buku wisatahati

73
Belajar Keyakinan Kuliah Online Ustadz Yusuf Mansyur Sesi – 1 Ada yang tau, tapi ga yakin. Ada yang yakin, tapi ga ngamalkan. Ada yang tau dan yakin, tapi ga bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya. Maka bekerjalah dengan apa yang diketahui dan diyakini. Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaa-i wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du. Onliners… Luangkan waktu untuk membaca Kuliah Tauhid sesi 1 ini. Agak panjang nih. Yang cakep, baca artikel ini sekali jalan… Sekali habis. Supaya utuh. Luangin aja waktu, sambil duduk santai… Sungguh, di hari-hari ke depan yang Saudara lalui, saya berharap Saudara mau memulai satu demi satu mendengar dan mempelajari CD-CD/DVD-DVD yang saya sarankan untuk Saudara ikuti. Saya doakan. Bismillaah saya langsung ngebut mengajak Saudara belajar ilmu yakin, dan belajar make ilmu tauhid. Baca bismillaah jangan lupa. Supaya dapat banyak pahala dan kebaikan. Syukur-syukur mau kayak saya. Maksudnya “kayak saya”, saya tuh insya Allah sebelom nulis, wudhu, dan baca doa. Dan kalau ada waktu meluangkan shalat sunnah 2 rokaat. Saya pilih shalat hajat. Kemudian istighfar, shalawat. Supaya yang saya tulis adalah sesuatu yang berguna, bermanfaat, di sisi Allah. Maka kemudian saya menulis, “syukur-syukur Saudara bisa kayak saya”. Yakni sebelom baca paragraf lanjutan, ambil wudhu dulu… Shalat dulu 2 rokaat. Shalat hajat aja. atau shalat mutlak, sekedar shalat sunnah gitu. Niatnya? Ya Allah, saya mau shalat sunnah 2 rokaat. Dah gitu. Ga pake embel-

Upload: firdaus

Post on 08-Jul-2016

243 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kumpulan Tausiah Ust. Yusuf Mansur

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Wisatahati

Belajar Keyakinan

Kuliah Online Ustadz Yusuf Mansyur Sesi – 1

Ada yang tau, tapi ga yakin. Ada yang yakin, tapi ga ngamalkan. Ada yang tau dan yakin, tapi ga bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya. Maka bekerjalah dengan apa yang diketahui dan diyakini.

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaa-i wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.

Onliners… Luangkan waktu untuk membaca Kuliah Tauhid sesi 1 ini. Agak panjang nih. Yang cakep, baca artikel ini sekali jalan… Sekali habis. Supaya utuh. Luangin aja waktu, sambil duduk santai…

Sungguh, di hari-hari ke depan yang Saudara lalui, saya berharap Saudara mau memulai satu demi satu mendengar dan mempelajari CD-CD/DVD-DVD yang saya sarankan untuk Saudara ikuti. Saya doakan.

Bismillaah saya langsung ngebut mengajak Saudara belajar ilmu yakin, dan belajar make ilmu tauhid. Baca bismillaah jangan lupa. Supaya dapat banyak pahala dan kebaikan. Syukur-syukur mau kayak saya. Maksudnya “kayak saya”, saya tuh insya Allah sebelom nulis, wudhu, dan baca doa. Dan kalau ada waktu meluangkan shalat sunnah 2 rokaat. Saya pilih shalat hajat. Kemudian istighfar, shalawat. Supaya yang saya tulis adalah sesuatu yang berguna, bermanfaat, di sisi Allah. Maka kemudian saya menulis, “syukur-syukur Saudara bisa kayak saya”. Yakni sebelom baca paragraf lanjutan, ambil wudhu dulu… Shalat dulu 2 rokaat. Shalat hajat aja. atau shalat mutlak, sekedar shalat sunnah gitu.

Niatnya?

Ya Allah, saya mau shalat sunnah 2 rokaat. Dah gitu. Ga pake embel-embel. Atau tambahin aja niat shalat hajat, 2 rokaat.

Minta apa?

Minta ilmu dan keyakinan sama Allah. Sama kasih tau sama Allah,”Lagi belajar nih sama Yusuf Mansur. Biar nyambung, biar ngerti, biar paham, dan biar bisa ngelaksanain”.

Buat yang sudah berilmu, buat yang sudah ngerti, sekalian minta ridho-Nya, dan bertambah-tambah ilmu dan keyakinannya.

Ustadz, pagi-pagi di awal ngajar, udah bilang-bilang amal ke orang lain?

Page 2: Buku Wisatahati

He he, saya mah ngajar. Supaya bisa dicontoh. Mudah-mudahan tidak dianggap jadi riya dan sum’ah (memperlihatkan amal, dan memperdengarkan amal).

Ok, paling engga, bismillaah ya… Syukur-syukur, jeda sebentar buat shalat ngelaksanain yang tadi. Kan jarang-jarang orang shalat untuk minta ilmu. Jarang-jarang orang istighfar ketika menimba ilmu, ketika belajar. Jarang-jarang orang bershalawat ketika menuntut ilmu. Dan jadilah yang jarang itu…

Ok, kita mulai ya…

***

Cara-cara Allah, pastilah yang terbaik.

Tau shalat malam bisa mengangkat derajat?

Bisa jadi ada yang ga tau. Tapi insya Allah dah, kalo suka ngaji mah, tau. Setelah tau? Apakah kemudian meyakini? Belom tentu. Kemudian setelah tau, apakah kemudian berkenan shalat malam? Tambah belom tentu. Terus umpama kata bener-bener tau dan yakin, dan bener-bener kepengen diangkat derajatnya, sebab bosan susah, bosan melarat, bosan dihina, he he he, apakah lalu mau make shalat malam ini? Jawabannya masih tetep wawloohu a’lam.

Tau ga shalat malam bisa memecah semua kesulitan? Mengubah kehidupan?

Bisa jadi juga ada yang ga tau. Tapi insya Allah dah, kalo suka ngaji, tau. Setelah tau? Apakah kemudian meyakini? Belom tentu. Kemudian setelah tau, apakah kemudian berkenan shalat malam? Tambah belom tentu. Makin belom tentu lagi makenya pada orang-orang yang betul-betul sedang punya kesusahan, sedang punya kesulitan. Sebab barangkali emang pusing kepala duluan dan lagi susah tidur susah mikir. Ga tenang.

Shalat malam saat terbaik bersepi-sepi sama Allah, saat terbaik buat ngucap syukur dan wujud bersyukur. Ini pun insya Allah diketahui orang. Diketahui kita-kita. Namun kemudian, kita-kita ini masih tetap sulit buat bangun malam. Padahal mungkin pagi harinya baru saja kita dapat khabar bahwa istri kita hamil. Padahal baru saja mungkin sorenya kita terima gaji. Padahal baru saja hari itu banyak menerima karunia. Namun masya Allah, tetap tidak menjadi dorongan kita bangun malam.

Itulah kita.

Kesatu, tidak tahu. Kedua, setelah tahu, tidak yakin. Ketiga, setelah tahu dan yakin, tidak berbuah menjadi amal saleh. Keempat, makin jarang lagi yang bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya.

Yang keempat ini, lebih lagi dari sekedar yang ketiga. Dia “awas”, perhatian, peduli, dan

Page 3: Buku Wisatahati

memang memakai ilmu dan keyakinannya, hingga mendorongnya kemudian bangun malam.

Nanti kita akan belajar yang kelima, keenam, dan ketujuh. Yakni yang kemudian istiqomah, sabar & baik sangka, dan bersyukur.

Perkara yang begini ini terjadi hampir di semua amal.

Sekali lagi, ini terjadi hampir di semua amal.

Bila boleh saya merinci sedikit…

# Seseorang apakah tahu keridhaan Allah itu ada di keridhaan orang tua? Rada-rada ga mungkin ga tahu. Apakah dia tahu kalau orang tuanya mengangkat tangannya, mendoakan dia, utamanya ibunya, maka doa itu akan dikabulkan Allah? Insya Allah juga tahu. Tapi kemudian apakah dia “make” ilmu itu? Make apa yang diyakininya? Sehingga setiap dia ada kesulitan, lalu dia mendatangi orang tuanya? Meminta doanya? Berbuat baik juga kepada orang tuanya, dan meminta ridhonya?

(+) Ooohhh… Kalau gitu nanti pas ada kesulitan aja dong dia datengin ibunya?

(-) He he he, Onliners, jangan su-udzdzon dong… Jangan ampe nuduh mereka-mereka bakal “cuma” ngedatengin orang tuanya pas susah saja, pas sulit saja. Jangan. Ga baik itu.

Tentu kita berharap, bahwa setelah ada ilmu dan pengalaman, dia menjaga amalnya ini. Inilah mereka yang istiqomah. Kita berharap mereka-mereka yang sudah istiqomah mau menyabarkan dirinya dalam keadaan ibadah, juga sabar dalam ibadahnya.

(+) Maksudnya?

(-) Bersabar ini luas. Termasuk bersabar dalam ibadah dan doa. Sudah ditempuh jalan-jalan yang bisa mengantarkan kepada pertolongan Allah, namun tidak ada kesabaran, hasilnya bisa-bisa adalah pernyataan kekecewaan kepada Allah. Padahal bisa jadi dianya yang tidak bersabar menunggu Janji Allah. Makanya saya suka merendengkan antara sabar dan baik sangka. Perlu baik sangka sama Allah. Selanjutnya sangat bagus bila kita kemudian beramal sebagai orang yang bersyukur. Tatkala katakan kita beramal saleh dengan amal saleh berupa birrul walidain, lalu kita dikabul doa, dipenuhi hajat, sebaiknya kemudian kita terus ber-birrul walidain. Tetap taat, sayang, dan berbuat baik kepada orang tua. Sebagai rasa syukur kita kepada Allah, kita jaga amal saleh kita.

(+) Paham.

(-) Alhamdulillah. Tapi kebiasaan deh. Belom selesai saya “ngajar” satu bab, situ udah muncul. Terlalu lebar ngajar juga ga bagus. Ga fokus.

(+) Bener juga. Kayak tentang sabar. Sabar itu luas sekali ya. Ga usah dijabarkan dalam satu kali pengajaran. Ada sabar dalam menggunakan karunia Allah, ada sabar dalam menahan

Page 4: Buku Wisatahati

maksiat, ada sabar dalam…

(-) Stop, stop, stop… itu namanya “mulai meluas”. He he he, udah dulu ya. Udah kelebaran. Ini kan saya lagi menjelaskan tentang contoh-contoh orang yang beramal dengan apa yang diketahuinya dan diyakininya tentang amal saleh, ibadah dan kebesaran Allah.

(+) Siap. Lanjutkan.

***

Saya ulangi sedikit ya… Sebab udah kejauhan tadi… Semoga “yang kejauhan itu” tetap bermanfaat buat Saudara-Saudara Onliners semua…

Saya membagi tipe kita-kita ini menjadi minimal 4 tipe. Tipe pertama tipe yang tidak tahu. Tipe kedua, setelah tahu, ada yang tidak yakin. Tipe ketiga, setelah tahu dan yakin, tidak berbuah menjadi amal saleh. Tipe ke-empat, tipe yang makin jarang lagi yang bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya. Di atas, saya tambahin lagi dengan 3 tipe lainnya. Tapi nanti saja pembahasannya.

Ok, di atas saya menyebut tentang “shalat malam”. Bisa jadi ada yang tidak tahu tentang shalat malam, termasuk tidak tahu keutamaan-keutamaannya. Sehingga boro-boro dia yakin, tahu aja engga. Tapi bisa jadi ada yang tahu dan yakin. Lalu kemudian bekerja menjadi tipe yang ke-empat. Dia pakai shalat malamnya, dengan segenap apa yang dia ketahui dan dia yakini. Dan saya katakan di atas, bahwa yang begini ini terjadi hampir di semua amal. Setelah saya coba contohkan dengan contoh pertama, contoh birrul walidain, berbuat baik sama orang tua, saya contohkan beberapa lagi amal saleh yang lain. Harapan saya adalah mudah-mudahan kita menjadi yang tahu, yakin, dan terus menerus bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakini…

# Seseorang misalnya apakah tahu shalat dhuha itu pembuka rizki? Shalat dhuha adalah ibadah di pagi hari pertanda syukur di pagi hari, dan pertanda juga melibatkan Allah di setiap ikhtiar di pagi hari, sebelom jauh-jauh kemudian berikhtiar mencari rizki?

Insya Allah tahu.

Kalau tahu, yakin tuh?

Insya Allah yakin.

Kalo yakin, kenapa ga dhuha dulu sebelom ikhtiar dagang, sebelom ikhtiar usaha, sebelom ikhtiar menuntut ilmu, sebelom ikhtiar kerja, dan lain-lain ikhtiar?

Kalau iya dhuha, kenapa dhuha nya begitu kering, tanpa motivasi?

Seperti orang yang diterima orang kaya, tapi setelah diterima dan berhadap-hadapan, bahasa tubuhnya seperti acuh tak acuh? Duduk mah duduk. Tapi bahasa tubuhnya membuat

Page 5: Buku Wisatahati

si orang kaya ini jadi bertanya, koq setelah diterima, begini sikapnya? Mengapa datangnya bukan seperti orang yang sangat perlu? Kenapa datangnya bukan seperti orang yang kepengen berterima kasih? Ga hidup shalat dhuhanya.

Lalu kemudian, adakah yang kemudian menyengaja shalat dhuha dengan apa yang diketahuinya dan diyakininya dari fadhilah shalat dhuha?

Sedikit sekali yang seperti ini. Perlu kayak ga perlu. Butuh kayak gak butuh. Sama Allah maksudnya. Ya, sikap kita begitu sama Allah. Kayak ga perlu sama Allah, kayak ga butuh sama Allah.

Dan masih banyak lagi amalan-amalan lain. Shalawat, baik sama tetangga, hormat dan bakti sama guru, sayang sama yang miskin dan yatim, seneng menjadi jalan kebaikan buat orang, menebar kebaikan, jalan ke masjid, dan segudang amalan lain. Termasuk juga sedekah.

Semua yang saya jelaskan ini berkaitan dengan “belajar keyakinan”. Hingga kita semua menjadi orang-orang yang meng-Esakan Allah, mengagungkan Allah. Termasuk mengikuti cara-cara-Nya, ajaran-ajaran-Nya, petunjuk-petunjuk-Nya.

***

Saya akan mencoba mengajak Saudara bercanda-canda sedikit dengan ilmu yakin.

Sedekah diketahui sebagai sesuatu amalan yang bila kita melakukannya akan dibalas sama Allah berkali-kali lipat. Disebut pengembaliannya bisa 2x lipat, 10x lipat, 20x lipat hingga 700x lipat atau bahkan tak terhingga. Sedekah diketahui juga sebagai amalan yang akan mendatangkan ganti yang lebih baik, dan datangnya bisa sangat berkali-kali, sepanjang waktu, dan bahkan bisa sampe hari berbangkit. Ga putus-putus.

Tapi pertanyannya sama dengan di atas… Tahu tuh?

Tahu. Insya Allah tahu.

Yakin tuh? Insya Allah yakin.

Tapi kemudian make ga?

(+) Maksudnya?

(-) Iya, make ga? Sedekah ga?

(+) Sedekah lah. Masa ga sedekah?

(-) Terus gimana sedekahnya?

(+) He he he, kalo dicecer kayak begini, bisa jadi amalan sedekahnya ketahuan.

Page 6: Buku Wisatahati

(-) Ketahuan gimana?

(+) Ketahuan sama saja seperti orang yang ga tahu dan ga yakin.

Onliners yang berbahagia… Omongan ini kerap saya pake buat nyindir diri saya dan jamaah… Kalau emang tau, kenapa sedekahnya seperti orang yang ga tahu dan ga yakin? Bila punya 110rb, sedekahnya tetap 10rb. Jika punya 115rb, sedekahnya malah 5rb. Punya 116rb, sedekahnya malahan jadi tambah kecil: seribu. Lah, jika bawanya 100rb lempeng alias belom ditukerin belonm dipecahin, malahan ga jadi tuh sedekah.

Inikah yang disebut amalan orang yang tahu dan yakin? Harusnya kan sedekahnya yang besar. Kalo tahu dan yakin bakalan dibayar sama Allah, ya sedekah yang besar sekalian. Punya 110rb, sedekah 100rb. Sedekah 100rb, jadi 1.010.000,-. Sedekah 10rb, jadi 200rb. Masa pilih yang kecil? Itu sebabnya barangkali tahu tapi sebenernya masih ga yakin. Ragu. Apa iya? Apalagi kalau ada keperluan.

Sampe “level” sini aja, udah banyak yang mulai bertumbangan, berguguran. Saudara bisa jadi disebut sebagai orang yang tidak tahu dan tidak yakin, sungguhpun Saudara “merasa tahu” dan “merasa yakin”.

Nah, apalagi kemudian saya bawa ke level selanjutnya. Yakni memakai ilmu sedekah tersebut, yang dengan apa yang diketahui dan diyakininya, sedekah lalu dijalankan lagi dan lagi, terus dan terus, dengan motivasi yang hebat. Saya menyebutnya: “Hingga ia menjadi metode”.

***

Sebelom saya melanjutkan, saya perlu sedikit mengisahkan sedikit kisah…

Seorang kawan datang kepada seorang guru. Pinjam duit. 500rb. Guru tersebut memberi 50rb ke muridnya. Lalu guru ini menyampaikan, “Coba sedekahkan ya duit ini. Duit ini bukan untuk Anda. Tapi untuk sedekah. Mintalah kepada Allah agar Allah memenuhi kebutuhan Anda yang 500rb.”

Kawan ini kemudian menawar. “Ya Guru… Saya kan lebih butuh. Boleh ga uang itu buat saya saja. Ga apa-apa kurang juga. Daripada ga ada.”

Guru ini berkeras. “Anda nanti ga akan belajar… Setelah sedekah, kembalilah kemari. Coba belikan makanan, beberapa bungkus.”

Kawan ini pun berkeras, “Keluarga saya belom makan. Anak istri saya lebih butuh duit ini.”

“Baiklah. Begini. Belikanlah dulu makanan untuk orang lain. Pakai duit itu. Lalu kembalilah kemari. Biarlah amal itu jadi amal saya. Dan saya akan berikan uang 50rb pengganti yang lain buat Anda. Namun jika Anda masih duduk di sini, dan Allah menunjukkan Kuasa-Nya,

Page 7: Buku Wisatahati

maka fadhilah sedekah ini buat saya.”

Kawan ini kemudian keluar dan membeli makanan, lalu membagikannya. Sejurus kemudian ia sudah kembali kepada guru ini.

Saat ia kembali, guru ini sudah ada tamu yang sedang bercengkrama. Pada saat kembali, tamu ini memberi amplop berisi uang, dan pamit.

Guru ini berkata, “Tahukah Anda, bahwa ini amplop adalah Janji Allah? Amplop ini berisi 10x lipat, atau lebih. Ga boleh ia kurang dari 10x lipat.”

“Bagaimana Guru bisa yakin?”

“Sedikit ilmu yang saya tahu, mengajarkan saya untuk yakin.”

Guru ini membuka amplop tersebut, dan disuruhnya kawan ini menghitung. Jumlahnya? Ajaib. 500rb!

“Ambillah 50rb… Dan silahkan Anda berikan buat anak dan istri Anda. Sesungguhnya jika Anda bersabar, dan lebih bersabar lagi, lalu merelakan uang 50rb ini untuk orang lain, barangkali tidak akan ada lagi kelaparan di hari-hari berikutnya. Cukup Allah takdirkan lapar hanya siang tadi, sore ini, dan malam nanti. Namun mulai esoknya, insya Allah Anda dan keluarga Anda sudah akan mulai berubah kehidupannya.”

Guru ini mengajarkan bukan hanya ilmu. Tapi juga keyakinan. Bahkan secara ekstrim: Mendemonstrasikan ilmu dan keyakinan ini.

Onliners yang dimuliakan, kenyataannya, kawan ini tetap fifty-fifty yang menjalankan ilmu dan keyakinan ini.

Guru tersebut menyerahkan kelanjutannya kepada kawan ini. Apakah ia kemudian belajar dan mengamalkannya, atau dia simpan ini sebagai kisah saja, dan ia tetap belikan makanan buat anak istrinya?

Kawan ini kepengen bersedekah, ia ingat akan istri dan anak-anaknya. Tapi kalau ia mengutamakan istri dan anak-anaknya, ah… Entahlah…

Pada kisah ini, bukan sekedar kisah tentang keutamaan sedekah. Tapi saya ingin mengatakan bahwa sang guru, bekerja dengan apa yang dia ketahui dan dia yakini. Dan bahkan ia ajarkan muridnya dengan apa yang ia ketahui dan yakini ini. Kalau guru ini tidak tahu dan tidak yakin, lain ceritanya.

Baiklah, saya teruskan sedikit.

Saudara-Saudara kemudian bisa jadi ada yang berpendapat bahwa bilamana kawan ini mengutamakan orang lain, lalu mengabaikan anak-anak dan istrinya yang juga lagi

Page 8: Buku Wisatahati

kelaparan, maka inilah kezaliman adanya.

Kiranya inilah sedekah di saat sempit. Dan sedekah di saat sempit ini keutamaannya lebih luar biasa tatkala sedekah di saat lapang.

Dan inilah juga hakikat lain dari kesabaran. Sabar berlapar-lapar, untuk bisa kemudian beramal saleh. Dan amal salehnya berlipat-lipat, sebab berbarengan dengan menyabarkan diri tidak makan agar bisa bersedekah. Subhaanallaah.

Apakah kemudian boleh berharap bahwa Allah akan menanggung makan anak dan istrinya, juga memenuhi kebutuhannya? Secara panjang lagi luas akan dibahas di Kuliah Tauhid ini. Saya mau menyampaikan hal lain yang luar biasa… Jika kemudian Allah tidak segera datang kepada kawan ini, dan “membiarkan” keluarga ini tetap lapar hingga keesokan harinya, tapi Allah menemukan kawan ini dan keluarganya bersabar, ridho, dan tetap bersyukur, maka ucapan gurunya ini yang kemudian akan terjadi. Perubahan hidup akan Allah hadiahkan buat dia. Bukan sekedar buah dari amal salehnya, tapi juga buah dari kesabarannya. Dan perubahan ini biasanya bersifat quantum. Langsung melesat, melejit, drastis perubahannya.

Keyakinan bahwa Allah akan memberi yang lebih besar lagi, membayar yang lebih banyak lagi, yang bisa mendorong orang untuk tahan menderita, melepaskan kepentingan dirinya, mengalahkan egonya yang barangkali dia juga dalam posisi yang sama sulitnya, dan mengutamakan orang lain. Insya Allah.

***

Sekali lagi saya ingatkan dengan perkataan saya di atas. Apa yang saya contohkan untuk Saudara semua belajar keyakinan adalah tidak melulu harus di bidang amalan sedekah. Melainkan di semua amalan. “Bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakini”.

Saya perdalam coba ya… Sedikit contoh di urusan amalan lain selain sedekah. Sebut saja amalan birrul walidain; baik sama orang tua. Amalan yang sudah disebut sedikit di awal-awal tulisan ini.

Ketika seorang ayah mendapatkan kabar promosi karir dan jabatan, begitu pulang, ia dan istrinya menyengaja silaturahim ke rumah orang tuanya. Mereka bawa apa yang disukai orang tuanya; mungkin buah kesayangannya, makanan favoritnya, atau kita mengajak anak kita, yakni cucunya. Kita lalu duduk bersama orang tua kita, shalat bareng, dan kemudian kita cerita tentang promosi jabatan dan karir kita. Ketika orang tua kita tersenyum, mengiyakan, dan mendoakan, apalagi kemudian memberikan nasihat… Wuah, lebih dari karir dan jabatan yang dipromosikan, akan diberikan Allah. Betul. Lebih dari sekedar itu.

Tatkala kita mendatangi orang tua, menyenangkan hatinya, mendoakan keduanya, dan didoakan keduanya, saat itu lah saya menyebut sebagai saat-saat di mana kita “bekerja dengan apa yang kita ketahui dan kita yakini”. Tentang apa? Pada kasus tadi, ya tentang birrul walidain. Kita tahu dan yakin birrul walidain ini dahsyat buat dunia akhirat kita, lalu kita make dengan sempurna. Menjalankan dengan sempurna.

Page 9: Buku Wisatahati

Maka, ketika kita bicara amal-amal yang lain, tinggal kopi paste saja. Di sinilah saya senang menyebutnya juga sebagai “belajar ilmu yakin”, “belajar ilmu amal”. Bukan ilmu yang sekedar di atas kertas, tapi tidak digunakan.

Seseorang yang mengetahui ilmu sedekah, tapi kemudian tidak memakai ilmunya, maka buat saya ini seperti orang yang punya pisau, punya golok, tapi ia tidak menggunakannya. Sayang. Tambah sayang lagi kalau dia tahu banyak amal, tapi tidak ada satupun yang diyakininya, apalagi diamalkannya.

Bila kita “bekerja” dengan apa yang kita ketahui dan kita yakini, maka insya Allah kita dapat keutamaan bukan hanya keutamaan amal salehnya saja. Tapi juga keutamaan ilmu, keutamaan yakin, dan keutamaan-keutamaan lainnya.

***

Saya sodorkan contoh berikut…

Pengen motor. Ada nih duit. Bukan ga ada. 12jt malah. Cukup buat beli motor baru. Lalu ia maen jalan aja ke showroom… Ini namanya ga make ilmunya, ga make apa keyakinannya.

Lah, terus gimana ustadz?

Pake dong ilmunya. Syukur-syukur dia punya ilmu yang “komprehensif”. Ga hanya sedekah. Ga hanya doa. Ga hanya dhuha. Ga hanya ilmu kerja, ilmu nabung, ilmu hemat.

He he he, Saudara Onliners semua… Ini menarik. Untuk bisa dapat motor, ada juga yang dapat dari ilmu kerja, nabung, dan hemat. Umumnya ini lah ilmu yang diyakini oleh masyarakat dan “dipake”. Kerja keras, nabung, hidup hemat, supaya bisa punya ini punya itu. Insya Allah saya menyebutnya ini juga ilmu. Pengetahuan. Bahwa bila bener-bener kerja, nabung, hidup hemat, bisa deh dapat motor yang diidamkan. Buat sebagian yang lain, silahkan dikembangkan menjadi rumah, mobil, dan lainnya. Saya ga bersebrangan. Saya hanya ingin menambahkan, beri dia bobot saja. supaya bernilai akhirat.

Saya kepengen Saudara semua kemudian memiliki ilmu yang komprehensif. Banyak ilmu, dipake. Dan semuanya akhirnya menjadi bernilai akhirat. Saudaraku semua, keinginan memiliki motor sungguh ia merupakan asli hal yang bersifat dunia. Paling tidak, begitulah disebutnya. Namun jika Saudara tambahin sedikit ilmu niat, ilmu bismillah, ilmu syukur, maka keinginan itu akan jadi amal saleh dan ibadah. Coba aja pasang niat, bahwa motor ini mau dibeli untuk kerja nyari rizki halal. Bismillaah saat kepengen memilikinya, bismillaah saat terbersit keinginan untuk memilikinya, bismillaah di proses memilikinya. Saudara juga kemudian bersyukur di pemakaiannya ketika motor ini bener-bener ada. Wuah, sepanjang jalan motor ini menjadi jalan amal saleh dan ibadah Saudara.

Tambah lengkap lagi jika kemudian ditambah dengan ilmu doa, dan lain-lain yang sebentar lagi akan saya contohkan dalam bentuk contoh sekonkrit-konkritnya, dicuplik dari

Page 10: Buku Wisatahati

pengalaman keseharian yang terjadi. Kaitannya dengan belajar keyakinan. Saya ingin menjelaskan supaya Saudara semua belajar ilmu yakin dari setiap kejadian apapun yang Saudara lalui.

Saya senang mencontohkan dari apa yang terjadi di sekitar kita.

Gini ya… Ketika orang kepengen motor, sedang ia punya duit 12jt, apa iya orang pengen beli motor hari senen jam 7 pagi, lalu jam 8 pagi langsung jalan ke showroom? Kan engga. Ga seperti ini. Biasanya orang yang kepengen motor, ada jeda dulu beberapa saat. Nah, harusnya pada saat jeda, pada saat kepikiran butuh motor, pengen motor, mbok ya pake ilmunya, supaya kemudian semakin timbul keyakinannya sama Allah.

Ketika terbersit, ambillah dulu wudhu. Shalat sunnah dhuha 2 rokaat bila keinginan ini di pagi hari adanya. Ya ndilalah, pas butuh motor, ya koq pas ada duit. Bersyukur sama Allah. Sujud. Terima kasih sama Allah. Orang lain susah nyari buat DP, kita malah ada uang cash. Orang lain ga bisa milih, sebab duitnya pas-pasan. Kita malah banyak duitnya, lalu bisa milih merek apa dan jenis motornya apa.

Saudara, bila Saudara melakukan ini, bisa jadi malah Allah ga perlu duit 12jt Saudara. Allah bisa banget ngirim motornya buat Saudara tanpa beli. Saudara belom lagi jalan ke dealer, motor udah Allah kirimkan.

Caranya?

Bukan wilayah kita mikirin. Itu wilayahnya Allah. Tentang cara, jadi rahasia Allah saja.

Saudara yang mengetahui ilmu sedekah, sedang Saudara punya duit 12jt, kan sebenernya ga ada masalah. Saudara bukan tidak punya duit koq. Saudara hanya pengen make ilmu sedekah Saudara. Sayang banget punya ilmu ga diamalin.

Maka ketika Saudara ngamalin, maka di sinilah saya menyebutnya: Saudara bekerja dengan apa yang Saudara ketahui dan yakini.

Duit 12jt itu Saudara tidak bawa ke dealer motor langsung. Saudara ambil 1,2jt. Biar saja 1,2jt ini “yang bekerja” mendatangkan motor senilai 12jt.

Dengan make ilmu ini, Saudara malah hemat 10,8jt rupiah. Duit ini bisa dipake buat kebaikan-kebaikan lain.

Kalau waktu butuh motornya mendesak?

Itu namanya hidup tanpa planning dong. Saudara laper mata disebutnya. Ini bahasa nenek saya: Guru Hajjah iyo. Bahasanya ibu saya: Bu Uum. Pengen apa-apa ya mesti dibeli saat itu juga. Ga lucu. Apalagi hidup kan kudu manfaat buat orang. Dan setiap kejadian kalo bisa harus bisa nambah ilmu lagi, nambah amal saleh, dan nambah keyakinan.

Page 11: Buku Wisatahati

Ini belom ditambah ilmu doa, dan ilmu-ilmu lain yang akan kita pelajari sedikit demi sedikit di Kuliah Tauhid ini. Biar Saudara merasa punya Allah yang Maha Menolong, Maha Menyediakan Kebutuhan, Maha Menyediakan Rizki… Ajak Allah masuk dalam setiap keinginan dan kebutuhan Saudara. Ajak Allah masuk di kehidupan Saudara. Jangan sendirian. Dalam kasus contoh motor ini, paling tidak Allah jadi yang ditanya dah. Sehingga Saudara tidak maen jalan saja beli motor tanpa melibatkan Allah. Saudara jadiin ibadah sejak awal terbersitnya. Lalu kemudian Saudara pelihara sampe selesainya. Toh yang menjadikan Saudara punya duit dan bisa beli motor adalah Allah. Kenapa Allah ditinggal dan tidak dilibatkan? Apalagi Allah juga yang menjadikan Saudara sehat, dan selamat ketika menggunakan nikmat Allah berupa motor tersebut.

Saudara yang baru mengenal saya, baru mengikuti Kuliah Online, akan bingung kali ya… He he he, koq contohnya motor? Yah, inilah belajar ala Yusuf Mansur. Belajarnya ga ketinggian. Sebab kita kan bukan kuliah di kampus. Tapi belajar lewat kuliah kehidupan. Nanti malah contohnya pake “ikan mentah”, he he he.

***

Saya sering mengingatkan diri saya dan jamaah, bahwa kerap kita melupakan Allah. Mulai dari urusan yang besar, sampe yang kecil. Atau sebaliknya, dari urusan yang kecil sampe yang besar. Dari urusan yang ringan sampe yang berat. Padahal Allah menyuruh kita mengingat-Nya, dan bersama-Nya, 24 jam, di seluruh sendi kehidupan. Bukan hanya saat susah, tapi juga saat senang. Bukan saja saat berduka, juga saat bahagia. Dan bukan saja pada penikmatan hasil ikhtiar, tapi juga sejak menit awalnya.

Kita lihat bagaimana Rasulullah mengajarkan niat dan doa. Sehingga kita tahu tidak ada satupun aktifitas kita yang tidak melibatkan Allah, yang tidak bersama Allah. Bahkan maaf ya, sampe makan dan buat air kecil dan besar, di awal dan di akhir kita disuruh melibatkan Allah dan bersama Allah, lewat doa dan niat. Subhaanallah kan? Harusnya ini mengajarkan kita semua bahwa di semua bab kehidupan kita mestinya ya begitu. Tapi masya Allah, kita ini sering lupanya ketimbang ingatnya. Lebih sering lalainya, ketimbang awasnya.

Dalam keadaan lapar, lalu Saudara ada duit 10rb, Saudara malah ingetnya ke tukang nasi goreng, he he he. Jarang banget ada yang dikasih lapar, lalu inget Allah. “Makasih ya Allah, saya dikasih lapar…”. Lalu bertambah-tambah menyebut Allah nya, tatkala lapar, pas megang duit 10rb… Teruuuusss bertambah-tambah lagi syukurnya, pas lapar, pas megang duit, paaaaaaasss tukang nasi goreng lewat… Asyik… Rasa lapar bertambah-tambah nikmatnya. Ada Allah di tengah-tengah kita.

Di Kuliah ini saya ingin mengajarkan kepada Saudara bagaimana kemudian ilmu dipakai, keyakinan dipakai. Yah kira-kira seperti inilah. Saudara kemudian bertambah-tambah iman nya.

Masa iya sih Ustadz sampe kayak gitu nya?

Laaaaahhhh, coba aja pikirin sendiri… Jangankan bab nasi goreng, la wong bab buang air

Page 12: Buku Wisatahati

kecil dan besar saja ada aturan sunnah Rasulnya… Iya kan? Sebab di sisi Allah dan Rasul-Nya, ga ada itu perkara kecil kalau sudah berurusan dengan tauhid, keyakinan, kebersyukuran, dan hal-hal yang menyangkut iman, ibadah atau amal saleh. Buang air kecil sering dipandang enteng. Buang air besar apalagi. Dianggep jorok. Nikmat bisa buang air, dipandang sebelah mata. Yang disebut “nikmat” adalah bisa makan doangan. Bukan buang air. Padahal kalo udah kena kanker prostat, bukan maen mahalnya. Apalagi kalau sampe dibuatkan saluran buang air buatan, dan ditutup lubang salurang buang air alami dari Allah…? Wuah…

Kita coba mulai nukik ke belajar keyakinan ya…

Saudara… Jika Saudara punya duit 10rb, lalu Saudara jalan ke tukang nasi goreng, dan Saudara bawa pulang itu nasi goreng, maka Saudara ga akan menemukan Allah di sana. Dan Saudara pun tidak mendapatkan Allah di hati dan di pikiran Saudara. Saudara akan menganggap, ya begitulah adanya. Kalau punya duit 10rb, lalu jalan ke tukang nasi goreng, maka pulang akan bawa nasi goreng.

Saudara lupa, bahwa hidup ini pun berisi kemungkinan-kemungkinan yang lain. Dunia ini bersifat relatif. Yang hakiki hanyalah Allah.

Bisa saja terjadi hal yang tidak Saudara inginkan… Saudara keluar dari rumah, tidak ada satupun yang dagang…

Sekalinya ada yang dagang, tukangnya ga ada. Saudara beralih ke dagangan yang lain, warteg misalnya, habis semua lauk pauknya… Hingga akhirnya Saudara megang duit pun, tetap ga makan…

Nah nah nah… Saya seneng bercanda dengan Saudara… Di urusan belajar keyakinan ini.

Jika Saudara memahami dunia ini Allah yang mengaturnya, siapa yang kemudian mengatur Saudara bisa dapat dan tidak nasi goreng?

Tidak kah Saudara mau berpikir, siapa yang memberi kemudahan buat Saudara, lalu tiba-tiba koq ada tukang nasi goreng yang dibuat oleh Allah lewat depan Saudara…?

Tidak kah Saudara mau berpikir, siapa yang kemudian memberi semua yang dagang kesibukan, sehingga meninggalkan tempat dagangnya. Sehingga Saudara tidak ketemu yang dagang…? Atau siapa yang “menghabiskan” barang dagangannya yang dagang…? Sehingga ketika Saudara datang, sungguhpun Saudara megang duit, pedagang nasi ga bisa ngasih nasinya buat Saudara…?

Coba jajal ilmu yakin, bahwa Allah yang memberi semua makhluk-Nya.

Betul Saudara… Coba jajal sedikit ilmu Saudara nanti saat Saudara sudah mulai belajar ilmu tauhid ini… Hingga bertambah iman dan keyakinan Saudara…

Page 13: Buku Wisatahati

Saat lapar ada… Saudara jangan dulu pakai duit Saudara untuk beli nasi goreng…

Sebentar… Santai aja… Dibuat rileks…

Saudara jajal bersyukur dulu…

Saudara jajal berdoa dulu…

Ga usahlah pake sedekah dulu, he he he… Lebay nantinya, ha ha ha…

Cukup coba bersyukur dan berdoa. Berterima kasih seperti yang sudah dikutip di atas. Berterima kasih kepada Allah udah dikasih rasa lapar dan uang…

Tapi kalau mau sedekah, bisa juga… Tambah manteb. Tambah sempurna.

Gimana coba…?

Hmmm… Coba bilang, Yaa Robb… Saya mau beli nasi goreng… Ada 10rb nih… Mau beli dua ah… Yang satu bungkus buat orang lain…

Bisa juga kan?

Atau sekalian aja bercanda sama Allah. Ngarep.com keajaiban-Nya sekalian yang sempurna…

“Ya Allah, duit yang 10rb ini buat Engkau saja… Anterin aja saya nasi goreng yang saya ga kudu beli… Jadi duitnya kan POL buat hamba-Mu yang lain…”

He he he…

Lalu apakah Saudara kemudian berdiam diri?

Ya jangan. Setelah bersyukur dan berdoa, ya jalan aja ke tempat nasi goreng mangkal. Pesen aja di sana, beli di sana.

“Bang… Nasi goreng…”

“Pedes ga…?”

“1 pedes, 1 engga…”

Kita niatkan yang ga pedes, buat orang. Jaga-jaga yang kita kasih ga doyan pedes.

“Kasih aja ntar acar dan cabenya ya…”, begitu kita bilang sama si Abang.

Saudara, Saudara sudah mengundang Allah… Dan Allah akan datang loh…

Page 14: Buku Wisatahati

“Mas, beli nasi goreng juga…?”, sapa seorang yang ga dikenal…

“Iya… Tinggal di sini…?”

“Engga. Lagi namu…”

Sejurus kemudian orang ini merogoh koceknya… “Bang, nih lima puluh ribu… Bikin 4 bungkus ya. Sekalian kembaliannya buat bayarin si mas ini, dan buat abang sisanya…”.

“Wah, makasih ya… Engga kenal, tapi mau bayarin…”.

***

Bila Saudara punya duit, jalan, lalu pulang bawa nasi goreng, peristiwa ini mungkin tidak akan menjadi peristiwa tauhid.

Wawloohu a’lam ya, andai Saudara bener-bener kuat tauhidnya. Umpama sungguhpun tidak ada orang yang bayarin, alias bayar sendiri, Saudara tambah bertasbih dan bertahmid, memuji Allah sebab akhirnya Saudara bisa makan. Saudara memandang, ga mungkin Saudara bisa keluar rumah, bila tidak ada rizki Allah berupa kaki, keselamatan, walo deket jaraknya. Dan Saudara memandang ada Allah, sehingga Saudara diizinkan makan.

Bukan apa, belom tentu juga kan saya bilang di atas, Saudara lalu bisa makan. Belom tentu. Bahkan ketika Saudara sudah nenteng itu bungkusan nasi goreng, belom tentu bisa makan kalau ga ada izin Allah.

Ini peristiwa sehari-hari yang mungkin saja Saudara alami loh…

Begitu pulang, ada tamu. Saudara lalu melayani tamu dulu. Nasi ditaro di dapur.

Lagi ngelayanin tamu, datang ponakan. Kita ga nyangka, kalo ponakan langsung nyelonong ke dapur. Liat-liat, ada nasi goreng. Diembat deh, he he he.

Tamu pulang, saudara lalu ke dapur. Yang ada tinggal acarnya doangan… ha ha ha…

Orang yang bertuhan Allah, senantiasa melihat semua kejadian, semua peristiwa, ada Allah, dan selalu ada Allah…

***

Saya mengajarkan diri saya, bergantunglah kepada Allah. Jangan pada selain Allah.

Saudara punya kesulitan. Lalu Saudara punya motor, yang dengan motor itu Saudara merasa “aman”, ini bahaya buat tauhid. Tanpa sadar, motor itu pelan-pelan menjadi tuhannya Saudara,

Page 15: Buku Wisatahati

Saudara punya kesulitan, Saudara mengenal Saudaranya Saudara… Lalu Saudaranya Saudara itu membantu… Wuah, kadang ini malah lebih gawat buat tauhid Saudara…

Saudara ada keperluan, duit tersedia. Istri, anak-anak, rumah tangga, ada keperluan. Duit ada. Wuah, Allah biasanya “ga kepake”, “ga dipake”…

Berhala-berhala modern sekarang ini menjelma menjadi lebih banyak lagi berhala. Ia bisa uang, bisa sodara, bisa kawan, bisa majikan, bisa perusahaan, bisa pimpinan, bisa kekasih hati. Bisa banyak hal. Yakni bila kita bergantung kepada mereka itu, bila kita takut kepada mereka, bila kita berharap sama mereka. Sampe lupa dan melupakan Allah.

Sebentar ya. kita santai-santai belajarnya… Saya coba detailkan contohnya.

Saya ingin bertanya kepada Saudara…

(+) Saudara pengen ikan di pasar. Ikan mentah. Lalu Saudara punya duit. Saudara ingat tuh sama Allah?

Bagus kalau masih sempet bismillaah… Apalagi keluar rumah menuju ke pasar sambil niat ibadah. Masuk pasar juga sambil baca doa masuk pasar yang diajarkan Rasulullah.

Biasanya?

(-) Kalau bicara biasanya, bisa jadi baca bismillaah juga engga. He he he, nuduh ya?

(+) Yaaah, mudah-mudahan saja Saudara engga begitu. Amin.

Nah, sekarang siapa yang percaya bahwa jika Allah menghendaki, maka seseorang yang ga punya duit, bisa aja pergi ke pasar lalu pulang bawa tetap ikan…

(-) Meski ga ada duit?

(+) Iya. Meski ga ada duit.

(-) Tapi jika Allah menghendaki ya?

(+) Iya. Tentu. Bicaranya adalah jika Allah menghendaki.

(-) Kalau begitu, saya percaya.

(+) Buktinya apa? Berkenan ngetes?

(-) Ngetes gimana?

(+) Ngetes, dengan silahkan pergi ke pasar. Jangan bawa duit. Bisa?

Page 16: Buku Wisatahati

(-) He he he… Ga ah. Kerajinan…

(+) Ga bisa kan? Merasa ga mungkin kan? Ke pasar ya harus bawa duit lah… Gitu kan? Seorang ibu jalan ke pasar, duitnya ketinggalan. Dompetnya ketinggalan. Kira-kira, balik lagi ke rumah ambil duit atau dompet? Atau lanjut jalan ke pasar?

(-) Kalau bicara umumnya, ya balik dulu. Pulang dulu. Sebab percuma. Masa ke pasar liat-liat doangan…?

(+) Nah, itu kira-kira kenapa? Sebab percayanya adalah kalo ada duit bisa belanja, kalo ga bawa duit ga bisa belanja. Kalo bawa Allah, masih ragu kan?

(-) Bawa Allah itu… Maksudnya?

(+) Bawa ajaran-Nya. Bawa cara-Nya.

Itu tadi cerita seorang ibu yang ketinggalan duit. Gimana kita belajar dari Imam Ali. Dikisahkan satu hari Sayyidatina Fathimah, istri Imam Ali, meminta tolong suaminya ini untuk membeli sesuatu di pasar. Diberinyalah sejumlah uang, dan berjalanlah Imam Ali ke pasar. Di tengah jalan, Imam Ali bukan ketinggalan uang, yang kemudian ia balik lagi ke rumah. Bukan. Imam Ali di tengah jalan memberi uang itu kepada yang lebih membutuhkan. Sabab bi-idznillaah Imam Ali tahu bukan karena duit beliau bisa belanja dan bisa bawa barang yang dipesan istrinya, tapi karena Allah, maka Imam Ali terus saja berjalan.

Beda banget kan dengan kita?

(-) Beda banget. Imam Ali sengaja menyerahkan duitnya ya? Bukan ketinggalan. Dan Imam Ali yakin Allah ada di pasar yang ia tuju.

(+) Persis…

Dan ternyata sampe pasar, betul Allah sudah menunggunya. Imam Ali dipercaya menjaga satu barang dagangan. Kemudian tidak berapa lama, Imam Ali diberikan keuntungan sepuluh kali lipat dari yang Imam Ali berikan buat orang lain. Imam Ali pulang bawa barang pesanan istri tersayang, dan juga bawa uang lebihan.

Di sini, di Kuliah Tauhid 01 ini, saya ingin langsung mengatakan kepada Saudara semua, inilah bedanya. Ketika Saudara bawa duit, dan yang ada di kepala Saudara adalah duit, dan hitungan material sebab akibat dunia saja, maka sekalipun Saudara bawa barang belanjaan, ya seukuran duit aja. Ga lebih. Tapi ketika Saudara membawa Allah, maka kemungkinan besar Saudara akan bawa lebih dari sekedar barang belanjaan. Minimal Saudara membawa pahala, membawa ibadah. Betul?

(-) Betul.

Page 17: Buku Wisatahati

(+) He he he, ga usah dijawab. Biar bagian saya melanjutkan…

(-) Silahkan.

***

Saudara perlu mengetes pengetahuan Saudara akan keyakinan, dan mengetes apa yang menjadi keyakinan buat Saudara. Supaya nanti bisa bekerja dengan apa yang Saudara ketahui dan yakini.

Punya nih duit, lalu kepengen ada yang dibelanjai, sekali-kali tes. Ga usah dibawa itu duit. Seperti Imam Ali, bagiin aja. Kemudian jalan aja ke pasar. Silahkan dicari tahu, apakah ketika duit tidak dibawa, malah dibagiin, lalu pulang dengan tangan kosong? Pulang dengan tangan hampa? Jajal aja.

Saudara bikin daftar belanjaan. Dari a s/d j yang Saudara mau beli di supermarket besar. Total diperkirakan: 2jt.

Saudara tahu sedikit ilmu. Jika sedekah 1 dibalas 10. Kalo dibalik, maka kalau mau dapat 10, keluarkan 1. Dengan pengetahuan ini Saudara yang ada pengeluaran 2jt dan ada duit 2jt, lalu bekerja dengan pengetahuan ini. Dan diyakini.

Ambil 200rb. Keluarkan. Sisanya 1,8jt, silahkan dipergunakan untuk keperluan lain.

Lalu sebagaimana orang yang bawa duit, berjalanlah Saudara ke supermarket tersebut.

Sebagaimana Saudara punya duit, dan bawa duit, gagah aja melangkah. Masuk, ambil troli, dan mulailah jalan ke rak demi rak sesuai daftar belanjaan.

Jangan kaget bila kemudian Allah utus seseorang untuk membantu Saudara.

Sampe di rak pertama, ada yang menegur, “Lagi di sini? Belanja apaan?”

“Eh oh uh…”, sesaat Saudara bisa jadi ragu. Masa pengen bilang, “Lagi ngetes ilmunya Yusuf Mansur!”. Ha ha ha, bubarlah dunia persilatan jika bilang begitu. Biarlah ini urusan Saudara dengan Allah saja. dinikmati saja pertanyaan itu, dan ga usah memberitahu keadaan saat itu. Misalnya dengan mengatakan: Saya ini punya duit 2jt. Lalu jajal ilmu sedekah. Tadi pagi sedekah 200rb. Mudah-mudahan Allah yang belanjain saya.”

Ga perlu. Ga perlu begini. Ga perlu orang lain tahu. Maka begitu ditanya, ya jawab, “Saya lagi ada yang mau dibeli.”

Kita kemudian menemani beliau. Atau beliau yang menemani kita.

Beliau ambil barang a, diambilnya dua. Satu ditaro di keranjang Situ.

Page 18: Buku Wisatahati

Beliau ambil barang b, diambilnya lagi dua. Satu ditaro di keranjang kosong tadi.

Dan seterusnya sampe j.

Ibu ini sadar-sadar pas mau bayar. Dari tadi dia bingung, mau dikasih tau soal duit ga ya? Ini orang maen masukin aja barang-barang ke keranjangnya. Mau nanya, siapa yang bayar? Gengsi.

Sebagaimana kita bawa duit, ya seperti itu pula kita manteb melangkah. Kemana? Ke kasir! He he he. Sampe kasir, beliau yang ketemu dengan kita, dan menemani kita belanja, bahkan masukin barang-barang ke kita, dialah yang bayarin. “Biar saya aja yang bayar…”. “Masukin Mbak ke bill saya. Sekalian sama barang-barang saya,” katanya kepada si kasir.

Berarti GA BUTUH IKHTIAR dong…?

Jangan buru-buru jawab. Ntar malah ga sempurna tauhidnya. Sebab tauhid yang bener juga tidak menjadikan Saudara lalu tidak berikhtiar. Ikutin saja dulu.

***

Kembali sebentar ke “ikan mentah” di atas.

Allah dan Rasul-Nya itu banyak mengajarkan kepada kita ajaran-ajaran-Nya dan ajaran-ajaran Rasul-Nya. Di antaranya kebersihan harta, kehalalan rizki, dan ibadah-ibadah serta amal-amal saleh. Dan jangan lupa. Allah pun mengajarkan keyakinan kepada-Nya. Dan di antara keyakinan yang diajarkan Allah adalah bahwa satu-satunya pemenuh kebutuhan adalah Allah. Satu-satunya pemberi rizki adalah Allah.

Ketika Saudara memanggil Allah, melibatkan Allah, di urusan Saudara, apakah Saudara tidak memerlukan ikhtiar? Kita coba lihat. Nyatanya, sebagai orang yang meyakini – misalnya – di urusan ikan mentah, tetap saja Saudara harus jalan. Harus ikhtiar.

Saya tanya, orang yang pengen ikan, sedang dia punya duit, dan tau ikan itu di pasar, gimana kemudian caranya? Maksudnya, apa yang dia ambil sebagai langkah konkrit?

Jalan ke pasar.

Betul. Dia jalan ke pasar.

Maka saya senang menggunakan kalimat ini, “Maka jalanlah ke pasar. Sebagaimana mereka yang punya duit, maka sebagaimana itu pula Anda jalan ke pasar. Anda punya Allah. Anda pake Allah.”

Sampe di pasar nanti, sebagaimana orang yang punya duit mendatangi tukang ikan, maka Anda datangilah tukang ikan.

Page 19: Buku Wisatahati

He he he, makin seru nih. Sebagaimana yang megang duit, yang meyakini bahwa duit bisa ngebeli ikan, sedang Saudara pegang Allah sebagai pemberi ikan, bukan duit, maka “belilah” ikan itu!

“Bang, ini ikan berapa duit sekilonya?”

“17rb… Berapa kilo?”

PD aja jawabnya, “Dua kilo…”

Si tukang ikan pun milihin ikan yang bagus.

He he he, Saudara yang ga megang duit, akan gemeteran kali. Lah lah lah… Berani-beraninya ga megang duit lalu kemudian mesen ikan. Kan kalo udah dipilih, nanti dibungkus. Kalo sudah dibungkus, nanti serah terima. Si tukang ikan, ngasih ikan. Kita ngasih duit. Gitu kan?

Lah, kita kan ga bawa duit?

Betul. Tapi kita bawa iman. Kita bawa Allah. Kita bawa keyakinan bahwa bawa engga bawa ikan, bukan urusan duit. Urusan Allah. Bisa makan engga bisa makan, bukan urusan duit. Tapi urusan Allah.

PD aja.

“Ada tambahan lagi?” si tukang ikan nanya.

“Engga. Cukup.”

Si tukang ikan pun menyerahkan bungkusan ikan.

Detik itu, harusnya kita serahkan duit. Tappppiii… Tukang ikan ini bicara, “Ga usah bayar. Udah dibayarin.”

“Dibayarin siapa…?”, tanya kita basa basi, he he he.

“Dibayarin kawannya Mas. Katanya kawan SMU…”

Mata kita edarkan ke sekeliling. Ga ketemu yang dimaksud.

“Koq tahu saya mau beli ikan?”

Kata si tukang ikan, kawan ini tadi beli ikan di sini. Dia melihat Mas. Terus mengatakan feelingnya kawan ini mau jalan ke saya. Beli ikan. Lalu dia bayarin, seakan-akan Mas bener-bener mau beli ikan. Terus dia berlalu, ga perlu ketemu katanya. Bilang aja begitu.

Page 20: Buku Wisatahati

Subhanallah…

***

Sampe sini, sebagian Saudara belom menerima. Ya saya santai aja. namanya baru kuliah perdana, he he he. Ada yang komen, “Yang begini, ga bisa diandelin. Ga bisa dijadikan standar bahwa kalau begitu pasti begini.” Yang lain berkomentar, “Itu namanya ngarepin keajaiban terus…”. Ya terserah aja.

Saudaraku sekalian, Onliners yang dicintai Allah… Kecepatan Allah datang ke kita, lebih cepat daripada kita datang kepada-Nya. Ketika kita mengangkat tangan, “Ya Allah, Engkaulah Penguasa Pasar… Bukan hanya tukang ikan yang Engkau punya. Tapi semua pasar dengan semua pedagang di dunia ini yang Engkau punya. Ya Allah, saya mau datang ke pasar-Mu. Jamulah saya. Berikanlah saya rizki sebagaimana mereka yang punya duit…”. Saat Saudara berdoa, Allah udah ngirim duluan malaijat-malaikat-Nya ke pasar, dan ngatur segalanya supaya Saudara bisa pulang bawa ikan. Bisa saja ada di belahan perumahan yang lain, seorang istri menyuruh suaminya ke pasar. Karena satu dan dua hal. Bukan istri yang belanja. Tapi suami. Hingga terjadilah peristiwa ini. Semua bisa DIA lakukan, sebab innaahuu ‘alaa kulli syai-in qodiir, Sesungguhnya DIA Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Saudara lihat, berjalan ga orang ini ke pasar?

Berjalan.

Nah, ketika berjalan, inilah ikhtiar. Seperti yang punya duit, seperti itu juga dia jalan ke pasar. Mirip Sayyidinaa Ali di atas.

Siapa yang diharap sama dia?

Kalau dia berharap ada manusia yang membagi ikan kepada dia, menjadi salah dia. Kalau dia berharap ada yang memberi, berarti dia berharap kepada manusia. Engga. Dia hanya berharap Allah menunggu dia di sana. Di pasar. Dia berharap Allah dengan beragam caranya yang tidak terduga dalam memberi rizki, berkenan memberinya rizki.

Saya ingin mengatakan kepada Saudara… Semakin bagus ibadahnya Saudara, semakin bagus keyakinan Saudara, “perjalanan” ikhtiar Saudara akan makin diperpendek.

Saya senang ngajar dengan contoh. Supaya Saudara gampang nyerapnya.

Perjalanan “ikhtiar” yang tadi diceritakan, sampe POL 100%. Istilah cerita tadi, sampe “final” bungkusan ikan 2 kilo dikasihkan ke Saudara. Sampe situ, Saudara baru diberitahu bahwa sudah dibayarin ikan-ikan yang dibungkus ini. Saudara ga perlu ngomong apa-apa ke si tukang ikan.

Kondisi 80%-90% nya, Saudara begitu datang ke tukang ikan, si tukang ikan udah ngasih tau duluan, bahwa tadi kawan kita datang dan beli ikan, lalu menitipkan sejumlah uang. Silahkan

Page 21: Buku Wisatahati

belanja ikan dengan uangnya dia. Pilih sendiri ikan-ikannya. Seukuran 2 kilo.

Bisa juga Saudara dipanggil-panggil tukang ikan. “Maaasss… Mas… Mari sini…”

Saudara nyamperin, “Ada apa ya?”

“Pengen ikan?”

“Iya. Emang mau ke sini. Koq tau?”

“Engga. Ga tau. Tapi ada titipan ikan buat Mas. Ada yang beliin tadi dan ngasih tahu bahwa orang dengan ciri-ciri yang disebut seperti Mas ini bakalan lewat sini. Kasih ikan ini…”

Kondisi 50% nya, Saudara di tengah jalan, ketemu kawan… “Mau kemana Mas…?”

“Mau ke pasar…”

“Beli apa…?”

“Beli ikan…”

“Ooohhh… Ndak usah beli ikan… Nih, bawa pulang punya saya aja…”

He he he, ikhtiar Saudara “dikorting 50% perjalanan” oleh Alllah. Saya mah kagum sama kerja Allah. Kita hanya perlu percaya loh. Dan kemudian melakukan amal-amal saleh dan kebaikan, nanti selebihnya Allah yang akan atur.

Bahkan ada Saudara “yang tidak perlu” melakukan “ikhtiar tambahan pergi ke pasar”. Yakni tatkala Saudara baru saja terbersit, Allah sudah kirimkan ikannya! Bahkan Saudara belom sempat berdoa!

Tidak ada yang tidak mungkin buat Allah. Semuanya mungkin. Tapi nanti kita belajar, bahwa selain tentu saja ini semata Kehendak-Nya, juga sebab ibadah-ibadah sebelomnya yang dilakukan oleh seseorang… Atau ibadah-ibadah yang dilakukan oleh istrinya/suaminya, anaknya, ibu/bapaknya. Banyak dah sebab jalan amalnya yang bisa jadi bukan dari amal salehnya saja, tapi amalan orang lain.

Saudaraku semua… Itu semua ikan mentah loh… Tidakkah Saudara percaya bahwa Allah bahkan sanggup ngirim ikan mateng???!!! Tentu saja Saudara boleh ga percaya… Itu pilihan Saudara. Tapi saya asyik mengatakan, bahwa di antara Saudara malah ada yang Allah bercanda dengannya. Allah beri bonus tambahan bukan ikan mateng saja, tapi nasinya, lauk pauk lain, minuman ini minuman itu, dan banyak lagi. Yakni dengan menjamu Saudara di restoran enak nan mahal, he he he. Mintanya nasi saja sama sedikit ikan, Kun Fayakuun, malah ada yang ngajak keluar. Bukan sendirian, tapi sekeluarga. Masya Allah.

Inilah semua yang digelar buat Saudara semua di KuliahOnline. Semua pembahasan, di

Page 22: Buku Wisatahati

semua kanal, beraroma tauhid yang kuat, tanpa mengabaikan ikhtiar. Kelak insya Allah Saudara bisa membedakan bagaimana disebut tidak berikhtiar dan berikhtiar. Dan Saudara kelak juga akan belajar tentang apa sesungguhnya yang disebut sebagai ikhtiar. Sebagiannya saya sudah mulai penjelasannya di Sesi 1 ini. Dan selebihnya saya sebar di perkuliahan sesi-sesi berikutnya, atas izin Allah.

Dan saya senang mengatakan ini: Paling tidak, ketika Saudara melibatkan Allah di awal Saudara membeli ikan, sampe mendapatkannya, mengolah, sampe menyajikan dan memakannya, maka Saudara sudah dicatat bukan sebagai pekerjaan biasa. Tapi sebagai ibadah. Sebab menyebut nama Allah. Betul. Sungguhpun tidak ada keajaiban, misalnya karena Saudara memiliki uang, Saudara sudah dicatat sebagai beribadah dengan menyebut nama Allah di dalam setiap prosesnya.

Dan Saudara tetap saya sebut salah besar jika Saudara menganggap Saudara tidak memerlukan Allah karena Saudara ada duit dan tukang ikannya ada. Salah besar. Sama salahnya jika saya menyebut bahwa tidak ada keajaiban buat yang mendapatkan ikan sebab ada duit. Kenapa? Sebab Saudara yang bisa beli ikan sebab ada duit, tetap saja di situ ada keajaiban Allah. Ada kaki dan tangan yang Saudara pakai. Sedangkan kaki dan tangan itu adalah ciptaan Allah. Ada mata yang digunakan untuk melihat, ada telinga yang digunakan untuk transaksi jual beli. Semua karunia Allah tumplek blek di dalam peristiwa yang namanya: beli ikan. Sehingga tidak ada satupun sesungguhnya yang terjadi di dunia ini, kecuali Allah sangat-sangat berperan di dalamnya.

Maka menyebut nama-Nya, menyucikan naman-Nya, membesarkan nama-Nya, memuji nama-Nya, melibatkan-Nya di semua langkah kita, adalah sesuatu yang sangat-sangat layak adanya. Tidak ada DIA, maka tidak ada kita. Tidak ada perbuatan-Nya, maka tidak ada pula perbuatan kita. Tidak ada kehendak-Nya tidak ada pula kehendak kita. Tidak ada izin-Nya dan peran-Nya, maka tidak ada satupun yang bisa kita lakukan.

***

Sebab itu saya sering mengatakan kepada diri saya dan sekarang saya bahagia bisa mengatakan di menit-menit awal Saudara mengikuti perkuliahan tauhid di Kuliah Tauhid ini, bahwa ikhtiar langit sama ikhtiar bumi, hendaknya jangan dipisah. Apa yang disebut sebagai ibadah dan amal saleh, saya menyebutnya sebagai ikhtiar juga. Merupakan bagian yang tidak terpisah dari langkah-langkah yang dikenal selama ini oleh manusia sebagai ikhtiar.

Seorang pekerja, kan kerjanya katakanlah jam 8 pagi. Toh sebenernya dia udah mulai pekerjaannya itu dari starter motor atau mobilnya, atau start sejak dari keluar rumahnya.

Kalau mau jujur, maka sebenernya proses sebelom jam 8 itu adalah bagian tidak terpisahkan. Bahkan sejak istrinya menyiapkan pakaiannya dan sarapannya! Betul. Sesungguhnya pekerjaan istrinya pun menjadi satu kesatuan pekerjaan yang dimulai jam 8 itu. Tidak berdiri sendiri.

Maka, tidaklah salah saya bilang, bahwa cobalah mulai bekerja, berusaha “mulai dari seawal

Page 23: Buku Wisatahati

mungkin”. Kapan itu? Sejak awal bangun tidur. Yakni sudah berafirmasi. Sudah berdoa: Allahumma ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur. Dari sini titik enolnya. Kemudian bergerak ke kamar mandi, bergerak wudhu, bergerak shalat sunnah… dan seterusnya bergerak shubuh… dan seterusnya lagi, hingga ia start jam 8 kerja atau usaha. Itu pun nanti, shalat dhuha, shalat lohor, jangan dipisah-pisah. Anggap ini sebagai “pekerjaan” juga. Bahagian dari SOP atau peraturan pekerjaan.

Jika Saudara pimpinan pekerjaan, bos dari satu perusahaan, maka katakanlah kepada karyawan, menjadi bahagian pekerjaan Saudara adalah menjaga yang lima waktu, syukur-syukur mau mengerjakan yang sunnah-sunnahnya. Itu adalah bahagian pekerjaan Saudara juga. Bila Saudara itu menjaga itu semua, berarti Saudara menjaga pekerjaan kita, usaha kita, perusahaan kita. Begitu.

Secara bercanda, namun benar, saya malah mengatakan, untuk pekerjaan yang dimulai jam 8 esok pagi, persiapaannya malah sebelom tidur! Sebelom tidur, kita ambil wudhu, sempatkan shalat 2 rakaat penutup malam, bisa shalat sunnah mutlak atau shalat witir. Atau shalat hajat. Berdoa sebelom tidur, baca Qur’an barang seayat dua ayat, syukur-syukur bisa selembar dua lembar. Berterima kasih atas yang sudah lewat, dan berdoa atas apa yang bakal dijalani.

***

Saya menyebut di Kuliah Tauhid ini sebagai upaya mengubah pola pikir, mengubah pola ikhtiar. Hanya dengan menyertakan Allah, melibatkan Allah, dan tidak melupakan hak-hak Allah, yakni kewajiban kita, maka kita berada di dalam ibadah 24 jam. Subhaanallaah.

Menarik sekali mengubah pola pikir pola ikhtiar, supaya ketemu pola hidup bertauhidnya, bahwa betul-betul kita mengingat Allah, di awal, di tengah, dan di akhir. Selalu bersama-Nya.

Saya mengingat ketika Wirda sakit. Saat Wirda bayi sakit panas, saya menyelimuti Wirda dan mengatakan ke istri saya, ayo kita ke dokter…

Istri saya bilang, “Ke Allah dulu…”.

Ketika istri saya mengatakan ke Allah dulu, apakah tidak jalan ke dokter? Tetap aja jalan ke dokter. Tapi ke Allah dulu. Dan di prosesnya pun kelak senantiasa bersama Allah. Mestinya.

Saat itu saya melihat istri saya mengambil kantong plastik, dan mengisinya dengan beras dan beberapa bahan dapur dan bahan makanan. Buat dibagikan. Istri saya menyuruh saya minimal doa. Dan saya lihat Wirda. Saya titip Wirda sama Allah. Saya memilih shalat dulu.

Nah, nanti saya belajar, bahwa yang saya lakukan ini, dengan memberi sentuhan ikhtiar, sesungguhnya saya melakukan quantum ikhtiar. Allah memperpendek ikhtiar saya.

Dalam bilangan yang ga lama juga, saya, istri, dan Wirda, sudah berada di depan rumah. Saya sudah mengeluarkan motor dari dalam rumah.

Page 24: Buku Wisatahati

“Tadz… Mau kemana…?” tanya Azwar saudaranya istri saya.

“Mau ke dokter.”

“Kenapa emang si Wirda?”, tanyanya lagi.

“Panas badannya.”

“Oooohhh… Coba dah tunggu sebentar. Semalam Helen (anaknya Azwar), juga panas. Neneknya ngasih daun apa tau tuh semalam. Sembuh. Kali aja cocok sama Wirda.”

Lihat, proses ikhtiar ke dokter, Allah perpendek. Tanda-tanda itu ada. Dan saya “melihatnya”. Merasakannya.

Kelak di perkuliahan ini saya kenalkan ke Saudara semua apa yang saya sebut sebagai: GodSign. Tanda-tanda dari Allah.

Saya dan Maemunah sesaat beradu pandang. Berangkat terus ke dokter, atau “memberi kesempatan” kepada Allah untuk “masuk dan berperan” di panasnya anak kami.

Akhirnya… “Iya dah. Coba kasih tau Nyai Kiyah…”.

Azwar memberitahu Nyai Kiyah. Nyai Kiyah ini mertuanya Azwar yang juga neneknya istri saya.

Sejurus kemudian Nyai Kiyah udah datang ke kamar Wirda sambil ngeborehin dedaunan. Ajaib. Miracle. Wirda diam dari nangisnya. Merintihnya pun hilang, dan tertidur. 1 jam lebih kami ngobrol-ngobrol, dan kemudian Wirda pun panasnya mereda. Alhamdulillaah.

Di sini saya belajar, ikhtiar tidak usah harus kemudian sama sekali dilepas. Ikhtiar mah ikhtiar saja. Sampe Allah kemudian memutuskan sesuatu buat diri dan langkah kita. Namun sesuatu yang pasti adalah Allah pasti akan terlibat andai diminta oleh kita untuk terlibat. Allah pasti masuk dan berperan andai kita mengundang-Nya masuk dan berperan. Ini bagaimana Allah mau berperan, wong Saudara saja tidak merapat kepada-Nya? Saudara berperan terlalu dominan, dan mengeyampingkan DIA. Sehingga tidak ada ruang buat-Nya untuk membantu Saudara. Yang menolak bantuan Allah adalah diri Saudara sendiri. Dan Allah itu terkadang begitu, bila Saudara mengandalkan yang lain, maka andelan Saudara itu yang diberi-Nya dulu kesempatan untuk menolong Saudara. Hingga Saudara “nyerah”, dan lalu meminta-Nya datang.

Ada sih banyak kasus, di mana Saudara sama sekali tidak pernah mengundang Allah datang. Saudara asyik saja dengan kebodohan Saudara. Berikhtiar tanpa melibatkan-Nya. Namun disadari atau tidak, Allah tetap masuk dan membantu. Ternyata tanpa Saudara tahu, ada orang di sekeliling Saudara yang memang meminta Allah. Bisa saja orang tersebut adalah istri Saudara, suami Saudara, anak-anak Saudara, orang-orang tua Saudara. Atau

Page 25: Buku Wisatahati

kawan Saudara dan guru Saudara. Mereka berdoa dengan tulus untuk Saudara, padahal Saudara sendiri ga berdoa untuk diri Saudara sendiri, he he he. Ketulusan mereka membuat Saudara kemudian ditolong Allah. Subhaanallaah.

***

Dalam satu kajian tauhid, saya sampaikan. Ketika pun misalnya saya ga ketemu sama Azwar di depan pintu, alias saya terus sampai ke dokter, maka ketahuilah, Allah tetap saja berperan. Siapa juga yang membuat dokter ada di tempatnya? Siapa pula yang menyelamatkan jalan sampe k dokter yang saya tuju? Apa karena dekatnya jarak rumah dengan praktek dokter, lalu saya, istri saya, Wirda, “pasti” selamat pergi dan pulang? Semua menjadi rahasia Allah. Kita tinggal menikmatinya saja. Dan karena kita tidak mengetahui “pekerjaan-Nya” yang ghaib, juga tidak belajar tauhid, tidak belajar iman, maka kita anggap lah tidak ada pekerjaan Allah di sana. Padahal mah masya Allah.

Tidak jarang saya mencontohkan dengan contoh-contoh sederhana. Pernahkah kita berpikir, harusnya kita ini ga selamat. Di tikungan bakal ditabrak oleh satu motor yang datangnya dari arah berlawanan. Namun Allah “selamatkan”. Dengan cara-cara yang tidak kita ketahui. Misalnya pengendara motor itu dipanggil seseorang dari tepian jalan. Kira-kira 200-300 meter sebelom tikungan. Jadilah kemudian “tertahan” 1-2 menit. Pas kita belok di tikungan kita “tidak ketemu”, tidak “papasan”, dengan motor yang mestinya nabrak kita. Akhirnya jadilah kita selamat. Nah, saya perlu mengatakan kepada Saudara semua, peristiwa yang sesungguhnya satu korelasi kejadian ini, karena kita tidak tahu, “nyaman” saja kita jalan ke dokter dan selamat. Karena itu wajar sekali kita harus menyebut asma-Nya, dan bersyukur.

Ketika sampe di praktek dokter pun, apa iya dokter itu ada dengan sendirinya? Bisa saja harusnya dia engga datang ke tempat praktek. Tapi dokter ditelpon oleh pasien lain, janjian, dan datanglah dokter ini. Di mana saya mengatakan, bisa jadi sesungguhnya di antara Rahasia Pekerjaan Allah adalah dokter ini datang bukan karena pasien yang menelponnya. Tapi Allah atur kedatangan dokter ini untuk kedatangan saya dengan Wirda. Subhaanallah. Lagi-lagi mata kita tidak akan bisa mengetahui ini, kecuali dengan mengimani-Nya. Kita tidak akan bisa melihat-Nya, kecuali dengan kebersyukuran, dan IMAN kita. Dan memang DIA lah yang disebut sebagai Yang Ghaib. Sungguh rumit pekerjaan Allah. Tapi kerumitan itu hanya milik manusia. Tidak ada satupun yang sanggup menggantikan-Nya.

Sedikit saya terusin yang sama dengan nada di bahagian ini… Seorang yang berdoa kepada Allah minta diselamatkan hari itu oleh Allah. Lalu Allah menyelamatkannya. Saat dia udah siap pergi, starternya tidak langsung nyala. Ada jeda sedikit. Yang sedikit itulah barangkali penyelamatan oleh Allah. Sepersekian detik yang berarti. Yang kalau Allah tidak tunda, DIA lah yang mengetahui keselamatan dan bahaya buat hamba-hamba-Nya. Ada yang di tengah jalan, truk melintang. Seakan menghalangi jalan. Padahal truk itu dihadirkan Allah agar tertunda perjalanan kita. Yang kalau tidak ditunda, maka kecelakaan akan terjadi. Di tengah jalan pun ada pohon tumbang, sehingga sedikit memacetkan jalanan. Tanpa kita paham, itu pun adalah “kerjaan” Allah. Dan memang semua adalah pekerjaan Allah. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.

Page 26: Buku Wisatahati

Kuliah Tauhid akan tambah menarik tatkala nanti kita belajar iman kepada malaikat. Seru. Menarik. Dan akan membuka mata Saudara semua, betapa kita ini kecil dan Allah itu Maha Besar. Sekaligus DIA Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Menentukan, dan Maha Segalanya.

Saya berdoa Saudara berkenan dan diberi kekuatan dan keridhoan dari Allah untuk mengikuti perkuliahan tauhid ini. Amin. Perkuliahan tauhid ini sesungguhnya pelajaran BESAR dan BERAT . Atas izin-Nya saya memohon agar bisa mengajar Saudara semua dengan bahasa yang ringan dan dengan bahasa sehari-hari.

Saudara bisa jadi tidak menemukan pembahasan akademis di pembelajaran tauhid ini. Semata-mata untuk membedakan antara KuliahOnline yang berbasis Kuliah Kehidupan, dengan kuliah akademisi di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Dan agar berasa kuliah tauhid ini sesegera mungkin di dalam kehidupan sehari-hari para Onliners.

Waba’du, saya mengucapkan selamat mengikuti, dan terima kasih sudah berkenan menjadi sahabat saya dalam amal saleh belajar dan mengajar ini. Semoga Allah mengizinkan kita semua mengenal-Nya lebih dalam dan lebih kenal lagi. Sekaligus mengenal rasul-Nya, Muhammad, dan al Qur’anul kariim. Aamiin.

Bila boleh saya meminta kepada Saudara semua, ajaklah sebanyak-banyaknya orang di sekeliling Saudara mengikuti langsung KuliahOnline ini dengan mendaftarkan diri sebagai peserta resmi. Kemudian sama-sama menyiarkan isinya, dengan memperhatikan seruan dan himbauan saya. Salah satunya, jangan menyebar begitu saja isinya, tanpa pengawalan. Tanpa monitoring. Jangan pula menyebarkan sekali banyak, sekali utuh. Nanti malah jadi sampah yang tak berguna. Pelan-pelan sampaikan kepada yang lain, dan sedikit-sedikit. Jadikan materi demi materi, diskusi dan bahan-bahan dakwah yang disampaikan secara teratur. Sesungguhnya saya mengajar materi pertama ini saja sudah kelewat banyak. Namun semua terjadi atas izin-Nya juga.

***

Sampe sini, saya HENTIKAN dulu sesi 1 Kuliah Tauhid ini. Saya ga yakin juga Saudara bisa menyelesaikan artikel ini dalam waktu sepekan. Su-udzdzan ya? he he he. Khususnya bagi Saudara yang tidak menyediakan waktu khusus untuk mengikuti perkuliahan ini. Kecuali ya yang serius.

Insya Allah sebagai terusannya artikel ini, saya dan kawan-kawan sudah menyiapkan OfflineClass yang kedua: Iman Yang Menggerakkan, Keyakinan Yang Hidup.

Insya Allah Saudara akan diundang melalui imel masing-masing untuk mengikuti perkuliahan OfflineClass ini. Menukik. Belajar keyakinan aplikatif. Sehingga insya Allah Saudara tidak lagi mendewakan uang, mendewakan ikhtiar, mendewakan akal pikiran dan kemampuan Saudara. Hingga kemudian bisa mengistimewakan Allah, dan cara-cara-Nya.

Saya kepengen ada di antara Saudara kelak yang coba ngejajal ilmu yakin dari hal-hal yang

Page 27: Buku Wisatahati

kecil. Beli nasi goreng, tanpa bawa duit. Ada duit, tapi ga usah dibawa duitnya. Doa dulu, shalawat dulu, istighfar dulu, kemudian bismillaah jalan ke tukang nasi goreng. He he he, tes. Apakah bisa bawa pulang nasi goreng. Jajalnya yang sempurna. Maksudnya, ya seperti punya duit, ya ngomong sama tukang nasi goreng; Satu bang!

He he he, berani ga?

Ikutin aja dulu kali ya Kuliah Tauhid ini. Supaya beraninya, bukan berani konyol.

Kalo dari hal-hal kecil udah dijajal, insya Allah bisa melangkah ke hal-hal besar. Misalnya, menghadap pada orang tua, bilang padanya; tahun depan ibu bapak saya berangkatkan haji. Insya Allah. Atau bikin surat undangan pernikahan, tanpa nama calon! He he he. Jajal aja. Sewa aja ruang resepsi, pesan katering, dll., selayaknya ada calon pasangan pengantin. Pas hari H, tes, apakah ada apa engga.

He he he, sekali lagi, berani engga?

Ini khusus buat yang belom nikah loh ya… Hi hi hi.

Saudara ajak anak-anak dan istri makan keluar. Makan di resto. Ga usah bawa duit. Dan ga usah bawa mobil. Pergi aja udah dari rumah. Lakukan hal-hal kecil sebagaimana disebut dan diajarkan di kuliah sesi 1 ini. Tes. Dandan, siap-siap, seakan-akan berangkat menuju resto bawa duit. PD aja. Saya yakin di antara Saudara ada yang mau mencoba kegilaan keyakinan ini. Di resto, sudah menunggu Allah. Dan Allah mengirimkan pasukan penjemput. Insya Allah.

Yah, begitu dah. Kepengen sekali nanti usai ikut OfflineClass Saudara menjajal ilmu tauhid yang Saudara pelajari ini. Bukannya apa. Supaya tuhannya Saudara itu bener, yakni Allah. Diharapkan Saudara kelak tidak sombong saat berhasilnya, dan tidak putus asa saat gagalnya. Tidak tinggi hati saat jayanya, dan tidak rendah diri saat jatuhnya, kecuali di hadapan Kekuasaan Allah. Diharapkan pula oleh saya, agar kiranya kemudian timbul keringan untuk ibadah, dan merasa perlu untuk ibadah. Hingga keistiqamahan dalam ibadah itu datang dan dimiliki oleh Saudara. Saat lapang tidak melupakan Allah, apalagi saat sempitnya. Subhaanallaah. Saat-saat di mana saya rindu agar Saudara semua paham, kesenangan datangnya dari Allah, begitu juga kesedihan. Kemudahan milik Allah, begitu juga kesulitan. Bahagia adanya dari Allah, demikian pula duka. Manfaat datangnya dari Allah, madharat datangnya dari Allah. Kesuksesan datangnya dari Allah, begitu pula kegagalan. Semua dinikmati sebagai Kehendak-Nya. Tidak ada lagi nanti yang dirisaukan, kecuali Allah.

Ya Allah, mudah-mudahan Saudara, dan bahkan saya pribadi beserta seluruh keluarga besar saya dan keluarga besar Wisatahati dan Daarul Qur’an, mudah-mudahan bisa nyampe ke keadaan itu.

Untuk pembelajaran reguler mingguan, Saudara akan lanjut langsung menuju Sesi 2: Laa-ilaaha-illallah. Insya Allah.

Page 28: Buku Wisatahati

Mari sama-sama mengucap hamdalah. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Saudara yang sempat lagi shalat sunnah 2 rakaat, silahkan shalat sunnah ya. Niatnya shalat sunnah mutlak saja. Begini kurang lebih niat dalam bahasa Indonesianya: Ya Allah, saya niat shalat sunnah 2 rokaat. Gitu. Disebut sunnah mutlak, sebab tidak ada embel-embel shalat sunnah apa. Kalau saya, sebagaimana biasa, shalatnya shalat sunnah hajat. Minta ilmu, dan keyakinan, yang bisa membawa kepada amal saleh yang diridhai Allah. Gitu hajatnya. Saudara sudah belajar sedikit dari ilmu tauhid. Maka, bila Saudara mau shalat 2 rakaat, minta sama Allah ilmu ini, maka sesungguhnya Saudara sudah mulai berjalan sebagai orang yang mengimani dan meyakini-Nya. Istilahnya, dalam belajar pun Saudara sudah melibatkan-Nya. Bukan karena saya mengajar, dan Saudara belajar, Saudara lalu bisa. Bukan. Tapi sebab Allah. Bila di awal materi saya menyuruh Saudara semua shalat dan berdoa. Minta ilmu sama Allah. Maka di akhir pembelajaran pun saya meminta Saudara, untuk shalat lagi, dan berdoa. Tambahin kalimat syukur. Alhamdulillaah ya Allah. Engkau mengizinkan ustadz Yusuf Mansur mengajar, dan mengizinkan saya belajar. Mudah-mudahan Engkau menggolongkan kami sebagai orang-orang yang Engkau beri petunjuk.

Demikian.

Allahumma shallii ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ alaa aali Sayyidinaa Muhammad. Allaahumma innaa nas-aluka ‘ilman naafi’an wa yaqiinan shaadiqan. Wa ‘amalan mutaqobbalan wa rizqan halaalan waasi’an mubaarakan thayyiban. Allaahumma inna nas-alukal hudaa wat tuqoo wal ‘afaafa wal ghinaa. Washallallaahu ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali Sayyidinaa Muhammadin. Walhamdulillaahi robbil ‘aaalamiin.

Subhaanakallahumma wa bihamdika nasyhadu al-laa-illaaha illallaah nastaghfiruka wa natuubu ilahi. Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam hormat, Yusuf Mansur.

Page 29: Buku Wisatahati

Laa ilaaha illallaah 

Kuliah Online Ustadz Yusuf Mansyur Sesi - 2

Yang kita perlukan di kehidupan ini adalah tauhid, iman dan amal saleh. Yang kita perlukan adalah Allah. DIA Maha Mendengar, DIA Maha Melihat. DIA Maha Mengabulkan. DIA Maha Kuasa.

Sempatkan baca tulisan selangan ini ya… Sebagai contoh satu interaksi antara seorang manusia dengan Khaliq-Nya, dengan Allah.

Saat saya menyempurnakan tulisan ini, saya sempatkan mandiin anak-anak saya. Saya mencoba mengikuti apa yang dicontohkan ibu saya. Mandiin saya di waktu kecil dengan “air doa”, dengan “air shalawat”.

Maksudnya apa?

Maksudnya, sambil mandiin sambil doa sambil shalawat. Doa dan shalawat itu bisa diucapkan lewat lisan, dan bisa diucapkan lewat hati. Tatkala saya membuka pakaian anak-anak, saya baca doa dan baca shalawat. Apa yang diperlukan sama anak kita untuk hari yang dilaluinya, dan apa yang kita inginkan dari anak kita, dari Allah, kita sampaikan kepada Allah. Sambil buka bajunya kita sampaikan kepada Allah. Demikian tatkala nanti mengeringkan badannya anak, dan memakaikan pakaiannya. Saya coba penuhi dengan doa dan shalawat kepada Rasul.

Kelak bukan hanya saat mandiin, ngeringin badan, makein atau buka baju, doa dan shalawat. Namun di banyak kesempatan. Tatkala bangunin mereka dari tidur, dan tatkala nidurin mereka. Tatkala mereka pamit sekolah dan pulang dari sekolah. “Mandiin” diri anak-anak kita dengan doa dan shalawat. Jangan pelit-pelit berdoa dan bershalawat. Selain itu sebagai tanda Saudara terhubung terus sama Allah, juga ia menjadi pahala buat Saudara. Menjadi sesuatu yang bila “dikumpulkan” sebagai bekal hari akhir, akan sangat besar juga. Sebab doa dan shalawat adalah ibadah. Usahakan doa dan shalawat itu terucap. Supaya anak kita juga dengar, dan menjadi pembelajaran. Dan usahakan lagi doa dan shalawat itu pake hati. Yang tulus, yang yakin.

UNTUK SAUDARA YANG BELOM MEMILIKI ANAK KETURUNAN, DAN BAHKAN YANG BELOM MEMILIKI JODOH, saya doakan Saudara segera diberi hadiah Allah jodoh yang saleh salehah dan keturunan yang saleh salehah. Saya HENTIKAN dulu menulis ini, mudah-mudahan ini tidak menjadi riya dan sum’ah. Saya hentikan sebab saya mau shalat dua rakaat, shalat sunnah hajat, untuk Saudara-Saudara Onliners yang betul-betul belom memiliki jodoh dan keturunan. Agar Saudara betul-betul diberi Allah. Laa-ilaa-ha-illaallah. Hanya Allah yang bisa menghadirkan jodoh dan anak keturunan buat Saudara. Dan Allah Maha Kuasa.

Ok, mohon izin sebentar saya ambil wudhu, shalat, dan baca shalawat, untuk Saudara.

Page 30: Buku Wisatahati

Dan kiranya beginilah Saudara bagi saudaranya Saudara yang lain. Saling memberi hadiah kebaikan dan doa. Buat yang luang waktunya, dan dalam keadaan bisa shalat, silahkan jeda sebentar, ambil wudhu juga, lalu shalat sunnah 2 rakaat, dan baca shalawat. Shalawatnya 10x cukup, sebagai pengantar doa Saudara buat diri Saudara dan buat saudaranya Saudara, termasuk saudaranya Saudara di KuliahOnline ini yang boleh jadi Saudara sama sekali ga tau dan ga kenal. Sebut saja dalam doa yang sederhana: Ya Allah, bila ada peserta KuliahOnline yang belom memiliki jodoh dan anak keturunan, berikan mereka jodoh dan anak keturunan, yang saleh salehah lagi bagus dunia akhiratnya. Kira-kira begitu.

Nanti nih, salah satu yang diajarkan di KuliahOnline adalah Saudara berdoa untuk orang lain. Tidak selalu harus untuk diri Saudara sendiri. Hal sepele seperti Saudara mendengar tangisan anak bayi di dalam bus, sama-sama penumpang, Saudara kemudian sempatkan mendoakan anak tersebut supaya berhenti nangisnya dan nyaman ibunya, nyaman juga penumpang lain. Ada kawannya Saudara, satu kantor, “terdengar” oleh Saudara, bahwa ia kena kanker, Saudara doakan dia. Saudara bisa memberitahu yang didoakan, sebagai kebaikan, atau Saudara boleh menyembunyikannya. Terserah saja. Jika diberi tahu kepada yang didoakan, seperti saya memberi tahu Saudara semua bahwa saya hentikan dulu ngajarnya untuk shalat dan doa, niscaya akan senanglah hatinya. Sebab didoakan. Didoakannya pake shalawat dan shalat lagi. Dan ini semua insya Allah jadi kebaikan buat kita juga.

***

Mudah-mudahan Saudara yang sudah sampe ke paragraf ini dalam keadaan sudah mengikuti saya; shalat, doa dan shalawat untuk yang lain.

Saya shalat atas izin Allah dengan membaca ayat yang di dalamnya ada perihal jodoh dan anak keturunan. Silahkan ikut dibuka Qur’annya. Saudara baca Qs. Aali ‘Imraan: 33-51 dan Qs. al Anbiyaa: 87-92. Insya Allah di sesi berikutnya saya sampaikan bacaan Qur’an saya dari ayat-ayat tersebut. Insya Allah akan segera diupload seperti al An’am tempo hari. Sebagai bacaan hadiah buat Saudara.

Nanti perhatikan al Anbiyaa ayat 89, kata-kata “fardan” sebenernya menunjukkan kesendirian Nabi Zakaria dan istrinya yang belom memiliki anak keturunan. Tapi insya Allah tidak mengapa dipake buat yang belom memiliki jodoh. Mudah-mudahan Allah yang menurunkan wahyu, tidak menyalahkan ayat ini dipake juga sebagai doa buat yang belom berjodoh.

Oh ya, sekedar jadi pelajaran tambahan di sesi ini, tadi saya doakan juga sekalian buat YANG SUDAH PUNYA JODOH DAN ANAK KETURUNAN. Supaya masing-masing jodoh dan anak keturunan yang saleh salehah, dan menjadikan diri kita semua hamba-hamba-Nya yang saleh salehah. Aamiin.

Ok, saya menyita Saudara semua ya? Engga lah. Kiranya ini pelajaran juga buat Saudara.

Page 31: Buku Wisatahati

Alhamdulillaah saat menulis ini dan usai shalat, shalawat dan doa, ibu kandung saya datang. Saya gunakan kesempatan untuk mendoakan Saudara semua. Allah Maha Luar Biasa. Saya sedang mengenang masa kecil saya bersama ibu yang kemudian jadi pelajaran buat Saudara semua. Bukan sekedar mengenang. Tapi saya tulis. Eh yang ditulis, datang. Subhaanallaah. Nikmat benar Saudara ini. Mudah-mudahan Onliners yang datang belakangan pun mendapatkan limpahan berkah ini. Aamiin. Foto ibu saya mendoakan Saudara semua, saya minta kawan-kawan upload. Doakan ibu saya ya…

***

Sekedar mengenang, waktu kecil sampe agak besar, saya dimandiin sama ibu saya. Saat dibuka bajunya, dan dipakaikan kembali baju yang lain, ibu saya membaca doa dan shalawat.

Kebayang ya?

Sehabis mandi, saya didirikan di atas bale batu. Di sana saya dikeringkan dan dipakaikan pakaian. Nah, sambil ngeringin dan makein, saya diajak bicara sama ibu dan dibacakan shalawat. Saya mengingat, ada doa dari ibu yang dari hari ke hari doanya iiiiiitttuuuu itu saja. Relatif hampir sama.

Kata beliau: “Ibu doainn mudah-mudahan nanti Kamu bisa pergi ke Mekkah seperti pergi ke depan pintu. Kapan mau pergi, tinggal jalan ajah. Malahan kalau mau pergi keluar negeri yang lain, kayak ke pasar ajah. Tinggal jalan”.

Doa ini saya katakan, hampir sama saya dengar saban harinya. 1 hari dimandikan 2x. Sehari saya didoain dengan doa yang relatif sama. Ada tambahan-tambahannya, disesuaikan dengan keadaan. Tapi yang paling rutin dan sering adalah itu. Doa lainnya yang rutin dan sering adalah: “Mudah-mudahan bisa menggantikan Guru Mansur. Jadi ulama besar. Jadi orang yang didenger”…

Makin saya besar, makin saya “mengerti” bahwa doa ibu saya itu ga mungkin dikabul Allah. Pergi ke Mekkah masa sama dengan pergi ke depan pintu. Yang bener aja?

Protes lah saya. “Bu… Kalo doa itu ya yang mungkin-mungkin aja. Jangan yang ga mungkin…”

Alhamdulillah, saya malah “disemprot”…

“E e e e e… Mana ada yang ga mungkin buat Allah…? Kalau Allah sudah bilang Kun, Fayakuun…!!!”

Page 32: Buku Wisatahati

“Lagian, ibu baca doanya pake shalawat. Ga mungkin ga dikabulkan.”

Saya diem dah tuh. Dan terus menikmati doa dan shalawatnya ibu.

Dan waktu pun berjalan. Zaman dan situasi berbeda. Dulu, umrah itu ga booming kayak sekarang. Pergi haji juga barangkali ketika saya kecil, ga dikenal pergi haji plus. Paling tidak, ga kayak sekarang dah. Subhaanallaah, nah doa ibu ketika mandiin saya, ngeringin badan saya, dan makein pakaian saya, dikabul Allah.

Makin nyatalah bahwa DIA adalah Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah.

Belajar dari situ, belajar bahwa ga ada yang ga mungkin kalo kita berdoa, dan belajar untuk percaya dan yakin sama Allah, maka saya coba terapkan ulang sama anak-anak saya. Momen-momen apa saja dipakai untuk berdoa, mendoakan, dan didoakan. Berdoa bareng maksudnya, mendoakan anak, dan minta didoain anak.

Alhamdulillah, pagi-pagi saat mau menyempurnakan tulisan ini, masih dikasih kesempatan sama Allah mandiin anak dan menyiapkan sekolahnya.

Tatkala saya anter pake motor menuju sekolahnya, anak-anak, 2x angkut, karena 4 orang, he he he, saya ajak bershalawat di atas motor. “Ayo Bang, ayo De… kita baca shalawat….”. Lalu saya pimpin bacaannya. Kadang saya ganti sama baca tasbih. Kadang saya ganti sama ngobrol ringan sama anak-anak.

Okkeh, anak-anak sudah sekolah, dan alhamdulillah, makasih kepada Allah, masih diberi kesehatan dan umur. Mudah-mudahan kita semua diberi-Nya kesempatan untuk beribadah dan menyiapkan sebaik-baiknya amal dan sebanyak-banyaknya amal untuk bekal hari akhir.

Bismillaah ya. kita mulai belajar. He he, maaf ya. Dari tadi udah belajar sebenernya. Tapi belajar “selangan”. Berikut ini materi sebenernya dari sesi ke-2. Maaf, maaf, maaaaaaaaaafff… Semoga manfaat.

Oh ya, supaya ga bingung, saya beritahu. Tulisan berikut ini ditulis dengan waktu YANG BERBEDA. Bukan berarti saya menulis selangan, lalu kemudian dirangkai tulisan berikut ini. Bukan. Tulisan berikut ini sudah ditulis duluan. Dan nulisnya beda. Kalo yang selangan ditulis pagi hari. Kalo yang berikut ini ditulis sebelom datang waktu shubuh. Ini saya sampaikan supaya Saudara ga bingung…

***

Oh ya, waktu belajar di Mukaddimah dulu, bagaimana dengan ayat 160 s/d 165 Surah al An’aamnya? Sudah dilihat, dibaca dan diusahakan untuk dipahami? Sudah didownload juga kah audionya? Dan apakah sudah dihafal sekalian buat dibaca dalam shalat-shalat kita?

Page 33: Buku Wisatahati

Mudah-mudahan udah ya.

Ok. Semoga Allah Yang Maha Patut Disembah, yang kehadiran kita ini adalah hanya untuk menyembah-Nya dan beribadah kepada-Nya, berkenan mengizinkan kita-kita yang lemah dan hina ini mengenal-Nya, dan dekat dengan-Nya. Amin.

Dan ayat-ayat tersebut (al An’aam 160-165) di antaranya dijadikan rangkaian bacaan Takbirotul Ihroom di dalam shalat setelah takbir. Pernyataan bahwa hidup kita, dengan segala gerak geriknya, adalah untuk Allah dan karena Allah.

Ya Allah, ini tidak gampang, kecuali Allah lah yang membimbing kita dan memberi kita taufik dan hidayah-Nya.

***

Saudara-saudaraku semua, ingin rasanya saya gemakan terus kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga jangan sampai ia lepas. Bahwa Laa-ilaa-ha-illallaah, tidak ada Tuhan selain Allah. Termasuk di urusan rizki. Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah. Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak ada cara mencari rizki kecuali caranya Allah. Tidak ada tuhan selain Allah pokoknya.

Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup saya, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan saya.

Tidak mudah. Karenanya saya mau bersungguh-sungguh dan berdoa. Memohon taufiq dan hidayah-Nya.

Saya melihat tidak sedikit manusia yang kelelahan mencari dunia. Sebab yang ia cari memang hanya dunia. Tiada ia tempuh jalan-jalan ibadah yang mengantarkannya kepada Pemilik Dunia.

Saya tidak mau menjadi bahagian dari orang-orang yang kelelahan itu. Dan saya pun menginginkan Saudara semua tidak menjadi bahagian yang kelelahan.

Sungguh aneh manusia ini. Dan begitu lah juga saya melihat keanehan itu pada diri saya. Semoga tidak ada keanehan ini pada diri Saudara semua.

Pagi-pagi semua beterbangan mencari rizki ke tempat tujuannya masing-masing, sesuai dengan profesinya masing-masing. Tapi pagi-pagi juga sudah ada “yang dilupakan”, dan ada “tempat yang dilupakan”.

Kenal Allah? Tahu Allah?

Ga mungkin ya ga kenal dan ga tahu.

Page 34: Buku Wisatahati

Kenal Rumah-Nya?

Ada yang menjawab dengan gagah, kenal. Tahu. Masjid kan?

Betul. Dan itulah “dua yang dilupakan”: Allah dan Rumah-Nya.

Saudara boleh saja menolak dan mengatakan, saya ga lupa koq sama Allah.

Saya tinggal jawab, “Masaaaa…???”

Tentu saja saya berharap, semua Onliners adalah orang-orang yang tidak pernah lupa dan lalai. Atau paling tidak, merupakan orang yang mulai belajar untuk tidak melupakan dan melalaikannya.

Andai Allah boleh dibayangkan, dilukiskan, divisualkan, sesuatu yang aneh, terjadi. Tentu saja ini tidak boleh. Tapi saya melakukannya untuk mempermudah penggambaran betapa kita-kita sungguh aneh.

Bayangkan Allah “berdiri” di depan Rumah-Nya. Di depan masjid. Bersama malaikat-malaikat-Nya. Lalu Allah “melihat” kita seliweran sana seliweran sini, mengejar rizki. Ada yang berjalan cepat, ada yang tergesa-gesa, dan ada pula yang biasa aja. Ada yang naik ojek, ada yang nunggu busway, ada yang naik kendaraan pribadi. Ada yang gelap-gelap udah jalan, ada yang matahari udah mau naik jalannya.

Ya. Allah melihat kita seliweran, lalu lalang, di depan rumah-Nya, di depan masjid-Nya. Mencari rizki, berburu rizki.

“Siapa mereka?”, begitu “mungkin” Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya.

Saudara ga usah berkernyit ya. Masa Allah “nanya” sama malaikat-Nya…

Sekali lagi, lukisan ini untuk “menampar” kita semua. Agar sedikit mau mengenal dan melibatkan Allah. Mencari rizki adalah pekerjaan mulia. Ia menjadi ibadah yang sangat hebat. Shalat “hanya” 5-10 menit. Tapi ibadah yang namanya “kerja” bisa 10-12 jam dihitung dari mulai jalan hingga pulangnya. Setara mungkin durasinya dengan ibadah yang namanya puasa. Maka jangan sia-siakan ibadah yang satu ini, dengan memberi nilai lebih, dengan memberi bobot lebih. Mulailah dari hal yang sederhana yang Saudara bisa petik dari hikmah lukisan dialog dan keadaan ini.

Kita ulangi lagi…

“Siapa mereka?”, begitu “mungkin” Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya tatkala menyaksikan hamba-hamba-Nya yang perlu akan rizki-Nya, tapi shubuhan “ga sowan” ke Allah, he he he. Ga sowan ke rumah-Nya. Sama rizki-Nya, perlu. Sama Allah malah ga perlu. Sama tempat rizki, diburu. Takut banget terlambat, takut banget dianggap ga disiplin. Tapi

Page 35: Buku Wisatahati

sama “sumber rizki” ga kenal. Sehingga merasa ga datang pun ga apa.

Malaikat menjawab, “Mereka adalah hamba-hamba-Mu…”

“Mau kemana mereka?”

“Mereka mau mencari rizki-Mu.”

“Kemana mereka berjalan? Kemana mereka menuju?”

“Ke tempat pekerjaan dan usahanya masing-masing wahai Allah…”

“Tidak kah mereka tahu Aku Yang Maha Memberi Rizki ada di sini?”

Allah berdialog dengan malaikat-malaikat-Nya “di depan” masjid-Nya, di depan Rumah-Nya.

Malaikat menjawab, “Tahu tapi kayak ga tahu… Paham tapi kayak ga paham. Ngerti tapi kayak ga ngerti…”

“Kenapa bisa-bisanya manusia melewati diri-Ku, melewati tempat-Ku? Lalu bisa-bisanya mereka menuju rizki-Ku, mencari rizki-Ku, tanpa tahu Aku ada di sini? Sedang Aku lah yang mengizinkan apa yang dicari oleh mereka menjadi didapat.”

Saudaraku, itulah sebagian keanehan kita, yang akhirnya banyak di antara kita yang kelelahan. Punya duit kayak ga punya duit. Tetap tidak berdaya menghadapi hidup ini. Tetap ada ketidaknikmatan di tengah nikmat.

Lihat saja diri kita. Mestinya shubuh-shubuh kita sudah bergegas menuju Allah, menuju masjid-Nya, menuju Yang Maha Memberikan rizki yang kita cari. Tapi apa yang terjadi? Saya menyebut: Pagi-pagi tempat itu sudah kita lupakan. Sejak pagi. Sejak gelap. Yang kita pedulikan hanya tempat kita bekerja. Allah, tidak kita pedulikan. Mungkin ada yang tahu ada yang tidak, betapa kecewanya Allah saat menjumpai hamba-Nya di pagi harinya yang dirisaukan soal dunia-Nya. Yang dirisaukan, persoalan hidupnya, hajat hidupnya. Jarang ada yang pagi-paginya mikirin Allah.

Sebagiannya lagi tahu, bahwa Allah itu datang di tengah malam. Di dua pertiga malam. Di sepertiga malam. Turun ke langit dunia. Langsung ke rumah kita. Langsung ke kamar kita. Allah bertanya, siapa di antara hamba-Nya yang meminta ampunan? Mau Allah beri. Siapa di antara hamba-Nya yang berdoa? Akan Allah kabulkan. Siapa di antara hamba-Nya, yang mencari rizki-Nya? Akan Allah berikan. Siapa di antara hamba-Nya yang punya kesulitan? Kesusahan? Akan Allah tolong, dan hilangkan. Siapa yang menginginkan sesuatu dari diri-Nya? Allah datang. Mengantar apa yang manusia butuhkan, mengantar apa yang manusia perlukan. Luar biasa. butuh pekerjaan, jodoh, proyek, modal, kesehatan… Apapun. Semua diantar Allah.

Orang-orang kaya didatengin gelap-gelap oleh orang miskin, tentulah mereka akan merasa

Page 36: Buku Wisatahati

terganggu. Penguasa dunia, para pejabat, yang notabene adalah wakil-wakil rakyat, bawahan rakyat, pun akan marah luar biasa, jika ada rakyat kecil yang bisa menerobos masuk dan mengganggu istirahatnya. Kita rela menanti seorang pejabat untuk menerima kita. Berbulan-bulan bisa jadi surat kita baru dibacanya, dan kemudian kita dipanggilnya. Untuk bicara yang belom tentu didengarnya. Kalaupun didengar, belom tentu dia bisa mengatasinya. Kita rela menghinakan diri kita di hadapan manusia lain untuk dapat bantuannya. Sedang Allah? DIA malah mendatangi kita. Di saat raja dunia tertidur, DIA malah mendatangi kita…

Tidak kah hal ini Saudara bisa rasakan? Lalu kemudian terasalah keanehan dimaksud?

Garis hidup kita sudah melenceng sejak dari tengah malam! Sejak dari dua pertiga malam. Sejak dari sepertiga malam. Manakala kita tidak punya kemampuan untuk bangun malam.

Oke lah. Itu ibadah sunnah. Gimana dengan shalat shubuh? Sebagiannya lagi menertawakan dirinya. Boro-boro bisa shalat shubuh berjamaah, di masjidnya Allah. Di “istana” Nya. Boro-boro. Sebagian kita bisa jadi tidak shalat shubuh sebab kelelahan berburu dunia. Pulang sudah larut malam. Kita tidak pandai mengatur waktu, agar bisa ketemu esok shubuh dengan Yang Menjamin Hidup, Pemilik Kebahagiaan dan Kesengsaraan. Kalau mau ketemu manusia, kita bisa persiapan ini persiapan itu. Tapi untuk ketemu Allah, nyaris tidak ada persiapan apa-apa, dan tidak siap! Ga siap bangun malam, dan tidak mempersiapkan diri. Tidak siap shalat shubuh, dan tidak mempersiapkan diri.

Itu baru sekelumit keanehan yang saya paparkan atas izin Allah di Kuliah Tauhid Sesi 2 ini. Sampe sini saja, kalimat Laa-ilaa-ha-illallaah sudah tidak nampak bunyinya di kehidupan sebagian Onliners.

Tidak ada tuhan selain Allah. Harusnya, tidak ada yang lebih dipikirin kecuali Allah. Nyatanya?

Tidak ada tuhan selain Allah. Harusnya, tidak ada yang lebih dikhawatirkan kecuali Allah. Nyatanya? Kita bisa tuh menomorduakan Allah, lalu mengutamakan meeting dengan client. Menomorsatukan kehadiran pelanggan ketimbang kehadiran Allah. Sebagaimana disebut, sama yang namanya telat absen di kantor di pekerjaan, takutnya masya Allah. Tapi giliran shalat yang juga sebenernya “diabsen” oleh malaikat-malaikat Allah, ga takut telat, dan ga ada perasaan apa-apa ketika telat. Malah ada yang mati rasa dengan sengaja meng-entar-entar-kan jadwal shalat.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada tuhan selain Allah. Mestinya, tidak ada yang lebih diburu kecuali Allah. Tapi ya begitu dah. Coba aja dirasakan sendiri.

***

Onliners yang dimuliakan Allah SWT… Saya melihat manusia-manusia yang berat hidupnya

Page 37: Buku Wisatahati

dengan beban hidupnya. Sebab ia tidak men-share bebannya itu kepada Allah. Padahal DIA lah Yang Maha Meringankan.

Saya melihat ada yang menangis padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada yang hidupnya sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu kaya secara dunia; Ada yang kaya, tapi tidak memiliki keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya. Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.

Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.

Saya melihat ada yang keluarganya berantakan, sementara ia enjoy dengan hal itu, lalu ia katakan kepada dunia dia mau membentuk keluarga baru yang lebih harmoni; Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada manusia yang segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada menghargainya. Yang bisa menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang bahkan.

Saya melihat tidak sedikit manusia yang justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan. Ada selalu yang diambil sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia. Itu saya lihat terjadi sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.

Saya melihat begitu banyak manusia dan juga barangkali diri saya, yang diberi Karunia-Nya, tapi bermaksiat dengan karunia dari Allah itu! Padahal ada Allah yang maha melihat dan maha mengawasi. Dan DIA lah yang maha membalas juga apa yang kita perbuat. Yang baik dibayar dengan surga dan keridhaan-Nya. Yang buruk dibalasnya dengan neraka dan kemarahan-Nya.

Saya mengingat analogi maen CATUR yang sering saya sampaikan kepada para pendengar tausiyah saya, yang sesungguhnya saya sedang memperdengarkannya pada diri saya sendiri. Kalau kita maen catur BERDUA, maka berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu kalau maen BERDUA. Bagaimana kalau maen catur SENDIRIAN? Kalau

Page 38: Buku Wisatahati

maen catur sendirian, ya bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas. Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti maen halma, boleh. Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita maen catur SENDIRIAN.

Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat main catur, ALLAH MAEN SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG LAIN.

Kemudahan ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksudnya itu kalimat; Tidak ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka saya kepengen Allah berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi bila saya menghendaki Allah memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya saya menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri saya sendiri, bahwa ia akan mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak saya ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal salih.

Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat-sangat bersedia untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dengan sabab ilmu yang diteteskan-Nya pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang terbaik. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali apa-apa yang sudah Allah aturkan.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa adalah Kuasa-Nya.

Dengan berpikiran seperti ini, yang harus saya lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.

Saya melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya visi misi li i’laa-i kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka tidak ada pernah kegagalan baginya…

Page 39: Buku Wisatahati

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah yang senantiasa mengawasi apa yang kita lakukan. Bisa kah kita bermaksiat di hadapan Allah Yang Maha Melihat dan Mengawasi? Bisakah kita berbuat dosa di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui? Sedangkan siapa yang sanggup bermaksiat dan berbuat dosa TANPA RIZKI-NYA? Semua bermaksiat dan berdosa dengan memakai pemberian Allah. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Koq bisa-bisanya berbuat dosa sementara mata dari Allah, telinga dari Allah, tangan dan kaki dari Allah, duit dari Allah? Seseorang bermaksiat dan berbuat dosa sementara kesehatannya adalah dari Allah… Boro-boro dibawa ibadah, dibawa taat, dibawa untuk kebaikan, ini malah dibawa maksiat dan dosa. Udah gitu, berbuat dosa dan maksiatnya, sambil dilliatin sama Allah. Astaghfirullaah… Ampunilah kami-kami ini ya Allah.

Allah melengkapi kita semua dengan kulit. Lah, kelak kulit ini akan diminta Allah bicara. Saya sering mengatakan kepada diri saya dan kepada jamaah semua yang berkenan mendengar dan percaya… Bahwa ada seseorang yang matanya tidak pernah bermaksiat dari lahirnya. Sebab ia buta sejak lahir. Ada seseorang yang telinganya tidak pernah bermaksiat dari lahir. Sebab ia tuli sejak lahir. Ada seseorang yang tidak pernah bermaksiat dengan tangan atau kakinya, sebab lahir tanpa tangan, atau tanpa kaki. Ada seseorang yang tidak pernah bermaksiat dengan duitnya. Sebab ia miskin dari lahir sampe wafatnya. Tapi siapa yang tidak punya kulit? Semua punya kulit. Dan masya Allah nya, kulit ini yang nanti diminta bersaksi. Duh duh duh… Nanti saya ajak deh menyelami ayat-ayat Allah seputar pengawasan dan pembalasan Allah, seputar hari dibangkitkan, seputar hari hisab, dan hari persaksian.

***Sampe sini, SAYA MEMBACA ULANG TULISAN INI. Tulisan yang dijadikan esai-esai Kuliah Tauhid di KuliahOnline Wisatahati.

Ya, saya membaca ulang apa yang saya tulis. Dari atas, sampai bait ini.

SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS. Benarkah yang saya tulis ini? Sehebat itukah tauhid saya?

Tambah ga percaya lagi, bahwa saya sedang mengajar lewat esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh peserta KuliahOnline.

Adduh, andai benar, saya benar-benar memohon Allah menjadikannya menjadi bait-bait doa agar apa yang tertulis menjadi kenyataan. Allah bimbing saya untuk mencari dunia dengan baik, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan agama-Nya, dan hanya di jalan-Nya. Allah bimbing saya untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat, dan meyakini bahwa Laa-ilaa-ha-illallaah, tidak ada sesuatu yang harus dikejar kecuali diri-Nya semata. Yang dengan demikian tidak seharusnya pencarian dunia, berhenti di sebatas mencari dunia itu saja. Terus dikonsentrasikan di pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.

SAYA MELIHAT DIRI SAYA.

Page 40: Buku Wisatahati

Ya, saya melihat saya!

Saya masuk ke kehidupan saya…

Dan saya menemukan diri ini masih jauh dari tulisan di atas.

Teramat jauh.

Jauuuuuuuuuuhhhh…

Duh, apa sanggup saya menuliskannya lagi bait-bait yang masih menari di hati ini?

Saya ingin berteriak kepada diri saya, tunjukkan kalau Anda benar!

Lagi. Saya melihat diri saya lagi.

Wuh, benar!

Jauh.

Lihat saja. Allah memanggil saya. Memanggil dengan azan. Lihat, saya tidak bergeming. Apakah ini yang disebut Laa-ilaa-ha-illallaah? Tidak ada urusan --harusnya-- kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita urus? Nyatanya, saya masih menomorduakan panggilan Allah.

Saya tahu Allah bakal datang. Sebab waktu shalat betul-betul sebentar lagi datang. Tapi saya malah masih nulis, bukan siap-siap menyambut kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak malam, di setiap waktu shalat, saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah menunggu kedatangan Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!

Duh duh duh, lebih pantas rasanya saya menangisi diri ini.

Wahai Kamu! (Begitu saya seharusnya menunjuk hidung saya sendiri dengan jari). Kalau Kamu benar tauhidnya, perlakukan Allah dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid dalam kehidupan Kamu! Jangan ada yang laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia, lalu Allah datang memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti berkumandangnya azan adalah hal yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.

Saya ingin berteriak kepada diri saya, buktikan kalau Anda benar! Benar tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa-ilaa-ha-illallaah. Nyatanya? Belum tuh.

(+) Loh loh loh… Ntar dulu... Sebenarnya, sedang dialog sendirian, mengajar… Atau sedang menulis sih?

(+) Maaf wahai tanganku, saya sedang berdialog dengan diri sendiri.

Page 41: Buku Wisatahati

Biarkan.

Biarkan ia terus menulis sekenanya.

Sesukanya.

Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari menjadikan Allah sebagai tujuan hidup.

Ketika mencari dunia, mau bersusah payah. Tapi giliran beribadah, gampang benar teriak lelah.

Shalat sunnah tidak dipaksakan untuk ditegakkan. Shalat berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di shaf yang pertama. Kehadiran diri tidak digunakan untuk kepentingan sesama. Setidaknya belum dimaksimalkan potensinya untuk ditujukan pada sebesar-besarnya kepentingan sesama, dan agama. Keluarga masih terabaikan.

Kurangnya… banyak.

Itulah. Saya melihat saya.

Tapi, Laa-ilaa-ha-illallaah.

Tidak ada yang mengajarkan ilmu dan memberikan kesempurnaan langkah kecuali Allah. Maka saya menghibur diri ini, Laa-ilaa-ha-illallaah. Biarlah Allah membimbing saya terus, sehingga bisa menjadi hamba-Nya yang sesuai dengan apa yang digariskan-Nya.

Ah dunia. Saya tulis Kuliah Tauhid ini agar saya tidak susah mencari kamu wahai dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa kamu itu tidak penting. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang lebih penting kecuali Allah.

Saya tulis Kuliah Tauhid ini, sebab kasihan melihat diri saya yang sering kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Tapi betapapun, saya hidup di dunia ini. Rasul pun mengajarkan doa agar kita memohon kepada Allah agar Allah membaguskan dunia kita sebab di sini kita hidup. SAYA BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah Tuhan saya adalah Allah, dan Allah adalah pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU HIDUP SAYA TETAP SUSAH? Atau merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar bertuhan Allah. Itu saja.

Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan terus ilmu dan ikhtiarmu. Jangan lupa terus memohon bimbingan dari Allah.

Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi. Siap-siap menuju masjid. Katakan kepada dunia, bahwa kamu mau shalat shubuhan dulu. Kalau shalat shubuh sudah tidak disiplin, jangan harap ini menjadi awal hari yang baik, untuk dunia kamu, untuk urusan permasalahan kamu, untuk segala hajat kamu…

Page 42: Buku Wisatahati

(+) Loh, koq masih nulis terus? Katanya mau Shubuhan?

(-) Iya iya. Saya akan segera berhenti mengetik, dan men-shut-down komputer ini. Makasih yaaa.

***

Salam. Yusuf Mansur. Kampung Ketapang, Senin 27 Agustus 2007, pukul 04.38 WIB. (tulisan ini “sudah berulang tahun berkali kali” he he he. Mudah-mudahan Allah subhaanahuu wata’aala benar-benar menjadikan kita sebagai orang-orang yang mengEsakan-Nya, bertauhid hanya pada-Nya).

Munajat

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Ya Allah, berilah kami ilmu yang berguna, yang bisa membuat diri kami, istri/suami kami, anak-anak kami dan keturunan-keturunannya, orang-orang tua kami, keluarga kami, sahabat-sahabat kami, jadi saleh salehah lagi bagus iman islam dan banyak amalnya.

Berilah kami ilmu yang dengannya terang pula jalan hidup kami, bagus dunia akhirat kami. Berilah kami ilmu ya Allah yang bisa mengubah kami semakin lagi menjadi orang yang bersyukur, bersabar, bisa ridha akan segala Ketetapan, Ketentuan, dan Pemberian-Mu.

Jadikan kami yakin akan janji-janji-Mu, istiqomah, dan senantiasa baik sangka kepada-Mu. Izinkan kami mengenal-Mu ya Allah, dengan segala keMahaan-Mu

Mudahkan semua urusan kami, ringankan beban kami, berikanlah kami jalan keluar di setiap kesulitan kami.

Engkau lah Yang Maha Perkasa, Engkaulah Yang Maha Bijaksana. Engkaulah Pemilik Segala Kemudahan, Kehendak, dan Pertolongan. Saatnya kami datang kepada-Mu, tolonglah ya Allah, hapuslah catatan buruk hidup kami. Jangan biarkan malaikat yang pastinya sudah mencatat segala perbuatan kami, menghidangkan kitab itu di hadapan kami dan di hadapan-Mu.

Ampuni kami semua ya Allah dan wafatkanlah kami dalam keadaan yang husnul khatimah.

Duhai Pemilik Kehidupan dan Kematian, hanya Engkau pula yang bisa meringankan dan menyelamatkan jalan hidup kami dan juga jalan matinya kami ‘tuk menghadap-Mu.

Dekatkan kami dengan al Qur’an, dan ajarkan kami as Sunnah. Agar terang pula kubur kami, lapang kubur kami, dan Engkau Yang Menjanjikan Siksa Kubur, berkenan menghilangkan siksa kubur itu dari kami.

Page 43: Buku Wisatahati

Wahai Allah Pemilik Negeri Akhir, Kasih Sayang-Mu membuat kami yakin bahwa Engkau berkenan menutup pintu neraka-Mu dan membuka pintu surga-Mu untuk kami, betapapun jeleknya ibadah dan kelakuan kami.

Yaa Haadi, berilah kami petunjuk untuk menjadi hamba-Mu, dan ummat Nabi-Mu yang baik. Jadikan perkumpulan kami ini perkumpulan yang Engkau ridhai. Perkumpulan yang saling ingat dan mengingatkan, dan bersama-sama menuju diri-Mu dan mendekatkan diri kepada-Mu.

Terima kasih atas segala nikmat-Mu yang sejujurnya kami malu belum bisa menggantinya dengan bagusnya ibadah kami kepada-Mu. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Kekasih-Mu Rasulullah Muhammad sholla ‘alaih, agar Engkau berkenan pula mengumpulkan kami dan segenap orang-orang yang kami cintai bersama Rasul-Mu Muhammad, satu surga di Surga-Mu nanti. Amin ya Allah.

Jangan biarkan kami tersesat di dunia ini, apalagi di padang makhsyar nanti. Jangan biarkan juga kami lemah hidup ini, sebab hidup tanpa diri-Mu. Jangan biarkan kami ini kepayahan lantaran tidak mengenal Kekuasaan dan Kebesaran-Mu. Lindungi kami ya Rabb, bimbing kami, dan tolong kami.

Jika kami masih bisa membaca ini, maka perkenanlah kami betul-betul menjadi hamba-Mu yang bertaubat, berbuat baik, dan bersungguh-sungguh menjaga dan melaksanakan ibadah kepada-Mu.

Ya Rabb, jadikan semua anak-anak keturunan kami anak-anak yang menghafalkan al Qur’an, apapun nanti profesi mereka. Kenalkan mereka juga pada tuntunan Rasul-Mu, lebih baik dari kami mengenal al Qur’an dan as Sunnah.

Hadiahkan kami anak-anak keturunan yang menyenangkan hati kami dan bisa menyelamatkan kami di kehidupan dunia ini dan di kehidupan akhirat kelak, dengan amal-amal mereka yang Engkau ridhai, dan doa-doa mereka yang Engkau terima.

Selamatkan kami dengan menyelamatkan anak-anak keturunan kami dengan keluarga-keluarganya. Ya Allah, kuatkan juga anak-anak keturunan kami, kuatkan dunianya, kuatkan akhiratnya. Baguskan dunianya, baguskan juga akhiratnya.

Kepada-Mu kami beristighfar.

Amal Tabungan Tabungan Amal Kuliah Online Ustadz Yusuf Mansyur Sesi - 4

Page 44: Buku Wisatahati

Bagi yang cepat dikabulkan doa-doanya, barangkali sebab ia sudah punya duluan amal tabungannya, hingga kemudian Allah menganggapnya cukup amal untuk hajat yang diinginkannya.

Bagi yang kemudian telat sekali datangnya rahmat sedang dia sudah mulai masuk ke gerbang amal saleh, barangkali sebab begitu banyak dosa-dosanya, namun dia belom melakukan pertaubatan sepenuh-penuhnya.

***

Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia. Sesuai dengan janji dari ujung esai yang sebelumnya, bahwa kita akan membahas sedikit dari lanjutan kisahnya Ibu Yuyun. Yang lupa bagaimana kisahnya, lihat lagi ya kisah Bu Yuyun tersebut. Bahwa ia dalam satu malam bisa mendapatkan solusi dari Allah bagi putranya yang mau masuk ke perguruan tinggi.

Buat saya, menarik sekali membahas kisah tersebut. Kalau cerita itu saya penggal hanya di hari itu, maka kesannya memang adalah doanya Bu Yuyun DIKABUL ALLAH DALAM SEHARI SEMALAM.

Ya, sorenya Bu Yuyun menerima khabar bahwa anaknya lulus. Lalu malamnya bangun malam bersama anaknya. Kemudian besoknya Allah menurunkan pertolongan lewat seorang paman yang menanggung biaya anaknya Bu Yuyun yang tidak lain adalah ponakannya.

Terlihat sangat Kun Fayakuun ya?

Satu malam jadi. Satu malam selesai.

Jawabannya, bisa ya bisa tidak.

Bisa ya, sebab kita lagi belajar nih bahwa Allah itu Begitu Kuasa. Jangankan hitungan jeda satu malam. Tanpa ada jeda pun Allah bisa. Namun bukan belajar namanya kalau kita tidak mengupas lebih jauh lagi.

Coba lihat detail cerita sebelumnya:

Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia tidak sendirian dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. Allah selalu menemaninya. Ini yang ia yakini. Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup.

Lihat, nampak Bu Yuyun datang ke Allah, jauh-jauh hari sebelum anaknya dinyatakan lulus. Bukan baru malam itu saja ia datang ke Allah. Sekali lagi, dari jauh-jauh hari.

Kita buka lagi lembaran esai kuliah sebelumnya yang belajar dari kisah Bu Yuyun. Saya kembali menukilkan sedikit:

Page 45: Buku Wisatahati

Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya. Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang.

Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu. Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin, Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah.

Dan ini yang kita perlu belajar. Bu Yuyun mendatangi Allah sejak pagi-pagi ia mendapatkan masalah. Bahkan, sebenernya, jauh sebelum ia menghadapi persoalan biaya masuk anaknya ke perguruan tinggi ini, ia sudah berangkat menuju Allah. Ya, ia berdoa dan menitipkan kejadian-kejadian rizki di masa yang akan datang, sedari awal.

Bu Yuyun juga punya tabungan yang banyak sekali. Sementara insya Allah kalau melihat kepribadian dari story singkatnya, ia kelihatannya ibu yang salehah, yang sedikit dosanya.

***

Beda Bu Yuyun, beda pula dengan kita. Kebanyakan kita, mendatangi Allah, setelah kita mendapatkan masalah. Atau ketika kita ada keperluan. Meskipun mendatangi Allah, atau mendekatkan diri kepada Allah lewat pintu ini – pintu masalah dan hajat – adalah diperbolehkan (bahkan dianjurkan), namun sering membuat tauhid orang suka rusak jika ia suka buruk sangka, tidak sabar dan tiada ilmu. Andai Allah tidak segera mengabulkan, maka ia akan cenderung putus asa. Cenderung marah-marah, dan bahkan tidak sedikit menyalahkan orang yang menasihatinya.

Saya sering juga “disesali” orang. Ketika saya suruh seseorang bersedekah, lalu ia bersedekah di pertemuan pertama, dan ia tidak mendapati pertolongan Allah segera datang kepadanya, saat itulah tidak sedikit saya kemudian “disesali” oleh orang tersebut. Bahkan tidak jarang saya “diadili” dan “dipergunjingkan”. Padahal andai ia terusin ngajinya, ia lengkapi lagi pengetahuannya, dan ia sabarkan dirinya, insya Allah sedekahnya akan bekerja, ibadahnya akan bekerja.

Dengan belajar esai-esai Kuliah Tauhid, saya kepengen kita semua bergerak menuju Allah. Tidak ada yang pernah terlambat mendatangi Allah, hingga ia meninggal dunia. Sedang, meskipun sudah meninggal dunia, Allah masih berbaik-baik sama kita, dengan terus menyuburkan amal kebaikan kita ketika di dunia hingga saatnya nanti kita dihadapkan dengan Hari Hisab.

***

Sebagai penyerta KuliahOnline, sedari awal saya sertakan juga Program Riyadhah 40 Hari

Page 46: Buku Wisatahati

(lihat tugas). Semacam pesantren personal bagi setiap individu yang bertujuan menjaga rutinitas/keistiqamahan ibadah selama 40 hari.

Nah, bagi yang ikut serta Program Riyadhah 40 Hari, saya betul-betul meminta jamaah yang ingin ikut, membuka diri akan Kebesaran Allah, dan masuk ke program riyadhah dalam kepercayaan penuh dan masuknya juga dengan kekuatan penuh. Namun, sebelum itu, saya meminta kawan-kawan shalat taubat dulu seraya memohon ampun atas segala kesalahan yang barangkali belum sempat dimintakan ampunannya kepada Allah.

Sungguhpun demikian, tidak sedikit juga yang kemudian tidak menampakkan hasilnya, walaupun ia sudah menyelesaikan riyadhah di hari ke-40 nya. Dan sebaliknya, banyak juga yang kemudian mendapatkan berkah padahal ia belum menyelesaikan riyadhahnya. Mengapa? Banyak jawabannya. Dan insya Allah di lembaran-lembaran setelah lembaran ini, satu demi satu akan terkuak dengan izin-Nya.

Satu jawaban yang saya ingin katakan kepada Saudara semua di sini adalah: Kita ini udah kelewat lama ibadahnya ga bener. Kalo ga dibenerin sedari kita ini ada umur, sehat, sampe kapan lagi mau menunda? Iya kalo ada umur, dan sehat. Kalo engga ada, gimana? Diakui atau tidak, ampun dah. Kita-kita ini emang payah dan berantakan ibadahnya. Dengan masuk ke gerbang riyadhah 40 Hari, kita seperti menata ulang hidup kita. Hidup yang penuh ibadah. Kita stel ibadah-ibadah kita dari bangun tidur, sampe tidur lagi dan sampe tidurnya itu sendiri. Diset-up ulang.

Dan bukankah seharusnya memang seperti ini hidup kita? 40 hari menjadi hari-hari yang diharapkan ibadah Saudara menjadi karakter. Yakni menjadi perilaku. Menjadi kebiasaan yang dibiasakan oleh Saudara. Tadinya biasa ga shalat, jadi biasa lagi shalat. Tadinya biasa ga ke masjid, jadi biasa ke masjid. Tadinya biasa ga berjamaah, jadi biasa lagi berjamaah. Tadinya ga biasa baca al Qur’an secara rutin, ini kemudian berusaha mengkhatamkan. Baik bacaan, maupun terjemahannya. Ada yang biasa tidak dhuha, dan shalat malam. Sekarang jadi ga enak kalo ga dhuha dan tahajjud, sebagai udah dibiasakan selama 40 hari.

Memang asalnya mungkin ada yang berawal dari berharap pertolongan Allah datang. Yah, ga apa-apa. Mudah-mudahan Allah mengistiqomahkan setelahnya.

Oh ya, barangkali masih ada yang ga paham apa itu riyadhah ya? Itulah mengapa saya meminta Saudara mengkaji CD-CD atau DVD-DVD yang menjadi bahan ajar penunjang. Jika sudah mempelajari, tentu sudah paham dah apa itu maksudnya riyadhah. Riyadhah itu exercises. Latihan-latihan. Latihan apa? Latihan ibadah. Ditulis, dicatet, dan dilihat detail eksekusi ibadahnya satu demi satu, hari demi hari, sampe hari ke-40. Dimulai dari tahajjudnya jam berapa? Berapa rakaat? Witirnya ada apa engga? Istighfar di waktu sahurnya? Baca Qur’an di penghujung malamnya? Shubuhannya di masjid apa engga? Dan amalan-amalan yang diperlukan cek-lis nya secara jujur. Mirip seperti anak SD yang membawa buku Ramadhan yang harus ditandatangani oleh ustadz-ustadznya. Nah, harusnya, Saudara sudah kelar nih mempelajari DVD Riyadah 1 dan 2. Dan juga sudah melalap CD-CD dan DVD-DVD yang dianjurkan. Bergeraklah menuju Allah. Dekatkan diri kepada Allah.

Page 47: Buku Wisatahati

Sekali lagi, satu hal yang saya mau jadikan pembelajaran buat diri saya pribadi, adalah apa yang saya katakan di bait-bait paragraf di atas. Bahwa saya pribadipun tatkala mendekatkan diri kepada Allah, saya sadar, saya pun lama sekali meninggalkan Allah atau lama sekali tidak memperhatikan Allah sepenuh-penuhnya perhatian. Lalu, saya tanamkan juga pemahaman kepada diri saya sendiri untuk bersabar menanti pertolongan Allah dengan menyabarkan diri terhadap apa yang terjadi selama saya menjaga ibadah dan keyakinan saya. Saya ajarkan diri saya, masakan ketika baru masuk sudah mau minta diperhatikan dan dijawab? Saya riangkan hati, bahwa mendekatkan diri saja kepada Allah, sudah merupakan satu keberuntungan.

Sampe ketemu di esai berikutnya. Kita berdoa untuk diri kita, keluarga kita, dan bangsa kita, agar hanya Allah saja yang menjadi Tuhan kita. Jangan ada yang lain. Dan agar kita menjadi hamba-Nya yang baik, yang ringan mengerjakan amal saleh, berilmu dan bagus keyakinan dan imannya kepada Allah.

Ocre, met belajar dan beramal, sampe ketemu di perkuliahan berikutnya. Jazaakumullaah ahsanal jazaa.

Oh ya, harapan saya juga, setelah Saudara mendengar tausiyah tentang 10 dosa besar, muncul bukan hanya ketakutan untuk jangan lagi melakukan dosa di kemudian hari, namun juga muncul kebersyukuran.

Koq kebersyukuran?

Ya, sebab kita masih diberi-Nya kesempatan hidup. Dan kalau kita masih hidup, masih sempat memohon ampun dan memohon rahmat-Nya. Kita sama-sama berdoa ya agar Allah kasih kita kesempatan bertaubat dan beramal saleh sebagus-bagusnya di ujung kehidupan kita ini.

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelom datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu barulah dia berkata, “Ya Tuhanku, kalau Engkau menangguhkan kematianku walau sebentaaaaar saja, aku akan sedekah dan jadi orang yang saleh.

Tapi Allah tidak akan menangguhkan kematian seseorang yang sudah sampe ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (baca: Qs. al Munaafiquun: 10-11).

Baca tuh ayatnya. Langsung di al Qur’annya. Baca juga sebagai tugas buat Saudara: Qs. Aali ‘Imraan: 131 s/d 143. Baca ayat-ayatnya, dan baca terjemahannya.

Insya Allah Saudara yang sudah mulai meniti jalan-jalan taqorrub, yakni jalan-jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, mudah-mudahan Saudara bukan saja sedang menabung amal saleh setelah barangkali tabungan amal salehnya ga diisi-isi. Melainkan juga amal-amal saleh itu mengikis perbuatan buruk, mengikis perbuatan dosa. Semoga Allah memberikan kesempurnaan ampunan, dan menerima amal ibadah kita. Aamiin.

Page 48: Buku Wisatahati

Amalan Dapat Jodoh Terbaik Oleh Ust. Yusuf Mansur

Page 49: Buku Wisatahati

Assalamu’alaikum wrwb.Cara gampang cari jodoh terbaik adalah metode agar Allah azza wajalla berkenan membuka Rahasia Jodoh Terbaik & Menghadirkannya.Anjuran penggunaan : Sucikan diri (wudhu), sholat sunah 2 rakaat, berdoa, siapkan Al Quran selanjutnya ikuti langkah awal menuju solusi.

Urutan yang harus dilakukan : Merubah pemahaman untuk merubah pola piker lalu mencari penyebab hambatan untuk merubah pola ikhtiar.Pemahaman : 1. Belum adanya jodoh bisa disebabkan oleh hubungan kita dengan Allah, keluarga, lingkungan, teman bahkan diri kita sendiri.Pemahaman 2 : Pahami & Yakinlah bahwa kelahiran, rejeki, jodoh & kematian adalah rahasia Allah.QS 31:34 : Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan & mengetahui apa yang ada didalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dari pemahaman 1 & 2 jelaslah SEGERA RUBAH POLA PIKIR ANDA DALAM MENCARI JODOH! Perbaiki dulu Hubungan dengan Allah baru berikhtiar mencari hubungan perjodohan. Selanjutnya adalah cara memeriksa hubungan dengan Allah yang terdiri dari hubungan dengan Allah, Orang tua & sesama, periksalah! Apa kita pernah percaya dengan ramalan, datang ke orang pinter, percaya kekuatan selain Allah?HATI2 SAUDARAKU! Dengan berbuat syirik dalam perjodohan bikin anda malah tertipu & menderita seumur hidup, bisa jadi anda dijauhkan dari yang semestinya jodoh terbaik atau bahkan tidak menemukannya sama sekali.

QS 31:33 : Janganlah sekali-kali kamu diperdayakan dunia & diperdayakan para penipu yang mengatasnamakan Allah, bisa juga anda mendapat jodoh namun yang malah membuat hidup anda tidak tentram & tidak berkah sebab akan berlaku hukum keseimbangan Allah dalam perjodohan. QS 24:3&26 :....musyrik laki2 berjodoh dengan musyrik perempuan, laki2 yang berperilaku buruk dengan perempuan yang berperilaku buruk juga.

Bukankah anda menginginkan jodoh sebagaimana disebutkan dalam QS 30:21 : ... salah satu tanda kekuasaan-Mu adalah menjadikan pasangan hidup dari jenis kami, yaitu manusia. Yang demikian adalah agar kami cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantara kami rasa kasih dan sayang.

PERIKSALAH WAHAI SUADARAKU! Apakah sholat kita sudah berkualitas?Inginnya sih jodoh Allah hadirkan tepat waktu tidak telat2 tapi saat Allah memanggil untuk sholat eh malah ditelat2in, telat juga deh tuh jodoh.QS 107:4-5 : Maka kecelakaanlah bagi orang2 yang shalat (yaitu) orang2 yang lalai dari shalatnya.

JUJURLAH WAHAI SAUDARAKU! Apakah anda pernah melakukan hubungan yang

Page 50: Buku Wisatahati

melampui batas atau bahkan berzina? QS. 25:68-69 : Barangsiapa yang melakukan yang demikian niscaya dia mendapat pembalasan berlipat sejak di dunia...salah satunya jdoh yang tak kunjung hadir.

PERIKSA HUBUNGAN KITA DENGAN ORANG TUA, adakah anda pernah menyakiti atau mengkasari mereka karena perbuatan tersebut termasuk doa besar yang menjauhkan rahmat Allah (termasuk jodoh).QS. 17:23 : Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

PERIKSA HUBUNGAN SILATURAHIM. Putus silaturahim berakibat putusnya rahmat (salah satu bentuknya jodoh).QS.49:10:....sesungguhnya orang2 mukmin itu bersaudara. Karena itu peliharalah persaudaraan dan peliharalah diri anda dihadapan Allah supaya kamu mendapat rahmat.

PERIKSA DALAM HUBUNGAN SEBELUMNYA (mis : mantan2) apakah ada yang sampai tersakiti atau terzalimi. Hindari doa orang yang teraniaya/terzalimi, karena doanya pasti dikabulkan (kalo dia doakan ga dapat jodoh bagaimana?).

APAKAH ANDA PERNAH BERGUNJING YANG MENGARAH MENGADU DOMBA, yang menyebabkan putusnya tali silaturahim?QS 49:12 : Hai orang2 yang beriman, jauhilah kebanyakan kecurigaan, karena sebagian dari kecurigaan itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya.

Bila anda pernah melakukan 1 saja dari hal diatas, SEGERALAH lakukan langkah lanjutan untuk MEMPERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH.LANGKAH 1 : MOHON AMPUN ATAS KESALAHAN & KEBURUKAN, dasar ayat QS.66:8 : Hai orang2 yang beriman Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah2an Allah akan menutup kesalahan2 kamu.Untuk tahap awal dan sekaligus riyadhah (membiasakan),ucapkanlah KALIMAT ISTIGHFAR (ASTAGHFIRULLAH)minimal 70-100 sehari semalam dasar al hadits : Barangsiapa yang biasa beristighfar Allah akan carikan jalan Keluar Bagi Kesulitannya, kelapangan bagi kesempitannya & memberi rizki dari arah yang tidak terduga. INGET JODOH JUGA RIZKI loh. QS 71:10-12 : Maka Aku katakan kepada mereka Mohon Ampunlah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak2mu dan mengadakan untukmu kebun2 dan mengadakan pula didalamnya untukmu sungai2.

LANGKAH 2 : TINGKATKAN IBADAH, PERBAIKI IBADAH. Sekali lagi yakinkan diri akan kuasa Allah. Insya Allah ada saja jalan bagi kita termasuk JALAN HADIRNYA PASANGAN HIDUP KITA-dasar ayat QS 65:3-4 : Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap2 sesuatu. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya

Page 51: Buku Wisatahati

kemudahan dalam urusannya. Cobalah melakukan hal2 berikut ini :PERBAIKI/LAZIMKAN WUDHU, BIASAKAN SHOLAT AWAL WAKTU DAN SHOLAT BERJAMAAH, BERDOA/BERDZIKIR SELEPAS SHOLAT, PELIHARA SHOLAT SUNAH SEBELUM & SESUDAH SHOLAT FARDHU KECUALI SETELAH SHOLAT SHUBUH DAN ASHAR, BIASAKAN SHOLAT MALAM : TAHAJUD,HAJAT,ISTIKHOROH, TAUBAT, TASBIH, WITIR. Lakukanlah semampu anda,dasar ayat QS 22:77 : Hai orang2 yang beriman, ruku dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuat kebaikan supaya kamu mendapatkan keberuntungan dunia dan akhirat.

LANGKAH 3 : PASRAHKAN KEPADA ALLAH, minta hanya kepada Allah-dasar ayat QS 65:3 : Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.

LANGKAH 4 : LURUSKAN NIAT. Percayalah luruskan niat, sucikan hati bahwa anda menikah karena ingin mengikuti sunah rasul dan mengharap ridho Allah (al hadits) Pernikahan itu menyempurnakan separuh dari agama.

LANGKAH 5 HILANGKAN EGO. Target/pilah pilih boleh2 aja sih, tapi yang wajar sajalah serahkan pilihan yang terbaik hanya pada Allah melalui shalat istikhoroh dan musyawarah dengan keluarga,dasar ayat QS 2:221 : Dan janganlah kamu menikahkan orang2 musyrik, sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu, mereka mengajak keneraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya dan menerangkan ayat2-Nya (perintah2-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

LANGKAH 6 : PERBANYAK SILATURAHIM, terutama kepada orang2 yang pernah anda sakiti & minta ridho orang tua. Barangsiapa yang ingin diluaskan rejekinya temasuk jodoh, sambunglah tali silaturahim dasar al hadits untuk Ridho orangtua Raihlah cinta orangtua supaya Allah menghadirkan cinta buat anda.

LANGKAH 7 : MENUTUP AURAT, supaya anda tidak sesat (menjauh dari jodoh anda) dasar ayat QS 20:121 : Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat2nya dan mulailah keduanya menutupnya dengan daun2 (yang ada di)surga dan durhakalah adam kepada Tuhan dan Sesatlah ia.

RAHASIA JODOH TERBAIK : Jodoh itu tergantung pada diri kita sendiri, bila kita berperilaku baik, maka jodoh kitapun baik, jika perilaku kita buruk, maka jangan dipersalahkan jika jodoh kitapun berperilaku buruk. Wanita yang keji adalah untuk pria yang keji dan pria yang keji adalah buat wanita yang keji pula dan wanita yang baik adalah untuk pria yang baik dan sebaliknya. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).

LANGKAH ISTIMEWA : MENOLONG YANG SEDANG KESUSAHAN misal bantulah saudara/kawan yang mau menikah tapi kekurangan/kesulitan dasar Al Hadits : wawloohu fii awnii abdi ma kanal abdu fii awni akhiihi, Allah selalu berkenan membantu hamba-Nya selama hambaNya berkenan membantu saudaranya.

Page 52: Buku Wisatahati

SYARAT LANGKAH ISTIMEWA : LAKUKAN DENGAN IKHLAS DAN JANGAN HAPUS DENGAN DOSA2, hai orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima.

Doa bagi laki2 yang berharap jodoh : ROBBI HABLII MIILANDUNKA ZAUJATAN THOYYIBAH AKHTUBUHA WA ATAZAWWAJ BIHA WATAKUNA SHOIHIBATAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH, artinya : Ya Robb berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat.

Doa bagi wanita yang berharap jodoh : ROBBI HABLII MIN LADUNKA ZAUJAN THOYYIBAN WAYAKUUNA SHOHIBAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH, artinya : Ya Robb berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat.

Doa tambahan : HASBUNAWLOOH WANI-MAL WAKIIL NI’MAL MAWLA WANI’MAN NASHIIR, dasar ayat QS 9:129 : Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah : Cukuplah Allah bagiku tidak ada Tuhan selain DIA. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung.

Doa untuk dapat jodoh dari hadits : ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ALAYYA MIN KHOZAA INI ROHMATIKA YAA ARHAMAR-ROOHIMIN, artinya : Ya Allah bukakanlah bagiku hikmamu dan limpahkanlah padaku keberkahanMu, wahai Pengasih dan Penyayaang.

LANGKAH ISTIMEWA, puasa sunnah, coba mulai sekarang sampai 40 hari kedepan. Barangsiapa yang membiasakan puasa doanya cepat terkabul.

DOA TAMBAHAN2 : ROBBANAA HABLANAA MIN AZWAJINAA WADZURRIYAATINAA QURROTA A’YUN WAJ ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA QS ; 25:74 : Dan orang2 yang berkata : Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri2 kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yang bertakwa.

Waassalamu’alaikum wr wb

Page 53: Buku Wisatahati

KUMPULAN TAUSIAH USTAD YUSUF MANSUR

KULIAH ONLINE WISATAHATI.COM