biomet_kamispagi_kelompok3 dr.ir. budi kuncahyo,ms
TRANSCRIPT
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 1/21
TUGAS BIOMETRIKA HUTAN
MODEL SIMPANAN KARBON PADA HUTAN DAN MEBEL JATI
DI JEPARA
KELOMPOK 3
1. Sela Eka MI E14120034
2. Dwi Sri Astuti E14120035
3. Satria Kurnia E14120036
4. Alif Rizki Agung S E14120037
5. Sigit Eko S E14120041
6. Recha Hajiah S E14120042
Dosen :
Dr.Ir. Budi Kuncahyo, MS
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 2/21
PENDAHULUAN
Latar BelakangKegiatan pengelolaan hutan tidak boleh hanya berlandaskan pada kelestarian
hasil saja, namun juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Hutan sebagai
salah satu komponen penting dalam menjaga kestabilan ekosistem di bumi berperansebagai penghasil emisi maupun penyerap emisi karbondioksida (CO2). Fungsi hutan
sangat penting dalam mitigasi terhadap perubahan iklim karena kemampuannya
dalam mengurangi akumulasi CO2 di atmosfer. Hutan yang merupakan hamparanvegetasi raksasa berperan sebagai paru-paru, yang selama proses fotosintesis
menyerap CO2, mengeluarkan oksigen (O2) dan sekaligus menimbun karbon (C)
dalam bentuk bahan organik (Soemarwoto 1991). Berkurangnya konsentrasi CO2 diudara dapat mengurangi efek pemanasan global yang sangat merugikan manusia.
Pemanasan Global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur
global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca yang disebabkan oleh
meningkatnya emisi gas-gas seperti CFC, CO2, dan N2O. Untuk memahami emisikarbon dioksida yang penting bagi gas rumah kaca perlu memahami siklus karbon.
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara
biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi Karbon tersimpan dalam bentuk
molekul karbondioksida (C2) dan oksigen dalam betuk molekul oksigen yaitu O2.Karbon diikiat oleh tanaman dalam proses fotosintesis dan dihasilkan bahan organik.
Bila bahan ini dioksidasikan akan menghasilkan kembali karbondioksida.
Pohon dalam hutan akan menyerap karbon yang ada di udara selama prosesfotosintesis namun ketika pohon tersebut ditebang tidak semua karbon akan terlepas
secara langsung ke udara. Kandungan karbon pada pohon yang telah ditebang masih
tersimpan dalam produk kayu sebagai manfaat nilai ekonomi hutan. Keefektifan
karbon yang tersimpan dalam produk kayu sangat tergantung pada cara penggunaannya sepanjang umur proyek. Produk kayu seperti mebel kayu jati untuk
produk jangka menengah dan panjang menjadi tambahan persediaan karbon.
Model adalah adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskansuatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau
idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra
(gambar, komputerisasi,grafis dll), atau rumusan matematis. Sedangkan Sistem
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersamauntuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Prinsip pemodelan sistem
tidak terlalu menitik beratkan kepada bentuk model apa untuk merancang sebuah
sitem, bentuk model ini bebas, bisa menggunakan bentuk apa saja, sesuai dengankeinginan kita, contohnya bisa berupa narasi, prototype, maupun gambar, yang
terpenting adalah harus mampu merepresentasikan visualisasi bentuk sistem yang
diinginkan oleh user, karena sistem akhir yagn dibuat bagi user akan diturunkan dari
hasil model tersebut. Software yang dapat digunakan dalam membuat sebuah pemodelan adalah software stella 9.0.2. Stella dapat digunakan untuk membuat suatu
model dari suatu peristiwa serta meramalkan perkiraan kondisi di massa yang akan
datang.
Rumusan MasalahPohon dalam hutan akan menyerap karbon yang ada di udara selama proses
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 3/21
fotosintesis namun ketika pohon tersebut ditebang tidak semua karbon akan terlepassecara langsung ke udara. Kandungan karbon pada pohon yang telah ditebang masih
tersimpan dalam produk kayu sebagai manfaat nilai ekonomi hutan. Lama waktu
karbon tersebut tersimpan tergantung dari masa pakai produk dan tingkat keawetan
kayu yang digunakan. Melalui pemodelan simulasi, maka akan dapat memprediksitingkat simpanan karbon yang ada pada suatu tegakan.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah menyusun dan membuat model pendugaan simpanan karbon pada suatu tegakan jati.
Manfaat
Model simulasi yang telah dibuat ini diharapkan dapat memberikan informasimengenai volume pemanfaatan kayu jati beserta kandungan karbon yang tersimpan.
HipotesisModel simulasi simpanan karbon ini merupakan model simulasi
penyimpanan karbon pada tegakan jati yang diduga dapat memberikan informasimengenai volume pemanfaatan kayu jati beserta kandungan karbon yang
tersimpan.
TINJAUAN PUSTAKATanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini
mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn.f. Secara historis, nama tectona
berasal dari bahasa Portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitastinggi. Di negara asalnya, tanaman jati dikenal dengan banyak nama daerah, seperti
ching-jagu (di wilayah Asam); saigun, segub (Bengali); tekku (Bombay) (Sumarna
2001). Penggunaan kayu jati lebih terfokus kepada pemanfaatan yang menonjolkan
nilai estetika. Menariknya penampilan kayu jati karena warna kayu teras dan kayugubalnya yang bervariasi, dari cokelat muda, cokelat kelabu, sampai cokelat merah
tua atau merah cokelat. Kadang-kadang diselingi warna putih kekuningan dengan
lingkaran tumbuh tampak jelas, baik pada bidang transversal maupun radial, sehinggamenimbulkan ornament yang indah.
Menurut Whitmore (1985) umumnya karbon menyusun 45 – 50% berat kering
dari pertumbuhan. Sejak reaksi lain karbondioksida meningkat secara global di
atmosfer, diketahui sebagai masalah lingkungan, berbagai ekolog tertarik untukmenghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Hutan tropika mengandung
biomassa dalam jumlah besar dan oleh karena itu hutan tropika dapat menyediakan
simpanan penting karbon. Kegiatan deforestasi menghasilkan emisi tahunan yangtinggi dan memberikan kontribusi yang besar terhadap efek rumah kaca. Emisi gas
terbesar yang dihasilkan kegiatan deforestasi adalah CO2. Karbon tersimpan dalam
bahan yang sudah mati seperti serasah, batang pohon yang jatuhke permukaan tanah,
dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore 1985).Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara
dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Laju
pengikatan biomassa disebut produktivitas primer bruto. Hal ini tergantung pada luasdaun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu dan ciri – ciri jenis
tumbuhan masing – masing. Sisa dari hasil respirasi yang dilakukan tumbuhan disebut
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 4/21
produksi primer bersih. Lebih lanjut disebutkan bahwa jumlah biomassa di dalamhutan adalah hasil dari perbedaan antara produksi melalui fotosintesis dengan
konsumsi melalui respirasi dan proses penebangan (Whitten et al. 1984).
Menurut Purnomo (2005) untuk pemodelan yang lebih fleksibel dan
multiguna, maka pemodelan dilakukan dengan fase-fase berikut ini:1. Identivikasi isu, tujuan dan batasan
2. Konseptualisasi model
3. Spesifikasi model4. Evaluasi model
5. Penggunaan model
METODOLOGI
Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum Biometrika Hutan dilaksanakan di RK X 3.02, pada hari Kamis
pukul 07.00 – 10.00 WIB.
Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data sekunder berupa
contoh skripsi tentang pemodelan biometrika hutan. Alat yang digunakan dalam
praktikum berupa alat tulis dan software STELLA 9.02.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pemodelan
sistem yang merupakan bagian dari pendekatan sistem. Pendekatan ini dilakukanuntuk menghadapi permasalahan yang kompleks dan tidak mungkin diselesaikan
dengan pendekatan analitis. Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang
memanfaatkan persamaan-persamaan deduktif untuk menggambarkan keseluruhan
sistem dan dinamikanya. Pembuatan model dan analisis data dilakukan denganmembuat : Identifikasi isu, tujuan dan batasan; Konseptualisasi model; Spesifikasi
model; Evaluasi model dan Penggunaan model
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Hutan mempunyai peran penting dalam menyerap CO2 yang digunakandalam proses fotosintesis untuk menghasilkan O2 dan sebagian besar energi tersebut
berada dalam bentuk biomassa. Di permukaan bumi kurang lebih terdapat 90%
biomassa yang terdapat dalam hutan berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dansampah hutan (serasah), hewan dan jasad renik. Siklus karbon merupakan penyerapan
dan emisi karbon yang hasil akhirnya berupa akumulasi atau stok karbon didalam
hutan. Siklus karbon dipengaruhi oleh beberapa kondisi atau faktor yaitu kondisi
vegetasi (jenis vegetasi dan umur tanaman), kondisi tempat tumbuh dan lingkungan(faktor edafis, suhu, kelembaban, curah hujan), serta kondisi pengelolaan dan
gangguan (Bahruni 2010).
Hutan yang dikelola untuk tujuan simpanan karbon berperan dalam waktuterbatas, karena pada saat kondisi hutan klimaks atau telah mencapai daur,
kemampuan hutan tersebut dalam menyerap karbon cenderung stabil dibandingkan
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 5/21
pada tegakan muda. Pada saat terjadi kegiatan penebangan, tidak semua karbondilepaskan ke atmosfir dalam bentuk CO2. Emisi di hutan dapat terjadi jika ada
kegiatan pembakaran dan pelapukan kayu ataupun pelapukan serasah hutan. Karbon
pada pohon masih tersimpan pada kayu hasil tebangan. Jangka waktu simpanan
karbon pada kayu hasil tebangan tergantung pada lama waktu kayu tersebut dapat bertahan sampai akhirnya melapuk dan teremisi ke udara.
Pada penelitian ini karbon yang di hitung adalah karbon pada pohon jati dan
produk lanjutan berupa mebel jati yang diproduksi di Kabupaten Jepara. Bahan bakumebel jati yang digunakan berasal dari pohon jati berumur muda dan diproduksi di
industri mebel pada skala kecil. Hutan jati milik pemerintah di Kabupaten Jepara
dikelola oleh Perum Perhutani Wilayah Pati Utara Kabupaten Jepara dengan totalluas kawasan hutan yang dikelola seluas 14.006,50 ha meliputi 1.390,33 ha hutan
produksi terbatas, 9.949,90 ha hutan produksi serta 2.342 ha hutan lindung.
Mengingat lahannya yang cukup luas, hutan jati dipandang memiliki fungsi-fungsi
non-ekonomis dan ekonomis yang penting. Sebagai fungsi non-ekonomis, hutan jatidapat berfungsi sebagai penyimpan biomassa hutan yang terdapat pada batang, daun
maupun serasah. Dilihat dari fungsi ekonomi, tanaman jati dijadikan sebagai bahan
baku industri mebel.
Berdasarkan Yovi et al. 2009 , alur pembuatan mebel dapat dilihat padaGambar 1. (Terlampir)
Tujuan makalah ini adalah membuat model simpanan karbon pada mebel
mulai dari hutan hingga produk akhir berupa produk jadi. Diharapkan dengan adanyamodel tersebut dapat diketahui gambaran mengenai jumlah karbon yang hilang
selama proses produksi .
Konseptualisasi
Simpanan karbon dalam hutan dipengaruhi oleh karbon tegakan intisedangkan pengurangan simpanan karbon disebabkan karena perubahan hutan atau
stok tegakan. Proses pemanenan dan penjarangan mempengaruhi stok tegakan
tersebut. Hasil berupa kayu log yang dimanfaatkan sebagai bahan baku industri mebel juga menyimpan karbon dalam bentuk biomassa mati. Selama proses pembuatan
mebel dari log, papan hingga produk akhir terjadi pelepasan karbon yang berasal dari
limbah bahan baku. Dari informasi tersebut, maka model konseptual yang
dikembangkan dapat disajikan melalui Gambar 2. (Terlampir)Model konseptual yang dikembangkan dideskripsikan melalui aliran dan stok.
Model yang dibuat untuk menggambarkan siklus karbon pada mebel terdiri dari
submodel dinamika pertumbuhan jati, submodel pendugaan volume tegakan jati,submodel pendugaan biomassa tegakan jati, submodel industri mebel, dan submodel
karbon mebel. Submodel dinamika pertumbuhan jati menggambarkan pertumbuhan
pohon jati yang dipengaruhi oleh penanaman dan panen. Submodel pendugaan
volume tegakan jati menggambarkan faktor yang mempengaruhi volume pohon jatisebagai bahan baku pembuatan mebel. Submodel pendugaan karbon tegakan jati
menggambarkan jumlah kandungan karbon pada tegakan jati. Submodel industri
mebel menggambarkan proses pembuatan mebel hingga produk akhir. Submodelkarbon mebel menggambarkan jumlah kandungan karbon mulai dari log hingga
produk akhir.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 6/21
Hutan jati di 2 lokasi yaitu hutan rakyat dan hutan jati milik Perhutanidipengaruhi oleh tahun tanam pohon jati. Tahun tanam tersebut akan berpengaruh
terhadap besar diameter dan tinggi pohon jati pada masing-masing lokasi. Hutan jati
dengan tahun tanam yang lama akan mempunyai diameter serta tinggi pohon yang
besar. Diameter dan tinggi pohon ini akan menentukan jumlah kandungan biomassa pada pohon jati dalam suatu areal hutan yang akan berpengaruh pada kandungan
karbon karena hampir 50% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun
atas unsur karbon (Brown 1997). Karbon pada papan dipengaruhi oleh rendemen papan yang dihasilkan. Cacat pada log akan mengurangi jumlah rendemen papan,
sedangkan diameter dan panjang log serta jenis alat gergaji yang digunakan akan
meningkatkan jumlah rendemen papan. Semakin besar diameter dan panjang logyang dipakai didukung dengan alat gergaji yang modern maka rendemen papan juga
semakin besar yang akan berpengaruh positif terhadap biomassa papan. Hubungan
antara biomassa papan dengan stok karbon pada papan bersifat positif.
Pada proses pembuatan mebel, keahlian pengrajin dan alat yang digunakan dalam pembuatan mebel serta jenis produk yang dihasilkan akan berpengaruh positif
terhadap rendemen mebel. Semakin besar rendemen mebel yang dihasilkan
kandungan biomassa dan simpanan karbon juga semakin besar karena saling
berhubungan positif. Hubungan negatif ditunjukkan pada hubungan antaradekomposisi dengan masa pakai mebel serta kualitas kayu. Semakin baik kualitas
kayu maka masa pakai akan semakin lama dan proses terjadinya dekomposisi akan
semakin lama.
Spesifikasi ModelPemodelan siklus karbon pada mebel di Jepara menggunakan software
STELLA 9.0.2 terdiri dari beberapa submodel, antara lain:
1. Model Dinamika Pertumbuhan JatiSubmodel dinamika pertumbuhan jati menggambarkan pertumbuhan pohon jati di
hutan rakyat dan hutan jati milik Perhutani di daerah Jepara. Submodel ini terdiri dari
state variable populasi jati yang mengalami penambahan dengan adanya penanamanserta dipengaruhi oleh daur dan mengalami pengurangan jumlah pohon oleh
penjarangan dan pemanenan. Pada model ini disimulasikan luas hutan yaitu 1 ha
dengan jarak tanam 3 x 3 m dan daur 60 tahun. Submodel dinamika pertumbuhan jati
dapat dilihat pada Gambar 3. (Terlampir)
2. Pendugaan Volume Tegakan JatiSubmodel ini menggambarkan faktor yang mempengaruhi volume pohon jati sebagai
bahan baku pembuatan mebel. Pendugaan volume tegakan jati dipengaruhi oleh populasi jati per ha dan volume pohon jati per pohon. Populasi jati yang dimaksud
yaitu jumlah pohon tiap ha, sehingga semakin banyak jumlah pohon per ha maka
volume tegakan jati yang akan dijadikan bahan baku mebel juga semakin besar.
Submodel pendugaan volume tegakan jati seperti ditunjukkan pada Gambar 4. (Terlampir)
3. Pendugaan Biomassa Tegakan Jati
Submodel ini menggambarkan jumlah kandungan biomassa dalam tegakan jati baikdi hutan rakyat maupun hutan jati milik perhutani yang dipengaruhi oleh diameter
pohon jati. Pendugaan biomassa tegakan jati menggunakan persamaan allometrik
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 7/21
untuk jati berdasarkan Purwanto & Shiba (2006). Biomassa total dalam suatu arealhutan merupakan perkalian antara biomassa satu pohon dengan populasi dalam luasan
areal 1 ha.Untuk menduga jumlah kandungan karbon dalam tegakan digunakan faktor
konversi 0,5 (Brown 1997). Submodel pendugaan biomassa tegakan jati dapat dilihat
pada Gambar 5. (Terlampir) 4. Industri MebelSubmodel industri mebel menggambarkan aktifitas yang dilakukan industri
pengolahan hasil hutan kayu mulai dari proses penggergajian sampai menghasilkan produk akhir berupa mebel. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan produk
mebel yang berasal dari kayu jati maka kebutuhan akan kayu jati juga semakin
rneningkat. Kebutuhan bahan baku untuk pembuatan mebel dapat dipenuhi darivolume kayu penjarangan ataupun volume pemanenan. Bahan baku masuk ke
tempat penggergajian kayu dalam bentuk kayu log. Volume log yang dijadikan
contoh dalam penelitian ini adalah 1 m3 untuk setiap produk mebel. Volume log
untuk mebel didapatkan dari pembagian alokasi pohon jati yang digunakan untukmebel dengan volume log per 1 m3 . Kayu log tersebut diolah menjadi bentuk papan
dengan tebal sesuai dengan kebutuhan mebel. Dalam proses perubahan bentuk dari
kayu log menjadi bentuk papan terjadi pengurangan volume kayu yang akan menjadi
limbah. Jumlah volume limbah yang terbuang tergantung pada kualitas kayu serta adatidaknya cacat pada
kayu. Rendemen papan ke mebel dihasilkan dari perkalian antara volume papan yang
diperlukan dalam proses produksi dengan rendemen mebel. Setiap proses produksidari log menjadi papan ataupun papan menjadi komponen mebel menghasilkan
limbah yang akan mempengaruhi jumlah mebel yang dihasilkan.
Submodel industri mebel dapat dilihat pada Gambar 6. (Terlampir)
Submodel karbon mebel menggambarkan jumlah kandungan karbon mulaidari log hingga produk akhir. Untuk mengetahui jumlah kandungan karbon pada
mebel, diperlukan perhitungan biomassa mebel terlebih dahulu karena biomassa
50%-nya tersusun oleh karbon (Brown 1997) sehingga perhitungan karbonmerupakan konversi dari perhitungan biomassa dengan mengalikannya dengan faktor
konversi (0,5). Perhitungan biomassa didapatkan dari perhitungan volume komponen
mebel dikalikan dengan berat jenis jati sebesar 0,59 gr/cm3 (hasil uji laboratorium).
Pada submodel karbon mebel juga diberikan gambaran mengenai kandungan karbon pada log dan papan yang digunakan sebagai bahan baku mebel serta limbah yang
dihasilkan selama proses produksi dimana perhitungan jumlah kandungan karbonnya
sama dengan perhitungan jumlah kandungan karbon pada mebel. Gambaransubmodel karbon mebel dapat dilihat pada Gambar 7. (Terlampir)
Karbon yang tersimpan pada mebel dalam jangka waktu tertentu akan
mengalami pengurangan. Pengurangan jumlah karbon tersebut tergantung dari masa
pakai dan perlakukan terhadap mebel. Mebel yang digunakan di luar ruangan akan berbeda masa pakai dan ketahanannya dibandingkan dengan mebel yang digunakan
di dalam ruangan. Berdasarkan wawancara dengan pengrajin mebel dan konsumen,
bangku kebun memiliki masa pakai 25 tahun sedangkan kursi set umumnya memilikimasa pakai 10 tahun.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 8/21
Evaluasi Model
Mengevaluasi Kewajaran Model dan Kelogisan ModelDalam kaitannya dengan mitigasi perubahan iklim, hutan yang mampu
berperan baik adalah hutan yang mempunyai kondisi baik serta menyerap dan
menyimpan karbon dalam waktu lama. Pengelolaan hutan yang hanya ditujukanuntuk penyerapan karbon akan berdampak pada ketersediaan bahan baku mebel dan
berakibat menurunnya tingkat perekonomian para pengrajin mebel. Oleh karena itu
dibutuhkan pengelolaan hutan secara lestari yang mampu menjamin keberlanjutan penyediaan hasil hutan yang berkaitan dengan penyerapan karbon dalam waktu
panjang dan mampu menyeimbangkan aspek ekonomi dengan aspek lingkungan.
Pada grafik dibawah ini dapat dilihat jumlah karbon yang disimpan dalam bentuktegakan dengan jumlah karbon yang tersimpan dalam bentuk produk kayu. Gambar 8
(Terlampir).
Karbon pada hutan jati yang dikelola dengan masa daur 60 tahun, jumlahnya
semakin meningkat dengan bertambahnya umur, hal ini dikarenakan diameter pohon jati yang semakin bertambah setiap tahunnya. Dengan daur dan umur yang sama,
apabila pohon jati dirubah bentuknya menjadi mebel tanpa memperhitungkan faktor
pelapukan, awal tahun jumlah karbon pada mebel lebih sedikit dibandingkan dengan
karbon pada tegakan. Hal ini dikarenakan pada pohon jati yang masih muda proporsikayu teras yang menjadi bahan baku pembuatan mebel jumlahnya masih sedikit dan
banyak yang menjadi limbah, sedangkan pada kayu jati dengan umur masak akan
mempunyai jumlah karbon yang besar dikarenakan sebagian besar kayu teras dapatdimanfaaatkan sebagai mebel. Sehingga model dapat dikatakan logis dan wajar.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam evaluasi model penyimpanan karbon pada mebel
bertujuan untuk menentukan tingkat respon atau sensitivitas perilaku model yangdibangun apabila dilakukan perubahan komponen-komponen utama penyusun model
atau dengan kata lain analisis sensitivitas dilakukan untuk mempelajari apakah pola
umum perilaku dari model dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam parameteryang tidak pasti (Ford, 1999). Analisis sensitivitas pada model penyimpanan karbon
pada mebel dilakukan dengan perubahan terhadap persentase alokasi kayu jati yang
digunakan sebagai bahan baku ketigasample mebel. Pada analisis sensitivitas,
persentase alokasi kayu jati yaitu 30%, 50%, 80%. Gambar analisis sensitifitas dapatdilihat pada gambar 9. (Terlampir)
Persentase alokasi jati dipengaruhi oleh jumlah pohon yang dihasilkan pada
saat pemanenan dan penjarangan. Penerapan sistem pemanenan yang baik dan pengaruh tempat tumbuh seperti kondisi tanah, cuaca atau iklim setempat akan
menambah persentase jumlah pohon yang akan dijadikan bahan baku dikarenakan
kualitas pohon yang baik. Sebaliknya cacat pada pohon serta cacat pada proses
pemanenan akan mengurangi persentase bahan baku. Pada persen alokasi jati 80%, jati ditanam dengan kondisi tanah yang mengandung Ca dan P cukup serta penerapan
teknologi pemanenan akan dihasilkan jumlah pohon yang banyak dengan kualitas
pohon yang baik untuk dijadikan mebel. Pada persentase alokasi jati 30%, kondisilingkungan tempat tumbuh jati kurang baik, tanah berbatu dan kekurangan air
sehingga persentase pohon jati dengan kualitas baik sebagai bahan baku mebel
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 9/21
menjadi berkurang. Hal ini berdampak, semakin sedikitnya karbon yang dapatdikonservasi pada mebel.
Penggunaan Model
Penggunaan model berfungsi untuk menerapkan model dalam skenario-skenario
dalam rangka memberikan jawaban mengenai tujuan penelitian. Pembuatan skenario bertujuan untuk mengetahui jangka waktu penyerapan karbon pada mebel dengan
skenario yang diterapkan. Skenario yang dibangun terbagi menjadi dua skenario
sebagai berikut:1) Skenario Daur
Skenario daur ini disimulasikan untuk mengetahui pengaruh daur terhadap
jumlah karbon yang tersimpan pada tegakan dan mebel. Dalam skenario ini daurdisimulasikan menjadi 20 tahun dan 80 tahun. Merujuk kepada rata-rata diameter
yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan mebel pada penelitian ini yaitu 23 cm,
diasumsikan log tersebut mempunyai daur 20 tahun.
Stok karbon pada tegakan jati dengan daur 20 tahun dan 80 tahunmenunjukkan hasil yang berbeda (Gambar 10 Terlampir). Grafik simpanan karbon
dipengaruhi oleh pertumbuhan diameter dan tinggi pohon jati setiap tahun.
Peningkatan besar diameter dan tinggi pohon pada daur 20 dan 80 tahun tidak
menunjukkan bentuk sigmoid, dikarenakan pohon jati tersebut masih memiliki ruanguntuk terus tumbuh dan didukung oleh kondisi geografis yang baik. Sehingga sampai
umur 80 tahun pertumbuhan diameter dan tinggi pohon terus bertambah, hal ini juga
berdampak pada peningkatan jumlah karbon setiap tahunnya. Dengan menggunakanskenario daur berdasarkan persamaan allometrik Purwanto dan Shiba (2005), kita
juga dapat mensimulasikan jumlah simpanan karbon pada tegakan jati dan mebel
dalam jangka waktu 20 tahun dan 80 tahun.
Pada skenario daur 20 tahun, simpanan karbon pada tegakan jati sebesar 12,59ton C/ha. Simpanan karbon dengan daur 80 tahun adalah 144,2 ton/ha. Perbedaan ini
disebabkan karena pada daur 20 tahun telah terjadi empat kali pemanenan dalam
kurun waktu 80 tahun, sehingga mengurangi jumlah stok di hutan. Sedangkan padadaur 80 tahun, simpanan karbon dipertahankan lebih lama di hutan. Apabila
diasumsikan 60% dari jumlah simpanan karbon di hutan digunakan sebagai bahan
baku mebel, maka pada daur 20 tahun mampu menyimpan 7,554 ton C dan 30,216
ton C selama satu daur 80 tahun. Sebaliknya dengan daur 80 tahun, simpanan karbon pada mebel mencapai 86,52 ton C. Hasil simulasi daur 20 tahun dan 80 tahun
terhadap simpanan karbon pada tegakan dan mebel menunjukkan bahwa semakin
lama umur daur yang diterapkan maka semakin besar pula karbon yang dapat terserapdi tegakan dan tersimpan dalam mebel. Dilihat dari kecenderungan dalam memilih,
masyarakat lebih menyukai untuk mempertahankan mebel dengan daur yang lebih
besar dibandingkan dengan mebel yang dihasilkan dari pohon jati dengan daur yang
kecil, hal ini dikarenakan mebel dengan daur yang lama akan mempunyai keawetanyang lebih lama dan mempunyai tekstur kayu yang lebih indah.
2) Skenario Limbah
Pada setiap perubahan bentuk dari log hingga mebel terdapat volume limbahyang terbuang, skenario ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 10/21
limbah terhadap stok karbon pada mebel. Persentase limbah dirubah menjadi 20%dan 60% (Gambar 11). (Terlampir)
Besar kecilnya rendemen kayu tergantung dengan kualitas kayu (umur, cacat),
alat atau mesin pengolah (gergaji) yang digunakan. Alat yang digunakan untuk
pengolahan bahan baku di industri kecil atau rumah tangga masih bersifat tradisional.Pada pengelolaan dengan cara tradisional, rendemen yang didapat cenderung kecil
dan limbah yang dihasilkan besar, hal ini ditunjukkan dengan skenario limbah 60%.
Untuk meningkatkan rendemen kayu olahan dan memudahkan pekerjaan sertameminimalisir jumlah limbah, perlu adanya modernisasi alat ataupun mesin
pemotong. Pada skenario limbah 20%, kualitas mesin pemotong yang baik akan
memberikan sisa pengolahan yang rendah. Semakin kecil sisa pengolahan ataulimbah yang dihasilkan maka rendemen kayu akan semakin besar sehingga stok
karbon yang tersimpan juga akan semakin besar.
KESIMPULANModel pendugaan simpanan karbon pada menel jati mulai dari hutan sampai
produk akhir menggunakan 5 sub model yaitu submodel dinamika pertumbuhan jati,
submodel pendugaan volume tegakan jati, sumodel pendugaan biomassa tegakan jati,sumodel industry mebel dan submodel karbon mebel. Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa model bersifat logis dan dapat diterapkan. Semakin lama umur daur yang
diterapkan dan penurunan limbah yang besar, maka karbon yang mampu diseraptegakan dan tersimpan pada mebel semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Bahruni.2010. Neraca atau siklus karbon di dalam hutan.Di dalam: Seminar DampakPerubahan Peruntukan dan Fungsi kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP
terhadap Neraca karbon dalam Hutan; Jakarta, 5 Juli 2010. Bogor: Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan. hlm 22-42.Brown S.1997.Estimates Biomass And Biomass Change of Tropical Forest, USA :
FAO Forestry Paper no.134
Ford A. 1999. Modelling The Environment : An Introduction to System Dynamic
Models Environmental Systems. Islan Press. Washington DC.Purnomo H. 2005. Teori Sistem Komples, Pemodelan dan Simulasi. Bahan Bacaan
Mata Ajaran Analisis Sistem. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB
Purwanto RH, Shiba M. 2005. Allometric equations for estimating above ground biomass and leaf area of planted teak (Tectona grandis) forest underagroforestry
management in East Java Indonesia. Forest Research Kyoto 76:1-8.
Sumarna Y. 2001. Bududaya Jati. Jakarta(ID): PT Penebar Swadaya.
Whitten AJ, Damanik J, Anwar, Hisyam N. 1984. The Ecological of Sumatera. GajahMada University Press. Yogyakarta.
Yovi EY, Bahruni, Nurrochmat DR. 2009. Sources of Timber and Constraints to the
Timber Acquisition of Jepara’s Small-Scale Furniture Industries. JMHT VolXV (1): 32-40.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 11/21
LAMPIRAN
Gambar Model
Gambar 1 Distribusi kayu untuk industri mebel skala kecil di Jepara.
Gambar 2 Konseptualisasi model yang dikembangkan.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 12/21
Gambar 3. Submodel dinamika pertumbuhan jati.
Gambar 4. Submodel pendugaan volume tegakan jati.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 13/21
Gambar 5. Submodel pendugaan biomassa tegakan jati.
Gambar 6. Submodel industri mebel.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 14/21
Gambar 7. Submodel karbon mebel.
Gambar 8. Perbandingan karbon pada tegakan dan karbon pada mebel.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 15/21
Gambar 9. Mebel berdasarkan persentase alokasi kayu jati yang dijadikan mebel.
Gambar 10. Stok karbon tegakan jati pada skenario daur.
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 16/21
Gambar 11. Skenario limbah 20% (1) dan 60% (2).
Equation model STELLA
Model Dinamika Pertumbuhan Jati pop_jati(t) = pop_jati(t - dt) + (penanaman -
penjarangan - panen) * dtINIT pop_jati = 0
INFLOWS: penanaman = if mod(time,daur)=0+1 then luas_ha/jaraktanam else 0
OUTFLOWS:
penjarangan = if mod(time,5)=0 then Intensitas_Penjarangan*pop_jati else 0
panen = if mod(time,daur)=0 then pop_jati else 0
daur = 30Intensitas_Penjarangan = 5/100
jaraktanam = 9luas_ha = 10000
Pendugaan Biomassa Jati
BiomasaDaun = 0.0660*(DimCabang^2)^0.8759
BiomasaJati = BiomassBatang+BiomassaCabang+BiomasaDaunBiomasaTotalTegakanJati = BiomasaJati*pop_jati
BiomassaCabang =
0.0058*(persamaan_diameter_jati^2*PersamaanTinggiJati)*1.0380
BiomassBatang = 0.0287*(persamaan_diameter_jati^2*PersamaanTinggiJati)^0.9586
CTegakanJati = BiomasaTotalTegakanJati*faktor_konversiDimCabang = 0.9258*(persamaan_diameter_jati)^0.9524
faktor_konversi = 0.5Pendugaan Volume Tegakan Jati
PersamaanTinggiJati = if time<=daur then 1.398*time^0.658 else
if time<=daur*2 then 1.398*(time-daur)^0.658 elseif time<=daur*3 then 1.398*(time-(daur)*2)^0.658 else
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 17/21
if time<=daur*4 then 1.398*(time-(daur)*3)^0.658 elseif time<=daur*5 then 1.398*(time-(daur)*4)^0.658 else
if time<=daur*6 then 1.398*(time-(daur)*5)^0.658 else 0
persamaan_diameter_jati = if time<=daur then 0.018*(time^0.8691) else
if time<=daur*2 then 0.018*(time-daur)^0.8691 elseif time<=daur*3 then 0.018*(time-(daur)*2)^0.8691 else
if time<=daur*4 then 0.018*(time-(daur)*3)^0.8691 else
49Lampiran 3 (lanjutan)
if time<=daur*5 then 0.018*(time-(daur)*4)^0.8691 else
if time<=daur*6 then 0.018*(time-(daur)*5)^0.8691 else 0VolSatuPohonJati =
(1/4*(3.14)*(persamaan_diameter_jati)^2*0.759*PersamaanTinggiJati)
VolTegakanJati = VolSatuPohonJati*pop_jati
Submodel Industri MebelLimbahLogKePapan[jenis_mebel](t) = LimbahLogKePapan[jenis_mebel](t – dt) +
(persenLimbah[jenis_mebel]) * dtINIT LimbahLogKePapan[jenis_mebel] = 0
INFLOWS:
persenLimbah[kursi_kebun] = 1-((VolumeLogUntukMebel[kursi_kebun]*(limbah_log[kursi_kebun]-
(limbah_log[kursi_kebun]*Skenario_limbah))))
persenLimbah[kursi_sudut] = 1-((VolumeLogUntukMebel[kursi_sudut]*(limbah_log[kursi_sudut]-
(limbah_log[kursi_sudut]*Skenario_limbah))))
persenLimbah[lemari] = 1-((VolumeLogUntukMebel[lemari]*(limbah_log[lemari]-
(limbah_log[lemari]*Skenario_limbah))))LimbahPapankeMebel[volumepapan1](t) = LimbahPapankeMebel[volumepapan1](t
–
dt) + (PersenLimbahPapanKeMebel[volumepapan1]) * dtINITLimbahPapankeMebel[volumepapan1] = 0
INFLOWS:
PersenLimbahPapanKeMebel[papantoKrsKebun] = (1-(Ren1Mebel[Ren_K_Kebun]-
Skenario_limbah))*VolumePapan[papantoKrsKebun]PersenLimbahPapanKeMebel[papantokrssudut] = (1-(Ren1Mebel[Ren_K_Sudut]-
Skenario_limbah))*VolumePapan[papantokrssudut]
PersenLimbahPapanKeMebel[papantolemari] = (1-(Ren1Mebel[Ren_Lemari]-Skenario_limbah))*VolumePapan[papantolemari]
VolumeLogUntukMebel[jenis_mebel](t) = VolumeLogUntukMebel[jenis_mebel](t –
dt) + (Vol_Log_untuk_mebel[jenis_mebel] – persenLimbah[jenis_mebel] –
RendLogKePapan[jenis_mebel,volumepapan1]) * dtINITVolumeLogUntukMebel[jenis_mebel] = 0
50
Lampiran 3 (lanjutan)INFLOWS:
Vol_Log_untuk_mebel[kursi_kebun] =
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 18/21
AlokasiJatiMebel[A_K_Kbn]/VolumeLogMebel[Vol_logK_Kebun]Vol_Log_untuk_mebel[kursi_sudut] =
AlokasiJatiMebel[A_K_sdt]/VolumeLogMebel[Vol_logK_Sudut]
Vol_Log_untuk_mebel[lemari] =
AlokasiJatiMebel[A_lemari]/VolumeLogMebel[Vol_log_Lemari]OUTFLOWS:
persenLimbah[kursi_kebun] = 1-
((VolumeLogUntukMebel[kursi_kebun]*(limbah_log[kursi_kebun]-(limbah_log[kursi_kebun]*Skenario_limbah))))
persenLimbah[kursi_sudut] = 1-
((VolumeLogUntukMebel[kursi_sudut]*(limbah_log[kursi_sudut]-(limbah_log[kursi_sudut]*Skenario_limbah))))
persenLimbah[lemari] = 1-((VolumeLogUntukMebel[lemari]*(limbah_log[lemari]-
(limbah_log[lemari]*Skenario_limbah))))
RendLogKePapan[kursi_kebun,papantoKrsKebun] = (1-limbah_log[kursi_kebun])*VolumeLogUntukMebel[kursi_kebun]
RendLogKePapan[kursi_kebun,papantokrssudut] = 0
RendLogKePapan[kursi_kebun,papantolemari] = 0
RendLogKePapan[kursi_sudut,papantoKrsKebun] = 0RendLogKePapan[kursi_sudut,papantokrssudut] = (1-
limbah_log[kursi_sudut])*VolumeLogUntukMebel[kursi_sudut]
RendLogKePapan[kursi_sudut,papantolemari] = 0RendLogKePapan[lemari,papantoKrsKebun] = 0
RendLogKePapan[lemari,papantokrssudut] = 0
RendLogKePapan[lemari,papantolemari] = (1-
limbah_log[lemari])*VolumeLogUntukMebel[lemari]VolumeMebel[jenis_mebel](t) = VolumeMebel[jenis_mebel](t – dt) +
(RendPapanMebel[volumepapan1,jenis_mebel]) * dtINIT
VolumeMebel[jenis_mebel]= 0
51
Lampiran 3 (lanjutan)
INFLOWS:RendPapanMebel[papantoKrsKebun,kursi_kebun] =
Ren1Mebel[Ren_K_Kebun]*VolumePapan[papantoKrsKebun]
RendPapanMebel[papantoKrsKebun,kursi_sudut] = 0RendPapanMebel[papantoKrsKebun,lemari] = 0
RendPapanMebel[papantokrssudut,kursi_kebun] = 0
RendPapanMebel[papantokrssudut,kursi_sudut] =
Ren1Mebel[Ren_K_Sudut]*VolumePapan[papantokrssudut]RendPapanMebel[papantokrssudut,lemari] = 0
RendPapanMebel[papantolemari,kursi_kebun] = 0
RendPapanMebel[papantolemari,kursi_sudut] = 0RendPapanMebel[papantolemari,lemari] =
Ren1Mebel[Ren_Lemari]*VolumePapan[papantolemari]
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 19/21
VolumePapan[volumepapan1](t) = VolumePapan[volumepapan1](t – dt) +(RendLogKePapan[jenis_mebel,volumepapan1] –
PersenLimbahPapanKeMebel[volumepapan1] –
RendPapanMebel[volumepapan1,jenis_mebel]) * dtINIT
VolumePapan[volumepapan1]= 0
INFLOWS:
RendLogKePapan[kursi_kebun,papantoKrsKebun] = (1-limbah_log[kursi_kebun])*VolumeLogUntukMebel[kursi_kebun]
RendLogKePapan[kursi_kebun,papantokrssudut] = 0
RendLogKePapan[kursi_kebun,papantolemari] = 0RendLogKePapan[kursi_sudut,papantoKrsKebun] = 0
RendLogKePapan[kursi_sudut,papantokrssudut] = (1-
limbah_log[kursi_sudut])*VolumeLogUntukMebel[kursi_sudut]
RendLogKePapan[kursi_sudut,papantolemari] = 0RendLogKePapan[lemari,papantoKrsKebun] = 0
RendLogKePapan[lemari,papantokrssudut] = 0
RendLogKePapan[lemari,papantolemari] = (1-
limbah_log[lemari])*VolumeLogUntukMebel[lemari]52
Lampiran 3 (lanjutan)
OUTFLOWS:PersenLimbahPapanKeMebel[papantoKrsKebun] = (1-(Ren1Mebel[Ren_K_Kebun]-
Skenario_limbah))*VolumePapan[papantoKrsKebun]
PersenLimbahPapanKeMebel[papantokrssudut] = (1-(Ren1Mebel[Ren_K_Sudut]-
Skenario_limbah))*VolumePapan[papantokrssudut]PersenLimbahPapanKeMebel[papantolemari] = (1-(Ren1Mebel[Ren_Lemari]-
Skenario_limbah))*VolumePapan[papantolemari]
RendPapanMebel[papantoKrsKebun,kursi_kebun] =Ren1Mebel[Ren_K_Kebun]*VolumePapan[papantoKrsKebun]
RendPapanMebel[papantoKrsKebun,kursi_sudut] = 0
RendPapanMebel[papantoKrsKebun,lemari] = 0
RendPapanMebel[papantokrssudut,kursi_kebun] = 0RendPapanMebel[papantokrssudut,kursi_sudut] =
Ren1Mebel[Ren_K_Sudut]*VolumePapan[papantokrssudut]
RendPapanMebel[papantokrssudut,lemari] = 0RendPapanMebel[papantolemari,kursi_kebun] = 0
RendPapanMebel[papantolemari,kursi_sudut] = 0
RendPapanMebel[papantolemari,lemari] =
Ren1Mebel[Ren_Lemari]*VolumePapan[papantolemari]AlokasiJatiMebel[A_K_Kbn] =
(VolTegakanJati/3)*persenAlokasiJati[JarangK_kebun]
AlokasiJatiMebel[A_K_sdt] = (VolTegakanJati/3)*persenAlokasiJati[JarangK_sudut]AlokasiJatiMebel[A_lemari] = (VolTegakanJati/3)*persenAlokasiJati[JarangLemari]
diameter_log_ratarata[kursi_kebun] = 0.3
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 20/21
diameter_log_ratarata[kursi_sudut] = 0.12diameter_log_ratarata[lemari] = 0.23
jumlah_log_untuk__1_mebel[kursi_kebun] = 7
jumlah_log_untuk__1_mebel[kursi_sudut] = 61
jumlah_log_untuk__1_mebel[lemari] = 14limbah_log[kursi_kebun] = 0.05
limbah_log[kursi_sudut] = 0.04
limbah_log[lemari] = 0.2Panjang_log_ratarata[kursi_kebun] = 1.93
Panjang_log_ratarata[kursi_sudut] = 1.39
53Lampiran 3 (lanjutan)
Panjang_log_ratarata[lemari] = 1.6
persenAlokasiJati[JarangK_kebun] = 1
persenAlokasiJati[JarangK_sudut] = 1 persenAlokasiJati[JarangLemari] = 1
Ren1Mebel[Ren_K_Kebun] =
volume_1_mebel[papantoKrsKebun]/Volpapan[papantoKrsKebun]
Ren1Mebel[Ren_K_Sudut] =volume_1_mebel[papantokrssudut]/Volpapan[papantokrssudut]
Ren1Mebel[Ren_Lemari] =
volume_1_mebel[papantolemari]/Volpapan[papantolemari]Skenario_limbah = 0.4
Volpapan[papantoKrsKebun] = 0.97
Volpapan[papantokrssudut] = 0.91
Volpapan[papantolemari] = 0.84VolumeLogMebel[Vol_logK_Kebun] =
jumlah_log_untuk__1_mebel[kursi_kebun]*volume_1_log[kursi_kebun]
VolumeLogMebel[Vol_logK_Sudut] = jumlah_log_untuk__1_mebel[kursi_sudut]*volume_1_log[kursi_sudut]
VolumeLogMebel[Vol_log_Lemari] =
jumlah_log_untuk__1_mebel[lemari]*volume_1_log[lemari]
volume_1_log[jenis_mebel] =¼*(3.14)*(diameter_log_ratarata[jenis_mebel])^2*Panjang_log_ratarata[jenis_mebel
]
volume_1_mebel[papantoKrsKebun] = 0.6volume_1_mebel[papantokrssudut] = 0.72
volume_1_mebel[papantolemari] = 0.63
Submodel Karbon Mebel
BiomasaLimbahLogKePapan[jenis_mebel] =LimbahLogKePapan[jenis_mebel]*WD_Jati
BiomasaLoguntukMebel[jenis_mebel] =
VolumeLogUntukMebel[jenis_mebel]*WD_JatiBiomasaMebel[bio_k_kbn] = VolumeMebel[kursi_kebun]*WD_Jati
BiomasaMebel[bio_k_sdt] = VolumeMebel[kursi_sudut]*WD_Jati
7/23/2019 BIOMET_KAMISPAGI_KELOMPOK3 Dr.Ir. Budi Kuncahyo,MS
http://slidepdf.com/reader/full/biometkamispagikelompok3-drir-budi-kuncahyoms 21/21
BiomasaMebel[bio_lemari] = VolumeMebel[lemari]*WD_JatiBiomasaPapan[volumepapan1] = VolumePapan[volumepapan1]*WD_Jati
54
Lampiran 3 (lanjutan)
BiomassaLimbahPapanKeMebel[volumepapan1] =LimbahPapankeMebel[volumepapan1]*WD_Jati
CMebel[K_kebun] = BiomasaMebel[bio_k_kbn]*faktor_konversi_2
CMebel[K_sudut] = BiomasaMebel[bio_k_sdt]*faktor_konversi_2CMebel[Lemari3] = BiomasaMebel[bio_lemari]*faktor_konversi_2
CTotalMebel = ARRAYSUM(CMebel[*])
C_LimbahLogKePapan[jenis_mebel] =BiomasaLimbahLogKePapan[jenis_mebel]*faktor_konversi_2
C_LimbahPapankeMebel[volumepapan1] =
BiomassaLimbahPapanKeMebel[volumepapan1]*faktor_konversi_2
C_LogUntukMebel[jenis_mebel] =faktor_konversi_2*BiomasaLoguntukMebel[jenis_mebel]
C_Papan[volumepapan1] = faktor_konversi_2*BiomasaPapan[volumepapan1]
faktor_konversi_2 = 0.5
WD_Jati = 0.59 Not in a sector