uii skripsi 05410472 rika rizki meilia sari 05410472 rika rizki meilia sari 4868257934 bab 1

Upload: rubi-sandy

Post on 10-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    1/19

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kemajuan teknologi di bidang farmasi khususnya di bidang kosmetik

    saat ini, telah memberikan banyak alaternatif bagi konsumen untuk memenuhi

    kebutuhannya akan kebersihan serta kecantikan tubuh dan wajahnya. Berbagai

    produk kosmetik dengan berbagai fungsi/manfaat dari berbagai perusahaan dan

    negara banyak tersedia di pasaran; ada yang berfungsi untuk membersihkan kulit

    wajah, membersihkan plek-plek pada wajah, membersihkan jamur,

    mengencangkan kulit dan sebagaianya.

    Produk-produk kosmetik tertentu, di samping memiliki fungsi yang

    sangat baik bagi kecantikan wanita, tetapi di sisi lain dapat menimbulkan efek

    samping yang merugikan dan membahayakan kesehatan dan kehidupan

    pemakainya; hal ini disebabkan produk kosmetika tersebut mengandung bahan-

    bahan kimia yang berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

    Republik Indonesia, pada tanggal 11 Juni 2009 telah mengeluarkan public

    warningmengenai kosmetik rias wajah dan rias mata (18 item produk), kosmetik

    pewarna rambu (7 item produk), kosmetik perawatan kulit (44 perwatan kulit),

    dan kosmetik sediaan mandi (1 merek produk). Sebagian besar produk-produk

    yang masuk ke dalam daftar public warning tersebut adalah produk buatan

    China.

    Meskipun produk-produk kosmetika tersebut telah dibatalkan ijin

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    2/19

    2

    edarnya, tidak menutup kemungkinan adanya sindikat bisnis yang

    menyalurkannya secara ilegal. Masyarakat pada umumnya lebih menyukai

    produk kosmetik buatan China, karena harganya yang relatif rendah tetapi

    kinerjanya tidak kalah dengan produk buatan Amerika atau Eropa. Sebagai

    upaya untuk menghindarkan efek negatif yang merugikan masyarakat pengguna

    kosmestik-kosmetik yang mengandung bahan kimia berbahaya, maka perlu

    adanya perlindungan konsumen.

    Perlindungan konsumen merupakan hal yang cukup baru dalam dunia

    peraturan perundang-undangan di Indonesia, meskipun pemberitaan mengenai

    perlunya peraturan perundang-undangan yang komperhensif bagi konsumen

    tersebut sudah diberitakan sejak lama. Praktek monopoli dan tidak adanya per-

    lindungan konsumen telah meletakkan posisi konsumen dalam tingkat yang

    terendah dalam menghadapi para pelaku usaha. Tidak adanya alternatif yang

    diambil oleh konsumen telah menjadi suatu rahasia umum dalam dunia atau

    industri usaha di Indonesia. Ketidakberdayaan konsumen dalam menghadapi

    pelaku usaha ini jelas sangat merugikan kepentingan masyarakat.1

    Pihak penjualan sebenarnya tidak memaksa pembeli untuk membeli

    kosmetik China yang dijualnya. Namun, penjual tidak memberikan informasi

    yang benar sehingga konsumen tidak mengetahui bahaya yang ada pada

    kosmetik China yang dikonsumsi. Banyak brosur dari kosmetik-kosmetik China

    yang menggunakan bahasa China, keterangan jenis penyakit yang dapat

    disembuhkan dan komposisinya banyak yang menggunakan bahasa China,

    1 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen . CetakanKetiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. hlm. 1.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    3/19

    3

    bahkan ada yang menggunakan bahasa Melayu, yang umumnya tidak dipahami

    oleh calon pembeli. Brosur kosmetik China seharusnya menggunakan bahasa

    Indonesia sehingga komposisi yang terkandung di dalamnya, kegunaan, efek

    samping pemakaian, cara pemakaian, tanggal daularsa dan nomor registrasi pada

    Badan/Balai Pengawas Obat dan Makanan dapat dipahami oleh pembeli.2

    Produk obat dan kosmetik China menjadi pilihan alternatif bagi

    masyarakat yang kurang mampu dalam segi ekonomi. Hal ini disebabkan biaya

    yang relatif lebih murah dibanding biaya pengobatan ke dokter. Selain biaya

    untuk membeli obat, pasien juga harus membayar biaya pemeriksaan. Biaya itu

    semakin tinggi jika harus menjalani operasi. Akan tetapi karena tidak ada

    transparansi mengenai efek samping dari para penjual obat dan kosmetik China,

    maka penggunanya banyak yang terjebak.

    Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Lampiran Negara

    tanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya akan

    disebut UUPK) disebutkan, hak konsumen adalah:

    a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan mengkonsumsi barang

    dan/atau jasa.

    b. hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapatkan barang dan/jasa

    tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

    c. hak atas mformasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

    barang dan/atau jasa.

    d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

    digunakan.

    2 http://www.google.com. op. cit..

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    4/19

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    5/19

    5

    disebutkan bahwa kewajiban pelaku usaha adalah:

    a. beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

    b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

    jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggtinaan,

    perbaikan, dan pemeliharaan.

    c. melakukan atau melajani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

    diskriminatif.

    d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperda-

    gangkan berdasarkan ketentuan standar mutu dan/atau jasa yang berlaku.

    e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau men-

    coba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan/atau garansi atau

    barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan.

    f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

    penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

    diperdagangkan.

    g. memberi kompensasi, ganti rugi dan. atau penggantian apabila barang dan

    jasa yang diterima atau yang dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

    Menurut Pasal 7 UUPK butir (b) disebutkan bahwa dalam suatu transaksi

    jual-beli, tidak boleh ada unsur penipuan. Pelaku usaha harus menyebutkan

    dampak negatif dari barang yang dijual, dalam hal ini yaitu kosmetik China.

    Konsumen juga berhak untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan, maupun

    keselamatan dalam mengkonsumsi barang yang dibelinya sehingga informasi

    yang diberikan pelaku usaha kepada konsumen jelas dan menjadi tolak ukur

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    6/19

    6

    konsumen untuk membelinya.

    Label atau barang harus memuat semua informasi pokok tentang produk

    yang dijual sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

    yang berlaku dan ditempelkan atau dimasukan dalam kemasannya. Informasi

    yang benar dan bertanggung jawab akan memberikan dampak positif pada

    putusan pilihan konsumen. Informasi yang tidak benar atau menipu, tentunya

    potensial dapat menimbulkan kerugian pada konsumen.4

    Karena sesungguhnya seluruh rakyat itu adalah konsumen (pengguna

    atau pemakai barang/jasa kebutuhan hidup), maka tidak perlu diragukan bahwa

    ke semua hak dan kepentingan rakyat sebagaimana ditetapkan dalam hukum

    positif, dalam hal ini terutama mengenai penggunaan kosmetik China.

    Hak dan kepentingan konsumen antara lain:

    a. Kepentingan fisik konsumen

    Kepentingan fisik konsumen yang dimaksudkan di sini adalah kepentingan

    badani konsumen yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan

    tubuh dan atau jiwa penggunanya. Kepentingan fisik konsumen dapat

    terganggu jika suatu barang malah menimbulkan kerugian berupa gangguan

    kesehatan badan atau ancaman pada keselamatan jiwanya.

    b. Kepentingan sosial ekonomi konsumen

    Kepentingan sosial ekonomi menghendaki agar setiap konsumen dapat

    memperoleh hasil yang optimal dari penggunaan sumber-sumber

    ekonomi mereka. Untuk keperluan ini tentu saja konsumen harus menda-

    4AZ. Nasution. Konsumen dan Hukum. Cetakan Pertama, Pustaka Sinar Harapan, 1995,hlm. 40-41.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    7/19

    7

    patkan informasi yang benar dan bertanggung jawab tentang produk

    konsumen tersebut, yaitu informasi yang informatif teNtang segala sesuatu

    kebutuhan hidup yang diperlukan. 5

    Menurut The UN Guideline for Consumer Protection, Majelis Umum

    PBB melalui Resolusi No. A/RES/39/248 pada 16 April 1985 tentang

    perlindungan konsumen, konsumen mempunyai hak-hak dasar. Hak-hak dasar

    itu meliputi hak mendapatkan informasi yang jelas, benar, jujur dan hak

    mendapaikan jaminan keamanan dan kesehatan. Konsumen juga mempunyai hak

    memilih, untuk didengar, mendapatkan ganti rugi dan mendapatkan lingkungan

    yang bersih. Namun demikian, kenyataannya konsumen masih sering menjadi

    korban.6

    Penyampaian informasi produk seyogyanya disampaikan secara propor-

    sional. Artinya, pelaku usaha tidak hanya menginformasikan keunggulan atau

    kekhasan produknya saja, melainkan juga dampak negatif mengejaai

    penggunaan barang yang dijualnya, yang pada akhirnya konsumen dapat lebih

    cermat sebelum menggunakan barang tersebut. Tetapi pada prakteknya banyak

    pelaku usaha yang tidak melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan karena

    mereka lebih memikirkan keuntungan materi saja, dan kurang peduli dengan

    bahaya dari produk yang dijualnya.7

    Bertitik tolak dari peristiwa-peristiwa yang banyak merugikan konsumen

    seperti dampak dari konsumsi produk tersebut, maka dengan diterbitkannya

    5Ibid.

    6N.H.T. Siahaan. op. cit. hlm. 12-13.

    7 Yusuf Shofie. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya. CetakanPertama, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 235.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    8/19

    8

    UUPK akan menjadi dasar hukum dalam upaya perlindungan konsumen. Karena

    berbagai jenis kerugian yang diderita konsumen, dalam hal ini konsumen

    kosmetik China, maka perlu diberikan perlindungan hukum untuk menuntut hak-

    haknya sebagai konsumen dalam hal memperoleh hak atas kenyamanan,

    keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa serta hak

    atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

    dan/atau jasa.

    Kewajiban pelaku usaha untuk menjamin mutu barang dan/ataujasa yang

    diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang

    dan/atau jasa yang berlaku tidak dilaksanakan oleh pelaku usaha sebagaimana

    yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan jelaslah telah

    melanggar pada ketentuan yang berlaku. Permasalahan seperti yang dipaparkan

    diatas tersebut lebih menitik beratkan pada pelaku usaha sebagai distributor ke

    konsumen dalam hal ini sebagai penjual.

    Melihat betapa pentingnya perlindungan hukum bagi konsumen terhadap

    berbagai permasalahan-permasalahan yang terjadi dan bagaimanakah mencari

    penyelesaiannya, maka penulis berminat meneliti yang akan dituangkan dalam

    bentuk skripsi dengan mengambil judul: "Perlindungan Konsumen Atas Hak

    Informasi Terhadap Kosmetik China yang Mengandung Bahan Kimia

    Berbahaya di Kota Yogyakarta"

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    9/19

    9

    maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai

    berikut:

    1. Bagaimana perlindungan konsumen atas hak informasi terhadap kosmetik

    China yang mengandung bahan kimia berbahaya di Kota Yogyakarta?

    2. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha atas tidak dipenuhinya hak

    informasi konsumen kosmetik China?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

    a. Untuk mengetahui perlindungan konsumen atas hak informasi terhadap

    kosmetik China di Kota Yogyakarta.

    b. Untuk mengetahui tanggung jawab pelaku usaha atas tidak terpenuhinya

    hak informasi konsumen terhadap kosmetik China di Kota Yogyakarta.

    2. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan

    ilmu hukum khususnya dalam bidang perlindungan konsumen.

    b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan

    permasalahan yang diteliti.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    10/19

    10

    D. Tinjauan Pustaka

    Membahas mengenai perlindungan konsumen sangatlah penting untuk

    mengetahui terlebih dahulu pengertian konsumen dan pelaku usaha. Konsumen

    menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemakai barang-

    barang hasil produksi seperti bahan pakaian, makanan, dsb.8Istilah konsumen

    (sebagai alih bahasa dari Consumer), secara harfiah berarti "seseorang yang

    membeli barang atau menggunakan jasa" atau "seseorang atau "sesuatu perusa-

    haan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu" juga

    "sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah

    barang."9

    Masalah konsumen merupakan hal yang selalu aktual, menarik perhatian

    dan selalu hangat untuk dipersoalkan, dibicarakan, didiskusikan dan diperdebat-

    kan. Menurut The UN Guideline for Consumer Protection, Majelis Umum PBB

    melalui Resolusi No. A/RES/39/248 pada 16 April 1985 tentang Perlindungan

    konsumen antara lain menggariskan konsumen sedunia mempunyai hak-hak

    dasar. Hak- hak dasar itu meliputi hak mendapatkan informasi yang jelas, benar,

    jujur dan hak mendapaikan jaminan keamanan dan kesehatan. Konsumen juga

    mempunyai hak memilih, untuk didengar, mendapatkan ganti rugi dan menda-

    patkan lingkungan yang bersih. Masalah tersebut sejak lama diperbincangkan di

    forum nasional dan internasional. Para pembela konsumen dan pejabat pemerin-

    tah telah berbicara banyak mengenai arti penting perlindungan konsumen. Tapi

    8Tim Penyusun Pusat Pembina dan Pengembahan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

    Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hlm. 255.9AZ. Nasution, op. cit.. hlm. 69.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    11/19

    11

    kenyataannya, konsumen masih sering menjadi korban. 10

    Pemerintah gagal menjalankan fungsinya sebagai pelindung konsumen

    dan pengatur kegiatan produsen. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan

    bahwa pemerintah belum mampu menjadi pengatur relasi yang adil antara

    konsumen dengan pelaku usaha. Dilihat dari perspektif hukum, seharusnya

    pemerintah mampu mewujudkan keadilan melalui konstitusi dan perturan-

    peraturan di bawahnya serta memastikan tegaknya peraturan tersebut sehingga

    konsep hukum perlindungan konsumen tidak hanya berisi rumus-rumus tentang

    hak-hak dan kepentingan konsumen.

    Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUPK ditentukan perngertian:

    Perlindungan Konsumen yaitu segala upaya yang menjamin adanya kepastian

    hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Menurut ayat (2)

    menyatakan "Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

    tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

    lain maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan. 11

    Dalam Pasal 1 ayat (3), UUPK, Pelaku Usaha diartikan sebagai berikut:

    "Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik

    yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

    didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayahhukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-samamelalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai

    bidang ekonomi"

    Pelaku usaha yang dimaksudkan dalam UUPK tersebut tidak hanya

    dibatasi pada pabrikan saja, melainkan juga para distributor (dalam jaringan),

    serta termasuk para importir. Selain itu, para pelaku usaha periklanan pun tunduk

    10N.H.T. Siahaan. op. cit. hlm. 12-13.11

    Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani. op. cit. hlm. 109.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    12/19

    12

    pada ketentuan undang-undang ini.

    Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa batasan hukum kon-

    sumen adalah: Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur

    hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan

    barang dan/atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup. Kedudukan pelaku

    usaha dan konsumen tidak seimbang, konsumen lebih lemah kedudukannya dari

    pelaku usaha. Hak-hak konsumen ini pertam kali diucapkan oleh Presiden

    Amerika Serikat, John F. Kennedy pada saat pidato kenegaraan dihadapan

    kongres Amerika yang isinya antara lain:

    a. hak atas keamanan dan keselamatan dalam menggunakan barng dan jasa.

    b. hak untuk memperoleh informasi, yaitu berhak mendapat informasi yang

    jelas dan benar dari setiap barang/atau jasa yang akan digunakan sehingga

    dapat memilih barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan.

    c. hak untuk memilih, yaitu berhak memilih secara benar berdasarkan keyaki-

    nan diri sendiri dan bukan pengaruh lingkungan luar.

    d. hak untuk didengar pendapatnya berkaitan dengan kebijaksanaan/keputusan

    yang akan berakibat pada dirinya.12

    Menurut ketentuan Pasal 4 UUPK, konsumen memiliki hak sebagai beri-

    kut:

    a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

    barang dan/atau jasa.

    b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan jasa

    tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

    12Ibid., hlm. 27.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    13/19

    13

    c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

    barang dan/atau jasa.

    d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

    digunakan

    e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

    sengketa perlindungan konsumen secar patut

    f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

    g. hak untuk drperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

    diskriminatif.

    h. hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila

    barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

    sebagaimana mestinya.

    i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

    Selain memperoleh hak tersebut, sebagai balance, pada Pasal 5 UUPK,

    konsumen juga diwajibkan untuk:

    a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

    pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.

    b. beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

    jasa.

    c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

    d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

    secara patut.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    14/19

    14

    Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen atas

    hak dan kewajiban konsumen, begitu juga hak dan kewajiban pelaku usaha

    diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dimana tampak bahwa hak dan kewajiban

    pelaku usaha bertimbal-balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Artinya, apa

    yang menjadi hak dari konsumen merupakan kewajiban produsenlah untuk

    memenuhinya, dan sebaliknya apa yang menjadi hak produsen adalah kewajiban

    konsumen.

    Antara penjual sebagai pelaku usaha dan konsumen memungkinkan

    terjadinya hubungan hukum, misalnya saja hubungan hukum dalam melakukan

    perjanjian jual-beli. Hubungan hukum yang muncul antara pelaku usaha dan

    konsumen sering sekali menimbulkan permasalahan-permasalahan yang akan

    merugikan salah satu pihak. Dalam hal konsumen sebelum memakai suatu

    produk kosmetik China dimungkinkan akan melakukan perjanjian jual beli

    terlebih dahulu dengan pelaku usaha dimana hubungan antara pelaku usaha dan

    konsumen akan menimbulkan perikatan.

    Perikatan yang timbul dari perjanjian menunjuk pada ketentuan Pasal

    1320 dan Pasal 1321 KUH Perdata, perjanjian yang sah hanyalah perjanjian

    yang dibuat atas kesepakatan para pihak, sedangkan kesepakatan dianggap tidak

    sah (cacat) jika mengandung unsur paksaan, kekhilafan, dan penipuan (dan

    penyalahgunaan keadaan, menurut perkembangan yurisprudensi). Karena itu,

    berkaitan dengan pemberian informasi, produsen penjual haruslah memberikan

    keterangan yang benar, jujur, dan sesungguhnya tentang produk yang dijualnya

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    15/19

    15

    sehingga konsumen pembeli tidak merasa tidak terpedaya atau tertipu. 13

    Pasal 1365 KUH Perdata memuat ketentuan bahwa tiap perbuatan

    melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan

    orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu menggantikan kerugian

    tersebut. Ketentuan ini untuk memberikan kepastian adanya tanggung jawab

    pelaku usaha apabila menyebabkan kerugian pada konsumen.

    Upaya yang dapat dilakukan oleh konsumen yang mengalami kerugian

    akibat tidak dipenuhinya apa yang telah dijanjikan oleh pelaku usaha, maka

    konsumen yang menjadi korban dapat melakukan upaya hukum untuk menuntut

    hak-haknya. Tuntutan konsumen atas kerugian yang diderita dalam UUPK diatur

    dalam Pasal 7 (f) tentang kewajiban pelaku usaha untuk memberikan kompen-

    sasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,

    pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

    Berdasarkan UUPK digunakan hukum umum dalam mengatasi masalah

    perlindungan konsumen. Namun penggunaan hukum umum tersebut tidak

    khusus ditujukan untuk perlindungan konsumen yang mana memiliki segi-segi

    positif di samping negatifhya. Menurut Pasal 45 ayat (2) UUPK dikatakan

    bahwa penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui Pengadilan/di

    luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Maka

    tidak menutup kemungkinan dilakukan perdamaian. Setiap perselisihan

    mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha, atas pelaksanaan

    UUPK yang mengenakan sanksi pidana bagi pelanggar UUPK tersebut. Hal ini

    13 Janus Sidabolak. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Cetakan Pertama, PTCitra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 70.

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    16/19

    16

    dipertegas dengan rumusan Pasal 45 (1) yang menyatakan bahwa penyelesaian

    sengketa di luar pengadilan tidak menghilangkan tanggung jawab pidana

    sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Sanksi-sanksi yang dapat dikenakan bagi pelaku usaha yang melaku-

    kan pelanggaran atas Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen,

    antara lain: (1) sanksi administratif, (2) sanksi pidana pokok, dan (3) sanksi

    pidana tambahan.

    E. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

    1. Objek penelitian

    Objek dalam penelitian ini adalah perlindungan konsumen atas hak informasi

    terhadap kosmetik China yang mengandung bahan kimia berbahaya di Kota

    Yogyakarta.

    2. Subjek penelitian

    Subjek penelitian disini, antara lain:

    a. Badan POM Yogyakarta

    b. Konsumen (pembeli kosmetik China)

    c. YLK Kota Yogyakarta

    d. Penjual kosmetik China (pelaku usaha)

    e. Distributor kosmetik China (pelaku usaha)

    3. Sumberdata

    Sumber data penelitian dalam penulisan ini terdiri dari:

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    17/19

    17

    a. Data Primer

    Yaitu data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan subjek

    penelitian.

    b. Data Sekunder

    Yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang terdiri

    atas:

    1) Bahan hukum primer, berupa KUHPerdata dan UU No. 8 Tahun

    1999 tentang perlindungan konsumen.

    2) Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku, jurnal dan hasil

    penelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan perlindungan

    konsumen.

    4. Teknik pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan:

    a. Interview/wawancara

    Wawancara dilakukan kepada para subjek penelitian secara mendalam

    mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

    b. Studi Pustaka

    Teknik pengumpulan data ini diambil dari buku-buku atau literatur, serta

    peraturan perundang-undangan yang berlaku dan teori sebagai tarn bahan

    dalam penulisan skripsi, yang berkaitan dengan masalah yang akan

    diteliti.

    5. Metode Pendekatan

    Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    18/19

    18

    a. Metode Pendekatan Perundang-undangan

    Yaitu cara pandang dengan melihat ketentuan atau peraturan perundang-

    undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

    b. Metode Pendekatan Yuridis-Sosiologis

    Yaitu menganalisis permasalahan dari sudut pandang masyarakat,

    terutama yang telah menggunakan produk obat-obatan tradisional China.

    6. Analisis Data

    Yaitu dengan cara memaparkan data tersebut secara normatif berdasar-

    kan permasalahan penelitian kemudian dikaitkan dengan perundang-

    undangan yang berlaku untuk dicari pemecahannya atas masalah tersebut.

    F. Pertanggungjawaban Sistematika

    Penulisan skripsi ini terbagi dalam empat Bab, yaitu Bab I mengenai

    pendahuluan, Bab II mengenai tinjauan normatif perlindungan hukum konsumen

    atas hak informasi produk kosmetik, Bab III mengenai perlindungan hukum hak

    informasi konsumen terhadap beredarnya kosmetik China di Kota Yogyakarta,

    dan Bab IV penutup.

    Pada Bab I terdiri dari enam sub bab diantaranya memuat latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

    metode penelitian dan pertanggungjawaban sistematika.

    Pada Bab II terdiri dari tiga sub bab, yaitu: tinjauan umum tentang

    undang-undang perilindungan konsumen diuraikan pengertaian undang-undang,

    azas pembentukan perundang-undangan, syarat berlakunya undang-undang,

  • 7/22/2019 Uii Skripsi 05410472 Rika Rizki Meilia Sari 05410472 RIKA RIZKI MEILIA SARI 4868257934 Bab 1

    19/19

    19

    masa berlakunya undang-undang, latar belakang pembentukan Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999 dan dasar hukumnya. Tinjauan normatif perlindungan

    hukum konsumen diuraikan pengertian perlindungan konsumen, asas dan tujuan

    perlindungan konsumen. Pengertian, hak dan kewajiban konsumen. Pengertian,

    hak dan kewajiban pelaku usaha. Hubungan hukum antara konsumen dan pelaku

    usaha. serta tinjauan umum tentang informasi mengenai produk yang

    dijual/ditawarkan dan label sebagai sumber informasi.

    Pada Bab III terdiri dari tiga sub bab, yaitu: Gambaran umum peredaran

    kosmetik berikut pengertiannya, pelaksanaan perlindungan hukum terhadap

    konsumen atas hak informasi kosmetik China di Kota Yogyakarta, dan tanggung

    jawab pelaku usaha atas tidak terpenuhinya hak informasi konsumen. Adapun

    pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen atas hak informasi

    kosmetik China di Yogyakarta akan diuraikan mengenai hasil yang diperoleh

    dari hasil penelitian mengenai pelaksanaan perlindungan hukum itu sendiri.

    Dalam tanggung jawab pelaku usaha akan diuraikan tentang bagaimana

    tanggung jawab pelaku usaha atas tidak dipenuhinya hak informasi konsume n.

    Pada Bab IV yaitu penutup barisi mengenai kesimpulan dan saran,

    dimana kesimpulan ini diuraikan mengenai hasil akhir dari penelitian yang

    diuraikan mengenai masukan-masukan yang diperuntukan bagi pelaku usaha

    agar dapat meningkatkan pemberian hak informasi sesuai dengan yang

    diharapkan.