grief remaja stlh ortu meninggal (gunadarma.ac.id)

Upload: electrashiny

Post on 08-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    1/16

    Judul : GriefPada Remaja Putra Karena Kedua Orang Tuanya Meninggal

    Nama/Npm : Intan Cahyasari/10503095

    Pembimbing : Praesti Sedjo, S.Psi, M.Si

    ABSTRAK

    Kehilangan seseorang yang kita cintai akibat kematian merupakan hal yang tidak

    diinginkan oleh setiap orang. Setiap peristiwa kematian yang terjadi akan timbul rasa kesedihan

    dan kesedihan tersebut akan berakibat timbulnya grief. Grief merupakan rasa duka yang dialami

    bagi seseorang yang ditinggal oleh orang yang dicintainya karena kematian. Grief muncul saat

    seseorang terpisah dari seseorang atau sesuatu yang penting bagi dirinya, grief merupakan

    reaksi yang wajar terhadap kehilangan seseorang karena kematian. Umumnya grief terdiri dari

    penderitaan, kekosongan, kemuraman dan depresi.

    Dalam hal ini penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui gejala-gejala

    pada grief, terutama grief yang yang dialami oleh remaja. Masa remaja merupakan masa

    transisi ke arah dewasa, masa peralihan dari imaturasi masa kanak-kanak kepada maturasi

    masa dewasa, serta persiapan untuk masa depan, sehingga remaja membutuhkan bimbingan

    serta perhatian yang lebih untuk mengarahkan dirinya menjadi lebih baik. Jika seorang remaja,

    khususnya remaja putra dihadapkan oleh peristiwa kehilangan seseorang ataupun sesuatu yang

    berharga dalam hidupnya karena kematian, dapat membuat jiwanya semakin menjadi labil.

    Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana reaksi grief yang muncul pada remaja

    putra, proses perkembangan grief dan faktor yang menyebabkan grief pada remaja putra.

    Dalam metode penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

    jenis penelitian studi kasus. Menurut Creswell, Denzin & Lincoln (dalam Heru Basuki, 2006)

    penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang

    mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian

    permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan

    positivismenya. Penelitian ini meneliti tentang grief pada remaja putra karena kedua orang

    tuanya meninggal. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang remaja putra yang usianya

    diantara 11-24 tahun.

    Berdasarkan hasil penelitian, grief yang muncul pada subjek dapat dilihat dari ekspresi

    yang muncul yaitu ekspresi fisik, ekspresi kognitif, ekspresi afektif, dan ekspresi dalam bentuk

    tingkah laku. Selain dari ekspresi juga dapat dilihat dari proses perkembangan grief yang telah

    dilalui oleh subjek yaitu denial, realization, feeling of abandonment, despair crying, restlessness,

    anger, guilt, feeling of loss, longing, voluntary return to society. Subjek melewati proses

    perkembangan grief, namun pada proses perkembangan yang terakhir yaitu the deminishment of

    grief and the beginning of full recovery subjek belum mampu melewatinya. Adapun faktor yang

    menyebabkan grief yang dialami subjek yaitu hubungan individu dengan almarhum, proses

    kematian, jenis kelamin orang yang ditnggalkan, latar belakang keluarga, support system.

    Kata kunci: grief, remaja, kematian orang tua, kesedihan, kehilangan,

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    2/16

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Kematian merupakan bagian yang tidak

    terlepas dari kehidupan manusia. Kematian

    merupakan fakta hidup, setiap manusia didunia ini pasti akan mati. Kematian tidak

    hanya dialami oleh kaum usia lanjut, tapi

    juga oleh orang-orang yang masih muda,

    anak-anak bahkan bayi. Seseorang dapatmeningal karena sakit, usia lanjut,

    kecelakaan, dan sebagainya. Jika seseorang

    meninggal dunia, peristiwa kematian

    tersebut tidak hanya melibatkan dirinya

    sendiri namun juga melibatkan orang lain,

    yaitu orang-orang yang ditinggalkannya,

    kematian dapat menimbulkan penderitaan

    bagi orang-orang yang mencintai orang yangmeninggal tersebut (Turner & Helms, 1995).

    Kehilangan seseorang yang dekat dan

    dicintai karena kematian merupakan suatu

    peristiwa yang tidak dapat dibandingkan

    dengan peristiwa-peristiwa lain bagi

    seseorang yang ditinggalkan, karena hal

    tersebut tidak hanya berdampak pada orang

    itu saja, tetapi juga berdampak pada orang-

    orang disekitarnya. Setiap orang yang

    meninggal akan disertai dengan adanya

    orang lain yang ditinggalkan, untuk setiap

    orang tua yang meninggal akan ada anak-anak yang ditinggalkan. Kematian dari

    seseorang yang kita kenal terlebih yang

    sangat kita cintai, akan sangat berpengaruh

    terhadap kehidupan kita selanjutnya.

    Apalagi jika orang tersebut dekat dengan

    kita, orang yang dikasihi, maka akan ada

    masa dimana kita akan meratapi kepergian

    mereka dan merasa kesedihan yang

    mendalam. Kita juga merasa sangat

    kehilangan, tidak bahagia, dan kurang dapat

    menjalani kehidupan dengan baik (Stroebe,

    Stroebe & Hansson, 1993).Orang tua merupakan orang yang paling

    dekat dengan anak, hangatnya sebuah

    keluarga akan membuat kedekatan yang

    terjalin antara anak dan orang tua, dankedekatan itu akan membuat anak menjadi

    merasa aman dan nyaman, ketika seorang

    remaja dihadapkan pada suatu peristiwa

    yang tidak diinginkan dalam hidupnya pasti

    akan merasa berat untuk menerimanya,seperti peristiwa kematian yang dapat

    memisahkan hubungan antara orang tua dan

    anak, peristiwa tersebut sulit untuk diterima

    oleh siapapun karena tidak ada satu orang

    pun yang akan benar-benar siap ketika harus

    kehilangan orang yang dicintainya.Peristiwa itu akan membuat seorang remaja

    yang mengalaminya menjadi syock dan

    terpukul, juga merasa kehilangan seseorang

    yang sangat berarti dalam hidupnya, saatmengalami kehilangan orang yang dicintai

    setiap orang akan memberikan reaksi

    terhadap kehilangan tersebut dengan

    berbagai cara. Salah satu cara yaitu dengan

    reaksi psikologis seperti merasa kesepian,

    putus asa dan takut, dan hal tersebut

    merupakan hal yang normal bagi seseorang

    yang mengalami kehilangan karenakematian (Atwater, 1999).

    Rice (1993), mengemukakan bahwa

    kehilangan orang yang dicintai diidentifikasi

    sebagai suatu kehilangan yang sangat

    mendalam. Bagi seorang remaja baik putra

    maupun putri pasti memiliki perasaan

    kehilangan, tetapi dalam meluapkan dan

    mengekspresikan perasaannya berbeda,

    untuk remaja putra biasanya memiliki

    perasaan kehilangan yang cenderung sulit

    untuk diungkapkan, lebih pada menahan dan

    memendam perasaannya tersebut sedangkanuntuk remaja putri cenderung lebih memiliki

    perasaan yang sensitif dan lebih peka, lebih

    menunjukkan kesedihan dan rasa

    kehilangannya. Remaja putri biasanya akan

    merasa kurang percaya diri untuk

    bersosialisasi dilingkungannya. Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan empat tahun lalu

    (Fivush & Buckner dalam Martin & Doka,

    2000), bahwa wanita memiliki tingkat

    kepekaan emosional yang lebih tinggi

    terhadap dirinya serta lebih sering

    mengungkapkan perasaannya secara verbal,sedangkan pria cenderung menekan ekpresi

    perasaannya. Berbeda dengan Kubler-Ross

    (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa

    untuk proses adaptasi pria yang mengalami

    grief akan lebih lama dibanding dengan

    wanita, dikarenakan wanita secara umum

    sudah terbiasa tinggal dan hidup sendiri.

    Keberhasilan seseorang untuk dapat

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    3/16

    mengatasi grief yang dialaminya dapatdipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

    faktor subjektif (jenis kelamin dan coping

    style), faktor diadik (karakteristik dan

    kualitas dari ikatan emosional), faktor sosial

    (dukungan sosial), hasil penelitian yang

    dilakukan oleh (Fivush & Bucker, dkkdalam Stroebe, 1987) terhadap ketiga faktor

    itu mengimplikasikan adanya perbedaan

    gender pada proses grief yang dilakukan

    oleh remaja setelah suatu proses kehilangan.Berdasarkan penjelasan diatas dapat

    diketahui bahwa peristiwa kematian dapat

    menyebabkan grief, griefdapat dialami oleh

    siapa saja termasuk remaja. Grief yang

    dialami oleh remaja putra berbeda dengan

    griefyang dialami oleh remaja putri, karena

    remaja putra cenderung sulit untuk

    mengungkapkan rasa grief yang dialaminya,oleh karena itu pembahasan tentang grief

    pada remaja menarik untuk diteliti, karena

    dimasa remajanya, seorang remaja sangat

    membutuhkan kasih sayang, perhatian dan

    kehangatan dari orang tua, mereka akan

    bangga dengan adanya seseorang yang

    mereka kagumi dalam hidupnya seperti

    sosok orang tua, tetapi disaat itulah dimasa

    remajanya mereka kehilangan sosok yang

    mereka kagumi karena peristiwa kematian.

    2.Pertanyaan PenelitianBagaimana ekspresi grief pada remaja

    putra yang kedua orang tuanya meninggal,

    faktor apa yang menyebabkan grief pada

    remaja putra, bagaimana proses

    perkembangan grief yang dialami oleh

    remaja putra.

    3.Tujuan PenelitianSecara umum tujuan penelitian ini untuk

    melihat bagaimana hasil dari gambaran grief

    yang dialami remaja, dan dari hasil

    gambaran tersebut kita dapat melihatekspresi yang muncul dari grief, melihat

    faktor yang menyebabkan grief, dan untuk

    melihat proses perkembangan grief yang

    dialami oleh remaja putra.

    4. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritis, Hasil dari penelitian

    diharapkan bisa menambah wacana peneliti

    dalam ilmu-ilmu psikologi terutama padapsikologi perkembangan dan psikologi klinis

    mengenai grief, terutama grief yang dialami

    oleh remaja karena kehilangan kedua orang

    tuanya. Dari hasil penelitian seperti faktor

    yang menyebabkan grief yaitu komunikasi

    pada keluarga yang ditinggalkan setelahkematian membuat hubungan antara anggota

    keluarga semakin erat dan terjalin lebih

    baik. Lalu dari hasil proses perkembangan

    grief, yaitu realization dimana seseorangyang ditinggalkan mulai menyadari bahwa

    kematian tersebut telah terjadi.

    2. Manfaat Praktis, Dari segi praktis ini,

    peneliti berharap dapat memberikan wacana

    pengetahuan pada masyarakat luas mengenai

    grief, pemahaman tentang grief dan semua

    hal yang berhubungan dengan grief. Dari

    hasil penelitian yang menyebabkan grief,yaitu support systembahwa dukungan yang

    diberikan oleh orang disekitarnya bisa

    memberikan kekuatan dan membangun

    kembali rasa kepercayaan diri. Lalu dari

    proses perkembangan grief yaitu guilt,

    bahwa seseorang yang ditinggalkan merasa

    bersalah atas kematian yang terjadi namun

    dapat membuat orang yang ditinggalkan

    tersebut menjadi lebih terpacu untuk

    memperbaiki kesalahan yang telah

    dilakukan.

    B. Tinjauan Pustaka

    1. Grief

    a. Pengertian GriefMenurut Kail dkk (2000), grief adalah

    suatu reaksi yang diakibatkan oleh

    bereavement(suatu kondisi emosional yang

    penuh dengan kesedihan dan tekanan karena

    kematian). Hal tersebut serupa dengan yang

    dikemukakan oleh Parkes & Stroebe, dkk

    (1988) bahwa grief sebagai respon

    emosional yang disebabkan oleh kehilangan,

    karena hal tersebut merupakan pengalamanemosional yang pribadi pada setiap individu

    yang mengalami kehilangan orang yang

    dicintai.

    b. Ekspresi dan Reaksi Yang Muncul

    Pada GriefKematian seseorang dapat menimbulkan

    grief pada orang yang ditinggalkan.

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    4/16

    Menerima kenyataan bahwa orang yangdicintai telah meninggal dunia merupakan

    hal yang menyakitkan. Dacey & Travers

    (2002), membagi ekspresi duka kedalam

    empat macam, yaitu:

    a. Ekspresi Fisik, contohnya adalah

    kehilangan selera makan, sulit tidur, sakitpada tenggorokan, dada, terlalu sensitif pada

    suara, depersonalization, mulut kering,

    susah untuk bernafas, otot lemah dan

    kehilangan energi.b. Ekspresi Kognitif, contohnya adalah

    kebingungan, ketidakpercayaan,

    ketergantungan pada kenangan tentang

    almarhum namun pada remaja

    ketergantungan ini biasanya hanya

    berlangsung sementara.

    c. Ekspresi Afektif, contohnya lelah, takut,

    cemas, menderita, bersalah, marah, depresi,penyangkalan dan dorongan untuk

    melakukan bunuh diri.

    d. Ekspresi dalam bentuk tingkah laku, yaitu

    perubahan perilaku sebagai keluaran dari

    perubahan afektif, kognitif dan fisik.

    Misalnya perubahan perilaku keseharian dari

    seseorang, dari aktif secara sosial menjadi

    menutup diri terhadap orang lain.

    c. Faktor Yang Menyebabkan GriefAda beberapa faktor yang menyebabkan

    grief, faktor tersebut dikemukakan oleh(Aiken, 1994), yaitu:

    a. Hubungan individu dengan almarhum,

    yaitu reaksi-reaksi dan rentang waktu masa

    berduka yang dialami setiap individu akan

    berbeda tergantung dari hubungan individu

    dengan almarhum, dari beberapa kasus dapat

    dilihat hubungan yang sangat baik dengan

    orang yang telah meninggal diasosiasikan

    dengan proses griefyang sangat sulit.

    b. Kepribadian, usia dan jenis kelamin orang

    yang ditinggalkan, merupakan perbedaan

    yang mencolok ialah jenis kelamin dan usiaorang yang ditinggalkan. Secara umum grief

    lebih menimbulkan stress pada orang yang

    usianya lebih muda.

    c. Proses Kematian, cara dari seseorangmeninggal juga dapat menimbulkan

    perbedaan reaksi yang dialami orang yang

    ditinggalkannya. Pada kematian yang

    mendadak kemampuan orang yang

    ditinggalkan akan lebih sulit untukmenghadapi kenyataan. Kurangnya

    dukungan dari orang-orang terdekat dan

    lingkungan sekitar akan menimbulkan

    perasaan tidak berdaya dan tidak

    mempunyai kekuatan, hal tersebut dapat

    mempengaruhi kemampuan seseorangdalam mengatasi grief.

    d. Proses PerkembanganGriefTurner & Helms (1987), menyebutkan

    bahwa ada beberapa tahapan dari grief yang

    dijelaskan secara lebih rinci, yaitu:

    a. Denial Of Loss, pada fase ini orang yang

    ditinggalkan tidak percaya dan menyangkal

    kenyataan bahwa orang yang dicintai telah

    tiada. Reaksi yang biasanya muncul pada

    fase ini adalah Tidak mungkin dia sudah

    meninggal.b. Realization Of Loss, pada fase ini orang

    yang ditinggalkan secara emosional mulai

    menyadari bahwa orang yang dicintainya

    memang sudah meninggal. Umumnya reaksi

    yang muncul adalah Ya Tuhan, hal ini

    memang terjadi, dia sudah pergi untuk

    selamanya.

    c. Feeling of abandonment, alarm, andanxiety, pada fase ini orang yang

    ditinggalkan merasa khawatir dan gelisah.

    Karena telah ditinggalkan oleh orang yang

    dicintainya, reaksi yang biasanya munculpada fase ini adalah Tuhan, bagaimana

    saya menjalani semua ini sendirian?

    d. Despair, crying, physical numbness,

    mental confusion, indecisiveness pada fase

    ini orang yang ditinggalkan akan merasa

    putus asa, menangis, mati rasa, bingung dan

    bimbang akibat kematian orang yang

    dicintai.

    e. Restlessness (a product of anxiety),

    insomnia, loss of appetite, irritability, loss of

    self control, wondering mind.Pada fase ini

    orang yang ditinggalkan akan mengalamikeresahan (hasil dari kecemasan), insomnia,

    nafsu makan hilang, cepat marah, kontrol

    diri menurun, serta pikiran kacau.

    f. Pining (the physical pain and agony of

    grieving) and search for some token

    remembrance of the lost love abject. Pada

    fase ini orang yang ditinggalkan akan

    merasa merana, timbulnya sakit fisik dan

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    5/16

    penderitaan atas grief. Selain itu orang yangditinggalkan akan mencari benda-benda

    sebagai kenang-kenangan yang

    mengingatkan pada orang yang telah

    meninggal.

    g. Anger, pada fase ini orang yang

    ditinggalkan merasa marah atas kematianyang menimpa orang yang dicintainya.

    Kemarahan yang biasanya muncul biasanya

    diungkapkan dengan kata-kata seperti

    mengapa dia harus mati?h. Guilt, pada fase ini orang yang

    ditinggalkan akan merasa bersalah atas

    kematian orang yang dicintainya. Umumnya

    reaksi yang muncul adalah Seharusnya

    saya menjaga dia lebih baik, salah saya

    sehingga dia sakit!

    i. Feeling of loss of self or total emptiness,

    pada fase ini orang yang ditinggalkan akanmerasa kehilangan atas dirinya sendiri atau

    merasa kekosongan secara menyeluruh.

    Reaksi yang muncul umumnya adalah

    Sebagian diri saya telah pergi untuk

    selamanya.

    j. Longing (the dull ache that won`t go

    away event with other).Pada fase ini orang

    yang ditinggalkan merasakan kerinduan

    yang sangat mendalam dan merasa sakit atas

    kesepian atau kehampaan, dan perasaan

    rindu tersebut tidak hilang, bahkan saat

    bersama dengan orang laink. Identification with one`s lost partner byassuming some of her traits, attitudes, or

    mannerism. Pada fase ini orang yang

    ditinggalkan akan melakukan identifikasi

    terhadap orang yang telah meninggal

    tersebut, dengan meniru beberapa sifat,

    perilaku atau gaya dari orang yang telah

    meninggal.

    l. Profound depression, pada fase ini

    seseorang merasa sangat depresi akibat

    kehilangan orang yang dicintai memalui

    kematian. Umumnya orang yangditinggalkan berfikir untuk menyusul orang

    yang dicintainya, yaitu keinginan untuk

    mati.

    m. Pathological aspects, such as minor

    acehs and ailments and marked tendency

    toward hypochondria.Pada fase ini muncul

    aspek patologis pada orang yang

    ditinggalkan, seperti penyakit minor dan

    penyakit ringan dan ditandai kecenderunganterhadap hypochondria. Reaksi yang

    umunya muncul adalah siapa yang akan

    menjaga dan memperhatikan saya

    sekarang.

    n. Voluntary return to society, pada fase ini

    orang yang ditinggalkan mulai kembali kemasyarakat atas keinginannya sendiri,

    setelah sebelumnya sempat menarik diri dari

    lingkungan.

    o. The diminishment of grief symptoms and

    the beginning of full recovery. Pada fase ini

    simptom-simptom grief yang dialami oleh

    orang yang ditinggalkan mulai berkurang,

    mulai mengarah pada kepulihan yang

    menyeluruh.

    2. Pengertian Remaja

    Remaja, dalam bahasa latinnya adalahadolescence, yang artinya "tumbuh atau

    tumbuh mencapai kematangan". Istilah

    adolescence memiliki arti yang luas,

    mencakup kematangan mental, emosional,

    sosial dan fisik (Hurlock,1991). Pandangan

    ini didukung oleh Piaget (dalam

    Hurlock,1991) yang menyatakan bahwa

    secara psikologis, remaja adalah suatu usia

    di mana individu menjadi terintegrasi

    kedalam masyarakat dewasa, suatu usia di

    mana anak-anak tidak merasa bahwa dirinya

    barada di bawah tingkat orang tua yanglebih tua melainkan merasa sama, atau

    sejajar

    3. Grief Pada Remaja Putra Karena

    Kedua Orang Tuanya MeninggalPeristiwa kematian akan membawa

    pengaruh yang kuat dan mendalam bagi

    siapa saja yang ditinggalkan. Kesedihan

    yang muncul akibat rasa kehilangan yang

    begitu besar membuat seseorang tidak

    mampu untuk menerima kenyataan dalam

    hidupnya, tetapi disamping itu juga harusberusaha untuk menyesuaikan diri dengan

    keadaan tanpa orang yang telah meninggal,

    setiap orang yang mengalami grief harus

    mampu untuk melakukannya. Terlebih jikaseorang remaja yang mengalami peristiwa

    seperti ini (Sarafino,1994).

    Kehilangan orang tua diusia remaja

    menimbulkan perasaan yang mendalam, dan

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    6/16

    dapat dikatakan sebagai sesuatu yangmungkin akan mengubah hidup mereka,

    karena orang tua memegang peranan yang

    sangat penting didalam kehidupan seorang

    remaja. Selama masa remaja orang tua atau

    keluarga berubah fungsi dari pengasuhan,

    perlindungan dan sosialisasi menjadipemberi dukungan, bimbingan serta

    pengarahan (Steinberg, 2002). Apabila

    seseorang kehilangan keluarganya semasa

    remaja, dirinya akan merasa kesepian,merasa tidak ada yang membimbingnya dan

    juga pengarahan yang sangat diperlukannya

    oleh remaja tersebut, dan situasi itu bisa

    mengakibatkan perilaku remaja menjadi

    negatif, berdampak buruk dalam

    kehidupannya, seperti penggunaan obat-obat

    terlarang, pecandu alkohol dan pergaulan

    bebas, itu semua sebagai perwujudan darigrief yang dialami. Karena diusia yang

    rentan, remaja membutuhkan kasih sayang

    yang lebih dan bimbingan yang terarah

    untuk menuju kehidupannya yang lebih baik

    (Papalia & Olds, 1995).

    Dengan bantuan dan dukungan dari

    orang-orang terdekat, dapat mencegah

    perwujudan dari perilaku-perilaku yang

    negatif, dengan memberikan perhatian dan

    pemahaman yang baik kepada remaja bahwa

    di usianya yang muda diharapkan untuk bisa

    memberikan perilaku yang baik sebagaicontoh dimasyarakat dan tidak boleh

    terjerumus dengan melakukan perbuatan-

    perbuatan yang negatif, melainkan hal-hal

    yang positif. Umumnya seseorang yang

    mengalami grief mampu untuk mengatasi

    perasaan kehilangan yang dialaminya dan

    mereka dapat kembali hidup dengan normal

    dan menjalani kehidupan selanjutnya dengan

    adanya rasa saling membantu dan adanya

    support yang dapat memberikan

    kepercayaan diri bahwa dirinya bisa

    mengatasi grief yang dialami (Papalia &Olds, 1998).

    C. Metode Penelitian

    1. Pendekatan KualitatifDalam penelitian ini menggunakan

    format studi kasus tipe pendekatan

    penelitian yang penelaahannya kepada satu

    kasus yang dilakukan secara intensif,

    mendalam, mendetail dan komprehensif.Dalam penelitian studi kasus ini lebih

    menekankan mengkaji variabel yang cukup

    banyak pada jumlah yang kecil, tujuan dari

    penelitian studi kasus ini adalah

    memberikan gambaran secara mendetail

    tentang latar belakang, sifat-sifat sertakarakter-karakter yang khas dari kasus

    (Nazir, 1999).

    2. Subjek penelitianKarakteristik subjek dalam penelitian ini

    adalah remaja putra, yang rentang usianya

    antara 11-24 tahun yang kedua orang tuanya

    telah meninggal. Sementara itu subjek

    penelitian dalam penelitian ini terdiri dari

    satu orang subjek dengan 1 orang significantothers.

    3. Tahap-tahap Persiapana. Tahap Persiapan Penelitian, dalam

    membuat pedoman wawancara yang akan

    dibuat sesuai dengan tujuan penelitian dan

    berdasarkan teori yang relevan dengan

    permasalahan pedoman wawancara ini berisi

    pertanyaan-pertanyaan mendasar yang

    nantinya dapat berkembang dalam

    wawancara dengan topik penelitian.

    b. Tahap Pelaksanaan Penelitian, peneliti

    terjun langsung ke lapangan untuk

    melakukan observasi dan wawancara secaraterpisah. Setelah itu, peneliti memindahkan

    hasil rekaman berdasarkan wawancara dan

    hasil observasi ke dalam bentuk verbatim

    tertulis, kemudian peneliti melakukan

    analisis data dan interpretasi data sesuai

    dengan langkah-langkah yang dijabarkan

    pada bagian teknik analisis data. Terakhir

    peneliti membuat diskusi dan kesimpulan

    dari seluruh hasil penelitian.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitan ini tipe pengumpulandata yang akan dipergunakan adalah metode

    wawancara dan metode observasi.

    Wawancara dengan pedoman umum, yaitu

    proses wawancara dimana penelitidilengkapi dengan pedoman mengenai

    aspek-aspek yang dibahas dan pertanyaan-

    pertanyaan dijabarkan tergantung pada

    konteks saat wawancara berlangsung.

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    7/16

    Sedangkan dalam jenis observasi yangdilakukan adalah observasi sistemik, dimana

    pada jenis observasi ini peneliti melakukan

    wawancara (Poerwandari, 1998) adapun

    sistemik pencatatan yang dilakukan meliputi

    materi, cara-cara mencatat hasil observasi

    dan wawancara, hubungan observer danobservee dilingkungan tempat wawancara

    dilakukan dan lain sebagainya.

    5. Alat Bantu PenelitianMenurut Poerwandari (2001), penulis

    sangat berperan dalam seluruh penelitian

    mulai dari memilih topik, mendekati topik,

    mengumpulkan data, analisis, interpretasi

    dan menyimpulkan data, dalam pengambilan

    data dalam metode wawancara dan

    observasi diperlukan alat bantu, untuk

    mempermudah peneliti untukmengumpulkan data yaitu: pedoman

    wawancara, pedoman observasi, alat

    perekam.

    6. Keakuratan PenelitianUntuk mencapai keakuratan dalam suatu

    penelitian dengan metode kualitatif, ada

    beberapa teknik yang digunakan dan salah

    satu teknik tersebut adalah triangulasi.

    Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan

    keakuratan data yang memanfaatkan sesuatu

    yang lain di luar data untuk keperluanpengecekan atau sebagai pembanding

    terhadap data itu. Triangulasi dapat

    dibedakan menjadi emapat macam yaitu

    triangulasi data, pengamat, teori, dan

    metodologis.

    7. Teknik Anlisis DataData yang diperoleh akan di analisa

    dengan menggunakan teknik analisa data

    kualitatif. Adapun tahapan tersebut adalah

    mengorganisasikan data, mengelompokkan

    data, analisis kasus, dan menguji asumsi.

    D. Hasil Dan Analisis

    1. Persiapan PenelitianPertama kali yang dilakukan oleh

    peneliti sebelum proses pengambilan data

    dilakukan, peneliti terlebih dahulu datang

    menemui subjek di rumahnya untuk

    menjelaskan kedatangan dan tujuan peneliti.

    Setelah maksud dan tujuan telah di ketahuioleh calon subjek maka peneliti menjelaskan

    lebih rinci mengenai penelitian yang

    dilakukan peneliti agar subjek lebih

    mengerti dan merasa nyaman dengan

    peneliti sehingga penelitian dapat berjalan

    dengan baik. Sebelum proses pengambilandata, peneliti mempersiapkan pedoman

    wawancara, pedoman observasi, dan

    memepersiapkan alat-alat penelitian berupa

    tape recorder, kertas dan alat tulis. Hal inidilakukan agar proses pengumpulan data

    dapat berjalan dengan baik dan lancar.

    2. Pelaksanaan PenelitianKegiatan observasi dalam penelitian ini

    dilakukan pada tanggal 3 Maret 2008,

    dikediaman rumah subjek. Sedangkan

    kegiatan observasi dengan significantothers, yaitu sepupu subjek pada tanggal 17

    Maret 2008.

    Kegiatan wawancara dalam penelitian

    ini dilakuakan pada tanggal 30 Maret 2008

    dikediaman rumah subjek. Sedangkan

    wawancara pada significant others juga

    dilakukan pada tanggal 30 Maret 2008

    dirumah sepupu subjek.

    3. Hasil Observasi dan Wawancara

    a. Gambaran Umum Subjek

    Subjek adalah seorang remaja putrayang berusia 21 tahun, bertubuh besar

    dengan tinggi sekitar 170 cm dengan berat

    badan 72 kg, berkulit hitam, berambut

    hitam. Kegiatan sehari-hari subjek adalah

    bermain musik dan subjek sedang di training

    untuk menjadi satpam. Subjek mempunyai

    satu orang kakak perempuan dan satu orang

    adik perempuan. Subjek mengatakan bahwa

    hubungan kedua orang tua subjek sangat

    baik serta hubungan subjek dengan kedua

    orang tuanya juga baik, tidak ada masalah

    yang berarti.

    b. Pembahasan

    1)Ekspresi Grief Pada Remaja Putra

    Karena Kedua Orang Tuanya

    Meninggal

    a) Ekspresi FisikEkspresi fisik yang dialami oleh

    seseorang yang mengalami grief umumnya

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    8/16

    bisa terlihat seperti kehilangan selera makan,sulit tidur, sakit pada tenggorokan, lemah

    dan kehilangan energi yang dapat

    mengakibatkan adanya perubahan kondisi

    yang menurun, Dacey & Traves (2002).

    Pada subjek diketahui bahwa dirinya

    mengalami beberapa reaksi fisik yangserupa dan sejalan dengan teori yang

    diungkapkan oleh Dacey & Travers (2002),

    bahwa setelah kedua orang tuanya

    meninggal subjek tidak mempunyai nafsumakan, sehingga kondisi badan subjek terasa

    lemah dan kurang bertenaga sehingga

    menyebabkan kondisi subjek menurun dan

    sempat jatuh sakit. Subjek juga sulit tidur

    karena subjek selalu teringat dan terbayang

    dengan kedua orang tuanya.

    b) Ekspresi Kognitif

    Turner & Helms, (1995) mengatakanbahwa pada ekspresi kognitif dapat

    diketahui bahwa umumnya reaksi yang

    ditimbulkan pada seseorang yang

    mengalami grief, adanya rasa kebingungan,

    ketidakpercayaan, dan sibuk dengan

    pemikiran mengenai kematian dan mencoba

    mencari penjelasan yang masuk akal

    mengenai kematian yang dialami, serta

    pikiran pun menjadi terganggu.

    Pada subjek terlihat, bahwa setelah

    kematian kedua orang tuanya pikiran subjek

    menjadi sedikit terganggu, sehinggakonsentrasinya menurun, rasa bingung dan

    tidak percaya pun muncul sehingga

    membuat pikiran subjek menjadi kacau dan

    berpengaruh terhadap emosi subjek yang

    menjadi labil. Reaksi kognitif yang muncul

    pada subjek terbukti dan sejalan dengan

    pendapat yang diungkapkan oleh tokoh

    diatas mengenai ekspresi grief.

    c) Ekspresi AfektifEkspresi afektif adalah perasaan yang

    biasanya muncul pada seseorang yang

    mengalami grief seperti rasa duka cita,cemas, kesedihan, perasaan bersalah, marah,

    penyangkalan, dan bahkan depresi (Aiken,

    1994).

    Pada kasus subjek diketahui bahwasetalah mengetahui kedua orang tuanya

    meninggal subjek merasakan kesedihan

    yang mendalam karena subjek dekat dengan

    kedua orang tuanya, subjek tidak

    mempercayai kedua orang tuanyameninggal, rasa cemas pada dirinya

    dikarenakan subjek khawatir dengan

    hidupnya setelah orang tuanya meninggal,

    perasaan bersalah pun dialami oleh subjek

    karena subjek belum sempat

    membahagiakan kedua orang tuanyasehingga membuat perasaannya tersiksa dan

    kemarahan yang terjadi pun karena subjek

    tidak rela kehilangan kedua orang tuanya.

    d) Ekspresi dalam bentuk tingkah lakuEkspresi dalam bentuk tingkah laku

    pada seseorang yang mengalami grief

    karena kematian orang yang dicintai dapat

    mengakibatkan adanya perubahan tingkah

    laku keseharian dalam bersosialisasi di

    masyarakat, serta kurangnya percaya diri

    untuk bersosialisasi di masyarakat sehingga

    dapat menutup diri di lingkungan.Pada kasus yang dialami oleh subjek

    dapat diketahui bahwa perubahan perilaku

    keseharian subjek dimasyarakat

    menunjukkan bahwa subjek belum mampu

    untuk menyesuaikan dirinya dengan kondisi

    yang sedang di hadapinya, kurangnya rasa

    percaya diri yang dimilikinya menyebabkan

    subjek malu untuk bersosialisasi

    dilingkungannya karena kedua orang tuanya

    meninggal dan keluarganya sudah tidak

    lengkap seperti dulu. Perubahan perilaku

    yang dialami subjek dilingkungan bahwaternyata sejalan dengan teori yang

    dikemukakan oleh tokoh (Dacey & Travers,

    2002) mengenai ekspresi grief.

    2) Faktor Yang Menyebabkan Grief

    Pada Remaja Putra

    a) Hubungan individu dengan almarhumRentang waktu masa berduka yang

    dialami setiap individu akan berbeda

    tergantung hubungan kedekatan antara

    individu dengan almarhum, jika hubungan

    yang terjalin sangat baik dengan orang yangtelah meninggal akan mempersulit proses

    grief yang akan dilalui oleh orang yang

    ditinggalkan.

    Hubungan kedekatan subjek dengandengan kedua orang tuanya terjalin dengan

    baik. Subjek merupakan anak yang manja

    dan dimanja oleh kedua orang tuanya

    sehingga hubungan subjek dengan ayah dan

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    9/16

    ibunya terjalin cukup dekat dan hangat,terutama dengan ibunya. Sehingga ketika

    kedua orang tua subjek meninggal, subjek

    sangat sulit untuk melupakan ayah serta

    ibunya. Karena kedekatan yang terjalin

    sangat baik antara subjek dengan kedua

    orang tuanya, membuat subjek sulit untukkehilangan kedua orang tuanya. Proses yang

    terjadi pada subjek ini terlihat bahwa adanya

    kesesuaian dengan teori yang diungkapkan

    oleh Aiken, (1994) mengenai faktor yangmenyebabkan grief, bahwa jika kedekatan

    suatu hubungan yang terjalin dengan baik

    akan memungkinkan bagi seseorang yang

    ditinggalkan sulit untuk melupakan dan

    melepaskan ikatan tersebut.

    b) Proses KematianAiken, (1994) mengemukakan bahwa

    cara dari seseorang meninggal dapatmenimbulkan perbedaan reaksi yang dialami

    oleh orang yang ditinggalkannya. Pada

    kematian yang mendadak akan lebih sulit

    untuk menghadapi kenyataan. Jika

    kurangnya dukungan dari orang-orang

    sekitar akan membuat orang yang

    ditinggalkan tidak berdaya dan tidak

    mempunyai kekuatan untuk menghadapi

    kondisi tersebut dan hal tersebut dapat

    mempengaruhi seseorang dalam mengatasi

    grief yang di alaminya.

    Peristiwa kematian kedua orang tuasubjek membuat subjek terpukul, kematian

    ayah subjek tidak bisa terhindarkan karena

    ayah subjek sudah cukup lama menderita

    sakit komplikasi, sedangkan kematian pada

    ibu subjek begitu cepat dan mendadak. Hal

    tersebut yang membuat subjek sangat

    terkejut karena peristiwa yang terjadi begitu

    cepat, setelah ayah subjek meninggal

    terlebih dahulu, berselang beberapa bulan

    ibu subjek langsung meninggal menyusul

    ayah subjek, sehingga sulit bagi subjek

    untuk menerima kematian kedua orangtuanya.

    c) Jenis kelamin orang yang ditinggalkanPada peristiwa kematian akan

    membuat seseorang yang ditinggalkannyamerasa sangat sedih, banyak reaksi yang

    akan ditimbulkan. Tergantung dari

    bagaimana seseorang menahan perasaan

    yang di rasakan olehnya, dapat pula dilihat

    dari perbedaan jenis kelamin antara pria danwanita yang berbeda dalam menunjukkan

    perasaan sedih yang dialaminya bahwa pria

    cenderung lebih menyebunyikan

    perasaannya dibandingkan dengan wanita

    yang lebih sering mengungkapkan

    perasaannya (Fivush & Buckner dalamMartin & Doka, 2000).

    Pada kasusnya subjek merupakan

    seorang remaja pria yang dapat diketahui

    bahwa subjek cenderung lebihmenyembunyikan perasaan yang dirasakan

    oleh dirinya. Subjek lebih banyak diam

    untuk menyembunyikan perasaannya. Hal

    ini terlihat berbeda dengan yang di rasakan

    oleh adik perempuan subjek, adik

    perempuan subjek cenderung lebih

    meluapkan dan menunjukkan perasaan yang

    di rasakan olehnya. Dari hal tersebut dapatdiketahui bahwa teori yang diungkapkan

    oleh tokoh diatas tersebut sejalan apa yang

    dialami pada kasus subjek, bahwa perbedaan

    jenis kelamin membuat reaksi yang

    ditimbulkan antara pria dan wanita berbeda

    dalam mencurahkan perasaannya.

    d) Latar belakang keluarga yang

    ditinggalkanHarper (2001), kedekatan antara

    anggota keluarga dan jalinan hubungan yang

    baik membuat suasana keluarga menjadi

    hangat dan harmonis. karena keluargamerupakan tempat dimana kita merasa

    nyaman dengan orang-orang terdekat untuk

    saling berbagi. Ayah, ibu adik serta kakak

    adalah orang-orang terdekat dalam keluarga.

    Pada kasus yang terjadi pada subjek,

    dapat diketahui bahwa hubungan dalam

    keluarga subjek terjalinan dengan cukup

    baik, hubungan subjek dengan ayah dan

    ibunya sangat dekat, subjek juga merupakan

    anak yang di manja oleh kedua orang

    tuanya, hubungan diantara anggota keluarga

    subjek cukup hangat. Tetapi setelah keduaorang tua subjek meninggal subjek merasa

    bahwa keluarganya tidak lengkap lagi

    seperti dulu, setelah kedua orang tua subjek

    meninggal subjek tidak merasakankehangatan dalam sebuah keluarga sehingga

    subjek merasa kehilangan.

    e) Support system

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    10/16

    Harper, (2001) mengatakan bahwadukungan yang datang dan yang diberikan

    oleh seseorang yang sedang berduka akan

    membuat seseorang tersebut merasa lebih

    kuat dan tegar untuk menghadapi kondisi

    yang sedang di alami, tanpa adanya

    dukungan akan membuat seseorang yangditinggalkan oleh orang yang dicintainya

    merasa sepi dan hampa di dunia ini.

    Pada kasus yang terjadi pada subjek,

    dengan adanya dukungan yang di berikandari keluarga, orang-orang terdekat dan

    orang-orang disekelilingnya, terutama

    dukungan dari pacar subjek membuat diri

    subjek merasa kuat dan tergar untuk

    melewati kondisi yang sedang di alaminya,

    sehingga subjek mempunyai keberanian

    untuk bersosialisasi kembali dan

    menyesuaikan diri dimasyarakat.

    3) Proses perkembangan grief pada

    remaja putra karena kedua orang tuanya

    meninggal

    a)Denial of lossPada tahap denialdapat dilihat adanya

    beberapa reaksi yang ditimbulkan pada

    seseorang yang ditinggalkan karena

    kematian, seperti rasa tidak percaya dengan

    kematian orang yang dicintai serta

    penyangkalan bahwa orang yang dicintainya

    telah meninggal. Penyangkalan merupakanhal yang wajar yang dialami oleh seseorang

    sebagai luapan emosi yang dialami oleh

    seseorang karena kematian, Kubler Ross

    (dalam Santrock, 2002).

    Pada kasus subjek pada tahapan denial

    ini subjek menunjukkan bahwa dirinya tidak

    dapat menerima kematian kedua orang

    tuanya, subjek menyangkal serta tidak

    mempercayai bahwa kedua orang tuanya

    telah meninggal, subjek bersikap demikian

    dikarenakan bahwa subjek tidak rela dan

    tidak siap kehilangan kedua orang tuanya,terlebih ketika ibu subjek meninggal

    menyusul ayahnya, terlihat bahwa subjek

    begitu syockdan terpukul dengan peristiwa

    ini.

    b)Realization of lossTahap realization ini seseorang yang

    kehilangan orang yang dicintai, dirinya

    mulai berusaha menyadari kehilangan

    tersebut, dimana seseorang yang kehilangantersebut mulai merasa bahwa orang yang

    dicintainya telah tiada dan tidak ada lagi di

    dunia ini, mulai menerima keadaan ini

    bahwa ini semua adalah nyata.

    Turner & Hemls, (1987) mengatakan

    bahwa tidak mudah bagi seseorang yangtelah ditinggalkan untuk menyadari

    seutuhnya bahwa dirinya menerima

    kematian orang yang dicintainya. Pada

    tahapan ini subjek mulai berusaha untukmenyadari bahwa kematian kedua orang

    tuanya adalah nyata, subjek berusaha untuk

    menerima kematian kedua orang tuanya

    walau sebenarnya subjek tidak bisa

    menerimanya dan sulit bagi subjek

    menerima ini semua.

    c) Feeling of abandonment, alarm, and

    anxietySetiap orang pernah mengalami rasa

    cemas, gelisah dan khawatir dalam peristiwa

    yang berbeda, tetapi rasa cemas, gelisah dan

    khawatir pada seseorang yang kehilangan

    orang yang dicintai akan berbeda, karena

    kehilangan seseorang yang cintai dalam

    hidup akan berbeda dengan peristiwa-

    peristiwa lainnya. Kubler Ross (dalam

    Santrock, 2002), mengatakan bahwa pada

    tahapan ini rasa gelisah, cemas dan khawatir

    itu muncul tidak lama setelah kematian.

    Pada kasus yang dialami oleh subjek,bahwa subjek memang mempunyai rasa

    khawatir yang begitu besar karena subjek

    takut kehilangan kedua orang tuanya,

    sehingga dirinya cemas dan gelisah untuk

    dapat melanjutkan hidupnya. Karena semasa

    hidup subjek, dirinya merasa bahwa kedua

    orang tuanya begitu berarti untuk dirinya,

    namun setelah kedua orang tua subjek

    meninggal tidak ada lagi seseorang yang

    mampu membimbing dirinya seperti kedua

    orang tuanya, sehingga subjek merasa

    khawatir dan cemas.d) Despair, crying, physical numbness,

    mental confusion, indecisivenessKeputusasaan pada tahap ini

    menunjukkan bahwa seseorang yangkehilangan orang yang dicintainya akan

    menimbulkan rasa gundah dan,

    kebimbangan dalam diri serta keraguan

    dalam meneruskan hidup selanjutnya,

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    11/16

    keputusasaan dan kesedihan yangmengandung perasaan putus harapan akan

    menimbulkan rasa kesunyian dalam dirinya

    dan dapat berdampak untuk psikologisnya,

    hal tersebut diutarakan oleh Campbell dkk

    (dalam Santrock, 2002).

    Pada kasusnya, subjek di tahap inimerasakan keputusasaan dalam dirinya

    karena setelah kedua orang tuanya

    meninggal subjek merasa kehilangan arah

    tujuan hidupnya, rasa bimbang menyertaidirinya segala keraguan membuat dirinya

    takut untuk hidup tanpa orang tua, sehingga

    kadang subjek merasa sendiri di dunia ini.

    e) Restlessness (loss of self control,wondering mind)

    Pada tahapan ini keresahan akan

    muncul pada seseorang yang sedang

    melewati tahapan pada grief. Keresahanakibat kecemasan akan menimbulkan

    kontrol diri menjadi menurun, pikiran akan

    menjadi kacau, kondisi badan yang menurun

    bisa mempengaruhi psikologis seseorang

    untuk melewati pemulihan dari grief

    (Turners & Helms, 1987).

    Subjek mengatakan bahwa setelah

    kematian kedua orang tuanya pikirannya

    sempat kacau karena subjek selalu

    memikirkan dan teringat dengan peristiwa

    kematian kedua orang tuanya, sehingga rasa

    cemas dan resah itu muncul danmengganggu pikirannya serta

    mempengaruhi kondisi kesehatan dan

    psikologisnya.

    f)AngerKemarahan bisa terjadi dan muncul

    ketika peristiwa yang tidak di harapkan

    menimpa seseorang yang dicintai. Peristiwa

    kematian yang menimpa orang yang dicintai

    bisa menimbulkan rasa kemarahan dan

    penolakan, karena tidak dapat menerima

    kepergian orang yang dicintai. Segala

    bentuk kemarahan akan membuat emosiseseorang berubah menjadi labil dan tidak

    terkontrol (Dacey & Travers, 2002).

    Pada kasus yang di alami oleh subjek,

    menunjukkan bahwa subjek sempat marahdengan kematian kedua orang tuanya, subjek

    tidak bisa menerima peristiwa ini, karena

    subjek tidak rela kehilangan kedua orang

    tuanya. Kemarahan yang terjadi pada subjek

    membuat emosi subjek berubah menjadilabil dan sulit untuk dikontrol. Kemarahan

    itu muncul beberapa minggu setelah

    kematian kedua orang tua subjek.

    g) Guilt.Pada setiap peristiwa kematian, bagi

    orang yang ditinggalkan akan merasabersalah atas kematian orang yang

    dicintainya. Menurut Turners & Helms

    (1995), mengatakan bahwa rasa bersalah

    yang dialami oleh orang yang ditinggalkanakan membuat dirinya merasa tertekan. Pada

    kasus subjek, terlihat bahwa subjek merasa

    sangat bersalah atas kematian kedua orang

    tuanya, subjek merasa tersisksa dengan

    perasaannya karena subjek belum sempat

    membahagiakan kedua orang tuanya, hal itu

    yang membuat subjek kadang membenci

    dirinya sendiri karena dirinya merasa tidakberguna untuk kedua orang tuanya.

    h)Feeling of loss, of self or total emptinessPada peristiwa kematian, tidak ada

    kehilangan yang lebih besar selain kematian

    dari seseorang yang kita cintai dan kita

    sayangi seperti orang tua. Rasa kehilangan

    yang dialami oleh seseorang yang ditinggal

    akibat kematian akan menimbulkan rasa

    kehampaan, kesendirian dan kekosongan

    dalam hidup (Santrock, 2002). Pada kasus

    subjek terlihat bahwa setelah kedua orang

    tuanya meninggal hidup subjek menjadihampa dan merasa hidup sendiri di dunia ini,

    dirinya merasa begitu kehilangan orang

    tuanya. Tetapi subjek berusaha untuk

    mengatasi rasa hampa yang dirasakan

    olehnya dengan mencurahkan isi hatinya,

    bercerita dengan teman atau pun keluarga,

    karena dengan cara seperti itu subjek merasa

    bahwa bebannya berkurang dan dirinya

    merasa tidak sendiri lagi.

    i)LongingKerinduan akan begitu mendalam dan

    menyelimuti orang yang ditinggalkan,kerinduan akan sosok orang yang disayangi

    akan muncul ketika sedang teringat dengan

    kenangan yang telah terjadi, perasaan rindu

    tersebut tidak akan hilang walaupun sedangbersama orang lain. Pada kasus subjek rasa

    rindu itu memang terjadi, subjek merasakan

    kerinduan yang mendalam dengan kedua

    orang tuanya. Subjek selalu teringat dan

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    12/16

    membutuhkan sosok kedua orang tuanyadalam hidupnya. Namun subjek juga

    berusaha untuk menghibur diri dengan

    melampiaskan rasa rindunya bermain musik

    karena dengan bermusik subjek bisa

    menghibur dirinya dan mengobati rasa

    sedihnya.j) Voluntary return to society

    Pada tahap ini orang yang

    ditinggalkan mulai memberanikan diri untuk

    kembali bersosialisasi ke masyarakat ataskeinginannya sendiri dan berusaha untuk

    melanjutkan hidup tanpa orang yang

    meninggal serta berusaha untuk

    menyesuaikan diri di lingkungan sekitar

    dengan harapan untuk memulihkan

    perasaannya yang masih diselimuti oleh rasa

    duka (Papalia & olds, 1995).

    Pada kasus yang dialami oleh subjek,keinginan subjek untuk kembali

    bersosialisasi di masyarakat begitu kuat,

    sehingga subjek mulai memberanikan diri

    untuk menyesuaikan diri di lingkungan

    dengan kondisinya dan bersosialisasi

    kembali di masyarakat, karena subjek tidak

    mau berlarut-larut dalam kesedihan, karena

    subjek ingin kembali seperti dulu bisa

    beraktivitas seperti biasa lagi.

    E) Penutup

    1. Kesimpulana. Ekspresi dan Reaksi Yang Muncul

    Pada GriefEkspresi grief yang dialami oleh

    subjek antara lain ekspresi fisik, dimana

    pada kasus subjek terlihat bahwa adanya

    perubahan dalam bentuk pola tidur yang

    menyebabkan subjek sulit untuk tidur dan

    berakibat menjadi insomnia, kurangnya

    nafsu makan dan mengakibatkan kondisi

    fisik subjek menurun dan jatuh sakit.

    Ekspresi kognitif berupa menurunnya daya

    pikir dan konsentrasi subjek dalammelakukan aktivitas serta emosi subjek yang

    menjadi labil. Ekspresi afektif, dimana

    subjek menjadi merasa sangat sedih,

    kecewa, marah, merasa bersalah dan cemasatas kematian kedua orang tuanya. Ekspresi

    dalam bentuk tingkah laku, dimana berupa

    perubahan perilaku keseharian subjek

    dilingkungan, perubahan sosialisasi subjek

    dimasyarakat karena subjek merasa kurangpercaya diri karena kondisi yang di

    alaminya, karena kedua orang tuanya yang

    sudah meninggal dan subjek perlu

    menyesuaikan dirinya dengan kondisi yang

    dialami olehnya.

    b. Faktor Yang Menyebabkan GriefAda beberapa faktor yang menyebabkan

    griefpada subjek diantaranya yaitu:

    a. Hubungan individu dengan alrmarhum,

    kedekatan antara subjek dengan kedua orangtuanya cukup dekat dan terjalin dengan baik,

    terutama dengan ibunya, subjek merupakan

    anak yang dimanja oleh kedua orang tuanya,

    sehingga setelah kedua orang tuanya

    meninggal subjek merasakan kehilangan

    yang sangat besar dan sulit menerima

    kematian kedua orang tuanya karena

    hubungan mereka terjalin dengan baik.b. Proses kematian, pada proses kematian

    kedua orang tua subjek dikarenakan ayah

    subjek menderita sakit komplikasi,

    sedangkan ibu subjek sangat mendadak

    karena terjatuh, subjek mengungkapkan

    bahwa dirinya sangat syock dan terkejut

    ketika mengetahui kedua orang tuanya

    meninggal.

    c. Jenis kelamin orang yang ditinggalkan,

    bahwa antara seorang pria dan wanita dapat

    diketahui adanya perbedaan reaksi yang

    terjadi dalam mengekpresikan perasaannya.Dapat dilihat bahwa subjek cenderung lebih

    menyembunyikan perasaan sedihnya,

    sedangkan wanita cenderung lebih

    menunjukkan dan meluapkan perasaan

    sedihnya, hal tersebut terlihat dari adik

    perempuan subjek.

    d. Latar belakang keluarga orang yang

    ditinggalkan, bahwa keluarga subjek

    merupakan keluarga yang cukup harmonis

    dan hubungan subjek dengan kedua orang

    tuanya terjalin dengan baik, sehingga setelah

    kematian kedua orang tuanya subjek merasasangat kehilangan karena subjek merasa

    keluarganya sudah tidak utuh lagi.

    e. Support system, bahwa begitu banyak

    dukungan-dukungan yang telah diterimasubjek dari keluarga terdekat, orang-orang

    disekeliling subjek dan pacar subjek, agar

    subjek mampu melewati cobaan ini.

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    13/16

    c.Proses Perkembangan GriefProses perkembangan griefyang telah

    di lewati oleh subjek yaitu, denial of loss

    pada tahap ini subjek merasa sangat syock

    dan terpukul serta tidak mempercayai

    kematian kedua orang tuanya dan

    menyangkan kematian kedua orang tuanya,hal tersebut dapat dilihat dari emosi subjek

    yang sering marah-marah tanpa sebab.

    Realization of loss yaitu subjek mulai

    berusaha untuk menyadari bahwa keduaorang tua nya sudah meninggal walaupun

    subjek belum bisa menerimanya dan emosi

    subjek juga masih sangat labil, tetapi subjek

    mulai menyadari bahwa yang terjadi ini

    adalah nyata. Feeling of abandonment alarm

    and anxiety, bahwa setelah kedua orang tua

    subjek meninggal perasaan subjek selalu

    gelisah, cemas dan khawatir untukmelanjutkan hidupnya karena kehilangan

    orang yang dicintainya.

    Despair crying physical numbness

    mental confusion, yaitu subjek merasa

    dirinya putus asa dan banyak keraguan,

    sehingga subjek takut untuk melewati

    kondisi yang sedang di alaminya sehingga

    membuat mental subjek menjadi lemah.

    Restlessness (loss of self control, wondering

    mind), terlihat bahwa adanya penurunan

    kontrol diri pada subjek, emosinya labil,

    kondisi fisik subjek menurun karena subjektidak menjaga kesehatannya sehingga subjek

    sempat jatuh sakit karena terlalu

    memikirkan kematian kedua orang tuanya.

    Anger, terlihat bahwa subjek sangat marah

    ketika mengetahui kedua orang tuanya

    meninggal, subjek tidak dapat menerima

    kematian kedua orang tuanya, karena subjek

    tidak rela kehilangan kedua orang tuanya.

    Guilt, menunjukkan bahwa subjek sangat

    merasa bersalah dan menyesal atas kematian

    kedua orang tuanya, karena selama ini

    subjek belum sempat membahagiakan keduaorang tuanya, sehingga perasaan bersalah itu

    selalu menyelimuti subjek. Feeling of loss of

    self or total emptiness, bahwa hidup subjek

    menjadi hampa dan kosong setelah keduaorang tuanya meninggal, subjek merasa

    kesepian dan hidup sendiri di dunia ini.

    Longing, subjek mengungkapkan bahwa

    dirinya merasa sangat rindu dengan kedua

    orang tuanya setelah mereka meninggal,subjek selalu teringat dengan kedua orang

    tuanya, sehingga kerinduan itu selalu

    muncul pada diri subjek. Voluntary return to

    society, subjek berusaha untuk

    menyesuaikan diri dengan kondisinya, mulai

    memberanikan diri untuk bersosialisasi lagidilingkungan dan masyarakat, karena subjek

    mendapatkan banyak dukungan dari orang-

    orang terdekatnya dan orang-orang

    disekelilingnya agar mampu melewati inisemua.

    2. Saran

    a. Untuk SubjekDari hasil penelitian, bahwa subjek

    telah melewati proses perkembangan griefsampai dengan tahap voluntary return

    society, namun ditahapan terakhir yaitu thediminisment of grief sympotms and the

    beginning of full recovery dimana tahap

    untuk pemulihan yang menyeluruh, subjek

    belum mampu melaluinya, sehingga peneliti

    menyarankan kepada subjek agar subjek

    berusaha untuk memulai kehidupan yang

    lebih baik dengan mulai membuka pikiran

    secara lebih terbuka dan ralistis. Serta mulai

    menyibukkan diri dengan melakukan

    kegiatan yang bersifat positif, sehingga

    subjek dapat mengalihkan perasaannya

    menjadi lebih baik. Lalu sebaiknya subjekmulai kembali membuka kepercayaan

    dirinya agar dapat bersosialisasi

    dimasyarakat seperti biasa. Karena dengan

    menyibukkan diri dengan kegiatan yang

    positif, serta membangun kepercayaan diri

    dan berpikir secara terbuka dapat membuat

    subjek menyadari semua peristiwa yang

    dialaminya adalah nyata, sehingga secara

    perlahan subjek dapat menuju proses

    pemulihan yang menyeluruh.

    b. Untuk Keluarga Subjek

    Sebaiknya keluarga terdekat subjekseperti kakak dan adik subjek untuk selalu

    terus menghibur subjek, tidak berhenti untuk

    memberikan nasihat kepada subjek agar

    dirinya bisa tegar melewati cobaan ini danselalu memberikan pengertian agar subjek

    dapat menerima kematian kedua orang

    tuanya. Sebaiknya pula keluarga subjek

    selalu mengawasi perilaku subjek agar tidak

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    14/16

    kembali berperilaku nakal dan tidak salahdalam pergaulan. Walaupun kedua orang tua

    subjek sudah meninggal diharapkan agar

    keluarga subjek yang lain bisa menjaga tali

    persaudaraan dengan baik, sehingga terjalin

    komunikasi yang baik di dalam keluarga.

    c. Untuk Penelitian SelanjutnyaDiharapkan pada penelitian

    selanjutnya, peneliti bisa mengambil kriteria

    subjek dengan latar belakang yang lebih

    beragam lagi seperti, subjek yang berasaldari keluarga yang broken home, anak

    tunggal, atau subjek yang kehilangan orang

    tua akibat bencana alam agar dapat

    memahami lebih dalam lagi mengenai grief.

    DAFTAR PUSTAKAAiken, L. R. (1994) Dying, death and

    bereavement (3ed). Massachusetts:Allyn and Bacon.

    Atwater, E. & Duffy. K. G. (1999)

    Psychology for living: Adjusment,

    growth, and behavior today (6th

    editon). New Jersey: Prentice

    Hall, Inc.

    Dacey, J. S., & Travers, J. F. (2002).

    Human development: Across the

    Lifespan (5th ed). New York: Mc.

    Graw Hill.

    Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (1994).

    Handbook of qualitative research.

    Calfornia: Sage Publication. Inc.

    Fivush, R., & Buckner, J. P. (2000). Gender,sadness, and depression: The

    development of emotonal focus

    through gendered discourse. In A.

    H. Fischer (Ed), Gender and

    Emotion: Social Psychologcal

    Perspectives. New York: CambridgeUnversty Press.

    Hurlock, E. B. (1973). Adolescent

    development (4th ed). Tokyo. Mc

    Graw-Hill Kogakusha, Ltd.

    Hurlock, E. B. (1991). Psikologi

    perkembangan suatu pendekatan

    sepanjang rentang kehidupan(edisikelima). Alih Bahasa: Dra.

    Istiwidayanti & Drs. Soedjarwo,

    Msc. Edtor: Drs Ridwan Max

    Sijabat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Harper,J.M. (2001). Men and grief. Web:Http://www.grief.net.org/library/gri

    ef.html.

    Heru Basuki. A. (2006). Penelitian kualitatif

    untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan

    budaya. Jakarta: Gunadarma.

    Kail, V. R., & Cavanough, J. C. (2000).

    Human development: A lifespan

    view (2nd ed). USA: Wadsworth /

    Thomson Learning.

    Martin, T. L., & Doka, K. J. (2000). Men

    dont cry. women do:

    Transcending gender stereotypes of

    grief. USA: Taylor & Francis.

    Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja.

    Malang: Usaha Nasional.

    Marshall, C. & Rossman. (1995) Designing

    qualitative research. London: Sage

    Publication.

    Michelle & Lyness, (2007). Grief ofadolescent. Web:

    Http://www.google.com

    Moleong, L. J. (2002)Metodologi penelitian

    kualitatif. Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya.

    Monks, F. J, Kinoers, A. M. P. & Haditono,

    S. R. (2001). Psikologi

    perkembangan: Pengantar dalam

    berbagai bagiannya. Yogyakarta:

    Gadjah Mada University.

    Narbuko, C. & Achmadi, A. (2003) Metode

    penelitian. Jakarta: PT. Bumi

    Aksara.

    Papalia, D. E. & Olds, S. W. (1995).Human

    development (6th ed). New York:

    Mc Graw-Hill Companies.

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    15/16

    Papalia, D. E., Olds, Sally Wendkos &

    Feldman, Ruth Duskin. (1998).

    Human development (7th ed). USA:

    Mc Graw-Hill.

    Papalia, D. E., S. W., & Feldman, R.D.(2004). Human development. (9th

    ed). USA: Mc Graw-Hilll

    Companies, Inc.

    Patton, M. Q. (1990). Qualitative evaluation

    & reseach methods. NewburryPark:

    Sage Publication.

    Parkes, C. M. (1997). Coping with death

    and dying. Dalam Baum, S.

    Newman, J. Weinman, R. West &

    C. Mc Manus (eds) CambridgeHandbook Of Psychology Health

    and Midicine. Cambridge:

    Cambridge University Press.

    Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan

    kualitatif dalam penelitian

    psikologi. Jakarta: Lembaga

    Pengembangan Sarana Penguruan

    dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

    Universitas Indonesia.

    Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatankualitatif untuk perilaku manusia.

    Depok: LPSP3 Faultas Psikologi

    Universitas Indonesia.

    Rice, F. P. (1993). The Adolescent:

    Development, relationships, and

    culture. USA: Allyn & Bacon.

    Rutter, Michael. (1983). The adolescent

    development: Some question and

    some issues. Dalam Norman

    Garmezy & Michael Rutter (ed).Stress, Coping and Development In

    children. USA: Mc Graw-Hill Book

    Company.

    Santrock, J. W. (2002). Life-span

    development: Perkembangan masa

    hidup. Jakarta: PT. Erlangga.

    Santrock, J. W. (2005). Adolescence (10th

    ed). Relationships and culture.

    USA: Allyn & Bacon.

    Sarafino, E. P. (1994). Health psychology

    biopsychosocial interactions. (2th

    ed). USA: John Wiley & Sons. Inc.

    Sarwono, S. W. (2001). Psikologi remaja.

    Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    Sukmadinata, N. S. (2005). Metode

    penelitian pendidikan. Bandung:

    PT. Rosdakarya.

    Supadi, (2005). Rasa duka. Http://www.e-

    psikologi.com

    Steinberg, L. (2002). Adolescence (6th ed).New York: Mc Graw-Hill

    Companies.

    Stroebe, W., & Stroebe, M. S. (1987).

    Bereavement and health: The

    psychological & physical

    consequences of partner loss.

    Canada: Cambridge Unversity

    Press.

    Stroebe, M. S., Stroebe, W., & Hanson, R.

    O. (1993). Handbook ofbereavement: Theory, research, and

    intervention. USA: Cambridge

    University Press.

    Taylor, S. J., & Bogdan, R. (1998).

    Introducing to qualitative research

    (3rd ed). New York: John Wiley &

    Sons.

    Turner, J. S. & Helms, D. B. (1987).

    Lifespan development(3rd

    ed). USA:

    Holt, Rinehart & Winston.

    Turner, J. S. & Helms, D. B. (1995).

    Lifespan development (5rd ed).

    USA: Harcourt Brace CollegePublisher.

  • 7/22/2019 Grief Remaja Stlh Ortu Meninggal (Gunadarma.ac.Id)

    16/16

    Weiss, R. S. (1997). Loss and recovery.

    Journal of social issues. 44 (3), 37-52.