kep_barantan_pedoman penetapan dan pengelolaan laboratorium karantina hewan

27
7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 1/27  KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 384.a/kpts/PD.670.030/L/10/2007 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENGELOLAAN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN, Menimbang : a. Bahwa semakin meningkatnya frekuensi lalu lintas orang dan barang dalam konteks perdagangan internasional (antar negara) di era perdagangan bebas serta perdagangan antar wilayah, maka peluang masuknya dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina serta bahan berbahaya (hazard) lainnya yang dibawa oleh media pembawa (hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan) juga semakin meningkat; b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Karantina mempunyai peranan yang sangat strategis dalam upaya mencegah masuk dan menyebarnya HPHK serta bahan berbahaya (hazard) lainnya ke dalam/antar wilayah negara Republik Indonesia sehingga karantina harus mempersiapkan kemampuan infrastruktur teknisnya, khususnya laboratorium karantina hewan dan fasilitasnya; c. Bahwa pada saat ini kondisi laboratorium pada UPT Karantina Hewan sangat beragam dalam sarana dan prasarana serta sumber daya manusianya; d. Bahwa untuk mengatasi kondisi tersebut, maka Badan Karantina Pertanian perlu menetapkan Pedoman Penetapan dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan yang mengacu pada prinsip-prinsip laboratorium veteriner. 

Upload: iqbalsantosa

Post on 04-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 1/27

 

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIANNOMOR : 384.a/kpts/PD.670.030/L/10/2007

TENTANGPEDOMAN PENETAPAN DAN PENGELOLAAN LABORATORIUM

KARANTINA HEWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,

Menimbang : a. Bahwa semakin meningkatnya frekuensi lalu lintas

orang dan barang dalam konteks perdagangan

internasional (antar negara) di era perdagangan

bebas serta perdagangan antar wilayah, maka

peluang masuknya dan tersebarnya hama penyakit

hewan karantina serta bahan berbahaya (hazard)

lainnya yang dibawa oleh media pembawa (hewan,

bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan) juga

semakin meningkat;

b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas,

maka Karantina mempunyai peranan yang sangat

strategis dalam upaya mencegah masuk dan

menyebarnya HPHK serta bahan berbahaya (hazard)

lainnya ke dalam/antar wilayah negara Republik

Indonesia sehingga karantina harus mempersiapkan

kemampuan infrastruktur teknisnya, khususnya

laboratorium karantina hewan dan fasilitasnya;

c. Bahwa pada saat ini kondisi laboratorium pada UPT

Karantina Hewan sangat beragam dalam sarana dan

prasarana serta sumber daya manusianya;

d. Bahwa untuk mengatasi kondisi tersebut, maka

Badan Karantina Pertanian perlu menetapkan

Pedoman Penetapan dan Pengelolaan Laboratorium

Karantina Hewan yang mengacu pada prinsip-prinsiplaboratorium veteriner. 

Page 2: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 2/27

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan

Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824);

2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang

Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3482);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang

Karantina Hewan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang

Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian

Negara Republik Indonesia;

6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/

OT.140/10/2006 tentang Pedoman Tata Hubungan

Kerja Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan dan

Perlakuan Penyakit Hewan Karantina;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : PEDOMAN PENETAPAN DAN PENGELOLAANLABORATORIUM KARANTINA HEWAN SEBAGAIMANATERSEBUT DALAM LAMPIRAN SURAT KEPUTUSANINI;

KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam diktum

KESATU merupakan pedoman dalam menetapkan dan

mengelola laboratorium Karantina Hewan.

KETIGA : Pedoman yang telah ada dan sepanjang tidak

bertentangan dengan keputusan ini masih tetap berlaku; 

2

Page 3: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 3/27

KEEMPAT : Keputusan ini agar dilaksanakan sebaik-baiknya dengan

penuh tanggungjawab.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 4 Oktober 2007

Kepala Badan Karantina Pertanian,

Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA

NIP. 080. 069. 615,-

Tembusan disampaikan kepada Yth,

1. Menteri Pertanian;

2. Para Pejabat Eselon I Departemen Pertanian;

3. Para Pejabat Eselon II Badan Karantina Pertanian;

4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Hewan di seluruhIndonesia.

3

Page 4: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 4/27

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIANNOMOR : 384.a/kpts/PD.670.030/L/10/2007 TANGGAL : 4 Oktober 2007

TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN DAN PENGELOLAANLABORATORIUM KARANTINA HEWAN

BAB I

PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

Semakin meningkatnya frekuensi lalu lintas orang dan barang dalam konteks

perdagangan Internasional (antar negara) di era perdagangan bebas serta

perdagangan antar wilayah, maka peluang masuknya dan tersebarnya hama

penyakit hewan karantina (HPHK) serta bahan berbahaya (hazard) lainnya yang

dibawa oleh media pembawa (hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal

hewan) akan semakin besar pula. Dalam era globalisasi negara-negara yang

merupakan anggota WTO dalam kegiatan perdagangannya harus dapat

menerapkan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi tersebut. Salah

satu ketentuan dalam perdagangan internasional untuk komoditas pertanian

ditinjau dari aspek kesehatan adalah penerapan Sanitary and Phytosanitary dan

Food Safety, yaitu segala sesuatu yang dipersyaratkan harus berbasis ilmiah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Karantina mempunyai

peranan yang sangat strategis dalam upaya mencegah masuk dan menyebarnya

HPHK serta bahan berbahaya lainnya ke dalam/antar wilayah Negara Republik

Indonesia. Untuk itu maka Karantina harus mempersiapkan kemampuan

infrastruktur teknisnya, khususnya laboratorium karantina hewan dan fasilitasnya.

Laboratorium Karantina Hewan yang kompeten dan terakreditasi sangat

diperlukan dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi perkarantinaan

hewan saat ini dan pada masa yang akan datang. Sarana dan prasarana

laboratorium serta sumberdaya manusia dituntut untuk memenuhi standar yang

ditentukan dalam melaksanakan kegiatannya sehingga hasil pengujiannya dapat

diperoleh dalam waktu yang singkat dengan validitas dan akurasi yang tinggi.

Laboratorium karantina hewan merupakan bagian dari instalasi karantina

hewan yang berada di Unit-unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Hewan di

Balai Besar Karantina Hewan (BBKH), Balai Besar Uji Standar Karantina Hewan

(BBUSKP), Balai Karantina Hewan (BKH) dan Stasiun Karantina Hewan (SKH).

Dengan adanya Peraturan Menteri Nomor 51/Permentan/OT.140/ 10/2006

tentang Tata Hubungan Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan dan Perlakuan

Penyakit Hewan Karantina maka terjalinnya suatu kerjasama antara laboratorium

bidang kesehatan hewan termasuk laboratorium Karantina Hewan denganlaboratorium instansi terkait. Namun di beberapa lokasi UPT Karantina Hewan,

4

Page 5: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 5/27

frekuensi lalulintas media pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK)

cukup tinggi sehingga perlu meningkatkan fasilitas laboratorium Karantina Hewan

yang berada di lokasi tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut perlu suatukajian terhadap laboratorium UPT Karantina Hewan dengan mengacu pada

Pedoman Penetapan dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan.

Pada saat ini kondisi laboratorium pada UPT Karantina sangat beragam, baik

dalam sarana dan prasarana maupun sumber daya manusianya. Hal ini terjadi

disebabkan beberapa hal :

1. Belum adanya panduan untuk UPT Karantina Hewan dalam pengelolaan

laboratorium.

2. Pengadaan dan distribusi bahan dan alat laboratorium belum mempunyai

acuan yang standar.

3. Belum adanya system komunikasi dan informasi antar laboratorium

Karantina Hewan dalam pelaksanaan tindakan karantina impor, ekspor

dan antar area.

4. Distribusi petugas laboratorium berdasarkan jenjang jabatan fungsional

(Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner) belum sesuai dengan Tingkat

kebutuhan laboratorium Karantina Hewan.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, maka Badan

Karantina Pertanian, dalam hal ini Pusat Karantina Hewan, menetapkan

Panduan Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan yang mengacu pada prinsip-

prinsip laboratorium veteriner. Selain itu juga laboratorium Karantina Hewan akan

mengacu pada standar sumberdaya manusia dan sarana lingkup Badan

Karantina Pertanian (2004). Hal ini sangat diperlukan dalam menyusun program

pembangunan dan pengembangan laboratorium Karantina Hewan yang efisien

dan efektif.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan pedoman ini adalah sebagai acuan dalam:

1. Standar pembangunan dan pengembangan laboratorium Karantina

Hewan di UPT, meliputi jenis pengujian, peralatan dan bahan pengujian.

2. Standar kompetensi petugas laboratorium Karantina Hewan.

3. Standar pelatihan dalam rangka pengembangan laboratorium Karantina

Hewan.

4. Pedoman penetapan lokasi dan klasifikasi laboratorium Karantina Hewan.

5. Sistem komunikasi dan informasi laboratorium Karantina Hewan.

5

Page 6: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 6/27

 

BAB II

KLASIFIKASI LABORATORIUM

 A. Umum

Laboratorium Karantina Hewan secara organisasi merupakan salah satu

instrumen dalam pelaksanaan perkarantinaan yang memiliki peran strategis.

Dalam penetapan, pembangunan serta pengelolaan laboratorium Karantina

Hewan di suatu UPT perlu dilakukan pengaturan berdasarkan klasifikasi dari

laboratorium Karantina Hewan.

Klasifikasi Laboratorium merupakan gambaran kondisi laboratorium yang

diperlukan oleh suatu UPT Karantina Hewan sesuai dengan kebutuhan

operasional untuk mendukung pelaksanaan tindakan Karantina Hewan yang

menjadi tanggungjawab di wilayah kerjanya. Laboratorium Karantina Hewan

dapat dibedakan menjadi beberapa type (1,2,3) dengan mempertimbangkan

beberapa faktor kondisional di wilayah kerja UPT sebagai tolok ukur untuk

penetapannya.

B. Tolok Ukur Penetapan Klasifikasi Laboratorium

Untuk menetapkan Klasifikasi Laboratorium yang diperlukan di suatu UPT

Karantina Hewan, maka ada beberapa tolok ukur yang mendasari dalam

penetapannya, yaitu:

1. Jenis HPHK dan Biosafety Laboratorium

Jenis HPHK yang mungkin dibawa oleh media pembawa yang dilalu-

lintaskan baik impor, ekspor maupun antar area memiliki tingkat risiko yangberbeda. Perbedaan tingkat risiko menuntut pembedaan dalam cara

penanganannya dan fasilitas laboratorium yang diperlukan. Berdasarkan

tingkat risiko HPHK, maka tingkat biosafety laboratorium terbagi ke dalam 3

level laboratorium biosafety, yaitu:

a. Laboratorium Biosafety Level 1

Laboratorium yang digunakan untuk menangani HPHK yang di

sebabkan oleh agen penyakit enzootic, tidak kontagius serta

pemeriksaannya dengan cara yang sederhana.

6

Page 7: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 7/27

b. Laboratorium Biosafety Level 2

Laboratorium yang digunakan untuk menangani HPHK yang

dapat menular pada manusia dan hewan (zoonotic), tetapi tidak

menjadi bahaya serius pada manusia, hewan dan lingkungan. Agen

penyakitnya dapat dicegah dan dapat diobati, kemudian dapat di batasi

penyebaran agen penyakitnya.

c. Laboratorium Biosafety Level 3

Laboratorium yang digunakan untuk menangani media pembawa

yang diduga tertular atau mengandung HPHK bersifat eksotik atau

yang dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia, hewan dan

lingkungan, dan sulit dibatasi penyebaran penyakitnya sertamembutuhkan pengobatan efektif dan tindakan pencegahan yang

akurat. Agen penyakitnya termasuk ke dalam subjek yang dikontrol

oleh pemerintah.

2. Volume Kegiatan (ukuran dan frekuensi) Pengujian

Besaran volume kegiatan pengujian akan terkait dengan besaran

laboratorium dan fasilitas pendukungnya yang diperlukan oleh suatu

laboratorium Karantina Hewan. Semakin besar volume kegiatan pengujiandan kompleksitas komoditas peternakan yang dilalu-lintaskan semakin tinggi

kebutuhan sarana, prasarana dan jumlah sumberdaya manusia laboratorium.

3. Lokasi Geografis

Lokasi geografis dari suatu UPT Karantina Hewan seperti lokasi

strategis terkait dengan hubungan internasional, daerah terpencil/remote,

atau dekat dengan fasilitas laboratorium veteriner lainnya yang sudah lebih

maju merupakan salah satu pertimbangan dalam urgensi penetapan

klasifikasi laboratorium yang diperlukan oleh UPT Karantina Hewan. Hal ini

dapat juga terkait dengan tingkat risiko dari lokasi geografis, volume kegiatan

pengujian. Laboratorium Karantina Hewan yang melayani lalu-lintas

internasional perlu mewaspadai akan masuknya penyakit eksotik melalui

media pembawa. Lokasi remote dari suatu laboratorium karantina hewan

memerlukan suatu kemandirian dibanding dengan lokasinya yang berdekatan

dengan laboratorium veteriner yang sudah lebih maju. Lokasi geografis

tentunya juga terkait dengan sarana dan prasarana serta sumberdaya

manusia laboratorium yang diperlukan.

7

Page 8: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 8/27

a) Letak Geografis Strategis : Daerah Strategis /Banyak Pintu

Masuk/Perbatasan

Karantina Hewan mempunyai 40 UPT Karantina Hewan yang tersebardi seluruh wilayah Republik Indonesia dengan mempunyai karakteristik

yang berbeda-beda ditinjau dari :

1. Frekuensi lalulintas media pembawa dan jenis atau penggolongan

media pembawa HPHK;

2. Letak dan topografi wilayah yang berbatasan langsung dengan

wilayah darat atau laut negara tetangga yang mempunyai status

HPHK yang berbeda dengan Indonesia dan rawan penyelundupan

media HPHK seperti Batam, Kepulauan Riau, Entikong, Tarakan,

Papua, NTT dan Sulawesi Utara;

3. Banyaknya exit/entry point yang tidak ada/tidak diawasi oleh

petugas karantina (Batam, Daerah sepanjang pantai Timur Pulau

Utara dan lain-lain);

4. Tingkat pelabuhan yang merupakan wilayah kerja UPT Karantina

Hewan yaitu pelabuhan penyeberangan dimana lalulintas

komoditas sangat padat dan cepat seperti Merak, Lampung

(Bakauheni), Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara.

Untuk wilayah kerja UPT Karantina Hewan dengan risiko tertular HPHK

lebih tinggi seperti daerah perbatasan, frekuensi lalulintas media

pembawa HPHK tinggi, exit/entry point yang tidak terawasi atau rawan,

maka diperlukan kriteria/tingkat laboratorium yang berbeda dengan

daerah yang mempunyai risiko tertular HPHK rendah atau sedang.

b) Daerah Penunjang Peternakan

Untuk daerah-daerah yang merupakan sentra/pusat komoditi

peternakan, dimana kegiatan utama perekonomian dan perdagangan

adalah pada sektor peternakan seperti Jawa, Sulawesi Selatan,Lampung, Bali, NTB, dan lain-lainnya memerlukan kriteria/tingkat

laboratorium karantina hewan yang berbeda dengan daerah yang

perekonomian dan perdagangan tidak ditunjang pada sektor

peternakan. Hal ini bertujuan untuk mencegah masuk dan tersebarnya

HPHK serta pengendaliannya. Peranan laboratorium secara tidak

langsung akan meningkatkan produktifitas ternak baik kuantitatif

maupun kualitas dan meningkatkan perekonomian daerah sentra/pusat

peternakan tersebut.

8

Page 9: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 9/27

C. Klasifikasi Laboratorium

Klasifikasi laboratorium Karantina Hewan terdiri dari 4 tingkat. Setiap tingkat

memiliki kemampuan berbeda dengan paremeter tingkat keamanan, jenis

pengujian, sarana dan prasarana, geografis dan pintu masuk/keluar serta

kompetensi sumber daya manusia. Selain itu dipertimbangkan juga hal-hal terkait

dengan jumlah volume dan frekuensi kegiatan.

1. Laboratorium Tingkat 1

Laboratorium Tingkat 1 memiliki kriteria dengan kemampuan

melaksanakan pemeriksaan dan pengujian dengan menggunakan

metodologi sederhana seperti screening  (uji tapis) dan rapid test (uji cepat)

dengan peralatan yang sederhana, pengujian uji tapis terhadap residu obat

hewan dan pestisida yang termasuk golongan B3.

Laboratorium ini ada di wilayah yang menangani antar area/domestik,

dengan volume dan frekuensi yang rendah sampai sedang. Luas bangunan

minimum 50 m2, terdiri dari ruang penerimaan sampel, ruang pengujian, serta

ruang staf. Tenaga laboratorium sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari

medik dan paramedik veteriner yang memiliki jenjang fungsional dan telah

mendapat pelatihan laboratorium sesuai dengan jenis pengujian serta bekerja

secara penuh di laboratorium. Tingkat keamanan laboratorium minimal

Biosafety Level 1 (BSL1).

2. Laboratorium Tingkat 2

Laboratorium Tingkat 2 memiliki kriteria dengan kemampuan

melaksanakan pemeriksaan dan pengujian dengan menggunakan metodologi

yang kompleks seperti uji isolasi dan identifikasi serta uji konfirmasi untuk

agen penyakit, uji konfirmasi (peneguhan) terhadap residu obat hewan,

pestisida dan kimia yang termasuk golongan B3.

 Ada di wilayah yang menangani antar area/domestik, dengan volume dan

frekuensi yang sedang sampai tinggi. Luas bangunan minimum 150 m2, terdiri

dari ruang khusus untuk pengujian seperti penerimaan sampel, ruang

preparasi sampel, ruang pengujian steril dan non steril , ruang staf serta

fasilitas pengolahan limbah sederhana. Tenaga laboratorium terdiri dari

medik dan paramedik yang telah mendapat pelatihan laboratorium sesuai

dengan jenis pengujian serta bekerja secara penuh di laboratorium. Tingkat

keamanan laboratorium umumnya Biosafety Level 2 (BSL2). 

9

Page 10: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 10/27

3. Laboratorium Tingkat 3

Laboratorium Tingkat 3 memiliki kemampuan melaksanakan pemeriksaan

dan pengujian dengan menggunakan metodologi yang sangat kompleksdengan peralatan yang spesifik dan sensitif termasuk Genetic Modified

Organisms (GMO).

 Ada di wilayah yang menangani impor/ekspor dengan volume dan frekuensi

yang sedang sampai tinggi. Luas bangunan minimum 250 m2, terdiri dari

ruang penerimaan sampel, ruang preparasi sampel, ruang pengujian yang

terpisah dan terdiri dari ruang bakteriologi, virologi, mikologi, parasitologi,

patologi, hematologi, ruang isolasi dan identifikasi, juga didukung fasilitas

insinerator, pengolahan limbah sederhana, serta ruang staf. Laboratorium

tingkat ini juga mampu melakukan pengujian sentinel dan uji keamanan

pangan (food safety). Tenaga laboratorium terdiri dari medik dan paramedik

veteriner yang telah mendapat pelatihan laboratorium sesuai dengan jenis

pengujian serta bekerja secara penuh di laboratorium. Tingkat keamanan

laboratorium secara umum minimal Biosafety Level 2. Tergantung pada letak

geografis dan layanan lalu-lintas, bila dipandang memiliki risiko untuk

melakukan pengujian penyakit eksotik dan zoonotik berbahaya, maka

laboratorium ini dapat memiliki laboratorium tingkat keamanan

tinggi/Bisosafety Level 3 (BSL3).

4. Laboratorium Uji Standar

Laboratorium Uji Standar adalah laboratorium yang memiliki seluruh

kemampuan yang dimiliki oleh semua tingkatan ditambah dengan kemampuan

melakukan uji in-vivo (dengan hewan percobaan). Luas bangunan minimum

1.000 m2 dilengkapi dengan laboratorium untuk pemeriksaan hama penyakit

hewan menular dan tidak menular, laboratorium analisis, insinerator, kandang

karantina serta fasilitas pengolahan limbah. Tenaga laboratorium terdiri dari

medik dan paramedik veteriner yang telah mendapat pelatihan laboratoriumsesuai dengan jenis pengujian serta bekerja secara penuh di laboratorium.

Laboratorium ini mengembangkan uji-uji standar yang dapat diaplikasikan

untuk penguatan Laboratorium Tingkat 1 – 3. Tingkat keamanan laboratorium

minimal Biosafety Level 2 dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan

kandang hewan percobaan BSL-3.

D. Tata Cara Penetapan Klasi fikasi Laborator ium yang Diperlukan Oleh UPT

Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan yang diperlukan oleh suatu UPT

ditetapkan setelah dilakukan kajian dan analisis yang mempertimbangkan

10

Page 11: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 11/27

berbagai tolok ukur, yaitu meliputi kebutuhan tingkat keamanan, jenis pengujian,

sarana dan prasarana, kompetensi sumber daya yang dikaitkan dengan letak

geografis dan pintu masuk/keluar serta jumlah volume dan frekuensi kegiatan.Klasifikasi laboratorium ini akan mencerminkan kemampuan dan kapasitas

suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian laboratorium

dalam rangka untuk memenuhi beban tupoksi yang diemban dalam

melaksanakan tindakan karantina hewan. Kemampuan ini didukung oleh

pengujian secara cepat, kompleks luasan bangunan dan fasilitas pendukung

pengujian yang memadai.

Klasifikasi laboratorium ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian

setelah dilakukan kajian oleh Tim yang ditunjuk.

11

Page 12: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 12/27

 

BAB III

PERSYARATAN SARANA , PRASARANA DAN SUMBERDAYA MANUSIA

LABORATORIUM

Sarana, prasarana dan sumberdaya manusia di Laboratorium Karantina

Hewan ditetapkan dan dibangun dengan mengacu pada hasil analisis kebutuhan dan

klasifikasi laboratorium yang ditetapkan. Tataruang serta spesifikasi tingkat

keamanan laboratorium mengacu kepada standar laboratorium biosafety yang

berlaku.

 A. Laborator ium

Laboratorium Karantina Hewan dibangun mengikuti standar laboratorium

untuk pemeriksaan dan penanganan hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan

untuk pemeriksaan keamanan hayati, dengan memenuhi ketentuan sebagai berkut:

1. Laboratorium berada dalam suatu gedung/bangunan yang terpisah dari

gedung/bangunan untuk aktifitas administrasi perkantoran lainnya.

2. Laboratorium, adalah laboratorium untuk diagnostik atau pengujian,bukan untuk penelitian, untuk pemeriksaan agen penyakit secara patologi,

virologi, bakteriologi, mikologi, parasitologi dan untuk keamanan hayati.

3. Laboratorium terdiri dari beberapa ruangan yang terpisah masing-masing

berfungsi untuk ruang klien, penerimaan spesimen, pengujian/diagnostik,

penyimpanan alat gelas/plastik, bahan kimia, pembuatan bahan media,

ruang pengukuran/penimbangan, ruang referensi/pustaka, penyimpanan

spesimen pasca uji, ruang pengolah data/surat menyurat, ruang petugas

(staf, medik dan paramedik, dan pendukung lainnya), ruang hewan coba,

ruang cuci/strerilisasi dan gudang.

4. Untuk ruang pengujian dapat terpisah atau bergabung untuk setiap

kelompok agen penyakit, seperti untuk agen virus, bakteri, mikologi,

parasitologi, atau kimia, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan volume

kegiatan.

5. Laboratorium didukung dengan fasilitas komunikasi, pengolah limbah cair

dan padat, suplai air darurat (tangki air), serta suplai listrik darurat

(generator listrik).

6. Tataruang laboratorium dan spesifikasi ruang laboratorium dirancangsesuai dengan tingkat keamanan laboratorium yang diperlukan dengan

12

Page 13: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 13/27

berpedoman pada: Laboratory Biosafety Manual World Health

Organization (WHO), Third edition (2004):; Biosafety in Microbiological

and Biomedical Laboratories  (BMBL) Center Disease Control (CDC),Forth edition (1989) atau Canadian Laboratory Biosafety Guidlines, Third

edition (2004).

B. Jenis Pengujian

Jenis pengujian yang akan digunakan di laboratorium uji ditetapkan setelah

dilakukan analisis kebutuhan. Secara umum ketentuan jenis pengujian yang akan

digunakan sebagai berikut:

1. Jenis pengujian untuk setiap agen penyakit dapat berupa pengujian secaraisolasi menggunakan kultur/media buatan atau kit, identifikasi secara kimia,

biologis, pendeteksian agen secara visual atau bantuan mikroskop, secara

serologi, molekuler atau dengan penggunaan kit komersial untuk diagnostik.

2. Jenis pengujian yang digunakan oleh suatu laboratorium ditentukan setelah

dilakukan analisa kebutuhan yang terkait dengan kemungkinan agen penyakit

yang dilalulintaskan, volume pengujian, serta keragaman jenis media

pembawa.

3. Jenis pengujian yang harus tersedia di laboratorium, juga terkait erat dengan

klasifikasi laboratorium yang telah ditetapkan

4. Laboratorium Tingkat I: Jenis pengujian yang memiliki tingkat risiko rendah,

dikhususkan untuk pengujian yang sederhana, cepat meliputi : organoleptik,

serologis sederhana dan Identifikasi agen parasit.

5. Laboratorium Tingkat II: Jenis pengujian yang memiliki tingkat risiko sedang,

dikhususkan untuk pengujian sederhana dan lebih komplek meliputi :

organoleptik, serologis sederhana , Isolasi dan identifikasi bakteri

6. Laboratorium Tingkat III: Jenis pengujian yang memiliki tingkat resiko rendah

sampai tinggi, teknik pengujian dari yang sederhana sampai yang

sulit/komplek, serta dapat menguji penyakit-penyakit eksotik, meliputi :

Serologis sederhana sampai komplek, isolasi dan identifikasi bakteri dan

virus, teknik biologi molekuler, dan uji biologis pada hewan coba.

7. Laboratorium Uji Standar: memiliki semua jenis pengujian yang ada dan

diaplikasikan di Laboratorium Tingkat 1 sampai 3. Penguasaan semua uji ini

digunakan disamping untuk pengujian, juga untuk melakukan evaluasi,

validasi dan uji profisiensi uji di Laboratorium Tingkat I, II, dan III. Disamping

itu laboratorium ini memiliki kemampuan melaksanakan uji untuk penyakit-

penyakit eksotik. Jenis pengujian, meliputi : serologis sederhana sampai

13

Page 14: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 14/27

kompleks, isolasi dan identifikasi mikroba (bakteri, virus, parasit, jamur), uji

biologi molekuler, serta uji biologis pada hewan coba.

C. Peralatan Laboratorium

Laboratorium Pengujian dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya

dilengkapi dengan peralatan yang memadai sesuai dengan kebutuhan, terdiri dari

peralatan inti dan peralatan pendukung sebagai berikut:

1. Peralatan inti laboratorium terdiri peralatan laboratorium yang berfungsi untuk

melakukan proses pengujian dengan aman, pengukuran/ penimbangan,

pengendapan/konsentrasi, alat pengujian/detektor, visualisasi, sterilisasi dan

pemusnah limbah.

2. Bedasarkan fungsi dari peralatan tersebut di atas, yang harus tersedia di

laboratorium minimal adalah kabinet Biohazard kelas II (BSC class II), alat

timbang berat, alat ukur volume, pH meter, mikro/makro pipet, alat gelas,

sentrifuge, ELISA reader, mikroskop, inkubator, pembuat air destilasi, alat

filtrasi, penyimpan limbah benda tajam dan atau cair, autoclave, dan

insinerator.

3. Peralatan/bahan pendukung untuk proteksi petugas berupa sarung tangan,

masker, pelindung mata (kaca mata), penutup kepala, jas laboratorium, dan

sepatu laboratorium. Untuk keselamatan bekerja juga dilengkapi dengan

penyiram air darurat (emergency shower ), bahan untuk pertolongan pertama

pada kecelakaan (P3K) dan alat pemadam api.

D. Sumber Daya Manusia

1. Standar Kompetensi Petugas Laboratorium Karantina Hewan

Untuk meningkatkan kompetensi dan sekaligus jenjang karir petugas

laboratorium karantina hewan baik medik veteriner maupun paramedik

veteriner, maka pelaksanaan standar pola karir disesuaikan dengan

tingkatan/jenjang jabatan fungsional medik dan paramedik veteriner yang

terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

a. Medik Veteriner Pertama

Dengan kompetensi yang dimiliki Medik Veteriner Pertama

melaksanakan tugas dan fungsinya: melakukan pengujian parasit sederhana;

pengujian kalibrasi alat tingkat kesulitan I (alat manual); pemeriksaan dan

14

Page 15: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 15/27

bedah bangkai/patologi anatomi pada unggas; serta menyiapkan bahan untuk

pengujian dan sampel bahan.

b. Medik Veteriner Muda

Dengan kompetensi yang dimiliki Medik Veteriner Muda

melaksanakan tugas dan fungsinya: melakukan pengujian kalibrasi alat

tingkat kesulitan II (alat elektronik); pengujian cemaran mikroba dan residu;

serta melakukan pengambilan sample.

c. Medik Veteriner Madya

Dengan kompetensi yang dimiliki Medik Veteriner Madya

melaksanakan tugas dan fungsinya: mengkaji dan menganalisa hasil

laboratorium; memberikan rekomendasi analisa risiko terhadap hasil

laboratorium.

d. Paramedik Veteriner Pelaksana

Dengan kompetensi yang dimiliki Paramedik Veteriner Pelaksana

melaksanakan tugas dan fungsinya: menyiapkan media dan sampel

sederhana; melakukan persiapan uji produk hewan sederhana; memelihara

peralatan secara sederhana.

e. Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan

Dengan kompetensi yang dimiliki, Paramedik Veteriner Pelaksana

Lanjutanmelaksanakan tugas dan fungsinya: menyiapkan media dan sampel

kompleks; melakukan persiapan uji produk hewan kompleks; memeliharaperalatan kompleks; kalibrasi alat/bahan secara sederhana (volume).

f. Paramedik Veteriner Penyelia

Dengan kompetensi yang dimiliki, Paramedik Veteriner Penyelia

melaksanakan tugas dan fungsinya: melakukan kalibrasi alat/bahan secara

komples, serta melakukan pengambilan spesimen/sampel dan pembuatan

preparat tingkat kesulitan III

15

Page 16: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 16/27

2. Standar Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia

Untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan petugas laboratorium

dalam pengembangan teknik dan metoda pemeriksaan dan pengujian

laboratorium, maka dianjurkan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai

pengembangan laboratorium baik yang diselenggarakan di dalam negeri dan

luar negeri. Adapun pelatihan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pelatihan manajemen mutu laboratorium dan penyusunan dokumen

sistem mutu (ISO/IEC 17025: tahun 2005);

b) Pelatihan pengambilan dan penyimpanan contoh/sampel;

c) Pelatihan pengiriman contoh/sample dan bahan biologis berbahaya;

d) Pelatihan auditor internal;

e) Pelatihan diagnostik laboratorium untuk metode tertentu sesuai kemajuan

IPTEK;

f) Pelatihan kalibrasi peralatan laboratorium;

g) Pelatihan biosafety dan biosecurity pada laboratorium;

h) Pelatihan teknik dan metode sampling.

Pelaksanaan pelatihan ini dapat diselenggarakan dengan metode

pelatihan khusus, magang, atau training on trainer .

3. Jumlah Sumber Daya Manusia

Kebutuhan jumlah sumber daya manusia (SDM) dengan tingkat

kompetensi dan kualifikasi yang dipersyaratkan untuk laboratorium

disesuaikan dengan tingkat laboratorium (Laboratorium Tingkat I, II, III),

volume kegiatan pengujian, jenis uji dan tingkat kesulitan pengujian. Jumlah

SDM yang diperlukan ditetapkan setelah dilakukan analisis kritis masa/critical

mass untuk melaksanakan tupoksi di suatu laboratorium.

16

Page 17: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 17/27

 

BAB IV

PENUTUP

Pedoman ini merupakan acuan dalam penetapan dan pengelolaan

Laboratorium Karantina Hewan dengan harapan agar penataan suatu laboratorium di

UPT Karantina Hewan disesuaikan dengan kebutuhan yang berdasar pada standar

yang ditetapkan.

Kepala Badan Karantina Pertanian,

Ir. Syukur Iwantoro, MS., MBA

NIP. 080. 069. 615 

17

Page 18: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 18/27

Lampiran.

 A. Tabel kuis ioner untuk Unit Pelaksana Teknis yang dikaji

No Kriteria Uraian Bobot Nilai Keterangan

1 Tingkatkeamanan yangdiperlukan

Jenis mediapembawa

Jenispenyakit

Status

penyakitdaerah asal

2 Geografis Pintumasuk/keluar

Impor

Ekspor

 Antar Area

Lintas batas

Daerahstrategissentraproduksi

ternak Adanyalaboratoriumveterinerlainnya

3 Jenis komoditi

Hewan hidup

BAH

HBAH

Benda lain

4 Jenis pengujian

yang diperlukan Sederhana

Kompleks

Sangatkompleks

5 Sarana 0 Untuk poin iniakan diberikankajian khusus

Peralatanlaboratorium

a. peralatanutama

b. peralatanpenunjang

18

Page 19: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 19/27

  Gedung

Bahan habispakai

Bahanstandar

Kendaraandan tempatangkutsample

Insinerator

Pengolahlimbah

Generator

Sumber air

Kandangpercobaan

Refrigerator,freezer, deepfreezer

6 KompetensiSDM 0 Untuk poin iniakan diberikankajian khusus

Pendidikanformal

Pelatihansesuai

kompetensiPengalamankerja

7 Volume kegiatan Sedikit

Sedang

Banyak

8 Frekuensi Rendah

Sedang

Tinggi

9 Saranapenunjanglainnya

Telepon,internet,faximile,intercom

0 Untuk poin iniakan diberikankajian khusus

19

Page 20: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 20/27

 

B. Bahan Dan Alat Pengujian Laboratorium Karantina Hewan

1. Laboratorium Tingkat 1

- Autoclave basah, autoclave kering, water bath, stonmacher, microskop

binocular dilengkapi dengan tustel, refrigerator.

- Pemeriksaan residu obat hewan belum bisa dilakukan pada

laboratorium tingkat 1.

1.1. Pemeriksaan Parasit.- Mikroskop binocular, bunsen, tabung reaksi, object dan cover

glass;

- Lar KOH;

- Mikroskopis binokula parasit, petri dish;

- Lar NaCL fisiologis;

- Mikroskopis binocular, object and cover glass, beaker glass,

pengaduk, tabung reaksi, sentrifus, Erlenmeyer terbalik;

- Garam (Na2CO3), NaCL fisiologis.

1.2. Pemeriksaan Bakteri dan Jamur.

- Petri dish, beaker glass, tabung reaksi, tusuk/tutup tabung, water

bath, gunting, pinset, balance, plastik, mortar (atau stomacher);

- Larutan peptone water ethyl alchohol, HCL, MgO, Malachite

Green, PbS;

- Kertas saring, kertas lakmus;

- Object dan cover glass, Bunsen, Mikroskopis binokular;

- Larutan pewarnaan gram (4 jenis), lar. Pewarnaan Seller;

- Object glass, Ose;- Darah atau serum, antigen atau antibodi;

- Mikroskopis binokular, object and cover glass;

- Larutan pewarnaan Giemsa;

- Object glass, Ose, Jarum suntik;

- Antigen, lar. Pewarnaan seller;

1.3. Pemeriksaan organoleptik dan pembusukan.

1.4. Pemeriksaan uji cepat (rapid test) dengan kit (untuk diagnostik

penyakit hewan dan keamanan hayati).

20

Page 21: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 21/27

2. Laboratorium Tingkat 2

- Dilengkapi dengan lampu UV.

- Laminar air flow blosafety level 2, oven incubator, autoclave basah dan

autoclave kering, sentrifuge 3000 rpm, sentrifuge haematocrite,

magnetic stirrer, water bath, mikroskop binocular dengan tustel, total PL

count, refrigerator.

2.1. Pemeriksaan Parasit

- Alat penghitung Whitlock;

- Botol bermulut lebar, cawan petri;

- Medium vermiculate;- Haematocrite sentrifuge, haematocrite tube.

2.2. Pemeriksaan Bakteri

- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, ose loop dan

ose ujung jarum;

- Kertas saring;

- Media biakan, aqua bidestilata steril.

2.3. Pemeriksaan Jamur

- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer;

- Kertas saring;

- Media biakan.

2.4. Pemeriksaan Virus

- Mikrotiter plate, mikropipet, pipet ependorf

- Telur embrio tertunas (telur SPF), antigen, antibodi

2.5. Pemeriksaan residu antibiotik :

untuk uji tapis dengan menggunakan metode bioassay

Bahan

- Bakto pepton,

- Bakto agar,

- beef extract,

- yeast extract,

- Tryptone,

- D (+) Glukosa,

- Potassium Dihidrogen Phosfat (KH2PO4),

21

Page 22: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 22/27

- pasir kuarsa,

- Asam Hidro Klorida (HCl) pro analisis (p.a) ,

- Sodium Klorida (NaCl) pro analisis,

- Sodium Hidroksida (NaOH) pro analisis.- Disodium Hidrogen Phosfat (Na2HPO4)p.a,

- Potassium Hidroksida (KOH) p.a,

- Hidrogen Phosfat (H3PO4) p.a,

Kuman Uji  :

- Micrococcus luteus ATCC 9341 untuk golongan Makrolida

- Spora Bacillus subtilis ATCC 6633 untuk golongan Aminoglikosida

- Spora Bacillus cereus ATCC 11778 untuk golongan Tetrasiklin

- Spora Bacillus calidolactis untuk golongan Penisilin

Larutan standar antibiotika

- Larutan standar Penisilin Natrium (PC-Na ) untuk golongan

Penisilin

- Larutan standar Kanamisin Sulfat (KM-SO4) untuk golongan

 Aminoglikosida

- Larutan standar Tilosin Tartrate (TS-Tartrat) untuk golongan

Makrolida

- Larutan standar Oksitetrasiklin Klorida (OTC-HCl) untuk golongan

Tetrasiklin

Kultur Media

Inokulasikan suspensi kuman uji dengan jumlah yang sesuai dengan

hasil kalibrasi kuman uji atau spora  kedalam media agar sebagai

berikut:

- Spora Bacillus colidolactis  pada media B. colidolactis  (media

calidolactis)

- Spora Bacilus subtilis ATCC 6633 pada media Bacillus subtilis 

- Kuman vegetatif  Micrococcus luteus  ATCC 9341 pada media M.

luteus 

- Spora Bacillus cereus ATCC 11778 pada media B. cereus 

 Alat

- neraca/timbangan,

- pengocok tabung,

- penangas air,

- homogenizer  atau mortar,

- pH meter,

- jangka sorong (caliper ) atau alat pengukur diameter zona

hambatan (antibiotic zone reader ). 

- gelas ukur 100 ml; 500 ml,

- Erlenmeyer 250 ml; 500 ml,

- Cawan petri 100x12 mm,

22

Page 23: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 23/27

- tabung reaksi ukuran 7 ml; 20 ml; 50ml,

- tabung sentrifus ukuran 50 ml,

- labu ukur 50 ml; 100 ml,

- botol timbang ukuran 20 ml,- pipet volumetric ukuran 1 ml; 2 ml; 3 ml; 5 ml; 10 ml;18 ml,

- pipet graduasi ukuran 1 ml; 5 ml; 7 ml; 10 ml ; 20 ml,

- mikropipet 50µl-250 µl,

- kertas cakram (paper disk) tebal (thick) dengan diameter 8 mm

atau 10 mm.

3. Laboratorium Tingkat 3:

Peralatan sama dengan level 1 dan 2 ditambah ELISA reader, ELISA washer,

vacuum, mikroskop fluorescense, laminar air flow biosafety level 3.

3.1. Pemeriksaan Parasit

- Mikroplate, mikropipet, mikropipet tube;

- Larutan PBS, konjugat, larutan diterjen, Buffer Immunoglobulin,

NaCL.

3.2. Pemeriksaan Bakteri- Petri dish, mikroplate, mikropipet, mikropipet tube;

- Agar gel neutralisasi, larutan PBS, konjugat, larutan diterjen,

Buffer, Immunoglobulin, NaCL antibiotik, antigen, antibodi.

3.3. Pemeriksaan Jamur

- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer;

- Kertas saring;

- Media biakan.

3.4. Pemeriksaan Virus

- Petri dish, mikroplate, mikropipet, mikropipet tube;

- Agar gel neutralisasi, larutan PBS, konjugat, larutan diterjen,

Buffer, Immunoglobulin, NaCL antibiotik, antigen, antibodi.

3.5. Pemeriksaan Residu Antibiotik

Untuk uji tapis dengan menggunakan metode ELISA

23

Page 24: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 24/27

 

Bahan

Kit ELISA yang terdiri dari :

- plate ELISA yang telah dilapisi (coated) dengan antibodi atauantigen

- standar antibiotik

- Konjugate atau enzim penanda

- Substrat

- Larutan pencuci

- Larutan penghenti reaksi (stop solution)

Peralatan

- Timbangan

- Gelas ukur- Single mikro pipet 5-50 µl, 50-1000 µl

- Multi channel mikro pipet 5-50 µl, 50-300 µl

- Bak reservoar

- Homogenizer/stomacher /mortar,

- Sentrifuger atau filter

- Penangas air

- Inkubator

- ELISA Plate washer  atau labu semprot

- ELISA Plate Reader  dengan filter panjang gelombang 400-600 nm

- Komputer

Untuk uji konfi rmasi dengan menggunakan HPLC

Peralatan umumnya terdiri dari :

- Neraca analitik

- Botol timbang

- Gelas ukur (100 mL dan 10 mL.)

- Erlenmeyer (125 mL)

- Labu ukur 10 ml, 500 mL dan 1000 mL)

- Mikropipet tip 200 μl dan 1000 μl

- Corong gelas

- Pipet gelas

- Alat penguap (vacum rotary evaporator )

- Nitrogen evaporator

- Tabung sentrifus

- Labu penguap (florentin 125 mL.)

- Kertas saring Whatman No. 41

- Mikro pipet (50-200μl, 200-1000μl )

- Cartridge Sep-pak C-18

- Botol contoh

24

Page 25: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 25/27

- Seperangkat HPLC dengan kolom reverse phase, dan detector

UV, flourescent

Bahan- Asetonitril p.a.

- Dinatrium hidrogen phosphat dihidrat

- Asam asetat

- Natrium EDTA

- Asam oksalat

- Metanol p.a.

- Metanol (chromatography grade)

- Asetonitril (chromatography grade)

- Kloroform

- Standar antibiotik yang akan diperiksa

4. Laboratorium Uji Standar

Peralatan sama dengan level 1, 2 dan 3 ditambah peralatan PCR, mikroskop

elektron

4.1. Pemeriksaan Parasit, Pemeriksaan Bakteri, Pemeriksaan Jamur,

Pemeriksaan Virus, Pemeriksaan Residu, Histopatologis

- Microcentrifuge, 12.000 rpm, elektrophasterisi, power supply,transminator, kacamata anti UV, vorstex untuk tabung, alat untuk

deiomisasi water, mikropipet tip, tip ART, tabung eyerdorf, NRNA

C. Standar Pengujian Diagnost ik (Metode Uji)

1. Laboratorium level 1 :

1.1. Tingkat risiko dan pengujian rendah, dikhususkan untuk pengujian :sederhana, cepat meliputi : Organoleptik, Serologis sederhana dan

Identifikasi parasit.

1.2. Jenis Pengujian :

- pH daging;

- Uji kebusukan daging dan uji organoleptik;

- Uji kesempurnaan pengeluaran darah;

- Uji sederhana untuk susu;

- Rapid test : AI, RBT, Pulorum Test, Mycoplasma rapid test;

- Patologi Anatomi;- Parasit darah;

25

Page 26: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 26/27

- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);

- Parasit Pencernaan.

2. Laboratorium level 2 :

2.1. Tingkat risiko dan pengujian sedang, dikhususkan untuk pengujian

sederhana, kompleks meliputi : Organoleptik, Serologis sederhana dan

kompleks, Isolasi dan identifikasi bakteri

2.2. Jenis Pengujian :

- pH daging;

- Uji kebusukan daging dan uji organoleptik;

- Uji kesempurnaan pengeluaran darah;- Uji sederhana untuk susu;

- Rapid test : AI, RBT, Pulorum Test, Mycoplasma rapid test;

- Patologi Anatomi;

- Parasit darah;

- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);

- Parasit Pencernaan;

- HA-HI Test;

- Cemaran mikroba;

- Identifikasi bakteri dan gram stain;

- Parasit darah;

- CFT;

- AGPT;

- Uji biologis;

- ELISA;

- Uji residu sederhana;

- Mikroskopis MB.

3. Laboratorium level 3 :

3.1. Tingkat risiko dan kesulitan pengujian dari yang sederhana sampai yang

sulit dan dikhususkan untuk penyakit-penyakit eksotik, meliputi :

Serologis sederhana dan kompleks, Isolasi dan identifikasi bakteri dan

virus serta biologi molekuler

3.2. Jenis Pengujian :

- pH daging;

- Uji kebusukan daging dan uji organoleptik;- Uji kesempurnaan pengeluaran darah;

26

Page 27: Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

7/21/2019 Kep_barantan_pedoman Penetapan Dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan

http://slidepdf.com/reader/full/kepbarantanpedoman-penetapan-dan-pengelolaan-laboratorium-karantina-hewan 27/27

- Uji sederhana untuk susu;

- Rapid test : AI, RBT, Pulorum Test, Mycoplasma rapid test;

- Patologi Anatomi;- Parasit darah;

- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);

- Parasit Pencernaan;

- HA-HI Test;

- Cemaran mikroba;

- Identifikasi bakteri dan gram stain;

- Parasit darah;

- CFT;

- AGPT;

- Uji biologis;

- ELISA, PCR;

- Uji residu sederhana;

- Mikroskopis MBM;

- Identifikasi dan isolasi bakteri;

- Ascoli tes (anthraks);

- SNT;

- MAT;

- FAT;

- Histopatologi;- Patologi Klinik;

- Uji-uji biologis kompleks;

- PCR END POINT;

- Real Time PCR;

- Squensing;

- Tissue Cultur;

- Pengembangan Metode Pengujian, Kajian Penyakit eksotik;

- Kajian GMO dan IAS;

- Kajian Penyakit Eksotik.