gambaran umum kota pontianak

Upload: eka-pratama-kurniawan

Post on 09-Feb-2018

258 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    1/123

    70

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Kota Pontianak

    Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang luasnya

    mencakup 107,82 Km dan terdiri dari 6 wilayah kecamatan dan 29 kelurahan.

    Kota Pontianak dilintasi oleh garis Khatulistiwa, yaitu pada 00 02 24 Lintang

    Utara sampai dengan 00 05 37 Lintang Selatan dan 1090 16 25 Bujur Timur

    sampai dengan 1090 23 01 Bujur Timur. Ketinggian Kota Pontianak berkisar

    antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut dan kemiringan tanah

    sekitar 0 2 %. Terdapat 2 (dua) sungai utama yaitu Sungai Kapuas dan Sungai

    Landak yang membelah Kota serta dikelilingi oleh sekitar 33 sungai kecil.

    Kecamatan di Kota Pontianak yang mempunyai wilayah terluas adalah

    Kecamata Pontianak Utara (34,52%), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat

    (15,25%), Kecamatan Pontianak Kota (14,39%), Kecamatan Pontianak Tenggara

    (13,75%), Kecamatan Pontianak Selatan (13,49%) dan Kecamatan Pontianak

    Timur (8,14%). Sedangkan apabila dilihat dari jumlah penduduknya, maka jumlah

    penduduk Kota Pontianak adalah 550.304 jiwa dengan kepadatan penduduk 5.104

    jiwa/Km2 ( Sensus penduduk, 2010).

    Keunikan Kota Pontianak dilengkapi oleh posisi yang strategis. Di lingkup

    Nasional, letak Kota Pontianak berdekatan dengan beberapa daerah lain yang

    menjadi pusat pertumbuhan regional, seperti Batam, Pekanbaru dan Natuna di

    Pulau Sumatera; Jakarta di Pulau Jawa serta Balikpapan dan Pangkalan Bun di

    Pulau Kalimantan. Sementara itu di lingkup internasional, letak Kota Pontianak

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    2/123

    71

    tidak jauh dari beberapa kota yang sudah maju di negara-negara ASEAN, seperti

    Kuching dan Sabah (Malaysia), Bandar Seri Begawan (Brunei Darrusalam),

    Singapura dan beberapa kota di ASEAN lainnya. Transportasi udara, laut/sungai

    maupun transportasi darat dapat menghubungkan secara langsung Kota Pontianak

    dengan daerah-daerah tadi.

    Untuk mendeskripsikan karakteristik Kota Pontianak dalam kaitannya dengan

    implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

    Perkotaan, dibawah ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan

    permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

    4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan Kota Pontianak

    Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan suatu wilayah adalah

    dengan melihat tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah. Pendapatan perkapita

    yang lebih dikenal dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

    menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai

    tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan

    penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh

    sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

    Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju

    pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak tahun 2009 adalah sebesar 4,93% . Angka

    ini didapat dari adanya peningkatan PDRB Kota Pontianak menurut harga konstan

    2000, dimana pada tahun 2008 sebesar Rp.5.968.286,55 juta meningkat menjadi

    Rp.6.262.491,34 juta pada tahun 2009. Hal ini dapat dikatakan bahwa

    meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat Kota Pontianak, maka tingkat

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    3/123

    72

    kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kota Pontianak secara global semakin

    baik.

    Struktur perekonomian di Kota Pontianak sampai saat ini masih didominasi

    oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan peranannya sebesar 24,51%

    (BPS Kota Pontianak, 2010). Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan

    sektor perdagangan, hotel dan restoran akan mempengaruhi naik turunnya

    pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan di Kota Pontianak. Sektor lain

    yang peranannya cukup penting dalam pertumbuhan PDRB Kota Pontianak

    adalah sektor jasa dengan peranannya sebesar 19,58% dan dari sektor

    pengangkutan dan komunikasi dengan peranannya sebesar 18,63%.

    Nilai PDRB per kapita di suatu wilayah didapat dari pembagian antara nilai

    Produk Domestik Regional bruto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di

    wilayah tersebut. Jika dibandingkan dengan nilai yang sama dengan wilayah lain

    dalam kurun waktu yang sama maka nilai PDRB per kapita ini dengan cepat akan

    memperlihatkan secara relatif tingkat kemakmuran wilayah tersebut dibandingkan

    dengan wilayah lain, artinya jika nilai PDRB per kapitanya lebih besar dari nilai

    PDRB per kapita di wilayah lain maka penduduk wilayah tersebut dapat dikatakan

    lebih makmur, demikian juga sebaliknya.

    Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah berkaitan dengan ketenagakerjaan, yaitu

    untuk melihat bagaimana kondisi masyarakat yang ada dalam suatu wilayah dan

    bagaimana kualitas sumber daya manusia dalam suatu wilayah sehingga dapat

    memperoleh kesempatan kerja. Jumlah angkatan kerja di Kota Pontianak

    berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Agustus 2009) adalah 234.299

    jiwa (61,55%) dari jumlah penduduk usia kerja, yaitu yang berumur 15 tahun ke

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    4/123

    73

    atas. Angkatan kerja yang bekerja 90,62% (212.321 jiwa) dan yang mencari

    pekerjaan 10,35% (21.978 jiwa). Sedangkan bukan angkatan kerja berjumlah

    146.387 jiwa (38,45%) yang terdiri dari sekolah 25,57% (37.425 jiwa), mengurus

    rumah tangga sebesar 64,56% (94.510 Jiwa) dan lainnya sebesar 9,87% (14.453

    jiwa).

    Jumlah angkatan keja di Kota Pontianak yang paling banyak bekerja pada

    sektor perdagangan dan jasa, sedangkan yang bekerja pada sektor pertanian hanya

    sebesar 3,45%. Persentase penduduk yang berumur 15 tahun ke atas (usia

    produktif) yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Kota Pontianak adalah

    sebagai berikut :

    Grafik 4.1

    Persentase Penduduk Kota Pontianak Yang berumur 15 Tahun Keatas

    menurut lapangan pekerjaan

    Sumber : Kota Pontianak dalam Angka 2010

    4.1.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator pengukuran

    yang menggambarkan pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah

    yang disusun dengan 3 indikator, yaitu : lama hidup, pendidikan dan standar

    hidup. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu

    0

    5

    1 0

    1 5

    2 0

    2 5

    3 0

    3 5

    4 0

    1 . P e rta n i a n 2 . I n d u s tri

    P e n g o la h a n

    3 .

    P e r d a g a n g a n

    4 . Ja sa 5 . A n g k u ta n 6 . L a in n y a

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    5/123

    74

    ukuran kemajuan pembangunan manusia secara umum, yang mencerminkan

    capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

    Dengan melihat perkembangan angka IPM dari tahun 2007 sampai dengan

    tahun 2009, tampak bahwa kemajuan pembangunan manusia di Kota

    Pontianak tidak terlalu signifikan. Angka IPM Kota Pontianak hanya

    mengalami sedikit peningkatan dari 71,59 pada tahun 2007 menjadi 71,41

    pada tahun 2009. Kecilnya kenaikan IPM ini disebabkan dampak dari

    investasi di bidang kesehatan dan pendidikan khususnya terhadap peningkatan

    indikator penyusun IPM baru akan terlihat nyata dalam jangka panjang.

    Pembangunan di Kota Pontianak telah berhasil menurunkan jumlah

    penduduk miskin baik secara absolut maupun persentasenya. Penduduk

    miskin adalah penduduk yang mempunyai rata-rata pengeluaran perkapita per

    bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan garis kemiskinan adalah nilai

    pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100

    kilokalori perkapita per hari ditambah kebutuhan minimum non makanan yang

    mencakup perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Secara absolut,

    jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak turun dari 37 000 jiwa di tahun

    2007 menjadi 36 000 jiwa di tahun 2009. Sedangkan secara persentase

    penduduk miskin turun dari 6,77% dari jumlam penduduk Kota Pontianak

    menjadi 6,38%.

    Salah satu upaya Pemerintah Kota Pontianak untuk meningkatkan IPM

    adalah pembangunan di bidang pendidikan, karena pendidikan memiliki porsi

    paling besar dalam mempengaruhi IPM. IPM Kota Pontianak saat ini berada

    pada peringkat 150 dari 500 kabupaten/kota di Indonesia. Hal ini berarti

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    6/123

    75

    bahwa Kota Pontianak masih tergolong pada daerah kategori miskin, sehingga

    yang diperlukan adalah meningkatkan daya tampung siswa dan partisipasi

    masyarakat dalam pendidikan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

    menurunkan inflasi dan mengurangi jumlah pengangguran.

    4.1.3. Angka Kemiskinan

    Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan,

    karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

    pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan

    Kota Pontianak naik sebesar 10,95 % pada tahun 2010 (Rp. 242.772,00

    perkapita perbulan) dibandingkan tahun 2009 (Rp. 218.802,00 perkapita

    perbulan). Angka kemiskinan ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

    garis kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat (Rp. 189.407,00). Tingginya laju

    inflasi dapat menaikkan ukuran garis kemiskinan, sebab harga barang dan jasa

    menjadi salah satu penentu tolok ukur garis kemiskinan. Meskipun inflasi

    tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian, namun salah satu akibat

    yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah

    menurunnya daya beli masyarakat. Kenaikan laju inflasi serta ukuran garis

    kemiskinan tidak serta merta menaikkan atau menurunkan angka kemiskinan.

    Angka kemiskinan juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah pendapatan

    dan efektifitas beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, baik

    pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, seperti program

    penanggulangan kemiskinan (Raskin, Jamkesmas, BOS, Perbaikan rumah

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    7/123

    76

    layak huni PNPM Mandiri dan sebagainya), apakah program-program tersebut

    efektif dan dapat meningkatkan pendapatan penduduk.

    Warga yang termasuk dalam kriteria rumah tangga miskin yaitu memliki

    luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang, jenis lantai

    bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu atau kayu murahan dan

    jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas

    rendah dan tembok tanpa diplester. Tidak memiliki fasilitas buang air besar

    atau jika ada bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan

    rumah tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari

    sumur, mata air tidak terlindungi, sungai dan air hujan serta bahan bakar untuk

    masak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah. Untuk kebutuhan

    pangan hanya mengkonsumsi daging, susu dan ayam sebanyak satu kali dalam

    seminggu dan hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari.

    Kriteria lainnya, hanya sanggup membeli satu stel pakaian baru dalam

    setahun, tidak sanggup membayar beaya pengobatan di puskesmas atau

    poliklinik dan pendidikan kepala rumah tangga hanya SD, tidak tamat SD atau

    bahkan tidak sekolah. Pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani dengan

    luas lahan setengah hektar, buruh tani, nelayan buruh bangunan, buruh

    perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah 600 ribu rupiah

    peebulan, tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan

    nilai 500 ribu rupiah seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak,

    kapal motor atau barang modal lainnya.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    8/123

    77

    4.1.4. Keadaan Perumahan Dan Permukiman

    Sudah menjadi karakteristik yang umum jika penduduk memilih lokasi

    bermukim pada wilayah-wilayah yang memliliki aksesibilitas tinggi ke tempat

    kerja dan pusat pelayanan (fasilitas umum dan fasilitas sosial), kemudahan

    memperoleh air bersih, kelengkapan infrastruktur dan factor keamanan. Selain

    itu, dengan latar belakang historisnya, masyarakat Kota Pontianak seperti

    memiliki jiwa yang sudah menyatu dengan sungai. Kegiatan dan kehidupan

    kesehariannya sulit dipisahkan dengan sungai. Sehingga perkembangan

    permukiman di Kota Pontianak cenderung lebih mengarah pada wilayah-

    wilayah di pinggiran dan sekitar sungai, jaringan jalan, parit dan dekat pusat-

    pusat kegiatan.

    Apabila dilihat perbandingannya untuk setiap kecamatan, maka

    perkembangan permukiman lebih terkonsentrasi di Kecamatan Pontianak

    Barat, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Selatan serta

    beberapa kelurahan (Kelurahan Tanjung Hilir, Kelurahan Dalam Bugis dan

    Kelurahan Tambelan Sampit) di Kecamatan Pontianak Timur, khususnya di

    sekitar Mesjid Jami dan Kraton Kadariah yang merupakan cikal bakal Kota

    Pontianak.

    Permukiman yang dibangun secara pribadi oleh penduduk berpendapatan

    rendah cenderung berkembang di sekitar dan pinggiran sungai dan parit.

    Umumnya permukiman tersebut kurang baik penataannya dan prasarana

    permukimannya juga kurang memadai. Kawasan permukiman di Kecamatan

    Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Timur imumnya

    memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibandingkan Kecamatan

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    9/123

    78

    Pontianak Utara. Sebaliknya, permukiman yang dibangun secara pribadi oleh

    penduduk berpendapatan menengah ke atas dan perusahaan pengembang

    dapat tertata dengan baik serta dilengkapi dengan prasarana permukiman yang

    memadai. Kawasan permukiman seperti ini berlokasi di sebagian besar

    Kecamatan Pontianak Selatan, sebagian Kecamatan Pontianak Barat,

    Kecamatan Pontianak Kota, Pontianak Timur dan sebagian kecil Pontianak

    Utara. Beberapa kompleks perumahan yang dibangun oleh developer tampak

    mulai dikembangkan ke arah Kecamatan Pontianak Timur.

    Orientasi bangunan yang tidak menghadap ke sungai (bagian depan rumah

    tidak menghadap ke sungai tapi malah membelakangi, dengan bangunan untuk

    MCK yang berbatasan langsung dan merupakan pemandangan langsung dari

    arah sungai) dinilai merupakan salah satu faktor awal (dari sudut penataan

    bangunan) yang menyebabkan terjadinya kekumuhan. Faktor lain yang

    berpengaruh adalah kebiasaan penduduk yang karena keterbatasan

    pengetahuan (tentang kesehatan, pentingnya fungsi kelestarian ekosistem

    sungai) dan kemampuan ekonominya sehingga masih membuang sampah dan

    limbahnya ke badan sungai atau parit.

    Secara umum perumahan dan permukiman kumuh di Kota Pontianak

    berada di tepi Sungai Kapuas dan Landak, baik yang ada di sisi utara dan

    selatan sungai kecuali kelurahan yang tidak mempunyai batas wilayah sungai.

    Adanya permukiman yang merupakan ciri khas/tradisional Kota Pontianak

    adalah di atas sungai/air yang terbanyak di pinggir sungai terutama delta

    Sungai Kapuas. Permukiman kumuh di Kota Pontianak lebih banyak

    disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    10/123

    79

    1) Kurangnya sarana air bersih dan kurangnya sanitasi sendiri atau bersama

    2) Kualitas permukinan dengan atap daun, dinding papan dan lantai papan

    3) Kualitas lingkungan kotor karena sarana pembuangan sampah kurang dan

    tergenang

    Untuk menghitung angka kemiskinan dapat dilakukan dengan 2 faktor,

    yaitu ukuran garis kemiskinan dan pendapatan. Sementara angka kemiskinan

    dipengaruhi oleh kemampuan atau daya beli orang miskin dalam

    mempertahankan kebutuhan dasarnya. Pemenuhan kebutuhan dasar setiap

    orang berbeda, yaitu bisa berasal dari pendapatan pribadi maupun kombinasi

    antara pendapatan masyarakat dan efektifitas bantuan pemerintah melalui

    berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan. Orang

    yang berpendapatan rendah tetapi kebutuhan dasarnya dipenuhi oleh program

    Raskin, jamkesmas, ataupun program yang semacamnya dapat terhindar dari

    kemiskinan.

    Dilihat dari perkembangan persentase penduduk miskin Kota Pontianak

    tahun 2005 2010 dengan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan Barat,

    sesuai dengan ciri khas sebagai daerah urban dan merupakan kota

    perdagangan dan jasa maka menjadi tempat tujuan pencari kerja. Meskipun

    terjadi peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,14% dari tahun

    2009 namun dengan turunnya tingkat pengangguran dari 9,38% tahun 2009

    menjadi 7,79% tahun 2010 menjadi salah satu faktor yang dapat mengimbangi

    tingginya inflasi kelompok bahan makanan dari sisi pendapatan, dengan

    meningkatnya jumlah orang bekerja, maka penduduk yang mempunyai

    pendapatan bertambah. Tingginya inflasi dapat dijadikan bahn evaluasi dalam

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    11/123

    80

    menanggulangi kemiskinan, mengingat proporsi pengeluaran penduduk

    miskin untuk makanan sangat besar. Pemerintah daerah dapat berperan aktif

    dalam upaya pengendalian inflasi terutama dari sisi suplai dengan menjaga

    kesinambungan suplai bahan pokok terhadap permintaan.

    4.2. Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

    Mandiri Perkotaan Di Kota Pontianak

    Tahapan implementasi sebuah kebijakan publik merupakan tahapan yang

    krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan publik.

    Untuk itu proses implementasi perlu dipersiapkan dengan baik, sejak dari

    perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan evaluasi kebijakan

    publik. Dalam setiap tahapan implementasi kebijakan publik melibatkan seluruh

    stakeholder yang ada, baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat secara

    individu maupun kelompok.

    Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

    merupakan salah satu program penganggulangan kemiskinan yang sebelumnya

    bernama Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini

    dilaksanakan sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian

    masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara

    mandiri. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian

    masyarakat berupa institusi masyarakat yang representatif, mengakar dan menguat

    bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang

    serta menyiapkan kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok

    peduli setempat.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    12/123

    81

    PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan sebagai proses pemberdayaan dan

    pembelajaran masyarakat yang dilakukan secara terus menerus untuk menumbuh

    kembangkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan,

    prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

    sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan

    sejahtera. Secara konseptual, PNPM Mandiri Perkotaan memandang bahwa akar

    penyebab kemiskinan telah menyadarkan berbagai pihak, bahwa pendekatan dan

    cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki,

    yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang

    senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-

    prinsip kemasyarakatan dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (dalam

    Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2010).

    Sebagai program pemberdayaan masyarakat yang berbasis nilai, maka prinsip

    dasar program ini adalah Pemberdayaan Manusia Seutuhnya untuk

    menumbuhkan kepedulian, kerelawanan dan perilaku yang berpihak pada

    masyarakat miskin dengan dilandasi keikhlasan memberikan prioritas kepada

    warga yang lebih menderita, lebih miskin dan lebih parah kondisinya. Untuk itu

    nilai dan prinsip yang melandasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah :

    1) Bertumpu pada pembangunan manusia, artinya pelaksanaan PNPM-MP

    senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia

    seutuhnya.

    2) Berorientasi pada masyarakat miskin, artinya semua kegiatan yang

    dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat

    miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    13/123

    82

    3) Partisipasi, artinya masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses

    pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong

    menjalankan pembangunan.

    4) Otonomi, artinya masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan

    partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan dalam PNPM MP

    secara swakelola.

    5) Desentralisasi, artinya kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan

    sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau

    masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

    6) Kesetaraan dan keadilan gender, artinya laki-laki dan perempuan

    mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan

    dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan

    7) Demokratis, artinya setiap pengambilan keputusan pembangunan

    dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada

    kepentingan masyarakat miskin.

    8) Transparansi dan akuntabel, artinya masyarakat harus memiliki akses yang

    memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan

    sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

    dipertanggungjawabkan, baik secara moral, teknis, legal maupun

    administratif.

    9) Prioritas, artinya pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan

    pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan

    mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    14/123

    83

    10) Kolaborasi, artinya semua pihak yang berkepentingan dalam

    penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerja sama dan

    sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan

    11) Keberlanjutan, artinya setiap pengambilan keputusan harus

    mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat

    dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan

    12) Sederhana, artinya semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam

    pelaksanaan PNPM MP harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami dan

    mudah dikelola oleh masyarakat.

    PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif

    untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui

    pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan pengutan

    kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi

    dan mendukung kemandirian masyarakatnya. Substansi ini sebagai upaya proses

    transformasi PNPM Mandiri Perkotaan dari tataran proyek menjadi tataran

    program oleh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat.

    Sedangkan pendekatan yang dilakukan agar terwujud tujuan yang hendak

    dicapai PNPM Mandiri Perkotaan adalah :

    1) Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang pro-poor dan

    berkeadilan melalui :

    (1) Pembangunan lembaga masyarakat (BKM) yang representatif,

    akuntabel dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam

    proses-proses pengambilan keputusan.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    15/123

    84

    (2) Perencanaan partisipatif dalam menyusun PJM-Pronangkis, IPM dan

    MDGs.

    2) Menyediakan BLM secara transparan untuk menandai kegiatan

    penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan

    membuka kesempatan kerja melalui :

    (1) Pembangunan sarana/prasarana lingkungan

    (2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia

    (3) Pengembangan ekonomi lokal

    3) Memperkuat keberlanjutan program dengan :

    (1) Menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses

    penyadaran kritis dan pengelolaan hasil-hasilnya

    (2) Meningkatkan kemampuan perangkat pemerintah dalam perencanaan,

    penganggaran dan pengembangan pasca program.

    (3) Meningkatkan efektifitas perencanaan dan penganggaran yang lebih

    pro-poor dan berkeadilan.

    Berdasarkan prinsip-prinsip dan pendekatan tersebut diatas maka upaya-upaya

    rasional dalam mencapai tujuan program dilaksanakan dengan :

    1) Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pelaksanaan PNPM - MP

    2) Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam pelaksanaan

    PNPM-MP secara partisipatif

    3) Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan

    karakteristik sosial dan geografis.

    Inti kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah proses menumbuhkembangkan

    kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dari,

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    16/123

    85

    oleh dan untuk masyarakat melalui proses pembelajaran dan pelembagaan nilai-

    nilai universal kemanusiaan, kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan

    berkelanjutan. Untuk itu, sesuai Undang-Undang No 32 tahun 2004, Pemerintah

    Pusat memberi ruang bagi terselenggaranya Pemerintah di Daerah secara lebih

    demokratis dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab.

    Dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, peran Pemerintah Daerah adalah

    sebagai fasilitator, regulator, dinamisator dan koordinator. Sebagai fasilitator,

    Pemerintah Daerah berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi

    pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dengan menjembatani kepentingan

    berbagai pihak dalam mengoptimalkan kegiatan. Sebagai Regulator, Pemerintah

    Daerah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan PNPM

    Mandiri Perkotaan dengan menerbitkan peraturan-peraturan dalam rangka

    efektifitas dan tertib administrasi. Sebagai dinamisator, berperan menggerakkan

    partisipasi masyarakat dengan mendorong dan memelihara dinamika

    pembangunan daerah. Sebagai koordinator, Pemerintah daerah berperan untuk

    mengintegrasikan program-program berbasis penanggulangan kemiskinan melalui

    mekanisme perencanaan partisipatif, seperti musrenbang (Musyawarah Rencana

    Pembangunan) di tingkat kelurahan, kecamatan dan kota.

    Dalam kerangka tersebut, untuk mengefektifkan dan melancarkan jalannya

    program maka bentuk-bentuk bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk

    pendampingan dan bantuan dana yang disebut Bantuan Langsung Masyarakat

    (BLM). Untuk bantuan pendampingan diwujudkan dalam bentuk penugasan

    konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi

    dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    17/123

    86

    program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-

    masing.

    Proses implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

    Mandiri Perkotaan melibatkan beberapa aktivitas, yakni :

    1) Pengorganisasian yang meliputi penataan sumber daya, unit pelaksana dan

    metodenya sesuai dengan tujuan kebijakan. Tahap ini terdiri dari beberapa

    komponen pelaksanaan kebijakan, seperti lembaga pelaksana kebijakan,

    anggaran yang diperlukan, sarana dan prasarana, penetapan tata kerja dan

    penetapan manajemen kebijakan.

    2) Interpretasi atau penafsiran yang berupa penerjemahan dan penjelasan

    tujuan kebijakan ke dalam kegiatan yang lebih operasional sehingga lebih

    mudah dipahami oleh lembaga pelaksana maupun pemangku kepentingan

    dan kelompok sasaran.

    3) Aplikasi, yaitu penerapan rencana implemnetasi kebijakan ke kelompok

    sasaran kebijakan (target group), yang berupa penyediaan layanan,

    pembayaran, atau pelaksanaan instrumen atau tujuan yang telah disepakati

    bersama.

    4.2.1.Pengorganisasian Dalam Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan Di

    Kota Pontianak

    Upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Pontianak yang dilaksanakan

    melalui PNPM Mandiri Perkotaan, dikoordinir oleh Tim Koordinasi

    Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Pontianak. TKPK merupakan

    forum instansi di tingkat kota yang berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    18/123

    87

    penyusunan, pembahasan kebijakan dan program-program penanggulangan

    kemiskinan.

    Kelembagaan TKPK Kota Pontianak berkedudukan dibawah dan

    bertanggung jawab kepada walikota, sedangkan keanggotaannya terdiri dari

    unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan pemangku kepentingan

    lainnya dalam penanggulangan kemiskinan. Struktur organisasi Tim

    Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak adalah sebagai

    berikut :

    Gambar 4.2

    Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota

    Sumber : Kantor Walikota Pontianak, 2011

    SEKRETARIAT POKJAPENGADUAN

    MASYARAKAT

    POKJA

    PENGEMBANGAN

    KEMITRAAN

    POKJA PENDATAAN

    DAN SISTEM

    INFORMASI

    KELOMPOK

    PROGRAM

    BANTUAN SOSIAL

    TERPADU BERBASIS

    KELUARGA

    KELOMPOK PROGRAM

    PENANGGULANGAN

    KEMISKINAN BERBASIS

    PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT

    KELOMPOK PROGRAM

    PENANGGULANGAN

    KEMISKINAN BERBASIS

    PEMBERDAYAAN USAHA

    EKONOMI DAN KECIL

    PENANGGUNG JAWAB

    WALIKOTA

    SEKRETARIS: KEPALA BAPPEDA

    WAKIL SEKRETARIS: KEPALA BPMD

    KETUA : WAKIL WALIKOTA

    WAKIL KETUA: SEKRETARIS DAERAH

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    19/123

    88

    Penetapan tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat dan

    pendanaan TKPK Kota diatur dengan Surat Keputusan Walikota dengan

    memperhatikan Perpres 15/2010. Sebagai Tim Koordinasi Penanggulangan

    Kemiskinan di Kota Pontianak, maka organisasi tersebut menyelenggarakan

    fungsi :

    1) Pengkoordinasian, pemantauan, supervise dan tindak lanjut terhadap

    pencapaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar

    sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.

    2) Pengkoordinasian, pemantauan, pelaksanaan kelompok program

    penanggulangan kemiskinan oleh SKPD yang meliputi realisasi

    pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi

    3) Penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau kegiatan

    program penanggulangan kemiskinan secara periodik

    4) Pengkoordinasian evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan

    penanggulangan kemiskinan.

    5) Pengkoordinasian penanganan pengaduan masyarakat bidang

    penanggulangan kemiskinan

    6) Penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan

    kemiskinan kepada walikota dan wakil walikota Pontianak.

    Apabila dilihat dari level kebijakan, seperti yang dikemukakan oleh

    Bromley (1989 : 32) bahwa ada 3 level kebijakan yakni Policy level,

    Organisational level and Operational level, maka PNPM Mandiri Perkotaan

    termasuk dalam kategoriOperational level, dimana implementasi program ini

    berada pada level eksekutif, khususnya pada satuan pelaksana (operating

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    20/123

    89

    units) dalam masyarakat. Untuk itu implementasi PNPM Mandiri Perkotaan

    dilakukan melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan, yang disebut Badan

    atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM). BKM/LKM dibentuk

    sebagai wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan

    kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan

    kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan

    berkelanjutan. Kegiatan-kegiatannya meliputii proses penentuan kebutuhan,

    pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program

    sampai pemanfaatan dan pemeliharaan. Jumlah BKM/LKM di kota

    Pontianak adalah 29 lembaga yang meliputi 351 KSM (Kelompok Swadaya

    Masyarakat).

    Tiap BKM/LKM bersama-sama masyarakat melakukan proses

    perencanaan partiisipatif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah

    dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM dan Renta

    Pronangkis), sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan

    di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa

    masyarakat, LKM/BKM menjalin kemitraan dengan berbagai instansi

    pemerintah dan kelompok peduli setempat. Untuk itu diperlukan sinergisitas

    dan komitmen diantara lembaga pelaksana dalam implementasi PNPM

    Mandiri Perkotaan.

    Peran Pemerintah Kota Pontianak dalam implementasi PNPM Mandiri

    Perkotaan adalah sebagai fasilitator, regulator, dinamisator dan koordinaor

    dengan penjabaran sebagai berikut :

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    21/123

    90

    1) Sebagai fasilatator, adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi

    pelaksanaan pembangunan (menjembatani) kepentingan berbagai pihak

    dalam mengoptimalkan pembangunan daerah

    2) Sebagai regulator, adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan

    penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan-peraturan dalam

    rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan)

    3) Sebagai dinamisator, adalah menggerakkan partisipasi multi pihak ketika

    stagnasi terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan memelihara

    dinamika pembangunan daerah)

    4) Sebagai koordinator, adalah mengintegrasikan program-program berbasis

    penanggulangan kemiskinan (melalui mekanisme perencanaan partisipatif,

    seperti musyawarah rencana pembangunan)

    Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsi Pemerintah kota

    tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Pontianak mengangkat Koordinator

    PNPM Mandiri Perkotaan yang dibantu Asisten Korkot di bidang keuangan,

    teknik/infrastruktur, manajemen data dan penataan ruang untuk pengendalian

    pelaksanaan kegiatan di bawah koordinasi Team Leader KMW (Konsultan

    Manajemen Wilayah).

    Level birokrasi terendah sebagai implementor PNPM Mandiri Perkotaan

    adalah kelurahan. Di tingkat kelurahan, unsur utama pelaksanaan PNPM

    Mandiri Perkotaan adalah: (1) Lurah dan perangkatnya, (2) Relawan

    masyarakat, (3) LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat), (4) KSM

    (Kelompok Swadaya Masyarakat. Lurah sebagai koordinator ketiga unsur

    pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat kelurahan, mempunyai

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    22/123

    91

    tugas untuk memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan PNPM

    Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai

    dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai

    dengan baik.

    Relawan masyarakat merupakan pelopor-pelopor penggerak dari

    masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki

    komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayah kelurahan yang

    bersangkurtan. PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi

    sasaran program agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga yang

    ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk membantu masyarakat

    dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan program agar bermanfaat bagi

    masyarakat miskin serta seluruh masyarakat diwilayahnya. Relawan

    masyarakat dibentuk sebagai upaya untuk menjalankan seluruh proses PNPM

    Mandiri Perkotaan yang direncanakan sebagai upaya pemberdayaan

    masyarakat atau peningkatan kapasitas. Diharapkan relawan masyarakat

    menjadi pelopor dalam siklus program, refleksi kemiskinan, pemetaan

    swadaya, pembentukan BKM/LKM, pengorganisasian KSM dan perencanaan

    partisipatif.

    Relawan masyarakat yang ada di Kota Pontianak direkrut untuk masing

    masing kelurahan yang jumlahnya menyesuaiakan kegiatan yang ada dalam

    PNPM Mandiri Perkotaan. Jenis kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan

    meliputi kegiatan di bidang sosial, bidang ekonomi dan lingkungan. Untuk

    masing-masing kegiatan didampingi oleh relawan masyarakat sebagai mitra

    kerja LKM/BKM di setiap kelurahan yang ada di Kota Pontianak. Setiap

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    23/123

    92

    relawan masyarakat berfungsi sebagai pengawas partisipatif terhadap

    keseluruhan proses sehingga bisa terbangun control social yang bagus.

    Sebagai mitra kerja BKM, maka para relawan masyarakat akan membentuk

    Forum Relawan dan berhak mendapat informasi perkembangan kegiatan

    penanggulangan kemiskinan yang dipimpin oleh Badan Keswadayaan

    Masyarakat.

    Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) atau Lembaga Keswadayaan

    Masyarakat (LKM) yang ada pada setiap kelurahan bertanggung jawab untuk

    menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan

    keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat

    dalam penanggulangan kemiskinan perkotaan. Sampai dengan tahun 2011,

    jumlah BKM/LKM yang ada di Kota Pontianak adalah 29 lembaga yang

    tersebar di 6 kecamatan yang ada di Kota Pontianak. Nama-nama BKM yang

    ada di Kota Pontianak adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1

    Daftar Nama-Nama BKM Kota Pontianak

    No Kecamatan Kelurahan Nama BKM

    1 Pontianak Barat a. Sungai Jawi Dalam Jawi Berkah

    b. Sungai Beliung Mitra Beliung

    c. Sungai Jawi Luar Jerujud.Paal Lima Paal Lima Mandiri

    2 Pontianak Kota a. Sungai Jawi Jawi Sejahtera

    b. Darat Sekip Sekip Baru

    c. Mariana Mariana

    d. Tengah Pijar Tengah

    e. Sungai Bangkong Bangkong Bersatu

    3 Pontianak Selatan a. Benua Melayu Darat Borneo

    b. Kota Baru Kobar Makmur

    c. Akcaya Akcaya Karya mandiri

    d.Benua Melayu Laut Hangtuah

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    24/123

    93

    e. Parit Tokaya Srikandi

    4 Pontianak Timur a. Parit Mayor Mandiri

    b. Tanjung Hilir Mentari Timurc. Banjar Serasan Serasan Sejahtera

    d.Dalam Bugis Corak Insang

    e. Tanjung Hulu Sejahtera

    f. Tambelan Sampit Sanyorani

    g. Saigon Sutra Mandiri

    5 Pontianak Tenggara a.Bangka Belitung Darat Paris Raya

    b. Bansir Laut Gayung Bersambut

    c. Bansir Darat Bintang Tenggara

    d. Bangka Belitung Laut Bangka Belitung LautAbadi

    6 Pontianak Utara a. Siantan Hilir Khajuma

    b. Siantan Tengah Khatulistiwa

    c. Batulayang Phikat

    d. Siantan Hulu Wahana Pangeran

    Sumber : Bappeda Kota Pontianak, 2011

    BKM/LKM mempunyai peran utama untuk mengorganisasikan warganya

    secara partisipatif untuk merumuskan rencana jangka menengah (3 tahun)

    penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis) dalam pelaksanaan PNPM

    Mandiri Perkotaan. BKM harus mampu menumbuhkan berbagai kegiatan

    pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat dengan mengembangkan jaringan BKM di tingkat kecamatan dan

    kota sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah untuk menyuarakan aspirasi

    masyarakat.

    Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam PNPM Mandiri

    Perkotaan, masing-masing BKM membentuk KSM (Kelompok Swadaya

    Masyarakat). KSM merupakan nama generik untuk kelompok warga

    masyarakat pemanfaat dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) dalam

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    25/123

    94

    Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.

    KSM diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator yang

    terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan (common

    bond) dan yang berjuang untuk mencapai tujuan bersama. Sampai saat ini,

    jumlah KSM yang ada di Kota Pontianak adalah 351 KSM yang berada di

    tingkat RT (Rukun Tetangga) di seluruh wilayah Kota Pontianak. Sedangkan

    relawan masyarakat yang berada dibawah KSM berjumlah 1091 orang yang

    sudah terlatih dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program.

    KSM bukan hanya sekedar pemanfaat pasif dana Bantuan Langsung

    Masyarakat, melainkan juga sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan

    penanggulangan kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM/BKM

    melalui berbagai dana yang mampu digalang. Oleh sebab itu, tugas pokok

    KSM adalah sebagai berikut :

    1) Menyusun usulan kegiatan pembangunan terkait dengan penanggulangan

    kemiskinan

    2) Mengelola dana yang diperolehnya untuk mendanai kegiatan

    pembangunan yang diusulkan

    3) Mencatat dan membuat laporan kegiatan dan keuangan kegiatan

    pembangunan yang diusulkan

    4) Menerapkan nilai-nilai luhur dalam pelaksanaan pembangunan , seperti

    transparansi, demokrasi, membangun dengan mutu dan lain-lain

    5) Secara aktif menjadi bagian dari kendali sosial (control social)

    pelaksanaan penanggulangan kemiskinan diwilayahnya.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    26/123

    95

    Selain organisasi-organisasi pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan di Kota

    Pontianak seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam proses

    implementasi program ini diperlukan komponen sumber dana . Sumber dana

    yang digunakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah APBN (Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belaja

    Daerah). Pada dasarnya PNPM Mandiri Perkotaan dalam penyediaan dana

    Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) menganut sikap open menu, dimana

    masyarakat bebas mengajukan usulan kegiatan apapun selama terkait langsung

    dengan upaya penanggulangan kemiskinan. Kegiatan yang layak didanai

    melalui BLM adalah kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam PJM/Rencana

    Tahunan Pronangkis. Kegiatan-kagiatan tersebut digolongkan menjadi 2,

    yaitu:

    1) Kegiatan pembangunan yang sudah ditemukan pada saat Pemetaan

    Swadaya (PS), biasanya skala besar (kelurahan) yang dialokasikan pada

    Rencana Tahunan sebagai rencana investasi dan dapat dilaksanakan oleh

    Panitia yang dibentuk LKM/BKM dan dikoordinasikan oleh UPL (Unit

    Pengelola Lingkungan) dan bertanggung jawab kepada LKM.

    2) Kegiatan kecil-kecil yang diusulkan oleh KSM tetapi secara indikatif

    sudah direncanakan di Rencana Tahunan, disesuaikan dengan kebutuhan

    masyarakat. KSM yang membutuhkan dapat mengusulkan, sifatnya

    investasi kecil dan dilaksanakan oleh KSM yang bersangkutan.

    Apabila masyarakat memutuskan bahwa sebagian dana BLM digunakan

    untuk pinjaman bergulir, maka pengelolaannya harus dilakukan dengan

    berorientasi pada masyarakat miskin. Penyediaan dana BLM dimaksudkan

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    27/123

    96

    agar masyarakat dapat belajar senyata nyatanya untuk melakasanakan dan

    mengelola apa yang sudah direncanakan. Upaya pembelajaran ini lebih

    dititikberatkan pada upaya memberi kesempatan kepada masyarakat untuk

    belajar menangani berbagi persoalan yang ada secara utuh mulai dari

    pengembangan gagasan, identifikasi persoalan, perencanaan pemecahan

    persoalan sampai dengan pelaksanaan dengan tetap berorientasi ke tujuan

    jangka panjang. Selain itu juga untuk menumbuhkan kesadaran kritis bahwa

    kebutuhan untuk penanggulangan kemiskinan tidak hanya kebutuhan modal

    dana semata, melainkan juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan

    modal sosial, lingkungan hidup dan ekonomi. PNPM Mandiri Perkotaan

    menganut azas Open Menu, karena masyarakat perlu menyadari bahwa tidak

    mungkin kebutuhan orang miskin hanya satu aspek saja dan mengabaikan

    aspek lainnya. Masyarakat dapat melengkapi sebagian besar kebutuhan dan

    kegiatan lainnya melalui swadaya masyarakat atau akses chanelling program

    ke berbagai pihak terkait.

    Dana BLM tidak dapat diakses oleh individu, melainkan melalui

    kelompok seperti panitia atau KSM yang lebih bersifat permanen. Ketentuan

    pemanfaatan oleh kelompok ini berlaku pada seluruh jenis kegiatan yang akan

    dilaksanakan, baik kegiatan prasarana lingkungan, dana pengembangan sosial

    maupun pengembangan usaha ekonomi masyarakat dan peningkatan kapasitas

    institusi masyarakat. Masyarakat dalam mengelola dana BLM diharapkan

    mampu mengimplementasikan secara nyata nilai-nilai universal kemanusiaan

    seperti kejujuran, tanpa pamrih, kerelawanan serta prinsip-prinsip universal

    kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    28/123

    97

    Dana BLM pada dasarnya adalah wakaf tunai yang dapat digunakan untuk

    membeayai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah direncanakan

    oleh masyarakat dibawah koordinasi LKM. LKM sebagai penerima dana

    BLM harus dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya

    telah digunakan secara benar dan dipertanggungjawabkan secara terbuka.

    Untuk itu LKM harus dapat mengelola dana tersebut secara benar, transparan

    dan akuntabel. Salah satu alat yang digunakan untuk menunjukkan kinerja

    pengelolaan keuangan adalah pembukuan tentang semua transaksi keuangan

    yang disusun dalam suatu Laporan Keuangan Bulanan. Selain transparansi

    dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan serta

    keuangan, prinsip akuntabilitas wajib dilaksanakan. Akuntabilitas diterapkan

    dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan untuk

    melakukan audit, bertanya dan mempertanggungjawabkannya.

    Sumber dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada Program

    Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota

    Pontianak (Bappeda Kota Pontianak, 2011), terdiri dari :

    1) APBN World Bank, jumlah alokasi dana tahun 2008 sebesar

    Rp 3 150 000.000

    2) Sharing Dana Untuk Urusan Bersama (DUB) dan APBD Kota Pontianak

    Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp 2 000 000 000

    3) APBN Islamis Development Bank (IDB), Tahun Anggaran 2009

    berjumlah Rp 3 280 000 000

    4) Dana Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) Tahun Anggaran

    2010 berjumlah Rp 3 340 858 000

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    29/123

    98

    Pencairan dana BLM disalurkan langsung kepada LKM/BKM di masing-

    masing kelurahan se Kota Pontianak melalui 3 tahapan. Tahap Pertama,

    diberikan 20% setelah terbentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).

    Kemudian pihak LKM menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan

    (SPPB) dengan pihak pemerintah yang diwakili oleh PJOK (Penanggung

    Jawab Operasional Kegiatan). Penandatanganan perjanjian harus dilampiri

    dengan dokumen PJM Pronangkis yang telah disetujui oleh masyarakat dan

    telah diverifikasi oleh pihak KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) dan

    Koordinator Kota (Korkot) kepada PJOK. Tahap kedua, bantuan diberikan

    sebanyak 50% dengan syarat dana pada tahap pertama yang telah disalurkan

    ke KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) telah dimanfaatkan dan

    dipertanggungjawabkan secara teknis dan administrasi minimal 50%,

    demikian pula kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sudah diperiksa dan

    ditandatangani oleh tim fasilitator dan diverifikasi oleh Korkot, termasuk

    administrasi keuangan (pembukuan)nya telah diverifikasi oleh KMW.

    Selanjutnya bahwa usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap II telah

    dinyatakan layak oleh KMW (Korkot). Tahap ketiga, disalurkan lagi dana

    sebanyak 30% dengan syarat sebagaimana syarat pada tahap kedua.

    PNPM Mandiri Perkotaan dalam membuka dan mengelola rekening

    kolektif masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan

    yang baik (good governance), seperti transparansi, akuntabel, responsiveness,

    efektif dan efisien. Prinsip transparansi lebih mengarah pada kejelasan

    mekanisme, yang dibangun atas dasar kebebasan informasi yang dapat

    diterima oleh mereka yang membutuhkan. Akuntabel diterapkan untuk

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    30/123

    99

    mengukur apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan

    dimana dana publik tersebut ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal.

    Sedangkan efektif dan efisien berkaitan dengan hasil yang sesuai dengan apa

    yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada.

    Penerapan prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat dalam spesimen tanda tangan

    rekening yang harus melibatkan minimal 3 orang, yang terdiri dari ketua

    LKM/BKM dan ditambah 2 orang anggotanya yang ditetapkan oleh

    musyawarah mufakat. Pencatatan setiap transaksi keuangan minimal

    dilakukan dalam buku catatan uang masuk dan cacatan uang keluar yang

    disertai dengan bukti transfer seperti kuitansi, bon atau nota pembelian.

    Bantuan Langsung Masyarakat yang digulirkan dalam PNPM Mandiri

    Perkotaan dilarang dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung

    dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak sosial dan

    kerusakan lingkungan serta berorientasi kepada kepentingan individu atau

    kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta

    peraturan yang berlaku. Ada beberapa kegiatan yang tidak boleh dibeayai

    dengan dana BLM, seperti kegiatan yang berkaitan langsung dengan politik

    praktis (kampanye, demonstrasi dll), kegiatan militer atau semi militer

    (pembelian senjata atau sejenisnya), deposito atau yang berkaitan dengan

    usaha memupuk bunga bank, kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai

    jaminan atau agunan baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan

    perbankan maupun pihak ketiga lainnya, pembebasan lahan, pembangunan

    rumah ibadah, pembangunan gedung pemerintah atau kantor LKM, kegiatan-

    kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan, penduduk asli dan

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    31/123

    100

    kelestarian budaya lokal, kegiatan yang bertentangan hukum, nilai, agama, tata

    susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi dan tujuan

    masyarakat setempat.

    Kegiatan-kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan sebagai

    penguatan kapasitas pemerintah daerah dengan mengedepankan peran dan

    tanggung jawab pemerintah daerah. Di Kota Pontianak, kegiatan tersebut

    dilakukan dengan melalui pelibatan intensif pemerintah kota pada siklus

    kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, penguatan peran dan fungsi Komite

    Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun

    dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah dan PJM Pronangkis

    kota yang berbasis aspirasi dan program masyarakat serta mendorong dan

    melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

    Untuk mendukung upaya-upaya tersebut diatas diperlukan ukuran-ukuran

    yang jelas untuk mengetahui seberapa besar upaya yang dilakukan

    implementor dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat. Indikator-

    indikator untuk mengukur kemampuan implementor (aparat pelaksana) dalam

    memberdayakan masyarakat terkait dengan PNPM Mandiri Perkotaan adalah

    sebagai berikut :

    1) Minimum 40% tingkat kehadiran kaum miskin dan rentan dalam

    pertemuan-pertemuan perencanaan dan pengambilan keputusan

    2) Minimum 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan-pertemuan

    perencanaan dan pengambilan keputusan

    3) Minimum 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT

    (Rukun Tetangga)

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    32/123

    101

    4) Minimum 90% LKM terbentuk di kelurahan

    5) Minimum 90% kelurahan telah menyelesaikan PJM Pronangkis dan telah

    diratifikasi dalam musyawarah warga

    6) Minimum 80% pemerintah kota menyediakan dana pendukung, 20% untuk

    pemerintah kota dengan kapasitas fiscal rendah dan 50% untuk pemerintah

    kota dengan kapasitas fiscal sedang, tinggi dan sangat tinggi

    7) Minimum 70% prasarana yang dinilai memiliki kualitas baik

    8) Minimum 70% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki

    pinjaman beresiko 3 bulan125%

    10)Minimum 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki tingkat

    pengembalian modal >10%

    11)Minimum 30% anggota KSM adalah perempuan.

    Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka implementasi PNPM

    Mandiri Perkotaan yang merupakan gerakan bersama membangun

    kemandirian dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai

    universal diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan

    perilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang

    secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat yang dalam

    PNPM Mandiri Perkotaan menjadi inti dan harapan dari program ini.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    33/123

    102

    4.2.2. Interpretasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

    Mandiri Perkotaan Di Kota Pontianak

    Interpretasi atau penafsiran merupakan tahapan penjabaran sebuah

    program yang bersifat abstrak ke dalam kegiatan yang lebih bersifat teknis

    operasional. Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, kegiatan-

    kegiatan yang merupakan operasionalisasi dari program ini dikenal dengan

    istilah TRIDAYA. Tridaya merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar

    terbangun daya sosial, daya ekonomi dan daya pembangunan dengan tujuan

    untuk menciptakan masyarakat yang efektif, produktif dan peduli terhadap

    lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

    Untuk menguraikan tahap interpretasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan di

    Kota Pontianak telah dilaksanakan melalui pendekatan Tridaya akan diuraikan

    ke dalam beberapa kegiatan sebagai berikut :

    1) Pembangunan Masyarakat (Social Development)

    Kegiatan Pengembangan masyarakat dimaksudkan bahwa setiap

    langkah kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan harus selalu berorientasi pada

    upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat,

    sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial. Dengan demikian

    dapat menjadi pondasi yang kokoh dalam upaya penanggulangan

    kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarkat

    juga diartikan sebagai upaya meningkatkan potensi segenap unsure

    masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan dan marjinal yang

    selama ini tidak mempunyai peluang /akses dalam program maupun

    kegiatan.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    34/123

    103

    Jenis kegiatan yang telah dilaksanakan dalam program pengembangan

    masyarakat adalah pemberdayaan relawan masyarakat yang telah ada di

    masing masing kelurahan dan pelatihan KSM untuk pengembangan

    kapasitas/penguatan organisasi, penyiapan dan penciptaan peluang usaha

    melalui pelatihan dan praktek ketrampilan usaha bagi warga miskin yang

    belum produktif. Program pengembangan masyarakat lebih memberi

    ruang kepada kaum perempuan, melalui kursus-kursus dan pelatihan-

    pelatihan yang tujuannya untuk memberdayakan kaum perempuan.

    Kehadiran relawan masyarakat ini sangat dibutuhkan sebagai

    konsekuensi logis dari penerapan pembangunan yang berbasis masyarakat

    dan penerapan konsep membangun dari dalam (development from

    within), yang membutuhkan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat

    sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki

    komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Di sisi lain

    proses membangun dari dalam tidak akan terlaksana apabila pelopor-

    pelopor yang menggerakkan masyarakat tersebut merupakan individu atau

    sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi dan hanya

    mementingkan urusan ataupun kepentingan pribadi serta golongan dan

    kelompoknya. Dengan kata lain, perubahan perilaku masyarakat akan

    sangat ditentukan oleh relawan-relawan yang mempunyai moral yang baik

    dan mampu menjadi contoh perubahan itu sendiri. Untuk itu pemilihan

    relawan tidak boleh semata-mata didasarkan pada pengalaman,

    pendidikan, status sosial tetapi lebih pada moral yang dimilikinya.

    Didasarkan pada keyakinan inilah, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    35/123

    104

    masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin

    bagi warga yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk

    membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan agar

    bermanfaat bagi masyakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya.

    Dengan demikian peran utama para relawan masyarakat dalam

    implementasi PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai pelopor perubahan

    dan penggerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses implementasi

    program yang sudah direncanakan sebagai upaya pemberdayaan

    masyarakat dan peningkatan kapasitas, sehingga secara rinci relawan

    diharapkan menjadi pelopor dalam siklus program. Siklus tersebut adalah

    refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, pembentukan BKM/LKM,

    pengorganisasian KSM dan perencanaan partisipatif . Selain itu relawan

    masyarakat juga berfungsi sebagai pengawas partisipatif terhadap

    keseluruhan proses implementasi program sehingga terbangun control

    socialyang baik.

    KSM yang diorganisasikan oleh tim relawan masyarakat dan dibantu

    tim fasilitator terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan

    kebersamaan (common bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan

    bersama. KSM sebagai pelaksana kegiatan penanggulangan kemiskinan

    dalam PNPM Mandiri Perkotaan mempunyai tugas pokok untuk

    menyusun usulan kegiatan, mengelola dana , mencatat dan membuat

    laporan pelaksanaan program. Untuk memberdayakan KSM dalam

    implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dilakukan

    pelatihan-pelatihan kepada anggotanya sesuai dengan keinginan dan

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    36/123

    105

    kebutuhannya masing-masing. Pelatihan tersebut dilakukan untuk

    menunjang usaha yang akan dilakukannya, seperti kursus membuat kue,

    kursus menjahit, kursus komputer dan sebagainya. Dengan dana sebesar

    Rp 2 500 000 per kelompok, atau Rp 500 000 per anggota KSM, masing-

    masing anggota KSM membuat usaha sesuai dengan kemampuannya.

    Berbagai usaha yang dilakukan oleh anggota KSM antara lain jual bensin,

    jual kue, jual gorengan, jual bakso, jual jamu dan lain-lain.

    Akibat terbatasnya anggaran, maka masih ditemui keluhan-keluhan

    dari masyarakat tentang alokasi penggunaan dana yang diperolehnya.

    Disamping itu ada kecenderungan bagi para relawan yang aktif di LKM

    maupun di KSM yang telah dibentuk memberi kesempatan yang lebih

    besar kepada anggota-anggotanya untuk mengikuti kursus-kursus yang

    diselenggarakan oleh mereka sendiri. Anggota masyarakat lainnya yang

    tidak terlibat dalam kelompok relawan akhirnya harus menunggu

    kesempatan berikutnya yang memerlukan waktu cukup lama dan belum

    tentu ada lagi. Dalam wawancara dengan salah satu anggota masyarakat,

    ada kecenderungan menyangsikan kemauan baik dari para pengurus LKM

    dan menganggap bahwa bantuan-bantuan maupun pelatihan-pelatihan

    yang diprogramkan lebih cenderung diberikan kesempatan kepada para

    relawan saja, sementara yang tidak masuk sebagai relawan kurang

    mengetahui adanya bantuan dan program pelatihan. Bahkan ada sebagian

    masyarakat yang mengatakan tidak diberitahu kalau ada bantuan dan

    pelatihan, oleh karena itu masyarakat lebih memilih jika ada bantuan

    langsung saja diarahkan kepada masyarakat yang menjadi sasaran

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    37/123

    106

    program, tidak lagi melalui kelompok-kelompok atau lembaga-lembaga

    lokal yang dibentuk.

    Sulitnya menumbuhkan kepercayaan di masyarakat, ketika dilepas

    untuk mandiri dalam merancang kegiatan serta melaksanakan sendiri

    kegiatannya terkadang masih mengikuti kepentingan pribadi atau

    kelompok didalamnya. Peran aparat pelaksana menjadi pertaruhan dalam

    konteks ini, sebab aparat pelaksana sangat diharapkan dalam mengawasi

    proses pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Hal ini

    disebabkan pengurus LKM maupun KSM yang telah berkali-kali

    mendapatkan kesempatan dan bantuan untuk mengikuti pelatihan

    ketrampilan dari program lain, sehingga masyarakat yang tidak terlibat

    dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan akan mengalami kesulitan

    dalam mengakses informasi maupun kesempatan yang ditawarkan.

    Masalah ini dapat dikatakan sebagai masalah yang klasik dalam setiap

    program pemberdayaan, seperti sering terjadinya salah sasaran dalam

    pemberian bantuan. Apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian, maka

    akan dapat mengurangi rasa kepercayaan masyarakat kepada anggota

    LKM dan tujuan pemberdayaan mengalami ketidakberhasilan. Disamping

    itu, partisipasi masyarakat merupakan komponen yang sangat penting

    dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Masyarakat

    harus teribat dalam proses tersebut, sehingga mereka dapat lebih

    memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki

    harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    38/123

    107

    2) Pengembangan Ekonomi (Economic Development)

    Pengembangan ekonomi yang dimaksudkan adalah upaya-upaya ke

    arah peningkatan kapasitas dan ketrampilan masyarakat miskin dan atau

    pengangguran melalui upaya pengembangan peluang usaha dan akses ke

    sumber daya untuk peningkatan pendapatan dengan tetap memperhatikan

    dampak lingkungan fisik dan sosial. Program pengembangan ekonomi

    yang diuraikan dalam PNPM Mandiri Perkotaan diwujudkan dengan

    kegiatan pinjaman bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro

    kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan. Pelaksanaan kegiatan

    pinjaman bergulir bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan

    kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk

    memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat dan membelajarkan mereka

    dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.

    Pengelolaan dana bergulir dilakukan pada tingkat UPK (Unit

    Pengelola Keuangan atau LKM penerima bantuan. Pengelolaan dana

    bergulir ini dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman

    yang berorientasi pada masyarakat miskin, yaitu tidak semata-mata

    berorientasi pada pemupukan dana, tetapi juga harus mempertimbangkan

    aspek pelayanan dan kemanfaatan bagi masyarakat miskin. Indikator

    tercapainya sasaran pinjaman bergilir adalah peminjam berasal dari rumah

    tangga yang telah diidentifikasi dalam PJM Pronangkis dan telah masuk

    dalam daftar pemetaan swadaya. Minimal 30% peminjam adalah

    perempuan dari rumah tangga miskin yang telah tergabung dalam

    Kelompok Swadaya Masyarakat dengan jumlah anggota 5 orang. Akses

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    39/123

    108

    pinjaman bagi KSM peminjam yang kinerja pengembaliannya baik,

    terjamin keberlanjutannya, baik melalui dana BLM (Bantuan Langsung

    Masyarakat) maupun melalui dana hasil chanelling dengan kebijakan

    pinjaman yang lain.

    Dana pinjaman bergulir di Kota Pontianak berasal dari sharing

    pendanaan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, yang

    besaran jumlah dana bantuannya tergantung pada kondisi fiscal

    pemerintah kota. Kota Pontianak termasuk wilayah dengan kapasitras

    fiscal menengah, sehingga bantuan BLM sebagai dana pendamping dalam

    PNPM Mandiri Perkotaan sebesar 50%. Dana bergulir ini hanya diberikan

    kepada masing-masing anggota masyarakat miskin yang mempunyai

    usaha mikro. Jumlah dana bergulir yang dapat diterima setiap anggota

    KSM sebesar Rp 500 000. Dana ini kemudian digulirkan secara terus

    menerus dan diangsur pembayarannya setiap bulan.

    Implementasi program pinjaman dana bergulir merupakan salah satu

    bentuk interpretasi program pengembangan ekonomi dari PNPM Mandiri

    Perkotaan yang menggunakan pendanaan bergulir sebagai jalan keluar

    untuk memberdayakan masyarakat miskin. Hal ini sesuai yang

    diamanahkan oleh Peraturan Presiden No 15 tahun 2010, bahwa strategi

    penanggulangan kemiskinan antara lain adalah :

    1) Mengurangi beban pengeluaran masyarakat

    2) Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin

    3) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil

    (UMK)

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    40/123

    109

    4) Membentuk sinergi kebijakan dan program penanggulangan

    kemiskinan.

    Untuk itu dalam melaksanakan program pemberdayaan ini yang

    diperlukan adalah partisipasi dan komitmen masyarakat miskin sebagai

    sasaran program. Partisipasi aktif masyarakat ke dalam efektifitas, efisiensi

    dan sikap kemandirian merupakan strategi pemberdayaan yang

    dilaksanakan melalui kegiatan kerja sama dengan para relawan, seperti

    organisasi-organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian yang diperlukan

    adalah kemampuan masyarakat untuk memenuhi beberapa tahapan yang

    disarankan dalam pencapaian tujuan program ini, yaitu :

    1) Identifikasi kebutuhan

    2) Identifikasi pilihan atau strategi

    3) Keputusan atau pilihan tindakan

    4) Mobilisasi sumber-sumber

    5) Tindakan itu sendiri

    Langkah-langkah diatas merupakan beberapa hal yang harus dilakukan

    dalam proses pemberdayaan masyarakat secara mandiri, seperti halnya

    dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan. Pemberdayaan

    memerlukan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap langkah diatas

    secara menyeluruh dengan intervensi minimal pihak luar. Biasanya bagi

    mereka yang paling membutuhkan dan belum dapat menyiapkan diri

    terhadap kebutuhan mereka lebih memiliki sedikit ilmu pengetahuan,

    ketrampilan, uang atau kekuatan fisik. Kondisi ini mendorong intervensi

    dari luar menjadi berlebihan. Seperti yang diungkapkan oleh Kotze (dalam

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    41/123

    110

    Hikmat, 2010 : 6), bahwa masyarakat miskin memiliki kemampuan yang

    relatif baik untuk memperoleh sumber melalui kesempatan yang ada.

    Upaya pemberdayaan yang dilakukan melalui kegiatan pinjaman dana

    bergulir kepada KSM dapat dianggap sebagai jalan keluar untuk

    membantu kelompok miskin apabila KSM tersebut mampu mengelola

    pendanaannya dan membina anggotanya untuk disiplin dalam

    pengembalian dana pinjaman tersebut. Sampai tahun 2011 tingkat

    pengembalian pinjaman dana bergulir di Kota Pontianak adalah 22

    kelurahan > 90% dan 4 kelurahan < 90% dari total jumlah KSM 4889

    yang ada ( laki laki berjumlah 1676 dan perempuan berjumlah 3213

    KSM). Hal ini dapat dikatakan bahwa pengembalian pinjaman dana

    bergulir yang ada pada PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dapat

    dikatakan cukup berhasil. Namun demikian kegiatan ini belum mampu

    menyentuh masyarakat yang paling rentan terhadap kemiskinan. Hal ini

    disebabkan yang berhak mendapatkan bantuan ini hanya masyarakat yang

    mempunyai usaha yang sifatnya mikro.

    Bagi masyarakat miskin yang pekerjaannya berkaitan dengan bidang

    jasa tidak bisa mengakses bantuan ini, karena mereka tidak mampu

    menunjukkan tempat usaha yang dapat dijadikan rujukan dalam menilai

    kesahian pemberian bantuan dana kepada kelompok miskin ini, seperti

    tukang becak, buruh, pemulung, dan sebagainya. Pada hal kelompok

    masyarakat ini sangat memerlukan dana segar untuk membantu

    keluarganya. Apalagi pada kondisi-kondisi tertentu yang membuat

    kelompok masyarakat ini mengalami poverty rackets (roda penggerak

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    42/123

    111

    kemiskinan) yang menyebabkan mereka masuk ke lembah yang curam

    dalam kemiskinan.

    PNPM Mandiri Perkotaan mencari jalan keluar dan memiliki konsep

    bagaimana mekanisme pemberian pinjaman dana bergulir kepada

    masyarakat yang tidak memiliki usaha mikro, yang penting mereka

    memiliki pekerjaan yang memungkinkan mereka dapat mengangsur

    pinjamannya. Hal ini disebabkan kesulitan terbesar masyarakat miskin

    adalah memiliki dana segar yang dapat dipakai tanpa harus ada agunan.

    Kepercayaan masyarakat yang menjadi dasar modalitas dalam pemberian

    pinjaman dana bergulir, sehingga hal ini harus menjadi bagian dari

    pembelajaran semua pihak menuju kemandirian dan keberdayaan.

    3) Perlindungan Lingkungan (Enviromental Protection)

    Dalam menentukan dan melaksanakan kegiatan dalam PNPM Mandiri

    Perkotaan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama

    kepentingan masyarakat miskin harus berorientasi pada upaya

    perlindungan atau pemeliharaan lingkungan. Lingkungan yang

    dimaksudkan disini adalah lingkungan alami maupun lingkungan buatan,

    termasuk lingkungan perumahan permukiman yang harus layak,

    terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif, yang termasuk

    didalamnya penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang

    kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan

    kesejahteraan masyarakatnya.

    Kegiatan yang berorientasi kepada perlindungan lingkungan yang

    tertuang dalam Program Jangka Menengah (PJM) Pronangkis dibentuk

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    43/123

    112

    oleh LKM lebih terfokus pada kegiatan pembangunan sarana dan

    prasarana dasar perumahan dan permukiman baik untuk kepentingan

    masyarakat umum maupun kepentingan warga miskin seperti perumahan

    kumuh. Dalam PJM Pronangkis Kota Pontianak, kegiatan yang berkaitan

    dengan sarana dan prasarana antara lain adalah kegiatan perbaikan jalan

    lingkungan (jalan perkerasan, jalan rabat beton, tembok penahan

    tanah/barau), peningkatan kualitas drainase (pembuatan saluran air hujan

    terbuka), pembuatan jembatan (Jembatan beton dan gorong-gorong),

    pembangunan/ perbaikan rumah tidak layak huni, pembuatan penampung

    air hujan, pembuatan penerangan jalan umum, pembangunan sarana

    kesehatan (bangunan Posyandu).

    Program infrastruktur tersebut diatas sangat membantu perbaikan lingkungan

    fisik dan sosial masyarakat kelurahan setempat. Perbaikan jalan-jalan lingkungan

    dengan menggunakan semen atau yang disebut semenisasi lingkungan sangat

    dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat apalagi kalau musim hujan. Dana

    yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah dana sharing antara

    pemerintah kota Pontianak dengan masyarakat setempat. Dalam kegiatan ini,

    peran RT (Rukun Tetangga) sangat diperlukan, yakni dalam mendorong warganya

    untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Bentuk partisipasi masyarakat dalam

    kegiatan ini antara lain adalah adanya iuran masing-masing warga yang sifatnya

    wajib dan sukarela. Iuran wajib adalah iuran yang jumlahnya sama antara warga

    yang satu dengan warga yang lainnya, sedangkan iuran sukarela sangat tergantung

    pada kemampuan warga.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    44/123

    113

    Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di

    Kota Pontianak tahun anggaran 2011 melakukan kegiatan rehabilitasi rumah tidak

    layak huni kepada 20 warga di Pontianak Selatan. Dana yang dikucurkan

    pemerintah pusat melalui APBN ini mencapai 20 milliar rupiah. Setiap rumah

    yang direhab mendapatkan dana sebesar Rp 11 juta. Dari total yang didapat oleh

    warga tersebut diantaranya Rp 750 000 untuk upah tukang dan sisanya digunakan

    untuk membeli bahan bangunan. Bantuan tersebut dapat dimanfaatkan

    semaksimal mungkin sehingga warga dapat menyelesaikannya tepat waktu.

    Karena dengan kerja sama yang baik antara warga dengan pemerintah akan

    mendukung PNPM Mandiri Perkotaan berikutnya.

    Dengan kerja sama yang baik ini pemerintah dapat kembali memberikan

    kepercayaan kepada masyarakat, karena masih ada sebagian warga yang

    rumahnya tidak layak huni dan perlu mendapatkan bantuan. Warga yang

    mendapatkan bantuan rehab rumah tidak layak huni mengatakan sangat senang

    dengan adanya kegiatan ini, karena kegiatan rehab rumah ini dapat membantu

    warga yang kondisi rumahnya memang sudah tidak layak huni. Yang diperlukan

    adalah adanya pengawasan dari pihak pemerintah terhadap pelaksanaan kegiatan

    tersebut dari segi ketepatan waktu penyelesaian rehab rumah tidak layak huni

    tersebut.

    Peran lurah dalam mengawasi program- program yang telah dicanangkan oleh

    Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) antara lain adalah apakah sudah

    sesuai dengan perencanaan awal ketika diadakan rembug warga maupun diadakan

    pemetaan swadaya. Pada tahapan pemetaan swadaya sebenarnya sudah ditentukan

    mana perumahan warga miskin yang layak mendapat bantuan rehabilitasi rumah

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    45/123

    114

    tidak layak huni. Kendatipun sudah ditentukan rumah warga yang akan

    direhabilitasi, namun dalam implementasinya ternyata masih mengalami

    perbedaan pandangan tentang kriteria rumah yang mendapat bantuan rehabilitasi

    rumah tidak layak huni.

    Untuk itu diperlukan diskresi lurah sebagai penanggung jawab kegiatan ini,

    agar tidak menimbulkan kekecewaan pada warga yng tidak mendapatkan

    kesempatan rehabilitasi rumahnya. Peran lurah diisini tidak hanya sebagai kepala

    kelurahan, tetapi dapat juga sebagai tokoh masyarakat dengan posisi penengah,

    yang dapat mengambil keputusan tentang rumah penduduk mana yang layak

    untuk mendapatkan bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kota Pontianak

    agar tidak menambah kekecewaan masyarakat atas keputusan LKM ataupun KSM

    sebagai implementor program ini.

    Dalam implementasi program ini juga melibatkan peran masyarakat, tidak

    hanya sebagai pemanfaat dana dari pemerintah, tetapi masyarakat juga turut

    memberi kontribusi pada program-program yang dijalankan. Kontribusinya adalah

    dengan melibatkan diri secara sukarela baik berupa ide, masukan, dukungan

    moril, waktu serta dalam bentuk penyediaan tenaga fisik maupun material untuk

    membantu pelaksanaan program yang sedang dilaksanakan. Kontribusi semacam

    ini secara material nilainya cukup tinggi, sebab keterlibatan mereka dalam

    program tidak dibayar. Sedangkan yang dibayar adalah mereka yang benar-benar

    tenaga profesional yang bukan penduduk/warga setempat.

    Sikap berswadaya yang merupakan nilai-nilai yang telah lama dimiliki oleh

    masyarakat, kemudian ditumbuhkan kembali pada PNPM Mandiri Perkotaan

    dapat dipupuk terus menerus sebelum mengalami degradasi lingkungan eksternal

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    46/123

    115

    yang secara perlahan menuntut masyarakat untuk semakin individualistik dan

    berpotensi mengabaikan lingkungan sekitarnya. Tetapi karena kesibukan sebagian

    besar masyarakat kota Pontianak dalam kesehariannya, tidak jarang mereka

    kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan lingkungan ini.

    Bentuk pembangunan lingkungan yang ada pada PNPM Mandiri Perkotaan di

    Kota Pontianak yang lain adalah penyediaan sarana dan prasarana yang memang

    menjadi tanggung jawab pemerintah setempat. Pembangunan sarana dan

    prasarana yang berkaitan dengan lingkungan adalah pembangunan tempat

    pembuangan sampah sementara. Karena masalah persampahan menjadi tanggung

    jawab pemerintah dan masyarakat, maka pembangunan sarana ini sangat

    diperlukan. Tanggung jawab masyarakat adalah pengelolaan sampah rumah

    tangga sampai kepada TPS (Tempat Pembuangan Sementara), sehingga yang

    diperlukan disini adalah sinergi antara pemerintah dengan masyarakat dalam

    pengelolaan sampah tersebut. Masyarakat harus disiplin dalam hal jadwal

    pembuangan sampah rumah tangga dan pemerintah harus menyediakan sarananya

    dan TPSnya.

    4.2.3. Aplikasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak

    Aplikasi adalah penerapan atau pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang

    bersifat dinamis karena berhubungan dengan kegiatan atau kebijakan lainnya.

    PNPM Mandiri Perkotaan merupakan sebuah program pemerintah untuk

    membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam

    menanggulangi kemiskinan secara mandiri. Program ini diharapkan bisa

    menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa institusi/kelembagaan

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    47/123

    116

    masyarakat yang representatif, mengakar, dan menguat bagi perkembangan

    modal sosial (socisl capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan

    kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli

    setempat.

    Dalam pelaksanaan program ini diawali dengan pembentukan Tim

    Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Pontianak yang

    ditetapkan dengan keputusan walikota. Tim ini akan berkoordinasi dengan

    instansi lain dalam penyiapan, perumusan dan penyelenggaraan kebijakan

    penanggulangan kemiskinan. Untuk itu TKPK bertugas merumuskan

    kebijakan makro dan mikro dengan mengikutsertakan berbagai stakeholder

    yang meliputi instansi pemerintah, organisasi non pemerintah, dunia usaha,

    organisasi profesi dari segenap unsur masyarakat di wilayah Kota Pontianak.

    Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak mempunyai

    tugas sebagai berikut :

    1) Mengkoordinasikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan

    2) Mengkoordinasikan pengendalian pelaksanaan penanggulangan

    kemiskinan di Kota Pontianak.

    Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, Tim Koordinasi

    Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak berada di bawah dan

    bertanggung jawab langsung kepada Walikota Pontianak. Sebagai ketua tim

    adalah wakil walikota, yang didampingi wakil ketuanya Sekretaris Daerah

    Kota Pontianak dan sekretaris Kepala Bappeda Kota Pontianak, yang

    membawahi beberapa kelompok kerja (Pokja) : Pokja Pendataan dan Sistem

    informasi, Pokja Pengembangan Kemitraan, Pokja Pengaduan Masyarakat.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    48/123

    117

    Sementara itu juga ada beberapa kelompok program penanggulangan

    kemiskinan yang masing-masing ketua timnya bertanggung jawab langsung

    kepada Ketua TKPK Kota Pontianak, yaitu :

    1) Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga

    2) Kelompok Program Penanggulangan kemiskinan Berbasis Pemberdayaan

    Masyarakat

    3) Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan

    Usaha Ekonomi Mikro dan kecil.

    Untuk mengaplikasikan program-program tersebut di atas, maka ada

    beberapa langkah dalam penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan di

    Kota Pontianak. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

    Gambar 4.3

    Langkah-Langkah Penyusunan

    Strategi Penanggulangan Kemiskinan

    Sumber : Bappeda Kota Pontianak, 2011

    Langkah-langkah tersebut diatas menunjukkan bahwa implementasi

    sebuah kebijakan publik tidak hanya menyangkut operasionalisasi kebijakan

    publik ke dalam mekanisme birokratis, tetapi juga terkait dengan tujuan

    Penetapan

    SPKD

    Penyusunan Mekanisme

    Pelaksanaan

    Penyusunan

    Rencana Monev

    Perumusan

    Strategi

    Penyusunan

    Pronangkis

    Pengesahan

    APBD Kota

    Penyusunan

    Anggaran

    Integrasi

    Renbang Kota

    Persiapan

    Pengkajian

    Masalah

    Perumusan

    Kebutuhan

    Pengkajian

    Potensi

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    49/123

    118

    kebijakan tersebut agar dapat diterima, dipahami dan didukung oleh kelompok

    sasaran. Implementasi kebijakan juga perlu memperhatikan berbagai jaringan

    kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang berpengaruh pada perilaku semua

    pihak yang terlibat. PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan salah satu

    kebijakan penanggulangan kemiskinan, implementasinya tidak hanya bersifat

    linear dan mekanistik yang patuh kepada rangkaian mekanisme birokratis.

    Keberhasilan implementasi program ini lebih banyak ditentukan melalui

    proses negosiasi, ataupun lobi untuk menghasilkan kompromi. Kapasitas

    lembaga pelaksana juga tetap diperlukan untuk mengelola berbagai

    kepentingan yang terlibat.

    Proses negosiasi dalam implementasi PNPM Mandiri perkotaan dilakukan

    melalui proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi dan

    menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara sasaran program

    dengan implementor. Hal ini nampak dari hasil wawancara bahwa dalam

    menetapkan kegiatan-kegiatan yang ada dalam mengaplikasikan kebijakan ini

    berdasarkan skala prioritas, baik dalam menentukan KSM mana yang harus

    mendapatkan Bantuan Langsung Masyarakat ataupun dalam menentukan jenis

    kegiatan mana yang harus didahulukan. Semua ini disebabkan oleh

    keterbatasan dana dan banyaknya KSM yang menginginkan bantuan tersebut.

    Tuntutan untuk melakukan negosiasi biasanya muncul ketika seseorang

    atau suatu kelompok tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk

    memenuhi kebutuhan atau kepentingannya , sehingga dibutuhkan tambahan

    atau bantuan dari pihak lain. Negosiasi mempunyai sejumlah karakteristik

    utama, antara lain :

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    50/123

    119

    1) Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, kelompok maupun

    organisasi

    2) Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baikbargainmaupunbarter

    3) Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal dimasa depan atau sesuatu yang

    belum terjadi

    4) Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua

    belah pihak

    Negosiasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi dan

    menyelesaikan perbedaan kepentingan. Dengan mengembangkan kemampuan

    negosiasi, setiap pihak bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya.

    Berdasarkan wawancara kepada beberapa KSM yang ada di Kota Pontianak,

    proses negosiasi dilakukan untuk menetapkan jenis kegiatan yang akan

    dilakukan dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, berdasarkan nilai-

    nilai dan keyakinan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan. Negosiasi

    dilakukan pada waktu penyusunan perencanaan pembangunan daerah atau apa

    yang disebut sebagai Musrenbang.

    Musrenbang adalah forum perencanaan publik (program) yang

    diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan,

    kecamatan, pemerintah kota/kabupaten bekerja sama dengan warga dan para

    pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu

    tugas pemerintah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan

    dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah

    satu saja dari komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat dan

    swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu musrenbang juga merupakan

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    51/123

    120

    forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan dan

    pembangunan.

    Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, musrenbang mempunyai

    peran penting dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

    melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program tersebut. Dengan

    adanya musrenbang, akan mendorong otonomi dalam upaya pembangunan

    dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih cepat terwujud

    melalui pemberian kewenangan kepada kelurahan untuk menyusun program

    yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Hal ini tidak akan

    terjadi bila pembangunan masih ditentukan dan dirancang secara sentralistik.

    Musrenbang sebagai salah satu tugas dan kewenangan desa/kelurahan selaku

    unit otonom seperti yang diamanahkan oleh Undang Undang No 32 tahun

    2004 tentang Pemerintah Daerah.

    Musrenbang kelurahan bagi organisasi kelurahan adalah bagian dari

    mekanisme perencanaan pembangunan di daerah untuk merumuskan kegiatan-

    kegiatan pembangunan terutama yang menjadi kewenangannya. Hasil

    musrenbang kelurahan akan digunakan untuk menyusun Rencana Kerja

    Kelurahan dan merumuskan prioritas permasalahan dan indikasi kegiatan yang

    merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk diajukan ke musrenbang

    kecamatan. Selain itu musrenbang kelurahan dapat menjadi sarana bagi

    pemerintah kelurahan dan masyarakat untuk merumuskan kegiatan

    pembangunan swadaya masyarakat kelurahan maupun kegiatan yang

    diusulkan untuk diajukan dibeayai melalui pos bantuan APBD.

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    52/123

    121

    Sebagai bagian dari tatanan pemerintahan yang demokratis, musrenbang

    kelurahan lebih memungkinkan untuk melibatkan warga seluas-luasnya.

    Musrenbang adalah perencanaan-penganggaran partisipastif, dimana

    penyusunan rencana kerja kelurahan membutuhkan sumber anggaran dan

    sumber daya lainnya. Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada

    kelompok miskin menetapkan kelompok miskin sebagai sasaran kegiatan dan

    penerima manfaat program. Dengan bergulirnya otonomi daerah, kelurahan

    berkewajiban mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih. Hal ini

    hanya dapat terjadi apabila tiga pilar tata pemerintahan, menjalankan peran

    dan fungsinya masing-masing. Ketiga pilar itu adalah : pemerintah kelurahan,

    warga masyarakat dan kalangan swasta.

    Apabila salah satu pilar dari tata pemerintahan itu timpang, maka akan

    sulit tercapai tata pemerintahan yang baik. Masyarakat perlu bersikap

    mengoreksi jalannya pemerintahan kelurahan, sebaliknya pemerintahan

    kelurahan menerima masukan dari masyarakat sebagai bagian dari

    keterbukaan. Sedangkan kalangan swasta berkontribusi terhadap peningkatan

    ekonomi lokal dengan membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban

    seperti memperhatikan kelestarian lingkungan atau menjalankan tanggung

    jawab sosial lainnya.

    Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa proses implementasi

    PNPM Mandiri Perkotaan yang terdiri dari tiga tahapan (pengorganisasian,

    interpretasi dan aplikasi) merupakan proses yang dinamis. Keberhasilan

    implementasi program ini memerlukan pendekatan top-down dan bottom-up

    sekaligus. Dengan pendekatan top-down, implementasi PNPM Mandiri

  • 7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak

    53/123

    122

    Perkotaan berfokus pada ketersediaan unit pelaksana (birokrasi), standart

    poelaksana, kewenangan, koordinasi dan lain-lain. Sedangkan dengan

    pendekatan bottom-up lebih menekankan pada strategi-strategi yang

    digunakan oleh pelaksana saat menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

    4.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Implementasi PNPM Mandiri

    Perkotaan di Kota Pontianak Kurang Berhasil Dalam Mencapai

    Tujuan

    Dalam implementasi kebijakan publik, paling tidak ada 3 unsur yang multak

    harus ada, yaitu : unsur pelaksana (implementor), adanya program yang akan

    dilaksanakan dan kelompok sasaran (target group). Ketiga unsur tersebut saling

    berkaitan dan berinteraks