laporan tugas akhir - failure mode and effect analysis bab : ii

Upload: prismayanto-raharjo

Post on 11-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    1/37

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Manajemen Kualitas Terpadu

    2.1.1 Definisi Manajemen Kualitas Terpadu

    Dalam setiap kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh manusia dalam suatu

    organisasi baik sosial maupun orientasi pada keuntungan bertujuan untuk

    menyediakan produk atau jasa bagi keperluan manusia lain. Nilai yang paling

    penting dari penyediaan produk atau jasa tersebut harus dapat digunakan

    sebaik-baiknya oleh orang lain. Kata sebaik-baiknya produk atau jasa yang

    digunakan merupakan kata dasar dari kualitas. (Juran, 1970)

    Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas, maka banyak

    organisasi baik sosial maupun perusahaan menerapkan konsep TQM (Total

    Quality Management) atau manajemen kualitas terpadu. Konsep manajemenkualitas terpadu adalah memanajemen semua aspek organisasi secara

    keseluruhan untuk menjadikan unggul dalam semua aspek produk atau jasa

    yang dihasilkan yang penting bagi konsumen.

    Manajemen Kualitas Terpadu (MKT) memiliki 3 suku kata yaitu:

    Manajemen, Kualitas, dan Terpadu. Menurut Gouzali (1996), manajemen

    diartikan sebagai:

    Ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

    pengkoordinasian, dan pengendalian sumber daya yang ada untuk

    mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dulu.

    Sedang pengertian kualitas terdiri dari bermacam-macam definisi dari

    berbagai macam sudut pandang. Pada dunia industri, definisi kualitas menurut

    Juran (1970) lebih sering diartikan sebagai:

    Tepat kegunaannya bagi pemakai, tingkat dari kelas atau

    kategori produk yang akan memberikan kepuasan bagi masyarakat

    luas, kenyamanan kualitas produk, karakteristik produk yang

    8

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    2/37

    dimiliki, fungsi dari sebuah produk, dan Departemen yang

    mengontrol mutu baik produk .

    Dan dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi dari terpadu adalah:

    Tercampur dari beberapa obyek menjadi satu dalam kesatuan.

    Pada dasarnya manajemen kualitas total (quality management) atau

    manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management= TQM) didefinisikan

    sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continous

    performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap

    area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya

    manusia dan modal yang tersedia. (Gasperz, 1997)

    ISO 9000:2000 (Quality Vocabulary) mendefinisikan manajemen kualitas

    (Obenauf, 2001) sebagai:

    Aktifitas melakukan pengaturan pada organisasi untuk mengawasi

    dan mengontrol dengan tujuan pencapaian kualitas dengan kegiatan

    antara lain: perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian

    kualitas (quality control), penjaminan kualitas (quality assurance), dan

    peningkatan kualitas (quality improvement)

    Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari

    manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top

    management), dan implementasinya harus melibatkan semua anggota

    organisasi.

    2.1.2 Dimensi Kualitas dan Performansi Kualitas

    Berdasarkan definisi kualitas, maka arti dari kualitas sendiri dapat

    dikategorikan lagi menjadi beberapa dimensi yang dapat menggambarkan atau

    mengukur tingkat kualitas tersebut. Kualitas memiliki 9 dimensi yang berbeda

    seperti dijelaskan pada tabel II.1 Pada halaman selanjutnya:

    Tabel II.1 Dimensi Kualitas

    9

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    3/37

    DIMENSI ARTI DAN CONTOH DIMENSI

    Performance (daya guna)Karakteristik utama produk, seperti kejelasan sebuah gambar

    pada produk

    Features (keutamaan)Karakteristik tambahan produk, seperti adanya alat pengendali

    otomatis (remote control).

    Conformance (kesesuaian

    dengan standar)

    Sesuai dengan spesifikasi atau standar yang ditentukan

    perusahaan, seperi: hasil jahitan pada pakaian.

    Reliability( daya uji)Konsisten pada waku performance seperti rata-rata waktu

    gagal atau rusak dari suatu unit

    Durability(daya tahan) Umur produk, termasuk pada sesudah diperbaiki

    Service (pelayanan produk)Penyelesaian masalah dan keluhan, seperti mudah untuk

    diperbaiki

    Response (tanggapan

    pelayanan)

    Hubungan antara manusia dengan manusia, seperti kepekaan

    pelayanan konsumen pada saat perbaikan.

    Aesthetics (estetika)Karakter tambahan (asesoris) dari produk, seperti: pemanis

    bentuk produk pada bagian luar

    Reputation (nama baik)

    Peformance pada masa lalu dan hal-hal lainnya yang bersifat

    abstrak (tidak dapat diraba), seperi: pernah menguasai

    pangsa pasar.

    Sumber: Besterfield, 2003

    Masing-masing dimensi kualitas dapat berdiri sendiri, misalnya: beberapa

    produk terbilang sempurna pada satu dimensi akan tetapi lemah dari sudut

    pandang dimensi yang lain. Oleh karena itu akan sangat banyak kemungkinan

    kombinasi dari dimensi produk tersebut. Sebagai contoh, fokus utama dari

    produk mobil Jepang pada era tahun 1970 lebih didasarkan pada dimensi dari

    reliability, conformance, dan aesthetics, akan tetapi suatu saat dimensi kualitas

    tersebut dapat berubah. Atas dasar dimensi tersebutlah bahasa-bahasa keinginan

    konsumen diterjemahkan menjadi kebutuhan proses produksi pada saat

    melakukan pengembangan produk. (Besterfield, 2003)Sedangkan performansi kualitas dapat ditentukan dan diukur berdasarkan

    karakteristik kualitas yang terdiri dari beberapa sifat atau dimensi (Gaspersz,

    2002) sebagai berikut:

    1. Fisik: Panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dan parameter

    lainnya.

    2. Sensory (berkaitan dengan panca indera): rasa, penampilan, warna,

    bentuk, model, dan parameter lainnya.

    10

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    4/37

    3. Orientasi waktu: keandalan (reliability), kemampuan pelayanan (service

    ability), kemudahan pemeliharaan (maintainability), dan ketepatan

    penyerahan produk (delivery).

    4. Orientasi biaya: berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan

    harga atau biaya dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.

    Dapat disimpulkan bahwa penilaian akhir baik atau buruknya produk hasil

    proses produksi diukur berdasarkan dimensi performansi kualitas yang telah

    ditetapkan sebagai standar spesifikasi. Penilaian tersebut diketahui berdasarkan

    tindakan pemeriksaan atau inspeksi baik pada saat proses produksi maupun

    akhir dari proses produksi. Pada saat melakukan inspeksi, karakteristik kualitas

    dibagi atas dua hal yaitu:

    1.Inspeksi Atribut: Menggolongkan barang baik dan barang cacat.

    2.Inspeksi Variabel: Menghitung dimensi seperti berat, kecepatan,

    ketinggian, kekuatan untuk melihat apakah produk masuk spesifikasi yang

    dapat diterima.

    2.1.3 Aplikasi Konsep Manajemen Kualitas Terpadu Dalam Industri Modern

    Total Quality Management(TQM) dalam industri modern didefinisikan sebagai

    suatu filosofi dan beberapa pedoman prinsip yang menggambarkan dasar dari

    peningkatan berkelanjutan pada organisasi. TQM terdiri beberapa metode ilmu

    teknik aplikasi dan sumber daya manusia untuk meningkatkan semua proses

    dalam organisasi dan harapan dari kebutuhan konsumen baik sekarang maupun

    yang akan datang. Dasar-dasar pada TQM terdiri dari alat teknik manajemen,

    upaya untuk peningkatan dari kondisi saat ini, dan alat-alat teknik yang

    berhubungan dengan disiplin ilmu yang dibahas. Enam prasyarat yang

    diperlukan dalam implementasi konsep TQM terdiri dari:

    1. Komitmen dan keterlibatan manajemen untuk mendukung

    organisasi secara jangka pendek dan jangka panjang.

    2. Fokus terhadap pelanggan, baik pelanggan internal dan pelanggan eksternal.

    3. Keterlibatan dan pemanfaatan yang efektif dari seluruh tenaga kerja.

    4. Perbaikan secara terus-menerus pada proses bisnis dan produksi

    11

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    5/37

    5. Memperlakukan pemasok sebagai rekan kerja.

    6. Membangun ukuranperformance dalam proses.

    Beberapa konsep yang telah disebutkan diatas merupakan metode yang

    tepat dalam menjalankan sebuah organisasi. Secara singkat pada masing-

    masing poin diatas dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut:

    Manajemen harus terlibat dalam program peningkatan

    kualitas. Para dewan kualitas atau manajemen perusahaan harus

    membangun visi yang jelas, baik tujuan untuk jangka pendek ataupun

    tujuan untuk jangka panjang. Serta memasukan kualitas sebagai tujuan yang

    disertakan pada rencana bisnis.

    Kunci yang efektif dalam program TQM adalah fokus

    kepada pelanggan dan cara pintar untuk memulai adalah tempatkan

    pelanggan internal sebagai pelanggan yang seharusnya lebih dahulu puas.

    Kita dapat memulainya dengan mendengar: suara dari konsumen,

    menekankan kualitas desain produk, dan membuat pencegahan kesalahan.

    TQM adalah tantangan besar organisasi bagi setiap

    orang-orang yang bertanggung - jawab didalamnya, sehingga setiap orang

    tersebut harus mampu mengembangkan dirinya dengan konsep TQM.

    Pengembangan dapat berupa pelatihan, seminar, dan kegiatan pengajaran

    lainnya. Karena konsep TQM terdiri dari pengembangan dan implementasi,

    maka setiap orang yang akan mengerjakan harus memahami apa yang akan

    mereka kerjakan dan cara untuk mengembangkannya.

    Harus ada usaha dalam meningkatkan bisnis atau proses

    produksi. Usaha tersebut dapat berupa proyek dalam meningkatkan kualitas

    sebagai contoh: pengiriman tepat waktu, kepuasan konsumen, pengurangan

    kehilangan material bahan baku, dan proyek lainnya. Dalam menjalankan

    beberapa proyek tersebut terdapat alat teknik yang digunakan dalam konsep

    TQM seperti: Benchmarking, Information Technology, Quality

    Management System (QMS), Enviromental Management System, Quality

    Function Development (QFD), Quality by Design, Failure Mode and

    Effect Analysis (FMEA),Product Liability, Total Productive Maintenance

    12

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    6/37

    (TPM), Management Tools, Statistical Process Control (SPC),

    Experimental Design, dan Taguchi Quality Engineering.

    Membangun jalinan kerjasama yang baik dengan

    supplierkarena 40% dari biaya produksi baik barang atau jasa yang keluar

    untuk pembelian bahan baku kepada pemasok.

    Membuat sistem pengukuran dari kinerja yang

    dilakukan sebagai alat kontrol, seperti: data barang cacat, data absensi, dan

    data lainnya. Akan lebih baik jika pengukuran dipublikasikan baik pada

    papan informasi, email, atau majalah hingga mudah untuk diketahui oleh

    orang lain yang membutuhkan informasi tersebut.

    Pengembangan dan pengukuran secara terus menerus untuk menjaga

    keandalan dari mesin, produk, atau proses merupakan hal yang sangat penting

    pada bagian manajemen kualitas terpadu (TQM). Pada saat kita membeli mesin

    baru, memproduksi produk jenis baru, atau pada saat merubah metode kerja

    atau proses produksi, maka diperlukan sebuah analisa mengenai keandalan yang

    berpengaruh terhadap proses atau produk. Salah satu metode yang sangat

    berguna yang dapat mengukur keandalan pada proses dan produk adalah konsep

    FMEA.

    Sebelum mengetahui secara detail tentang FMEA, secara singkat FMEA

    digambarkan sebagai teknik analisa yang menggabungkan teknologi dan orang-

    orang ahli pada bidangnya dalam mengidentifikasi untuk meramalkan poin

    kegagalan baik pada proses maupun produk dan rencana untuk mencegahnya.

    Metode ini dapat diimplementasikan baik pada desain atau proses produksi dan

    pada dasarnya yang termasuk dalam kegiatan identifikasi poin potensial

    kegagalan dan pengaruhnya baik terhadap konsumen internal maupun

    konsumen eksternal. (Besterfield, 2003)

    2.2 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

    2.2.1 Latar Belakang FMEA

    13

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    7/37

    Disiplin dasar konsep FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dibangun dan

    dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1949.

    Pada saat itu, FMEA masih dikenal dengan kata FMECA (Failure Mode,

    Effect, and Critical Analysis). Pada awalnya, pengembangan FMECA

    digunakan dalam prosedur militer (MIL-P-1629, Date: November, 9 1949)

    dengan tujuan untuk mengevaluasi keandalan teknik untuk mencari pengaruh

    dari sistem dan kegagalan peralatan. (Cayman Business System, 2004)

    Konsep FMEA saat ini merupakan satu teknik manajemen produksi yang

    pada mulanya dibuat oleh Ford Motor Company pada tahun 1970-an sebagai

    kaidah untuk membantu teknikal industri dalam menilai potensi poin kegagalan

    dan sebagai kaidah pencegahannya dalam industri otomotif. Akan tetapi tidak

    hanya untuk industri otomotif, berbagai bidang organisasi lainnya dapat

    mengadopsi metode FMEA sebagai cara untuk meningkatkan kualitas dan

    produktifitas. (Shamsuddin, 2001)

    Dalam beberapa tahun terakhir, metode FMEA sudah menjadi bagian yang

    tidak terpisahkan dengan desain dari proses pembuatan komponen atau produk

    manufaktur. Untuk beberapa hal tertentu, FMEA ini tidak dapat dipisahkan dari

    industri-industri seperti: pembuatan pesawat terbang, industri mobil atau

    otomotif, agen-agen pemerintah misalnya Airforce atau Navy. Mereka

    memerlukan dan mengharuskan FMEA diaplikasikan untuk memastikan

    keselamatan harus terjamin. (Villacourt, 1992)

    2.2.2 Definisi FMEA

    FMEA merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengevaluasi potensial

    poin-poin kegagalan dan penyebabnya. Prioritas untuk mencegah terjadinya

    potensial poin kegagalan didasarkan pada resiko yang paling besar dan menjadi

    sebuah petunjuk dalam melakukan tindakan untuk menghilangkan atau

    mengurangi kemungkinan kejadian poin kegagalan.

    FMEA sendiri bukan merupakan alat pemecahan masalah. FMEA

    digunakan dengan kombinasi dari berbagai alat pemecahan masalah lainnya.

    Akan tetapi FMEA menjadi alat yang mempresentasikan kemungkinan

    14

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    8/37

    kegagalan yang akan muncul untuk dihilangkan atau dicegah. (Cayman

    Business System, 2004)

    Kurwa Murwa dan Yu Ji (2002), mendefinisikan FMEA sebagai:

    Suatu teknik analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi

    potensial poin kegagalan dan penyebab yang berhubungan dengan

    poin kegagalan tersebut. Secara khusus FMEA dapat menemukan

    kelemahan dalam desain produk dan proses produksi sebelum desain

    dan proses produksi tersebut berjalan, baik dalam prototipe produk

    maupun produksi massal.

    Sedangkan menurut Deborah L. Smith dalam jurnal teknik industri

    (healthcare isixsigma.com, 2007), FMEA adalah:

    Alat proaktif, teknik, dan metode kualitas yang mampu

    mengidentifikasi dan mencegah kesalahan atau kegagalan proses atau

    produk sebelum terjadi.

    2.2.3 Tujuan dan Manfaat FMEA

    Dalam penerapan FMEA, tujuan pembuatan dokumentasi FMEA (Villacourt,

    1992) bagi perusahaan, antara lain:

    1. Alat atau metode yang efektif mengurangi biaya produksi dengan

    mendokumentasikan semua pengetahuan, pengalaman, dan pandangan dari

    proses produksi.

    2. Sebagai format dokumen yang menjadi penghubung komunikasi antara

    lintas disiplin atau departemen dalam proses produksi untuk mencegah

    kegagalan.

    3. Sebagai penyedia pemikiran, langkah-langkah yang berurutan dalam

    mendefinisikan produk dan proses dalam fokus satu kesatuan.Sedangkan manfaat dari metode FMEA (Villacourt, 1992) tersebut adalah:

    1. Kontribusi untuk meningkatkan desain proses dan produk, antara lain:

    meningkatkan keandalan produk, terbaik dalam kualitas, meningkatkan

    keamanan (proses, produk, dan pelaku), dan menjanjikan kepuasan

    konsumen.

    2. Konstribusi untuk mengurangi biaya, antara lain: mengurangi biaya

    akibat waktu dalam pengembangan produk dan biaya akibat desain ulang,

    15

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    9/37

    mengurangi biaya akibat garansi, dan biaya akibat kerusakan material dan

    kegiatan-kegiatan yang tidak berguna pada saat proses produksi.

    3. Konstribusi untuk peningkatan berkelanjutan.

    2.2.4 Jenis-jenis FMEA

    Metode FMEA memiliki 3 jenis pengembangan yang mempunyai fokus yang

    berbeda dalam mengeleminasi atau mengurangi potensial poin kegagalan, antar

    lain: (Cayman Business System, 2004)

    1. Desain Failure Mode and Effect Analysis (D-FMEA)

    D-FMEA adalah suatu teknik analisa yang pokok digunakan oleh tim desainatau pengembangan produk untuk mengetahui atau memastikan potensial

    poin kegagalan dan menggabungkan macam-macam penyebab untuk

    mengidentifikasi, mempertimbangkan, dan fokus terhadap kualitas yang

    dituju.

    Aktifitas utama dalam mengembangkan D-FMEA adalah melakukan

    semua kegiatan pengembangan desain yang diinginkan konsumen dan tidak

    melakukan tindakan yang tidak diinginkan konsumen. Dengan ini dapat

    diartikan bahwa D-FMEA hanya mengevaluasi desain yang sesuai dengan

    permintaan konsumen. Dalam D-FMEA juga diperbolehkan melakukan

    sebuah alternatif pengembangan produk, selama nilai dari permintaan

    konsumen akan kualitas produk tidak berpengaruh.

    2. Machine Failure Mode And Effect Analysis (M-FMEA)

    M-FMEA adalah sebuah metode yang membuat standarisasi teknik dalam

    penggunaan mesin dan peralatan selama proses produksi untuk

    meningkatkan keselamatan operator mesin, keandalan mesin, dan ketahanan

    mesin.

    Aktifitas yang paling utama dalam menganalisa kegiatan M-FMEA

    adalah mempelajari pola dari karakteristik mesin, pengoperasian yang

    aman, pemeliharaan yang tepat, dan kegagalan yang terjadi.

    3. Process Failure Mode and Effect Analysis (P-FMEA)

    P-FMEA adalah sebuah kegiatan mengidentifikasi proses produksi yang

    kritikal dan karakteristik proses yang penting dan keduanya dijadikan

    16

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    10/37

    sebuah titik awal dalam rencana untuk mengontrol proses agar tidak terjadi

    kegagalan.

    2.2.5 Persiapan Dokumentasi FMEA

    Pada awalnya, konsep FMEA bukanlah merupakan hal yang baru bagi para ahli

    teknik industri dan proses pada bidangnya. Para ahli teknik tersebut, pada saat

    melakukan desain produk atau memikirkan proses yang diperlukan sudah

    memasukan konsep FMEA pada rencana kerja mereka. Akan tetapi, aktifitas

    tersebut tidak dapat membantu, karena para ahli hanya mahir pada bidang

    masing-masing dan tidak melakukan intergrasi untuk bekerja sama pada grup

    untuk membahas konsep FMEA secara bersama.

    Tujuan dari pengumpulan dokumentasi FMEA adalah memberikan semua

    informasi bagi para ahli teknik pada masing masing bagian organisasi agar

    dapat diakses atau diketahui secara bersama. Informasi dapat berupa dokumen

    yang berhubungan dengan segala kegiatan proses produksi. Beberapa informasi

    yang dibutuhkan pada persiapan dokumentasi FMEA: (Besterfield, 2003)

    Block Diagram

    Langkah awal FMEA harus dimulai dengan block diagram.Block diagram

    dapat berupa informasi-informasi dari aliran proses yang berbeda

    (informasi, energi, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya) yang diperlukan

    dalam proses produksi. Tujuan utama block diagram adalah untuk

    mengetahui input pada proses, fungsi dari proses, dan output yang akan

    dikeluarkan oleh proses. Berdasarkan informasi tersebut maka dapat dapat

    dilakukan analisa terhadap proses.

    Berdasarkan pengertian diatas block diagram yang dimaksud pada

    pengumpulan dokumen atau data yang diperlukan pada penelitian dan

    pembahasan FMEA pada PT. PancaPrima EkaBrothers adalah Operational

    Process Chart(OPC).

    Dokumen Terkait Lainnya

    Beberapa dokumen yang dibutuhkan dalam melakukan analisa seperti:

    pedoman dari desain dan proses produksi, Keinginan atau kebutuhan yang

    17

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    11/37

    konsumen inginkan, dan dokumen lainnya sesuai dengan kebutuhan dari

    pada masing-masing perusahaan.

    2.2.6 Langkah-langkah Pembahasan dan Analisa FMEA

    Untuk menyusun dokumentasi proses FMEA sebagai panduan untuk mencegah

    terjadinya kegagalan proses diperlukan beberapa langkah dan tahap

    pembahasan dan analisa. Menurut Villacourt (1992) penyusunan dokumen

    proses FMEA dibuat berdasarkan tahap-tahap pembahasan sebagai berikut:

    a. Menentukan Potensial Poin Kegagalan

    Potensial poin kegagalan adalah sebuah pola dari suatu sistem, sub-sistem,

    atau bagian dari kegiatan (khusus dalam hal ini adalah kegiatan proses

    produksi) yang berpotensi mengalami kegagalan untuk membuat produk

    yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Beberapa hal perlu diperhatikan

    sebagai langkah analisa untuk menyusun dokumen P-FMEA, antara lain:

    Tim yang menyusun FMEA harus beranggotakan orang

    yang mengerti proses dengan baik.

    Standar dari hasil proses yang tidak memenuhi spesifikasi

    keinginan konsumen telah ditetapkan.

    Setiap material atau komponen yang diperlukan pada saat

    proses produksi diasumsikan dalam keadaan baik atau bebas cacat.

    Membuat standar dari proses yang serupa yang memenuhi

    keinginan konsumen atau yang berasal dari kometar pada proses

    pengembangan produk sebelumnya.

    Perhatikan poin-poin kegagalan yang muncul yang

    disebabkan oleh kegagalan pada proses sebelumnya.

    Beberapa potensial poin kesalahan yang khusus atau

    tertentu harus dituliskan secara detail mengenai proses yang akan

    dilakukan maupun karakteristik dari proses tersebut.

    b. Menentukan dampak dari poin-poin kegagalan

    Dampak yang terjadi dari poin potensial kegagalan yang muncul harus

    diketahui secara khusus, misalnya pada saat proses produksi dan secara

    18

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    12/37

    umum misalnya sistem secara keseluruhan. Sebagai contoh dampak dari

    kesalahan khusus yang terjadi dari kesalahan men-settingmesin uap akan

    menyebabkan satu produk menjadi cacat (reject). Sedangkan secara umum

    kesalahan yang terjadi tersebut akan menyebabkan mesin menjadi rusak.

    Secara khusus potensial poin kegagalan berdampak pada hasil produk yang

    mungkin terjadi pada saat itu. Dampak secara umum memiliki pengaruh

    yang lebih besar, misalnya; mesin tidak dapat digunakan selama beberapa

    hari yang akan berdampak pada kehilangan output dari mesin tersebut.

    c. Menentukan nilaiSeverity

    Definisi severity menurut Cayman Business System (2004) dalam jurnal

    teknik industri, adalah:

    Sebuah penilaian yang menggambarkan tingkat keseriusan dari

    dari dampak potensial kegagalan yang mungkin terjadi.

    Dari tiap-tiap jenis FMEA memiliki karakteristik atau kategori nilai

    severiy yang berbeda-beda. Pada proses FMEA (P-FMEA) kategori nilai

    severity bersangkutan kepada pihak konsumen sebagai pengguna produk

    dan pihak produksi sebagai penghasil produk. Kategori nilai atau kriteria

    nilai pada severity diberikan sesuai dengan kondisi aktual perusahaan

    tentang penilaian dari keseriusan terhadap dampak potensial kegagalan.

    Akan tetapi secara umum kriteria nilai severity bersumber dari Cayman

    Business System dijelaskan pada tabel berikut:

    Tabel II.2 Kriteria Nilai Severity

    No. Pengaruh Kriteria Rangking

    1Berbahaya tanpa

    peringatan

    Kesalahan yang terjadi dapat menyebabkan mesin rusak dandapat membahayakan keselamatan operator pada saatproses produksi. Kesalahan yang terjadi mempengaruhi produkyang dihasilkan dan dapat membahayakan konsumen danmenyalahi peraturan perundang-undangan yang dibuat olehpemerintah mengenai keamanan produk. Tidak ada signalatautanda yang memperingatkan bahwa kesalahan tersebut terjadi

    10

    19

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    13/37

    2 Berbahayadenganperingatan

    Kesalahan yang terjadi dapat menyebabkan mesin rusak dandapat membahayakan keselamatan operator pada saat

    proses produksi. Kesalahan yang terjadi mempengaruhi produkyang dihasilkan dan dapat membahayakan konsumen danmenyalahi peraturan perundang-undangan yang dibuat olehpemerintah mengenai keamanan produk. Ada signalyangmemperingatkan bahwa kesalahan tersebut terjadi.

    9

    3 Sangat Tinggi

    Kegagalan akan mengganggu mayoritas lini produksi. 100%produk masuk dalam kategori tidak dapat diperbaiki (scrap).Fungsi utama produk tidak dapat digunakan. Konsumenmerasa sangat tidak puas.

    8

    4 Tinggi

    Kegagalan akan mengganggu minoritas lini produksi. Produkmasih dapat dipilah dan terdapat jumlah kurang dari 100%produk masuk dalam kategori tidak dapat diperbaiki (scrap).Fungsi utama produk padat digunakan, akan tetapi kegagalanmenyebabkan fungsi tersebut berkurang. Konsumen merasatidak puas akan kualitas dari produk tersebut

    7

    5 Rata-rata

    Kegagalan akan mengganggu minoritas lini produksi. Kurangdari 100% porsi produk yang cacat masuk dalam kategori tidakdapat diperbaiki (scrap). Fungsi dari produk tersebut dapatdigunakan, akan tetapi beberapa fungsi kenyamanan produktidak dapat dioperasikan. Konsumen yang berpengalaman dariproduk tersebut, merasa tidak nyaman terhadap kualitasproduk.

    6

    6 Rendah

    Kegagalan akan mengganggu minoritas lini produksi. 100 %produk harus diperbaiki. Fungsi dari produk tersebut dapatdigunakan, akan tetapi nilai kenyamanan produk tersebutmenjadi berkurang. Konsumen yang berpengalaman dariproduk tersebut, merasa tidak puas terhadap kualitas produk.

    5

    Lanjutan .

    Tabel II.2 Kriteria Nilai Severity (lanjutan )

    7 Sangat rendah

    Kegagalan akan mengganggu minoritas line produksi. Produkyang cacat dapat dipilah dan jumlahnya kurang dari 100 %.Produk tersebut diperbaiki pada lini dan stasiun yang berbeda.Dan umumnya konsumen merasa tidak nyaman dengankesesuaian produk yang diinginkan dan mereka mengetahuikecacatan produk.

    4

    20

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    14/37

    8 Kecil

    Kegagalan akan mengganggu minoritas lini produksi. Produkyang cacat dapat dipilah dan jumlahnya kurang dari 100%.

    Produk tersebut dapat diperbaiki dan dikerjakan pada liniproduksi tersebut, akan tetapi dilakukan pada stasiun yangberbeda. Hampir rata-rata konsumen merasa tidak nyamandengan kesesuaian produk yang diinginkan dan merekamengetahui kecacatan produk.

    3

    9 Sangat kecil

    Kegagalan akan mengganggu minoritas lini produksi. Produkyang cacat dapat dipilah dan jumlahnya kurang dari 100%.Produk tersebut dapat diperbaiki dan dikerjakan pada lineproduksi dan pada stasiun tersebut. Beberapa sebagian kecilkonsumen merasa tidak nyaman dengan kesesuaian produkyang diinginkan dan mereka mengetahui kecacatan produk.

    2

    10 None Tidak Ada pengaruh 1Sumber : Cayman Business System, 2004

    d. Menentukan nilai Occurrence

    Definisi Occurrence menurut Cayman Business System (2004) adalah:

    Sebuah penilaian dari kemungkinan penyebab tertentu yang

    terjadi dan mempunyai dampak pada poin kegagalan selama proses

    produksi berlangsung.

    Nilai occurrence menghitung banyaknya kemungkinan kegagalan atau

    kegagalan yang terjadi pada saat proses produksi. Kategori nilai occurrence

    dapat dilihat pada tabel halaman selanjutnya:

    Tabel II.3 Kriteria Nilai Occurrence

    No.Kemungkinan

    kegagalanNilai kemungkinan

    kejadianRange

    Nilaikapabilitas

    Rangking

    1 SangatTinggi:kegagalan seringterjadi

    Lebih dari 1 dalam 2 X=1 < 0.33 10

    2 1 dalam 3 (maksimal) 1

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    15/37

    3Tinggi: kegagalanproses berhubungan

    dengan prosessebelumnya, yangjuga sering gagal

    1 dalam 8 (maksimal) 3

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    16/37

    No Deteksi

    Kriteria: Cacat produk (defect) akan ditemukan oleh kegiatanproses kontrol sebelum proses berikutnya (dalam urutan

    proses), atau sebelum bagian (komponen) telah selasai padalokasi sub-perakitan atau perakitan.

    Ranking

    1Tidak Mungkin

    TerdeteksiTidak ada alat kontrol yang tersedia untuk menemukan poinkegagalan.

    10

    2Sangat Tidak

    TerkendaliAlat kontrol pada saat ini kemungkinan sangat tidak mampumenemukan poin kegagalan.

    9

    3Tidak

    TerkendaliAlat kontrol pada saat ini kemungkinan tidak mampumenemukan poin kegagalan

    8

    4SangatRendah

    Kemungkinan sangat rendah alat kontrol yang ada sekaranguntuk mampu menemukan poin kegagalan

    7

    5 RendahKemungkinan rendah alat kontrol yang ada sekarang untukmampu menemukan poin kegagalan

    6

    6 Rata-rata Kemungkinan rata-rata alat kontrol yang digunakan sekaranguntuk menemukan poin kegagalan

    5

    7Rata-rata

    TinggiKemungkinan rata-rata sangat tinggi alat kontrol yangdigunakan sekarang untuk menemukan poin kegagalan.

    4

    8 TinggiKemungkinan menemukan poin kegagalan tinggi, terhadap alatkontrol yang digunakan sekarang.

    3

    9 Sangat TinggiKemungkinan menemukan poin kegagalan sangat tinggiterhadap alat kontrol yang digunakan sekarang

    2

    10 Selalu Terjaga Alat kontrol sekarang akan selalu menemukan poin kegagalan 1

    Sumber: Training Internal FMEA, PT Panca Prima Eka Brothers, 2007

    f. Menghitung RPN dan Membuat Rangking

    RPN merupakan kritikal indikator untuk menentukan tindakan pencegahan

    kegagalan yang terjadi sesuai dengan poin-poin kesalahan. Perhitungan nilai

    RPN diperoleh dari mengkalikan nilai ketangguhan produk (severity), nilai

    kemungkinan terjadi kegagalan (occurrence), dan nilai deteksi dini untuk

    pencegahan kegagalan (detection). Batas range dari nilai FMEA berada

    pada point 1 - 1000.

    Rumus nilaiRisk Priority Number(RPN) adalah sebagai berikut:

    23

    RPN: Severity x Occurrence x Detection

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    17/37

    Nilai RPN yang semakin kecil akan semakin baik dan sebaliknya jika

    nilai RPN semakin besar sampai batas maksimal 1000 poin maka akan

    mengkhawatirkan. Kekhawatiran disini dimaksudkan akan mempengaruhi

    kualitas produk yang dihasilkan dan jalannya proses produksi.

    Diagram Pareto analisis sebaiknya dipakai sebagai dasar untuk

    mengetahui kemungkinan point kesalahan dari nilai RPN, pengaruh dari point

    kesalahan, dan penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Nilai nilai RPN

    yang terbesar akan menjadi sumber perhatian dan sebagai tanda untuk

    melakukan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan yang paling kritis.

    g. Melakukan Review FMEA untuk Mencari Tindakan

    Pencegahan Kesalahan

    Pembahasan (review) FMEA adalah suatu aktifitas dari tim penyusun FMEA

    untuk membuat sebuah komentar dan membahas segala sesuatu dari data

    yang terkumpul dalam pembuatan dokumen FMEA. Pembahasan FMEA akan

    berfokus kepada nilai rangking terbesar dari tiap-tiap potensial kegagalan

    berdasarkan nilai RPN. Para tim penyusun FMEA dapat menentukan

    potensial peningkatan proses yang dapat dilakukan berdasarkan informasi

    yang telah dikumpulkan. Pada dasarnya jika tim penyusun FMEA

    menemukan sebuah potensial kegagalan dan kemudian membuat sebuah

    peningkatan, maka secepatnya akan dilakukan suatu perbaikan (revisi) pada

    kondisi proses saat ini.

    Dokumen FMEA sendiri sangat perlu untuk dilakukan pembaharuan

    (update) untuk menunjukan suatu peningkatan dan perubahan dalam standarproses. Pada saat melakukan perubahan atau peningkatan dalam penyusunan

    FMEA, maka semua dokumentasi harus didistribusikan kepada seluruh

    pengguna. Pengguna dokumen tersebut dimaksudkan sebagai pihak-pihak

    yang terkait dalam penyusunan dokumen FMEA dan pihak-pihak yang

    memerlukan informasi dari dokumen FMEA. Hal ini dimaksudkan agar

    peningkatan yang diusulkan dapat diimplementasikan pada proses. Selain itu

    24

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    18/37

    pula dokumen FMEA dapat sebagai acuan supaya lebih berhati-hati terhadap

    proses-proses yang kritikal terjadinya potensial kegagalan.

    Pada saat melakukan pembahasan FMEA, maka alat-alat pemecahan

    masalah diperlukan sebagai alat analisa. Alat analisa dan pemecahan masalah

    yang diperlukan seperti; peta proses operasi (Operation Process Chart),

    diagram Pareto, dan brainstroming.

    h. Menyiapkan Dokumen dan Lembar Kerja (worksheet) FMEA

    Dokumen FMEA merupakan lembaran yang berisi informasi dalam proses

    analisa FMEA. Tahapan-tahapan dalam menyiapkan dokumen FMEA terdiridari: ( Training InternalFMEA PT Panca Prima Eka Brothers, 2007)

    1.Halaman Depan Dokumen

    Halaman depan berisikan informasi umum produk dokumen FMEA,

    pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan dokumen FMEA, dan tujuan

    dari pembuatan dokumen. Sebagai penjelasan halaman depan dari

    dokumen FMEA dapat dilihat pada tabel II.5 halaman 27 pada lembar

    berikutnya.

    2.Diagram Fungsi Produk

    Diagram fungsi merupakan informasi umum tentang fungsi dari produk

    yang akan dibuat. Dalam membuat dokumen FMEA sangat diperlukan

    untuk mengetahui fungsi dari sebuah produk secara menyeluruh.

    Pengetahuan mengenai fungsi produk akan menjadi dasar sebagai

    penetapan dari standar kualitas pada proses produksi. Sebagai penjelasan

    diagram fungsi dari dokumen FMEA dapat dilihat pada halaman

    selanjutnya:

    25

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    19/37

    Fungsi Ukuran

    Fungsi bagi pemakai daripengaruh lingkungan

    Fungsi bagi pemakai

    terhadap fisik pemakai

    Jenis produk yang akandi dokumentasikan

    Gambar II.1 Diagram Fungsi Produk FMEASumber : PT Panca Prima Eka Brothers, 2007

    3.Lembar Kerja (Worksheet) FMEA

    Lembar kerja FMEA merupakan lembar yang memuat tahapan-tahapan

    analisa secara ringkas sehingga mudah dibaca oleh pengguna dokumen

    FMEA. Isi dari lembar kerja FMEA secara umum telah dijelaskan pada

    bagian terdahulu. Contoh dari lembar kerja FMEA dijelaskan pada tabel

    II. 6 pada halaman 28.

    4.Diagram RPN (Risk Priority Number)

    Lembar diagram RPN merupakan bagian yang memberikan informasi

    mengenai nilai RPN dari masing-masing poin kegagalan. Secara umum,

    pembahasan RPN telah dibahas pada bagian sebelumnya.

    5.Tindakan PencegahanLembar tindakan pencegahan merupakan hasil dari brainstorming yang

    telah dilakukan pada saat melakukan review yang telah dijelaskan pada

    bagian terdahulu. Contoh dari tabel tindakan pencegahan dalam

    dokumentasi FMEA dapat dilihat pada tabel II.7 pada halaman 29.

    26

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    20/37

    Sedangkan menurut Besterfield (2003), terdapat 4 tahapan yang harus

    dilakukan dalam penyusunan FMEA, antara lain:

    1. Tentukan Kemungkinan Kegagalan

    Fungsi produk

    Poin kemungkinan atau potensial kegagalan

    Akar permasalahan

    Pengaruh atau dampak

    2. Definisikan Resiko yang Akan Terjadi

    Kemungkinan penyebab kegagalan

    Pengaruh terhadapseverity

    Efektifitas alat kontrol yang ada saat ini

    NilaiRisk Priority Number

    3. Melakukan Pencegahan Yang Menyebabkan Resiko Terjadi

    Utamakan tindakan yang akan diambil

    Jelaskan secara detail tindakan yang akan dilakukan

    Rekrut orang yang bertanggung jawab atas tindakan pencegahan.

    Tandai peningkatan yang telah terjadi

    4. Mengevaluasi Kembali Nilai Resiko

    Melakukan perhitungan nilai RPN ulang terhadap peningkatan yang

    sudah dilakukan.

    Dari 4 tahapan atau langkah dalam menyusun FMEA, terdapat beberapa

    penjelasan tambahan yang diperlukan untuk menjelaskan lebih dalam mengenaimasing-masing poin kegiatan pembahasan. Penjelasan tersebut antara lain:

    (Besterfield, 2003)

    Kebutuhan atau Fungsi Proses

    Setelah menentukan item atau produk yang akan dipilih untuk melakukan

    pembahasan, maka langkah selanjutnya adalah membahas dan menganalisa

    proses yang bersangkutan. Semua kegiatan proses harus termasuk

    didalamnya, namun dapat dibatasi sesuai dengan pembahasan

    27

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    21/37

    Sehingga berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa

    membahas dan menganalisa proses yang bersangkutan adalah melakukan

    pembahasan potensial kegagalan berdasarkan proses produksi produk

    (diagram alur proses).

    Poin Potensial Kegagalan

    Informasi poin potensial kegagalan dapat diartikan menjadi 2 hal: pertama

    adalah dapat berarti serangkaian metode untuk menemukan kemungkinan

    kegagalan, dan kedua adalah dapat berarti serangkaian metode untuk

    menemukan penyebab potensial kegagalan atau hasil dari kegagalan pada

    suatu sistem yang paling dasar. Semua poin potensial kegagalan yang

    mungkin akan terjadi harus terdaftar baik yang terjadi pada kondisi normal

    atau kondisi yang tidak normal dari berbagai hal. Awal yang baik pada saat

    akan menentukan poin potensial kegagalan bersumber dari pengalaman

    masa lampau, laporan data kualitas, dan melakukan brainstroming dengan

    para ahli dibidangnya.

    Dampak Potensial Kegagalan

    Pengaruh dari potensial kegagalan dapat diartikan sebagai pengaruh yang

    akan diterima konsumen pada saat akan menggunakan produk tersebut.

    Konsumen disini dimaksudkan sebagai konsumen internal dan konsumen

    eksternal sebagai pengguna produk. Dampak dari kegagalan proses dapat

    dijelaskan sebagai sesuatu yang akan membuat konsumen kecewa, jadi

    setiap kondisi dampak yang akan terjadi berasal dari suara konsumen.

    Akan tetapi dampak dari kegagalan tidak berfokus kepada produk dan

    konsumen saja, beberapa dampak juga termasuk pada kemungkinan

    keselamatan pekerja dan pengaruh terhadap proses produksi baik sesudah

    maupun sebelumnya proses tersebut.

    Alat Kontrol Proses Saat Ini

    Beberapa aktifitas yang termasuk dalam alat kontrol proses dapat berupa

    pengukuran pencegahan kegagalan, pengesahan produk, dan pembuktian

    dari desain yang benar. Kontrol tersebut dapat berupa serangkaian kegiatan

    pengujian seperti: uji fisik produk, pengujian yang berhubungan dengan

    28

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    22/37

    perhitungan, Tinjauan kemungkinan kegagalan, dan pengujian awal proses

    produksi (prototipe).

    Secara umum, terdapat 3 tipe dari kegiatan kontrol untuk mencegah poin

    potensial kegagalan, antara lain:

    1. Tindakan pencegahan dari penyebab kegagalan yang terjadi.

    2. Mendeteksi kemungkinan kegagalan dan membuat tindakan perbaikan.

    3. Mendeteksi hanya pada poin kegagalan yang bersangkutan

    2.3 Alat Analisa dalam penyusunan FMEA

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa FMEA bukan merupakan alat

    pemecahan masalah. FMEA digunakan dengan kombinasi dari berbagai alat

    pemecahan masalah lainnya. Oleh kerena itu dalam melakukan analisa untuk

    membuat dokumen FMEA diperlukan alat-alat pemecahan masalah antara lain:

    2.3.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart= OPC)

    Operation Process Chart(OPC) atau Peta Proses Operasi adalah suatu peta

    atau grafik yang menggambarkan urutan dari keseluruhan operasi dan

    inspeksi yang terlibat dalam suatu proses produksi. Operation Process

    Chart (OPC) digunakan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh

    terhadap keseluruhan proses atau aktivitas dalam melakukan proses

    produksi.

    Kegunaan dari Operation Process Chart (OPC) antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui keseluruhan proses yang dilakukan dalam suatu

    proses produksi.

    2. Untuk mengatahui kebutuhan mesin dan anggarannya.

    3. Untuk memperkirakan kebutuhan bahan dan waktu.

    4. Sebagai dasar dalam penentuan tata letak pabrik.

    5. Alat perbaikan cara kerja.

    Simbol-simbol peta kerja yang biasanya digunakan pada Operation

    Process Chart(OPC) adalah sebagai berikut:

    29

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    23/37

    Simbol operasi

    Yaitu digunakan untuk menandakan suatu kegiatan operasi. Kegiatan

    operasi terjadi apabila terjadi perubahan sifat fisik maupun kimiawi

    pada benda kerja. Contoh: mengecat, mengelas, merakit, dll.

    Simbol inspeksi

    Yaitu digunakan untuk menandakan suatu kegiatan pemeriksaan

    (inspeksi) terhadap benda kerja maupun alat kerja baik dari segi kualitas

    maupun kuantitas agar sesuai dengan standar atau spesifikasi yang telah

    ditentukan. Contoh: mengukur, memeriksa hasil pemotongan, dan

    kegiatan inspeksi lainnya.

    Simbol penyimpanan

    Yaitu digunakan untuk menandakan suatu kegiatan menyimpan benda

    kerja untuk waktu yang cukup lama. Contoh: menyimpan bahan baku

    atau barang hasil produksi.

    Simbol gabungan

    Yaitu digunakan untuk menandakan gabungan dari 2 (dua) aktivitas

    yaitu operasi dan inspeksi yang dilakukan secara bersamaan atau pada

    satu tempat kerja. Contoh: merakit benda kerja kemudian

    memeriksanya. (Sutalaksana, 1979)

    Berikut tabel yang menjelaskan simbol simbol dari diagram proses

    operasi:

    Tabel II.8 Simbol-simbol dalam OPC

    30

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    24/37

    Simbol KeteranganNo

    Proses1.

    Pemeriksaan2.

    Penyimpanan3.

    Gabungan Proses dan

    pemeriksaan4.

    Sumber : Sutalaksana

    2.3.2 Kapabilitas Proses

    Proses statistikal kontrol, analisa kapabilitas proses, dan peningkatan

    proses merupakan bagian yang berbeda dalam ilmu statistical process

    controlakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam satu dan lainnya sebagai

    alat analisa peningkatan dan perbaikan berkelanjutan. Tujuan utama

    dalam mengontrol proses adalah agar produk yang dihasilkan akan selalu

    bertemu dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Jika terjadi sebuah

    penyimpangan terhadap proses, maka masalah tersebut akan membawa

    kita untuk melakukan peningkatan proses dengan menggunakan analisa

    kapabilitas proses. (Grant, 1996)

    Batas kontrol diperoleh dari rumus atau fungsi rata-rata data.

    Spesifikasi merupakan area atau variasi yang diperbolehkan dalam

    sebuah pengukuran produk, misalnya ukuran, panjang, berat dan

    parameter lainnya. Spesifikasi dan batas kontrol dibangun oleh design

    engineers yang disesuaikan dengan fungsi produk. Sehingga dalam

    mempertahankan data hasil proses terhadap nilai spesifikasi diperlukan

    penilaian kemampuan proses (process capability) sebagai alat kontrol

    data yang akan diukur.

    Batas kontrol, penyebaran data proses (process capability), nilai rata-

    rata, dan nilai data proses memiliki keterkaitan satu dengan lainnya

    indikator tersebut sangat ditentukan oleh proses, dimana spesifikasi proses

    31

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    25/37

    tidak ditentukan (bebas). Akan tetapi peta batas kontrol tidak dapat

    ditentukan pada saat proses mempunyai nilai spesifikasi produk.,

    sehingga perhitungan kapabilitas hanya cukup dengan menggunakan nilai

    spesifikasi batas atas (upper spesification limit (USL)) dan nilai

    spesifikasi batas bawah (lower spesification limit (LSL)). (Besterfield,

    2003)

    Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisa

    kapabilitas proses menurut PT Panca Prima Eka Brothers pada training

    internalSPC, (2007) adalah sebagai berikut:

    1. Batas-batas toleransi dan spesifikasi produk telah diketahui

    2. Menentukan jumlah banyaknya sampel dan sub-grup data

    3. Menghitung kecondongan nilai tengah dan penyebaran data.

    4. Menghitung nilai kapabilitas proses

    Penjelasan teori mengenai poin-poin dari langkah yang dilakukan dalam

    menganalisa kapabilitas proses yaitu:

    1. Batas toleransi dan spesifikasi produk

    Semua proses produksi yang dihasilkan baik dengan mesin-mesin,

    peralatan tangan, metode tertentu, tenaga manusia, dan kondisi

    lingkungan akan mempunyai karakteristik yang tidak sama. Untuk

    mengetahui dan mempelajari karakteristik produk yang tidak sama

    tersebut, maka dalam ilmu statitstik dikenal dengan istilah variasi

    (variation).

    Variasi pasti akan terjadi dalam suatu proses produksi karena

    ketidaksamaan produk yang dihasilkan walaupun dalam satu proses.

    Berdasarkan penjelasan tersebut maka toleransi produk dan spesifikasi

    produk dalam sebuah proses produksi akan timbul dan sangat

    diperlukan. Akan tetapi bukan berarti bahwa toleransi dari spesifikasi

    produk yang telah ditentukan akan mempengaruhi kualitas produk

    tersebut.

    Nilai minimum dan maksimum variasi dari suatu produk dalam

    sebuah proses produksi yang diterima (dalam hal kualitas) adalah nilai

    32

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    26/37

    toleransi. Sedangkan maksud dari spesifikasi adalah permintaan akan

    kualitas dari pelanggan atau teknikal produksi yang telah ditetapkan

    pada output sebuah proses.

    2. Pengambilan sampel dan penentuan sub-grup

    Secara umum sampel dan sub-grup yang ditentukan harus dapat

    mewakili semua hasil produksi. Hal ini berarti bahwa dalam

    menentukan nilai variasi, data tidak mengalami kehilangan informasi

    mengenai aktual proses yang terjadi.

    Penerapan pengambilan sampel dan penentuan sub-grup berbeda

    antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Akan tetapi

    prinsip yang harus tetap dipegang adalah dalam pengambilan sampel

    dan penentuan sub-grup memiliki pola yang selalu sama (consist).

    Consist disini dimaksudkan sebagai pola yang sama dalam produk

    yang telah ditentukan, waktu pengambilan, dan jumlah sampel yang

    diambil. (Grant, 1996)

    3. Kecondongan nilai tengah dan penyebaran data.

    Data yang ditampilkan oleh nilai rata-rata pada distribusi frekuensi

    pada umumnya terlalu luas untuk diambil kesimpulan, akan memakan

    waktu untuk dianalisa, dan terkadang mengalami kesalahan

    kesesuaian terhadap data aslinya. Salah satu cara untuk

    mempermudah menyampaikan informasi yang terkandung dalam data

    yaitu dengan melihat 2 nilai yang dapat mewakili atau menjelaskan

    keadaan sebuah data. Nilai tersebut adalah nilai dari pengukuran

    kecondongan nilai tengah dan pengukuran nilai penyebaran.

    (dispertion /standar deviasi).

    Pengukuran kecondongan nilai tengah yang umumnya sering

    digunakan adalah nilai tengah (median), nilai rata-rata (mean), dan

    nilai kemunculan (modus). Pengukuran kecondongan nilai tengah

    untuk melakukan analisa kapabilitas proses diperlukan hanya

    perhitungan nilai rata-rata (mean). Rumus dari perhitungan nilai rata-

    rata dan standar deviasi adalah: (Grant, 1996)

    33

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    27/37

    Rumus perhitungan nilai rata-rata (x-bar)

    =

    N

    i = 1Xi1

    NX

    Rumus perhitungan varian populasi

    ( Xi - )2

    N

    N

    i = 1

    2

    =

    Rumus perhitungan standar deviasi populasi

    Rumus perhitungan varian sampel

    S2

    ( Xi - X )2

    n - 1

    n

    i = 1=

    Rumus perhitungan standar deviasi sampel

    Dimana :

    Xi = Data ke i

    N = Jumlah data ke N

    X bar = = nilai rata-rata

    4. Menghitung Kapabilitas proses

    Hubungan antara variasi dari proses dan spesifikasi desain produk

    sering dihitung dengan pengukuran yang disebut sebagai kapabilitas

    proses. Dalam mendiskusikan tentang kapabilitas proses perlu

    dipertimbangkan dua konsep yang berbeda (Gasperz, 1998) berikut

    ini:

    34

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    28/37

    Kapabilitas proses ditentukan oleh variasi yang

    bersumber dari variasi penyebab umum. Secara umum kapabilitasproses menggambarkan performansi terbaik dari proses itu sendiri.

    Dengan demikian kapabilitas proses berkaitan dengan variasi

    proses tanpa mempedulikan dimana spesifikasi (didefinisikan

    sebagai kebutuhan pelanggan) itu berkaitan dengan lokasi dan

    rentang dari proses.

    Pelanggan (internal atau ekternal) biasanya lebih

    memperhatikan output secara keseluruhan dari proses dan

    bagaimana output memenuhi kebutuhan mereka (diidentifikasikan

    sebagai spesifikasi), tanpa memperhatikan variasi proses.

    Jadi dapat didefinisikan secara umum bahwa analisa kapabilitas

    proses merupakan analisa yang membandingkan kinerja suatu proses

    dengan spesifikasinya.

    Menurut PT. Dawee Groups Indonesia dalam training internal

    process capability (2002) terdapat 3 kondisi kapabilitas proses yang

    dapat diketahui berdasarkan penyebaran data terhadap nilai batas atas

    spesifikasi (USL) dan nilai batas bawah spesifikasi (LSL), yaitu:

    Proses memiliki kapabilitas tinggi, yang terjadi bila

    rentang proses didalam rentang spesifikasi. Pada umumnya nilai

    Cpk adalah lebih besar dari 1.33 (Cpk > 1.33) Berikut gambar

    diagram kapabilitas dan kurva normal yang menjelaskan proses

    kapabilitas tinggi pada halaman selanjutnya:

    15141312111098

    Process Data

    Sample N 20

    S tDev(Wit hi n) 1 .3 12 68

    StDev(Overal l) 1 .16226

    LSL 8.00000

    Target *

    USL 15.00000

    Samp le Mean 1 1.50 00 0

    Potential (Within) Capability

    C C pk 0. 89

    Ov erall Capability

    Pp 1.00

    PPL 1.00

    PPU 1.00

    Ppk

    Cp

    1.00

    C pm *

    0.89

    C PL 0.89

    C PU 0.89

    C pk 0.89

    Observed Performance

    P P M < LS L 0 .00

    PPM > U SL 0 .0 0

    P P M T ot al 0 .00

    Exp. Within Performance

    PPM < LSL 3 83 4.44

    PPM > U SL 3 83 4.44

    P P M T ot al 7 66 8. 88

    Exp. O verall Performance

    PPM < LSL 1 30 0.39

    PPM > USL 1300.39

    PPM Tot al 2 60 0.78

    35

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    29/37

    Gambar II.2 Nilai Kapabilitas Proses TinggiSumber: PT Dawee Groups Indonesia

    Proses memiliki kapabilitas hampir tidak cukup, yang

    terjadi bila rentang proses sama dengan rentang spesifikasi. Pada

    umumnya nilai Cpk adalah berada dalam rentang nilai 1 sampai

    dengan 1.33 (1 > Cpk > 1.33) Berikut gambar kurva normal yang

    menjelaskan proses kapabilitas hampir tidak cukup:

    1514131211109

    Process Data

    Sample N 20

    StDev(Within) 1.60602

    StDev(Overall ) 1.47016

    LSL 10.00000Target *

    USL 14.00000

    Sample Mean 12.00000

    Potential (Within) Capability

    C C pk 0.42

    Ov erall Capability

    Pp 0.45

    PPL 0.45

    PPU 0.45

    Ppk

    Cp

    0.45

    C pm *

    0.42C PL 0.42

    C PU 0.42

    C pk 0.42

    Observed Performance

    P P M < LS L 0 .0 0

    PPM > USL 0 .00

    P P M T ota l 0 .0 0

    Exp. Within Performance

    PPM < LSL 106508.35

    PPM > USL 106508.35

    PPM To ta l 213016. 70

    Exp. Overall Performance

    PPM < LSL 86852 .48

    PPM > USL 86852 .48

    PPM Total 173704.96

    Gambar II.3 Nilai Kapabilitas Proses Hampir Tidak CukupSumber: PT Dawee Groups Indonesia

    Proses tidak memiliki kapabilitas, yang terjadi bila

    rentang proses lebih besar dibandingkan rentang spesifikasi. Pada

    umumnya nilai Cpk adalah kurang dari dari 1.0 (Cpk < 1.0)

    Berikut gambar kurva normal yang menjelaskan proses tidak

    memiliki kapabilitas

    36

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    30/37

    18161412108

    Process Data

    Sample N 28

    StDev(Within) 2 .18286

    StDev(Overa ll ) 2 .05564

    LSL 11.00000

    Target *

    USL 15.00000

    Sample Mean 13.00000

    Potential (Within) Capability

    C C pk 0.31

    Ov erall Capability

    Pp 0.32

    PPL 0.32

    PPU 0.32

    Ppk

    Cp

    0.32

    C pm *

    0.31

    C PL 0.31

    C PU 0.31

    C pk 0.31

    Observed Performance

    PPM < LSL 142857.14

    PPM > USL 142857.14

    PPM Total 285714.29

    Exp. Within Performance

    PPM < LSL 179773.41

    PPM > USL 179773.41

    P P M T ot al 3 59 54 6. 82

    Exp. Ov erall Performance

    PPM < LSL 165293.52

    PPM > USL 165293.52

    PPM To ta l 330587.04

    Gambar II.4 Proses Tidak Memiliki KapabilitasSumber: PT Dawee Groups Indonesia

    Dalam analisa kapabilitas proses, penilaian suatu proses dalam

    kapabilitas yang baik diukur melalui nilai Cp dan Cpk. Nilai Cp

    merupakan perbandingan rentang spesifikasi dengan rentang proses.

    Kelemahan utama Cp adalah pada kenyataan sangat sedikit proses

    yang tetap berpusat pada rata-rata proses. Untuk memperoleh

    pengukuran akan kinerja proses yang lebih baik, maka harus

    dipertimbangkan dimana rata-rata proses berlokasi relatif terhadap

    spesifikasi. Cpk mencari jarak terdekat lokasi pusat proses dengan

    USL atau LSL kemudian dibagi rentang proses.

    Untuk menentukan poin potensial kegagalan dari ukuran produk

    dalam penelitian digunakan nilai Cpk. Nilai Cpk yang makin rendah,

    akan menunjukan nilai kapabilitas pada proses tersebut yang semakin

    jelek. Dan sebaliknya nilai kapabilitas proses lebih dari 1.33, akan

    menunjukan kapabilitas pada proses tersebut yang semakin baik atau

    tinggi.

    Rumus perhitungan nilai Cpk adalah:

    Dimana:

    = Nilai Rata-rata

    (mean) populasi

    37

    USL - - LSLCpk = Min atau

    3s 3s

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    31/37

    = Nilai Deviasi Standar .

    2.3.3 Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram)

    Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone diagram).Fishbone

    diagram berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor yang berpengaruh

    pada kualitas. Prinsip yang dipakai untuk membuatfishbone diagram adalah

    sumbang saran (brainstroming). Pada umumnya ada 5 faktor yang perlu

    diperhatikan dalam penyusunan diagram (Astra Manajemen System, 2001)

    seperti terlihat pada gambar pada halaman selanjutnya.

    Lingkungan(Environment)

    Manusia(Man)

    Bahan(Material)

    Cara(Metodhs)

    Peralatan(Machine)

    SEBAB AKIBAT

    Akibat

    Gambar II.5 Cause EffectDiagram

    Sumber: Astra Manajemen System, 2007

    Tahapan-tahapan dalam menyusun sebuah diagram tulang ikan adalah

    sebagai berikut: (Direktorat Jendral Industri Kecil dan Menengah.

    Departemen Perindustrian, 2007)

    Langkah 1: gambarlah sebuah panah garis horizontal dengan suatu tanda

    panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya.

    Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan dalam

    kotak, seperti yang terlihat pada gambar II.6.

    AKIBAT

    Gambar II.6 Langkah Penentuan AkibatSumber: Departemen Perindustrian, 2007

    Langkah 2: Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin, lingkungan,

    dan metode) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak

    jauh dari garis panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan

    38

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    32/37

    garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Langkah

    ini dapat dilihat pada gambar II.7

    AKIBAT

    Mesin

    Material Metode

    Manusia

    Gambar II.7 Langkah Penentuan Faktor yang BerpengaruhSumber: Departemen Perindustrian, 2007

    Langkah 3: Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut disekitar

    penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai

    pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab

    kecil tersebut dengan garis panah dari penyebab utama yang

    bersangkutan. Langkah ini dapat dilihat pada gambar II.8.

    AKIBAT

    Mesin

    Material Metode

    Manusia

    Penyebab

    Gambar II.8 Langkah Mencari Akar PermasalahanSumber: Departemen Perindustrian, 2007

    Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai berikut:

    Perlu adanya partisipasi dari semua anggota gugus dan semua

    anggota harus benar-benar ikut terlibat didalam menganalisa

    penyebabnya.

    Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab).

    39

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    33/37

    Harus didorong untuk melakukan acara secara bebas.

    Tidak diperkenankan untuk mengeritik.

    Penyebab tersebut harus terkumpul lebih dahulu sebelum

    seseorang mengambil tindakan pemecahan.

    Para anggota diminta untuk memberi tanda atau memilih

    penyebab yang mereka rasakan paling penting.

    Diagram Ishikawa adalah diagram yang menyajikan segala hal yang

    menjadi penyebab dari permasalahan yang dicari dari faktor-faktor yang

    berpengaruh. Tiap-tiap permasalahan yang disajikan harus ditemukan akarpenyebab masalah agar pemecahan masalah dapat diidentifikasikan. Pada

    gambar II.8, akar penyebab masalah dapat ditentukan dengan memecah

    penyebab menjadi lebih detail.

    Metode atau cara yang digunakan sebagai alat untuk mencari akar

    permasalahan adalah dengan melakukan 5 pertanyaan why. Metode 5 why

    dianggap sangat mudah karena dalam mencari akar permasalahan hanya

    menggunakan pertanyaan kenapa masalah tersebut terjadi? sebanyak 5

    kali.

    2.3.4 Pareto Analysis (Diagram Pareto)

    Diagram Pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan

    grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data

    terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram Pareto, dapat terlihat

    masalah mana yang dominan dan tentunya kita dapat mengetahui prioritas

    penyelesaian masalah.Diagram Pareto digunakan sebagai analogi dalam menyelesaikan

    masalah yang besar tentunya hasilnya akan lebih besar dibandingkan bila

    menyelesaikan masalah yang kecil. Biarpun masalah besar hanya

    terselesaikan 50%, tapi pada umumnya masih lebih besar hasilnya bila

    dibandingkan menyelesaikan masalah yang kecil apalagi bila masalah kecil

    tidak dapat diselesaikan secara tuntas. (Astra Manajemen System, 2001)

    Dalam berbagai hal, diagram Pareto berguna sebagai:

    40

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    34/37

    Menunjukan masalah utama.

    Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap

    keseluruhan.

    Menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada

    daerah terbatas.

    Menunjukan perbandingan masing-masing persoalan sebelum

    dan setelah perbaikan.

    Dalam prakteknya pembuatan diagram Pareto mengikuti tahapan-

    tahapan sebagai berikut:1. Stratifikasi masalah dan nyatakan dalam angka.

    2. Tentukan jangka waktu pengumpulan data yang akan dibahas

    untuk memudahkan melihat perbandingan sebelum dan sesudah

    peningkatan (jika dilakukan peningkatan).

    3. Atur masing-masing penyebab (sesuai dengan stratifikasi).

    Dibuat berurutan sesuai besarnya nilai dan gambarkan dalam grafik

    kolom. Penyebab dengan nilai lebih besar terletak disisi kiri

    kemudian berurutan sampai dengan ke kanan.

    4. Gambarkan grafik garis yang menunjukan jumlah persentase

    (total = 100%) pada bagian atas grafik kolom, dimulai dengan nilai

    yang terbesar dan bagian bawah masing-masing kolom dituliskan

    keterangan kolom tersebut.

    5. Pada bagian atas atau samping berikan keterangan diagram dan

    jumlah unit seluruhnya.

    Untuk lebih jelasnya pada halaman berikutnya adalah contoh diagram

    pareto:

    41

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    35/37

    90%

    80%

    70%

    60%

    50%

    40%

    30%

    20%

    10%

    0%

    100%Kuantitas

    Item

    Persentase

    Gambar II.9 Pareto DiagramSumber: PT. PancaPrima EkaBrothers, 2007

    2.3.5 Brainstroming(Astra Manajemen System, 2001)

    Beberapa perusahaan menggunakan brainstroming untuk memecahkan

    masalah. Brainstroming dikembangkan pada tahun 1960 dan menjadi metode

    yang populer untuk memperoleh ide-ide kreatif dalam suatu kelompok.

    Menggunakan metode brainstroming sangat sederhana dan mudah dilakukan

    oleh kelompok untuk belajar dan memperoleh hasil yang cepat.

    Brainstroming juga digunakan untuk membantu mencari solusi terhadap

    permasalahan yang dihadapi atau pada situasi dimana ide-ide diperlukan

    dalam pemecahan masalah. Pada umumnya berbagai masalah dapat

    dipecahkan dengan menggunakan metode brainstroming antar lain:

    perencanaan strategis, pengembangan dan inovasi produk, organisasi, dan

    sumber daya manusia. Dalam melakukan brainstroming terdapat 4 prinsip

    utama yang harus dipatuhi oleh team brainstromingyaitu:

    Dilarang mengkritik pembicara yang sedang mengutarakan ide dan

    sebaiknya pendapat hanya dilontarkan pada saat evaluasi ide.

    Ciptakan suasana yang memungkinkan berbicara secara bebas sesuai

    dengan tema

    Makin banyak pendapat, maka hasil yang akan diperoleh semakin baik.

    42

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    36/37

    Dapatkan ide-ide dari teman atau kolega kita.

    Dan syarat-syarat dan aturan main pada saat melakukan brainstromingdalam mengungkapkan ide atau pendapat bersama team yaitu:

    Tentukan masalah sebagai batasan brainstroming

    Pengumpulan ide dilakukan dengan berputar (setiap orang bebas

    meyampaikan ide secara bergantian).

    Satu orang satu ide setiap kali berputar

    Ide baru disampaikan pada saat seseorang memperoleh gilirannya

    Jika ternyata belum ada ide maka dapat dilemparkan kepada peserta

    berikutnya

    Selama brainstroming berlangsung tidak diperkenankan memberikan

    komentar atau mengkritik pendapat yang masuk

    Semua ide yang masuk harus dicatat.

    Perbaikan Kualitas MelaluiKaizen (Gaspersz, 2002)

    Proses peningkatan kualitas (proses perbaikan kualitas) memerlukan komitmen

    untuk perbaikan yang melibatkan secara seimbang antara aspek manusia

    (motivasi) dan aspek teknologi (teknik).Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa

    Jepang yang dapat diartikan sebagai perbaikan secara terus-menerus (continous

    improvement).Kaizenpada dasarnya merupakan suatu kesatuan pandangan yang

    komprehensif dan terintregrasi yang bertujuan untuk melaksanakan perbaikan

    secara terus-menerus.

    Dalam melaksanakan kaizen, kita dapat menggunakan panduan bertanya 5W-1H, sebagai berikut:

    Who (siapa) ?

    a.Siapa yang akan melaksanakan kaizen?

    b.Siapa yang sedang melaksanakan kaizen?

    c.Siapa yang seharusnya melaksanakan kaizen?

    d.Siapa lagi yang dapat melaksanakan kaizen?

    e.Siapa lagi yang seharusnya melaksanakan kaizen?

    43

  • 7/23/2019 Laporan Tugas Akhir - Failure Mode and Effect Analysis Bab : II

    37/37

    What(apa) ?

    a.Apa yang harus dilaksanakan untukkaizen?b.Apa yang sedang dilaksanakan dalam kaizen?

    c.Apa yang seharusnya dilaksanakan demi kaizen?

    d.Apa lagi yang dapat dilaksanakan dalam kaizen?

    e.Apa lagi yang seharusnya dilaksanakan dalam kaizen?

    Where (dimana) ?

    a.Di mana akan dilaksanakan kaizen?

    b.Di mana sedang dilaksanakan kaizen?

    c.Di mana lagi seharusnya dilaksanakan kaizen?

    d.Di mana lagi dapat dilaksanakan kaizen?

    e.Di mana lagi seharusnya dilaksanakan kaizen?

    When (kapan/bilamana) ?

    a.Kapan akan melaksanakan kaizen?

    b.Kapan seharusnya melaksanakan kaizen?

    c.Kapan lagi dapat dilaksanakan kaizen?

    d.Kapan lagi seharusnya dilaksanakan kaizen?

    Why (mengapa) ?

    a.Mengapa melaksanakan kaizen?

    b.Mengapa melaksanakan kaizen disana?

    c.Mengapa melaksanakan kaizenpada saat itu?

    d.Mengapa melaksanakan kaizen dengan cara itu?

    How (bagaimana) ?

    a.Bagaimana akan melaksanakan kaizen?

    b.Bagaimana seharusnya melaksanakan kaizen?

    c.Dapatkah metode yang sama dipergunakan untuk bidang lain?

    d.Adakah cara yang lebih mudah dan murah untuk melaksanakan kaizen.