laporan praktikum bioproses
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
1/28
Laporan Praktikum Bioproses
Fermentasi Tempe
Kelompok 4 :
Fajar ali rizqi 121710101095
Ahmad tri rifqi 121710101099
Ages dwiga marzelly 121710101100
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
2/28
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Saat ini banyak kita jumpai produk pangan yang di produksi dari hasil
fermentasi. Tempe, tape, nata, yoghurt, dan masih banyak yang lainnya. Semua
produk tersebut memanfaatkan mikroorganisme dalam produksinya. Mikroba
yang sering digunakan dalam proses fermentasi adalah kapang, bakteri dan
khamir.Acetobakter xylinum merupakan jenis bakteri yang di gunakan dalam
produksi nata. Lactobacillus casei juga merupakan jenis bakteri yang digunakan
dalam produksi susu fermentasi, dan S.cerevisiae merupakan jenis khamir yang di
gunakan dalam produksi tape, serta contoh kapang yang biasa di gunakan dalam
proses fermentasi yaitu Rh, oligosporus. Mikroba ini digunakan dalam produksi
tempe.
Tempe merupakanmakanan yang dibuat dari prosesfermentasibiji kedelai
atau beberapa bahan lain dengan bantuan beberapa jenis kapang(Rhizopus).
Namun jenis kapang yang sering di gunakan dalam pembuatan tempe
yaituRhizopusoligosporus. Kapang ini akan di tambahkan dalam media biji
kedelai untuk melakukan proses fermentasi pada biji kedelai. Biakan kapang yang
di tambahkan dalam produksi tempe biasa disebut dengan ragi tempe.
Penambahan ragi tempe ini berfungsi sebagai agen fermentasi karena di
dalam ragi tempe berisi biakan Rhizopus oligosporus, biakan dalam ragi ini akn
mengalami pertumbuhan dengan membentuk miselium yang akan membuat biji
kedelai menjadi kompak dan memadat, serta akan menghidrolisis senyawa
kompleks yang ada dalam biji kedelai menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga akan lebih mudah dicerna oleh tubuh.
http://id.wikipedia.org/wiki/Makananhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempe#Tempe_bukan_kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kapanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rhizopus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oligosporushttp://id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oligosporushttp://id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oligosporushttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rhizopus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kapanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempe#Tempe_bukan_kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Makanan -
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
3/28
1.2.Tujuan
Mengetahui sifat fiologi dan morfologi dari tempe Mengetahui sifat morfologi dan fisiologi R. Oligosporus Mengetahui media yang dapat digunakan serta komposisinya Mengetahui karakteristik, komposisi kimia, dari masing-masing bahan
yang digunakan
Mengetahui fungsi perlakuan dari setiap skema kerja yang digunakan Mengetahui reaksi kimia yang terjadi pada pembuatan tempe.
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
4/28
BAB 2. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
Panci Gelas objek Mikroskop Wadah plastik Baki Gelas piala Plastik pembungkus Kertas Neraca analitik Cawan petri Jarum ose
Spatula Bunsen Cawan petri Inkubator Kompor Jarum Beaker glass Korek api Kapas
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
5/28
2.2.2. Bahan
Tisu Sample 1 ose Alkohol 70% M.O hasail isolasi 1 ose Mikroba 1 ose Kacang Kedelai 250 gr Laru 2,5 gr Air steril 5 ml Plastik Kacang tunggak 250 gr Isolat protein Tepung beras 15 gr NA Aquades 5; 20; ml Tepung kedelai 5 gr Suspensi kapang tempe 2,5 ml
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
6/28
2.2. Skema Kerja
2.2.1. Mengisolasi Kapang( Rhizopus Oligosporus )pada Tempe
Tunggu hingga memadat
Goreskan pada media
Inkubasi 48 jam,300C
2.2.2 Menginokulasi Kapang (RhizopusOligosporus )pada tempe
Tunggu hingga padat
Goreskan pada media
Inkubasi selama 48 jam, 300c
Tuangkan media
Ambil 1 ose M.O hasil isolasi
Ambil 1 ose sample
Siapkan media
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
7/28
2.2.3 Mengidentifikasi kapang pada tempe
Bersihkan Gelas obyek dengan alkhohol 70%
Amati dengan mikroskop
Gambar untuk laporan dan bandingkan dengan literatur
Ambil 1 ose mikroba
Tetesi aquades
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
8/28
2.2.4 Pembuatan Starter
Air Steril 5 ml
Sterilisasi Ditambah IsolatRhizopus
Didinginkan Diambil 2,5 ml
Dicampur
Inkubasi 2 hari 30 c
Ditambah 5 r te un kedelai
Tepung Beras 15 gram
Ditambah 20 ml a uades
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
9/28
2.2.5 Produksi tempe
Direndam dalam air
Kedelai=24 jam
Kacang tunggak=48 jam
Di rebus
Kedelai=14 menit
Kacang tunggak=30menit
Di kukus
Kedelai=10 menit
Kacang tunggak=10 menit
Didinginkan
Di kuliti
Di kukus 5 menit
Ditambah starter 1 %
Dimasukkan dalam plastik
Bahan (kacang kedelai
atau kacang tunggak)
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
10/28
BAB 3. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
3.1. Hasil Pengamatan
2.2.1 Kelompok Satu
Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna Rasa
Kedelai Pasar
24 + + +
48
72
2.2.2 Kelompok Dua
Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna Rasa
Kedelai Buatan
24
48
72
2.2.3 Kelompok tiga
Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna Rasa
Tunggak Pasar
24
48
72
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
11/28
2.2.4 Kelompok empat
Jenis Bahan Jenis Ragi Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna Rasa
Tunggak Buatan
24
48
72
Keterangan:
Kekompakan = +++>>>
Tekstur = +++>>>
Aroma = +++>>> aroma tempe
--->>> aroma bukan tempe
Rasa = +++>>> enak
--->>> tidak enak
2.2. Hasil Perhitungan
Dalam praktikum tidak ada perhitungan.
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
12/28
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1. Morfologi dan Fisiologi Tempe
4.1.1. Morfologi tempe
a. Tekstur padat : tempe memiliki tektur yang padat mantap hal ini
disebabkan adanya pertumbuhan dari miseliumR.oligosporus yang mengikat
atau menyelimuti biji-biji kedelai. Biji-biji tersebut akan menyusun suatu
jaringan yang kompak sehingga setiap biji dari kedelai yang di tumbuhi
R.oligosporus menjadi satu kesatuan yang utuh.
b. Aroma khas tempe : tempe memiliki aroma yang khas. Aroma ini
dihasilkan oleh terjadinya proses fermentasi yangdilakukanR.oligosporus.
Pada proses fermentasi tempe terjadi proses hidrolisis yang akan merubah
senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Adanya
perubahan tersebut mengakibatkan terbentuknya senyawa yang lebih sederhanadan juga senyawa tambahan yang ikut terbentuk. Dalam hal ini gas adalah
salah satu senyawa yang sangat mungkin terbentuk, terbentuknya gas ini akan
menimbulkan aroma yang khas pada pembuatan produk tempe.
c. Terasa hangat jika di sentuh : proses fermentasi biasanya akan
menghasilkan energi, energi inilah yang nantinya akan menjadi faktor
penyebab mengapa terjadi perubahan suhu pada produk yang dihasilkan.
d. Berwarna putih : warna putih pada tempe disebabkan oleh tumbuhnya
miselium dari R.oligosporus, miselium tersebut akan menyelimuti seluruh
permukaan dari tempe sehingga biji-biji tempe menjadi tertutupi oleh
miselium, miseliumR.oligosporus memiliki warna putih hal inilah yang
menyebabkan tempe berwarna putih.
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
13/28
4.1.2. Fisiologi tempe
a. Umur simpan pendek : untuk umur simpan yang pendek pada tempe
disebabkan adanya pertembuhan mikroba. Kita tahu bahwa tempe adalah
produk olahan dengan memanfaatkan mikroba untuk produksinya, sehingga
dengan begitu mengakibatkan umur simpanya akan semakin pendek jika di
bandingkan dengan kedelai ataupun kacang tunggak yang tidak terkontaminasi
oleh mikroba. Mikroba akan memakan ataupun mensintesa bahan yang di
tumbuhinya, dengan cara melakukan metabolisme terhadap substrat yang ada
dalam bahan. Sehingga dengan begitu bahan akan rusak.
b. Memiliki nilai gizi lebih tinggi : tempe memiliki kandungan gizi yang
baik karena pada proses fermentasinya R.oligosporus akan menghasilkan
enzim protease yang akan mendegradasi senyawa-senyawa protein kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah di cerna oleh tubuh.
c.Kadar protein larut air lebih besar : tempe memiliki kadar protein larut
air yang besar.hal inikarena pengaruh aktifnya enzim proteolitik sehingga
kadar protein larut airnya lebih tinggi.
d. Protein dalam kedelai lebih sederhana : Selain menambah nilai gizi dari
tempe adanya enzim protease akan menyebabkan protein yang ada pada tempe
menjadi lebih sederhana, hal ini disebabkan adanya perombakan protein
kompleks menjadi protein yang lebih sederhana.
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
14/28
4.1.3. Standar SNI untuk produk tempe
No kriteria uji Satuan persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bau _ normal khas
1.2 Warna _ Normal
1.3 Rasa _ Normal
2 kadar air (b/b) % maks. 65
3 kadar abu (b/b) % maks. 1,5
4 kadar lemak (b/b) % maks 10
5kadar protein (N x 6,25)
(b/b)% maks. 16
6 kadar serat kasar (b/b) % maks. 2,5
7 cemaran logam
7.1 kadnium (Cd) mg/kg maks. 0,2
7.2 timbal (Pb) mg/kg maks. 0,25
7.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40
7.4 merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03
8 cemaran arsen (As) mg/kg 0,25
9 Cemaran mikroba
9.1 bakteri coliform APM/g maks. 10
9.2 Salmonella sp. _ negatif/25g
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
15/28
BADAN STANDARISASI NASIONALBSN
Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt 3 4
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270
Telp : 021574 7043; Faks : 0215747045; e-mail :[email protected]
4.2 Ciri morfologi dan fisiologi Rhizopusoligosporus.
4.2.1. Morfologi Rhizopusoligosporus :
1. Memiliki hifa yang bercabang banyak, saat muda hifanya tidak bersekatdan setelah menjadi tua bersekat.
2. Memiliki warna koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih.3. Memiliki hifa dengan tipe:
a. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat(misalnya roti)
b. rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkaruntuk menyerap makanan
c. sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat danmemiliki sporangium globuler di ujungnya.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://landasanteori.blogspot.com/2011/09/tipe-klasifikasi-dan-ciri-ciri-rhizopus.htmlhttp://landasanteori.blogspot.com/2011/09/tipe-klasifikasi-dan-ciri-ciri-rhizopus.htmlhttp://landasanteori.blogspot.com/2011/09/tipe-klasifikasi-dan-ciri-ciri-rhizopus.htmlmailto:[email protected] -
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
16/28
4. KarakterR. oligosporus: memiliki panjang sporangiosforR.oligosporus150-400 m lebih pendek dariR.oryzae yaitu lebih dari 1500
m sedangkan sporangiumR. oligosporus80-120 m lebih pendek dari
R.oryzae ( pitt dan Hocking , 1985 ).
5. Karakter dariR.oligosporus: memiliki warna sporangiospora hitamkecoklatan, warna miselium putih, panjang sporangiosfor 150-400 m,
panjang sporangium 80-120 m, tekstur sporangiosfor halus, bentuk
kolumela globose sampai sub globose, bentuk konidia globose atau
ellipsoidal (oval), panjang sporangiospora 7-10 m, serta bentuk
klamidospora abundant, single atau rantai pendek ( Samson et all., 1995 )
4.2.2. FisiologiRhizopusoligosporus :
1. Habitat jenis kapang ini adalah di darat, di tempat yang lembab atau sisaorganisme mati.
2. Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik padakisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH
tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin
menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara
umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi
kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
17/28
dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah
nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
3. Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakansenyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana
adalah penting dalam fermentasi tempe, dan merupakan salah satu faktor
utama penentu kualitas tempe, yaitu sebagai sumber protein nabati yang
memiliki nilai cerna amat tinggi. Kandungan protein yang dinyatakan
sebagai kadar total nitrogen memang tidak berubah selama fermentasi.
Perubahan terjadi atas kadar protein terlarut dan kadar asam amino bebas.
4. R.oligosporus dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35 C, dengan suhuminimum 12 C, dan suhu maksimum 42 C.
5. Reproduksi dapat dengan 2 cara yaitu reproduksi generatif dan vegetatif.Reproduksi vegetatif dengan cara membentuk spora tak berflagel
(aplanospora) dan generatif dengan cara gametangiogami dari dua hifa (-)
dan hifa (+) yang kompatibel/konjugasi dengan menghasilkan zigospora.
4.3. Komposisi Media
4.3.1 Media Isolasi dan Inokulasi
Malt Extract Agar atau sering disebut MEA merupakan media
yang digunakan dalam praktikum isolasi dan inokulasi R.oligosporus.
Komposisi darimedia ini adalah :
1. 5,0 gram malt extract
2. 10,0 gram tepung kedelai
3. 1,0 gram pepton
4. 0,5 gram KHPO
5. 0,5 gram MgSO.7HO
6. 1,0 ml larutan FeCl 1%
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
18/28
7. 0,1 gram yeas axtract
8. 15,0 agar powder
9. 1,0 liter air aquades
4.3.2 Media Pembuatan Starter
Media pembuatan starter Rhizopus Oligosporus adalah tepung
kedelai dan tepung beras. Tepung beras berfungsi sebagai sumber karbon
dan tepung kedelai sebagai sumber nitrogen. Kedua bahan dibuat adonan
dengan menambahkan aquades sebagai pelarut dari kedua bahan. Selain
sebagai pelarut penambahan aquades berfungsi sebagai sumber mineral
dan menyesuaikan kadar air pertumbuhan kapang.
4.4. Karakteristik Bahan
4.4.1 Kedelai
4.5. Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
4.5.1.Isolasi kapang (R.oligosporus) pada Tempe
Proses isolasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kultur
murni. Dalam prosesnya,media yang digunakan harus mengandung nutrisi
yang dibutuhkan mikroba. Nutrisi disini adalah segala sesuatu yang dapat
menunjang pertumbuhan dari mikroba. Pada tempe,mikroba yang tumbuh
yaitu kapang sehingga media yang sesuai untuk mengisolasi kapang
adalah media Malt Extract Agar ( MEA).
Terlebih dahulu siapakan media MEA.Setelah menyiapkan
media,kemudian tuangkan MEA yang masih cair kedalam cawan petri dan
tunggu hingga menjadi padat. Hal ini dilakukan agar media dapat di gores.
Ambil 1 ose sampel kemudian goreskan pada cawan petri menggunakan
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
19/28
goresan sinambung. Penggoresan dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan biakan awal. Penggunaan goresan sinabung bertujuan untuk
mendapat kultur yang paling murni atau tidak berkoloni. Setelah itu
diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 300C. Pada waktu dan suhu
tersebut mikroba khususnya kapang mengalami pertumbuhan secara
optimum.
4.5.2. Inokulasi kapang pada tempe
Tuangkan media MEA yang telah di sediakan kedalam cawan petri
dan tunggu hingga menjadi padat. Hal ini dilakukan agar media dapat di
gores. Ambil 1 ose mikroba hasil isolasi kemudian goreskan pada cawan
petri menggunakan goresan sinambung. Penggoresan dilakukan dengan
tujuan untuk memberikan biakan awal. Penggunaan goresan sinabung
bertujuan untuk mendapat kultur yang paling murni atau tidak berkoloni.
Setelah itu diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 30C. Pada waktu dan
suhu tersebut mikroba khususnya kapang mengalami pertumbuhan secara
optimum.
4.5.3. Identifikasi kapang pada tempe
Bersihakan gelas obyek dengan alkhohol 70%. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mensterilkan gelas objek. Lalu ambil 1 ose M.O hasil
inokulasi. Hal ini dilakukan untuk memberi objek yang akan di amati pada
gelas objek. Kemudian tetesi dengan aquades tujuannya agar
mempermudah mengamati ose dan melekatkannya pada gelas obyek serta
untuk lebih mengencerkan mikroba agar tidak terbentuk koloni. Amati
menggunakan mikroskop untuk melihat kenampakan dari mikroba yang di
identifikasi.
4.5.4. Pembuatan Starter
Bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk mpembuatan starter
tempe yaitu tepung beras sebanyak 15 gram, tepung kedelai 5 gram,
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
20/28
aquades 20 ml, air steril dan isolatRhizopus. Langkah awal yakni tepung
beras 15 gram dimasukkan kedalam beaker glass, tepung beras ini adalah
sebagai sumber karbohidrat.Kemudian tambahkan tepung kedelai 5 gram
yang berguna sebagai sumber protein bagi mikroba, setelah itu
tambahkan 20 ml aquades sebagai sumber mineral, campurkan ketiga
bahan tadi agar menjadi homogen dan setelah itu di lakukan proses
sterilisasi hal ini dilakuka agar tidak ada kontaminan dari mikroba
lain.Setelah bahan tadi selesai disterilisasi kemudian didinginkan. Hal ini
bertujuan agar saat di tambahkan biakan R.oligosporus, kapang tersebut
tidak mati karena faktor panas.
Siapkan biakan yang akan di tambahkan dengan cara tambahkan 5
ml air steril dan isolat Rhizopus, lalu diambil sebanyak 2,5 ml dan
masukan pada media yang telah di siapkan sebelumnya. Setelah semua
bahan dimasukkan, campur agar menjadi suspensi yang homogen.
Dalam proses penambahan air steril dilakukan secara perlahan-
lahan dan secukupnya agar starter tidak terlalu lembek dan tidak terlalau
keras. Setelah bahan tercampur dan menjadi homogen lalu starter
dibentuk bulat-bulat agak pipih. Pembentukan ini agar ragi yang di buat
sama atau mirip dengan ragi yang ada di pasaran. Letakkan kembali
starter yang telah di bentuk kedalam beaker glass untuk dilakukan proses
inkubasi selama 2 hari dan pada suhu 30o C. Dilakukan inkubasi selama 2
hari dan suhu 30o C karena pada suhu dan waktu tersebut mikroba dapat
tumbuh optimal.
4.5.5. Pembuatan ProdukSiapkan kedelai atau kacang tunggak untuk membuat tempe. Untuk
kelompok 1 dan 2 memproduksi tempe dari kadelai, kelompok 3 dan 4
memproduksi tempe dari kacang tunggak.Petama, kedelai maupun
kacang tunggak direndam dalam air. Kedelai direndam selama 24 jam
dan untuk kacang tunggak selama 48 jam. Perendaman dilakukan dengan
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
21/28
tujuan agar kedelai dan kacang tunggak menjadi lebih lunak ketika
masuk proses perebusan dan mempermudah proses perebusan. Setelah
direndam, kedelai dan kacang tunggak direbus. Untuk kedelai direbus
selama 14 menit dan kacang tunggak selama 30 menit. Kedelai hanya
direbus selama 14 menit karena tekstur yang dimiliki kedelai lebih lunak
serta lebih cepat masak, sedangkan untuk kacang tunggak direbus selama
30 menit karena kacang tunggak memiliki tekstur yang sedikit lebih
keras dibanding kedelai sehingga proses masaknya lebih lama. Perebusan
dilakukan agar kedelai maupun kacang kedelai lebih cepat empuk dan
memudahkan dalam proses selanjutnya yakni proses pengukusan.
Setelah kedelai dan kacang tunggak direbus, kemudian dilakukan
pengukusan. Untuk kali ini waktu yang dibutuhkan pada proses
pengukusan sama, yaitu cukup 10 menit. Pengukusan kali ini dilakukan
hanya dalam waktu 10 menit karena agar kedelai dan kacang tunggak
tidak terlalu matang atau hancur pada proses pengukusan yang kedua.
Kemudian setelah dikukus, kedelai dan kacang tunggak diangkat dandidinginkan. Pendinginan dilakukan dengan tujuan agar lebih
memudahkan dalam proses pengkulitan. Pengkulitan dilakukan dengan
cara diremas-remas agar kulit kedelai maupun kacang tunggak terlepas
dengan sendirinya. Setelah kulit terlepas, cuci dengan air mengalir
hingga beberapa kali agar kedelai dan kacang tunggak bersih dari kulit.
Kemudian kedelai dan kacang tunggak yang telah bersih dari kulit
dikukus kembali selama 5 menit agar kedelai maupun kacang tunggak
matang sempurna. Setelah matang kemudian didinginkan kembali dan
ditaruh dalam wadah agar uap panasnya menghilang. Kedelai dan kacang
tunggak yang telah dingin diberi starter sebanyak 1 %. Starter
ditambahkan karena dapat menumbuhkan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.
Starter yang digunakan yakni ragi yang berasal dari pasar dan ragi
buatan. Aduk hingga kedelai dan ragi tercampur rata dan hasil tempenya
http://id.wikipedia.org/wiki/Hifahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedelaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Hifa -
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
22/28
baik. Untuk kelompok 1 ragi yang digunakan yaitu ragi pasar, kelompok
2 ragi yang digunakan ragi buatan yakni pada kedelai. Sedangkan pada
kelompok yang menggunakan kacang tunggak, untuk kelompok 3 ragi
yang digunakan adalah ragi pasar dan untuk kelompok 4 ragi yang
digunakan adalah ragi buatan.
Tujuan digunakannya ragi pasar dan ragi buatan adalah untuk
mengamati perbedaan karakteristiknya yang meliputi aroma, tekstur,
warna, dan rasa. Setelah proses penambahan starter, kedelai dan kacang
tunggak dimasukkan kedalam kantong plastik. Sebelumnya plastik
terlebih dahulu di tusuk-tusuk menggunakan jarum sebanyak 100 kali.
Tujuannya agar oksigen masi tetap bisa masuk dan fermentasi dapat
berlangsung dengan baik serta tidak membuat tempe menjadi busuk,
kemudian jilid plastik. Setelah itu taruh kedelai dan kacang kedelai pada
tempat yang bersih dn suhunya tidak terlalu panas. Kemudian amati
tempe selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Nilai plus yang diberikan pada tabel pengamatan jika semakin
banyak plus maka karakteristik yang dimilki pada tempe tersebut
semakin baik, namun jika memilki banyak nilai minus kualitasnya
kurang baik.Sebaiknya dalam melakukan proses apapun teknik
keaseptisan tetap terus dilakukan dan dijaga.
4.6. Perubahan Selama Proses Fermentasi
4.4.1. Perubahan Kimiawi
1.Perubahan lemak
Asam lemak meningkat dari 0.5% menjadi 21.0%. Selama lemak disintetis
oleh Rhzopus sp. Dihasilkan gamma-linolenic acid (GLA). GLA adalah
prekursor prostaglandin dan leukotriene. Kedua prekoursor digunakan
untuk terapi penurunan kolesterol dan trigliserida pada darah. (Bisping et
al, 1993)
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
23/28
2. Perubahan Karbohidrat
The principal changes in carbohydrates are rapid decrease of hexoses and
the slow hyrolysis of stachyose, the flatulence factor in beans.
(Shallenberger et al, 1967)
3. Perubahan Protein dan Asam Amino
Amoniak (% total nitrogen) meningkat dari 0.1-0.7%. nitogen larut air
meningkat dari 6.5-39.0%. nitogen larut asam trichloroacetic meningkat
dari 5.9-28%. (Baumann et al, 1990)
4. Antibiotik dan Antioksidan
An isoflavone identified as 6,7,4-trihydroxy isoflavone has been reported.
The antioxidative effectof factor 2 on retinol was about the same as DL-
alpha-tocopherol, and three times that of genistein. ( Jha, 1985)
5. Perubahan Vitamin
The increased content of some vitamins of the B group, especially
riboflavin, niacin, vitamin B6, and vitamin B12, because of fungal and
bacterial metabolic activities has been extensively examined (Bisping et al.
1993; Keuth and Bisping 1993; Denter et al. 1998).
4.7. Analisa Data
Tempe adalah kedelai yang telah mengalami proses fermentasi
oleh mokroba jenis Rhizopus sp.(Saono dkk. 1976). Hasil fermentasi
menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, dan menyebabkan antar
biji kedelai melekat karena miselium dari kapang tadi. teurainya protein
yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga
mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari
kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna karena adanya
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
24/28
perubahan-perubahan pada protein, lemak, dan karbohodrat menjadi
produk baru yang mudah dicerna tubuh manusia.
Pada praktikum mengenai produksi tempe menggunkan
mengunakan dua bahan yang berbeda yaitu menggunakan kacang kedelai
dan kacang tunggak.
Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopus sp
menghasilkan energi. Energi tersebut sebagian ada yang dilepas oleh
jamur Rhizopus sp sebagai energi panas. Energi panas itulah yang
menyebabkan tempe menjadi terasa hangat. Selain terjadi perubahan suhu,
selama proses inkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan
munculnya titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik
pembungkus tempe.
Pada awal produksi tempe kelompok satu menggunakan ragi pasar.
Yang diamati selama pengamatan 24,48, dan 72 jam adalah mengenai
kekompakan,aroma, dan tekstur. Pada awal pengamatan 24 jamkekompakan sudah sedikit terlihat atau kedelai pada tempe berselimut
kapas yang putih dikarenakan kapang Rhizopus sp membentuk mycelium
berwarna putih dan jaringan yang kuat antar biji kedelai (buku petunjuk
praktikum,2013), aroma sedikit berbau tempe, aroma dikeluarkan oleh
kedelai karena saat fermentasi tempe mengalami respirasi , dan teksturnya
sudah mulai memadat. Pada pengamatan yang 48 jam kekompakan antara
biji kedelai sudah terlihat karena kapang Rhizopus sp sudah membentuk
mycelium, aroma sudah berbau tempe, dan untuk teksturnya sudah
memadat. Dan pada pengamatan 72 jam dan lamanya diinkubasi tempe
mulai muncul warna hitam dipermukaan,kekompakan sudah sangat
terbentuk kuat antar kedelai, aroma berbau khas tempe dan untuk tekstur
sangat memadat.
Pada kelompok dua bahan kacang kedelai menggunakan ragi
buatan. Pada tempe menggunakan ragi buatan pengamatan 24 jam
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
25/28
kekompoakan belum terlihat dikarenakan mikroba belum bereaksi,
aromanya belum berbau tempe, dan tekturnya belum ada pemadatan atau
belum terlihat karena mikroba belum bereaksi, kalau dalam fase
pertumbuhan mikroba, mikroba berada pada fase adaptasi. kekompakan
dan tekstur akan terlihat kalau Rhizopus sp sudah membentuk mycelium.
Pengamatan 48 jam kekompakan pada biji kedelai belum terlihat,
aromamnya belum berbau tempe teksturnya pun belum terlihat.
Pengamatan 72 jam kekompakan terlihat sedekit aromanya kedelai dan
teksturnya belum mulai memadat.hal ini terjadi penyimpangan karena
dimungkinkan pembuatan stater untuk tempe yang belum maksimal, dan
kerena penggunaan starternya mikrobanya sudah berada pada fase
stasioner jadi fase pertumbuhannya lambat.
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Proses fermentasi paada tempe menggunakan mikroba jenis Rhizopus sp.- Fermentasi menyebabkan kedelai mengalami perubahan morfologi dan
fisiologi.
- Penyebab hangatnya tempe adalah karena pelepasan energi oleh Rhizopussp.
- Tempe lebih mudah dicerna tubuh manusia karena terjadi perombakanprotein, lemak, dan karbohidrat menjadi lebih sederhana oleh kapang yang
berperan.
- Hasil percobaan dengan ragi buatan kurang baik daripada dengan ragipasar, hal ini dapat dikarenakan jeleknya kualitas ragi yang dibuat baik
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
26/28
secara nutrisi yang terkandung dalam ragi maupun ke aseptisan ragi
tersebut.
5.2. Saran
- Perhatikanlah kebersihan alat yang digunakan saat praktikum karena akanmempengaruhi hasil produk yang didapat.
- Belajarlah dari orang yang memiliki pengalaman dalam membuat tempesupaya dapat mengerti apa yaang terjadi saat terjadi penyimpangan
produk.- Saat identifikasi kapang harus teliti supaya tidak keliru memilihnya untuk
pemanfaatan fermentasi kedelai.
DAFTAR PUSTAKA
Bisping, B., Hering, L., Baumann, U., Denter, J., Keuth, S. And Rehm, H.J. 1993.
Tempe fermentationsome aspects of formation of gamma-linolenic acid,
proteases and vitamins. Biotechnology Advances 11, 481493.
Fardiaz S., 1989,Mikrobiologi Pangan, PAU-IPB, Bogor.
Pitt, J.I. and A.D Hocking, 1985, Fungi and Food Spoilage, Academic Press,
Australia.
Samson et al. (1995) menyatakan bahwa jamurR. oligosporus dan R. oryzae
memiliki warna abu-abu (kecoklatan).
Saono, S., S. Brotonegoro, S. Abu Bakar T.J. Basuki dan I.G.P. Badjra. 1976.
Microbiological studies on Tempe, Kecap and Tauco. ASEAN projecton
soybean and protein rich foods.
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
27/28
Steinkraus, K.H. (1995) Handbook of Indigenous Fermented Foods, 2nd revised
and expanded edn. New York: Marcel Dekker.
Widianarko . 2002. Tips Pangan Teknologi, Nutrisi, dan Keamanan Pangan.
Grasindo. Jakarta
LAMPIRAN
Gambar Hasil Pengamatan
-
7/23/2019 Laporan Praktikum Bioproses
28/28