gerakan sosial aik iii s5

Upload: rusmin-pati

Post on 10-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    1/23

    MUHAMMADIYAH SEBAGAIGERAKAN SOSIAL

    AIK III(Ke-Muhammadiyahan)

    Profesor Dr Ishomuddin, M.Si

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    2/23

    Pda awal abad XX kita menyaksikan suatu perkembanganpenting dalam perjalanan sejarah masyarakat Indonesia ketikadaerah perkotaan menggeser peranan komunitas pedesaansebagai tempat berlangsungnya perubahan. Jika tuntutan akanlahan dan tenaga kerja kaum penjajah telah mengubah tatananmasyarakat di abad XIX, maka pertumbuhan usaha perdagangandan industri di abad XX telah merangsang pembangunan dibidang kehidupan sosial di pusat-pusat kegiatan tersebut.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    3/23

    Dengan latarbelakang kondisi di atas, terdapat tiga golongan

    muslim yaitu golongan muslim yang berorientasi ke budayaanIslam yang disebut kaum santri dengan golongan muslimtradisi atau adat, dan golongan muslim yang berorientasi padapemikiran Barat. Golongan menengah santri memiliki sejarahyang panjang. Orang percaya bahwa penganjur dan penyebar

    Islam pertama adalah kaum pedagang di kota-kota sepanjangpantai. Pusat-pusat kaum santri di bagian-bagian kota yangdisebut kauman di kota-kota di Jawa, juga merupakan pusatperdagangan dan industri.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    4/23

    Para santri merupakan kelompok yang paling dinamis dalam sejarahIndonesia. Di abad XIX, kebangkitan agama dalam bentuk pembenahanlembaga pendidikan pesantren dan gerakan tarikaat Islam, dipimpin olehpara pemuka agama di pedesaan, yakni para kiai. Pemerintah kolonialselalu mencurigai kaum santri, sampai-sampai melakukan beberapausaha dan tindakan untuk membatasi pengaruh kebangkitan agamatersebut. Kebangikatan agama sebagai gerakan juga telah mendoronggerakan menentang kekuasaan kolonial, bersamaan dengan berbagaigerakan protes di daerah pedesaan Jawa. Berlainan dengan kebangkitandi abad XIX ini yang bersifat kedesaan, kolot dan konservatif,kebangkitan kaum santri di abad XX bersifat kekotaan, reformis, dandinamis. Harry J. Benda menyatakan bahwa kebangkitan kaum santrikota berjuang melawan empat seteru; formalisme kolot, kebudayaan adat,dan priyayi, sikap kebarat-baratan, dan status quo penjajahan.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    5/23

    Ahmad Dahlan, pendiri gerakan Muhammadiyah adalh contohterkemuka dari seorang santri merangkap pedagang dari

    kauman. Ia adalah seorang khatib di Masjid Agung KratonYogyakarta, namun ia juga terkenal sebagai pedagang batikyang berhasil memiliki jaringan dagang di banyak kota. Diantara abdi dalem santri, hanya mereka yang dianugerahijabatan sebagai penghulu yang menganut eyika priyayi

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    6/23

    Sejarah kaum santri golongan menengah, Castle

    mengemukakan bahwa setelah terjadi kemunduran SI, parasantri pengusaha bergabung ke Muhammadiyah, sedangkanpara santri petaninya masuk NU. Meskipun mayoritas anggotaNU adalah petani, para pengurusnya kebanyakan dari golonganmenengah, baik pedagang maupun petani kaya. Adalah sifatkedesaannya yang menjadikan NU berkebudayaan petani,tradisional dan konservatif. Kenyataannya baikMuhammadiyah yang beraliran modern maupun NU yangberaliran tradisional, memiliki ciri yang sama, yakni bahwakeduanya didirikan dan disebarkan melalui hubungan pribadidan kekeluarga.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    7/23

    Para pemimpin Muhammadiyah berpusat di sekitar kampung kaumandi Yogyakarta, sedangkan pemuka NU di pesantren Tebuireng di Jawa

    Timur. Situasi kepemimpinan kedua organisasi itu pada dasarnyatetap sama, meskipun disiratkan bahwa para pemimpin NU adalahtipe kharismatik-otoriter dari kebudayaan petani, sedangkan parapemuka Muhammadiyah adalah dari tipe rasional-demokratik darikebudayaan borjuis. Sebenarnya, baik pendiri NU maupunMuhammadiyah sama-sama mendapat pendidikan dalam lingkungan

    tradisi pesantren, bahkan dikatakan bahwa Ahmad Dahlan dan HsyimAsyari dari NU adalah kawan sekamar ketika belajar di pesantrenSemarang.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    8/23

    Pendirian Muhammadiyah mendapat sambutan baik darigolongan menengah perkotaan di Jawa dan Madura. Di

    Sumatera tempat pembaharuan agama dibarengi olehmunculnya kaum muda, gerakan Muhammadiyah juga diterimabaik. Sedang di Jawa bukan hanya golongan menengah dangolongan yang terdidik, melainkan juga kaum bangsawansetempat, menyambut gerakan pembaruan tersebut. Sultan

    Hamengkubuwono VII di Yogyakarta bahkan menghibahkansebidang tanah untuk mendirikan sebuah sekolahMuhammadiyah.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    9/23

    Muhammadiyah melambangkan sebuah masyarakat terbukadalam proses kelahirannya. Kegiatan dakwah dengan tabligh,jauh berbeda dengan suasana dan iklim dalam pertemuanmasyarakat tertutup seperti dalam gerakan tarekat yang ada,yang biasanya diliputi suasana angker untuk dikir danwirid. Muhammadiyah menentang praktek tarekat yangdianggapnya berlebih-lebihan dan penuh dengan syirik.

    Sebagaimana kecenderungan ke sikap modern dalamMuhammadiyah membedakan organisasi ini dari kalanganagama tradisional, demikian juga ia membedakan dirinyadalam banyak hal dengan kalangan abangan dengankebudayaan sinkretik.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    10/23

    Gerakan pemurnian oleh Muhammadiyah ditujukan, baik kepadakalangan tradisionalis maupun kalangan Islam dari segala khurafat,sisa-sisa kebudayaan kuno yang melekat di kalangan abangan, sebagaicontoh, Peacock menunjuk pada sistem kognitif. Jika seorang abanganakan lebih mengingat hari lahirnya, Seorang Muhammadiyah lebih

    suka mengingat tahun kelahiranya. Konsep tentang hari dalam tradisiJawa adalah satu siklus yang kembali setiap 35 hari. Jarang sekaliseorang Jawa dapat mengingat tanggal dan tahunnya saja, seorangwarga Muhammadiyah seperti Ahmad Dahlan, menanggalkanpandangan siklus kosmologis yang statis dan menggantikannyadengan pandangan linier yang dinamis, melihat dunia dalam keadaan

    selalu berkembang maju. Dalam hubungan ini , ada alasan bagi Geertzuntuk mengatakan bahwa gerakan pembaruan telah berhasilmenumbuhkan sikap mandiri yang haus kemajuan ketimbang sikapmenyerah kepada nasib, berkat suntikan dinamika baru ke dalammasyarakat berorientasi pasar.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    11/23

    Muhammadiyah tidak luput dari kritik atas kekuarangannya.Tidak seperti dengan kaum tradisionaal, Muhammadiyah telahmengikis ikatan tradisi antara kiai dengan santri, suatu ikatanantara pengasuh dengan anak asuh, digantikan oleh ikatan

    antara pengurus dengan anggota. Selain itu jugamenghilangkan lambang-lambang sebagai pernyataan duniasantri yang penuh pesona. Tidak ada lagi upacara keagamaandan tetabuhan dan nyanyian agama, seperti selawatan,nyanyian pujian kepada nabi, dan barzanji, pembacaan syair-

    syair bernafaskan agama di kalangan umat Muhammadiyah.Di awal 1930-an , dalam masa dua das warsa setelahdilancarkannya ideologi pembaruan, kegiatan tersebut punlenyap dari kampung Kauman, tempat kelahiranyaMuhammadiyah.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    12/23

    Pilihan Muhammadiyah menghapuskan kehidupan yang penuh

    perlambang dan menggantikannya dengan kehidupan yanglebih rasional dan praktis, tidaklah khas Muhammadiyah, karenamerupakan ciri dari gerakan Puritan di dunia Barat, suatusemangat kebangkitan keagamaan yang mendampingi kelahiranmasyarakat industri.

    Tidak seperti Muhammadiyah yang merintis jalan bagi umatmemasuki masyarakat industri modern yang berorientasi pasar,Nahdlatul Ulama (NU) lazimnya dikaitkan dengan masyarakattani pedesaan. Namun ini tidak seluruhnya benar. Sejauhpendirian banyak pesantren menunjukkan bahwa banyak dari

    para kiai, sesungguhnya adalah pedagang. Di antara kiai yangterkenal sebagai pendiri NU pada tahun 1926, mungkin hanyaKH. Hasyim Asyari yang seorang tuan tanah, golongan petanimenengah.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    13/23

    Mjuhammadiyah lahir dengan orientasi keagamaan. Muhammadiyahlebih menampilkan diri sebagai gerakan puritan untuk menghapusbeban-beban kultural Islam yang terkena pengaruh budaya agraris.Tampaknya, concern terbesar yang melatarbelakangi timbulnya gerakan

    ini adalah untuk membersihkan Islam dari simbol-simbol agama yangterbentuk dalam tradisi agraris sepertimisalnya haul, barzanji, manaqib,dan semacamnya. Bagi Muhammadiyah symbolic formation semacam ituadalah bidah.

    Muhammadiyah berupaya untuk melakukan pemabaharuan kualitatif

    yang bersifat keagamaan, suatu dialektika internal yang secara inherenmemang selalu muncul di dalam Islam. Dengan semangat kembalikepada al-Quran dan Hadits, Muhammadiyah berupaya keras untukmemurnikan agama dan menghilangkan pengaruh-pengaruh kulturaldan simbol-simbol yang tidak relevan dengan Islam agar dapat lebihdinamis dalam suasana sosial dan kultural yang baru.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    14/23

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    15/23

    Pada tataran masalah basis sosial inilah, kita melihatlatarbelakang lahirnya NU. Sesungguhnya NU lahir karenareaksi terhadap dua hal. Pertama, ia merupakan reaksi terhadappolitisasi agama yang dilakukan oleh SI, dan kedua, merupakanreaksi terhadap gerakan pembaharuan Muhammadiyah.

    Berbeda dengan Muhammadiyah, NU sebenarnya bertujuanuntuk melestarikan lembaga-lembaga dan tradisi-tradisi Islamagraris dengan solidaritas mekanis komunalnya. Tampak sekalibahwa concern terbesar NU adalah pada upaya-upaya yang lebihutilitarian dalam pengertian peribadatan mereka semata. Itu

    sebabnya ia menolak kecenderungan SI untuk memobilitasipolitik. Di samping itu, karena karakteristik NU adalahpaternalisme kiai dan berorientasi kuat pada madzab, maka iamenolak gerakan Muhammadiyah yang antipaternalisme dannon mazhab.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    16/23

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    17/23

    Perbedaan mendasar antara Muhammadiyah dan SI di satupihak, dengan NU di pihak lain, sesungguhnya adalah karenakeduanya mempunyai basis sosial yang berbeda. NU,bagaimanapun tetap mewakili tradisi masyarakat komunal-

    agraris yang dijalin dalam ikatan-ikatan solidaritas mekanis-paternalistik. Di lain pihak SI dan Muhammadiyah munculsebagai wadah yang mewakili tradisi baru masyarakat urban,pedagang, dengan ikatan-ikatan solidaritas organis-partisipatif.Itu sebabnya, jika NU mengembangkan gerakannya denganmenggunakan lembaga-lembaga dan jaringan-jaringan lama,maka SI dan Muhammadiyah menciptakan lembaga-lembagadan tradisi-tradisi baru dengan jaringan yang bersifat organisdan asosiasional.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    18/23

    Pada perkembangan selanjutnya NU juga berusaha menerapkanbentuk-bentuk pengorganisasian barusuatu tuntutan yang

    tampaknya memang tidak terelakkannamun segera akanterlihat adanya semacam ambivalensi. Apakah NU benar-benarakan menggunakan solidaritas asosiasional dengan dibentuknyastruktur organisasi modern semacam itu, atau apakah ia tetapmerupakan organisasi dengan ikatan-ikatan dan jaringan-

    jaringan komunal? Inilah ambivalensi yang sampai sekarangbelum terpecahkan.

    Dalam konteks ini, NU jelas berbeda sekali denganMuhammadiyah. Sementara NU mengalami semacam

    ambivalensi organisatoris, Muhammadiyah tampak jauh solid.Ini karena sejak awal Muhammadiyah membentuk strukturorganisasinya atas dasar ikatan asosiasional; di samping itu jugakarena Muhammadiyah tidak mewarisi beban-beban tradisikomunal-paternalistik seperti yang diidap oleh NU.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    19/23

    Karakter urban dan niaga dari gerakan Islam modern tampaknya jugatermanifestasikan dalam gerakan Muhammadiyah yang didirikan pada

    tahun 1912. Muhammadiyah mencurahkan usahanya di bidangpendidikan dan amal amal sosial, dengan penekanan pada pemurnianagama Islam pada bentuknya yang asli dengan menghilangkan beban-beban kultural praktek-praktek keagamaan. Gerakan ini telahmemancing banyak komentar dan analisis dari para sarjana. W.F.Wertheim menyimpulkan bahwa ideologi Muhammadiyah paralel

    dengan ideologi borjuasi Eropa, khusunya gerakan Calvinis yang sangatpuritan. Cliford geertz menggaungkan kembali analisis Wertheim inidengan melihat Muhammadiyah sebagai suatu gerakan dengan tingkatrasionalisasi yang tinggi, yang pada dirinya dapat menjadi basis bagietos homo-economicus. Interpretasi yang sama muncul dari James L.Peacock yang melihat bahwa dalam gerakan puritan Muhammadiyah

    terdapat tendensi yang kuat ke arah sikap yang rasional dalam melihatkehidupan. Singkatnya, dalam Muhammadiyah, borjuasi muslim munculkembali ke permukaan kehidupan sosial, suatu kelas yang dianggapbakal menjadi elemen penting untuk pembentukan Indonesia baru.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    20/23

    Sebagai gerakan sosial keagamaan, selama ini Muhammadiyah telahmenyelenggarakan berbagai kegiatan yang bermanfaat untukpembinaan individu maupun sosial masyarakat islam di Indonesia. Padalevel individual, cita-cita pembentukan pribadi muslim dengankualifikasi-kualifikasi moral dan etika Islam, terasa sangat karakteristik.Gerakan untuk membentuk keluarga sakinah, untuk membentukjamaah, untuk membentuk qaryah thayyibah, dan pada akhirnyauntuk membentuk ummmah,juga mendominasi cita-cita gerakan

    sosial Muhammadiyah. Berbagai bentuk kegiatan amal usahaMuhammadiyah jelas sekali membuktikan hal itu.

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    21/23

    Tapi dari perspektif transformatif sosial, Muhammadiyahsesungguhnya belum memiliki konsep gerakan sosial yang jelas.Selama ini, kegiatan pembinaan warga Muhammadiyah lebihdiorientasikan kepada kegiatan untuk mengelola pengelompokan-pengelompokan yang didasarkan pada diferensiasi jenis kelamin danusia. Umpamanya ada Nasyiatul Aisyiyah dan Aisyiyah, IRM, IMM,dan sebagainya. Kategori pengelompokan sosial semacam inisesungguhnya justeru bersifat antisosial, karena pengelompokanberdasarkan usia dan jenis kelamin cenderung mengabaikan adanya

    realitas stratifikasi dan diferensiasi sosial-sesuatu yang kini justeruperlu mendapat lebih banyak perhatian dari Muhammadiyah

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    22/23

    Sesudah berkiprah selama sekitar satu abad sejak berdirinyapada tahun 1912, masih ada gejala yang tidak berubah dari basis

    sosial gerakan Muhammadiyah, yakni bahwa ia masih berada didesa-desa, kota-kota kecil, dan kampung-kampung di dalam kota.Dengan kata lain, kita dapat bertanya, mengapa selama iniMuhammadiyah belum menyentuh dinamika sosial dan budayametropolitan?

  • 7/22/2019 Gerakan Sosial AIK III S5

    23/23

    Buah penting yang telah dihasilkan Muhammadiyah adalahetos kerja baru dalam kerangka masyarakat industrial dan

    organisasional. Muhammadiyah telah mempersiapkan anggotamasyarakat dengan etika, keahliaan, dan lembaga yang sesuaidengan perkembangan masyarakat industri dan perdagangan.Sejarah telah membuktikan bahwa Muhammadiyah telahbanyak melahirkan golongan wiraswastawan pribumi yang

    cukup kuat dan bebas. Tampaknya tradisi Muhammadiyahlebih dekat kepada golongan pedagang daripada golonganpriyayi dan elit kantoran.