bentuk kerjasama antar perpustakaan

Upload: akhmad-alvian-nanda

Post on 26-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    1/15

    BENTUK-BENTUK KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN

    DI INDONESIA

    Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kerjasama dan Jaringan Informasi

    Yang dibimbing oleh Bapak Drs. Hartono, S.S, M.Hum

    Disusun Oleh :

    Akhmad Alvian Nanda 115030700111016

    PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

    FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    2/15

    1 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    AbstrakKonsep kerjasama dan jaringan informasi lahir karena adanya kesepahaman atau

    kesepakatan tentang penggunaan sumber daya informasi secara bersama sama

    (resource sharing) dan tanpa batas. Sekarang dengan mengetahui prinsip-prinsip

    kepustakawanan yang ada maka perpustakaan diharuskan dapat berperan banyakdalam menyebarkan informasi. Informasi yang semakin melimpah dalam jumlah,

    jenis maupun media penyampaiannya, serta kebutuhan akan informasi yang

    semakin meningkat di satu pihak, kemudian dana yang semakin terbatas di pihak

    lain, membuat perpustakaan tidak mampu mencukupi kebutuhan pemustaka

    dengan hanya menyuguhkan koleksi bahan pustaka yang dihimpun masing-masing

    perpustakaan. Dari sanalah timbul gagasan perlunya kerja sama antar

    perpustakaan dalam pelbagai bentuk, agar dapat memenuhi kebutuhan pemustaka

    akan informasi yang semaksimal mungkin.

    Kata Kunci : Kerjasama, perpustakaan, informasi.

    Bentuk-Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    di Indonesia

    Oleh :Akhmad Alvian Nanda*

    A.

    Pendahuluan

    Konsep kerjasama dan jaringan informasi lahir karena adanya

    kesepahaman atau kesepakatan tentang penggunaan sumber daya informasi

    secara bersama sama (resource sharing) dan tanpa batas. Konsep kerja sama

    perpustakaan berbeda dengan konsep jaringan perpustakaan. Kerja sama

    perpustakaan menurut Miller (1973) adalah kerja sama yang dilakukan oleh unit

    unit perpustakaan atau unit yang menangani informasi yang bergabung bersama

    karena masing masing memiliki sumberdaya informasi yang sama atau berada

    pada wilayah yang sama atau didasarkan pada kesamaan lain. Sedangkan jaringan

    prpustakaan adalah suatu tatanan yang diciptakan oleh dua atau lebih

    perpustakaan agar kerja sama dan sistem jaringan dapat didefinisikan sebagai

    sejumlah organisasi yang secara formal saling terhubung atau berpartisipasi satu

    sama lain untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dan memiliki suatu

    struktur organisasi.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    3/15

    2 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    B. Konsep Kerjasama Perpustakaan

    Istilah jaringan perpustakaan, dapat juga diartikan sebagai sistem

    hubungan antar perpustakaan, yang diatur dan disusun berdasarkan persetujuan,

    yang memungkinkan komunikasi dan pengiriman secara terus menerus sumber

    daya informasi. Selain itu, jaringan perpustakaan dapat berupa pertukaran

    keahlian, menurut jenis dan tingkat yang telah disepakati. Jaringan ini biasanya

    berbentuk organisasi formal, terdiri atas dua perpustakaan atau lebih, dengan

    tujuan yang sama, untuk mencapai tujuan tersebut, diisyaratkan untuk

    menggunakan teknologi telekomunikasi dan komputer atau IT.

    Kerjasama perpustakaan dalam bentuk jaringan ini penting agar semua

    informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan bersama secara maksimal bagi

    pemakai. Manfaat tersebut antara lain menyediakan akses yang cepat dan mudah

    meskipun melalui jarak jauh; menyediakan akses pada informasi yang tak

    terbatas dari berbagai jenis sumber; menyediakan informasi yang lebih mutakir

    yang dapat digunakan secara fleksibel bagi pemakai sesuai kebutuhannya; serta

    memudahkan format ulang dan kombinasi data dari berbagai sumber.

    Dari konsep diatas dapat diperoleh beberapa prinsip pokok untuk kerja sama

    antar jaringan perpustakaan:

    1. Adanya persyaratan kerjasama yang baik antara anggota jaringan atas dasar

    saling membutuhkan sehingga mendorong timbulnya kesadaran untuk saling

    membantu atau menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi keperluan

    anggota jaringan.

    2. Kerjasama dilakukan umumnya didasari oleh adanya kesamaan, misalnya

    kesamaan kegiatan, subyek informasi, pengguna, wilayah dan sebagainya.

    3. Kerjasama lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan akses terhadap

    kualitas sumber daya informasi bukan pada kuantitas sumber daya informasi.

    4. Kerjasama tidak terbatas pada pemanfaatan sumber informasi melainkan

    pemanfaatan keahlian tenaga, peralatan yang dimiliki, teknologi dan hal lain

    yang dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

    Dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu jaringan perpustakaan

    diperlukan setidaknya 3 syarat, yaitu :

    1.

    Perpustakaan sebagai anggota jaringan harus memiliki sesuatu yang dapat

    dimanfaatkan oleh perpustakaan lain.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    4/15

    3 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    2. Perpustakaan yang bekerjasama memiliki kemauan untuk membagi sumber

    informasi apa yang dimiliki kepada perpustakaan lain.

    3. Perpustakaan yang bekerjasama memiliki kesepakatan tentang bentuk

    jaringan dan mekanisme dalam pelaksanaan kerjasama.

    C. Kondisi Umum

    Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa perpustakaan merupakan unit

    kerja yang memiliki sumber daya manusia, ruang khusus, dan kumpulan koleksi

    yang sesuai dengan jenis perpustakaannya. Tidak ada satu pun perpustakaan yang

    dapat berdiri sendiri dalam artian koleksinya dapat memenuhi kebutuhan

    informasi pemustakanya, oleh sebab itu diperlukanlah kerja sama antar

    perpustakaan. Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh melalui kerja sama

    antar dua pihak dari pada melalui usaha sendiri-sendiri. Karena melalui kerja

    sama kelemahan masing-masing perpustakaan dapat ditutupi oleh kekuatan dari

    pihak yang lainnya.

    Istilah pinjam antar perpustakaan, silang layan, resource sharing serta

    jaringan informasi yang banyak dipakai orang setelah teknologi komputer masuk

    ke dunia perpustakaan, sudah banyak dikenal bahkan diterapkan oleh

    perpustakaan, baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.

    D. Permasalahan

    Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah

    dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan,

    penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan

    berbagai layanan jasa lainnya. Hal tersebut telah ada sejak dulu dan terus

    berproses secara alamiah menunjuk kepada suatu kondisi dan tingkat perbaikan

    yang signifikan meskipun belum memuaskan semua pihak.

    Perpustakaan pada prinsipnya mempunyai tiga kegiatan pokok, yaitu

    pertama, mengumpulkan (to collect) semua informasi yang sesuai dengan bidang

    kegiatan dan misi organisasi dan masyarakat yang dilayaninya. Kedua,

    melestarikan, memelihara, dan merawat seluruh koleksi perpustakaan, agar tetap

    dalam keadaan baik, utuh, layak pakai, dan tidak lekas rusak baik karena

    pemakaian maupun karena usianya (to preserve). Ketiga, menyediakan dan

    menyajikan informasi untuk siap dipergunakan dan di berdayakan (to make

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    5/15

    4 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    availlable) seluruh koleksi yang dihimpun di perpustakaan untuk dipergunakan

    pemakainya (Sutarno, 2006: 1).

    Dari tahun ke tahun semua bangsa maju dan berkembang untuk

    memantapkan posisi masing-masing. Jaringan komunikasi global pun semakin

    meningkat. Segala macam peralatan canggih dan praktis diciptakan pula untuk

    kemudahan komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang serba cepat dan efektif

    itu maka informasi yang ada akan cepat menyebar dari pusat sampai ke pelosok.

    Kita dapat mengetahui kejadian di belahan bumi dalam waktu yang sama tanpa

    kita harus pergi ke tempat kejadian. Untuk menyambut era globalisasi ini tentu

    saja semua lembaga bersaing ketat dalam meningkatkan pelayanannya kepada

    masyarakat termasuk perpustakaan. Perpustakaan di jaman dulu dan sekarang

    tentu saja berbeda. Pada jaman dulu semua masih sederhana, manajemen yang

    ada belum ditata secara efektif sehingga pelayanannyapun belum maksimal.

    Sekarang dengan mengetahui prinsip-prinsip kepustakawanan yang ada maka

    perpustakaan diharuskan dapat berperan banyak dalam menyebarkan informasi.

    Kemajuan jaman sekarang memang menuntut perpustakaan untuk membenahi

    dirinya ke arah kemajuan agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat.

    Berikut beberap aspek yang menjadi permasalahan Perpustakan di

    Indonesia.

    1. Aspek kelembagaan

    Tidak adanya kesatuan struktur perpustakaan merupakan bukti bahwa

    aspek kelembagaan perpustakaan sangat rapuh. Seperti diketahui bersama antara

    perpustakaan nasional, perpustakaan provinsi, dan perpustakaan umum tidak ada

    koordinasi struktural, melainkan sebatas koordinasi fungsional. Belum lagi

    dengan perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi yang berada di bawah

    kewenangan Departemen/Dinas Pendidikan Nasional.

    2. Pendanaan

    Aspek kelembagaan yang lemah akan membawa dampak berupa

    minimnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah di bidang perpustakaan.

    Bahkan tidak sedikit perpustakaan yang didukung dengan anggaran nol rupiah.

    Meskipun Undang-Undang Perpustakaan sudah mewajibkan setiap sekolah untuk

    mengalokasikan minimal lima persen dari APBS untuk perpustakaan, realitas di

    lapangan hampir tidak ada perubahan.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    6/15

    5 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    3. Sumber Daya Manusia

    Pustakawan merupakan ujung tombak bagi keberhasilan

    suatu perpustakaan dalammeningkatkan minat bacamasyarakat. Tetapi profesi

    ini ternyata belum memperoleh perhatian yang layak dari pemerintah (terutama

    pemerintah daerah). Pada setiap rekrutmen CPNS, jarang sekali pemerintah

    daerah di Indonesia yang mengajukan formasi CPNS untuk jabatan fungsional

    pustakawan untuk para lulusan Sarjana dan Diploma III Perpustakaan. Padahal

    hingga saat ini jumlah pustakawan di kabupaten/kota di Indonesia masih sangat

    sedikit.

    4. Gedung/Ruang Perpustakaan

    Gedung / ruang perpustakaan belum memperoleh tempat yang terhormat

    di lingkungan pemerintah kabupaten, sekolah, maupun desa. Gedung/ruang

    perpustakaan pada umumnya berada dalam keadaan yang memprihatinkan dan

    terletak di tempat yang terbelakang, tersembunyi, dan tidak strategis.Bahkan

    untuk ruang perpustakaan sekolah biasanya hanya memanfaatkan ruangan sisa

    yang ada dilingkungan sekolah. Jika ada perluasan kelas, boleh jadi ruangan

    sisa inipun akan digusur.

    5. Koleksi Bahan Pustaka Yang Terbatas

    Kelemahan utama perpustakaan selama ini adalah minimnyapengadaan

    bahan pustakabaru setiap tahun. Pengadaan bahan pustaka baru sangat berguna

    untuk menyegarkan koleksi bahan pustaka yang ada, sekaligus untuk

    menggantikan bahan pustaka yang sudah kadaluwarsa untuk distock opname.

    Selain masalah keterbatasan anggaran pengadaan, masalah yang sering muncul

    adalah penyusunan judul buku untuk perpustakaan yang lebih mengedepankan

    mentalitas proyek dengan mengambil judul buku hanya dari satu penerbit yang

    memberikan komisi tertinggi. Atau Perpustakaan hanya pasrah seratus persen

    kepada toko/distributor buku untuk pengadaan bahan pustaka. Model pengadaan

    buku yang demikian hanya akan menghasilkan perpustakaan yang

    membodohkan.

    6. Minat Baca Masyarakat

    Minat baca masyarakat yang rendah hendaknya tidak dijadikan

    legitimasi atau alasan pembenaran bagi terpuruknya dunia perpustakaan secara

    http://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=tingkat%20minat%20bacahttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=tingkat%20minat%20bacahttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=pengadaanbahanperpushttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=pengadaanbahanperpushttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=pengadaanbahanperpushttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=pengadaanbahanperpushttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=pengadaanbahanperpushttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=pengadaanbahanperpushttp://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=tingkat%20minat%20baca
  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    7/15

    6 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    umum. Kehadiran perpustakaan memang diharapkan untuk meningkatkan minat

    baca masyarakat. Karena itu jika minat baca masyarakat kita tidak kunjung

    meningkat, maka hal ini merupakan indikator adanya kebijakan yang salah

    terhadap perpustakaan di tanah air.

    E. Solusi

    Informasi yang semakin melimpah dalam jumlah, jenis maupun media

    penyampaiannya, serta kebutuhan akan informasi yang semakin meningkat di

    satu pihak, kemudian dana yang semakin terbatas di pihak lain, membuat

    perpustakaan tidak mampu mencukupi kebutuhan pemustaka dengan hanya

    menyuguhkan koleksi bahan pustaka yang dihimpun masing-masing

    perpustakaan. Dari sanalah timbul gagasan perlunya kerja sama antar

    perpustakaan dalam pelbagai bentuk, agar dapat memenuhi kebutuhan pemustaka

    akan informasi yang semaksimal mungkin.

    F. Bentuk-Bentuk Kerja Sama (Resource Sharing) di Perpustakan

    1.

    Silang layan

    kerja sama yang dilakukan berkisar pada saling meminjamkan pustaka

    berupa bahan asli, surogate dokumen ataupun hanya dengan penyediaan

    fasilitas reproduksi bahan yang diperlukan baik berupa foto copy atau bentuk

    mikri dan sebagainya.

    2.

    Pemakaian ruang baca dan fasilitas lain

    keterbatasan koleksi yang dimiliki mengharuskan perpustakaan lebih

    mementingkan pemustaka anggotanya, sedangkan pemustaka dari

    perpustakaan lain biasanya hanya diijinkan untuk membaca bahan pustaka di

    ruang baca yang tersedia, termasuk pemanfaatan perlengkapan perpustakaan

    seperti proyektor, slide, video, tape, dll.

    3. Pertukaran data bibliografi

    untuk dapat saling mengetahui koleksi perpustakaan yang dimiliki oleh

    masing-masing anggota jaringan, kerja sama pertukaran data bibliografi

    merupakan suatu bentuk kerja sama yang banyak dilakukan akhir-akhir ini

    tak terkecuali Indonesia.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    8/15

    7 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    G. Kerja Sama Pengadaan

    Koleksi banyak tanpa ada pustakawan adalah hal mustahil perpustakaan

    tersebut akan berjalan, pustakawan tanpa koleksi itu berarti tidur panjangnya

    sebuah perpustakaan. Sebab tanpa koleksi tidak akan terjadi pelayanan bagi

    pemustaka. Masalah pengembangan koleksi bukan rahasia umum. Tidak

    tersedianya dana yang memadai untuk mengembangkan bahan pustaka sering kali

    terjadi. Dengan adanya masalah dana yang banyak dihadapi oleh perpustakaan,

    ada beberapa bentuk kerja sama yang dapat dilakukan untuk menambah koleksi

    seperti :

    a) Spesialisasi, tiap-tiap perpustakaan anggota dapat mengkhususkan diri dalam

    mengumpulkan koleksi bahan pustaka dalam bidang tertentu.

    b)

    Tukar menukar, kerja sama dapat dilakukan dengan saling memberikan

    terbitan lembaga yang bersangkutan.

    c) Perpustakaan menjalin kerja sama dengan perpustakaan-perpustakaan lain

    baik yang sejenis maupun tidak.

    d)

    Bahan pustaka yang dipertukarkan dapat berupa terbitan perpustakaan

    sendiri dan publikasi atau terbitan dari unit kerja induk.

    e) Pustakawan harus aktif dalam mencari unit kerja atau instansi mana yang

    dapat menghadiahkan bahan koleksinya kepada perpustakaan.

    f)

    Mencari tahu perpustakaan-perpustakaan mana yang akan melakukan

    penyiangan dan kemudian bisa dimanfaatkan, namun demikian perlu

    mempertimbangkan jenis koleksi yang sesuai dengan visi dan misi

    perpustakaan.

    g)

    Koleksi pribadi, cara ini memerlukan pendekatan pribadi sebab tidak semua

    kolektor buku akan melepas begitu saja bukunya untuk kepentingan

    perpustakaan.

    h) Hunting di pameran buku dan bursa buku bekas yang biasanya memberikan

    diskon besar-besaran, kesempatan ini bisa dimanfaankan sebaik-baiknya

    bagi pengelola perpustakaan untuk memborong buku.

    H. Kerja Sama Pengkatalogan MARC

    Usaha awal memberikan jasa pengatalogan terpusat dipelopori oleh

    Library of Congress di AS sertaBritish National Bibliographydi Inggris. Library

    of Congress bekerja sama dengan perpustakaan di Amerika Utara melancarkan

    proyek menguji keterlaksanaan sistem Machine Readable Catalogue (MARC)

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    9/15

    8 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    pada tahun 1966. Sistem tersebut mulai operasional pada tahun 1968, dengan

    format lebih luwes, mengalami perubahan serta mampu menangani cantuman

    bibliografis yang sulit, mampu memenuhi kebutuhan berbagai praktek lokal serta

    tuntutan perpustakaan setempat dan memungkinkan pertukaran berkas. Sistem

    tersebut dikenal dengan nama US MARC. Kini Library of Congress

    mengoordinasi sejumlah sistem berbasis MARC seperti MUMS (Multiple Use

    MARC System), APIF (Automated Process Information File), SCORPIO (Subject

    Content Oriented Retriever for Processing Information Online), COMARC (Co-

    operative MARC) serta CONSER (Conversion of Serials).

    MARC merupakan salah satu hasil sekaligus standar dalam automasi

    perpustakaan. Format LC MARC dapat mendistribusikan data pengatalogan ke

    berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat Negara-

    negara lain mengembangkan format MARC sesuai kepentingan masing-masing

    Negara seperti: UKMARC (Inggris), AUSMARC (Australia), CANMARC(

    Kanada), PHILLMARC (Filipina), MALMARC (Malaysia), INDOMARC

    (Indonesia).

    Berbagai definisi yang berkaitan dengan format MARC:

    1) Cantuman (Record) adalah kumpulan ruas yang berisi informasi mengenai

    karya yang telah di katalog.

    2)

    Ruas (field) terdiri dari satu atau lebih unsur data. Misalnya: ruas deskripsi

    fisik, ruas edisi. Panjang ruas dapat tetap atau tidak tetap.

    3)

    Unsur data (data element) adalah satuan informasi terkecil pada format untuk

    keperluan pemilihan informasi tertentu. Misalnya: tempat terbit, bahasa.

    4) Ruas tidak tetap (variable field) panjangnya bervariasi sesuai dengan karya

    yang dideskripsikan. Misalnya ruas publikasi dan distribusi biasanya berisi

    tempat terbit, penerbit dan tahun terbit.

    5) Terulangkan (repeatable) yaitu ruas yang berulang dengan kedudukan tiap

    unsure data adalah sama. Misalnya, Tajuk Subjek.

    6)

    Tengara (tag) adalah kode tiga digit yang mengidentifikasikan tiap ruas data

    bibliografi dalam suatu cantuman, misalnya tengara 260 selalu digunakan

    sebagai ruas publikasi dan distribusi.

    7)

    Subruas (subfield) adalah unsur data dalam ruas data tidak tetap. Tiap subruas

    diidentifikasikan berupa lambang karakter pembatas yaitu: dolar ($).

    Misalnya: $a tempat terbit; %b penerbit, $c tahun terbit.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    10/15

    9 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan MARC akan

    memberikan kemudahan dalam membangun kerja sama antar perpustakaan,

    dengan cara saling bertukar data bibliografis. Dengan kode ( tag) tertentu maka

    kode-kode tersebut akan dibaca oleh mesin, sehingga dengan kode ( tag) tersebut

    akan terbentuk format cantuman yang seragam. Cantuman tersebut akan

    bermanfaat ketika akan melakukan penelusuran informasi

    Format MARC terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama adalah

    bagian yang memberikan informasi tentang deskripsi data bibliografis, dan

    bagian kedua adalah bagian yang menyimpan data bibliografis tersebut. Data

    disimpan pada ruas data, dan setiap ruas diawali dengan tag atau tengara yang

    terdiri dari tiga angka dengan interval 000999 (Rowley, 1992).

    Untuk Indonesia kerja sama pengatalogan dilakukan diberbagai tempat,

    yang utama ialah upaya penyeragaman format katalog terbacakan mesin. Untuk

    keperluan itu Perpustakaan Nasional RI mengeluarkan INDOMARC. Indonesian

    Machine Readable Catalogue atau katalog terbacakan mesin terbitan Indonesia.

    Format INDOMARC merupakan implementasi International Standard Format

    ISO 2709 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi

    bibliografi melalui pita magnetik (magnetic tape) atau media yang terbacakan

    mesin (machine readible). Informasi bibliografi mencakup kepengarangan, judul,

    subjek, catatan data penerbitan dan deskripsi fisik.

    Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merencanakan INDOMARC

    untuk pencatatan bibliografi (katalogisasi) terbitan yang ditambahkan

    kekoleksinya. Keseluruhan cantuman ini menjadi dasar bagi terciptanya

    pangkalan data bibliografi nasional. Pangkalan data ini menjadi landasan jaringan

    perpustakaan untuk saling berbagi informasi. Diharapkan perustakaan memakai

    format INDOMARC untuk mengkatalog koleksinya dan kemudian

    menyumbangkan cantuman mereka kepada pangkalan data nasional. Pada

    INDOMARC, setiap kali melakukan pengatalogan maka data buku yang akan di

    katalog dimasukkan pada setiap ruas. Sehingga Perpustakaan Nasional akan

    memiliki daftar seluruh terbitan yang ada di Negara Indonesia. Dengan begitu

    dapat memudahkan perpustakaan untuk memberikan informasi kepada pembaca

    mengenai sumber informasi yang dibutuhkan.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    11/15

    10 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    I. Kerja Sama Penyusunan Katalog Induk

    Ciri khas catalog induk ialah semua entri pengarang disusun menurut

    abjad pengarang disertai dengan tanda lokasi perpustakaan pemilik buku yang

    bersangkutan. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam menyusun catalog induk

    ialah :

    a. Tujuan dan hubungannya dengan catalog induk yang telah ada

    b. Wilayah yang akan dicakup

    c.

    Bahan perpustakaan yang dicakup

    Bahan perpustakaan yang dicakup oleh catalog induk dapat dilihat dari

    berbagai segi sebagai berikut :

    1.

    Bentuk bahan perpustakaan

    2.

    Subjek

    3.

    Periode

    4. Bahasa

    5.

    Huruf

    6.

    Asal terbitan

    7. Penjajaran Entri

    Lazimnya catalog induk buku disusun menurut abjad pengarang sedangkan

    catalog induk majalah disusun menurut abjad judul majalah.

    8.

    Data bibliografi yang dimuat

    Lazimnya catalog induk yang memuat data bibliografi berupa pengarang,

    judul, edisi, keterangan penerbitan, dan lokasi perpustakaan pemilik.

    9. Penyusunan dan revisi

    Dalam melakukan revisi ada beberapa cara :

    Perpustakaan terbesar maupun perpustakaan coordinator mengedarkan

    daftar tambahan koleksi kemudian perpustakaan peserta

    menambahkannya. Setelah itu, perpustakaan coordinator akan

    menerbitkan edisi tambahan.

    Masing-masing perpustakaan peserta mengirimkan daftar tambahan

    koleksi ke perpustakaan anggota lainnya.

    Masing-masing perpustakaan peserta membuat daftar tambahan koleksi

    masing-masing kemudian mengirimkannya ke perpustakaan coordinator.

    10.

    Bentuk fisik

    Untuk keperluan catalog induk ada yang menggunakan kartu katalog

    berukuran 7,5 x 12,5 cm.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    12/15

    11 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    Keuntungan penggunaan kartu catalog adalah mudah ditata dan disiapkan,

    semua perpustakaan menggunakannya

    Kerugiannya ialah sering kali kartu katalog tidak cukup luas untuk

    memuat kode lokasi perpustakaan, lebih-lebih bila perpustakaan peserta program

    katalog induk jumlahnya ratusan.

    J. Kerja Sama Pengatalogan Terkomputerisasi

    Tujuan utamanya adalah membuat suatu sistem pengatalogan yang sesuai

    dengan pemanfaatan dan peruntukannya.

    Dampak pengatalogan terkomputerisasi :

    a)

    Setiap rekod dari katalog menjadi pusat bibliografi dari sistem manajemen

    perpustakaan. Katalog secara otomatis terpakai pada subsistem lain misal

    kontrol sirkulasi, dan akuisisi.

    b) Kemampuan pertukaran katalog antar perpustakaan memaksa setiap

    perpustakaan untuk memakai standar konvensional atau sama. Misalnya,

    AACR, DDC, LoC atau ISBD.

    c) Ketersediaan data bibliografis menjadi lebih beragam dan lengkap.

    d) Ruang perpustakaan dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk layanan

    pengguna dibandingkan untuk penyimpanan.

    e)

    Format katalog yang berbeda dapat dipilih untuk lokasi katalog yang

    berbeda.

    f) Prosedur pengatalogan menjadi lebih terstruktur

    g) Format katalog dapat tampil di layar komputer sesuai dengan keinginan

    pustakawan dan pemustaka.

    K. Kerja Sama Pertukaran Data Bibliografi

    Semakin berkembangnya teknologi informasi membuat perpustakaan dan

    pusat dokumentasi mengadakan kerja sama dalam pertukaran data bibliografi

    atau katalog dengan alat bantu komputer.

    a)

    Machine Readible Catalogue (MARC)

    Merupakan salah satu hasil sekaligus syarat dalam automasi

    perpustakaan. Yang dikembangkan oleh Library of Congress. Format LC

    MARC dapat mendistribusikan data pengatalogan ke berbagai

    perpustakaan di Amerika Serikat.Keberhasilan ini membuat negara-

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    13/15

    12 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    negara lain mengembangkan format MARC bagi kepentingan masing-

    masing, seperti INDOMARC yang digunakan di Indonesia.

    b) Dublin Core

    Format metadata yang dapat mempermudah proses resource discovery

    dari web resources.

    c)

    Dublin Core Metadata Element Set (DCMES)

    Salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource

    description and discovery. Karena MARC dianggap terlalu sulit dan

    kurang bisa digunakan untuk untukweb resource.

    L. Kerja Sama Penyimpanan Bahan Pustaka

    Tujuan kerjasama ini ialah meningkatkan dan memperluas sumber

    koleksi yang telah ada dengan biaya sekecil mungkin. Tujuan ini tersirat dalam

    kerjasama pengadaan dan penyimpanan. Dalam hal spesialisasi subjek, alasan

    penyimpanan koleksi untuk membentuk koleksi yang komprehensif serta

    sekaligus menghindari penyiangan saliran (copy) terakhir membutuhkan integrasi

    dengan cara pertukaran bahan pustaka. Cara pertukaran maupun redistribusi

    dapat digunakan sebagai cara untuk menambah koleksi perpustakaan dengan 2

    cara. Cara pertama ialah pertukaran publikasi badan induk dengan badan lain

    yang bergerak dalam bidang yang sama tanpa perlu membeli dan juga untuk

    memperoleh publikasi yang tidak dijual untuk untuk umum atau untuk

    memperoleh bahan pustaka yangsulit dilacak atau sulit dibeli melalui toko buku.

    Yang paling akhir disebut ini terutama terjadi dengan karya yang sangat khusus

    dan buku terbitan luar negeri.

    Pertukaran dengan pihak luar negeri dapat dilakukan secara langsung

    ataupun melalui perpustakaan nasional. Pertukaran biasanya dilakukan

    berdasarkan prinsip satu lawan satu, artinya satu terbitan ditukar dengan terbitan

    lain dengan tidak memandang tebal tipisnya terbitan. Pertukaran terbitan banyak

    dilakukan dengan perpustakaan dari negara berkembang atau negara blok

    sosialis; umumnya buku terbitan kedua kawasan itu sulit diperoleh di pasaran

    terbuka. Cara kedua perpustakaan dapat menambah koleksinya ialah dengan cara

    menukar atau mendistribusi kembali buku-buku yang sudah tidak dicetak lagi

    atau buku yang tidak lagi diperlukan oleh perpustakaan lain. Cara tersebut

    membantu memecahkan masalah penyiangan buku dan penyimpanan buku yang

    dihadapi banyak perpustakaan. Hanya saja mungkin ada peraturan yang melarang

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    14/15

    13 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    penyiangan buku maupun pertukaran terbitan dengan lembaga lain. Terbitan

    seperti Unesco journal on information science, librarianship and archives studies

    biasanya memuat daftar terbitan yang dapat ditukarkan bahkan juga senarai

    terbitan yang dapat diminta secara cuma-cuma.

    M. Kerjasama Penyimpanan Buku Yang Kurang Digunakan (Less Used Books).

    Pengertian buku yang jarang digunakan ialah buku yang tidak dipinjam

    selama 1 tahun terakhir. Pengertian tersbeut tidak mutlak karena ada yang

    melihatnya lebih lama, misalnya 2 tahun terakhir. Kerjasama penyimpanan ini

    didasarkan atas pertimbangan bahwa penyimpanan buku yang kurang

    digunakan dapat dibenarkan, tersedia buku yang dapat dipinjamkan untuk

    keperluan mendatang serta memungkinkan pengembangan koleksi yang

    komprehensif atas dasar basis nasional. Kerjasama simpan ini seringkali

    terpisah dari kerjasama pengadaan. Cara pelaksanaan kerjasama penyimpanan

    ini dapat dilakukan dengan membagi-bagi koleksi yang kurang digunakan

    menurut abjad, kemudian dibagi-bagikan ke perpustakaan peserta. Misalnya

    perpustakaan 1 menyimpan buku pengarang A-F, perpustakaan 2 menyimpan

    buku karangan pengarang berabjad G-J dan seterusnya. Dengan demikian

    perpustakaan 1 menerima buku yang kurang digunakan yang ditulis oleh

    pengarang A s.d. F yang mungkin diterima dari perpustakaan lain.

    N. Penutup

    Kerja sama perpustakaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

    informasi untuk para pemustaka, karena perpustakaan tidak akan mampu

    memenuhi semua kebutuhan pemustakanya dengan kemampuannya sendiri.

    Perpustakaan perlu bekerja sama dimulai dari kerja sama pengadaan,

    pengolahan, penyimpanan dan pelayanan bahan pustaka. Kerja sama antar

    perpustakaan semakin dimudahkan dengan berkembangnya teknologi informasi.

    Sehingga kerjasama perpustakaan bisa melalui kerja sama pengatalogan

    terkomputerisasi.

  • 7/25/2019 Bentuk Kerjasama Antar Perpustakaan

    15/15

    14 | A r t i k e l I l m i a h P e r p u s t a k a a n

    Daftar Pustaka

    Ishak, S.S, M.hum. 2008. Kerjasama Antar Jaringan Perpustakaan,

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1822/1/10E00536.pdf,13 Desember

    2013.

    Purwono. 2010. Kerja Sama Dan Jaringan Perpustakaan. Jakarta:

    Universitas Terbuka.

    Siregar, A. Ridwan. Kerjasama dan Sistem Jaringan Perpustakaan Umum.

    Pustaka: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol. 1, No. 2, Desember 2005.

    Sulistyo-Basuki.Kerjasama dan Jaringan Perpustakaan. Jakarta: Universitas

    Terbuka, 1996.

    Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Penerbit PT.

    Gramedia Pustaka Utama.

    Indro B. Soebagio (1996). Peranan Jaringan Data Komunikasi Dalam

    Jaringan Perpustakaan. Jakarta : Perpusnas RI. Ipon S. Purawijaya (1996). Pengantar

    Jaringan Informasi. Jakarta : Perpusnas RI.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1822/1/10E00536.pdf,13http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1822/1/10E00536.pdf,13http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1822/1/10E00536.pdf,13http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1822/1/10E00536.pdf,13