laporan praktikum bioproses

Upload: sigit-satria-putra

Post on 17-Feb-2018

286 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    1/28

    Laporan Praktikum Bioproses

    Fermentasi Tempe

    Kelompok 4 :

    Fajar ali rizqi 121710101095

    Ahmad tri rifqi 121710101099

    Ages dwiga marzelly 121710101100

    JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    2/28

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Saat ini banyak kita jumpai produk pangan yang di produksi dari hasil

    fermentasi. Tempe, tape, nata, yoghurt, dan masih banyak yang lainnya. Semua

    produk tersebut memanfaatkan mikroorganisme dalam produksinya. Mikroba

    yang sering digunakan dalam proses fermentasi adalah kapang, bakteri dan

    khamir.Acetobakter xylinum merupakan jenis bakteri yang di gunakan dalam

    produksi nata. Lactobacillus casei juga merupakan jenis bakteri yang digunakan

    dalam produksi susu fermentasi, dan S.cerevisiae merupakan jenis khamir yang di

    gunakan dalam produksi tape, serta contoh kapang yang biasa di gunakan dalam

    proses fermentasi yaitu Rh, oligosporus. Mikroba ini digunakan dalam produksi

    tempe.

    Tempe merupakanmakanan yang dibuat dari prosesfermentasibiji kedelai

    atau beberapa bahan lain dengan bantuan beberapa jenis kapang(Rhizopus).

    Namun jenis kapang yang sering di gunakan dalam pembuatan tempe

    yaituRhizopusoligosporus. Kapang ini akan di tambahkan dalam media biji

    kedelai untuk melakukan proses fermentasi pada biji kedelai. Biakan kapang yang

    di tambahkan dalam produksi tempe biasa disebut dengan ragi tempe.

    Penambahan ragi tempe ini berfungsi sebagai agen fermentasi karena di

    dalam ragi tempe berisi biakan Rhizopus oligosporus, biakan dalam ragi ini akn

    mengalami pertumbuhan dengan membentuk miselium yang akan membuat biji

    kedelai menjadi kompak dan memadat, serta akan menghidrolisis senyawa

    kompleks yang ada dalam biji kedelai menjadi senyawa yang lebih sederhana

    sehingga akan lebih mudah dicerna oleh tubuh.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Makananhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempe#Tempe_bukan_kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kapanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rhizopus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oligosporushttp://id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oligosporushttp://id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oligosporushttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rhizopus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kapanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempe#Tempe_bukan_kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Makanan
  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    3/28

    1.2.Tujuan

    Mengetahui sifat fiologi dan morfologi dari tempe Mengetahui sifat morfologi dan fisiologi R. Oligosporus Mengetahui media yang dapat digunakan serta komposisinya Mengetahui karakteristik, komposisi kimia, dari masing-masing bahan

    yang digunakan

    Mengetahui fungsi perlakuan dari setiap skema kerja yang digunakan Mengetahui reaksi kimia yang terjadi pada pembuatan tempe.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    4/28

    BAB 2. METODOLOGI PRAKTIKUM

    2.1. Alat dan Bahan

    2.2.1. Alat

    Panci Gelas objek Mikroskop Wadah plastik Baki Gelas piala Plastik pembungkus Kertas Neraca analitik Cawan petri Jarum ose

    Spatula Bunsen Cawan petri Inkubator Kompor Jarum Beaker glass Korek api Kapas

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    5/28

    2.2.2. Bahan

    Tisu Sample 1 ose Alkohol 70% M.O hasail isolasi 1 ose Mikroba 1 ose Kacang Kedelai 250 gr Laru 2,5 gr Air steril 5 ml Plastik Kacang tunggak 250 gr Isolat protein Tepung beras 15 gr NA Aquades 5; 20; ml Tepung kedelai 5 gr Suspensi kapang tempe 2,5 ml

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    6/28

    2.2. Skema Kerja

    2.2.1. Mengisolasi Kapang( Rhizopus Oligosporus )pada Tempe

    Tunggu hingga memadat

    Goreskan pada media

    Inkubasi 48 jam,300C

    2.2.2 Menginokulasi Kapang (RhizopusOligosporus )pada tempe

    Tunggu hingga padat

    Goreskan pada media

    Inkubasi selama 48 jam, 300c

    Tuangkan media

    Ambil 1 ose M.O hasil isolasi

    Ambil 1 ose sample

    Siapkan media

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    7/28

    2.2.3 Mengidentifikasi kapang pada tempe

    Bersihkan Gelas obyek dengan alkhohol 70%

    Amati dengan mikroskop

    Gambar untuk laporan dan bandingkan dengan literatur

    Ambil 1 ose mikroba

    Tetesi aquades

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    8/28

    2.2.4 Pembuatan Starter

    Air Steril 5 ml

    Sterilisasi Ditambah IsolatRhizopus

    Didinginkan Diambil 2,5 ml

    Dicampur

    Inkubasi 2 hari 30 c

    Ditambah 5 r te un kedelai

    Tepung Beras 15 gram

    Ditambah 20 ml a uades

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    9/28

    2.2.5 Produksi tempe

    Direndam dalam air

    Kedelai=24 jam

    Kacang tunggak=48 jam

    Di rebus

    Kedelai=14 menit

    Kacang tunggak=30menit

    Di kukus

    Kedelai=10 menit

    Kacang tunggak=10 menit

    Didinginkan

    Di kuliti

    Di kukus 5 menit

    Ditambah starter 1 %

    Dimasukkan dalam plastik

    Bahan (kacang kedelai

    atau kacang tunggak)

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    10/28

    BAB 3. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

    3.1. Hasil Pengamatan

    2.2.1 Kelompok Satu

    Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu

    (jam)

    Karakteristik

    Aroma Tekstur Warna Rasa

    Kedelai Pasar

    24 + + +

    48

    72

    2.2.2 Kelompok Dua

    Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu

    (jam)

    Karakteristik

    Aroma Tekstur Warna Rasa

    Kedelai Buatan

    24

    48

    72

    2.2.3 Kelompok tiga

    Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu

    (jam)

    Karakteristik

    Aroma Tekstur Warna Rasa

    Tunggak Pasar

    24

    48

    72

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    11/28

    2.2.4 Kelompok empat

    Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu

    (jam)

    Karakteristik

    Aroma Tekstur Warna Rasa

    Tunggak Buatan

    24

    48

    72

    Keterangan:

    Kekompakan = +++>>>

    Tekstur = +++>>>

    Aroma = +++>>> aroma tempe

    --->>> aroma bukan tempe

    Rasa = +++>>> enak

    --->>> tidak enak

    2.2. Hasil Perhitungan

    Dalam praktikum tidak ada perhitungan.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    12/28

    BAB 4. PEMBAHASAN

    4.1. Morfologi dan Fisiologi Tempe

    4.1.1. Morfologi tempe

    a. Tekstur padat : tempe memiliki tektur yang padat mantap hal ini

    disebabkan adanya pertumbuhan dari miseliumR.oligosporus yang mengikat

    atau menyelimuti biji-biji kedelai. Biji-biji tersebut akan menyusun suatu

    jaringan yang kompak sehingga setiap biji dari kedelai yang di tumbuhi

    R.oligosporus menjadi satu kesatuan yang utuh.

    b. Aroma khas tempe : tempe memiliki aroma yang khas. Aroma ini

    dihasilkan oleh terjadinya proses fermentasi yangdilakukanR.oligosporus.

    Pada proses fermentasi tempe terjadi proses hidrolisis yang akan merubah

    senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Adanya

    perubahan tersebut mengakibatkan terbentuknya senyawa yang lebih sederhanadan juga senyawa tambahan yang ikut terbentuk. Dalam hal ini gas adalah

    salah satu senyawa yang sangat mungkin terbentuk, terbentuknya gas ini akan

    menimbulkan aroma yang khas pada pembuatan produk tempe.

    c. Terasa hangat jika di sentuh : proses fermentasi biasanya akan

    menghasilkan energi, energi inilah yang nantinya akan menjadi faktor

    penyebab mengapa terjadi perubahan suhu pada produk yang dihasilkan.

    d. Berwarna putih : warna putih pada tempe disebabkan oleh tumbuhnya

    miselium dari R.oligosporus, miselium tersebut akan menyelimuti seluruh

    permukaan dari tempe sehingga biji-biji tempe menjadi tertutupi oleh

    miselium, miseliumR.oligosporus memiliki warna putih hal inilah yang

    menyebabkan tempe berwarna putih.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    13/28

    4.1.2. Fisiologi tempe

    a. Umur simpan pendek : untuk umur simpan yang pendek pada tempe

    disebabkan adanya pertembuhan mikroba. Kita tahu bahwa tempe adalah

    produk olahan dengan memanfaatkan mikroba untuk produksinya, sehingga

    dengan begitu mengakibatkan umur simpanya akan semakin pendek jika di

    bandingkan dengan kedelai ataupun kacang tunggak yang tidak terkontaminasi

    oleh mikroba. Mikroba akan memakan ataupun mensintesa bahan yang di

    tumbuhinya, dengan cara melakukan metabolisme terhadap substrat yang ada

    dalam bahan. Sehingga dengan begitu bahan akan rusak.

    b. Memiliki nilai gizi lebih tinggi : tempe memiliki kandungan gizi yang

    baik karena pada proses fermentasinya R.oligosporus akan menghasilkan

    enzim protease yang akan mendegradasi senyawa-senyawa protein kompleks

    menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah di cerna oleh tubuh.

    c.Kadar protein larut air lebih besar : tempe memiliki kadar protein larut

    air yang besar.hal inikarena pengaruh aktifnya enzim proteolitik sehingga

    kadar protein larut airnya lebih tinggi.

    d. Protein dalam kedelai lebih sederhana : Selain menambah nilai gizi dari

    tempe adanya enzim protease akan menyebabkan protein yang ada pada tempe

    menjadi lebih sederhana, hal ini disebabkan adanya perombakan protein

    kompleks menjadi protein yang lebih sederhana.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    14/28

    4.1.3. Standar SNI untuk produk tempe

    No kriteria uji Satuan persyaratan

    1 Keadaan

    1.1 Bau _ normal khas

    1.2 Warna _ Normal

    1.3 Rasa _ Normal

    2 kadar air (b/b) % maks. 65

    3 kadar abu (b/b) % maks. 1,5

    4 kadar lemak (b/b) % maks 10

    5kadar protein (N x 6,25)

    (b/b)% maks. 16

    6 kadar serat kasar (b/b) % maks. 2,5

    7 cemaran logam

    7.1 kadnium (Cd) mg/kg maks. 0,2

    7.2 timbal (Pb) mg/kg maks. 0,25

    7.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40

    7.4 merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03

    8 cemaran arsen (As) mg/kg 0,25

    9 Cemaran mikroba

    9.1 bakteri coliform APM/g maks. 10

    9.2 Salmonella sp. _ negatif/25g

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    15/28

    BADAN STANDARISASI NASIONALBSN

    Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt 3 4

    Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270

    Telp : 021574 7043; Faks : 0215747045; e-mail :[email protected]

    4.2 Ciri morfologi dan fisiologi Rhizopusoligosporus.

    4.2.1. Morfologi Rhizopusoligosporus :

    1. Memiliki hifa yang bercabang banyak, saat muda hifanya tidak bersekatdan setelah menjadi tua bersekat.

    2. Memiliki warna koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih.3. Memiliki hifa dengan tipe:

    a. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat(misalnya roti)

    b. rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkaruntuk menyerap makanan

    c. sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat danmemiliki sporangium globuler di ujungnya.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://landasanteori.blogspot.com/2011/09/tipe-klasifikasi-dan-ciri-ciri-rhizopus.htmlhttp://landasanteori.blogspot.com/2011/09/tipe-klasifikasi-dan-ciri-ciri-rhizopus.htmlhttp://landasanteori.blogspot.com/2011/09/tipe-klasifikasi-dan-ciri-ciri-rhizopus.htmlmailto:[email protected]
  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    16/28

    4. KarakterR. oligosporus: memiliki panjang sporangiosforR.oligosporus150-400 m lebih pendek dariR.oryzae yaitu lebih dari 1500

    m sedangkan sporangiumR. oligosporus80-120 m lebih pendek dari

    R.oryzae ( pitt dan Hocking , 1985 ).

    5. Karakter dariR.oligosporus: memiliki warna sporangiospora hitamkecoklatan, warna miselium putih, panjang sporangiosfor 150-400 m,

    panjang sporangium 80-120 m, tekstur sporangiosfor halus, bentuk

    kolumela globose sampai sub globose, bentuk konidia globose atau

    ellipsoidal (oval), panjang sporangiospora 7-10 m, serta bentuk

    klamidospora abundant, single atau rantai pendek ( Samson et all., 1995 )

    4.2.2. FisiologiRhizopusoligosporus :

    1. Habitat jenis kapang ini adalah di darat, di tempat yang lembab atau sisaorganisme mati.

    2. Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik padakisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH

    tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin

    menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara

    umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi

    kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    17/28

    dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah

    nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.

    3. Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakansenyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana

    adalah penting dalam fermentasi tempe, dan merupakan salah satu faktor

    utama penentu kualitas tempe, yaitu sebagai sumber protein nabati yang

    memiliki nilai cerna amat tinggi. Kandungan protein yang dinyatakan

    sebagai kadar total nitrogen memang tidak berubah selama fermentasi.

    Perubahan terjadi atas kadar protein terlarut dan kadar asam amino bebas.

    4. R.oligosporus dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35 C, dengan suhuminimum 12 C, dan suhu maksimum 42 C.

    5. Reproduksi dapat dengan 2 cara yaitu reproduksi generatif dan vegetatif.Reproduksi vegetatif dengan cara membentuk spora tak berflagel

    (aplanospora) dan generatif dengan cara gametangiogami dari dua hifa (-)

    dan hifa (+) yang kompatibel/konjugasi dengan menghasilkan zigospora.

    4.3. Komposisi Media

    4.3.1 Media Isolasi dan Inokulasi

    Malt Extract Agar atau sering disebut MEA merupakan media

    yang digunakan dalam praktikum isolasi dan inokulasi R.oligosporus.

    Komposisi darimedia ini adalah :

    1. 5,0 gram malt extract

    2. 10,0 gram tepung kedelai

    3. 1,0 gram pepton

    4. 0,5 gram KHPO

    5. 0,5 gram MgSO.7HO

    6. 1,0 ml larutan FeCl 1%

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    18/28

    7. 0,1 gram yeas axtract

    8. 15,0 agar powder

    9. 1,0 liter air aquades

    4.3.2 Media Pembuatan Starter

    Media pembuatan starter Rhizopus Oligosporus adalah tepung

    kedelai dan tepung beras. Tepung beras berfungsi sebagai sumber karbon

    dan tepung kedelai sebagai sumber nitrogen. Kedua bahan dibuat adonan

    dengan menambahkan aquades sebagai pelarut dari kedua bahan. Selain

    sebagai pelarut penambahan aquades berfungsi sebagai sumber mineral

    dan menyesuaikan kadar air pertumbuhan kapang.

    4.4. Karakteristik Bahan

    4.4.1 Kedelai

    4.5. Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

    4.5.1.Isolasi kapang (R.oligosporus) pada Tempe

    Proses isolasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kultur

    murni. Dalam prosesnya,media yang digunakan harus mengandung nutrisi

    yang dibutuhkan mikroba. Nutrisi disini adalah segala sesuatu yang dapat

    menunjang pertumbuhan dari mikroba. Pada tempe,mikroba yang tumbuh

    yaitu kapang sehingga media yang sesuai untuk mengisolasi kapang

    adalah media Malt Extract Agar ( MEA).

    Terlebih dahulu siapakan media MEA.Setelah menyiapkan

    media,kemudian tuangkan MEA yang masih cair kedalam cawan petri dan

    tunggu hingga menjadi padat. Hal ini dilakukan agar media dapat di gores.

    Ambil 1 ose sampel kemudian goreskan pada cawan petri menggunakan

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    19/28

    goresan sinambung. Penggoresan dilakukan dengan tujuan untuk

    memberikan biakan awal. Penggunaan goresan sinabung bertujuan untuk

    mendapat kultur yang paling murni atau tidak berkoloni. Setelah itu

    diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 300C. Pada waktu dan suhu

    tersebut mikroba khususnya kapang mengalami pertumbuhan secara

    optimum.

    4.5.2. Inokulasi kapang pada tempe

    Tuangkan media MEA yang telah di sediakan kedalam cawan petri

    dan tunggu hingga menjadi padat. Hal ini dilakukan agar media dapat di

    gores. Ambil 1 ose mikroba hasil isolasi kemudian goreskan pada cawan

    petri menggunakan goresan sinambung. Penggoresan dilakukan dengan

    tujuan untuk memberikan biakan awal. Penggunaan goresan sinabung

    bertujuan untuk mendapat kultur yang paling murni atau tidak berkoloni.

    Setelah itu diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 30C. Pada waktu dan

    suhu tersebut mikroba khususnya kapang mengalami pertumbuhan secara

    optimum.

    4.5.3. Identifikasi kapang pada tempe

    Bersihakan gelas obyek dengan alkhohol 70%. Hal ini dilakukan

    dengan tujuan untuk mensterilkan gelas objek. Lalu ambil 1 ose M.O hasil

    inokulasi. Hal ini dilakukan untuk memberi objek yang akan di amati pada

    gelas objek. Kemudian tetesi dengan aquades tujuannya agar

    mempermudah mengamati ose dan melekatkannya pada gelas obyek serta

    untuk lebih mengencerkan mikroba agar tidak terbentuk koloni. Amati

    menggunakan mikroskop untuk melihat kenampakan dari mikroba yang di

    identifikasi.

    4.5.4. Pembuatan Starter

    Bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk mpembuatan starter

    tempe yaitu tepung beras sebanyak 15 gram, tepung kedelai 5 gram,

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    20/28

    aquades 20 ml, air steril dan isolatRhizopus. Langkah awal yakni tepung

    beras 15 gram dimasukkan kedalam beaker glass, tepung beras ini adalah

    sebagai sumber karbohidrat.Kemudian tambahkan tepung kedelai 5 gram

    yang berguna sebagai sumber protein bagi mikroba, setelah itu

    tambahkan 20 ml aquades sebagai sumber mineral, campurkan ketiga

    bahan tadi agar menjadi homogen dan setelah itu di lakukan proses

    sterilisasi hal ini dilakuka agar tidak ada kontaminan dari mikroba

    lain.Setelah bahan tadi selesai disterilisasi kemudian didinginkan. Hal ini

    bertujuan agar saat di tambahkan biakan R.oligosporus, kapang tersebut

    tidak mati karena faktor panas.

    Siapkan biakan yang akan di tambahkan dengan cara tambahkan 5

    ml air steril dan isolat Rhizopus, lalu diambil sebanyak 2,5 ml dan

    masukan pada media yang telah di siapkan sebelumnya. Setelah semua

    bahan dimasukkan, campur agar menjadi suspensi yang homogen.

    Dalam proses penambahan air steril dilakukan secara perlahan-

    lahan dan secukupnya agar starter tidak terlalu lembek dan tidak terlalau

    keras. Setelah bahan tercampur dan menjadi homogen lalu starter

    dibentuk bulat-bulat agak pipih. Pembentukan ini agar ragi yang di buat

    sama atau mirip dengan ragi yang ada di pasaran. Letakkan kembali

    starter yang telah di bentuk kedalam beaker glass untuk dilakukan proses

    inkubasi selama 2 hari dan pada suhu 30o C. Dilakukan inkubasi selama 2

    hari dan suhu 30o C karena pada suhu dan waktu tersebut mikroba dapat

    tumbuh optimal.

    4.5.5. Pembuatan ProdukSiapkan kedelai atau kacang tunggak untuk membuat tempe. Untuk

    kelompok 1 dan 2 memproduksi tempe dari kadelai, kelompok 3 dan 4

    memproduksi tempe dari kacang tunggak.Petama, kedelai maupun

    kacang tunggak direndam dalam air. Kedelai direndam selama 24 jam

    dan untuk kacang tunggak selama 48 jam. Perendaman dilakukan dengan

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    21/28

    tujuan agar kedelai dan kacang tunggak menjadi lebih lunak ketika

    masuk proses perebusan dan mempermudah proses perebusan. Setelah

    direndam, kedelai dan kacang tunggak direbus. Untuk kedelai direbus

    selama 14 menit dan kacang tunggak selama 30 menit. Kedelai hanya

    direbus selama 14 menit karena tekstur yang dimiliki kedelai lebih lunak

    serta lebih cepat masak, sedangkan untuk kacang tunggak direbus selama

    30 menit karena kacang tunggak memiliki tekstur yang sedikit lebih

    keras dibanding kedelai sehingga proses masaknya lebih lama. Perebusan

    dilakukan agar kedelai maupun kacang kedelai lebih cepat empuk dan

    memudahkan dalam proses selanjutnya yakni proses pengukusan.

    Setelah kedelai dan kacang tunggak direbus, kemudian dilakukan

    pengukusan. Untuk kali ini waktu yang dibutuhkan pada proses

    pengukusan sama, yaitu cukup 10 menit. Pengukusan kali ini dilakukan

    hanya dalam waktu 10 menit karena agar kedelai dan kacang tunggak

    tidak terlalu matang atau hancur pada proses pengukusan yang kedua.

    Kemudian setelah dikukus, kedelai dan kacang tunggak diangkat dandidinginkan. Pendinginan dilakukan dengan tujuan agar lebih

    memudahkan dalam proses pengkulitan. Pengkulitan dilakukan dengan

    cara diremas-remas agar kulit kedelai maupun kacang tunggak terlepas

    dengan sendirinya. Setelah kulit terlepas, cuci dengan air mengalir

    hingga beberapa kali agar kedelai dan kacang tunggak bersih dari kulit.

    Kemudian kedelai dan kacang tunggak yang telah bersih dari kulit

    dikukus kembali selama 5 menit agar kedelai maupun kacang tunggak

    matang sempurna. Setelah matang kemudian didinginkan kembali dan

    ditaruh dalam wadah agar uap panasnya menghilang. Kedelai dan kacang

    tunggak yang telah dingin diberi starter sebanyak 1 %. Starter

    ditambahkan karena dapat menumbuhkan miselia kapang yang

    merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.

    Starter yang digunakan yakni ragi yang berasal dari pasar dan ragi

    buatan. Aduk hingga kedelai dan ragi tercampur rata dan hasil tempenya

    http://id.wikipedia.org/wiki/Hifahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Hifa
  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    22/28

    baik. Untuk kelompok 1 ragi yang digunakan yaitu ragi pasar, kelompok

    2 ragi yang digunakan ragi buatan yakni pada kedelai. Sedangkan pada

    kelompok yang menggunakan kacang tunggak, untuk kelompok 3 ragi

    yang digunakan adalah ragi pasar dan untuk kelompok 4 ragi yang

    digunakan adalah ragi buatan.

    Tujuan digunakannya ragi pasar dan ragi buatan adalah untuk

    mengamati perbedaan karakteristiknya yang meliputi aroma, tekstur,

    warna, dan rasa. Setelah proses penambahan starter, kedelai dan kacang

    tunggak dimasukkan kedalam kantong plastik. Sebelumnya plastik

    terlebih dahulu di tusuk-tusuk menggunakan jarum sebanyak 100 kali.

    Tujuannya agar oksigen masi tetap bisa masuk dan fermentasi dapat

    berlangsung dengan baik serta tidak membuat tempe menjadi busuk,

    kemudian jilid plastik. Setelah itu taruh kedelai dan kacang kedelai pada

    tempat yang bersih dn suhunya tidak terlalu panas. Kemudian amati

    tempe selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam.

    Nilai plus yang diberikan pada tabel pengamatan jika semakin

    banyak plus maka karakteristik yang dimilki pada tempe tersebut

    semakin baik, namun jika memilki banyak nilai minus kualitasnya

    kurang baik.Sebaiknya dalam melakukan proses apapun teknik

    keaseptisan tetap terus dilakukan dan dijaga.

    4.6. Perubahan Selama Proses Fermentasi

    4.4.1. Perubahan Kimiawi

    1.Perubahan lemak

    Asam lemak meningkat dari 0.5% menjadi 21.0%. Selama lemak disintetis

    oleh Rhzopus sp. Dihasilkan gamma-linolenic acid (GLA). GLA adalah

    prekursor prostaglandin dan leukotriene. Kedua prekoursor digunakan

    untuk terapi penurunan kolesterol dan trigliserida pada darah. (Bisping et

    al, 1993)

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    23/28

    2. Perubahan Karbohidrat

    The principal changes in carbohydrates are rapid decrease of hexoses and

    the slow hyrolysis of stachyose, the flatulence factor in beans.

    (Shallenberger et al, 1967)

    3. Perubahan Protein dan Asam Amino

    Amoniak (% total nitrogen) meningkat dari 0.1-0.7%. nitogen larut air

    meningkat dari 6.5-39.0%. nitogen larut asam trichloroacetic meningkat

    dari 5.9-28%. (Baumann et al, 1990)

    4. Antibiotik dan Antioksidan

    An isoflavone identified as 6,7,4-trihydroxy isoflavone has been reported.

    The antioxidative effectof factor 2 on retinol was about the same as DL-

    alpha-tocopherol, and three times that of genistein. ( Jha, 1985)

    5. Perubahan Vitamin

    The increased content of some vitamins of the B group, especially

    riboflavin, niacin, vitamin B6, and vitamin B12, because of fungal and

    bacterial metabolic activities has been extensively examined (Bisping et al.

    1993; Keuth and Bisping 1993; Denter et al. 1998).

    4.7. Analisa Data

    Tempe adalah kedelai yang telah mengalami proses fermentasi

    oleh mokroba jenis Rhizopus sp.(Saono dkk. 1976). Hasil fermentasi

    menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, dan menyebabkan antar

    biji kedelai melekat karena miselium dari kapang tadi. teurainya protein

    yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga

    mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari

    kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.Jamur ini akan mengubah

    protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna karena adanya

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    24/28

    perubahan-perubahan pada protein, lemak, dan karbohodrat menjadi

    produk baru yang mudah dicerna tubuh manusia.

    Pada praktikum mengenai produksi tempe menggunkan

    mengunakan dua bahan yang berbeda yaitu menggunakan kacang kedelai

    dan kacang tunggak.

    Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopus sp

    menghasilkan energi. Energi tersebut sebagian ada yang dilepas oleh

    jamur Rhizopus sp sebagai energi panas. Energi panas itulah yang

    menyebabkan tempe menjadi terasa hangat. Selain terjadi perubahan suhu,

    selama proses inkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan

    munculnya titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik

    pembungkus tempe.

    Pada awal produksi tempe kelompok satu menggunakan ragi pasar.

    Yang diamati selama pengamatan 24,48, dan 72 jam adalah mengenai

    kekompakan,aroma, dan tekstur. Pada awal pengamatan 24 jamkekompakan sudah sedikit terlihat atau kedelai pada tempe berselimut

    kapas yang putih dikarenakan kapang Rhizopus sp membentuk mycelium

    berwarna putih dan jaringan yang kuat antar biji kedelai (buku petunjuk

    praktikum,2013), aroma sedikit berbau tempe, aroma dikeluarkan oleh

    kedelai karena saat fermentasi tempe mengalami respirasi , dan teksturnya

    sudah mulai memadat. Pada pengamatan yang 48 jam kekompakan antara

    biji kedelai sudah terlihat karena kapang Rhizopus sp sudah membentuk

    mycelium, aroma sudah berbau tempe, dan untuk teksturnya sudah

    memadat. Dan pada pengamatan 72 jam dan lamanya diinkubasi tempe

    mulai muncul warna hitam dipermukaan,kekompakan sudah sangat

    terbentuk kuat antar kedelai, aroma berbau khas tempe dan untuk tekstur

    sangat memadat.

    Pada kelompok dua bahan kacang kedelai menggunakan ragi

    buatan. Pada tempe menggunakan ragi buatan pengamatan 24 jam

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    25/28

    kekompoakan belum terlihat dikarenakan mikroba belum bereaksi,

    aromanya belum berbau tempe, dan tekturnya belum ada pemadatan atau

    belum terlihat karena mikroba belum bereaksi, kalau dalam fase

    pertumbuhan mikroba, mikroba berada pada fase adaptasi. kekompakan

    dan tekstur akan terlihat kalau Rhizopus sp sudah membentuk mycelium.

    Pengamatan 48 jam kekompakan pada biji kedelai belum terlihat,

    aromamnya belum berbau tempe teksturnya pun belum terlihat.

    Pengamatan 72 jam kekompakan terlihat sedekit aromanya kedelai dan

    teksturnya belum mulai memadat.hal ini terjadi penyimpangan karena

    dimungkinkan pembuatan stater untuk tempe yang belum maksimal, dan

    kerena penggunaan starternya mikrobanya sudah berada pada fase

    stasioner jadi fase pertumbuhannya lambat.

    BAB 5. PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    - Proses fermentasi paada tempe menggunakan mikroba jenis Rhizopus sp.- Fermentasi menyebabkan kedelai mengalami perubahan morfologi dan

    fisiologi.

    - Penyebab hangatnya tempe adalah karena pelepasan energi oleh Rhizopussp.

    - Tempe lebih mudah dicerna tubuh manusia karena terjadi perombakanprotein, lemak, dan karbohidrat menjadi lebih sederhana oleh kapang yang

    berperan.

    - Hasil percobaan dengan ragi buatan kurang baik daripada dengan ragipasar, hal ini dapat dikarenakan jeleknya kualitas ragi yang dibuat baik

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    26/28

    secara nutrisi yang terkandung dalam ragi maupun ke aseptisan ragi

    tersebut.

    5.2. Saran

    - Perhatikanlah kebersihan alat yang digunakan saat praktikum karena akanmempengaruhi hasil produk yang didapat.

    - Belajarlah dari orang yang memiliki pengalaman dalam membuat tempesupaya dapat mengerti apa yaang terjadi saat terjadi penyimpangan

    produk.- Saat identifikasi kapang harus teliti supaya tidak keliru memilihnya untuk

    pemanfaatan fermentasi kedelai.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bisping, B., Hering, L., Baumann, U., Denter, J., Keuth, S. And Rehm, H.J. 1993.

    Tempe fermentationsome aspects of formation of gamma-linolenic acid,

    proteases and vitamins. Biotechnology Advances 11, 481493.

    Fardiaz S., 1989,Mikrobiologi Pangan, PAU-IPB, Bogor.

    Pitt, J.I. and A.D Hocking, 1985, Fungi and Food Spoilage, Academic Press,

    Australia.

    Samson et al. (1995) menyatakan bahwa jamurR. oligosporus dan R. oryzae

    memiliki warna abu-abu (kecoklatan).

    Saono, S., S. Brotonegoro, S. Abu Bakar T.J. Basuki dan I.G.P. Badjra. 1976.

    Microbiological studies on Tempe, Kecap and Tauco. ASEAN projecton

    soybean and protein rich foods.

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    27/28

    Steinkraus, K.H. (1995) Handbook of Indigenous Fermented Foods, 2nd revised

    and expanded edn. New York: Marcel Dekker.

    Widianarko . 2002. Tips Pangan Teknologi, Nutrisi, dan Keamanan Pangan.

    Grasindo. Jakarta

    LAMPIRAN

    Gambar Hasil Pengamatan

  • 7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses

    28/28