jurr.docx

19
7/23/2019 JURR.docx http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 1/19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keratitis mikroba adalah kondisi yang dapat mengakibatkan luka pada kornea, perforasi kornea, dan bahkan kebutaan. Mikroba keratitis biasanya muncul dengan adanya faktor predisposisi, seperti trauma okular, penyakit  permukaan mata, dan memakai lensa kontak. Demografi dan profil mikrobiologi dari keratitis mikroba bervariasi di seluruh negara dan studi yang berbeda telah diterbitkan di seluruh dunia [1 . !enelitian besar telah dilakukan di "yderabad, #ndia [$ , Miami, %merika &erikat [' , dan ()ford, #nggris [ * . !ergeseran tren di  profil biologis mikro keratitis telah dilaporkan dalam studi di beberapa bagian dunia [+, .  (leh karena itu, penting untuk melakukan penelitian secara berkala untuk menin-au organisme lokal dan sensitivitasnya. Misalnya, peningkatan ketahanan terhadap florokuinolon telah dilaporkan dalam studi di lorida [' dan sebuah studi terbaru di /oronto menemukan kecenderungan penurunan persentase  bakteri 0rampositif dalam 11 tahun terakhir [ .  !enelitian berbasis di "ong Kong yang terakhir pada ke-adian dan faktor risiko keratitis mikroba dilaporkan pada tahun $22$ [3 . 1.$ /u-uan !enelitian  /u-uan dari penelitian ini adalah untuk mengu-i demografi, faktor risiko, hasil mikrobiologi, dan pengobatan yang diberikan untuk pasien keratitis mikroba de4asa membutuhkan masuk ke rumah sakit universitas di "ong Kong dari 5anuari $212 hingga 5uni $21$. 1

Upload: kurnia-mayura

Post on 13-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 1/19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keratitis mikroba adalah kondisi yang dapat mengakibatkan luka pada

kornea, perforasi kornea, dan bahkan kebutaan. Mikroba keratitis biasanya

muncul dengan adanya faktor predisposisi, seperti trauma okular, penyakit

 permukaan mata, dan memakai lensa kontak. Demografi dan profil mikrobiologi

dari keratitis mikroba bervariasi di seluruh negara dan studi yang berbeda telah

diterbitkan di seluruh dunia [1. !enelitian besar telah dilakukan di "yderabad,

#ndia [$, Miami, %merika &erikat [', dan ()ford, #nggris [*. !ergeseran tren di

 profil biologis mikro keratitis telah dilaporkan dalam studi di beberapa bagian

dunia [+, . (leh karena itu, penting untuk melakukan penelitian secara berkala

untuk menin-au organisme lokal dan sensitivitasnya. Misalnya, peningkatan

ketahanan terhadap florokuinolon telah dilaporkan dalam studi di lorida [' dan

sebuah studi terbaru di /oronto menemukan kecenderungan penurunan persentase

 bakteri 0rampositif dalam 11 tahun terakhir [. !enelitian berbasis di "ong Kong

yang terakhir pada ke-adian dan faktor risiko keratitis mikroba dilaporkan pada

tahun $22$ [3.

1.$ /u-uan !enelitian

 /u-uan dari penelitian ini adalah untuk mengu-i demografi, faktor risiko,

hasil mikrobiologi, dan pengobatan yang diberikan untuk pasien keratitis mikroba

de4asa membutuhkan masuk ke rumah sakit universitas di "ong Kong dari

5anuari $212 hingga 5uni $21$.

1

Page 2: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 2/19

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan

menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal

lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis 6atau disebut

 -uga keratitis parenkimatosa7 yang mengenai lapisan stroma.

2.2 Etiologi dan faktor penetus

!enyebab keratitis bermacammacam yaitu bakteri, virus dan -amur. &elain

itu penyebab lain yang merupakan faktor predisposes adalah kekeringan padamata, pa-anan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke

mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu,

 polusi atau bahan iritatif lain, trauma dan penggunaan lensa kontak yang kurang

 baik .

2.! Tanda dan "ejala U#u#

/anda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea.

#nfiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan

 pengobatan keratitis. !ada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir

dengan pembentukan -aringan parut 6sikatrik7, yang dapat berupa nebula, makula,

dan leukoma. %dapun ge-ala umum adalah

• Keluar air mata yang berlebihan

•  8yeri

2

Page 3: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 3/19

• !enurunan ta-am penglihatan

• 9adang pada kelopak mata 6bengkak, merah7

• Mata merah

• &ensitif terhadap cahaya

2.$ %lasifikasi

Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang

terkena : yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bo4man

dan keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma.

Bentukbentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah

1. Keratitis punctata superfisialis

Berupa bintikbintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh

sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus, keracunan obat topical,

sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa kontak.

$. Keratitis flikten

Ben-olan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan

untuk menyerang kornea.

'. Keratitis sika

&uatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelen-ar

lakrimale atau sel goblet yang berada di kon-ungtiva.

*. Keratitis lepra

&uatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut

 -uga keratitis neuroparalitik.

3

Page 4: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 4/19

+. Keratitis nummularis

Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple

dan banyak didapatkan pada petani.

Bentukbentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :

1. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital

$. Keratitis sklerotikans.

2.& Patofisiologi "ejala

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada 4aktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada -aringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.

Maka badan kornea, wandering cell  dan selsel lain yang terdapat dalam stroma

kornea, segera beker-a sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi

 pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai in-eksi perikornea.

&esudahnya baru ter-adi infiltrasi dari selsel mononuclear, sel plasma, leukosit

 polimorfonuklear 6!M87, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak

sebagai bercak ber4arna kelabu, keruh dengan batasbatas tak -elas dan

 permukaan tidak licin, kemudian dapat ter-adi kerusakan epitel dan timbulah

ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada

kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan

fotofobia. 9asa sakit -uga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra 6terutama

 palbebra superior7 pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat

 progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan

iritasi yang ter-adi pada u-ung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang

 berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. otofobia, yang berat

4

Page 5: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 5/19

 pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi

ter-adi pada penyakit ini, yang -uga merupakan tanda diagnostik berharga.

Meskipun berair mata dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea,

umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.

Karena kornea berfungsi sebagai -endela bagi mata dan membiaskan

 berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama

kalau letaknya di pusat.

2.' Diagnosa

%namnesis pasien penting pada penyakit kornea. &ering dapat diungkapkan

adanya ri4ayat traumakenyataannya, benda asing dan abrasi merupakan dua

lesi yang umum pada kornea. %danya ri4ayat penyakit kornea -uga bermanfaat.

 Keratitis akibat infeksi herpes simpleks sering kambuh, namun karena erosi

kambuh sangat sakit dan keratitis herpetik tidak, penyakitpenyakit ini dapat

dibedakan dari ge-alanya. "endaknya pula ditanyakan pemakaian obat lokal oleh

 pasien, karena mungkin telah memakai kortikosteroid, yang dapat merupakan

 predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, atau oleh virus, terutama keratitis herpes

simpleks. 5uga mungkin ter-adi imunosupresi akibat penyakitpenyakit sistemik,

seperti diabetes, %#D&, dan penyakit ganas, selain oleh terapi imunosupresi

khusus

Dokter memeriksa di ba4ah cahaya yang memadai. !emeriksaan sering lebih

mudah dengan meneteskan anestesi lokal. !emulusan fluorescein dapat

memper-elas lesi epitel superfisialis yang tidak mungkin tidak telihat bila tidak

dipulas. !emakaian biomikroskop 6 slitlamp7 penting untuk pemeriksaan kornea

dengan benar; -ika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar dan pencahayaan

terang. "arus diperhatikan per-alanan pantulan cahaya saat menggerakkan cahaya

di atas kornea. Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel terlihat dengan

5

Page 6: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 6/19

cara ini.

Mayoritas kasus keratitis bakteri pada komunitas diselesaikan dengan terapi

empiris dan dikelola tanpa hapusan atau kultur."apusan dan kultur sering

membantu dalam kasus dengan ri4ayat penyakit yang tidak -elas. "ipopion yang

ter-adi di mata dengan keratitis bakteri biasanya steril, dan pungsi akuos atau

vitreous tidak perlu dilakukan kecuali ada kecurigaan yang tinggi oleh mikroba

endophthalmitis.

Kultur adalah cara untuk mengidentifikasi organisme kausatif dan satu

satunya cara untuk menentukan kepekaan terhadap antibiotik. Kultur sangat

membantu sebagai panduan modifikasi terapi pada pasien dengan respon klinis

yang tidak bagus dan untuk mengurangi toksisitas dengan mengelakkan obat

obatan yang tidak perlu. Dalam pera4atan mata secara empiris tanpa kultur

dimana respon klinisnya tidak bagus, kultur dapat membantu meskipun

keterlambatan dalam pemulihan patogen dapat ter-adi.

&ampel kornea diperoleh dengan memakai agen anestesi topikal dan

menggunakan instrumen steril untuk mendapatkan atau mengorek sampel dari

daerah yang terinfeksi pada kornea. Kapas steril -uga dapat digunakan untuk

mendapatkan sampel. #ni paling mudah dilakukan dengan perbesaran Slit Lamp.

Biopsi kornea dapat diindikasikan -ika ter-adi respon yang minimal

terhadap pengobatan atau -ika kultur telah negatif lebih dari satu kali dengan

gambaran klinis

yang sangat mendukung suatu proses infeksi. "al ini -uga dapat diindikasikan -ika

infiltrat terletak di pertengahan atau dalam stroma dengan -aringan atasnya tidak

terlibat.

!ada pasien kooperatif, biopsi kornea dapat dilakukan dengan bantuan Slit  

 Lamp atau mikroskop operasi. &etelah anestesi topikal, gunakan sebuah pisau

6

Page 7: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 7/19

untuk  mengambil sepotong kecil -aringan stroma, yang cukup besar untuk

memungkinkan pembelahan sehingga satu porsi dapat dikirim untuk kultur dan

yang lainnya untuk histopatologi. &pesimen biopsi harus disampaikanke

laboratorium secara tepat 4aktu.

%E(ATITI) BA%TE(IALI)

2.* Definisi

Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam. <iriciri

khusus keratitis bakteri adalah per-alanannya yang cepat. Destruksi corneal

lengkap bisa ter-adi dalam $* = *> -am oleh beberapa agen bakteri yang virulen.

?lkus kornea, pembentukan abses stroma, edema kornea dan inflamasi segmen

anterior adalah karakteristik dari penyakit ini.

2.+ Etiologi

0rup bakteri yang paling banyak menyebabkan keratitis bakteri adalah

&treptococcus, !seudomonas, @nterobacteriaceae 6meliputi Klebsiella,

@nterobacter, &erratia, and !roteus7 dan golongan &taphylococcus. Lebih dari $2

kasus keratitis -amur 6terutama candidiasis7 ter-adi komplikasi koinfeksi bakteri.

Banyak -enis ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya

 bervariasi dalam beratnya penyakit. #ni terutama berlaku untuk ulkus yang

disebabkan bakteri oportunistik 6mis., Streptococcus alfa-hemolyticus,

Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-

chelonei), yang menimbulkan ulkus kornea indolen yang cenderung menyebar

 perlahan dan superficial.

2., Patofisiologi

%4al dari keratitis bakteri adalah adanya gangguan dari epitel kornea yang

intak dan atau masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea, dimana

7

Page 8: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 8/19

akan ter-adi proliferasi dan menyebabkan ulkus. aktor virulensi dapat

menyebabkan invasi mikroba atau molekul efektor sekunder yang membantu

 proses infeksi.

Beberapa bakteri memperlihatkan sifat adhesi pada struktur fimbriasi dan

struktur non fimbriasi yang membantu penempelan ke sel kornea. &elama stadium

inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka dan infeksi dapat ter-adi

nekrosis. &el inflamasi akut 6terutama neutrofil7 mengelilingi ulkus a4al dan

menyebabkan nekrosis lamella stroma.

Difusi produkproduk inflamasi 6meliputi cytokines7 di bilik posterior,

menyalurkan selsel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkan adanya

hypopyon. /oksin bakteri yang lain dan enAim 6meliputi elastase dan alkalin

 protease7 dapat diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapat

menyebabkan destruksi substansi kornea.

2.1- anifestasi %linis

0e-ala klinik dari keratitis bacterial yaitu*:

•  8yeri sedang

berat

• otofobia

• Blefarospasme

• ?lkus kornea

infiltrat

• !englihatan

terganggu

• Lakrimasi

• &ekret purulen

8

Page 9: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 9/19

0ambar $. Keratitis bacterial

A. %eratitis Pneu#okokus

?lkus kornea pneumokokus biasanya muncul $**> -am setelah inokulasi

 pada kornea yang lecet. #nfeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus

 berbatas tegas 4arna kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari

tempat infeksi ke sentral kornea. Batas yang ma-u menampakkan ulserasi aktif

dan infiltrasi sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. 6@fek merambat

ini menimbulkan istilah ulkus serpiginosa akut.7 Lapis superfisial kornea adalah

yang pertama terlibat, kemudian parenkim bagian dalam. Kornea sekitar ulkus

sering bening. Biasanya ada hipopion. Kerokan dari tepian depan ulkus kornea

 pneumokokus mengandung diplokokus berbentuklancet grampositif.

 B. %eratitis Pseudomonas

?lkus kornea pseudomonas bera4al sebagai infiltrat kelabu atau kuning di

tempat epitel kornea yang retak. 8yeri yang sangat biasanya menyertainya. Lesi

ini cenderung cepat menyebar ke segala arah karena pengaruh enAim protcolitik

yang dihasilkan organisme ini. Meskipun pada a4alnya superfisial, ulkus ini

dapat mengenai seluruh kornea. ?mumnya terdapat hipopion besar yang

cenderung membesar dengan berkembangnya ulkus. #nfiltrat dan eksudat

mungkin ber4arna hi-au kebiruan. #ni akibat pigmen yang dihasilkan organisme

dan patognomonik untuk infeksi P aeruginosa.

 Pseudomonas adalah penyebab umum ulkus kornea bakteri. Kasus ulkus 

9

Page 10: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 10/19

kornea Pseudomonas dapat ter-adi pada abrasi kornea minor atau penggunaan

lensa kontak lunak, terutama yang dipakai agak lama. ?lkus kornea yang

disebabkan organisme ini bervariasi dari yang sangat -inak sampai yang

menghancurkan. (rganisme itu ditemukan melekat pada permukaan lensa kontak

lunak. Beberapa kasus dilaporkan setelah penggunaan larutan florescein atau obat

tetes mata yang terkontaminasi.

C. %eratitis Streptokokus

Khas sebagai ulkus yang men-alar dari tepi ke arah tengah kornea

6serpinginous7. ?lkus be4arna kuning keabuabuan berbentuk cakram dengan

tepi ulkus yang menggaung. ?lkus cepat men-alar ke dalam dan menyebabkan

 perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

2.11 Terapi

!engobatan antibiotik dapat diberikan pada keratitis bacterial dini.

Biasanya pengobatan dengan dasar berikut:

1. ?ntuk bakteri gram negatif: tobramisin, gentamicin dan polimiksin

$. ?ntuk bakteri gram positif : cefaAoin, vancomycin dan basitrasin

'. %ntibiotic spectrum luas seperti : oflo)acin, norflo)acin, dan pulymy)in

2.12. %o#plikasi

Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri ini adalah penipisan

kornea, dan akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis

dan hilangnya penglihatan.

2.1!. Prognosis

10

Page 11: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 11/19

!rognosis visual tergantung pada beberapa faktor, seperti diuraikan di

 ba4ah ini, dan dapat mengakibatkan penurunan visus dera-at ringan sampai berat.

Cirulensi organisme yang bertanggung -a4ab atas keratitis

Luas dan lokasi ulkus kornea

"asil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen

BAB III

Ba/an dan etode

11

Page 12: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 12/19

!.1 etode Penelitian

!enelitian ini adalah bersifat retrospektif dilakukan sebagai pusat untuk

mengisolasi kasus dengan dugaan keratitis mikroba infektif. !asien diidentifikasi

dengan menggunakan sistem catatan elektronik dan pasien yang dira4at antara

5anuari $212 dan 5uni $21$ dengan different diagnosis ulkus kornea 6#<DE kode:

'32.227 atau gangguan kornea akibat kontak lensa 6#<DE kode: '31,>$7

diidentifikasi. !asien ra4at -alan tidak termasuk dari penelitian ini.

Lima puluh satu catatan medis dilacak dan data diambil. Keratitis mikroba

didefinisikan oleh kehadiran kornea iltrate infiltratfF 1 mm$dalam ukuran dengan

atau tanpa cacat epitel atasnya [3. Menggores kornea dilakukan dengan anestesi

topikal mengikuti protokol standar. &pesimen kornea dikumpulkan dengan

menggunakan spatula Kimura.

/abel 1: Data demografis pasien dengan keratitis mikroba dira4at di sebuah

rumah sakit universitas di "ong Kong antara tahun $21$ dan $21*.

5umlah pasien G

?mur 6tahun7

H$2 '

$1'E $+ *E

*2* 1* $3

F + E 1>

5enis Kelamin

Lakilaki $E +3

!erempuan $$ *'

aktor risiko

Memakai Lensa kontak $' *+

Benda asing 1$

@rosi kornea berulang + 12

Kornea cangkok * >

Kondisi kulit $ *

Keratopati eksposur $ *

Keratopati bulosa 1 $

12

Page 13: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 13/19

"erpes keratitis 1 $

?lkus neurotropik 1 $

/rauma pada mata 1 $/richiasis 1 $

/idak ada faktor risiko * >

&pesimen ditempatkan di piring kaca untuk !engecatan 0ram dan -uga

 pada agar darah6media darah7, agar coklat6media coklat7, agar &abouraud, dan

kaldu thioglycollate. Dalam kasus yang tidak responsif terhadap pengobatan dan

secara klinis mencurigai %canthamoeba, kulture kemudian akan diba4a untuk

 Escherichia coli piring untuk %canthamoeba.

5enis kelamin, usia, faktor risiko, 0oresan dari kornea dan profil

sensitivitas, dan antibiotik yang diresepkan dicatat dan dianalisis. !ersetu-uan

#nstitutional 9evie4 Board Komite @tika tidak diperlukan untuk penelitian ini.

&tudi berpegang pada prinsipprinsip Deklarasi "elsinki.

'.$ Te#pat Penelitian 

!enelitian dilakukan di sebuah rumah sakit universitas di "ong Kongantara tahun $21$ dan $21*.

BAB I0

Hasil dan Pe#a/asan

*.1  Hasil Penelitian

Di antara +1 pasien, $E 6+3G7 adalah lakilaki dan $$ 6*'G7 adalah

 perempuan. Iang termasuk usia adalah *1. J $2.' tahun 6kisaran $2> tahun7.

Mengenai faktor risiko, $' pasien 6*+G7 adalah pemakai lensa kontak, 61$G7

memiliki benda asing kornea, + 612G7 memiliki erosi kornea berulang, dan * 6>G7

13

Page 14: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 14/19

memiliki cangkok kornea 6/abel 17. Kasuskasus dengan erosi kornea dan

keratopati bulosa tidak terkait dengan menghubungi penggunaan lensa.

Di antara $' pemakai lensa kontak, 3 6'2G7 digunakan lensa bulanan

 pakai kontak, 12 6*'G7 digunakan $ minggu lensa sekali pakai, satu 6*G7

digunakan lensa sekali pakai seharihari, dan dua 63G7 digunakan lensa kontak

 ber4arna . /iga pasien berlatih memakai semalam, satu pasien kembali lensa

kontak harian sekali pakai, dan satu pasien dibersihkan lensa kontak setiap $'

hari. Maksudnya usia ratarata untuk pemakai lensa kontak adalah $3,3 J .3

tahun, yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan ratarata usia

 pemakai lensa nonkontak 6H2,2+7. Menariknya, tidak ada satupun kasus dalam

 penelitian kami yang terkait dengan %canthamoeba.

/iga !uluh 6+EG7 dari +1 pasien memiliki hasil goresan kornea yang

 positif. (rganisme 0rampositif dikultur pada 13 mata dan organisme 0ram

negatif dikultur dalam 11 mata. Dua pasien memiliki pertumbuhan polymicrobial.

!seudomonas aeruginosa adalah patogen yang paling umum 6+2G7. Dari 1+

 pasien yang terdapat !seudomonas, 1' adalah pemakai lensa kontak. !atogen lain

koagulasenegatif &taphylococcus 6* pasien, 1'G7 dan &taphylococcus aureus 6$

 pasien, 3G7. Dari !seudomonasulcers dengan profil sensitivitas dilakukan, semua

yang sensitif terhadap gentamisin dan ciproflo)acin. &atu sampel menun-ukkan

sensitivitas menengah untuk tikarsilin dan clavunalat tapi tidak ada resistensi

antibiotik yanhg didapat. Dari lensa terkait uilcer $' kontak, !seudomonas

aeruginosa adalah patogen pada 1' kasus 6+3G7. /abel $ menun-ukkan hubungan

antara faktor risiko dan profil mikrobiologi

"anya satu pasien diberi monoterapi pada pengobatan, sedangkan sisanya

diberi terapi kombinasi. /iga puluh tiga pasien diberi resep ceftaAidime

tobramycin, 11 pasien diberi resep vankomisin tobramycin, dan dua pasien

diberi resep vankomisin ceftaAidime, sementara tiga pasien memiliki salep

acyclovir selain menambah antibiotik. Dua pasien hail kultur negatif diberi nata

mycin dan amfoterisin, masingmasing, seperti dicurigai ada keratitis -amur.

14

Page 15: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 15/19

9atarata diagram logM%9 Keta-aman !englihatan pada presentasi adalah

2,EE. Keta-aman !englihatan gerak tangan dan diminta menghitung -ari

Keta-aman !englihatan desimal 2,22+ dan 2.21* sesuai dengan tes keta-aman

Cisual tes reiburg [>. Keta-aman !englihatan persepsi cahaya atau tidak ada

 persepsi cahaya tidak bisa diukur dan dikeluarkan dari perhitungan Keta-aman

!englihatan. !ada satu bulan dan tiga bulan setelah presentasi, ratarata diagram

logM%9 Keta-aman !englihatan meningkat men-adi 2,'* dan 2,$, masing

masing. Karena pasien tetap difollo4 up atau tidak termasuk dari dari klinis,

Keta-aman !englihatan hanya '3 dan 1E pasien didokumentasikan pada satu bulan

dan tiga bulan, masingmasing. Di antara 1E pasien, peningkatan ratarata diagram

logM%9 Keta-aman !englihatan adalah 2,33 pada tiga bulan.

$.2 Pe#a/asan

4.2.1. Predisposisi Faktor.

Dalam penelitian kami, memakai lensa kontak merupakan faktor risiko

yang paling penting, perhitungan untuk *+G dari semua kasus dengan keratitis

mikroba. Memakai lensa kontak merupakan faktor risiko utama untuk keratitis

mikroba di negaranegara ma-u. Misalnya, memakai lensa kontak menyumbang

'*G dan +2G dari keratitis mikroba dalam studi di %ustralia [E dan !erancis

[12, masingmasing. &ebaliknya, trauma adalah faktor risiko utama untuk

keratitis mikroba di negaranegara berkembang. /rauma menyumbang *>G, +'G,

dan >'G dari kasus keratitis mikroba masingmasing di !araguay [11, #ndia

&elatan [1$, dan /imur #ndia [1',. !asien penelitianng memiliki cedera selama

 bercocok tanam dan tingkat yang lebih tinggi dari cedera dilaporkan selama

musim panen [1$.

Dalam penelitian kami, ' 61'G7 dari lensa kontak $' para pemakai dengan

keratitis mikroba dilaporkan sepan-ang malam memakai lensa. Dalam sebuah

studi oleh Lam et al. [3 pada tahun $22$, memakai sepan-ang malam

diidentifikasi sebagai faktor risiko yang signifikan untuk keratitis mikroba

6H2,22217. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh IildiA et al. [1*, +*G

15

Page 16: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 16/19

dari pemakai lensa kontak dengan keratitis mikroba melaporkan ri4ayat

 pemakaian sepan-ang malam.

<atatan #lmiah #nternasional

/abel $: (rganisme terisolasi dan faktor predisposisi pada pasien dengan kasus keratitis

mikroba dira4at di sebuah rumah sakit universitas di "ong Kong antara tahun $21$ dan

$21*.

"asil mikrobiologi faktor

risiko <L

Benda

asing 9ces

Kornea

cangkok Kondisi kulit

Keratopati

eksposur Lainnya

Bakteri gram positif Koagulasenegatif

&taphylococcus $ 1 1

Staphylococcus aureus 1 1

&treptococcus lainnya 1

Streptococcus pneumoniae 1 1

Diphtheroid 1 1

Bakteri gram negatif 

 Pseudomonas aeruginosa 1' 1 1

itrobacter  1

#solat campuran 1 1

"asil kultur negatif E $ ' 1 $ +/otal Keseluruhan $' + * $ $ E

<L: lensa kontak; 9ces: sindrom erosi kornea berulang.

Berbeda dengan penelitian kami sebelumnya, tidak ada pasien yang

digunakan orthokeratology lensa untuk saat periode saat ini [1+, 1. #ni mungkin

akibat dari kesadaran masyarakat yang ditingkatkan dan pendidikan tentang risiko

menyusul laporan media sebelumnya dan publikasi.  8amun, dalam serangkaian

 barubaru ini di "ong Kong infeksi permukaan anak ocular 6pediatric ocular7, E

63G7 dari 1'> pasien menggunakan lensa orthokeratology [13.

4.2.2 Mikrobiologi.

Dalam penelitian kami, +EG dari goresan kornea menghasilkan kultur

 positif. %ngka ini mungkin berkaitan dengan fakta bah4a pasien penelitianng

diberikan antibiotik topikal oleh dokter umum atau di Departemen 0a4at dan

Darurat sebelum presentasi di klinik kami. 8amun, angka ini sebanding dengan

 penelitian besar lainnya. &tudi di 5erman [1>, %ustralia [E, /e)as [1E, dan

16

Page 17: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 17/19

()ford [* menghasilkan angka positif dari kulture masingmasing *'G, *EG,

+'G, dan +*G,.

!rofil mikrobiologi dari keratitis mikroba bervariasi di setiap negara.

Dalam penelitian kami, !seudomonas aeruginosa merupakan patogen yang paling

umum, mirip dengan penelitian yang dilakukan di "ong Kong 11 tahun yang lalu

[3. #ni mirip dengan studistudi lain yang dilakukan di %sia /imur, di sebagian

 besar populasi urban. Menurut dua studi di /aipei [$2, $1, dua studi di

&ingapore [$$, $', dan satu penelitian di Bangkok [$*, !seudomonas aeruginosa

merupakan patogen yang paling umum, perhitungan untuk $EG *$G dari kasus

mikroba keratitis. #ni berbeda dengan penelitian yang dilakukan di %ustralasia [E,

%merika ?tara [', Kanada [$+, dan @ropa [$, di mana staphylococci adalah

 bakteri yang paling umum. &ecara khusus, selama tiga studi yang dilakukan di

!erancis [12, &4iss [$, dan /urki [$3, prevalensi staphylococci setinggi +$

2G.

/idak ada dokumentasi kasus infeksi -amur pada penelitian kami. #ni

sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan, di mana

 banyak orang berlatih pertanian dan oleh karena itu infeksi -amur -auh lebih

umum. Di #ndia /imur, infeksi -amur menyumbang 3G dari kasus keratitis

mikroba [1' .%spergillus menyumbang 2G dari kultur -amur di /imur #ndia

[1' dan usarium menyumbang 3'G dari kultur -amur dalam studi di "yderabad,

#ndia [$. /idak adanya keratitis -amur di penelitian kami mungkin dikaitkan

dengan fakta bah4a sebagian besar pasien berasal dari latar belakang perkotaan

dan tidak memiliki ri4ayat trauma dengan bahan vegetatif seperti yang klasikterlihat pada kasus dengan keratitis -amur. &elain itu, %canthamoeba keratitis

dianggap terlalu penting dalam rencana pengaturan penelitian kami mungkin

karena tingkat peningkatan pengetahuan tentang pera4atan lensa kontak di antara

 populasi umum di "ong Kong. 5uga, sebagian besar kasus keratitis %canthamoeba

sedang dira4at pada pasien ra4at -alan dalam pengaturan penelitian kami.

9esistensi terhadap eritromisin, klindamisin, kloksasilin, dan

kotrimoksaAol dilaporkan dalam empat sampel. %ntibiotik ini -arang digunakan

17

Page 18: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 18/19

dalam pengobatan keratitis mikroba di tengah kita. /idak ada resistensi terhadap

fluorouinolones ditun-ukkan dalam penelitian kami, berbeda dengan laporan dari

!enelitian %merika [' dan #ndia [$>, $E, yang menun-ukkan perla4anan gigih

untuk fluorouinolones.

%da beberapa keterbatasan penelitian ini. Karena ini adalah sebuah

 penelitian retrospektif, data klinis seperti persentase yang tepat dari pasien yang

menerima pengobatan antibiotik sebelum presentasi yang tidak tertera. #ni akan

 berkontribusi pada persentase yang lebih rendah dari hasil gesekan yang positif.

Beberapa kasus yang diduga keratitis mikroba mungkin lensa kontak infiltrat

inflamasi steril terkait. &elain itu, ukuran infiltrat tidak didokumentasikan dalam

semua kasus dan dengan demikian tidak mungkin untuk analisis yang lebih rinci.

&elain itu, pasien dengan keratitis mikroba kurang parah dikelola di klinik mata

ra4at -alan tidak dimasukkan dalam penelitian ini, sehingga membatasi ukuran

sampel penelitian kami.

BAB 0

PENUTUP

 +.1 Kesimpulan

&ingkatnya, penelitian kami menun-ukkan bah4a memakai lensa kontak

tetap faktor risiko utama untuk keratitis mikroba di "ong Kong dan !seudomonas

aeruginosa adalah bakteri yang paling umum terisolasi. "al ini sebanding dengan

sebuah studi yang dilakukan di "ong Kong 11 tahun yang lalu dan penelitian lain

yang dilakukan di %sia /imur.

+.$ Kelebihan dan Kekurangan

+.$.1 Kelebihan

18

Page 19: JURR.docx

7/23/2019 JURR.docx

http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 19/19

%bstrak -elas, sehimgga dengan membaca abstraknya sa-a pembaca dapat

mengetahui hasil dari penelitian ersebut kesimpulan yang dibuat sudah terperinci

dan dipaparkan secara -elas prosedur penelitian disusun dengan teratur, sehingga

mudah untuk dipahami. !enelitian ini mencangkupi dalam demografi, faktor

risiko, dan profil mikrobiologi dari keratitis mikroba. Data dianalisis dan

dibandingkan dengan data historis sampel dari penelitian yang sudah dilakukan.

Bermanfaat bagi pembaca bisa menambah pengetahuan terkait faktorfaktor yang

menyebabkan keratitis dan kumankuman yang menyebabkan keratitis sehingga

 bisa terhindar dari keratitis .

 +.$.$ Kekurangan

%da beberapa keterbatasan penelitian ini. Karena ini adalah sebuah

 penelitian retrospektif, data klinis seperti persentase yang tepat dari pasien yang

menerima pengobatan antibiotik sebelum presentasi yang tidak tertera. Beberapa

kasus yang diduga keratitis mikroba mungkin lensa kontak infiltrat inflamasi steril

terkait. &elain itu, ukuran infiltrat tidak didokumentasikan dalam semua kasus dan

dengan demikian tidak mungkin untuk analisis yang lebih rinci. &elain itu, pasien

dengan keratitis mikroba kurang parah dikelola di klinik mata ra4at -alan tidak

dimasukkan dalam penelitian ini.

19