metode istinbat
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
1/22
MAKALAH
Ushul fiqh
Metode istinbat
DI SUSUN OLEH :
Murtadlo Baedlowi
Jakarta, 4 Juni 2013
PRODI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jl.Ir.H.juanda no.95 ciputat 15412 jakarta, Indonesia
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
2/22
BAB I
PENDAHULUAN
Kata thuruq berasal dari bahasa arab bentuk jamak (plural) dari kata thariqun yang
artinya jalan, metode, atau cara. Adapun kata istinbat secara istilah sebagaimana didefinisikan
oleh Muhammad bin Ali Al Fayumi (w.770 H) seorang ahli bahasa arab dan fiqh yaitu
upaya menarik hokum dari Al quran dan sunnah dengan jalan ijtihad. Dengan
demikian, thuruq al istinbath berarti cara menarik (menetapkan) hukum dengan cara ijtihad.
Al Quran dan sunnah sebagai suber hukum islam dalam mengungkap pesan
hukumnya menggunakan berbagai macam cara, adakalanya dengan tegas dan adakalanya
tidak tegas, ada yang melalui arti bahasanya da nada juga dengan mengedepankan maqhasid
ahkamnya (tujuan hukum). Dan disatu kondisi juga terdapat pertentangan antara satu dalil
dan dalil lainnya yang memerlukan penyelesaiannya. Ushul fiqh menampilkan berbagai
macam cara dengan berbagai aspeknya untuk menangkap pesan-pesan hokum yang
ditampilkan oleh Al Quran maupun sunnah.
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
3/22
BAB II
PEMBAHASAN
Metode istinbat dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, melihat aspek kebahasaan;
kedua, mengkaji maqhasid syariah (tujuan hukum); dan ketiga, penyelesaian beberapa dalil
yang secara lahiriah bertentangan.
A. Metode Istinbat Melalui Aspek Kebahasaan
Untuk memahami pesan hukum yang terkandung dalam Al Quran dan sunnah
para ulama ushul telah menyusun semacan semantic yang kemudian digunakan dalam
praktek penalaran fiqh. Al Quran telah menyampaikan pesan hukumnya melalui gaya
bahasa dengan berbagai tingkat kejelasannya. Para ulama ushul fiqh telah mampu
menciptakan kaidah-kaidah kebahasaan (ushuliyah) yang terpenting untuk memahami
pesan hokum Al Quran dan sunnah dari aspek kebahasaan sebgai berikut:
1. Am dan Khas
a. Am
secara bahasa am berarti yang umum, merata, dan menyeluruh.
Adapun am menurut istilah sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Khamid
Hakim ialah:
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
4/22
Artinya: am adalah lafad yang menunjukan pengertian umum yang
mencakup satuan-satuan (afrad) yang ada pada lafad itu tanpa pembatasan
jumlah tertentu.
Contohnya kata al-insaanu artinya manusia (mencakup segala jenis
manusia).
b. Khas
secara bahasa khas berarti tertentu. Adapun khas dalam istilah ushul
fiqh ialah lafad yang menunjukan arti satu yanmg telah tertentu. Makna satu
yang tertentu ini biasa menunjukan perorangan seperti Ibrahim atau
menunjukkan satu jenis seperti laki-laki atau menunjukkan bilangan seperti
dua belas, lima belas, sebuah masyarakat, sekumpulam, dan sekelompok.
2. Amr dan Nahi
a. Amr
Secara bahasa amr berarti perintah. Adapun menurut istilah amr
berarti:
Artinya: menuntut pekerjaan untuk dilakukan dari orang yang derajatnya
lebih tinggi kepada orang yang derajatnya lebih rendah.
Contohnya Allah memerintahkan hambanya untuk berdzikir, dosen
memerintah kepada mahasiswanya untuk membuat tugas makalah diskusi.
b. Nahi
Secara bahasa nahi bisa berarti larangan atau mencegah. Adapun dalam
istilah ushul, nahi berarti;
tuntutan untuk meninggalkan perbuatan. Jumhur ulama sepakat bahwa pada
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
5/22
asalnya nahi itu mengandung hokum haram karena semua bentuk larangan
akan mendatangkan kerusakan. Contohnya larangan merusak alam, larangan
berzina, larangan berlaku riba, dan sebagainya.
c. Takhyir
Menurut Abd. Karim Zaidan sebagaimana dikutip oleh Satria Efendi:
Artinya: alternatif pilihan yang ditawarkan oleh syari (Allah dan Rasul-
Nya) kepada mukallaf untuk mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya.
Contoh:
...
Artinya: dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan istri-istri kamu... (QS. Al-Baqarah/2:187)
Kandungan diatas menunjukkan hukum boleh bagi suami mencampuri
istri-istrinya pada malam puasa bulan ramadhan.
3. Mutlaq dan Muqayyad
a. Mutlaq
ialah lafad yang menunjukan sesuatu yang tidak dibatasi oleh sesuatu
batasan yang akan mengurangi jangkauan maknanya secara keseluruhan.
Contohnya "kata yang digaris bawahi adalah kata mutlak.Artinya mencakup budak secara mutlak. Tidak terbatas satu atau lebih dan
tidak dibatasi apakah budak mukmin ataupun bukan mukmin.
b. Muqayyad
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
6/22
Ialah lafad yang menunjukkan sesuatu yang sudah dibatasi baik oleh
sifat, syarat, dan ghayah. Contohnya: kata
budak pada ayat tadi tidak lagi bersifat mutlak karena sudah dibatasi oleh kata
mukmin.
4. Mujmal dan Mubayyan
a. Mujmal
Mujmaladalah lafad yang mencakup kemungkinan segala keadaan dan
hokum yang terkandung didalamnya. Lafad mujmal tidak dapat dikaetahui
secara jelas tanpa adanya mubayyan (penjelas). Abdul wahab khalaf
mendefinisikan mujmal adalah lafad yang pengertiannya tidak dapat
dimengerti oleh lafad itu sendiri apa bila tidak ada qarinah yang
menjelaskannya. Dengan kata lain mujmal adalah kalimat yang belum jelas.
Seperti perintah shalat, perintah zakat, perintah haji, dan keharaman riba.
Empat contoh yang tersebut terakhir ini adalah makna ayat-ayat Al Quran
yang mujmal (global) yang membutuhkan penjelasan syariat tetapi tidak ada
penjelasan dari ayat-ayat lain. Maka datang hadist-hadist nabi berupaperkataan dan perbuatan beliau yang menjelaskan perkara-perkara mujmal
sehingga hukumnya menjadi jelas dan dapat diamalkan.
Perintah shalat dijelaskan oleh hadis nabi melalui hadisnya:
Yang artinya: shalatlah kamu semua sebagaimana kamu melihatku shalat.
(HR. Bukhari)
Tentang haji dijelaskan oleh hadis nabi:
Yang artinya: ambillah dariku tentang cara-caraku dalam beribadah haji.
Bentuk kedua inilah yang disebut dalam istilah hadis dengan tafsir tasyriI,
karena bersumber kepada syariat yaitu rasul dan rasul diberikan kemampuan
untuk menafsirkan dan menjelaskan firman-Nya.
b. Mubayyan
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
7/22
Mubayyan secara bahasa (etimologi) berarti yang ditampakkan dan
yang dijelaskan. Sedangkan secara terminology mubayyan adalah seperti yang
didefinisikan oleh al-Asnawi sebagai berikut:
Mubayyan adalah lafadz yang jelas (maknanya) dengan sendirinya atau
dengan lafadz lainnya.
Contoh yang dapat dipahami maksudnya dengan asal peletakannya: Lafadz
langit (samaaun), gunung (jabalun), bumi (ardun). Maka kata-kata ini dan
yang semisalnya dapat dipahami dengan asal peletakannya, dan tidak
membutuhkan dalil yang lain dalam menjelaskan maknanya.
Contoh yang dapat dipahami maksudnya setelah ada penjelasan: dalam surat
al-Baqarah ayat 43 yang artinya: Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah
zakat.
Maka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, keduanya adalah
mujmal tetapi pembuat syariat (Allah) telah menjelaskannya, maka lafadz
keduanya menjadi jelas.
Dalam hubungannya dengan mubayyan, maka dapat kita pahami adatiga hal di sini. Pertama, adanya lafadz yang mujmal yang memerlukan
penjelasan atau disebut mubayyan (yang dijelaskan). Kedua, ada lafadz lain
yang menjelaskan lafadz yang mujmal tadi atau disebut mubayyin (yang
menjelaskan). Ketiga, adanya penjelasan atau yang disebut bayaan.
5. Mantuq dan Mafhum
a. Mantuq
Mantuq adalah lafad yang kandungan hukumnya dipahami dari apa
yang diucapkan. Dengan kata lain bahwa mantuk ialah makna yang tersurat
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
8/22
(terbaca). Contohnya: diharamkan bagi kamu bangkai. Mantuq dari ayat ini
adalah bangkai itu hukumnya haram.
b. Mafhum
Mafhum adalah lafad yang kandungan hukumnya dipahami dari apa
yang terdapat dari arti mantuq-nya. Dengan kata lain manfhum itu disebut
dengan makna yang tersirat.
Contoh:
......
Artinya: ...maka janganlah kamu sekali-kali mengatakan kepada keduanya
perkataan ah...(QS. As-Isra/17:23).
Mafhum dari ayat diatas adalah haram berkata ah kepada kedua
orang tua, mencaci, menghina, dan lain sebagainya apa lagi memukulnya.
6. Lafad dilihat dari kejelasan maknanya
Kalangan hanafiyah sebagaimana dijelaskan oleh Adib Shalih yang dikutip
oleh Satria Effendi mengelompokkan lafad dari segi kejelasan maknanya
(dalalahnya) menjadi dua macam, pertama lafad yang artinya jelas yang meliputi
empat tingkatan yaitu: zahir, Nas, Muffasar, dan Mukhkam. Kedua lafad yang
maknanya tidak jelas yang meliputi empat tingkatan juga yaitu: khafi, Musykil,
dan Mutasyabih. Berikut ini akan dibahas satu persatu dari kedua macam bentuk
lafad dilihat dari maknanya tersebut.
a. Lafad yang jelas dalalahnya
1. Zahir
Zahir secara bahasa berate al-wuduh (jelas) secara istilah sebagaimana
dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf ialah lafad yang menunjkkan
arti secara lagsung dari nas itu tanpa memerlukan penyerta lain yang
datang dari luar untuk memahami maksud nas itu, akan tetapi bukan
pengertian itu yang menjadi maksud utama dari pengucapannya.
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
9/22
Contohnya:
......
Artinya: Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS.
Al-baqarah/2:275).
Makna zahir dari ayat diatas yang secara cepat dapat ditangkap
pemahamannya adalah kehalalan jual beli dan keharaman riba. Kata haal
dan haram telah jelas arti dan maksudnya tanpa membutuhkan qarinah
dari luar. Tetapi bukan itu yang menjadi tujuan utama ari kontek ayat
diatas. Tujuan utamanya atau makna nasnya adalah perbeaan antara jual
beli dan riba, karena ayat ini turun sebagai bantahan bagi orang musyrik
yang mengatakan bahwa jual beli itu sama dengan riba.
2. Nas
Secara bahasa nas berarti al-zuhur (jelas). Secara istilah, nas bisa
memiliki dua pengertian yaitu pengertian umum dan pengertian khusus.
Pengertia pertama (umum) sebagaimana dikemukakan oleh imam syafii,
nas adalah teks Al Quran dan hadis Rasulullah baik yang tegas maupun
yang tidak tegas. Berdasarkan pengertian ini, maka istilah nas
diperuntukkan untuk Al Quran dan hadis. Nas dalam pengertian kedua
(khusus), dan pengertian kedua inilah yang akan menjadi pokok
pembahasa, yaitu lafad yang menunjukkan makna asli yang muncul dari
lafad itu secara jelas, tidak mungkin mengandung makna lain,
pengertiannya cepat ditangkap ketika mendengar lafa itu. Seperti kata
sepuluh (asyaratun) dari ayat berikut ini:
...
...
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
10/22
Artinya: tetapi jika tidak menemukan (binatang korban atau tidak
mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari
lagi apabila kamu kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna demikian
itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya
tidak berada (disekitar) masjidil haram (orang-orang yang bukan
penduduk kota mekkah) (QS.
3. Mufassar
Menurut ulama ushul fiqh berarti lafad yang menunjukkan kepada
maknanya secara jelas dan terperinci yang tidak mungkin menerima tawil
( dipalingkan maknanya). Contoh:
Artinya: dan prang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik ( berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralahmereka ( yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya dan mereka itulah orang-
orang yang fasik (QS. An-nuur/24:4).
Jumlaha delapan puluh kali dera adalah mufassar karena maknanya
sudah jelas tanpa perlu ada penambahan dan pengurangan dan tidak perlu
tawil. Hukuman delapan puluh kali dera ini diperuntukkan bagi pelaku
qazaf, yaitu seseorang yang menuduh orang baik berzina tanpa saksi.
4. Muhkam
Sebagaimana didefinisikan oleh Abu Zahra adalah kalimat yang
menunjukkan maknanya dengan jelas yang tidak menerima kemunkinan
tawil (dipalingkan kepada makna lain) dan tidak menerima takhsis.
Abdul Wahab Khallaf menegaskan bahwa lafad muhkam tidak bias
dibatalkan hukumnya, tidak dapat diganti karena maknannya yang sudah
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
11/22
jelas dan juga tidak dapat menerima nasakh karena lafad muhkam berisi
antara lain:
a. Tentang ajaran-ajaran pokok agama yang tidak menerima nasakh
(penggantian) seperti ibadah kepada Allah dan beriman kepada kitab-
kitab dan Rasul.
b. Perbuatan-perbuatan utama yang tidak diperselisihkan seperti berbuat
baik kepada kedua orang tua, berbuat adil dan sebagainya.
c. Hokum cabang (fiqh) yang diabadikan oleh syariat seperti status orang
yang menuduh orang baik denga berzinah (qazhif), maka kesaksiannya
tidak dapat diterima selama-lamanya dan hokum jihad yang abadi
sebgaimana sabda nabi: jihad itu berlaku hukumnya sejak dahulu
sampai hari kiamat.
b. Lafad Yang Tidak Jelas Dalalahnya
1. Khafi
Yaitu lafad yang maknanya jelas akan tetapi ketika diterapkan kepada
kasus tertentu menimbulkan ketidak jelasan. Untuk menghilangkan ketidak
jelasan itu dibutuhkan pemikiran dan analisis.
Ketidakjelasan itu dapat dimungkinkan karena bentuk kasus-kasus itu
tidak persis sama dengan kasus yang ditunjukkan oleh satu dalil.
Contoh: lafad saariq dalam QS. Al-Maidah/5: 38
Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai)pembalasan bagia apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha
bijaksana.
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
12/22
Makna saariq pada ayat diatas sudah jelas adalah pencuri yang
mengambil harta orang lain denga cara sembunyi ditempat yang layak.
Nmun ketika kata saariq diterapkan kepada pencopet maka mumcullah
ketidak jelasan, apakah pecopet yang denga keterampilannya mampu
melalaikan orang lain sehingga ia mampu mengambil hartanya, maka
apakah pencopet yang seperti itu dapat dimasukkan kedalam istilah
pencuri dan harus dipotong tangannya atau tidak, atau hanya di tazir
untuk memecahkan masalah ini, maka dibutuhkan ijtihad. Menurut Abdul
Wahab Khallaf, berdasarkan ijtihad yang didasari oleh dalalah nas
disepakati bahwa hokum pencopet harus dipotong tangannya seperti
pencuri karena illat untuk memotong tangan pencopet sudah terpenuhi
sebagaimana pencuri.
2. Musykil
Adalah lafad yang tidak menunjukkan makna yang jelas maka
diperlukan qarinah (indicator)dari luar untuk menjelaskan maksudnya.
Contoh: kata quru dalam surat al-baqarah
...
Artinya: wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri ( menunggu)
tiga kali quru
Kata quru pada ayat diatas memiliki dua makna yang berbeda yaitu
suci dan khaid. Imam Khanafi dan Khambali mengartikannya dengan
khaid. Adapun Imam SyafiI dan Maliki mengartikannya dengan suci.
Imam Khanafi dan Khambali mendasari pendapatnya diantaranya dengan
hadis nabi, Artinya: bahwa iddahnya seorang hamba sahaya perempuan
itu dua kali khaid . Menurutnya tidak ada perbedaan antara perempuanhamba sahaya dan merdeka tentang iddah. Artinya pada hadis tersebut
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
13/22
nabi menyebut masa idah hamba sahaya itu dengan dua kali khaid bukan
dengan dua kali sucian, ketentuan ini juga berlaku untuk perempuan
merdeka. Dengan demikian, quru pada ayat diatas artinya khaid bukan
suci. Adapun Imam SyafiI dan Maliki mendasarkan pendapatnya lebih
kepada argumentasi kebahasaan, yaitu keharusan memuannaskan adat
(bilangan) yang berbentuk mudzakar. Maka setelah kata tsalatsatu
(muannas) mengharuskan kata setelahnya adalah muzakar, sesuai kaidah
bahasa. Maka atas dasar itu menurut keduanya yang tepat, kata quru
diposisikan dengan kata mudzakar dan kata mudzakar itu adalah kata
tuhrun bukan kata haidatun. Dengan demikian, maka iddah
perempuan yang dicerai oleh suaminya dalam tiga kali suci.
3. Mujmal
(keterangan dihalaman tiga)
4. Mutasyabbih
Adalah lafad yang tidak jelas maknanya dan tidak ada indikator dari
luar yang menjelaskan maknanya. Yang mengetahui hakikatnya hanyalah
pembuat syariat yaitu Allah SWT.
Para ulama sepakat bahwa dalam AlQuran terdapat ayat mutasyabbih,
hal ini didasari oleh firman Allah SWT:
...
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
14/22
Artinya: dia-lah yang menurunkan Alkitab (Al Quran) kepadamu.
Diantara isi(nya) ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi
Al Qurandan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat...(QS. Ali Imran/3:7)
Menurut Ibnu Hazm sebagaimana dikutip oleh Imam Abu Zahra
bahwa tidak ada lafad mutasyabbih dalam Alquran kecuali hurur-huruf
tertentu seperti Alif Laam Miim, sumpah (qasam) Allah seperti kata
wa al syamsi (demi matahari), dan sebagainya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa mereka sepakat dengan apa yang
diuangkapkan oleh Ibnu Hanm namun menurut mereka bukan hanya itu
saja lafad mutasyabbih, tetapi juga terdapat pada ayat-ayat yang
mengandung pengertian keserupaanantara Allah dengan makhluknya
seperti kata yadun dan ainun pada masing-masing dua ayat berikut
ini.
......
Artinya: ... tangan Allah diatas tangan mereka...(QS. Al-Fath/ 48:10)
...
Artinya: ... dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang
datang dari-ku dan supaya kamu diasuh dibawah pengawasan-ku...(QS.
Thaha/20:39)
Pendapat kduanya sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas secara
subtantif adalah saling melengkapi. Namun para ulama usul fiqh lebih
menegaskan lagi bahwa lafad mutasyabbih sebagaimana yang telah
didefinisikan diatas tidak ditemukan oleh ayat-ayat ahkam dan hadist
ahkam, karena untuk kedua macam nas yang disebut terakir ini dianggap
telah jelas. Lafad mutasyabbih terdapat dalam Al Quran hanya pada
huruf-huruf diawal surat-surat tertentu seperti alif laam, miim, dan
sebagainya.
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
15/22
Dalam penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ayat
mutasyabbih terdapat pada huruf-huruf pada awal surat dalam Al Quran,
sumpah Allah dalam Al Quran dan ayat-ayat yanmg artinya secara zahir
mengandung keserupaan antara makhluk dan tuhan. Adapun dalam ayat
ahkam tidak terdapat mutasyabbih.
7. Lafad dilihat dari penggunaannya
a. Makna Hakiki dan Majazi
Yang disebut dengan hakiki yaitu lafad yang menunjukkan makna
aslinya sesuai dengan bentuk lafad tersebut. Contohnya ketika nabi tiba dikota
madinah beliau disambut dengan kalimat taala al-badru alaina...kata al-
badru, arti hakikinya adalah bulan purnama. Contoh lain adalah kata al-
asad memiliki arti hakiki hewan buas yaitu singa.
Adapun majaz yaitu lafad yang digunakan untuk makna selain makna
aslinya karena ada hubungnan antara keduanya (makna asli dan buka asli)
dan terdapat indikator yang tidak mungkin lafad itu dimaknai secara hakiki.
contohnya kata al-badrusebagaimana contoh diatas memiliki makna majazi
orang yang berwajah berseri-seri yaitu Nabi Muhammad SAW, karena ada
hubungannya dengan bulan purnama sebagai makna hakiki yaitu sama-sama
bercahaya dan ditambah daada indikator yang kuat bahwa tidak mungkin yang
datang ketika itu bulan purnama. Contoh lain saya melihat macan
dimimbar. Kata macan pada kalimat terakir ini makna majazinya adalah
orator pemberani (singa podium) karena ada hubungannya dengan macan
yaitu sama-sama memiliki sifat pemberani dan terdapat qarinah (indikator)
yang kuat bahwa tidak mungkin macan sebenarnya berada diatas mimbar.
b. Muradf dan Musytarak
Khalid Ramadhan Hasan memasukkan lafad muradif dan musytarak
kedalam lafad dilihat dari penggunaanya.
a. Muradif
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
16/22
Artinya: dua kata atau lebih untuk arti yang satu
Dalam bahasa indonesia diebut juga dengan sinonim. Contoh:
,: Singa
, , ,: pendidik (guru)
, : kucing
b. Musytarak
Artinya: satu lafad menunjukkan dua arti atau lebih. Contoh:
: suci, haid
: tangan secara keseluruhan, telapak tangan, dan lengan tangan
: pergi, hilang
: mata, sumber mata air, mata-mata.
8. Tawil
Menurut bahsa berarti al-Tafsir (penjelasan atau uraian). Sedangkan secara
istilah sebagaimana didefinisikan oleh Abdul Wahab khallaf:
Artinya: memalingkan lafad dari zahir-nya karena ada dalil ( indikator).
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
17/22
Imam al Ghazali menjelaskan bahwa makna lain yang ditunjukkan oleh dalil
itu memiliki kedudukan yangh lebih kuat dibanding makna zahirnya. Dengan
demikian, al-Ghazali mendefinisikan tawil adalah ungkapan tentang pengalihan
makna dari lafad zahir yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti itu lebih kuat
dibanding makna yang ditunjukkan oleh makna zahir.
Contoh:
......
Artinya: ... tangan Allah diatas tangan mereka ...(QS. Al-Fath/ 48:10)
Kata yadullah ( tangan Allah) dalam surat al-fath ayat 10 sebagaimana tersebut
diatas di-tawil dengan al-qudratu artinya kekuasaan Allah.
B. Metode Istinbat Melalui Maqasid Syariah
Ulama ushul fiqh menyimpulkan bahwa nas Al Quran dan hadis nabi selain
menunjukkan hukum melalui bunyi bahasanya juga melalui tasyri atau maqasid
syariah (tujuan hukum), maka istinbat hukum dapat dikembangkan untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang tidak terjawab oleh kandungan kebahasaan dalam
Al Quran dan hadis melalui qias, istihsan, maslahah mursalah, dan urf yang juga
dapat disebut sebagai dalil.
Secara bahasa, maqasid al-syariatberarti tujuan hukum syariat. Syariat islam
yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW merupakan rahmat untuk sekalian manusia.
Firman Allah yang memperkuat tentang kesempurnaan islam diantaranya:
Artinya: dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam. (QS. Al-Anbiya/21:107)
Atas dasar penegasan ayat diatas, syekh Muhammad Abu Zahra dalam
kitabnya ushul fiqh merumuskan tiga tujuan kehadiran hukum islam:
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
18/22
a. Membina setiap individu agar menjadi sumber kebaikan bagi orang lain, tidak
menjadi sumber keburukan bagi orang lain.
b. Menegakkan keadilan dalam masyarakat baik sesama muslim maupun
nonmuslim.
c. Merealisasikan kemaslahatan. Tujuan ketiga ini merupaka tujuan puncak yang
melekat pada hukum islam secara keseluruhan. Maka tidak ada syariat yang
berdasarkan Al Quran dan hadis kecuali didalamnya terdapat kemaslahatan yang
hakiki dan berlaku secara umum.
C. Ataarud Adillah
1. Ataarud Adillah
Taarud secara bahasa berarti bertentangan antara dua perkara. Secara istilah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahab Zuhaili: terdapat dua dalil, salah
satunya menunjukkan hukum yang bernbeda dengan hukum yang dikehendaki oleh
nas lainnya.
Menurut Abdul Wahab Khallaf yang perlu diperhatikan dalam memahami
taarud al-adillah, bahwasannya tidak terdapat kontradiksi yang sebenarnya antara dua
ayat atau antara dua hadis yang sahih atau antara ayat dan hadis sahih.jika
kelihatannya ada kontradiksi antara dua nas sebenarnya yang kontradiksi itu hanya
lahirnya saja sesuai yang tampak pada akal. Bukan kontradiksi yang sebenarnya.
Alasannya karena Allah tidak mungkin mengeluarkan dua hukum yang bertentangan
untuk satu peristiwa dalam satu waktu. Tetapi jika kontradiksi itu terjadi pada qiyas
maka hal ini merupakan kontradiksi yang sebenarnya, oleh karena itu boleh jadi dari
dua qiyas itu ada kesalahan.
Contoh dari dua ayat yang secara lahiriyah bertentangan:
Al Quran surat an-Nahl ayat 8
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
19/22
Artinya: dan (Dia telah menciptaka kuda)kuda, bagal, dan keledai, agarkamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang
tidak kamu ketahui. (QS. An-Nahl/ 16:8)
Tampak perbedaan antara ayat diatas dengan surat al-Mukmin ayat 79
Artinya:Allah-lah yang menciptakan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk
kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan.(QS. Al-Mukmin / 40:79).
Pada ayat pertamasebagaimana yang disebut diatas bahwa kuda dan keledai
digunakan sebagai kendaraan dan perhiasan, sedangkan pada ayat kedua kata al-
anam berarti binatang yang berfungsi antara lainsebagai kendaraan dan sebagai
daging yang dapat dikonsumsi. Maka kedua ayat tersebut dapat dikompromikan
bahwa binatang dapat berfungsi sebagai daging yang apat dimakan, sebagai
kendaraan dan sebagai perhiasan seperti binatang kuda dan keledai.
2. Nasakh
Nasakh merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan taarud adillah. Secara
bahasa nasakh bererti menghapus. Menurut istilah sebagaimana didefinisikan oleh
Muhammad Abu Zahra:
Artinya: membatalkan pelaksanaan hukum dengan hukum yang datang
kemudian.
Ada beberapa istilah dalam pembahasan nasakh. Nasikh artinya menghapus
(hukum yang datang kemudian), dan mansukh artinya terhapus ( hukum lama).
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
20/22
Dalam nasakh sebenarnya hukum lama masih berlaku seandainya tidak ada
hukum baru yang menghapusnya. Dan orang pertama kali membahas masalah
nasakh adalah Imam Syafii. Beliau memasukkan nasakh sebagai penjelas hukum
bukan mengosongkan atau menghapus nas dari hukum.
Contoh hjadis tentang ziarah kubur. Dalam hadis ini pertama nabi melarang
ziarah kubur tetapi kemudian dinasakh oleh hadis beliau juga yang menghapus
hukum hadis pertama, sehingga kesimpulannya ziaroh kubur itu hukumnya boleh.
3. Tarjikh
Tarjih secara bahasa berarti mengalahkan, secara istilah berarti: usaha
menguatkan salah satu dari dua dalil yang taarud (bertentangan), sampai diketahui
dalil yang palimng kuat sehingga dapat diamalkan dan digugurkan dalil lain yang
lemah.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa tujuan tarjih adalah
mendapatkan dalul yang kuat untuk diamalkan dan meninggalkan dalil yang
lemah.
4. Al-Jamu wa al- Taufiq dan Twaquf
Adalah dua bentuk cara untuk menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan
selain nasakh dan tarjikh yang sudah dijelaskan keatas.
a. Al-Jamu wa al-taufiq
Adalah mengumpulkan dalil-dalil yang terlihat kontradiksi, kemudian
mengkompromikannya, hasil kompromi inilah yang menjadi hasil hukum.
Al-jamu adalah usaha untuk mengumpulkan atau menggabungkanantara
dalil-dalil yang kontradiksi. Sedangkan taufik adalah usaha
mengompromikan hal-hal yang telah ditemukan melalui proses sebelumnya
yaitu al-jamu tersebut.
b. Tawaquf
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
21/22
Secara bahasa berarti behenti atau sikap untuk tidak mengamalkan
terhadap dalil-dalil yang terlihat kontradiksi. Ketika mencari jalan keluar
terhadap dalil-dalil yang terlihat saling bertentangan telah dilalui semua (dari
al-jamu wa taufiq, tarjikh, nasakh), tetapi masih saja menemui jalan buntu
maka tidak ada jalan lain kecuali tawaquf.
-
7/22/2019 METODE ISTINBAT
22/22
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Imam al-Ghazali dalam kitab Al-Mustasyfa menjelaskan bahwa tawaquf sama
sekali tidak boleh , beliau berkata:
jika dalam suatu dalil sulit diambil mana yang rajih, diambillah langkah al-
jamu, kalau tidak dapat, takhyir (memilih) diantara dua. Seperti orang-orng
yang bertanya kepada dua orang mufti yang sama-sama hebat, maka ia
memilih salah satu dari dua pendapat. Akan tetapi tidak boleh tawaquf. Sebab
menurutnya sampai kapan masa tawaqufnya. Bisa jadi hukum yang ditetapkan
tidak menerima pengakhiran atau tidak ada mufti lain yang akan melakukan
tarjikh atas dalil tersebut. Atau mungkin ada namun sekedar perkiraan-
perkiraan dan itu tidak dibenarkan dan juga tawaquf tanpa batas dianggap
tidak adanya hukum akhir disebut dengan talil (dead lock) solusinya adalah
harus memilih salah satunya.