laporan praktikum alkalimetri 1.pdf

Upload: nahri-azizah

Post on 17-Feb-2018

737 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    1/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 1

    Laporan Praktikum Alkalimetri

    I.

    TujuanTujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar CH3COOH.

    II. Tinjauan Pustaka

    Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi

    yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah

    contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai

    yang tak diketahui. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-

    larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetric (Keenan, 1980).

    Analisa volumetrik (titrimetri) merupakan bagian dari kimia analisa

    kuantitatif, dimana penentuan zat dilakukan dengan cara pengukuran volume

    larutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya yang bereaksi secara

    kuantitatif dengan larutan yang ditentukan.

    Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia

    seperti :

    aA + tT produk

    Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang

    disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya

    dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. (Khopkar,

    1984)

    Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa

    untuk menentukan jumlah asam yang ada (Daintith, 1997).

    Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret

    yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi

    reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang

    diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang

    menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik

    ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik

    akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang

    membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi

    merupakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan

    menyebabkan perubahan warna indikator. Kedua cara di atas termasuk analisis

    titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih

    sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetati, dilihat dari segi kata,

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    2/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 2

    titrimetrik lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh

    titrasi.

    Rekasi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik

    asam-basa adalah sebagai berikut :

    Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa,

    maka reksinya adalah : HA + OH-A

    -+ H2O

    Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka

    reaksinya adalah : BOH + H+ B

    ++ H2O

    Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam

    basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H++ OH

    - H2O dan terdiri dari beberapa

    kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat

    dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.

    Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam

    analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis

    kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan

    bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan

    HCl. (Underwood, 1986)

    Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan

    dua macam cara, yaitu :

    1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen

    (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.

    Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),

    Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau

    V1 x N1 = V2 x N 2

    Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama

    dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam

    berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1 N.

    2. Berdasarkan koefisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol Misalnya

    untuk reaksi : 2 NaOH + (COOH)2(COONa) + H2O(COOH)2 = 2

    NaOH Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH,

    sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume

    (COOH)2, maka :

    V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2

    Oleh sebab itu : V NaOH x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M

    (COOH)2x

    Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam

    suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    3/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 3

    larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung

    ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang

    terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:

    1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan

    (sebaiknya pada suhu 110-1200C).

    2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan

    penimbangan dapat diabaikan.

    3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

    4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif

    atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat

    pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).

    5.

    Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.

    Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan

    cermat dengan eksperimen.

    6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi

    ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi

    oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga

    agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

    Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk

    itu digunakan pengamatan dengan indicator, bila pH pada titik ekivalen antara 4-

    10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah

    jika penitrasian tetapan disosiasi asam lemah besar dari 104. Pada reaksi asam

    basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul yang lain.

    Dalam aside-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini

    yang dapat melepaskan 1 mol ion H+. Proses untuk menentukan banyaknya

    ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau

    sebaliknya disebut titrasi, sehingga :

    Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa.

    Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut

    titrasi. Titik (saat) dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara)

    atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu

    perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan

    standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih

    lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai

    indikator.

    Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya

    mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    4/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 4

    Fenophtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak

    terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa

    fenophtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena

    anionnya (Day, 1981).

    Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam

    suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya

    memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat

    sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan

    memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981).

    Suatu indikator dapat berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya:

    Metil jingga : merah pH 3,1pH 4,4 kuning

    Brom timol biru : kuning pH 6,0pH 7,6 biru

    Fenolftalein : bening pH 6,0pH 9,6 merah

    Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu

    larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu

    melarutkan sampai volume tertentu, secara langsung konsentrasinya diketahui.

    Larutan semacam ini disebut larutan baku primer, contohnya larutan asam oksalat.

    Larutan baku yang konsentrasinya ditentukan melalu titrasi dengan larutan baku

    primer dinamakan larutan baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya

    didapatkan dengan mentitrasinya dengan larutan baku primer.(Team teaching,

    2005)

    Titran ditambahkan melalui buret. Dalam volumetrik, penentuan zat dilakukan

    dengan cara titrasi yaitu suatu proses dimana larutan baku atau titran (dalam

    bentuk larutan yang diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit

    sampai bereaksi sempurna dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya

    dan mencapai jumlah ekivalen secara kimia. Pada kondisi tersebut mol ekivalen

    larutan yang dititrasi dan titik akhir titrasi ini dinamakan titik ekivalen atau titik

    akhir teoritis. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara

    stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik

    ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian

    dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu

    senyawa.Untuk mengetahui kesempurnaan berlansungnya reaksi maka digunakan

    suatu zat yang disebut indicator. Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk

    menunjukkan titik akhir titrasi telah dicapai. Umumnya indikator yang digunakan

    adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.

    Indicator tersebut akan menyebabkan perubahan warna larutan.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    5/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 5

    Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric

    adalah sebagai berikut :

    1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

    2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi

    yang kuantitatif / stokiometrik.

    3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai, baik

    secara kimia maupun secara fisika.

    4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau

    fisika.

    Indikator potensiometrik dapat pula digunakan. Analisis volumetri Megukur

    volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan menimbang berat

    suatu zat dengan suatu metode gravimetri. Akurasinya sama dengan metode

    gravimetri, analisa volumetric juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang

    akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui

    dan dialirkan dalam buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak

    diketahui (analit) kemudian dihitung,maka syaratnya adalah reaksi harus

    berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi

    samping, selain itu jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus

    dapat diketahui dengan suhu indicator.

    NaOH (natrium hidroksida) Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai

    soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium

    Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam

    air.Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan

    kedalam air.Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan

    digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air

    minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling

    umumdigunakan dalam laboratorium kimia.Natrium hidroksida murni berbentuk

    putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan

    jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbondioksida

    dari udara bebas.Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika

    dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH

    dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam

    dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan

    meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

    H2C2O4 (Asam oksalat) Asam oksalat adalah asam dikarboksilat yang hanya

    terdiri dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus

    karboksilat berada berdampingan. Karena letak gugus karboksilat yang

    berdekatan, asam oksalat mempunyai konstanta dissosiasi yang lebih besar

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    6/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 6

    daripada asam-asam organik lain. Besarnya konstanta disosiasi (K1) = 6,24.10-2

    dan K2 = 6,1.10-5). Dengan keadaan yang demikian dapat dikatakan asam oksalat

    lebih kuat dari pada senyawa homolognya dengan rantai atom karbon lebih

    panjang. Namun demikian dalam medium asam kuat (pH

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    7/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 7

    3.5. Penetapan kadar

    IV.Hasil Percobaan dan Pembahasan

    4.1. Data Pengamatan

    - Standarisasi NaOH

    I II III Rata-rata

    Titik Akhir 11,1 mL 22,1 mL 10,75 mL

    Titik Awal 0 mL 11,1 mL 0 mL

    Selisih 11,1 mL 11 mL 10,75 mL 10,95 mL

    - Penetapan Konsentrasi CH3COOH

    I II III Rata-rata

    Titik Akhir 15,35 mL 16,60 mL 15,60 mLTitik Awal 0 mL 0 0 mL

    Selisih 15,35 mL 16,60 15,60 mL 15,85 mL

    4.2. Perhitungan, dan Persamaan Reaksi

    Pembakuan NaOH dengan H2C2O4.H2O

    Dik : massa H2C2O4.2H2O = 2,7 gram

    Volume larutan = 500 mL

    Massa NaOH = 2 gram

    Volume larutan = 500 mL

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    8/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 8

    Dit : % kadar v/v CH3COOH=.....?

    Jawab

    mol H2C2O4.H2O = massa / BM

    = 2,7 gram / 108 g/mol

    = 0,025 mol

    M H2C2O4.H2O = mol H2C2O4.H2O / V

    = 0,025 mol / 0,5 L

    = 0.05 M

    N H2C2O4.H2O = M x n

    = 0.05 M x 4

    = 0,02 N

    H2C2O4.H2O(S)+ 2NaOH(aq)Na2C2O4(aq)+ 3H2O(l)

    2 x N1x V1= N2x V2

    2 x (0,02N) x 10 mL = N2x Vtitrasi/3

    0.44 = N2x 32,85 Ml / 3

    0,44 = N2x 10,95 mL

    N2 = 0,04 N

    Jadi, Normalitas NaOH adalah 0,04N.

    Penentuan kadar CH3COOH

    CH3COOH

    (aq)+ NaOH

    (aq)CH

    3COONa

    (aq)+ H

    2O

    N1x V1= N2x V2

    NCH3COOHx 10 mL = N NaOH x Vtitrasi/3

    NCH3COOHx 10 mL = (0,04 N) x 47,55 mL / 3

    NCH3COOH x 10 mL = (0,04 N) x 15,85 mL

    NCH3COOH x 10 mL = 0,634

    NCH3COOH = 0,.0634 N

    % kadar v/v = N CH3COOH x BM x (10/100) 100 %

    = ((0,0634 N)x 60 x 0,1) 100 %

    = (0,3804 ) 100 %

    = 38.04 %

    Jadi, kadar CH3COOH adalah 38,04%.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    9/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 9

    4.3. Pembahasan

    Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan

    konsentrasi atau kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat

    (CH3COOH). Pada saat pembuatan sample dilakukan di dalam lemari asam,

    hal ini bertujuan agar CH3COOH tidak terkontaminasi dengan udara atau

    bahan-bahan yang lainnya. Pada saat pengambilan asam asetat di lakukan

    dengan menggunakan pipet, sebanyak 10 mL. Pada saat memasukkan asam

    asetat kedalam labu ukur, sebaiknya gelas ukur di cuci dengan aquades agar

    kandungan asam asetat yang masih menempel ikut serta masuk kedalam

    labu ukur, kemudian hasil bilasannya di masukkan kedalam labu ukur.

    Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam

    buret (pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini

    bertujuan agar pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan

    jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah

    titrasi. Larutan asam oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia

    (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai

    pipet. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya

    disekitar titik ekivalen.

    Pada praktikum kemarin kami menggunkan indicator Fenophtalein

    yang akan berubah warna menjadi pink pada saat telah tercapainya titik

    ekivalen, namun pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah

    pink keunguan karena titik ekivalennya telah terlampaui.

    Data titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen

    Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik

    ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat

    dan natrium hidroksida keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada

    yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal

    asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes

    indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat

    didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup

    banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen.

    Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator

    phenolptalein . Titik pada titrasi dimana phenolptalein warnanya berubah

    menjadi warna merah jambu, karena indikator ini dapat berubah warna

    dalam keadaan basa, yaitu diantara PH 8-10 , fenomena ini disebut dengan

    disebut titik akhir titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan

    percobaan ini dilakukan dua kali lagi, data yang telah terkumpul digunakan

    untuk menentukan kadar NaOH dalam satuan Normalitas.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    10/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 10

    Pembakuan pun telah selesai dilakukan, langkah terakhir adalah

    menentukan kadar Asam asetat yang menjadi sampelnya, cara yang

    digunakan sama dengan cara pembakuan NaOH dengan asam oksalat. Untuk

    perhitungan kadar dari asam asetat digunakan rumus :

    % (v/v) sampel = N x BM x (10/100) 100%

    Sehingga dari hasil perhitungan tersebut, kadar asam asetat adalah 38.04 %

    (v/v).

    Dan reaksi yang terjadi pada praktikum alkalimetri ini adalah :

    H2C2O4.H2O(S)+ 2NaOH(aq)Na2C2O4(aq)+ 3H2O(l)

    Dan

    CH3COOH(aq)+ NaOH(aq)CH3COONa (aq)+ H2O

    Adapun untuk reaksi phenophtalein dan NaOH adalah sebagai berikut:

    NaOH + C20H14O4+ H2C2O4NaOHC20H14O4H2C2O4

    46 NaOH + C20H14O4 46 Na + 20 H2CO2+ 10 H2O

    Fenoftalein atau 3,3-bis(4-hydroxyphenyl)isobenzofuran-1(3H)-one

    memiliki rumus molekul C20H14O4. Fenolftalein berupa serbuk putih-

    kuning yang tidak berbau. Titik leleh fenolftalein berkisar antara 258oC

    sampai 262oC. Fenolftalein hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam

    kloroform, dan larut dalam alkohol, dietil eter, larutan alkali encer, dan

    larutan panas alkali karbonat (Report On Carcinogens, 2002).

    Fenolftalein termasuk indikator asam-basa golongan ftalein.

    Fenolftalein merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga

    bersifat sebagai asam lemah (Sukarta, 1999). Fenolftalein dapat dibuat

    melalui reaksi kondensasi, menggunakan fenol dan ftalat anhidrida. Reaksi

    pembuatan fenolftalein adalah sebagai berikut.

    Gambar 1.Reaksi Pembuatan Fenolftalein(Petruevski dan Risteska,2007).

    Fenolftalein sebagai indikator titrasi asam-basa sangat sering

    digunakan, umumnya digunakan dalam titrasi asam kuat dengan basa kuat.

    Dalam larutan dengan pH dibawah 8,3, fenolftalein tidak berwarna dan

    dalam larutan dengan pH 10, fenolftalein berwarna kemerahan. Di bawah

    pH 8,3, fenolftalein dinyatakan sebagai lakton fenol (Gambar 2.). Struktur

    fenolftalein berubah dan memberikan warna merah pada pH 10 (Gambar

    3.).

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    11/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 11

    Gambar 2. Struktur Fenolftalein di bawah pH 8,3

    Gambar 3. Struktur Fenolftalein pada pH 10

    Pada pH 8 ke bawah, struktur fenolftalein dapat disingkat H2P.

    Dalam rentangan pH 810, proton-proton asam akan diambil oleh ion OH-

    dari NaOH, sehingga memberikan ion P2-

    yang berwarna merah muda

    (Hughes, 2008).

    Pada percobaan yang dilakukan oleh Petruevski dan Risteska

    (2007), menunjukkan bahwa warna yang diberikan oleh fenolftalein

    semakin pudar dalam konsentrasi basa yang semakin pekat. Perubahan

    warna yang terjadi dapat dilihat pada gambar berikut.

    Gambar 6. Warna Fenolftalein dalam Larutan NaOH 4 mol/L (kiri), 2mol/L (tengah) dan 1mol/L (kanan)

    sumber : Petruevski dan Risteska (2007)

    Secara teoritis pH larutan NaOH 1 M, 2 M dan 4 M dapat ditentukan

    berdasarkan perhitungan sebagai berikut.

    pH larutan NaOH 1 M adalah:

    NaOH (aq) Na++ OH

    -

    Dengan koefisien reaksi yang sama, maka konsentrasi NaOH sama

    dengan konsentrasi OH-.

    [NaOH] = [OH-]

    [OH-] = 1 M

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    12/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 12

    pOH = -log OH-

    pOH = -log 1

    = 0

    pH = 14pOH

    = 140

    = 14

    Hasil perhitungan pH larutan NaOH 2 M dan 4 M secara teoritis

    dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 1.pH larutan NaOH 1M, 2M dan 4M

    Konsentrasi

    NaOH

    pH

    1 M 14

    2 M 14,3

    4 M 14,6

    Dalam kondisi yang sangat basa dengan pH 14 indikator

    fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna. Hal ini terjadi karena

    perubahan strukturnya menjadi karbinol (Petruevski dan Risteska, 2007).

    Perubahan struktur yang terjadi pada fenolftalein khas bagi semua

    indikator golongan ftalein. Terbentuknya struktur karbinol mengakibatkan

    terbentuknya struktur kuinoid dan resonansi.

    Fenolftalein berwarna merah dalam kondisi basa akibat struktur ion

    resonansinya. Fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna dalam

    penambahan basa pekat yang berlebih karena perubahan strukturnya

    menjadi karbinol. Perubahan struktur fenolftalein dapat dijelaskan sebagai

    berikut. Pada pH < 8,3 adanya larutan alkali encer, menyebabkan cincin

    lakton pada struktur fenilftalein terbuka dengan menghasilkan struktur

    trifenilkarbinol, dan struktur trifenilkarbinol akan kehilangan air dengan

    menghasilkan ion beresonansi (struktur resonansi) yang memberikan warna

    merah. Dengan adanya penambahan basa alkali alkoholik pekat yang

    berlebih, maka atom C sp2 yang mengikat tiga gugus fenil akan diserang

    oleh OH- yang menyebabkan pemutusan ikatan rangkap konjugasi dan

    membentuk atom C sp3 dengan struktur karbinol.

    V. Kesimpulan

    Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar

    konsentrasi CH3COOH (asam lemah) dengan NaOH sebagai basa kuat. Reaksi

    netralisasi dapat diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari bening

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    13/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 13

    menjadi pink dengan menggunakan indikator phenophtalein sebagai

    indikatornya. Reaksi netralisasinya adalah :

    CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O.

    Dan pada praktikum alkalimetri ini dapat diketahui % kadar v/v dari asam

    asetat (CH3COOH) dengan melakukan perhitungan, dan diketahui hasilnya

    yaitu 0,084 % (v/v).

    Kemungkinan Kesalahan :

    1. Kurangnya kosentrasi pratikan-pratikan selama proses praktikum berlangsung

    2. Kurang teliti dalam mencampurkan larutan

    3. Kurang teliti dalam membersikan alat praktikum

    VI.

    Daftar Pustaka

    Keenan, Charles W., 1980,Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422,

    Erlangga, Jakarta

    Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

    Daintith, J.,1997,Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta

    Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:

    Erlangga.

    R A Day dan underwood, A L, kimia Analsiakuantitatif, Erlangga,

    Jakarta,1986.

    Teaching,Team . 2005. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik.

    Gorontalo: UNG.

    http://farmasi.site88.net diakses 25 Desember 2014

    http://www.slideshare.net/dausfaisalidos/laporan-praktikum-kimia-

    analisis-terupdate di akses 26 Desember 2014

    http://mrblogc.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-percobaan-

    alkalimetri.html diakses 26 Desember 2014

    http://renditanjung.blogspot.com/2013/11/laporan-praktikum-

    alkalimetri.html diakses 26 Desember 2014

    Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. 1994.Buku Ajar

    Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa A. Hadnyana P.

    Dan L. Setiono. Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis

    Including Elementary Instrumental Analysis, Fourth Edition. 1991.

    Jakarta: EGC.

    Hughes, A. A. 2008.Phenolphthalein-NaOH Kinetics. Tersedia pada

    http://faculty.ccri.edu/aahughes/GenChemII/Lab%20Experiments/Phenolp

    hthalein_NaOH_Kinetics.pdf. Diakses pada tanggal 2 Januari 2015.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Alkalimetri 1.pdf

    14/14

    Laporan Praktikum Alkalimetri| 14

    Petruevski, Vladimir M. dan Risteska, Keti. 2007. Behaviour of

    Phenolphthalein in Strongly Basic Media. Chemistry, Vol. 16, Iss. 4

    (2007). Tersedia pada

    (http://khimiya.org/pdfs/KHIMIYA_16_4_PETRUSEVSKI.pdf). Diakses

    pada tanggal 2 Januari 2015.

    http://trianaput.blogspot.com/2012/10/fenolftalein-dalam-suasana-basa-

    berlebih.html diakses pada 2 Januari 2015.

    Cirebon, 17 Desember 2014

    Asisten Praktikan Praktikan

    Tania Avianda Gusman M,Sc. Nurazizah Fitriyani Nahri