fadhila muhammad lt envinmental geotechnics perencanaan tailing dam

Upload: fadhiel-muhammad

Post on 04-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    1/9

    UN

    PERE

    Fadhila

    PROG

    KO

    VERSITAS INDONESIA

    NCANAAN TAILING DAM

    Disusun oleh:

    Muhammad LT 1406508193

    FAKULTAS TEKNIK

    RAM STUDI TEKNIK SIPIL

    SENTRASI GEOTEKNIK

    2015

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    2/9

    PERENCANAAN TAILING DAM

    1. Pendahuluan

    Limbah berbentuk butiran halus yang dihasilkan dari proses penghancuran material

    tambang sering dinamakan tailing. Sejauh ini, limbah tailing yang dihasilkan selalu lebih

    besar daripada material tambang yang berguna, seperti bijih logam. Sehingga,

    penanganan terhadap limbah tambang ini menjadi lebih penting daripada pengoperasian

    pertambangannya itu sendiri.

    Terdapat beberapa cara penanganan material tailing ini, seperti menimbunnya di ruang

    terbuka atau open pit, menyimpannya di lubang galian tambang bawah tanah. Struktur

    teknis permanen kemudian dibangun untuk menahan aliran tailing ke arah hilir. Tinggi

    timbunan tersebut dapat mencapai ratusan kaki dengan luas area mencapai beberapa mil

    persegi.

    2.

    Tinjauan Umum Penanganan Tailing

    Tujuan utama penangana tailing dam adalah untuk mengumpulkan butiran halus material

    tambang, dengan tujuan sekunder untuk melindungi sumber daya air. Pembuatan tanggul

    merupakan metode umum yang digunakan untuk menangani tailing. Dengan demikian

    diperlukan struktur tanggul yang stabil, berjangka panjang dan ekonomis.

    Tailing dam dapat didesain untuk memenuhi fungsi sebagai berikut (Environmental

    Canada, 1987):

    Sedimentasi suspensi material padat

    Penguapan logam berat dalam bentuk Hidroksida

    Pengumpulan permanen tailing Penyamaan kualitas air limbah

    Stabilisasi konstituen teroksidasi

    Penyimpanan dan proses stabilisasi daur ulang air

    Penyeimbang aliran air saat sewaktu-waktu terjadi badai

    Kekurangan dari penggunaan tailing dam adalah sebagai berikut:

    Kesulitan dalam mencapai distribusi aliran yang baik

    Kesulitan dalam memisahkan aliran drainase dari area yang tidak terkontaminasi

    Kesulitan dalam melakukan reklamasi, terutama tailing yang mengandung zat asam.

    Ketidak konsistenan dalam penanganan akibat perbedaan efisiensi bio-oksidasi ditiap musimnya.

    Sulit dan mahalnya penanganan aliran air tanah di dalam struktur tanggul.

    Material tailing dapat terdispersi oleh angin, kecuali dilakukan revegetasi,

    pengikatan kimiawi, atau penutupan batu di permukaan tailing.

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    3/9

    2.1 Metode Penanganan Tailing

    Terdapat empat tipe utama penanganan slurry tailing, yakni: penahanan di

    lembah (mpoundment valley),tanggul cincin (ring dikes), in-pit impoundment, dan

    penggalian lubang (dug-pits). Pemilihan desain didasarkan pada tofografi, kondisi

    lingkungan, dan factor ekonomis. Pada beberapa kasus, tailing dibasahi (hingga

    60% rapat massa atau lebih), atau dikeringkan (kelembabannya dikurangi hingga25%).

    2.2 Tipe Penanganan Tailing

    Tailing dam pada awalnya dilakukan dengan membangun tanggul pada lembah

    sungai untuk menahan aliran slurry tailing. Untuk alas an ekonomis, material

    utama tanggul didapat dari sekitar lokasi, yakni material tailing sendiri. Saat

    volume kolam retensi hamper penuh, tanggul dapat ditambah tingginya.

    Taling dam (Gambar 1) bentuknya menyerupai bendungan air, terutama paada

    property tanah material, control air permukaan dan kontrol air tanah, dan

    perhitungan stabilitas.

    Gambar 1. Bendungan air untuk Tailing Dam

    Peningkatan tubuh bendungan dapat dibuat di arah hulu, arah hilir ataupun pada

    tubuh bendung itu sendiri (centerline). Hal ini diperlihatkan di Gambar 2. Setiap

    jenis struktur dibangun dalam empat tahap, dengan material konstruksi dan

    peningkatan kapasitas pengisian. Sebagai contoh, umumnya material untuk

    tanggul retensi menggunakan tanah asli, material tailing dan limbah batuan.

    (Vick, 1990).

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    4/9

    Gambar 2. Tipe Timbunan: (a) Timbunan arah hulu, (b) timbunan

    centerline, (c) timbunan arah hilir (penahan air).

    a. Tanggul Lembah Sungai

    Tanggul lembah sungai dinilai lebih ekonomis karena kedua sisi lembah

    secara alami menahan material tailing, sehingga dapat mengurangi kebutuhan

    material timbunan. Tanggul yang dibangun memotong kedua sisi lembah

    dapat dibangun di semua tofografi, baik dibuat tunggal atau dibuat banyak.

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    5/9

    Gambar 3. Tanggul Lembah Sungai (a) Unit tungggal, (b) Unit Banyak

    (Multiple Series)

    b. Tanggul tipe Cincin (Ring-dikes)

    Apabila terdapat tofografi yang menurun, tanggul melintas lembah sudah

    tidak dapat diaplikasikan lagi, namun tanggul tersebut dapat dikembangkan ke

    sisi yang lain untuk membentuk tanggul berbentuk cincin. Material konstruksi

    yang digunakan dapat serupa dengan tanggul lembah sungai, yakni terdiri dari

    tanah, tailing material dan limbah batuan.

    Gambar 4. Tanggul Dasar Lembah (a) Unit tungggal, (b) Unit Banyak

    (Multiple Series)

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    6/9

    Gambar 5. Konfigurasi Tanggul (a) Unit tungggal, (b) Unit Segmental

    c.

    Penyimpanan dalam Lubang (In-pit Impoundment)Metode ini digunakan dengan membuang material tailing ke dalam lubang

    galian bekas tambang, sehingga meminimalisir konstruksi tanggul. Dengan

    demikian tidak diperlukan perhitungan stabilitas tanggul, namun perlu

    dilakukan pemeriksaan stabilitas dinding galian. Untuk menghindari

    pencemaran air tanah, maka dasar lubang galian harus berada di atas

    permukaan air tanah. Juga diperlukan pengadaan lapisan kedap air.

    d. Pembuatan Lubang Galian Khusus (Special Dug Pit Impoundment)

    Lubang khusus sengaja dibuat untuk pembuangan material tailing. Dengan

    demikian desain lubang diperhitungkan secara detail termasuk ukuran lubang,

    material kedap air, dan material penutup lubang.

    3.

    Desain Tanggul Penahan

    Secara umum, tailing dam didisain menggunakan informasi seperti karakteristik tailing,

    material konstruksi yang tersedia, faktor lingkungan tertentu (seperti tofografi, geologi,

    hidrologi dan kegempaan), dan biaya.

    Prinsip dasar dari tanggul adalah mempertahankan tinggi tekanan preatik muka air tanah.

    Terutama untuk menghindari rembesan pada badan tanggul.

    3.1 Karakteristik Material Tailing

    Komposisi tailing, berat jenis lumpur (pulp), distribusi ukuran butir menjadi

    penilaian dalam penggunaan tailing sebagai bahan konstruksi tanggul. Dengan

    memperhatikan property fisik tailing (seperti Indeks Propertis, gradasi, berat jenis,

    dan plastisitas) material tailing dapat digolongkan sebagai tanah. Namun perlu

    diperhatikan bahwa tailing telah menerima perlakuan yang berbeda dari tanah

    alami, sebagai contoh tailing telah melalui proses segregasi.

    Nilai permeabilitas tailing juga akan berbeda kea rah horizontal dan vertikalnya,

    karena tailing terdeposit dan tersedimentasi lapisan per lapisan. Nilai koefisien

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    7/9

    konsolidasi dan koefisien kompresibilitas juga akan berbeda, termasuk nilai kuat

    gesernya. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas tanggul.

    Tailing dapat bersifat asam ataupun basa, hal ini tergantung pada reaksi kimia yang

    terjadi. Oksidasi Sulfida, terutama Phirite (FeS), Phyrotite (FexSy) dapat

    menghasilkan kondisi asam, kombinasi antara metal sulfide dan air akan

    menghhasilkan hidroksid logam dan asam sulfat. Bakteri (Thiobacillus ferroxidans)juga memiliki pengaruh dalam produksi asam pada material tailing. Analisis perlu

    dilakukan untuk mencegah permasalahan berkaitan dengan kualitas air dan aliran

    rembesan.

    3.2 Faktor terkait Lokasi

    Terkait dengan lokasi tanggul, beberapa hal perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:

    (1) Volume tailing dan area yang dibutuhkan untuk tanggul retensi, (2)

    pertimbangan ekonomi seperti jumlah dan biaya pengadaan material, kontrol air,

    dan metode pemindahan tailing, (3) kebutuhan lingkungan seperti pengendalian

    banjir, pengendalian kontaminasi air tanah dan air permukaan, dan habitat

    lingkungan hidup.Perlu diperhatikan juga kondisi tofografi, terkait dengan pengaliran slurry tailing

    (gravitasi atau system pompa), hidrografi, geologi dan hidrogeologi, kekuatan

    tanah dasar untuk menerima beban pondasi, dan kegempaan setempat.

    4. Pengelolaan Tailing di Indonesia

    Karakteristik tambang bawah tanah sangat khas karena disesuaikan dengan jenis dan

    kondisi cadangan. Meskipun begitu, baik tambang bawah tanah maupun open pit,

    keduanya selalu menghasilkan tailing. Tabel ini menunjukkan produksi dan tailing di

    tambang terbuka dan bawah tanah serta pemanfaatannya di tambang Indonesia:

    1.

    PT. Freeport Indonesia (open pit da underground mining) yang menambang tembaga,

    emas dan perak dengan deskripsi kadar emas 0,85 gr/ton, perak 3,8 gr/ton dan

    tembaga 0,85%. Produksi tahunan sebanyak 45,73 ton emas dan 151 ton perak.

    Tailing yang dihasilkan sebanyak 81 juta ton dan dimanfaatkan untuk pembuatan

    jembatan, bahan bangunan dan media reklamasi khususnya di daerah modifikasi

    Ajkwa.

    2. PT. Newmont Nusa Tenggara (open pit mining) yang menambang tembaga, emas

    dan perak dengan deskripsi kadar emas 0,47 gr/ton, perak 1,47 gr/ton dan tembaga

    0,54%. Produksi tahunan sebanyak 22,46 ton emas dan 45,2 ton perak. Tailing yang

    dihasilkan sebanyak 41,6 juta ton dan dimanfaatkan untuk pembuatan rumpon danperikanan di pantai Senunu. Sebagai informasi tambahan, pembuangan tailing di

    NNT ini tidak ditempatkan di permukaan atau dalam sebuah bendungan melainkan

    menggunakan metode Submarine Tailing Placement, yaitu penempatan tailing di

    dasar laut tepatnya di palung Teluk Senunu.

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    8/9

    Gambar 6. Lokasi Penempatan Tailing PT. NNT (sumber mgi.esdm.go.id)

    3. PT. Antam UBPE Pongkor (underground mining) yang menambang emas dan perak

    dengan kadar rata-rata emas 4-8 gr/ton dan kadar perak 96 gr/ton. Produksi tahunan

    emas sebanyak 2,6 ton dan perak 27 ton sedangkan volume tailing yang dihasilkan

    adalah 350 ribu ton dan dimanfaatkan untuk aktivitas backfilling (menempatkan

    tailing kembali ke dalam tambang), pembuatan agregat dan sebagai media tanam

    untuk reklamasi.

    4.

    PT. Nusa Halmahera Mineral (open pit dan underground mining) yang menambang

    emas berkadar 29 gram/ton dengan produksi 320 ribu troy ounce emas dan200 ribu

    troy ounce perak. Jumlah tailing yang dihasilkan sebanyak 549 ribu ton tailing.

    Sebagian tailing ini dimanfaatkan untuk proses backfilling.

    Untuk dapat memanfaatkan tailing harus ada beberapa parameter yang diketahui terlebih

    dahulu terkait dengan tingkat keamanan penggunaan karena ini terkait dengan sifat

    toksisitas tailing. Variabel tersebut antara lain konsentrasi logam berat yang tersisa, LD50

    (Lethal Dose 50) dan TCLP (Toxisity Characteristic Leachate Procedure). Tiga parameter

    ini yang dapat dianalisis untuk mengetahui tingkat keamanan pemanfaatan tailing..

    a.

    LD50 atau lethal dose 50 adalah konsentrasi dari bahan kimia atau radiasi yang pada

    satu kali pemberian akan menyebabkan kematian pada 50% dari populasi hewan

    percobaan. LD50 ini sering dijadikan sebagai indikator toksistas terhadap suatu zat.

    LD50 merupakan perhitungan untuk menghitung potensi terkena racun relatif

    terhadap bahan kimia. Jadi semakin kecil nilai LD50, bahan kimia tersebut semakin

    berbahaya. Artinya pada konsentrasi sedikit saja, bahan kimia tersebut sudah memberi

    efek toksik besar bagi populasi hewan percobaan. Klasifikasi toksisitas suatu zat dapat

    dikategorikan berdasarkan nilai dosis zat tersebut. Klasifikasinya seperti penjelasan

    berikut ini:

    Nilai dosis 1 mg/kg berat badan (bb) masuk dalam kategori supertoxic

    Nilai dosis 1-5 mg/kg berat badan (bb) masuk dalam kategori extremely toxic Nilai dosis 5-50 mg/kg berat badan (bb) masuk dalam kategori highly toxic

    Nilai dosis 50-500 mg/kg berat badan (bb) masuk dalam kategori moderately

    toxic

    Nilai dosis 500-5000 mg/kg berat badan (bb) masuk dalam kategori slighly toxic

    Nilai dosis 5000-15.000 mg/kg berat badan (bb) masuk dalam kategori practically

    non toxic

  • 7/21/2019 Fadhila Muhammad LT Envinmental Geotechnics Perencanaan Tailing Dam

    9/9