada harga-harga pH lebih besar kira-kira 12, kebanyakan EDTA ada dalam bentuk tetraanion Y'-. Pengaruh air sebagai pelarut juga menjadi faktor utama kesalahan dalam titrasi, karena di dalam air seringkali terdapat unsur logam yang dapat berikatan dengan Na-EDTA sehingga perubahan warna yang terjadi tidak terkondisikan. Penambahan HCl pada penetapan kadar Ca- Pentotenat untuk melarutkan Ca- Pentotenat, sedangkan NaOH untuk meningkatkan pH yang diinginkan. Persentase kesalahan yang didapat mencapai 11%. Akan tetapi hubungan yang sederhana dan mudah dapat menimbulkan persentase kesalahan yang besar dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang penentuan berat ekuivalen suatu zat sehingga dengan sendirinya menimbulkan kesalahan terhadap konsentrasi dalam normalitas. Penentuan berat ekuivalen berbeda-beda menurut macam titrasi dan harus diperhatikan antara jumlah ekuivalen dan jumlah mol tidaklah tetap pada setiap bahan, demikian juga nilai normalitas larutan mungkin berubah-ubah menurut reaksi yang terjadi dalam titrasi.Kesalahan pengamatan visual merupakan kemungkinan factor kesalahan dalam menentukan titik akhir terjadinya titrasi sehingga seharusnya kadarnya 3,17 % ternyata kadar yang ditemukan 2,8%. Terjadi perbedaan kadar 0,37 % yang mungkin terjadi karena penambahan titran berlebihan dikarenakan pengamatan visual yang kurang tepat.

VIII. Kesimpulan % Ca Pentotenat dalam sample adalah 3,17% Persen kesalahan adalah 11 %

IX. DaftarPustakaTeam teaching. 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. UNG.Lukum, P, Astin. 2008. Bahan Ajar Dasar-DasarKimia Analitik. UNG : jurusan Pendidikan Kimia.Day, JR dan Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. JakartaHarjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. JakartaSvehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi ke-5. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta