usaha mikro

Upload: delina-maskanah

Post on 05-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 usaha mikro

    1/54

    i

    PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL

    DAN MENENGAH (UMKM)BERBASIS EKONOMI KREATIF

    DI KOTA SEMARANG

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syaratuntuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

    pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Diponegoro

    Disusun oleh :

    DANI DANUAR TRI U.

    NIM. C2B009071

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2013

  • 7/21/2019 usaha mikro

    2/54

  • 7/21/2019 usaha mikro

    3/54

    iii

    PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

    Nama Mahasiswa : Dani Danuar Tri Utama

    Nomor Induk Mahasiswa : C2B009071

    Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ IESP

    Judul Skripsi : PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL

    DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS

    EKONOMI KREATIF DI KOTA

    SEMARANG

    Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 25 September 2013

    Tim Penguji :

    1. Darwanto, SE., M.Si (.....................................)

    2. Dr. Dwisetia Poerwono, M.Sc (.........................................)

    3. Arif Pujiyono, SE., M.Si (.........................................)

    Mengetahui,

    Pembantu Dekan I,

    Anis Chariri, SE, M.Com.,Ph.D, Akt

    NIP. 196708091992031001

  • 7/21/2019 usaha mikro

    4/54

    iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

    Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Dani Danuar Tri Utama,menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengembangan Usaha Mikro Kecil danMenengah Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang, adalah tulisan sayasendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsiini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambildengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbolyang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yangsaya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagianatau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisanorang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

    Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebutdi atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsiyang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwasaya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olahhasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikanuniversitas batal saya terima.

    Semarang, 18 September 2013Yang Membuat Pernyataan,

    Dani Danuar Tri UtamaNIM. C2B009071

  • 7/21/2019 usaha mikro

    5/54

    v

    ABSTRACT

    This study aims to explore a variety of information related to SMEs based

    in Semarang creative economy in order to formulate solutions to its development.

    Creative SMEs are considered capable of developing human resources in armed

    with knowledge, creativity, innovation and able to develop jobs. However,

    creative SMEs in Semarang city is still not able to provide specific predicate for

    this city.

    This study uses qualitative research methodology. This is because the

    methodology of qualitative research is a scientific study that aims to understand

    natural phenomena by promoting the interaction between researchers in-depth

    communication with the phenomenon under study. Primary data obtained from

    informants study consisting of 32 creative SMEs, government, academia andSMEs observers. Secondary data obtained from various data publications such as

    the Department of Cooperatives and SMEs, Industry and Trade, as well as the

    Central Statistics Agency (BPS).

    The results showed that creative SMEs in Semarang can not serve as the

    backbone of the economy in the city of Semarang. That is because of the more

    dominating industry in this city. Creative SMEs in Semarang City has limited

    ability and experience problems in their business development. This leads to

    creative SMEs have not been able to provide for the distinctive characteristics of

    Semarang. Problems faced by SMEs in the creative city of Semarang, among

    others, capital, raw materials and factors of production, labor, transaction costs,

    marketing, and IPR (Intellectual Property Rights). SME -based economy requires

    creative cooperation of various parties to achieve progress in the corporate

    world. Not only the government and SMEs themselves, but also the community

    needs to participate and develop.

    Keywords : Development, SMEs, transaction costs, Capital, Labor, Factors of

    Production, Marketing, Intellectual Property, Qualitative Research Methodology,

    Creative Industries.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    6/54

    vi

    ABSTRAKSI

    Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai informasi yang berkaitandengan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang dalam rangkamerumuskan solusi untuk pengembangannya. UMKM kreatif dianggap mampumengembangkan Sumber Daya Manusia dengan berbekal pada ilmu pengetahuan,kreatifitas, inovasi serta mampu mengembangkan lapangan pekerjaan. Namun,UMKM kreatif di Kota Semarang masih belum mampu memberikan predikatkhusus bagi kota ini.

    Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Hal inidikarenakan metodologi penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang

    bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara alamiah dengan

    mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara penelitidengan fenomena yang diteliti. Data primer diperoleh dari informan penelitianyang terdiri dari 32 orang pelaku UMKM kreatif, pihak pemerintah, dan pihakakademisi pengamat UMKM. Data sekunder diperoleh dari berbagai data

    publikasi seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Disperindag, serta Badan PusatStatistik (BPS).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM kreatif di Kota Semarangbelum dapat dijadikan sebagai penopang utama perekonomian di Kota Semarang.Hal tersebut dikarenakan industri besar lebih mendominasi di kota ini. UMKMkreatif di Kota Semarang memiliki kemampuan yang terbatas serta mengalami

    permasalahan dalam pengembangan usahanya. Hal ini menyebabkan UMKMkreatif belum mampu memberikan ciri khas tersendiri bagi Kota Semarang.Permasalahan yang dihadapi UMKM kreatif di Kota Semarang antara lain

    permodalan, bahan baku dan faktor produksi, tenaga kerja, biaya transaksi,pemasaran, dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). UMKM berbasisekonomi kreatif memerlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapaikemajuan di dunia usaha. Tidak hanya pemerintah dan pelaku UMKM itu sendiri,tetapi juga masyarakat perlu turut serta mengembangkannya.

    Kata Kunci : Pengembangan, UMKM, Biaya transaksi, Modal, Tenaga Kerja,Faktor Produksi, Pemasaran, HAKI, Metodologi Penelitian

    Kualitatif, Industri Kreatif.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    7/54

    vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala

    limpahan karunia, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang .

    Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

    Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

    Diponegoro Semarang. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,

    bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan,

    bantuan dan dorongan tersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis menyampaikan hormat dan terima

    kasih kepada :

    1.

    Allah SWT atas segala limpahan karunia, rahmat serta hidayah-Nya kepada

    penulis.

    2. Prof. Drs. H. M. Nasir M. Si., Akt., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan

    Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

    3. Fitrie Arianti, SE., M. Si, selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan

    sepenuhnya kepada penulis dan memberikan motivasi kepada penulis selama

    belajar di Fakultas Ekonomika da Bisnis Universitas Diponegoro.

    4. Darwanto, SE., M. Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan

    segala kemudahan, nasihat, penuh kesabaran dalam membimbing, dan saran yang

    tulus, dan pengarahan serta meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    8/54

    viii

    5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis khususnya jurusan IESP

    yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi

    penulis.

    6. Orang tua tercinta, Bapak (Darmadi S.) dan Ibu (Ipik Andayani) yang senantiasa

    memberikan yang terbaik. Doa yang tulus, kasih sayang dan cinta yang

    melimpah, bimbingan, dorongan serta perhatian yang sangat mendalam.

    7. Saudaraku tercinta (Dina Fitria Y., Dini Ayu N., dan Aldiyo Wahyu P.) yang

    selalu memberikan dorongan dan motivasi.

    8. Seluruh pegawai di lingkungan FEB Universitas Diponegoro, seluruh informan

    UMKM kreatif di Kota Semarang di Semarang, BPS Propinsi Jawa Tengah dan

    BPS Kota Semarang, serta Dinas Koperasi dan UMKM dan dinas terkait

    lainnya.

    9. Untuk Novia Chairunnisa, terimakasih telah memberikan dukungan, motivasi,

    dan sarannya kepada saya.

    10. Untuk sahabatku (Bocil, Eki, Yosef, Samsu) terimakasih buat motivasi dan

    sarannya, sudah ada ketika aku lagi butuh kalian, Bangga punya sobat dan

    saudara seperti kalian.

    11. Buat Teman-teman jurusan IESP 2009 Tofa, Aji, Ifam, Yogi, Hadit, Cininta,

    Dien, Danis, Pipit dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu,

    terima kasih untuk semua kisah dan pengalaman bersama kalian semua.

    12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    9/54

    ix

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu, penulis mengharapkan dan menghargai setiap kritik dan saran yang

    membangun dari berbagai pihak demi penulisan yang lebih baik di masa

    mendatang. Akhir kata, mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat

    bagi semua pihak yang berkepentingan

    Semarang, 18 September 2013Penulis,

    Dani Danuar Tri U.NIM. C2B009071

  • 7/21/2019 usaha mikro

    10/54

    x

    DAFTAR ISI

    HalamanHALAMAN JUDUL iHALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI . iiHALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN iiiPERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .. iv

    ABSTRACT vABSTRAK viKATA PENGANTAR . viiDAFTAR ISI xDAFTAR TABEL xiiDAFTAR GAMBAR xiii

    DAFTAR LAMPIRAN xiv

    BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah 11.2 Rumusan Masalah. 71.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian . 81.4 Sistematika Penulisan 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori . 112.1.1 Definisi UMKM .. 11

    2.1.2 Karakteristik UMKM Di Indonesia. 152.1.3 Peranan dan Kontribusi UMKM di Indonesia. 15

    2.1.3.1 Peranan UMKM di Bidang Ekonomi .. 162.1.3.2 Peranan UMKM di Bidang Sosial .. 16

    2.1.4 Ekonomi Kreatif .. 172.1.5 Teori Ekonomi Biaya Transaksi.. 20

    2.2 Penelitian Terdahulu . 232.3 Kerangka Pemikiran . 31

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Pendekatan Masalah ... 32

    3.2 Unit Analisis . 333.2.1 Subjek Penelitian .. 333.2.2 Informan Penelitian .. 333.2.3 Setting Penelitian .. 35

    3.3 Metode Pengumpulan Data .. 353.3.1 Jenis dan Sumber Data.. 353.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 36

    3.4 Teknik Analisis Data ... 363.4.1 Analisis Data. 363.4.2 Uji Keabsahan Data . 39

  • 7/21/2019 usaha mikro

    11/54

    xi

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

    4.1 Deskripsi Objek Penelitian .. 41

    4.2 Analisis Data. 454.2.1 Profil Informan . 454.2.2 Permasalahan UMKM Kreatif Kota Semarang 49

    4.2.2.1 Permasalahan Modal 524.2.2.2 Bahan Baku dan Faktor Produksi 564.2.2.3 Media Pemasaran Terbatas dan Tidak Kon-

    tinyu 594.2.2.4 Biaya Transaksi .. 624.2.2.5 Tenaga Kerja .. 674.2.2.6 HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). 69

    4.3 Solusi Untuk Kemajuan UMKM Berbasis Ekonimi Kreatif

    Kota Semarang . 714.4 Pembahasan... 74

    BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan 845.2 Keterbatasan Penelitian. 855.5 Saran.. 86

    DAFTAR PUSTAKA 87LAMPIRAN... 91

  • 7/21/2019 usaha mikro

    12/54

    xii

    DAFTAR TABEL

    HalamanTabel 1.1 : Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah-

    (UMKM) 2012.. 2Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu . 29Tabel 3.1 : Informan Penelitian... 34Tabel 4.1 : Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi per-Tahun Kota Sema-

    rang : 2005-2011 43Tabel 4.2 : Jumlah Unit UMKM dan Tenaga Kerja Kota Semarang : 2005-

    2013 . 44Tabel 4.3 : Pengelompokkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sema-

    rang 2012 .. 45

    Tabel 4.4 : Profil Informan.. 47Tabel 4.5 : Rata-rata Pengeluaran Biaya Transaksi UMKM Kreatif Sema-

    rang ................................................................................... 64

  • 7/21/2019 usaha mikro

    13/54

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    HalamanGambar 4.1 : Distribusi Persentase PDRB Atas Harga Konstan Se-

    marang Tahun 2011..... . 42Gambar 4.2 : Produk Unggulan UMKM Kreatif Kota Semarang .. 48

  • 7/21/2019 usaha mikro

    14/54

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    HalamanLampiran A : Surat Rekomendasi Survey.................................................... 92Lampiran B : Surat Keterangan Observasi ................................................. 94

  • 7/21/2019 usaha mikro

    15/54

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya

    perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor

    termasuk industri, perdagangan, dan jasa yang mengalami stagnasi bahkan sampai

    terhenti aktifitasnya pada tahun 1998. Namun, Usaha Mikro, Kecil, dan

    Menengah (UMKM) dapat bertahan dan menjadi pemulih perekonomian di

    tengah keterpurukan akibat krisis moneter pada berbagai sektor ekonomi.

    Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah

    satu bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian

    nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan

    yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak

    membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian

    (keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta

    teknologi yang digunakan cenderung sederhana. UMKM masih memegang

    peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi

    jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan

    ekonomi nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    16/54

    2

    Tabel 1.1

    Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2012

    No. Indikator Satuan

    Tahun 2012

    JumlahPangsa

    (%)

    1 Unit Usaha (A+B)A. Usaha Mikro, Kecil, dan

    Menengah (UMKM)-Usaha Mikro (Umi)-

    Usaha Kecil (UK)-Usaha Menengah (UM)

    B. Usaha besar (UB)

    (Unit)(Unit)

    (Unit)(Unit)(Unit)(Unit)

    56.539.56056.534.592

    55.856.176629.41848.997

    4.968

    10099,99

    98,791,110,090,01

    2 Tenaga Kerja (A+B)A.

    Usaha Mikro, Kecil, danMenengah (UMKM)-

    Usaha Mikro (Umi)-Usaha Kecil (UK)-

    Usaha Menengah (UM)B.Usaha besar (UB)

    (Orang)(Orang)

    (Orang)(Orang)(Orang)(Orang)

    110.808.154107.657.509

    99.859.5174.535.9703.262.0233.150.645

    10097,16

    90,124,092,942,84

    3 PDB atas Dasar HargaBerlaku (A+B)A.

    Usaha Mikro, Kecil, dan

    Menengah (UMKM)-

    Usaha Mikro (Umi)-Usaha Kecil (UK)-

    Usaha Menengah (UM)B. Usaha besar (UB)

    (Rp. Milyar)

    (Rp. Milyar)

    (Rp. Milyar)(Rp. Milyar)(Rp. Milyar)(Rp. Milyar)

    8.241.864,3

    4.869.568,1

    2.951.120,6798.122,2

    1.120.325,33.372.296,1

    100

    59,08

    35,819,68

    13,5940,92

    Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2012

    Data Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2012 menunjukkan total nilai

    Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp. 8.241,8 triliun seperti

    terlihat pada tabel 1.1. UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp. 4.869,5 triliun

    atau 59,08% dari total PDB Indonesia. Jumlah populasi UMKM Indonesia pada

    tahun 2012 mencapai 56,53 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha

    di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 107,65 juta orang atau

    97,16% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Data tersebut menunjukkan

    bahwa peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia sangat penting dalam

  • 7/21/2019 usaha mikro

    17/54

    3

    menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output yang berguna bagi

    masyarakat.

    Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan strategis

    dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam pertumbuhan

    ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga berperan dalam

    pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor Usaha Mikro, Kecil,

    dan Menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan sementara

    bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi juga sebagai motor

    pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga

    kerjanya yang demikian besar. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh

    Indonesia selama krisis ekonomi, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan

    sektor swasta difokuskan pada UMKM.

    Kementerian Koperasi dan UMKM (2012) menyebutkan usaha Mikro,

    Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berkembang saat ini terbagi menjadi

    beberapa kategori yaitu pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, listrik, gas,

    air bersih, perdagangan, hotel, restoran, jasa-jasa swasta, dan industri pengolahan

    yang salah satunya mencakup industri kreatif. Sektor industri kreatif diyakini

    mampu bertahan ketika berbagai sektor lain dilanda krisis keuangan global.

    Pemerintah mulai melirik industri kreatif sebagai alternatif roda penggerak

    ekonomi yang akan terus berputar. Industri kreatif meliputi 14 subsektor, yaitu

    periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, busana, video, film,

    dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan

  • 7/21/2019 usaha mikro

    18/54

    4

    percetakan, layanan komputer dan peranti lunak, televisi dan radio, serta riset dan

    pengembangannya.

    Departemen Perdagangan (2008) menyebutkan industri kreatif adalah

    bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat dikatakan

    sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan

    ekonomi yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif.

    Pemerintah menyadari bahwa ekonomi kreatif yang berfokus pada penciptaan

    barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai

    kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit,

    bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Pengembangan ekonomi

    kreatif Indonesia merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk

    mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi negara yang maju.

    Pemerintah Indonesia pun mulai melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri

    kreatif berpotensi untuk dikembangkan karena bangsa Indonesia mempunyai

    sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Selain itu, industri

    kreatif juga dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan.

    Industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia karena memiliki peranan

    penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah (Departemen

    Perdagangan, 2008). Pertama, sektor industri kreatif memberikan kontribusi

    ekonomi yang signifikan seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan

    ekspor, dan sumbangannya terhadap PDB. Kedua, menciptakan Iklim bisnis

    positif yang berdampak pada sektor lain. Ketiga, membangun citra dan identitas

    bangsa seperti turisme, ikon Nasional, membangun budaya, warisan budaya, dan

  • 7/21/2019 usaha mikro

    19/54

    5

    nilai lokal. Keempat, berbasis kepada Sumber Daya yang terbarukan seperti ilmu

    pengetahuan dan peningkatan kreatifitas. Kelima, menciptakan inovasi dan

    kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Terakhir, dapat

    memberikan dampak sosial yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan

    toleransi sosial.

    Kota Semarang yang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah memiliki

    warisan budaya lokal yang berpotensi bagus untuk dikembangkan. Namun, pihak

    akademisi UMKM mengaku Kota Semarang sendiri masih belum memiliki ciri

    khas lokal yang terbentuk melalui produk-produk UMKM kreatif mereka. Hal ini

    mengakibatkan Kota Semarang mengalami ketertinggalan dengan kota lain di

    Jawa Tengah seperti Solo, Pekalongan, maupun Jepara dalam koridor apresiasi

    terhadap kearifan budaya lokal. Daerah-daerah tersebut telah mengakomodir dan

    menunjang sisi unik produk lokalnya, sehingga masyarakat umum mengenal

    produk yang berfrase dengan asal daerah mereka, seperti Batik Solo, Batik

    Pekalongan, dan Ukiran Jepara.

    Pemerintah dinas Koperasi dan UMKM menyebutkan UMKM yang

    bergerak di bidang ekonomi kreatif atau biasa disebut industri kreatif di Kota

    Semarang cukup banyak. Kota Semarang telah memiliki beberapa dokumen dan

    profil industri menurut cabang industri yang ada, sayangnya hingga saat ini Kota

    Semarang belum mengelompokkan industri berdasarkan pada kelompok sektor

    industri kreatif sehingga jumlahnya belum dapat terdefinisikan secara jelas.

    Pengembangan potensi industri kreatif ke depannya akan tetap menjadi sebuah

    alternatif penting dalam meningkatkan kontribusi di bidang ekonomi dan bisnis,

  • 7/21/2019 usaha mikro

    20/54

    6

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat, pembentukan citra, alat komunikasi,

    menumbuhkan inovasi dan kreativitas, dan penguatan identitas suatu daerah.

    Permasalahan UMKM berbasis ekonomi kreatif pada umumnya terletak

    pada sumber daya manusia, modal, dan penguasaan teknologi modern. Gambaran

    kondisi iklim usaha UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang pada saat

    ini, dilihat dari peluang pemberdayaan dari waktu ke waktu, dari tempat ke

    tempat, dan dari sektor ke sektor belum mengindikasikan besarnya harapan pada

    kelompok usaha tersebut untuk mendukung tumbuhnya sistem perekonomian

    yang berkeadilan. Hal ini juga mengakibatkan UMKM kreatif belum mampu

    memberikan suatu corak khusus bagi Kota Semarang yang dikenal oleh

    masyarakat umum baik di dalam maupun luar daerah.

    Dengan adanya permasalahan tersebut, maka pengembangan UMKM

    berbasis ekonomi kreatif perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari

    pemerintah atau dinas terkait maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih

    kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan

    perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM.

    Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM

    berbasis ekonomi kreatif karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

    UMKM kreatif memiliki peranan yang penting dalam pengembangan ekonomi

    negara dan daerah.

    UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang dipilih dalam penelitian

    ini karena dianggap mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia dengan

    berbekal pada ilmu pengetahuan, kreatifitas, serta inovasi dan mampu

  • 7/21/2019 usaha mikro

    21/54

    7

    mengembangkan lapangan pekerjaan. Pengembangan kreatifitas merupakan

    keunggulan kompetitif suatu bangsa serta dapat memberikan dampak sosial yang

    positif. UMKM kreatif juga diharapkan mampu mengangkat perekonomian Kota

    Semarang dan memberikan image positif tentang ciri khas budaya lokal di kota

    ini. Oleh karena itu, penulis mengambil judul Pengembangan Usaha Mikro,

    Kecil, dan Menengah Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang

    1.2. Rumusan Masalah

    Industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi

    kreatif dapat dikatakan sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang

    bersumber pada kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh sektor industri yang

    disebut industri kreatif. Pemerintah menyadari bahwa ekonomi kreatif yang

    berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat,

    dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi

    Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.

    Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia merupakan wujud optimisme serta

    luapan aspirasi untuk mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi

    Negara yang maju. Pemerintah Indonesia pun mulai melihat bahwa berbagai

    subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan karena bangsa

    Indonesia mempunyai sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya.

    Selain itu, industri kreatif juga dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek

    kehidupan.

    Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah memiliki warisan

    budaya lokal yang bepotensi bagus untuk dikembangkan. Namun, Kota Semarang

  • 7/21/2019 usaha mikro

    22/54

    8

    sendiri belum memiliki ciri khas lokal daerah yang dikenal oleh masyarakat

    umum berdasarkan pada produk UMKM kreatif mereka. Hal ini mengakibatkan

    Kota Semarang mengalami ketertinggalan dari segi ciri khas produk lokalnya

    dengan kota lain di Jawa Tengah seperti Solo, Pekalongan, dan Jepara.

    Masyarakat umum telah mengenal produk yang berfrase dengan asal daerah

    mereka, seperti Batik Solo, Batik Pekalongan, dan Ukiran Jepara. Keberadaan

    UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang sendiri tentunya tidak

    terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi oleh para pelaku UMKM tersebut.

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pertanyaan

    penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana gambaran umum UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota

    Semarang?

    2.

    Apa saja kendala yang dihadapi oleh para pelaku UMKM berbasis ekonomi

    kreatif di Kota Semarang?

    3.

    Bagaimana solusi untuk meminimalisir kendala yang dihadapi oleh para

    pelaku UMKM kreatif di Kota Semarang?

    1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1.3.1.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui gambaran umum UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota

    semarang.

    2. Mengetahui serta mengidentifikasi permasalahan apa saja yang dihadapi

    oleh UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang

  • 7/21/2019 usaha mikro

    23/54

    9

    3. Merumuskan solusi untuk meminimalisir permasalahan UMKM berbasis

    ekonomi kreatifdi Kota Semarang

    1.3.2. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan penelitian ini adalah :

    1.

    Bagi UMKM berbasis ekonomi kreatif sendiri, diharapkan mampu

    mengatasi permasalahan yang dihadapinya sehingga mampu

    mengembangkan usaha mereka.

    2. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat berperan serta dalam mendukung

    pemberdayaan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota semarang untuk ke

    depannya.

    3. Bagi peneliti lain dan akademik, sebagai tambahan informasi dan disiplin

    ilmu, menambah khazanah ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi bahan

    referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang yang sama.

    1.4.Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab.

    Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang mengenai

    permasalahan UMKM kreatif di Kota Semarang, dilanjutkan dengan perumusan

    masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab kedua adalah Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi tentang teori-teori yang

    digunakan dalam penelitian mengenai UMKM kreatif di Kota Semarang,

    dilanjutkan penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini, dan kerangka

    penelitian teoritis

  • 7/21/2019 usaha mikro

    24/54

    10

    Bab ketiga adalah Metode Penelitian. Bab ini menjabarkan mengenai metode

    penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, unit analisis penelitian, data

    penelitian dan teknik analisis data. Selain itu, tentang bagaimana menguji validitas

    data dalam penelitian kualitatif.

    Bab keempat adalah Hasil dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang

    gambaran umum UMKM kreatif di Kota Semarang, analisis data dan pembahasan

    mengenai permasalahan dan solusi bagi kemajuan UMKM kreatif di kota

    Semarang

    Bab kelima adalah Penutup. Sebagai bab terakhir, bab ini menguraikan secara

    singkat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian,

    dan saran-saran bagi pihak yang berkepentingan dan bagi penelitian selanjutnya.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    25/54

    11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori

    2.1.1. Definisi UMKM

    Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang

    berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan

    undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang

    Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

    1.

    Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

    badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

    sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

    2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

    dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

    anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

    atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

    Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

    3.

    Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

    yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

    merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

    dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

  • 7/21/2019 usaha mikro

    26/54

    12

    dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

    hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

    Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut Undang-Undang

    Nomor 20 tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro yaitu:

    1.

    memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

    juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

    2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

    ratus juta rupiah).

    Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

    1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

    rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

    rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

    2.

    memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

    juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua

    milyar lima ratus juta rupiah).

    Sedangkan kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

    1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

    rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

    milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

    2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

    milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

    50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

  • 7/21/2019 usaha mikro

    27/54

    13

    Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UKM berdasarkan

    kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga

    kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan

    19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99

    orang (Susanti, 2009)

    Nurhayati (2011) menyebutkan definisi UMKM memiliki beragam variasi

    yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara yaitu:

    1. World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 30 orang,

    pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3

    juta.

    2. Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan

    mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

    3.

    Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang

    dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang,

    dikategorikan usaha rumah tangga.

    4.

    Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing

    dan retail/ service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal

    50 juta 300 juta.

    5. Di Korea Selatan : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 300

    orang dan aset US$ 60 juta.

    6. Di beberapa Asia Tenggara : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga

    kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5 10 orang (Malaysia), atau 10 -99

    orang (Singapura), dengan modal US$ 6 juta.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    28/54

    14

    Bank Indonesia (2011) mengemukakan terdapat beberapa negara yang

    mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, diantaranya yaitu:

    1.

    El Salvador (kurang dari empat orang untuk usaha mikro, antara lima

    hingga 49 orang untuk usaha kecil, dan antara 50 99 orang untuk usaha

    menengah)

    2. Ekuador (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro)

    3. Kolombia (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10 50 orang

    untuk usaha kecil, dan antara 51 200 orang untuk usaha menengah)

    4. Maroko (kurang dari 200 orang)

    5. Brazil (kurang dari 100 orang)

    6. Algeria (institusi non formal memiliki jumlah karyawan kurang dari 10

    orang)

    Beberapa negara memiliki standar yang berbeda dan ada pula yang

    menggunakan kombinasi dari berbagai tolok ukur dalam mendefinisikan UMKM

    berkaitan dengan dasar hukum. Afrika Selatan contohnya, menggunakan

    kombinasi antara jumlah karyawan, pendapatan usaha, dan total aset sebagai

    ukuran dalam kategorisasi usaha. Peru mendasarkan klasifikasi UMKM

    berdasarkan jumlah karyawan dan tingkat penjualan per tahun. Costa Rica

    menggunakan sistem poin berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan, dan total

    aset sebagai dasar klasifikasi usaha. Bolivia mendefinisikan UMKM berdasarkan

    tenaga kerja, penjualan per tahun, dan besaran asset. Sedangkan Republik

    Dominika menggunakan karyawan dan tingkat penjualan per tahun sebagai tolok

    ukur. Tunisia memiliki klasifikasi yang berbeda di bawah peraturan yang berbeda,

  • 7/21/2019 usaha mikro

    29/54

    15

    namun terdapat konsensus umum yang mendefinisikan UMKM berdasarkan

    jumlah karyawan.

    Selain itu, ada pula beberapa negara yang menggunakan standar ganda

    dalam mendefinisikan UMKM dengan mempertimbangkan sektor usaha. Afrika

    Selatan membedakan definisi UMKM untuk sektor pertambangan, listrik,

    manufaktur, dan konstruksi. Sedangkan Argentina menetapkan bahwa sektor

    industri, ritel, jasa, dan pertanian memiliki batasan tingkat penjualan berbeda

    dalam klasifikasi usaha. Malaysia membedakan definisi UMKM untuk bidang

    manufaktur dan jasa, masing-masing berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah

    penjualan tahunan (Bank Indonesia, 2011:).

    2.1.2. Karakteristik UMKM di Indonesia

    Sulistyastuti (2004) menyebutkan ada empat alasan yang menjelaskan posisi

    strategis UMKM di Indonesia. Pertama, UMKM tidak memerlukan modal yang

    besar sebagaimana perusahaan besar sehingga pembentukan usaha ini tidak sesulit

    usaha besar. Kedua, tenaga kerja yang diperlukan tidak menuntut pendidikan

    formal tertentu. Ketiga, sebagian besar berlokasi di pedesaan dan tidak

    memerlukan infrastruktur sebagaimana perusahaan besar. Keempat, UMKM

    terbukti memiliki ketahanan yang kuat ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi.

    2.1.3. Peranan dan Kontribusi UMKM di Indonesia

    Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki

    peranan penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam kontribusinya

    terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Mengingat pentingnya peranan UMKM

  • 7/21/2019 usaha mikro

    30/54

    16

    di bidang ekonomi, sosial dan politik, maka saat ini perkembangan UMKM diberi

    perhatian cukup besar di berbagai belahan dunia.

    2.1.3.1. Peranan UMKM di Bidang Ekonomi

    Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang

    strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam

    pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam

    pendistribusian hasil-hasil pembangunan. UMKM diharapkan mampu

    memanfaatkan sumber daya nasional, termasuk pemanfaatan tenaga kerja yang

    sesuai dengan kepentingan rakyat dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang

    maksimum. Rahmana (2009) menambahkan UMKM telah menunjukkan

    peranannya dalam penciptaan kesempatan kerja dan sebagai salah satu sumber

    penting bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha kecil juga

    memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di

    sektor-sektor industri, perdagangan dan transportasi. Sektor ini mempunyai

    peranan cukup penting dalam penghasilan devisa negara melalui usaha pakaian

    jadi (garment), barang-barang kerajinan termasuk meubel dan pelayanan bagi

    turis.

    2.1.3.2.

    Peranan UMKM di Bidang Sosial

    Sulistyastuti (2004) berpendapat bahwa UMKM mampu memberikan

    manfaat sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan, terutama di negara-

    negara berkembang. Peranan usaha kecil tidak hanya menyediakan barang-barang

    dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen

    perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Selain itu, usaha kecil juga

  • 7/21/2019 usaha mikro

    31/54

    17

    menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan besar, termasuk

    pemerintah lokal. Tujuan sosial dari UMKM adalah untuk mencapai tingkat

    kesejahteraan minimum, yaitu menjamin kebutuhan dasar rakyat.

    2.1.4. Ekonomi Kreatif

    Era ekonomi kreatif merupakan pergeseran dari era ekonomi pertanian, era

    industrialisasi, dan era informasi. Departemen perdagangan (2008)

    mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai wujud dari upaya mencari pembangunan

    yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan

    adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan

    sumber daya yang terbarukan. Peran besar yang ditawarkan ekonomi kreatif

    adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan

    tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta, dan kreativitas.

    Ekonomi kreatif terdiri dari kelompok luas profesional, terutama mereka

    yang berada di dalam industri kreatif yang memberikan sumbangan terhadap garis

    depan inovasi. Mereka seringkali mempunyai kemampuan berpikir menyebar dan

    mendapatkan pola yang menghasilkan gagasan baru. Claire (2009) menulis

    tentang bagaimana menumbuhkan ekonomi kreatif di Tacoma, USA dengan

    menggunakan sebuah eksperimen yang diberi nama Tacoma Experiment.

    Dalam eksperimen ini direkrut 30 orang dengan latar belakang profesi dari

    berbagai bidang, diantaranya adalah dari bidang bisnis, pemerintahan, pendidikan,

    pekerja seni, dan bidang non-profit untuk bekerja selama setahun. Proses proyek

    eksperimen ini lebih kepada bagaimana 30 orang tersebut saling menjaga

    komunikasi antara satu dengan lainnya sehingga tercipta hubungan yang baik

    antara masing-masing orang.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    32/54

    18

    Inti dari penelitian tersebut adalah sharing atau saling bertukar ide dan

    informasi antar individu dapat meningkatkan nilai kreativitas seseoarang. Nilai

    kreatifitas seseorang diyakini akan meningkat dengan adanya komunikasi

    tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian tersebut yang ingin menunjukkan

    bagaimana sebuah kota dapat menyatukan orang-orang dari berbagai bidang

    profesi, pebisnis, pemerintah, serta sektor-sektor non profit dalam menciptakan

    ekonomi kreatif yang lebih kuat. Penelitian tersebut cukup memberikan gambaran

    mengenai pengembangan ekonomi kreatif.

    Togar (2008) menambahkan situasi bisnis yang persaingannya paling kejam

    tergambarkan kepada kita dalam ekonomi kreatif. Apabila ingin terus tumbuh dan

    berkembang, kelas kreatif di tidak pernah berpuas diri dan selalu mencari jalan

    untuk berinovasi. Kepandaian dalam membaca peluang, kecepatan menghadirkan

    produk dalam merebut peluang, kecermatan dalam memperhitungkan tingkat

    risiko berikut dengan rencana cadangan, kemampuan berkolaborasi dengan pihak

    lain, dan siasat yang jitu dalam menghadapi persaingan merupakan kunci sukses

    dalam industri ini. Oleh karena itu, ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai

    sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan

    ekonomi yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif.

    Industri kreatif merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekonomi

    kreatif. Istilah industri kreatif sendiri memiliki definisi yang beragam. Definisi

    industri kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung

    dalam industri kreatif adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task Force dalam

    Primorac (2006) :

  • 7/21/2019 usaha mikro

    33/54

    19

    Creative Industries as those industries which have their origin in individualcreativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job

    creation through the generation and exploitation of intellectual property andcontent.

    Departemen Perdagangan (2008) mendefinisikan industri kreatif sebagai

    industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat

    individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui

    penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta industri tersebut.

    Klasifikasi industri kreatif yang ditetapkan oleh tiap negara berbeda-beda. Tidak

    ada benar dan salah dalam pengklasifikasian industri kreatif. Hal tersebut

    tergantung dari tujuan analitik dan potensi suatu negara. Industri kreatif terbagi

    menjadi 14 sektor antara lain periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan,

    desain, busana, video, film, dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni

    pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan peranti lunak,

    televisi dan radio, serta riset dan pengembangannya.

    Kathrin Muller, Christian Rammer, dan Johannes Truby (2008)

    mengemukakan tiga peran industri kreatif terhadap inovasi ekonomi dalam

    penelitiannya di Eropa. Yang pertama, industri kreatif adalah sumber utama dari

    ide-ide inovatif potensial yang berkontribusi terhadap pembangunan/inovasi

    produk barang dan jasa. Kedua, industri kreatif menawarkan jasa yang dapat

    digunakan sebagai input dari aktivitas inovatif perusahaan dan organisasi baik

    yang berada di dalam lingkungan industri kreatif maupun yang berada diluar

    industri kreatif. Terakhir, industri kreatif menggunakan teknologi secara intensif

    sehingga dapat mendorong inovasi dalam bidang teknologi tersebut. Industri

  • 7/21/2019 usaha mikro

    34/54

    20

    kreatif digambarkan sebagai kegiatan ekonomi yang berkeyakinan penuh pada

    kreativitas individu.

    Industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia karena memiliki beberapa

    alasan. Pertama, dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan seperti

    peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, dan sumbangannya terhadap

    PDB. Kedua, menciptakan iklim bisnis positif yang berdampak pada sektor lain.

    Ketiga, membangun citra dan identitas bangsa seperti turisme, ikon Nasional,

    membangun budaya, warisan budaya, dan nilai lokal. Keempat, berbasis kepada

    sumber daya yang terbarukan seperti ilmu pengetahuan dan peningkatan

    kreatifitas. Kelima, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan

    keunggulan kompetitif suatu bangsa. Terakhir, dapat memberikan dampak sosial

    yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial.

    2.1.5.

    Teori Ekonomi Biaya Transaksi

    Dalam teori ekonomi, salah satu penyebab kegagalan pasar adalah adanya

    biaya transaksi yang tinggi. Biaya transaksi memiliki beragam definisi yang

    berbeda seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

    1. Ropke (2000) biaya transaksi terdiri atas biaya mencari pemasok dari

    inputnya, biaya informasi mengenai kualitas dan harga, biaya tawar

    menawar, biaya monitor kontrak dengan pemasok input, biaya legal

    apabila kontrak dilanggar, kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat

    investasi pada aset yang sangat khusus atau spesifik.

    2.

    Mburu (2002) menyebutkan biaya transaksi adalah biaya untuk pencarian

    informasi, biaya negosiasi, biaya pengawasan, pemaksaan (enforcement)

    dan biaya pelaksanaan.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    35/54

    21

    3. Rusdarti (2003) menyebutkan biaya transaksi terdiri dari biaya

    pemasaran/operasional, biaya penjualan, biaya partisipasi, biaya

    koordinasi.

    4.

    Yustika (2006) mengemukakan biaya transaksi adalah biaya untuk

    melakukan negosiasi, mengukur, dan memaksakan pertukaran (exchange).

    5. Furubotn dan Richter (dalam Yustika, 2006), biaya transaksi adalah

    ongkos untuk menggunakan pasar dan biaya melakukan hak untuk

    memberikan pesanan di dalam perusahaan. Mereka membagi biaya

    transaksi menjadi 3 yaitu Market Transaction Cost, Managerial

    Transaction Cost, dan Political Transaction Cost.

    Market Transaction Cost

    Market transaction cost adalah Seluruh biaya yang dikeluarkan agar

    barang/jasa bisa sampai ke pasar. Diantaranya yaitu:

    1.

    Biaya persiapan kontrak (biaya pencarian informasi seperti iklan,

    mendatangi customer)

    2.

    Biaya pembuatan kontrak (biaya bargaining, negosiasi dan pembuatan

    keputusan)

    3.

    Biaya monitoring dan penegakan kontrak (biaya supervisi dan

    penegakan kesepakatan)

    4. Biaya informasi (mencari atau menyediakan informasi)

    5. Biaya iklan, Mendatangi calon customer, Mengikuti pameran/pasar

    mingguan

    6. Biaya komunikasi (post, telepon, dll)

  • 7/21/2019 usaha mikro

    36/54

    22

    7. Biaya pengujian kualitas

    8.

    Biaya mencari pegawai yang berkualitas

    Managerial Transaction Cost

    Managerial transaction costadalah biaya terkait dengan upaya menciptakan

    keteraturan, antara lain:

    1. Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah rancangan/struktur

    organisasi, meliputi biaya personal management, mempertahankan

    kemungkinan pengambilalihan pihak lain,public relation, dan lobby.

    2. Biaya menjalankan organisasi, meliputi: biaya informasi (biaya pembuatan

    keputusan, pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputusan, mengukur

    kinerja pegawai, biaya agen, manajemen informasi) dan juga biaya

    pemindahan barang intra perusahaan.

    Political Transaction Cost

    Political transaction cost adalah biaya terkait pembuatan tata

    aturan/kelembagaan (public goods) sehingga transaksi pasar dan manajerial bisa

    berlangsung dengan baik, meliputi:

    1. Biaya pembuatan (setting up) pemeliharaan pengubahan organisasi politik

    formal dan informal, seperti biaya penetapan kerangka hukum, struktur

    administrasi pemerintahan, militer, sistem pendidikan, pengadilan dll.

    2. Biaya menjalankan bentuk pemerintahan, peraturan pemerintah atau

    masyarakat yang bertata negara, seperti biaya legislasi, pertahanan,

    administrasi hukum, pendidikan, termasuk didalamnya semua biaya

    pencarian/pengumpulan dan pengolahan informasi yang diperlukan agar

  • 7/21/2019 usaha mikro

    37/54

    23

    tata pemerintahan dapat berjalan. Biaya upaya pelibatan masyarakat dalam

    proses politik termasuk ke dalam transaksi politik.

    Biaya transaksi digunakan untuk mengukur efisien atau tidaknya desain

    kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi maka desain kelembagaan semakin

    tidak efisien, semakin rendah biaya transaksi maka desain kelembagaan semakin

    efisien. Hambatan dalam penentuan biaya transaksi yaitu secara teoritis masih

    belum terungkap secara tepat definisi biaya transaksi, kesulitan merumuskan

    variabel biaya transaksi karena bersifat spesifik, dan kesulitan dalam menentukan

    alat pengukuran yang akurat untuk analisisnya.

    2.2. Penelitian Terdahulu

    Sri Susilo dan Sutarta (2004) mengemukakan permasalahan yang dihadapi

    industri kecil antarkelompok industri mempunyai persamaan dan perbedaan.

    Persamaan yang menonjol adalah kenaikan harga faktor produksi yang memaksa

    mereka menaikkan harga jual produk. Masalah yang lain adalah menurunnya

    tingkat produksi dan employment. Perbedaan masalah yang dihadapi tergantung

    dari jenis dan karaketristik industri kecil. Ada yang menyatakan masalah pokok

    yang dihadapi adalah kemampuan bersaing di pasar, pemasaran produk, dan

    ketersediaan tenaga kerja terampil. Dalam hal dinamika usaha, persamaan di

    antara mereka terutama dalam diversifikasi produk. Perbedaan dinamika usaha

    terjadi dalam hal diversifikasi usaha. Pengusaha industri kecil melakukan

    diversifikasi usaha yang berbeda dengan usaha sebelumnya, namun juga ada yang

    melakukan diversifikasi usaha yang terkait dengan usaha sebelumnya.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    38/54

    24

    Asep Kamaruddin (2004) mengemukakan kontribusi UKM dalam kegiatan

    ekspor masih relatif rendah dibandingkan dengan usaha besar. Faktor-faktor yang

    menjadi hambatan bagi UKM dalam kegiatan ekspor yang pertama yaitu

    Aksesibilitas terhadap sumberdaya produktif seperti pembiayaan dan pemasaran,

    jaringan bisnis, serta teknologi. Kedua, spesifikasi produk seperti desain,

    kemasan, warna, dan bentuk. Ketiga, kapasitas produksi seperti ketersediaan

    modal, ketersedian mesin/peralatan dan penguasaan teknologi, ketersediaan bahan

    baku, serta ketersediaan tenaga kerja terampil. Keempat, kelengkapan dokumen

    seperti sertifikasi produk, letter of credit, dan NPWP. Terakhir, biaya kegiatan

    ekspor yang berupa pungutan tidak resmi, biaya perizinan dan transportasi, serta

    risiko/jaminan produk sesuai pesanan.

    Almasdi Syahza (2003) mengemukakan lambatnya perkembangan UKM di

    daerah hulu Propinsi Riau disebabkan oleh beberapa masalah yang dihadapi

    pengusaha daerah. Permasalahan tersebut antara lain, lemahnya struktur

    permodalan dan akses terhadap sumber permodalan, ketersediaan bahan baku dan

    kontinuitasnya serta kesulitan dalam pemasaran, terbatasnya kemampuan dalam

    penguasaan teknologi, lemahnya organisasi manajemen usaha, serta kurangnya

    kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia. Dalam hal pemasaran, kesulitan yang

    dihadapi misalnya informasi mengenai perubahan dan peluang pasar yang ada,

    dana pemasaran/promosi, pengetahuan mengenai bisnis dan strategi pemasaran.

    Dalam hal komunikasi juga menghadapi masalah, terutama kemampuan

    berkomunikasi dengan pihak lain, begitu juga akses mereka ke fasilitas-fasilitas

    untuk berkomunikasi sangat terbatas.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    39/54

    25

    Jannes Situmorang (2008) mengemukakan bahwa iklim usaha yang tidak

    kondusif dapat mempengaruhi produktifitas UMKM. Hal ini dapat dilihat dari

    berbagai aspek kegiatan usaha UMKM seperti rendahnya kualitas SDM UMKM

    dari aspek pendidikan dan pengetahuan tentang inovasi di bidang produksi,

    kesulitan UMKM untuk mengembangkan sektor permodalan mereka sehingga

    kecil sekali peluang untuk meningkatkan investasi mereka, rendahnya kualitas

    teknologi UMKM dalam memperbaiki kualitas produk mereka, serta kelemahan

    akses terhadap pasar sebagai akibat dari kurangnya kemampuan dalam

    menangkap informasi pasar.

    Mohammad Adam J. (2009) menyebutkan bahwa faktor terpenting dalam

    pencapaian kesuksesan industri kreatif bidang fashion adalah konsolidasi dan

    penguatan fungsi dari para pemangku tanggung jawab, dalam hal ini Triple Helix

    Plus. Triple Helix plus disini meliputi modifikasi ketetapan pemerintah,

    Departemen Perdagangan Republik Indonesia, dan Queensland Creative Industry

    sebagai studi kasus untuk studi benchmark ini. Pemimpin dan subsektor yang ada

    dalam industri kreatif bidang fashion harus senantiasa bekerja sama secara kohesif

    dalam melaksanakan, memonitor, dan melanjutkan rencana aksi yang telah

    dirancang. Hal penting lainnya adalah untuk selalu fokus terhadap tugas

    peningkatan keunggulan input dari industri kreatif bidang fashion, menjaga rata-

    rata tingkat pertumbuhan dan pendapatan pada level yang kompetitif dengan

    pesaing nasional. Pencapaian tersebut merupakan elemen kunci dalam menjadi

    industri kreatif yang berdaya saing tinggi.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    40/54

    26

    Jaka Sriyana (2010) mencatat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM)

    mempunyai peranan penting dalam perekonomian lokal daerah. Hal ini

    ditunjukkan dengan kemampuan UKM dalam menggerakkan aktivitas ekonomi

    regional dan penyediaan lapangan kerja di Kabupaten Bantul. Namun, UKM

    masih menghadapi berbagai masalah mendasar, yaitu masalah kualitas produk,

    pemasaran dan sustainability usaha. Diperlukan berbagai kebijakan terobosan

    untuk memotong mata rantai masalah yang dihadapi UKM, khususnya untuk

    mengatasi beberapa hal yang menjadi hambatan dalam bidang pengembangan

    produk dan pemasaran. Adapun regulasi dari pemerintah yang diperlukan untuk

    memberikan peluang berkembangnya UKM meliputi perbaikan sarana dan

    prasarana, akses perbankan dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik untuk

    mendukung dan meningkatkan daya saing mereka serta untuk meningkatkan

    pangsa pasar.

    Y. Sri Susilo (2010) mengemukakan implementasi CAFTA telah

    dijalankan sejak Januari 2010 dan implementasi MEA akan terealisasi pada

    tahun 2015. UMKM di Indonesia akan menghadapi tantangan dan sekaligus

    memperoleh peluang dengan adanya implementasi CAFTA dan MEA. UMKM

    harus meningkatkan daya saing perusahaan maupun daya saing produknya

    agar tetap mampu bertahan dan dapat memanfaatkan peluang. Kunci

    utamanya terdapat pada UMKM sendiri, khususnya pengusaha/pemilik UMKM

    dengan dukungan para pekerjanya. Pengusaha/pemilik UMKM dengan jiwa

    kewirausahaan dan jiwa inovasi yang dimiliki, harus mampu menjadi motor

    penggerak untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Dengan meningkatnya

  • 7/21/2019 usaha mikro

    41/54

    27

    daya saing perusahaan, maka akan mendorong terciptanya daya saing produk.

    Hal lain yang harus menjadi prioritas UMKM adalah meningkatkan

    kerjasama antar unit UMKM atau antar sentra UMKM dan juga

    meningkatkan jaringan kerjasama dengan stakeholders.

    Edy Suandi Hamid dan Y. Sri Susilo (2011) menggali berbagai informasi

    yang berkaitan dengan UMKM dalam rangka memberi rekomendasi pengambilan

    kebijakan pengembangannya di Provinsi DIY. Permasalahan yang diperoleh

    diantaranya yaitu kesulitan dalam memperluas pangsa pasar, terbatasnya

    ketersediaan sumber dana untuk pengembangan usaha, kurangnya kemampuan

    SDM dalam melakukan inovasi serta keterbatasan teknologi, kelemahan dalam

    membeli bahan baku serta peralatan produksi, kondisi ekonomi dan infrastruktur

    yang buruk.

    Rekomendasi kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam rangka

    pengembangan UMKM meliputi berbagai pelatihan dalam pengembangan produk

    yang lebih variatif dan berorientasi kualitas dengan berbasis sumber daya lokal,

    dukungan pemerintah dalam pengembangan proses produksi dengan revitalisasi

    mesin dan peralatan yang lebih modern, pengembangan produk yang berdaya

    saing tinggi dengan muatan ciri khas lokal, kebijakan kredit oleh perbankan

    dengan bunga yang ringan dan proses sederhana, peningkatan kualitas

    infrastruktur baik fisik maupun non fisik untuk menurunkan biaya distribusi, serta

    dukungan kebijakan pengembangan promosi ke pasar ekspor maupun domestik

    dengan berbagai media yang lebih modern.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    42/54

    28

    Dias Satria dan Ayu Prameswari (2011) mengemukakan pengembangan

    industri distro dan industri kreatif lainnya di kota Malang sampai saat ini belum

    dapat dimaksimalkan untuk peningkatan perekonomian lokal. Permasalahan yang

    diperoleh diantaranya yaitu proses produksi yang kurang efisien karena bahan

    baku berasal dari luar kota seperti Bandung, tidak adanya dukungan dari

    pemerintah dan lembaga lain, kurangnya promosi ke luar daerah yang

    menyebabkan perkembangan distro clothingmenjadi terhambat, rendahnya daya

    beli masyarakat yang menyebabkan penjualan produk tidak maksimal, adanya

    produk-produk bajakan yang dijual oleh distro-distro kecil yang dijual tidak sesuai

    standar harga.

    Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus pada pengembangan

    industri distro clothing di kota Malang. Berbagai cara yang dilakukan adalah

    memberikan insentif pada industri kreatif khususnya industri distro clothing,

    pembinaan dalam rangka peningkatan kapabilitas pekerja kreatif yang dapat

    dilakukan dengan kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha distro clothingatau

    usaha kreatif lainnya, dan stakeholders atau lembaga lain, serta pengklasifikasian

    industri kreatif pada pos-pos pendapatan kota Malang yang akan memudahkan

    pemantauan perkembangan industri kreatif di kota Malang. Selain itu, industri

    distro clothing perlu meningkatkan kemitraan baik pada industri sejenis, pada

    industri kreatif lain, maupun pada industri lainnya diluar ranah industri kreatif.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    43/54

    29

    Tabel 2.1

    Penelitian Terdahulu

    No Nama Judul Metode Hasil

    1. Sri Susilodan Sutarta(2004)

    Masalah danDinamikaIndustri Kecil

    pasca KrisisEkonomi

    Telaahliteratur, FGD,metode surveilapangan.Analisis datadeskriptifkualitatif

    Permasalahan yang dihadapi industri kecilmempunyai persamaan dan perbedaan.Persamaan yang menonjol adalah kenaikanharga faktor produksi yang memaksa merekamenaikkan harga jual produk. Masalah yanglain adalah menurunnya tingkat produksi danemployment.

    2. AsepKamaruddin

    (2004)

    HambatanUsaha Kecil

    dan MenengahdalamKegiatanEkspor

    Telaahliteratur,

    wawancara.Analisisdeskriptiftabulasi silangantarvariabel

    Hambatan bagi UKM dalam kegiatan eksporyaitu:

    1.

    Aksesibilitas terhadap sumberdayaproduktif

    2.

    Spesifikasi produk3.Kapasitas produksi4.

    Kelengkapan dokumen.5.Biaya kegiatan ekspor

    3. AlmasdiSyahza(2003)

    PengembanganUKM untukPercepatanPeningkatan

    EkonomiDaerah diKabupatenIndragiri HuluPropinsi Riau

    Telaahliteratur,wawancara.Analisis data

    deskriptifkuantitatif dankualitatif

    Permasalahan yang dihadapi antara lain:1.Lemahnya struktur permodalan2.Ketersediaan bahan baku serta kesulitan

    dalam pemasaran

    3.

    Terbatasnya penguasaan teknologi4.

    Lemahnya organisasi manajemen usaha,serta kurangnya kuantitas dan kualitassumberdaya manusia.

    4. JannesSitumorang(2008)

    StrategiUMKM dalamMenghadapiIklim Usahayang TidakKondusif

    Metode telaahliteratur.Analisisdeskriptifkualitatif

    Iklim usaha yang tidak kondusif dalamkegiatan usaha UMKM seperti:1.Rendahnya kualitas SDM UMKM2.Kesulitan UMKM untuk mengembangkan

    permodalan3.

    Rendahnya kualitas teknologi

    4.

    Kelemahan akses terhadap pasar.5. Mohammad

    AdamJerusalem(2009)

    PerancanganIndustriKreatif BidangFashiondenganPendekatan

    Benchmarking

    padaQueenslands

    Creative

    Industry

    Metode surveilapangan.Analisiskualitatifdengan

    pendekatanBenchmarking

    Faktor terpenting dalam pencapaiankesuksesan industri kreatif bidang fashionadalah konsolidasi dan penguatan fungsi dari

    para pemangku tanggung jawab sepertipemerintah, dinas terkait, dan QueenslandCreative Industry sebagai studi kasus untukstudibenchmark ini.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    44/54

    30

    6. JakaSriyana

    (2010)

    StrategiPengembangan

    UKM : StudiKasus diKabupatenBantul

    Telaahliteratur, survei

    lapangan.Analisisdeskriptifdengan

    pendekatanstatistik

    Masalah yang dihadapi UKM daerah yaitu:1.

    Masalah kualitas produk

    2.

    Pemasaran dan sustainability usaha.Adapun regulasi dari pemerintah untuk

    pengembangan UKM meliputi:1.Perbaikan sarana dan prasarana akses

    perbankan.2.Perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik.

    7. Y. SriSusilo(2010)

    StrategiMeningkatkanDaya SaingUMKM dalamMenghadapi

    ImplementasiCAFTA danMEA

    Telaahliteratur, surveilapangan.Analisisdeskriptif

    kualitatif

    UMKM harus meningkatkan daya saingperusahaan maupun daya saing produknyaagar tetap mampu bertahan dan dapatmemanfaatkan peluang.Kunci utamanya terdapat pada UMKM

    sendiri. Pengusaha/pemilik UMKM denganjiwa kewirausahaan dan jiwa inovasi yangdimiliki, harus mampu menjadi motor

    penggerak untuk meningkatkan daya saingperusahaan.

    8. Edy SuandiHamid danY.Sri Susilo(2011)

    StrategiPengembanganUMKM diProvinsiDaerahIstimewaYogyakarta

    Surveilapangan,telaah literatur.Analisisdeskriptifkualitatif

    Permasalahan yang diperoleh diantaranyayaitu:1.Kesulitan dalam memperluas pangsa pasar2.

    Terbatasnya ketersediaan sumber dana3.Kurangnya kemampuan SDM serta

    keterbatasan teknologi4.

    Kondisi ekonomi dan infrastruktur yangburuk.

    Rekomendasi kebijakan dan strategi meliputi:1. Berbagai pelatihan dalam pengembangan

    produk2. Pengembangan produk yang berdaya saing

    tinggi dengan muatan ciri khas lokal3. Kebijakan kredit bunga ringan, sederhana4.

    Peningkatan kualitas infrastruktur

    9. Dias Satria

    dan AyuPrameswari(2011)

    Strategi

    PengembanganIndustriKreatif untukMeningkatkanDaya SaingPelakuEkonomiLokal

    Analisis data

    kualitatifdengan teknikanalisis SWOT

    Permasalahan industri kreatif distro di kota

    Malang yaitu:1. Produksi dan bahan baku kurang efisien2.

    Tidak adanya dukungan dari pemerintah3. Kurangnya promosi ke luar daerah4.

    Rendahnya daya beli masyarakat5. Adanya produk-produk bajakanAlternatif kebijakan meliputi:1. Pemberian insentif pada industri kreatif2. Pembinaan pekerja kreatif3. Pengklasifikasian industri kreatif pada

    pos-pos pendapatan kota Malang

    4.

    Peningkatan kemitraan sesama industri

  • 7/21/2019 usaha mikro

    45/54

    31

    2.3. Kerangka Pemikiran

    Dalam menunjang proses penelitian agar tetap terarah pada fokus penelitian

    maka disusun suatu kerangka dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan

    penelitian kebijakan yang bertujuan untuk menggali berbagai informasi yang

    berkaitan dengan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang dalam

    rangka memberikan rekomendasi untuk pengambilan kebijakan

    pengembangannya.

    Tahap awal penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sumber data

    sekunder seperti daftar pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota

    Semarang, kemudian dilakukan survey lapangan untuk mengetahui gambaran

    umum UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang. Survey lapangan

    dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam kemudian

    dilakukan analisis dengan menggunakan analisis data kualitatif Miles dan

    Huberman, sehingga dapat diperoleh permasalahan-permasalahan apa saja yang

    dihadapi oleh pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang.

    Terakhir, dapat dirumuskan beberapa rekomendasi kebijakan pengembangan

    UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    46/54

    32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Metode Pendekatan Masalah

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif. Hal ini dikarenakan metodologi penelitian kualitatif adalah suatu

    penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks

    sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

    mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Alamiah disini

    mempunyai arti bahwa penelitian kualitatif dilakukan dalam lingkungan yang

    alami tanpa adanya intervensi atau perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Sangat

    tidak dibenarkan untuk memanipulasi atau mengubah latar penelitian (Moleong,

    2005).

    Denzin dan Lincoln (1994) menganggap metodologi kualitatif mampu

    menggali pemahaman yang mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus

    daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah

    populasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dalam rangka

    memahami kondisi UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang secara

    mendalam dengan latar alamiah tanpa adanya intervensi atau manipulasi baik dari

    penulis sendiri maupun dari pihak lain.

    Penulis menggunakan model fenomenologi dalam pendekatan kualitatif

    dimana model ini berusaha memahami arti dari suatu peristiwa yang terjadi

    karena adanya interaksi dari pihak-pihak yang terlibat, dimana pihak-pihak yang

  • 7/21/2019 usaha mikro

    47/54

    33

    terlibat tersebut memiliki pemahaman atau interpretasi masing-masing

    (intersubjektif) terhadap setiap peristiwa yang akan menentukan tindakannya.

    Creswell (1998) menambahkan bahwa dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, model

    fenomenologi lebih sesuai dengan pendekatan psikologi yang memfokuskan pada

    arti pengalaman individual dari subjek yang diteliti. Hal ini sesuai dengan tujuan

    penelitian yaitu untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang kondisi

    serta permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif di

    Kota Semarang.

    3.2. Unit analisis

    3.2.1. Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (UMKM) berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang. UMKM memiliki peranan

    yang penting dalam perekonomian. UMKM yang berbasis ekonomi kreatif di

    Kota Semarang dipilih karena dianggap mampu mengembangkan Sumber Daya

    Manusia dengan berbekal pada ilmu pengetahuan, kreatifitas, serta inovasi dan

    mampu mengembangkan lapangan pekerjaan. Pengembangan kreatifitas

    merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa serta dapat memberikan dampak

    sosial yang positif.

    3.2.2. Informan Penelitian

    Penulis menggunakan teknikpurposive samplingdalam menentukan sampel

    pada penelitian ini. Teknik ini mempunyai arti yaitu dengan memilih subjek

    penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau memahami

    permasalahan pokok yang akan diteliti (Herdiansyah, 2009). Sampel dalam

  • 7/21/2019 usaha mikro

    48/54

    34

    penelitian ini bukan dikatakan sebagai responden, melainkan lebih tepatnya

    sebagai informan penelitian. Informan dalam penelitian ini yaitu pelaku UMKM

    kreatif di Kota Semarang yang bergerak di bidang manufaktur dimana mereka

    mengolah barang mentah menjadi barang jadi, dinas terkait (dinas Koperasi dan

    UMKM Semarang), serta pihak akademisi pengamat UMKM. Informan diambil

    berdasarkan strategi sampling bola salju (snowball sampling). Hal ini dikarenakan

    fenomena yang diteliti dapat berkembang menjadi lebih dalam dan lebih luas dari

    yang ditentukan sebelumnya sehingga disesuaikan dengan kebutuhan data yang

    telah diperoleh. Strategi ini digunakan agar diperoleh data yang akurat dan

    mendalam mengenai kondisi serta permasalahan UMKM.

    Tabel 3.1

    Informan Penelitian

    No Nama Bidang No Nama Bidang1 Claudyna C. U. Menengah 18 Siani Wati U. Kecil2 Siti Kholifah U. Menengah 19 Jenny Patala U. Kecil3 Mertania Ika U. Menengah 20 Dwi Nurasih U. Mikro4 Ghufron Hasyim U. Menengah 21 Retno L. U. Mikro5 Didik U. Menengah 22 Nur M. U. Mikro6 Indaryanto U. Menengah 23 Elly M. U. Mikro7 Ari U. Menengah 24 Dewi Arum U. Mikro8 Sisilia U. Kecil 25 Cut Azzeta U. Mikro9 Retno Wulan U. Kecil 26 Suhadi U. Mikro

    10 Ummataw W. U. Kecil 27 Rachmawati U. Mikro11 Laili Fatimah U. Kecil 28 Kuswandi U. Mikro12 Sintawati T. U. Kecil 29 Rima P. U. Mikro13 Kartini T. U. Kecil 30 Purbo Adi U. Mikro14 Triyono U. Kecil 31 Hermanto P. U. Mikro15 Darwinto. U. Kecil 32 Susilawati U. Mikro16 M. Isroh U. Kecil 33 Yoga Surya Pemerintah17 Jati P. U. Kecil 34 Bejo Imam S. Pemerintah

    35 Wiwik B. Akademisi

    Sumber : Data Primer 2013, diolah.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    49/54

    35

    3.2.3. Setting Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang. Penentuan lokasi dilakukan

    denganpurposive sampling, dimana Kota Semarang adalah ibukota provinsi yang

    merupakan salah satu magnet perekonomian Jawa Tengah dan memiliki cukup

    banyak pelaku UMKM, termasuk yang bergerak di bidang industri kreatif.

    Namun, UMKM kreatif di Kota Semarang belum mampu memberikan predikat

    khusus bagi kota ini. Penelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan di Kota

    Semarang yaitu Semarang Timur, Semarang Barat, Semarang Selatan, Semarang

    Utara, Semarang Tengah, Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Gajahmungkur,

    dan Genuk.

    3.3. Metode Pengumpulan Data

    3.3.1. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

    sekunder. Hanke dan Reitsch (1998) menyebutkan data primer diperoleh melalui

    survey lapangan dengan menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal.

    Kuncoro (2009) mendefinisikan data primer sebagai data yang dikumpulkan dari

    sumber-sumber asli. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh

    melalui hasil wawancara mendalam dengan pelaku UMKM kreatif di Kota

    Semarang, dinas terkait, dan berbagai pihak yang telah dipilih menjadi informan.

    Pengertian data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

    pengumpul data dan dipublikasikan ke masyarakat pengguna. Kuncoro (2009)

    menambahkan data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain.

    Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur,

  • 7/21/2019 usaha mikro

    50/54

    36

    publikasi ilmiah yang berkaitan dengan UMKM serta dari instansi terkait seperti

    dinas Koperasi dan UMKM, dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

    Semarang, serta Badan Pusat Statistik (BPS).

    3.3.2.

    Teknik Pengumpulan Data

    Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan

    data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu (Herdiansyah,

    2009). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara

    mendalam dan dokumentasi. Moleong (2005) menyebutkan wawancara adalah

    percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

    pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

    jawaban atas pertanyaan tersebut. Sebelum melakukan wawancara mendalam,

    penulis terlebih dahulu menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada

    informan agar terstruktur sedemikian rupa.

    3.4. Teknik Analisis Data

    3.4.1.

    Analisis Data

    Herdiansyah (2009) mengungkapkan proses analisis data dalam penelitian

    kualitatif sudah dimulai dan dilakukan sejak awal penelitian hingga penelitian

    selesai. Hal ini berarti, setiap peneliti melakukan proses pengambilan data,

    peneliti langsung melakukan analisis dari data tersebut seperti pemilahan tema

    dan kategorisasinya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis

    data interaktif menurut Miles dan Huberman. Model analisis data ini memiliki 4

    tahapan, yaitu tahap pertama pengumpulan data, tahap kedua reduksi data, tahap

    ketiga displaydata, dan tahap keempat penarikan kesimpulan serta verifikasi data.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    51/54

    37

    1. Pengumpulan data

    Proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif telah dilakukan sebelum

    penelitian, saat penelitian, dan pada akhir penelitian. Pada awal penelitian,

    peneliti melakukan studipre-eliminary untuk membuktikan bahwa femomena

    yang akan diangkat dan diteliti benar-benar ada dan layak untuk diteliti. Pada

    saat melakukan penelitian, observasi, catatan lapangan, bahkan ketika

    berinteraksi dengan lingkungan sosial dan informan, merupakan proses

    pengumpulan data yang hasilnya data yang akan diolah. Setelah data

    mencukupi untuk proses analisis, kemudian dilakukan reduksi data.

    2. Reduksi data

    Inti dari reduksi data adalah proses penyeragaman dan penggabungan semua

    bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis.

    Hasil wawancara akan diubah menjadi bentuk verbatim wawancara

    3.

    Display data

    Display data adalah proses pengolahan semua data berbentuk tulisan menjadi

    beberapa kategori sesuai dengan tema atau kelompok masing-masing dan

    biasanya disajikan dalam bentuk tabel, diagram, matriks, ataupun grafik.

    Terdapat tiga tahapan dalam display data, yaitu kategori tema, subkategori

    tema, dan proses pengodean. Tahap kategori tema merupakan proses

    pengelompokkan tema-tema yang telah disusun dalam tabel wawancara ke

    dalam suatu matriks kategorisasi. Tema dalam penelitian ini antara lain:

    a. Awal memulai usaha

    b. Aspek permodalan

  • 7/21/2019 usaha mikro

    52/54

    38

    c. Aspek tenaga kerja

    d.

    Produksi dan perolehan bahan baku

    e.

    Aspek pemasaran

    f.

    Biaya transaksi

    g.

    Aspek perijinan

    h. HAKI

    i. Permasalahan lain

    j. Harapan UMKM

    Tahapan selanjutnya adalah subkategori tema. Inti dari tahap ini adalah

    membagi tema-tema tersebut ke dalam subtema yang merupakan bagian dari

    tema yang lebih kecil dan sederhana. Tahapan terakhir yaitu proses

    pengodean. Inti dari tahap ini adalah memasukkan atau mencantumkan

    pernyataan-pernyataan informan sesuai dengan kategori tema dan subkategori

    temanya ke dalam matriks kategori serta memberikan kode tertentu pada

    setiap pernyataan-pernyataan informan tersebut.

    4.

    Kesimpulan/verifikasi

    Setelah ketiga tahapan selesai, tahapan akhir adalah penarikan

    kesimpulan/verifikasi. Kesimpulan dalam model Miles dan Huberman berisi

    semua uraian dari subkategori tema yang tercantum pada tabel kategorisasi

    dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote verbatim

    wawancaranya.

  • 7/21/2019 usaha mikro

    53/54

    39

    3.4.2. Uji Keabsahan Data

    Salah satu syarat mutlak dalam penelitian adalah validitas dan reliabilitas

    yang optimal. Tujuan dari validitas dan reliabilitas itu sendiri adalah untuk

    mengoptimalkan rigor penelitian. Lincoln dan Guba (1985) menganggap rigor

    merupakan tingkat atau derajat dimana hasil temuan dalam penelitian kualitatif

    bersifat autentik dan memiliki interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

    Validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan

    istilah kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.

    Emzir (2010) menyebutkan kredibilitas mempunyai arti bahwa penetapan

    hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif

    partisipan dalam penelitian tersebut. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk

    mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari sudut

    pandang partisipan. Strategi untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi

    perpanjangan waktu penelitian, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman

    sejawat, analisis kasus negatif, dan member checking. Definisi triangulasi adalah

    penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang

    menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti (Herdiansyah, 2009).

    Penulis akan menggunakan dua atau lebih sumber untuk meningkatkan rigor

    penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang optimal.

    Transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian

    kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau settingyang

    lain. Transferabilitas adalah tanggung jawab seseorang dalam melakukan

    generalisasi dari sebuah perspektif kualitatif. Peneliti kualitatif dapat

  • 7/21/2019 usaha mikro

    54/54

    40

    meningkatkan transferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan

    mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang menjadi sentral pada

    penelitian tersebut.

    Kriteria Dependabilitas disebut dengan istilah reliabilitas dalam penelitian

    kuantitatif. Prastowo (2011) mengungkapkan bahwa uji dependabilitas dalam

    penelitian kualitatif dilakukan dengan melaksanakan audit terhadap keseluruhan

    proses penelitian. Semua hal yang bisa dipersoalkan seperti bagaimana peneliti

    mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,

    melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat

    kesimpulan harus ditunjukkan oleh peneliti. Apabila hal tersebut tidak dapat

    menunjukkan jejak aktivitas lapangannya, maka dependabilitasnya patut

    diragukan.

    Konfirmabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian

    kualitatif dapat dikonfirmasikan oleh orang lain. Menguji konfirmabilitas berarti

    menguji hasil penelitian yang dihubungkan dengan proses penelitian yang

    dilakukan. Apabila hasil penelitian tersebut merupakan fungsi dari proses

    penelitian yang dilakukan, maka penelitian itu telah memenuhi standar

    konfirmabilitas (Sugiyono, 2007).