pekerja bantuan hukum adalah pekerja profesional - alghiffari aqsha, s.h

Upload: azrina-darwis

Post on 21-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    1/9

    PEKERJA BANTUAN HUKUM ADALAH PEKERJA PROFESIONAL1

    Oleh: Alghiffari Aqsa2

    Pendahuluan

    Seringkali posisi Pekerja Bantuan Hukum (PBH) dianggap sebagai profesi yang rendah atau remeh dalam

    dunia penegakan hukum.3 Bahkan banyak yang salah persepsi dengan memisahkan PBH dengan

    pengacara (lawyer) kantor hukum (law firm) dengan menyebut PBH adalah pengacara amatir,

    sementara pengacara law firm adalah pengacara profesional. Hal tersebut dikarenakan PBH tidak

    mendapatkan honor atau fee dari pelayanan bantuan hukumnya, sedangkan pengacara law firm

    mendapatkan honor atau fee dari jasa yang diberikannya. Sungguh merupakan pendapat yang keliru

    karena profesionalitas tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya honor yang diberikan oleh penerima

    sebuah jasa.

    Profesi berasal dari kata serapan dalam bahasa Inggris to profess, berasal dari kalimat latin profiteor

    yang bermakna membuat sebuah komitmen atau kewajiban untuk memenuhi suatu tugas khusus secaratetap. Makna tersebut menunjukkan bahwa seorang profesional adalah seseorang yang memiliki

    pengetahuan tentang sesuatu dan memiliki komitmen terhadap kode etik atau seperangkat nilai-nilai

    tertentu, yang keduanya cukup baik diterima karakteristik profesi.4 Profesi juga dianggap sebagai

    masyarakat moral (moral community) yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Mereka membentuk

    suatu profesi yang disatukan karena latar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki

    keahlian yang tertutup bagi orang lain. Dengan demikian, profesi menjadikan suatu kelompok

    mempunyai kekuasaan tersendiri dan karena itu mempunyai tanggung jawab khusus.5 Secara umum

    terdapat beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:6

    1.

    Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkatpendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

    2.

    Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi

    mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

    3.

    Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan

    kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

    1Disampaikan dalam Karya Latihan Bantuan Hukum (KALABAHU) 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga

    Bantuan Hukum Jakarta.2Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Jakarta di Bidang Pengembangan Sumber Daya Hukum Masyarakat.

    Email:[email protected]:http://alghif.wordpress.com.Twitter: @AlghifAqsa3Terdapat berbagai sebutan terhadap Pekerja Bantuan Hukum. Sebutan di LBH/YLBHI antara lain Pembela Umum,

    Public Defender, Pengacara Publik, Advokat Publik. Dalam Undang-Undang Bantuan Hukum, hanya disebutkan

    sebagai pemberi bantuan hukum. Sebutan khusus terhadap profesi pemberi bantuan hukum tidak disebutkan.4Stan Lester, On Professions and Being Professional. Lihat:http://www.sld.demon.co.uk/profnal.pdf

    5Frans H. Winarta, Dimensi Moral Dalam Profesi Advokat dan Pekerjaan Bantuan Hukum

    6R. Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi.Semarang: Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas

    Diponegoro 2009.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://alghif.wordpress.com/http://alghif.wordpress.com/http://alghif.wordpress.com/http://www.sld.demon.co.uk/profnal.pdfhttp://www.sld.demon.co.uk/profnal.pdfhttp://www.sld.demon.co.uk/profnal.pdfhttp://www.sld.demon.co.uk/profnal.pdfhttp://alghif.wordpress.com/mailto:[email protected]
  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    2/9

    4.

    Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan

    kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,

    kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih

    dahulu ada izin khusus.

    5.

    Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

    Dari syarat-syarat tersebut di atas, tentunya kita dapat menyimpulkan bahwa Pekerja Bantuan Hukum

    (PBH) merupakan sebuah profesi karena pengetahuan khusus dimiliki berkat pendidikan dan pelatihan7,

    memiliki kode etik (Kode Etik Pekerja Bantuan Hukum), mengabdi kepada masyarakat, memiliki izin, dan

    menjadi anggota dari suatu profesi, yaitu profesi pengacara. Sebagian besar PBH juga tergabung dalam

    organisasi advokat. Profesionalitas PBH seharusnya diukur dari pengetahuan yang dimilikinya dan

    komitmen terhadap kode etik, bukan dari segi honor ataufee dari klien yang diberi bantuan hukum.

    Perlu diingat bahwa sejarah profesi advokat tidak didasari oleh imbalan, melainkan untuk mendapatkan

    baik kepuasan batin maupun kemuliaan di mata masyarakat (nobility). Di jaman Romawi Kuno, sebelum

    terdapat istilah advokat, terdapat Preator yang membela orang-orang kecil yang miskin dan buta hukum

    yang tertimpa permasalahan hukum. Preator memiliki status social yang tinggi dan cukup kaya sehingga

    tidak memerlukan uang dari orang yang dibelanya (klien). Profesi preator tersebut amat dihargai dan

    dimuliakan orang sehingga dinamakan officium nobelium atau profesi yang mulia. Di kemudian hari

    advokat mendapatkan honorarium dari kerjanya. Istilah honorarium berasal dari kata honor yang berarti

    penghormatan, menunjukkan bahwa advokat sebagai pemberi jasa hukum bukanlah melakukan jual beli

    atau dagang perkara yang biasa ditawar melainkan memberikan jasa-jasanya.8

    Di samping masalah kriteria mengenai profesi dan juga terkait profesionalitas, kita juga dapat melihat

    bagaimana sejarah dan juga rekam jejak LBH/YLBHI dalam proses penegakan hukum dan keadilan di

    Indonesia. LBH digagas oleh organisasi advokat, PERADIN, pada kongresnya di tahun 1969. PERADIN

    kemudian mengeluarkan surat keputusan pada tanggal 28 Oktober 1970 dengan Adnan Buyung

    Nasution sebagai direktur. 9Sejak saat berdirinya, LBH tidak hanya terlibat dalam kasus bantuan hukum

    yang sifatnya individual dan privat, melainkan juga memberikan bantuan hukum terhadap kasus publik

    dan kontroversial, seperti kasus G 30 S, Malari, Mahasiswa Buku Putih, Komando Jihad, H.R. Dharsono,

    Tanjung Priok, Kedung Ombo, Kasus Tanah Badega, 27 Juli, Tragedi Semanggi, Tim-Tim, Petisi 50, dan

    sederet kasus kontroversial yang tercatat di republik ini. Tidak hanya dalam penanganan kasus, LBH

    kemudian menjadi lokomotif demokrasi, motor perubahan sosial, dan motor perubahan hukum. LBH

    dapat dikatakan tidak pernah absen untuk menyikapi kebijakan dan peraturan perundang-undangan

    yang terkait dengan nasib si miskin dan tertindas. Tidak hanya itu, LBH juga tercatat sebagai motor

    7PBH LBH Jakarta setidaknya harus mengikuti Karya Latihan Bantuan Hukum (KALABAHU) selama satu bulan yang

    terdiri dari setidaknya 30 materi dan pembicara. Selain itu mendapatkan pelatihan berkelanjutan baik dari internal

    LBH, maupun dari eksternal, dalam maupun luar negeri. Misalnya pelatihan terkait: Hak Asasi Manusia, advokasi

    pengungsi, advokasi anak, hak atas perumahan, advokasi penyandang disablitas, advokasi berbasis gender,

    advokasi kebebasan beragama, jurnalistik, dan berbagai pelatihan lain yang rutin diberikan kepada Pekerja

    Bantuan Hukum.8Adnan Buyung Nasution,Advokat Profesional adalah Advokat Pejuang. Hal 6-8.

    9Ibid. Hal 9.

  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    3/9

    perubahan hukum dengan berbagai terobosan yang mampu membuka akses terhadap keadilan,

    misalnya saja gagasan dan dorongan diakuinya citizen law suit, class action, dan legal standing dalam

    hukum acara di Indonesia.

    Kode Etik Pekerja Bantuan Hukum

    Pekerja Bantuan Hukum (PBH) LBH/YLBHI memiliki kode etik tersendiri dalam melaksanakan profesinya,

    walaupun sebagian PBH merupakan advokat yang juga tunduk kepada Kode Etik Advokat. Kode etik ini

    haruslah dipisahkan dari Kode Etik PBH lembaga bantuan hukum diluar YLBHI karena kode etik ini

    bersifat internal.10

    Kode etik PBH LBH/YLBHI lahir pada tahun 1985, dan tidak dihapuskan meskipun dikemudian hari

    terdapat Kode Etik Advokat. Hal ini menurut saya dikarenakan berbagai hal sebagai berikut:

    1.

    Tidak semua PBH di LBH/YLBHI merupakan advokat.

    Di LBH/YLBHI tidak semua PBH merupakan advokat, sebagian justru berasal dari bidang ilmu

    lain, misalnya ilmu politik, sosiologi, jurnalistik, komunikasi, filsafat, dan lain-lain. Hal ini

    dikarenakan LBH/YLBHI memiliki ideologi kerja Bantuan Hukum Struktural yang menganggap

    persoalan hukum atau ketidakadilan yang muncul merupakan efek dari suatu struktur yang

    menindas sehingga diperlukan perubahan struktrur yang tidak bisa hanya diselesaikan oleh ilmu

    hukum, melainkan dari berbagai bidang lainnya.

    2.

    Pekerja Bantuan Hukum (PBH) merupakan aktivis politik.

    Abdul Rahman Saleh dalam pembukaan buku Catatan 40 tahun LBH/YLBHI mengatakan bahwa

    PBH LBH/YLBHI merupakan para aktivis politik yang mengerti akan perjuangan politik dalam

    penegakan hukum. Mereka sadar bahwa segala proses hukum sedikit atau banyak dipengaruhioleh hal-hal yang bersifat struktural, seperti bias gender, afiliasi politik, diskrepansi ekonomi

    (penguasaan terhadap sumber daya), kedekatan terhadap pusat-pusat kekuasaan baik di

    kalangan eksekutif, legislative, dan yudikatif.11

    Artidjo Alkostar, Ketua Muda Pidana Mahkamah

    Agung RI, dalam pembukaan KALABAHU 2012 juga mengatakan bahwa PBH merupakan aktivis

    atau pengacara yang politis (dalam arti positif). OIeh karenanya kerja-kerja PBH akan

    bersinggungan dengan aktor politik hukum tersebut, sehingga diperlukan nilai moral khusus

    untuk menghindari adanya pengaruh yang buruk terhadap PBH.

    3.

    Pekerja Bantuan Hukum (PBH) memiliki posisi strategis.

    Sejarah panjang LBH/YLBHI (43 tahun) dan kontribusinya terhadap rule of lawdan demokrasi di

    Indonesia menjadikan LBH/YLBHI kepercayaan masyarakat dan juga berbagai stake holderdalamberbagai bidang. Peran LBH sering menjadi sorotan, dianggap sebagai lokomotif demokrasi,

    10 Catatan: LBH Jakarta banyak mendapati pengadu yang telah ditangani sebelumnya oleh LBH lain, namun

    mendapatkan pelayanan yang buruk, seperti: dikenakan biaya yang mahal, tidak ditangani, bekerja sama dengan

    lawan, dll. LBH tersebut tidak tunduk pada kode etik PBH LBH/YLBHI, mereka tunduk pada Kode Etik Advokat.11

    Verboden voor Honden en Inlanders dan Lahirlah LBH; Catatan 40 tahun Pasang Surut Keadilan. Jakarta: YLBHI,

    2012. Hal. xv-xvi.

  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    4/9

    sumber yang terpecaya, dan lain-lain. Hal ini menjadikan posisi LBH bisa saja disalahgunakan

    oleh berbagai kepentingan.

    4.

    Pekerja Bantuan Hukum (PBH) tanggung jawab yang lebih berat

    PBH tidak hanya dituntut untuk mendampingi klien dan menyelesaikan permasalahan

    hukumnya, melainkan juga dituntut untuk mengubah struktur sosial. Toetti Heraty Roosseno

    menganggap bahwa LBH juga merupakan pelopor meeting of mindkarena berbagai pemikiran

    progresif yang digagas semenjak berdirinya. Tanpa adanya nilai moral yang khusus, mustahil

    kerja-kerja tersebut akan tercapai.

    Terkait dengan kode etik dan nilai moral PBH LBH/YLBHI, kita dapat meresapi bunyi prasasti yang diukir

    di depan gedung LBH/YLBHI dan ditulis oleh Abdul Rahman Saleh yang berbunyi:

    Gedung ini dimaksudkan sebagai monumen pertama di Indonesia bagi perjuangan menegakan hukum,

    kebenaran dan keadilan yang sama bagi semua orang tanpa membeda-bedakan suku, agama asal

    keturunan, keyakinan politik, maupun latar belakang sosial dan budaya. Dari sini Para Pembela dan

    pemikir bantuan hukum akan berjuang dengan jujur dan ikhlas dan tanpa pamrih serta seia sekata

    dengan mayoritas bangsa yang papa untuk tidak saja membela perkara-perkara yang menyangkut

    kepentingan rakyat tapi juga ikut merombak tatanan yang menyebabkan mereka terus-menerus

    terbelakang, miskin, tertindas, dan terlupakan. Dari sini pula akan dikembangkan pikiran-pikiran yang

    berani, konstruktif dan bertanggung jawab hingga menjadi perlambang kebebasan menyatakan

    pendapat dan awal dari bangkitnya kaum miskin menuntut pelaksanaan hak yang sama dalam hukum

    dan keadilan di bumi pertiwi Indonesia.12

    Ringkasan Pedoman Pokok Nilai-Nilai Perjuangan Yayasan LBH Indonesia dan Kode Etik Pengabdi

    Bantuan Hukum Indonesia

    Adapun Pedoman Pokok Nilai-Nilai Perjuangan Yayasan LBH Indonesia berisikan sebagai berikut:13

    I.

    Pembukaan

    Menguraikan secara singkat mengenai latar belakang dan peran LBH/YLBHI dalam kehidupan

    Negara, serta posisinya untuk menegakkan keadilan tanpa membedakan golongan atau bersikap

    imparsial. Dikatakan bahwa PBH adalah pejuang keadilan dan HAM, serta aktor yang kreatif dan

    berani dalam mengemban misi dan tanggung jawab untuk keadilan social.

    II.

    Nilai Keberadaan Yayasan LBH Indonesia

    Menjabarkan tujuan LBH/YLBHI, yaitu:

    1.

    Mewujudkan pola hubungan sosial yang adil, dimana peraturan hukum dan pelaksanaannya

    menjamin persamaan kedudukan bagi setiap kelompok sosial dan atau individu baik dilapangan politik maupun di lapangan ekonomi.

    2.

    Mewujudkan sebuah sistem hukum dan administrasi yang mampu menyediakan prosedur-

    prosedur dan lembaga-lembaga, tempat dimana setiap kelompok sosial dan atau individu

    12Ibid, Hal. Xii.

    13Pedoman Pokok Nilai-Nilai Perjuangan Yayasan LBH Indonesia dan Kode Etik Pengabdi Bantuan Hukum

    Indonesia. Jakarta: Yayasan LBH Indonesia, 1986.

  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    5/9

    dapat memperoleh jalan masuk untuk memengaruhi dan ikut menentukan setiap keputusan

    mereka khususnya yang berhubungan dengan alokasi sumber-sumber daya ekonomi.

    Misi Perjuangan LBH/YLBHI, yaitu:

    1.

    Menanamkan, menumbuhkan, dan menyebarluaskan nilai-nilai Negara hukum yang demokratis,

    dan berkeadilan sosial kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik mereka yang

    merupakan warga Negara biasa maupun para pejabat, berdasarkan Pancasila dan Undang-

    undang Dasar 1945.

    2.

    Menanamkan dan menumbuhkan sikap kemandirian golongan masyarakat miskin sehingga

    mereka sendiri dapat merumuskan, menyatakan, memperjuangkan dan mempertahankan, baik

    secara individual maupun kolektif hak-hak dan kepentingan mereka.

    3.

    Mengembangkan lembaga-lembaga pendukung bagi usaha-usaha untuk meningkatkan

    efektivitas pelaksanaan hak-hak golongan masyarakat miskin.

    4.

    Menciptakan kondisi awal yang akan mendukung usaha-usaha untuk mengadakan

    pembaharuan hukum yang tanggap terhadap kebutuhan golongan masyarakat miskin.

    Dari empat misi di atas, terlihat bahwa LBH/YLBHI memliki semangat untuk melakukan

    pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat dapat mandiri dalam memperjuangkan keadilan.

    Selain itu dituntut juga untuk melakukan inovasi dan pembaruan dalam bidang hukum dengan

    cara mengembangkan lembaga-lembaga pendukung bagi usaha-usaha untuk meningkatkan

    efektivitas pelaksanaan hak-hak golongan masyarakat miskin.

    III.

    Prinsip-prinsip Perjuangan Yayasan LBH Indonesia

    Tanpa pamrih, tanpa kompromi, berkomitmen, tidak menjual prinsip, tidak tergoda keuntungan

    pribadi, bekerja sebagai PBH memberikan kepuasan batin yang tidak bisa dinilai dengan materi,

    tidak tunduk pada setiap ketidakadilan dan perkosaan hak asasi, mengedepankan proses yangjujur, berani melawan setiap bentuk kejahatan, mendahulukan kepentingan kolektif daripada

    kepentingan pribadi, memberdayakan dan tidak mengkooptasi perjuangan masyarakat miskin.

    Adapun Kode Etik Pengabdi Bantuan Hukum Indonesia adalah sebagai berikut:

    1. Pasal 1, Kepribadian Pengabdi Bantuan Hukum

    Pengabdi Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) adalah pribadi yang luhur, yang bertaqwa, menjunjung

    tinggi nilai keadilan, bebas dari pengaruh dan tidak terikat oleh apapun kecuali pemihakan kepada nilai-

    nilai kebenaran hakiki.

    2.

    Pasal 2, Cara Pelaksanaan Pengabdian Bantuan HukumPBH harus jujur dalam bertugas, memberdayakan klien, bersifat objektif dan kritis, mengikuti prosedur

    yang berlaku, dan mampu bekerjasama dengan berbagai profesi untuk kepentingan penanganan kasus.

    3. Pasal 3, Perangkapan Pekerjaan

    Pasal ini menjelaskan bahwa PBH tidak boleh melakukan praktek hukum di luar LBH, kecuali direktur.

    Ketentuan ini mendapat kritikan karena dapat mengakibatkan direktur tidak maksimal dalam kerja-

  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    6/9

    kerjanya di LBH. Seringkali ketentuan ini dimanfaatkan untuk menghidupi LBH yang kesulitan secara

    finansial.

    4. Pasal 4, Hubungan Dengan Klien

    Dalam berhubungan dengan klien PBH harus mendahulukan kepentingan klien daripada kepentingan

    pribadi, mendamaikan kasus perdata, berusaha mendapatkan keputusan yang seadil-adilnya, tidak

    boleh memberi keterangan yang menyesatkan, tidak boleh menjamin kemenangan, memberikan

    kebebasan kepada klien untuk mengganti pengacara dan memberikan keterangan kepada klien atau

    pengacara yang baru bila diperlukan, menolak klien yang mampu kecuali kasus yang memiliki dampak

    luas, memegang rahasia jabatan, tidak menarik honorarium atau menerima hadiah apapun secara

    pribadi.

    5.

    Pasal 5, Hubungan Dengan Kekuasaan Kehakiman dan Kekuasaan Lainnya

    PBH harus bersikap sopan, wajib mempertahankan kehormatan, dan ikut berusaha mencari dan

    menegakkan keadilan dalam hubungan dengan kekuasaan kehakiman dan kekuasaan lainnya.

    6. Pasal 6, Hubungan dengan Teman Sejawat

    PBH harus menjalin hubungan baik dengan teman sejawat dan saling menghargai, tidak menarik klien

    dari teman sejawat, dan bekerja berdasarkan wilayah kerja kantor masing-masing.

    7.

    Pasal 7, Pengawasan dan Pembinaan

    Dewan Pengurus Yayasan LBH Indonesia mempunyai kewenangan pengawasan dan pembinaan serta

    menjatuhkan sanksi terhadap para Direktur LBH yang melakukan pelanggaran, setelah kepada yang

    bersangkutan diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan. Sementara itu, Direktur LBH

    bersama-sama dengan Dewan Penasehat mempunyai kewenangan pengawasan dan pembinaan serta

    menjatuhkan sanksi terhadap para PBHI yang melakukan pelanggaran, setelah kepada yang

    bersangkutan diberikan kesempatan.

    Selain tercantum dalam kode etik, nilai etika dan moral yang harus dijunjung oleh PBH juga tercantum

    dalam kontrak kerja pengangkatan sebagai PBH. Misalnya dalam kontrak kerja PBH LBH Jakarta

    dicantumkan tambahan bahwa PBH tidak boleh mendampingi kasus yang tidak ada dasar hukumnya. Hal

    ini bertujuan agar PBH tidak mencari-cari ataupun merekayasa dasar hukum untuk menyelesaikan suatu

    permasalahan yang ternyata tidak memiliki landasan hukum.

    Undang-Undang Bantuan Hukum

    Selain pedoman dan kode etik PBH LBH/YLBHI, PBH juga tunduk pada kode etik advokat (bagi PBH

    advokat) dan juga Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Adapun beberapa

    ketentuan yang terkait dengan etika dan moral pemberi bantuan hukum antara lain:

    -

    Larangan menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak

    lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani Pemberi Bantuan Hukum (Pasal 20).

  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    7/9

    Larangan tersebut diancam pidana paling lama 1 tahun atau denda paling lama 50 juta rupiah

    (Pasal 22).

    -

    Menjaga rahasia klien (Pasal 10 huruf d).

    -

    Menangani kasus hingga selesai, kecuali terdapat aalasan lain untuk penghentian (pasal 10 huruf

    e).

    Pelanggaran Prinsip Perjuangan dan Kode Etik

    Pada prakteknya tidak banyak kasus pelanggaran prinsip perjuangan ataupun kode etik yang muncul dan

    kemudian diproses oleh LBH/YLBHI. Namun demikian, dalam 5 tahun penulis mengabdi sebagai PBH di

    LBH Jakarta, maka terdapat berbagai tindakan potensial terjadi dalam pengabdian sebagai PBH, yaitu:

    -

    Menerima uang dari klien.

    -

    Menerima pemberian barang dari klien, dan tidak melaporkan kepada Pimpinan LBH Jakarta.

    -

    Menangani kasus di luar LBH.

    -

    Bekerjasama dengan aktor politik untuk menggolkan kepentingan yang tidak sesuai dengan

    kepentingan LBH.

    -

    Menyebarkan informasi rahasia, baik disengaja ataupun tidak disengaja kepada orang lain diluar

    LBH.

    -

    Tunduk atas tekanan politik ataupun tekanan pengacara senior.

    -

    Bersikap tidak ramah kepada klien.

    -

    Melakukan kekerasan, fisik maupun verbal terhadap klien.

    -

    Menjanjikan kemenangan.

    -

    Memberikan informasi yang menyesatkan.

    -

    Ingin tampil dan mengkooptasi perjuangan masyarakat. Tidak memberdayakan klien.

    -

    Tidak menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan sesama PBH.

    Adapun salah satu contoh kasus yang nyata adalah kasus mantan Direktur LBH Semarang (Slamet

    Haryanto) yang menemui Soemarmo, walikota Semarang, yang merupakan tersangka korupsi dana

    APBD dan ditahan di Jakarta. Slamet berangkat dari Jakarta ke Semarang bersama tim walikota tanpa

    memberitahukan kepada rekan kerja di LBH Semarang. LBH Semarang kemudian menonaktifkan Slamet

    mulai tanggal 11 Juni 2012 dan memutuskan untuk membentuk tim investigasi dengan komposisi, satu

    orang alumni LBH, satu orang staf internal, dan tiga orang dari unsur masyarakat. Tim investigasi

    tersebut kemudian bertanggungjawab memberikan rekomendasi kepada LBH Semarang dan YLBHI. 14

    Berdasarkan hasil temuan tim investigasi yang dibuat oleh LBH Semarang, biaya perjalanan Slamet ke

    Jakarta didanai oleh anggaran operasional walikota. Slamet membantah bahwa kunjungannya adalah

    untuk mendukung kasus korupsi yang dilakukan oleh Soemarmo dan hanya membicarakan program.

    Hasil investigasi kemudian menyimpulkan bahwa Slamet tidak hanya melakukan pelanggaran kode etik,

    namun juga pelanggaran Standart Operational Prosedur (SOP), dan juga pelanggaran nilai-nilai

    perjuangan YLBHI.

    14http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/16555/buntut-bezoek-koruptor-direktur-lbh-semarang-dicopot

    http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/16555/buntut-bezoek-koruptor-direktur-lbh-semarang-dicopothttp://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/16555/buntut-bezoek-koruptor-direktur-lbh-semarang-dicopothttp://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/16555/buntut-bezoek-koruptor-direktur-lbh-semarang-dicopothttp://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/16555/buntut-bezoek-koruptor-direktur-lbh-semarang-dicopot
  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    8/9

    Kasus tersebut di atas merupakan pukulan bagi LBH dan YLBHI karena PBH seharusnya mampu menjaga

    integritas dan mempertahankan kode etik. Harapan masyarakat kepada LBH/YLBHI sangat besar karena

    tidak banyak orang-orang yang mau mengabdikan hidupnya sebagai PBH. Imbas dari kasus tersebut juga

    berpengaruh pada kepercayaan klien-klien yang dibela oleh LBH Semarang, pengorganisiran dan

    pemberdayaan menjadi sulit dilakukan. Visi dan misi untuk memberikan bantuan hukum struktural dan

    mewujudkan keadilan sosial terhambat oleh tindakan pelanggaran kode etik oleh PBH.

    Kasus tersebut juga menunjukkan, bahwa PBH tidak dapat main-main dalam hubungannya dengan pihak

    lain di luar LBH/YLBHI. Sebaiknya PBH membatasi diri untuk bertemu dan bekerja sama dengan pihak-

    pihak yang berlawanan dengan prinsip LBH/YLBHI, kecuali pertemuan untuk kepentingan taktis dan

    diharuskan berkoordinasi dengan lembaga.

    Usulan Perubahan Kode Etik Pekerja Bantuan Hukum

    Pedoman Pokok Nilai-Nilai Perjuangan Yayasan LBH Indonesia dan Kode Etik Pengabdi Bantuan Hukum

    Indonesia dibuat pada tahun 1985. Hingga saat ini, 28 tahun, belum terdapat perubahan pada pedoman

    dan kode etik tersebut. Terdapat berbagai kelemahan dan harus segera disesuaikan berdasarkan

    kebutuhan dan perkembangan dunia penegakan hukum, terlebih Undang-Undang Bantuan Hukum telah

    disahkan dan akan mendorong praktek bantuan hukum di Indonesia. Kelemahan tersebut antara lain

    tidak adanya mekanisme yang pasti mengenai proses pemeriksaan pelanggaran15

    , tidak ada ketentuan

    mengenai berkas kasus, profesionalitas terkait deadline penanganan kasus, pembuatan statement dan

    langkah advokasi yang sesuai dengan persetujuan klien, mencegah eksploitasi klien termasuk eksploitasi

    seksual, mekanisme pengaduan dari klien, jenis-jenis sanksi, dan berbagai ketentuan lain yang dapat

    dibandingkan dengan kode etik lain.16

    Penutup

    Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

    1.

    Bahwa Pekerja Bantuan Hukum merupakan sebuah profesi yang memiliki peran strategis dan

    bertanggungjawab untuk melakukan perubahan terhadap struktur yang timpang dan menindas

    di dalam masyarakat.

    2.

    Profesi PBH menuntut sebuah profesionalitas dan tunduk pada kode etik dan pedoman

    perjuangan.

    3.

    Pedoman Pokok Nilai-Nilai Perjuangan Yayasan LBH Indonesia dan Kode Etik Pengabdi Bantuan

    Hukum sudah seharusnya diubah karena memiliki banyak kelemahan.

    15Dalam Kode Etik Advokat terdapat hukum acara pemeriksaan pelanggaran kode etik, seperti tata cara

    pengaduan, lamanya surat pemberitahuan pengaduan, kesempatan untuk memberikan jawaban, penetapan hari

    sidang, panggilan terhadap pengadu dan teradu, upaya perdamaian, cara pengambilan keputusan, jenis sanksi, dan

    lain-lain. Lihat Pasal 10-19 Kode Etik Advokat.16

    Misalnya kode etik bantuan hukum terhadap pengungsi yang diatur oleh Naerobi Code. Lihat:

    http://www.frlan.org/sites/srlan/files/fileuploads/The_Nairobi_Code.pdf

    http://www.frlan.org/sites/srlan/files/fileuploads/The_Nairobi_Code.pdfhttp://www.frlan.org/sites/srlan/files/fileuploads/The_Nairobi_Code.pdfhttp://www.frlan.org/sites/srlan/files/fileuploads/The_Nairobi_Code.pdf
  • 7/24/2019 Pekerja Bantuan Hukum Adalah Pekerja Profesional - Alghiffari Aqsha, S.H.

    9/9

    4.

    Pembinaan dan pengawasan terhadap PBH harus ditingkatkan, terlebih praktek bantuan hukum

    akan meningkat sebagai dampak diberlakukannya Undang-Undang Bantuan Hukum. Kualitas

    bantuan hukum terhadap masyarakat yang mencari keadilan harus diutamakan.

    =SALAM KEADILAN! YA BASTA!=