101141115 otitis media serosa
Post on 12-Oct-2015
81 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
OTITIS MEDIA SEROSAoleh
CANDRA BAYU SETYAWIDHI A.
Istilah otitis media berarti bahwa ada adalah peradangan pada telinga tengah.
Otitis media dapat dikaitkan dengan infeksi atau steril. Dalam kasus pertama, otitis
media biasanya disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi ke telinga tengah melalui pipa
Eustachio. Kadang-kadang otitis media yang dapat disebabkan oleh jamur (Candida
Aspergillus atau) atau patogen lainnya, seperti virus herpes. Dalam situasi ini, biasanya
baik ada masalah dengan fungsi kekebalan tubuh atau (ada lubang (perforasi) pada
gendang telinga. Orang dengan diabetes sangat rentan terhadap patogen yang tidak
biasa seperti Pseudomonas. Di bagian dunia yang belum berkembang, TB harus
dipertimbangkan.
Otitis media steril biasanya disebut otitis media serosa, atau "Som". Berbagai
media otitis serosa biasanya tidak menyakitkan. Biasanya ada cairan berwarna yang
jelas atau jerami di belakang gendang telinga. Berbagai serosa sering dikaitkan dengan
alergi tetapi juga dapat terjadi dari berbagai sumber-sumber potensial lainnya termasuk
pengobatan radiasi atau virus. Serous otitis media dapat dikaitkan dengan kedua
gangguan pendengaran dan vertigo.
Otitis media serosa adalah peradangan non bakterial mukosa kavum timpani
yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous atau mucus).
Cairan efusi ini terjadi karena adanya tekanan negatif dalam telinga tengah yang
disebabkan obstruksi tuba eustachius. Otitis media serosa lebih banyak terdapat pada
anak-anak yang telah sembuh dari otitis media akut. Biasanya disebut glue ear. Cairan
efusi ini pada orang dewasa sering terjadi setelah mengalami radioterapi, barotrauma
(misalnya penyelam), dan disfungsi tuba eustachius akibat infeksi atau alergi saluran
pernapasan atas.
1
-
Anatomi Telinga
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang
ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apayang terjadi di
sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak
bisa mendengar disebut tuli. Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian
tengah dan bagian dalam.
Gambar: Anatomi Telinga
Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus. Auricula
mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara, auricula
terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula juga
mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, yang keduanyadipersarafi oleh N.facialis.
Auricula atau lebih dikenal dengan daun telinga membentuk suatu bentuk unik
yang terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y, dengan bagian crux superior di
sebelah kiri dari fossa triangularis, crux inferior padasebelah kanan dari fossa
2
-
triangularis, antitragus yang berada di bawah tragus, sulcus auricularis yang merupakan
sebuah struktur depresif di belakang telinga di dekat kepala, concha berada di dekat
saluran pendengaran, angulus conchalis yang merupakan sudut di belakang concha dengan sisi kepala,
crushelix yang berada di atas tragus, cymba conchae merupakan ujung terdekatdari concha, meatus
akustikus eksternus yang merupakan pintu masuk dari saluran pendengaran, fossa
triangularis yang merupakan struktur depresif didekat anthelix, helix yang merupakan
bagian terluar dari daun telinga, incisuraanterior yang berada di antara tragus dan
antitragus, serta lobus yang berada dibagian paling bawah dari daun telinga, dan tragus
yang berada di depan meatus akustikus eksternus.
Gambar: Bagian-bagian dari auricula telinga luar.
Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga dengan liang
telinga luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah tabung berkelok yang
menghubungkan auricula dengan membran timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih
kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm,dan dapat diluruskan untuk memasukkan
otoskop dengan cara menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil auricula
ditarik lurus kebelakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling
sempit adalah kira-kira 5 mm dari membran timpani.
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua pertiga
bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh
3
-
kulit dan sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan glandula
seruminosa. Glandula seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang
menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan
barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari
N.Auriculotemporalis dan Ramus Auricularis N. Vagus. Sedangkan aliran limfe
menuju Nodi Parotidei Superficiales, Mastoidei, dan Cervicales superficiales.
Telinga Tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis
yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang
berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilympha
telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu
panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang
ini berhubungan dengan nasopharing melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dindingposterior,
dinding lateral, dan dinding medial, yaitu:
- Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen timpani,
yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini
memisahkan kavum timpani dan meningens dan lobus temporalis otak di
dalam fossa kranii media.
- Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan
mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan
kavum timpani dari bulbus superior V. Jugularis interna.
- Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan kavumtimpani dari A. Carotis interna.
- Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang
lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih
atas dan lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk M. Tensor tympani. Septum tulang
4
-
tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada
dindingmedial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat.
- Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak
beraturan, yaitu auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang
berbentuk kerucut, sempit,kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendon
M. Stapedius.
- Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.
A. Membran Timpani
Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya
konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk
oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini
menghasilkan "reflex cahaya", yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Pinggirnya
tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus timpanicus, di
bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, yaitu
plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke processus lateralis mallei.
Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh plika-plika tersebut
lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium
mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membran timpani oleh membran
mucosa. Membran tympani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya
dipersarafi oleh N.Auriculotemporalis dan Ramus Auricularis N. Vagus.
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari
dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan
oleh lengkung pertama cochlea yang ada dibawahnya. Di atas dan belakang
promontorium terdapat fenestra vestibule yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh
basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha scala vestibuli telinga
dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochleae, yang
5
-
berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada sisi medial dari
fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu scala timpani.
Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang
pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan ini
menyokong M. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan
membentuk takik, disebut processus cochleariformis.Di sekeliling takik ini tendo M.
Tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu manubrium
mallei.
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium
dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalisnervi facialis.
Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkungke bawah di belakang
pyramis.
Gambar : Membran Timpani
B. Tulang-Tulang Pendengaran
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang
maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga
sumsum tulang.
Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum,
processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior danprocessus lateralis.
6
-
Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum mallei
adalah bagian sempit di bawah caput.Manubrium mallei berjalan ke bawah dan
belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial membran timpani.
Manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani pada pemeriksaan dengan
otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan
dindinganterior cavum timpani oleh sebuah ligamen. Processus lateralis menonjol
kelateral dan melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membrane timpani.
Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat dan bersendi di anterior
dengan caput mallei. Crus longumberjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan
manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis.
Bayangannya pada membrana tympani kadangkadang dapat dilihat pada pemeriksaan
dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding
posterior cavum tympani oleh sebuah ligamen.
Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput stapedis kecil dan bersendi
dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit dan merupakan tempat insersio
M. Stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan melekat pada basis yang
lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin
fibrosa, yang disebut ligamentum annulare.
Gambar : Tulang-Tulang Pendengaran.
7
-
C. Otot-Otot Telinga Tengah
Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. M. Tensor timpani terletak
dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula ke arah posterior
kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani
dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo M.
Stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan
berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi
protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
D. Tuba Eustachius
Tuba eustachius terbentang dari dinding anterior kavum timpani kebawah, depan,
dan medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian posterior-nya adalah tulang dan
dua pertiga bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba berhubungan dengan nasopharynx
dengan berjalan melalui pinggir atas M. Constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavum timpani dengan nasopharing.
E. Antrum Mastoid
Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa ossis
temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melaluia uditus ad antrum,
diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditusad antrum,
dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dancerebellum. Dinding
lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus. Dinding medial
berhubungan dengan kanalis semicircularis posterior. Dinding superior merupakan
lempeng tipis tulang, yaitu tegmen timpani, yang berhubungan dengan meningen pada
fossa kranii media dan lobus temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang,
menghubungkan antrum dengan cellulae mastoideae.
8
-
Telinga Dalam
Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap
telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun darisejumlah rongga di
dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan
ductus membranosa di dalam telinga dalam osseus.
Gambar: Telinga Dalam
A. Telinga Dalam Osseus
Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis semicircularis, dan
cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substantia kompakta tulang,
dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan bening, yaitu perilympha, yang di
dalamnya terdapat labyrinthus membranaceus.
Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus, terletak posterior
terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis. Pada dinding lateralnya
terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum
annularenya, dan fenestra cochleae yang ditutupi olehmembran timpani sekunder. Di
dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus telinga dalam membranaceus.
Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,posterior, dan
lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah
9
-
pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuarake dalam vestibulum melalui
lima lubang, salah satunya dipergunakanbersama oleh dua canalis. Di dalam canalis
terdapat ductus semicircularis.
Canalis semicircularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus terhadap
sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis posterior juga vertikal, tetapi terletak
sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis lateralis terletak
horizontal pada dinding medial aditus adantrum, di atas canalis nervi facialis.
Cochlea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian anterior
vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae, dan modiolus
ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah putaran. Setiap putaran
berikutnya mempunyai radius yang lebihkecil sehingga bangunan keseluruhannya
berbentuk kerucut. Apex menghadap anterolateral dan basisnya ke posteromedial.
Putaran basal pertama daricochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada
dinding medial telinga tengah.
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus
internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang N. Cochlearis. Pinggir spiral, yaitu
lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol kedalam canalis dan membagi
canalis ini. Membran basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis sampai ke
dinding luar tulang, sehingga membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli di
sebelah atas dan scala timpani di sebelah bawah. Perilympha di dalam scala vestibuli
dipisahkan dari cavum timpani oleh basis stapedis dan ligamentum annulare pada
fenestra vestibuli. Perilympha di dalam scala tympani dipisahkan dari cavum timpani
oleh membrana tympani secundaria pada fenestra cochleae.
B. Telinga Dalam Membranaceus
Telinga dalam membranaceus terletak di dalam telinga dalam osseus,dan berisi
endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. Telinga dalam membranaceus terdiri atas
utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus; tiga ductus
semicircularis, yang terletak di dalam canalis semicircularis osseus; dan ductus
cochlearis yang terletak di dalam cochlea. Struktur-struktur ini saling berhubungan
dengan bebas.
10
-
Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,dan
dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus oleh ductus
utriculosaccularis.
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah dijelaskan di
atas. Ductus endolymphaticus, setelah bergabung denganductus utriculo saccularis akan berakhir di
dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah
duramater pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis.
Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khususyang peka
terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatanlain.
Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari canalis
semicircularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusuntegak lurus satu
terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai atau
berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala bertambah atau berkurang,
kecepatan gerak endolympha di dalam ductus semicircularis akan berubah sehubungan
dengan hal tersebut terhadap dinding ductus semicircularis. Perubahan ini dideteksi
oleh receptor sensorik di dalam ampulla ductus semicircularis.
Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan
dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang terletak di atas
membrana basilaris membentuk organ Corti (organspiralis) dan mengandung receptor-
receptor sensorik untuk pendengaran.
Otitis Media Serosa
Definisi
Otitis media serosa adalah peradangan non bacterial mukosa kavum timpani
yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous atau mucus).
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya secret yang nonpurulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan ditelinga tengah
dengan membrane timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis
media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan
apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
11
-
Sinonimnya otitis media efusa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, glue ear.
Etiologi
Gangguan fungsi tuba eustachius merupakan penyebab utama. Gangguan tersebut dapat
terjadi pada:
- Peradangan kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi
- Pembesaran adenoid dan tonsil
- Tumor nasofaring
- Celah langit-langit.
Patofisiologi
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan
yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid. Faktor
yang berperan utama dalam keadan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius.
Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis,
sumbing palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring, barotraumas, sinusitis, rhinitis,
defisiensi imunologik atau metabolic. Keadaan alergik sering berperan sebagai factor
tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi ditelinga tengah).
12
-
Gambar: Patofisiologi Otitis media
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran
tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.
13
-
Gambar: Patofisiologi otitis media
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran
yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.
14
-
Gambar: Patofisiologi otitis media
Klasifikasi
1. Otitis media serosa akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Kadaan akut ini
dapat disebakan antara lain oleh:
- Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh
tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotraumas.
- Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi
virus pada jalan nafas atas
- Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan keadaan
alergi pada jalan nafas atas
- Idiopatik
15
-
Gambar: Otitis media serosa akut
2. Otitis media serosa kronik
Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya secret.
Pada otitis media serosa akut secret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan
disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis secret terbentuk
secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang
berlangsung lama.
Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis
media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa
unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu difikirkan
kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.
Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut
glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis
media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.
16
-
Gambar: Otitis media serosa kronik
Diagnosis
1. Anamnesa
a. Telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-grebeg)
b. Pendengaran menurun
c. Terdengar suara dalam telinga sewaktu menelan atau menguap
2. Pemeriksaan fisik :
a. pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga pada
penilaian otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-
rapat pada liang telinga, diberikan tekanan positif dan negative. Jika
terdapat udara dalam tympanum, maka udara itu akan tertekan
sehingga membrana timpani akan terdorong ke dalam pada
pemberian tekanan positif, dan keluar pada tekanan negatif. Gerakan
menjadi lamban atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau
mukoid. Pada otitis media serosa, membrane timpani tampak
berwarna kekuningan, sementara pada otitis media mukoid terlihat
lebih kusam dan keruh. Maleus tampak pendek, retraksi dan
berwarna putih kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung
otitis media serosa dapat tampak lewat membrane timpani yang
17
-
semitransparan. Membrane timpani dapat berwarna biru atau
keunguan bila ada produk-produk darah dalam telinga
- otitis media serosa akut : pada otoskopi terlihat mebrana
timpani retraksi. Kadang- kadang tampak gelembung udara (air
bubles) atau permukaan cairan dalam kavum timpani (air-fluid
level).
- otitis media serosa kronik : pada otoskopi terlihat
mebrana timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau
keabu-abuan.
b. reflek cahaya berubah atau menghilang
c. garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi
3. Pemeriksaan penunjang (bila tersedia sarana)
a. Audiogram : tuli konduktif
b. Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika cairan
didalam telinga tengah, gerakan gendang telinga akan terbatas
Penatalaksanaan
Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat medis dan kemudian jika
perlu, secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin, dekongestan,
latihan ventilasi tuba eustakius dan hiposensitisasi alergi. Hiposensitisasi alergi hanya
dilakukan pada kasus-kasus yang jelas memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila
terbukti alergi makanan, maka diet perlu di batasi. Antihistamin hanya diberikan pada
anak-anak atau dewasa dengan kongesti hidung atau sinus penyerta. Antihistamin
maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongesti nasofaring. Pasien
kemudian dinilai akan adanya gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip
hidung, obstruksi hidung, dan hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis
media serosa diteruskan selama 3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, cairan telah
menghilang pada 90 persen pasien. Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi
koreksi bedah. Koreksi ini terdiri dari suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan
seringkali juga pemasangan suatu tuba penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang
18
-
tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi yang memungkinkan udara masuk ke dalam
telinga atengah, dengan demikian menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan
cairan mengalir dan diabsorpsi.
Gambar: Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa
19
-
Antibiotik yang digunakan:
- Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi,
Eritromycin 333 mg p.o 7-10 hari
- Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg
7-10 hari atau Pediazole (Pediatrics) atau Sefalosporin generasi 3.
Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya
penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya gangguan
pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali bilateral, namun
anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran minimal, atau dengan
gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan pendekatan yang lebih
konservatif. Sebaliknya, penipisan membrane timpani, retraksi yang dalam, gangguan
pendengaran yang bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi segera. Tuba
ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu enam
bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering kali berulang, beberapa anak
memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun.
Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas.
Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan
membrane timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan negative
yang menetap.
20
-
Gambar: Miringotomi Dan Pemasangan Tuba
Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar
tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga.
Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan
kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak
sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau
memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu dapat
merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada kasus-kasus demikian,
penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes telinga harus diteruskan untuk
waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih terpasang. Gagalnya penanganan dengan
cara ini mengharuskan radiogram mastoid dan penilaian lebih lanjut.
Dengan sering infeksi hidung dan tenggorokan, kelenjar adenoid dapat menjadi
membesar, menghalangi pernapasan hidung. Karena adenoid yang di sebelah area tuba
eustakius, pembesaran atau infeksi dapat menyebabkan masalah telinga berulang. Salah
satu cara untuk memperkirakan ukuran kelenjar adenoid adalah dengan sinar-X. X-ray
ini sangat berguna dalam menilai apakah kelenjar adenoid yang menghalangi daerah
eustakius. Sebuah perkiraan kasar dari ukuran adenoid juga dapat diperoleh dengan
mencatat ukuran amandel. Jika amandel sangat besar, adenoid biasanya membesar.
21
-
Gambar: Adenoidektomi
Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan.
Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar sehingga
menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar anak tidak
memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi pada anak dengan jaringan
adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih dalam penilaian.
Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti menguntungkan
sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.
Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling sering,
masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan atas: sinusitis, alergi
berat, atau terbang dengan pilek. Sebuah kombinasi dekongestan dan antibiotik
biasanya akan membersihkan infeksi dan memungkinkan cairan mengalir. Pada
beberapa orang dewasa, terutama mereka dengan kondisi hidung atau sinus yang
mendasari, cairan mungkin tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien.
Obat yang mengandung kortison, seperti Prednison atau Medrol, dapat diberikan
selama enam atau tujuh hari. Mereka sering efektif dalam membersihkan cairan ketika
pengobatan lain gagal.
Diagnosis banding
22
-
Otitis media supuratif akut tipe kataral
Komplikasi
- Infeksi akut telinga
- Kista di telinga tengah
- kerusakan tetap pada telinga dengan kehilangan pendengaran
parsial atau lengkap
- Jaringan parut dari gendang telinga (timpanosklerosis)
- Bicara terlambat (jarang)
Prognosis
Otitis media dengan efusi (Ome) adalah penyebab utama gangguan
pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa
pada anak-anak muda tertunda dari 10 tahun, dan kehilangan pendengaran
konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel (dB), tetapi otitis
media dengan efusi juga telah dikaitkan dengan hilangnya pendengaran
sensorineural. Kedua prostaglandin dan leukotrien telah ditemukan dalam
konsentrasi tinggi pada efusi telinga tengah (MEE). Paparan kronis ini metabolit
asam arakidonat dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara dan
kadang-kadang permanen sensorineural.
Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama
beberapa minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses ini. Ome
biasanya tidak mengancam nyawa. Kebanyakan anak tidak mengalami kerusakan
pada pendengaran jangka panjang mereka atau kemampuan berbicara, bahkan
ketika cairan tetap selama berbulan-bulan.
Pencegahan
Modifikasi berikut dapat membantu mengurangi frekuensi otitis media dengan efusi
(OME):
Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba
eustakius.
23
-
Identifikasi dan menghindari allergen yang dapat menyebabkan Ome anak
Anda.
Cuci tangan dan mainan
Gunakan filter udara dan mendapatkan udara segar untuk membantu
menurunkan paparan terhadap kuman udara.
Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan
antibiotik keturunan bakteri semakin resisten.
Menyusui akan membuat anak kurang rentan terhadap infeksi telinga selama
bertahun-tahun.
Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling umum
dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan OME). Vaksin flu juga dapat
membantu.
24
-
Daftar Pustaka
1. http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/unilat/otitis.html
2. Boies, adams. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta .1997.
3. Ballantyne J and Govers J : Scott Browns Disease of the Ear, Nose,and Throat.
Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 52Moore,keith L. Anatomi Klinis
Dasar.EGC. Jakarta .2002.
4. Snell Richard : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.Penerbit:
EGC. Jakarta 2006.
5. http://library.thinkquest.org/05aug/00386/hearing/ear/index.htm7.
6. http://www.rnceus.com/otitis/otimid.htm8.
7. Wonodirekso, S dan Tambajong J : Organ-Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar Histologi
edisi V. Penerbit: EGC. Jakarta. 1990.
8. http://www.palaeos.com/Vertebrates/Bones/Ear/Incus.html11.
9. Soepard Efiaty Arsyad, dr, Sp.THT(K), dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung TenggorokanKepala & Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2010.
10. http://www.dailywriting.net/Attic%20Diary/InnerEar.htm13.
11.Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.Penerbit: EGC.
Jakarta 2006.14.
12. Harmadji Sri, Soepriyadi, wisnubroto.. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit
Telinga, Hidung dan Tenggorok Edisi III. Penerbit FK UNAIR. Surrabaya.. 2005
13.http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/Pathway/SeriOtit.htm
14.http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/serous-otitis-media.php
15.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007010.htm
25
top related