mananajemen perawatan presentasi

Upload: muhammad-istiyanto

Post on 08-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    1/27

    1

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS MULAWARMAN

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

    SAMARINDA

    TUGAS

    MANAJEMEN PERAWATAN

    FAILURE MODE, EFFECT, AND CRITICALITY ANALYSIS (FMECA)

    Disusun Oleh Kelompok 2:

    NAMA NIM

    LETS Share Our Knowladge

    Semester Ganjil 2013/2014

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    2/27

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Root Cause Analysis (RCA)

    Root Cause Analysis (RCA) adalah sebuah proses yang didesain untuk menyelidiki dan

    mengkategorikan akar penyebab dari suatu peristiwa yang memiliki dampak terhadap

    keselamatan, kesehatan, lingkungan, kualitas, kehandalan, dan produksi (James J.

    Rooney dan Lee N.Vanden Heuvel, 2004). Pelaksanaan RCA akan memperbaiki dan

    mengurangi akar penyebab yang meminimalkan terulangnya kegagalan (Anthony, 2004:

    Cameron, Holmes, dan Chen, 2008). RCA meliputi elemen dasar seperti, material,

    lingkungan, manajemen, dan metode operasi. Beberapa teknik RCA adalah 5 Whys,

    Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), Fault Tree Analysis (FTA), dan diagram

    pareto.

    1.2 Traceability systemPengertian traceability berdasarkan Derrick dan Dillon (2004) adalah kemampuan

    untuk menelusuri, mengikuti, dan mengidentifikasi unit/ batchproduk dengan unik

    pada keseluruhan tahapan produksi, proses, dan distribusi. Menurut ISO 22005 (2007),

    sistem traceability merupakan alat yang berfungsi membantu suatu organisasi

    beroperasi dalam suatu rantai pasok pangan atau pakan untuk mencapai sasaran hasil

    yang didefinisikan dalam sistem manajemen. Traceability adalah kemampuan untukdapat mengikuti pergerakan pangan atau pakan pada setiap tahapan produksi,

    pengolahan, dan distribusi.

    Sistem penelusuran produk (traceability system) membutuhkan dokumen dan rekaman

    saat pelaksanaan HACCPperusahaan yang berkaitan dengan analisis bahaya (misalnya:

    rekaman pemantauan CCP secara berkala) atau rekaman yang berkaitan dengan

    programverifikasi (misalnya: rekaman jadwal kalibrasi, sertifikat hasil kalibrasi, jadwal

    internal audit dan laporan internal audit) (Thaheer 2005). Titik kritis traceability adalah

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    3/27

    3

    tahapan proses produksi, yang tidak dilakukan proses pelabelan dan dokumentasi saat

    pelaksanaan sistem traceability dalam perusahaan. Identifikasi terhadap titik kritis

    traceability digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi titik kritis pada

    implementasi internal traceability dalam proses produksi di perusahaan dengan

    menggunakan metodeFailure Modes, Effects and Criticality Analysis (FMECA). Hasil

    dari identifikasi titik kritis metode FMECA dapat digunakan sebagai acuan bagi

    perusahaan untuk mengambil tindakan koreksi terhadap pelaksanaan internal

    traceability serta membuat pelaksanaan traceability menjadi efektif dan efisien

    (Bertolini et al.2006). Moe (1998), sistem yang bagus dalam pengawasan kualitas dan

    traceability dalam proses produksi dapat menghasilkan beberapa keuntungan kompetitifbagi perusahaan, yaitu:

    1. Meningkatkan pengawasan terhadap proses, melalui petunjuk sebabakibat (cause-and-effect) sehingga dapat diketahui produk yang tidak memenuhi standart

    perusahaan;

    2. Menghubungkan secara langsung antara produk akhir dan data bahan baku,sehingga secara spesifik dapat meningkatkan proses produksi dan memberikan

    jaminan penggunaan bahan baku untuk menghasilkan produk akhir;

    3. Mencegah pencampuran bahan baku yang berkualitas baik dengan bahan baku yangberkualitas rendah sehingga menghasilkan campuran (mixed) produk yang tidak

    menguntungkan bagi perusahaan;

    4. Proses audit mutu menjadi lebih mudah.

    1.3 Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

    FMEA adalah analisa ketahanan sistematik yang menentukan semua kemungkinan

    mode kegagalan dari suatu produk untuk memastikan akibatnya terhadap sistem (Cai,

    dan Wu, 2004). FMEA kemudian diikuti Criticality Analysis (CA) (Guo, Gao, Yang,

    dan Kang, 2009), yang bertujuan untuk mengklasifikasikan setiap mode kegagalan yang

    ditentukan oleh FMEA berdasarkan tingkatan kekritisan. Kedua teknik FMEA dan CA

    akan membentuk FMECA.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    4/27

    4

    1.4 Failure Mode, Effect, and Criticality Analysis (FMECA)

    FMECA adalah prosedur untuk mengidentifikasi potensi kegagalan, menentukan

    penyebab dan akibat dari mode kegagalan dan menghilangkan efeknya terhadap sistem.

    FMECA telah digunakan secara luas dalam industri. Pada awal tahun 1949, sektor

    pertahanan Amerika menciptakan FMECA sebagai analisis terhadap kehandalan.

    FMECA adalah metode analisis dimana semua potensi kegagalan ditemukan, penyebab

    dan akibat dari kegagalan dianalisa, kegagalan yang kritikal ditentukan, dan metode

    untuk menghilangkan efek dari kegagalan kritis. Metode analisis tersebut distandarkan

    dengan MIL-1629a oleh sector pertahanan US, kemudian dimodifikasi menjadi SAE-J1739 dan SAE-ARP5580 oleh industri otomotif. FMECA yang bagus menolong

    seorang analis mengidentifikasi kemungkinan titik kegagalan potensial, kegagalan yang

    umum yang terjadi serta penyebab (dan efek-efek yang ditimbulkan) dengan cara

    memberi skala prioritas pada titik-titik kegagalan yang berhasil diidentifikasi dan

    melakukan tindakan koreksi. Seorang analis menggunakan FMECA adalah mencegah

    terjadinya kemungkinan-kemungkinan kegagalan tersebut sebelum tiba di pelanggan/

    konsumen (Kwai-Sang et al. 2009). Bertolini et al. (2006), analisis titik kegagalan

    (failure mode) menyediakan informasi penting dalam:

    1. Subsistem dan barang (produk) akhir sistem dalam susunan hierarki (analisisfungsional skema produksi)

    2. Berbagai kegagalan (failure) atau malfunctioning yang umum terjadi, sertadaftar dan deskripsi seluruh titik kegagalan (failure mode) yang dianalisis

    berpotensi terjadi selama proses;

    3. Peluang kejadian (probability), tingkat kepelikan (severity) dan sampai sejauhmana masing-masing titik kegagalan tersebut dapat dideteksi;

    4. Analisis kritikal (Criticality Analysis/ CA), yang mengklasifikasikan keseluruhantitik kegagalan tersebut berdasarkan kepentingannya.

    Analisis dengan metode FMECA memiliki dua macam pendekatan utama yang dapat

    digunakan untuk dapat melakukan FMECA yaitu hardware approach dan functional

    apprach sebagai berikut ini:

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    5/27

    5

    1. Hardware appraoch umumnya digunakan ketika komponen-komponenmesin dapatdiidentifikasikan secara unik dengan menggunakan bagan (alur proses), gambaran

    secara umum, dan desain data mesin lainnya. Hardware approach juga disebut

    bottom-up approach digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan pada setiap

    tahapan proses berdasarkan klasifikasi tingkat kepelikan yang nantinya akan

    digunakan untuk menetapkan prioritas saat melakukantindakan koreksi.

    2. Functional approach umumnya digunakan ketika komponen-komponen mesinyang tidak dapat diidentifikasikan secara unik atau ketika kompleksitas sistem

    membutuhkan analisis dari awal dan dilakukan mengarah ke bawah ( top-down

    approach).Functional approach digunakan untuk menganalisis akibat-akibat yangditimbulkan hanya pada sistem-sistem utama yang ada (US Military Standard

    1983).

    Metode FMECA menggunakan sistem Pakar. Pakar adalah orang yang ahli dalam

    masalah dan siapa saja yang setuju dalam menjawab kuesioner (Marimin 2004).

    Penggunaan Pakar pada sebuah penelitian didasarkan pada penilaian orang yang

    dianggap ahli tentang traceability. Penilai tersebut didukung oleh keahlian, pengalaman,

    pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga penilaian yang diberikan tepat terhadap

    variabel keputusan yang dijadikan sebagai parameter (Eriyatno dan Fadjar 2007).

    Metode FMECA dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu:

    1. Tahapan awal analisis FMECA dikenal sebagai FMEA yaitu mengidentifikasikemungkinan penyebab terjadinya kegagalan (cause of failures) (Bertolini et al.

    2006; Braglia 2000). Analis FMEA dibagi menjadi dua tahapan analisis yaitu

    analisis titik-titik kegagalan traceability (failure mode analysis) dan analisis efek

    (effects analysis) titik-titik kegagalan traceability. Analisis efek terdiri dari dua

    macam yaitu analisis efek lokal (local effect) dan analisis efek global (global

    effect). Pada tahap pertama dilakukan tehnik pengumpulan data dengan

    menggunakan wawancara secara terbuka kepada para pakar untuk merespons

    pertanyaan dalam garis besar. Setiap pertanyaan yang diajukan saat wawancara

    terstruktur dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

    sudah diamati terlebih dahulu sebelum dilakukan penelitian di perusahaan oleh

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    6/27

    6

    peneliti mengenai kemungkinan-kemungkinan kegagalan yang dapat terjadi di

    perusahaan melalui studi literatur.

    2. Tahap kedua, dikenal sebagai CA (Criticality Analysis), untuk menilai resikokegagalan, serta menentukan peluang kejadian dan tingkat kepelikan,berdasarkan

    pada masing-masing titik kegagalan (failure mode) yang telah ditetapkan pada

    tahap sebelumnya. Evaluasi titik kritis dapat dilakukan dengan dua pendekatan

    yaitu Criticality Number (CN) dan dengan mengembangkan Risk Priority Number

    (RPN) (Bertollini et al. 2006).

    Keuntungan penggunaan metode FMECA adalah metode ini merupakan visibility toolyang dapat dengan mudah dimengerti dan digunakan (Braglia 2000). Metode FMECA

    merupakan metode yang mudah dioperasikan serta alat yang efektif untuk

    mengidentifikasi dan menilai bagaimana potensi terjadinya kegagalan dapat

    mempengaruhi kinerja proses atau produk.

    1.5 Jenis-jenis FMECA

    Prosedur FMECA di berbagai sektor industri hampir sama dalam hal konsep dan

    persiapan. Karakteristik tiap prosedur FMECA harus ditentukan dengan menganalisa

    lembar kerja FMECA. Lembar kerja SAE-J1739 yang digunakan dalam industry

    otomotif, MIL-1629a digunakan dalam industri militer, dan IEC60812 digunakan dalam

    industri elektronik.

    1. Lembar kerja SAE-J1739 ditunjukan pada Gambar 1.1 Karakteristik utama darilembar kerja SAE-J1739 adalah FMECA terdiri dari 2 SAE-J1739 analisa, yaitu

    FMEA dan CA (Criticality Analysis). Dalam gambar tersebut ditunjukkan kedua

    mode kegagalan dan analisa kritis dianalisa dalam satu lembar kerja. Tingkatan

    kekritisan berdasarkan RPN (Risk Priority Number) yang merupakan perkalian dari

    tingkat keparahan (S), tingkat terjadinya (O), dan tingkat deteksi (D).

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    7/27

    7

    Gambar 1.1 Lembar kerja FMECA (SAE-J1739)

    2. MIL-1629Lembar kerja MIL 1629a ditunjukkan pada gambar 1.2 Karakteristik pertama

    adalah FMEA harus dilakukan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh CA

    (Criticality Analysis), tidak seperti J1739.

    Gambar 1.2 Lembar kerja FMECA (MIL-1629a)

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    8/27

    8

    Dengan kata lain, mode kegagalan yang serius ditentukan dengan FMEA terlebih

    dahulu, kemudian CA dilakukan hanya untuk mode kegagalan yang serius.

    Karakteristik kedua adalah MA (Maintainability Analysis). MA dilakukan

    berdasarkan keluaran dari FMEA dan CA. Pembuat desain sistem sebaiknya

    menyebutkan mode kegagalan, indikator kegagalan, akibat kegagalan, tingkat

    keparahan, metode deteksi dan dasar pemeliharaan. Lembar kerja CA dan MA

    ditunjukkan pada gambar 1.3 dan gambar 1.4.

    Gambar 1.3 Lembar kerja analisa kekeritisan (MIL-1629)

    Gambar 1.4 Lembar kerja analisa pemeliharaan (MIL-1629)

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    9/27

    9

    Karakteristik ketiga dari MIL 1629a adalah, tidak seperti SAE-J1739, nomor

    kekritisan tidak ditujukan pada penyebab kegagalan, namun pada mode kegagalan.

    Pada MIL 1629a, efek kegagalan dibedakan menjadi efek lokal, efek pada tingkatan

    berikutnya, dan efek terakhir. Efek lokal hanya mempengaruhi item pada tingkatan

    yang sama. Sedangkan efek pada tingkatan berikutnya hanya mempengaruhi item

    pada tingkatan lebih lanjut dalam hirarki sistem, dan efek paling akhir

    mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Dengan menganalisa 3 efek,

    memungkinkan untuk mengerti aliran dari efek yang disebabkan oleh kegagalan

    pada sistem.

    3. IEC-60812

    Gambar 1.5 Lembar kerja FMECA (IEC-60812)

    Spesifikasi proses pada IEC-60812 serupa dengan MIL-1629a. Lembar kerja IEC-

    60812 ditunjukkan pada gambar 1.5 Namun tidak seperti MIL-1629a, kelas

    kritikalitas hanya dapat ditentukan secara kualitatif. Berdasarkan karakteristik dari

    MIL 1629a, IEC-60812, dan SAE-J1738, prosedur FMECA diajukan dengan

    lembar kerja ditunjukkan pada gambar 1.6 Lembar kerja tersebut menampilkan

    FMEA dan CA dalam satu lembar kerja.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    10/27

    10

    Gambar 1.6 Lembar kerja FMECA berdasarkan 3 karakteristik

    Criticality Analysis pada setiap mode kegagalan ditambahkan ke FMEA untuk

    menggolongkan kekritisan dari mode kegagalan untuk menetapkan strategi

    pemeliharaan.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    11/27

    11

    BAB II

    RESUME JURNAL

    A. Studi Kasus 1 (Risk Problem Number)ANALISA PENYEBAB KEGAGALAN PRODUK WOVEN BAG DENGAN

    MENGGUNAKAN METODE FAI LURE MODE AND EFFECTS ANALYSIS

    (STUDI KASUS DI PT INDOMAJU TEXTINDO KUDUS)

    Diana Puspita Sari, Zaenal Fanani Rosyada dan Nadia Rahmadhani

    Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UNDIP Jl.Prof. H. Soedarto, SH

    Tembalang, Semarang

    e-mail:[email protected]

    1. Resume JurnalSalah satu Tools yang dapat membantu kegiatan identifikasi kegagalan pada PT.

    Indomaju Textindo Kudus adalah Failure Modes and Effects Analysis (FMEA).

    Identifikasi kegagalan potensial dilakukan dengan cara pemberian nilai atau skor pada

    masing masing moda kegagalan berdasarkan atas tingkat kejadian (occurrence),

    tingkat keparahan (severity), dan tingkat deteksi (detection). (Stamatis, 1995).

    Tahapan yang harus dilakukan pada metode FMEA adalah sebagai berikut :

    a. Menentukan komponen dari sistem / alat yang akan dianalisab. Mengidentifikasi moda kegagalan dari proses yang diamatic. Mengidentifikasi akibat / (potential effect ) yang ditimbulkanpotential failured. Mengidentifikasi penyebab dari moda kegagalan yang terjadi pada proses yang

    berlangsung

    e. Menetapkan nilainilai (dengan cara observasi lapangan dan brainstorming)f. Menentukan nilai RPN, yaitu nilai yang menunjukkan keseriusan dari potential

    failure

    PT Indomaju Textindo Kudus merupakan perusahaan manufaktur di bidang

    industri pengepakan, dan menjadisupplier karung plastik (woven bag) dan karung kain

    (calico bag). Pada penelitian ini pengamatan hanya dilakukan pada produk woven

    bag karena merupakan produk utama dari perusahaan. Tabel 2.1.1 menunjukkan mesin

    yang digunakan dalam proses produksi serta fungsinya.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    12/27

    12

    Tabel 2.1.1 Mesin yang Digunakan pada PT Indomaju Textindo Kudus

    (Sumber : Departemen QC Produksi PT Indomaju Textindo Kudus)

    Pengendalian kualitas yang dilakukan di perusahaan masih kurang maksimal. Hal ini

    dapat dilihat dari adanya sejumlah produk yang cacat dalam setiap kali produksi.

    Apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka akan merugikan pihak perusahaan.

    Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pada bulan Juli, Agustus, dan

    September 2010, frekuensi cacat produk woven bag PT Indomaju Textindo Kudus dapat

    dilihat pada tabel 2.1.2 sebagai berikut:

    Tabel 2.1.2 Jumlah Kegagalan Produk Woven Bagpada PT Indomaju Textindo Kudus

    BulanJumlah Produk Jadi

    (pcs)

    Jumlah Cacat

    (pcs)

    Persentase

    (%)

    Jul-10 2.410.202 67.398 2,80

    Aug-11 2.307.754 64.346 2,79

    Sep-10 2.145.420 63.180 2,94

    (Sumber : Departemen QC Produksi PT Indomaju Textindo Kudus)

    Angka persentase kegagalan yang dialami oleh perusahaan ini dinilai sebagai kegagalan

    yang cukup besar, karena angka maksimum kegagalan yang telah ditetapkan adalah

    sebesar 2%. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, maka diperlukan

    evaluasi untuk menekan terjadinya waste yaitu dengan menganalisa kegagalan proses.Penentuan moda kegagalan potensial dilihat dari material yang digunakan, metode

    No. Nama Mesin Jumlah Proses yang Terjadi

    1 Extruder 2 unitPengolahan bijih plastik menjadi benangbenang

    plastik

    2 Circular Loom 65 unitPenganyaman benang plastik menjadi gulungan

    karung

    3 CuttingSewing 5 unit Pemotongan dan penjahitan karung plastik

    4 Printing 3 unit Pencetakan gambar dan tulisan pada karung plastik

    5

    Ultrasonic

    Sealing6 unit Penyegelan pada setiap karung plastik

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    13/27

    13

    kerja, tenaga kerja, maupun masing masing mesin atau proses yang berjalan. Tabel

    2.1.3 adalah identifikasi moda kegagalan potensial yang terjadi pada produk woven bag.

    Tabel 2.1.3 Moda Kegagalan Potensial Produk WovenBag PT Indomaju Textindo K

    Nama Alat / Proses Moda Ke a alan Potensial

    Material / bahan bakuKualitas bahan baku yang tidak sesuai dengan

    spesifikasi

    Metode kerja Mixing PP dan calcium tidak sempurna

    Extruder / pembuatan benang Elemen pemanas mati, Cutter tumpul, Winder rusak

    Circular Loom /

    penganyaman

    Connectingpatah,Dancing platepatah, Shuttle rusak,

    Gunpatah

    Cuttingsewing /

    pemotongan dan penjahitan

    Mesin jahit tidak menjahit dengan baik, Supply karung

    miring, Panas komponen pemotong tidak stabil

    Printing /pencetakan As roll printing rusak,Polymer film print rusak

    Ultrasonic / segelTekanan angin rendah, Mesin ultrasonic kurang/terlalu

    panas

    Setelah ditentukan nilaiseverity, occurrence, dan detection, selanjutnya dapat dilakukan

    perhitungan nilai RPN untuk masing masing moda kegagalan tersebut. Tabel 2.1.4

    merupakan urutan moda kegagalan berdasarkan nilai RPN terbesar. Moda kegagalan

    dengan nilai RPN terbesar merupakan prioritas untuk dilakukan tindakan korektif.

    Tabel 2.1.4 Ranking RPN Untuk Masing-masing Moda Kegagalan

    Ranking Moda RPN1 Shuttle 1962 Winder 1803 Mesin jahit tidak menjahit dengan baik 150

    4 Dancing platepatah 1445 Mesin ultrasonic kurang / terlalu panas 1206 As rollprinting rusak 967 Elemen pemanas mati 808 Tekanan angin mesin ultrasonic rendah 809 Supply karung miring 75

    10 Panas komponen pemotong tidak stabil 64

    11Kualitas bahan baku yang tidak sesuai

    dengan 48

    12 Cutter 4813 Connecting 4214 Mixing PP dan calcium tidak sempurna 32

    15 Polymer film print rusak 2016 Gun 18

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    14/27

    14

    2. Pendekatan FMECAFMECA dimulai dengan tahap konseptual dan persiapan, desain ketika sistem tersebut

    dianalisa lebih dari suatu perspektif fungsional. Menurut Benjamin S Blanchard (1994)

    pendekatan umum pelaksanaan FMECA dapat dilihat pada gambar 2.1.1 sebagai berikut

    ini:

    Gambar 2.1.1 Pendekatan FMECA

    Sehingga worksheet FMEA dengan CA dimana titik kritis ditentukan dari nilai RPN

    berdasarkan jurnal diatas sebagai berikut ini:

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    15/27

    15

    N

    o

    Description Unit Description of Failure Effect of Failure Failure Rate Comment

    (Critical)Reference Fungsi O.M F.Mod F.Mech DOF EF.Sub EF. Primary FR SR Risk RM

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1 Material

    Bahan baku yangdiperlukan untuk

    melakukan proses

    produksi

    StandbyLoose

    partOperation

    Casual

    observation

    Produk

    gagal

    Kecacatan

    produk48 6

    Sebaiknyasering

    melakukan

    inspeksi,perawatan

    mesin dan

    membuat

    checklist untuk

    mempermudahperawatan

    Low

    2MetodeKerja

    Teknik dalam

    melakukan prosespengerjaan produksi

    woven bag

    Standby Failed OperationCasual

    observation

    Kinerja

    tidak

    optimal

    Kinerja tidakoptimal

    32 7 Low

    3 Extruder

    Untuk melakukan

    pengolahan bijihplastik menjadi

    benang-benang

    plastik

    NormalInternal

    leakage

    Temprature

    dan Fouling

    Performance

    monitoring

    Merusakayaman

    benang

    Kualitasbenang

    menurun

    308 2 High

    4Circular

    Loom

    Untuk melakukan

    proses penganyamanbenang plastik

    menjadi gulungankarung

    NormalInternal

    leakageCorrosion

    Corrosion

    monitoring dan

    Internal

    inspection

    Kerapatan

    benang

    tidak

    sesuai

    Gulungan

    mudah rusak400 1 High

    5Cutting-

    Sewing

    Untuk melakukanpemotongan dan

    penjahitan karungplastik

    NormalOut of

    range

    Temprature

    dan

    Operation

    Internal

    inspection

    Produktidak

    sesuaikeinginan

    Jahitan tidak

    bagus dan

    tidak rapi

    289 3 High

    6 Printing

    Untuk melakukan

    percetakan gambardan tulisan pada

    karung plastik

    Normal Stuck Stress Performancemonitoring

    Produk

    tidaksesuai

    keinginan

    Produk

    menjadikurang

    menarik

    116 5 Low

    7 Ultrasonic

    Untuk melakukan

    penyegelan pada

    setiap karung plastik

    NormalOut of

    range

    Pressure dan

    TempratureThermography

    Produk

    cacat

    Keaslian

    produk

    dipertanyakan

    200 4 Medium

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    16/27

    16

    3. KesimpulanBerdasarkan nilai RPN tertinggi, tindakan korektif dapat dilakukan perusahaan terhadap

    moda kegagalan yang terjadi dengan urutan sebagai berikut : shuttle rusak, winder

    rusak, mesin jahit yang tidak menjahit dengan baik, dancing plate patah, temperatur

    terlalu panas pada mesin ultrasonic, as roll printing rusak, elemen pemanas mati pada

    mesin extruder, tekanan angin rendah pada mesin ultrasonic,supply karung miring pada

    proses pemotongan dan penjahitan, panas elemen pemotong yang tidak stabil pada

    mesin potong, cutter tumpul pada mesin extruder, kegagalan pada material, connecting

    patah pada mesin circular loom, kesalahan metode kerja, polymer film rusak pada

    proses pencetakan, dangunpatah pada proses penganyaman.

    Dari keseluruhan moda kegagalan yang terjadi, sebagian besar moda kegagalan

    disebabkan oleh operator atau manusia. Untuk itu, tindakan yang dapat dilakukan untuk

    menekan hal ini adalah dilakukannya pelatihan untuk meningkatkan kinerja karyawan,

    pemahaman peran karyawan dalam menciptakan kualitas produk yang baik, dan

    dilakukan peneguran terhadap karyawan yang telah melakukan kesalahan.

    B. Studi Kasus 2 (Risk Problem Number)IDENTIFIKASI TITIK KRITIS TRACEABILITY MENGGUNAKAN METODE

    PENDEKATAN Failure Modes Ef fects and Cri ticality Analysis(FMECA) PADA

    INDUSTRI PENGOLAHAN UDANG BREADED DI PT YMolly Hesamestyna

    Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, 2011

    1. Resume SkripsiTujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis dan mengidentifikasi titik kritsi

    pada implementasi internal traceabilitydengan menggunakan metode FMECA dalam

    proses produksi udang breaded di PT Y. Evaluasi titik kritis yang digunakan pada

    penelitian ini adalah dengan menggunakan RPN. Perhitungan dilakukan dengan

    menggunakan acuan RPN pada SAE J1739 yaitu Standard yang digunakan pada

    industry automobile dan juga biasa digunakan sebagai standard pada industri lainnya.

    Analisis FMEA dengan menggunakan metode RPN untuk memberi peringkat (ranking)

    dan menaksir resiko titik kegagalan yang potensial terjadi pada desain titik kritis

    traceability. RPN adalah metode yang dikembangkan dengan menganalisis tingkat

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    17/27

    17

    kepelikan (severity level), tingkat peluang terjadinya (probabbility of occurence level)

    dan tingkat ditemukannya (detection of occurence level) pada setiap kemungkinan

    kegagalan titik kritis traceability. Ketiga faktor tersebut akan dikalikan dan masing-

    masing faktor memiliki ranking yang berkisar antara 1 hingga 10 dimana pada akhirnya

    nilai RPN yang dihasilkan akan memiliki rentang dari 1 hingga 1000. Nilai RPN yang

    lebih tinggi diasumsikan memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

    RPN yang lebih rendah (Bowles 2004; Carmignani 2009; Kwai-Sang et al. 2009).

    Kegagalan yang mempunyai nilai RPN lebih tinggi diasumsikan lebih penting dan

    diberi prioritas lebih tinggi untuk segera diperbaiki (Kwai-Sang et al. 2009).Adapun

    hasil penelitian yang telah dilakukan dengan memperhatikan nilai RPN sebagaiindikator titik kritis bagian proses yang sedang berlangsung sebagai berikut ini:

    No. Tahapan proses Kemungkinan Kegagalan/Penyebab Failure RPN

    1Pengangkutan bahan

    baku

    Tidak ada pencatatan Surat Perjanjian Jual BeliUdang

    Tidak ada Nota pembelian ProdukTidak ada pencatatan Nota Timbang Produk

    saat di tambak/ tiba diperusahaan

    1.10

    1.20

    1.30

    24

    24

    24

    2 Penerimaan bahanbaku

    Tidak diberikannya label pada saat penerimaanTidak dilakukannya pengujian bahan baku

    yaitu uji mikrobiologi dan uji antibiotik

    2.10

    2.20

    27

    13.5

    3 Pencucian 1 Tidak diberikannya label 3.10 40.54 Potong Kepala

    Tidak diberikannya labelTidak ada penimbangan rendemen udang

    setelah potong kepala

    4.10

    4.20

    40.5

    27

    5 Pencucian II Tidak diberikannya label 5.10 40.56 Sortasi size Tidak diberikannya label 6.10 40.57 Sortasi final Tidak diberikannya label 7.10 40.58 Pencucian III Tidak diberikannya label 8.10 40.59 Kupas (peeled)

    Tidak ada tagging grup karyawan/ masing-masing KaryawanTidak diberikannya label

    9.10

    9.20

    600

    40.5

    10 Pembuangan ususTidak ada tagging grup karyawan/ masing-

    masing karyawan

    10.10 135

    11 Pencucian III Tidak diberikannya label 11.10 13512 Gores perut

    Tidak ada tagging grup karyawan/ masing-masing karyawan

    12.10 135

    13 StretchingTidak ada tagging grup karyawan/ masing-

    masing karyawan

    13.10 135

    14 Pencucian IV Tidak diberikannya label 14.10 40.515 Soaking Tidak diberikannya label 15.10 40.516 Pemberian predust Tidak ada tagging grup karyawan/ masing- 16.10 450

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    18/27

    18

    No. Tahapan proses Kemungkinan Kegagalan/Penyebab Failure RPN

    masing karyawan

    17Pemberian batter dan

    bread crumb

    Tidak ada tagging grup karyawan/ masing-masing karyawan

    17.10 450

    18 Penyusunan tray Tidak diberikannya label 18.10 40.519 Penimbangan

    Tidak diberikannya labelTidak diketahui berat akhir udang setelah

    proses breaded

    19.10

    19.20

    40.5

    108

    20 Pemeriksaan AkhirPemeriksaan kadar mikrobiologi produkTidak diberikannya label 20.1.020.20 13.540.5

    21 Pembekuan

    Tidak diberikannya labelHuman error (tidak didokumentasikan nomor

    rack yang masuk kedalam ruang ABF)

    21.10

    21.20

    40.5

    45

    22 Pemeriksaan filth Tidak diberikannya label 22.10 40.523 Pengemasan primer

    Tidak diberikannya labelKelalaian karyawan yang berasal dari

    karyawan (rambut, benang dari pakaian atau

    robekan sarung tangan)

    23.10

    23.20

    81

    81

    24 Pendeteksian Logam Tidak diberikannya label 24.10 8125

    Pengemasan

    Sekunder

    Penomoran produk tersisa yang jumlahnyasedikit menjadi label dengan jumlah produk

    yang terbanyak dalam 1 MC

    Misslabelling

    25.10

    25.20

    240

    48

    26

    Penyimpanan dalam

    coldstorage

    Pencatatan serta manajemen terhadap mastercartoon produk udang yang masuk dan keluar(First In First Out)

    26.10 81

    27Stuffing dan

    Distribusi

    Pengemasan produk kurang baikPerekaman invoice 27.1027.20 1839

    2. KesimpulanHasil FMECA yang dilakukan pada manajemen sistem traceability diperusahaan maka

    diperoleh bahwa PT Y memiliki 10 kemungkinan titikkegagalan yaitu pada failure ID

    1.10; 1.20; 1.30; 9.10; 16.10; 17.10; 19.10; 19.20;25.10; 25.20. Penyebab kemungkinan

    kegagalan adalah tidak ada pencatatan Suratperjanjian jual beli udang (1.10); tidak ada

    Nota pembelian produk (1.20); Tidak ada pencatatan Nota timbang produk saat di

    tambak/ tiba diperusahaan (1.30); Tidak ada tagging grup karyawan/ masing-masing

    karyawan(9.10; 16.10; 17.10);Tidak diberikannya label (19.10); Tidak diketahui berat

    akhir udang setelahproses breaded (19.20); Penomoran produk tersisa yang jumlahnya

    sedikitmenjadi label dengan jumlah produk yang terbanyak dalam 1 MC (25.10); dan

    Misslabelling (25.20). Peneliti mengajukan proposal perbaikan structural manajemen

    taceability dalam perusahaan yang bertujuan menurunkan level/ areakritis dari masing-

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    19/27

    19

    masing failure ID sehingga tercapai keefektifan dan keefisienan sistem manajemen

    traceability di dalam perusahaan.

    C. Studi Kasus 3 (Critical Number)PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFF ECTIVENESSPADA JALUR

    PRODUKSI PEMBUATAN KALENG KEMASAN SUSU KENTAL MANIS

    MENGGUNAKAN METODE ROOT CAUSE ANALYSISAntonius Tri Aryono

    Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 2011

    1. Resume SkripsiLatar belakang permasalahan penelitian ini adalah rendahnya nilai OEE jalur produksi

    pembuatan kaleng kemasan untuk susu kental manis. Aktual nilai OEE berada di angka

    60 % hingga 70 %. Nilai tersebut masih berada dibawah target yang tetapkan

    perusahaan. Penelitian ini bertujuan mendesain program untuk meningkatkan nilai OEE

    pada jalur produksi tersebut. Ada 3 faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai OEE,

    yaitu faktor ketersediaan, kinerja dan kualitas. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata

    faktor ketersediaan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada rendahnya nilai

    OEE. Jalur produksi pembuatan kaleng kemasan terdiri atas 7 mesin . Rendahnya nilai

    ketersediaan ternyata dipengaruhi oleh terjadinya kerusakan pada mesin mesin tersebut.

    Dari data yang diperoleh, ternyata ada 4 mesin yang mendominasi terjadinya kerusakan

    pada jalur produksi tersebut.Mesin-mesin tersebut adalah, mesin Body Maker, Parting,

    Palletizer, dan mesin Seamer. Langkah selanjutnya adalah melakukan Criticality

    Analysis pada mode kegagalan yang sering terjadi pada mesin-mesin tersebut. Mode

    kegagalan dengan tingkat kekritisan tinggi kemudian dianalisa lebih lanjut

    menggunakan Fault Tree Analysis (FTA). Dari hasil analisa tersebut akan didapatkan

    akar penyebab terjadinya kerusakan pada mesin yang dijadikan dasar dalam membuat

    desain program perbaikan. Dengan menerapkan langkah-langkah perbaikan tersebut,

    diharapkan kerusakan pada mesin berkurang, sehingga nilai ketersediaan akan naik, dan

    nilai OEE sebesar 80 % yang ditetapkan dapat terwujud. Tujuan dari penelitian ini ialah

    membuat desain program peningkatan nilai OEE (Overall Equipment Effectiveness)

    Can Making jalur 1 agar dapat memenuhi target yang ditetapkan perusahaan.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    20/27

    20

    2. Evaluasi kekritisanDari perhitungan OEE yang telah dilakukan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah

    mendefinisikan mode kegagalan pada 4 stasiun kerja yang paling berkontribusi terhadap

    kerusakan area can making line 1, yaitu stasiun kerja body maker, parting, palletizer,

    dan seamer. Semua mode kegagalan kemudian akan dinilai tingkat kekritisanya

    terhadap faktor keselamatan, lingkungan, kerugian produksi, dan biaya pemeliharaan.

    Tabel 4.47 merupakan kriteria evaluasi dalam analisa kekritisan mode kegagalan.

    Berdasarkan evaluasi pada tabel diatas,maka dapat dibentuk matrik kekritisan untuk

    area can making line 1, dalam pengaruhnya terhadap faktor keselamatan, lingkungan,

    kerugian produksi, dan biaya pemeliharaan (Gambar 4.39). Matrik inilah yang dijadikan

    landasan dalam menilai tingkat kekritisan mode kegagalan pada FMECA.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    21/27

    21

    Dari tabel dan gambar matriks diatas maka dilakukan analisa kekritisan pada 4 mesin

    sebagai berikut ini:

    a. Analisa kekritisan mesin body makerPada tabel berikut terdapat beberapa mode kegagalan yang diidentifikasi,

    diantaranya pergerakan tidak sinkron pada feeder, suhu yang tinggi pada sheet

    conveyor, pergerakan tidak sinkron pada sistem transport, body can macet,

    pengelasan yang tidak baik, dan suhu yang tinggi pada sistem wire. Setelah masing

    masing mode kegagalan dinalisa, ternyata ada 3 mode kegagalan yang memiliki

    tingkat kekritisan tinggi (High), sedangkan 3 lainya memiliki tingkat kekritisan

    menengah (Medium). Ketiga mode kegagalan tersebut adalah, pergerakan tidak

    sinkron pada feeder, body can macet, dan pengelasan yang tidak baik.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    22/27

    22

    b. Analisa kekritisan mesin partingPada tabel berikut terdapat beberapa mode kegagalan yang diidentifikasi,

    diantaranya pengereman yang tidak berjalan normal, posisi yang tidak sinkron,

    pemotongan yang tidak normal, shutdown yang tidak normal, dan unit lubrikasi

    tidak berfungsi. Setelah masing masing mode kegagalan dinalisa, ternyata hanya

    ada 3 mode kegagalan yang memiliki tingkat kekritisan tinggi (High), sedangkan 2

    lainya memiliki tingkat kekritisan menengah (Medium). Ketiga mode kegagalan

    tersebut adalah, posisi yang tidak sinkron, pemotongan yang tidak normal, dan unit

    lubrikasi tidak berfungsi.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    23/27

    23

    c. Analisa kekritisan mesin palletizerPada tabel berikut terdapat beberapa mode kegagalan yang diidentifikasi,

    diantaranya mesin tidak dapat bekerja normal, Posisi yang tidak benar, dan

    kerusakan pada sistem pneumatic. Setelah masing masing mode kegagalan dinalisa,

    ternyata hanya ada 2 mode kegagalan yang memiliki tingkat kekritisan tinggi

    (High), sedangkan yang lainya memiliki tingkat kekritisan menengah (Medium).

    Kedua mode kegagalan tersebut adalah, posisi yang tidak benar dan kerusakan pada

    sistem pneumatic.

    d. Analisa kekritisan mesin seamer

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    24/27

    24

    Pada tabel 4.67 terdapat beberapa mode kegagalan yang diidentifikasi, diantaranya

    body can macet, timing tidak tepat, kemacetan pada lid, hasil seaming tidak baik,

    Mesin tidak dapat bekerja, dan suhu yang tinggi pada sistem. Setelah masing

    masing mode kegagalan dinalisa, ternyata hanya ada 3 mode kegagalan yang

    memiliki tingkat kekritisan tinggi (High), sedangkan 2 lainya memiliki tingkat

    kekritisan menengah (Medium) dan sisanya rendah (Low). Ketiga mode kegagalan

    tersebut adalah, body can macet, timing yang tidak tepat, kemacetan pada lid, dan

    hasil seaming tidak baik.

    3. KesimpulanBerdasarkan data yang didapat, rendahnya nilai OEE area can making line 1 sebesar

    60% hingga 70 % ternyata sangat dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan peralatan. Ada

    3 jenis kegagalan pada peralatan yang mempengaruhi tingkat ketersediaan, yaitu

    penghentian rutin, kegagalan pasokan, dan kerusakan pada peralatan. Dari 3 jenis

    kegagalan tersebut, ternyata kerusakan pada peralatan merupakan kegagalan yang

    paling dominan. Ada 4 mesin yang berkontribusi terhadap terjadinya kerusakan pada

    area can making line 1. Mesin-mesin tersebut adalah mesin Body Maker, mesin Parting,

    Palletizer, dan mesin Seamer. Dari hasil analisa menggunakan FTA terhadap mode

    kegagalan yang sering terjadi pada keempat mesin tersebut, akan didapatkan akar

    penyebab terjadinya kerusakan. Akar penyebab tersebut menjadi landasan dalam

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    25/27

    25

    mendesain tindakan perbaikan guna meningkatkan nilai OEE menjadi 80 % seperti yang

    ditargetkan oleh perusahaan.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    26/27

    26

    BAB III

    KESIMPULAN

    Adapun kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan sebagai berikut ini:

    1. FMECA (Failure Mode, Effect, and Criticality Analysis) adalah prosedur untukmengidentifikasi potensi kegagalan, menentukan penyebab dan akibat dari mode

    kegagalan dan menghilangkan efeknya terhadap sistem

    2. FMECA terbagi atas 3 jenis worksheet yaitu Lembar kerja SAE-J1739 yangdigunakan dalam industry otomotif, MIL-1629a digunakan dalam industri militer,

    dan IEC60812 digunakan dalam industri elektronik.

    3. Berdasarkan pendekatan FMECA diketahui tingkat kritis terbagi atas 3 yaitu High,Medium dan Low.

  • 7/22/2019 Mananajemen perawatan presentasi

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Puspita, Diana Sari. Skripsi Analisa Penyebab Kegagalan Produk Woven BagDengan Menggunakan MetodeFailure Mode And Effects Analysis (Studi Kasus Di

    Pt Indomaju Textindo Kudus) Universitas Wahid Hasyim Semarang: 2011

    - Nama file, 209-415-1-SM.PDF- Jenis file, Jurnal- Didownload pada, http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/PROS

    IDING_SNST_FT/article/view/209/200

    2. Hesamestyna, Molly. Skripsi Identifikasi Titik Kritis Traceability MenggunakanMetode Pendekatan Failure Modes Effects And Criticality Analysis (Fmeca) Pada

    Industripengolahan Udang Breaded Di PT Y. Institute Pertanian Bogor: 2011

    - Nama file, C11mhe.pdf- Jenis file, Skripsi- Didownload pada,

    http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51098 /C11mhe.pdf

    3. Tri, Antonius Aryono. Skripsi. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness PadaJalur Produksi Pembuatan Kaleng Kemasan Susu Kental Manis Menggunakan

    MetodeRoot Cause Analysis. Universitas Indonesia :2011

    - Nama file, digital_20293283-S1494-Perhitungan overall.pdf- Jenis file, Skripsi- Didownload pada, http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20293283-S1494-Perhi

    tungan%20overall.pdf

    http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/PROShttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51098http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20293283-S1494-Perhihttp://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20293283-S1494-Perhihttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51098http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/PROS