metode istinbat

Upload: suharto-putra

Post on 10-Feb-2018

301 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    1/22

    MAKALAH

    Ushul fiqh

    Metode istinbat

    DI SUSUN OLEH :

    Murtadlo Baedlowi

    Jakarta, 4 Juni 2013

    PRODI ILMU HUKUM

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jl.Ir.H.juanda no.95 ciputat 15412 jakarta, Indonesia

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    2/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kata thuruq berasal dari bahasa arab bentuk jamak (plural) dari kata thariqun yang

    artinya jalan, metode, atau cara. Adapun kata istinbat secara istilah sebagaimana didefinisikan

    oleh Muhammad bin Ali Al Fayumi (w.770 H) seorang ahli bahasa arab dan fiqh yaitu

    upaya menarik hokum dari Al quran dan sunnah dengan jalan ijtihad. Dengan

    demikian, thuruq al istinbath berarti cara menarik (menetapkan) hukum dengan cara ijtihad.

    Al Quran dan sunnah sebagai suber hukum islam dalam mengungkap pesan

    hukumnya menggunakan berbagai macam cara, adakalanya dengan tegas dan adakalanya

    tidak tegas, ada yang melalui arti bahasanya da nada juga dengan mengedepankan maqhasid

    ahkamnya (tujuan hukum). Dan disatu kondisi juga terdapat pertentangan antara satu dalil

    dan dalil lainnya yang memerlukan penyelesaiannya. Ushul fiqh menampilkan berbagai

    macam cara dengan berbagai aspeknya untuk menangkap pesan-pesan hokum yang

    ditampilkan oleh Al Quran maupun sunnah.

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    3/22

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Metode istinbat dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, melihat aspek kebahasaan;

    kedua, mengkaji maqhasid syariah (tujuan hukum); dan ketiga, penyelesaian beberapa dalil

    yang secara lahiriah bertentangan.

    A. Metode Istinbat Melalui Aspek Kebahasaan

    Untuk memahami pesan hukum yang terkandung dalam Al Quran dan sunnah

    para ulama ushul telah menyusun semacan semantic yang kemudian digunakan dalam

    praktek penalaran fiqh. Al Quran telah menyampaikan pesan hukumnya melalui gaya

    bahasa dengan berbagai tingkat kejelasannya. Para ulama ushul fiqh telah mampu

    menciptakan kaidah-kaidah kebahasaan (ushuliyah) yang terpenting untuk memahami

    pesan hokum Al Quran dan sunnah dari aspek kebahasaan sebgai berikut:

    1. Am dan Khas

    a. Am

    secara bahasa am berarti yang umum, merata, dan menyeluruh.

    Adapun am menurut istilah sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Khamid

    Hakim ialah:

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    4/22

    Artinya: am adalah lafad yang menunjukan pengertian umum yang

    mencakup satuan-satuan (afrad) yang ada pada lafad itu tanpa pembatasan

    jumlah tertentu.

    Contohnya kata al-insaanu artinya manusia (mencakup segala jenis

    manusia).

    b. Khas

    secara bahasa khas berarti tertentu. Adapun khas dalam istilah ushul

    fiqh ialah lafad yang menunjukan arti satu yanmg telah tertentu. Makna satu

    yang tertentu ini biasa menunjukan perorangan seperti Ibrahim atau

    menunjukkan satu jenis seperti laki-laki atau menunjukkan bilangan seperti

    dua belas, lima belas, sebuah masyarakat, sekumpulam, dan sekelompok.

    2. Amr dan Nahi

    a. Amr

    Secara bahasa amr berarti perintah. Adapun menurut istilah amr

    berarti:

    Artinya: menuntut pekerjaan untuk dilakukan dari orang yang derajatnya

    lebih tinggi kepada orang yang derajatnya lebih rendah.

    Contohnya Allah memerintahkan hambanya untuk berdzikir, dosen

    memerintah kepada mahasiswanya untuk membuat tugas makalah diskusi.

    b. Nahi

    Secara bahasa nahi bisa berarti larangan atau mencegah. Adapun dalam

    istilah ushul, nahi berarti;

    tuntutan untuk meninggalkan perbuatan. Jumhur ulama sepakat bahwa pada

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    5/22

    asalnya nahi itu mengandung hokum haram karena semua bentuk larangan

    akan mendatangkan kerusakan. Contohnya larangan merusak alam, larangan

    berzina, larangan berlaku riba, dan sebagainya.

    c. Takhyir

    Menurut Abd. Karim Zaidan sebagaimana dikutip oleh Satria Efendi:

    Artinya: alternatif pilihan yang ditawarkan oleh syari (Allah dan Rasul-

    Nya) kepada mukallaf untuk mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya.

    Contoh:

    ...

    Artinya: dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

    dengan istri-istri kamu... (QS. Al-Baqarah/2:187)

    Kandungan diatas menunjukkan hukum boleh bagi suami mencampuri

    istri-istrinya pada malam puasa bulan ramadhan.

    3. Mutlaq dan Muqayyad

    a. Mutlaq

    ialah lafad yang menunjukan sesuatu yang tidak dibatasi oleh sesuatu

    batasan yang akan mengurangi jangkauan maknanya secara keseluruhan.

    Contohnya "kata yang digaris bawahi adalah kata mutlak.Artinya mencakup budak secara mutlak. Tidak terbatas satu atau lebih dan

    tidak dibatasi apakah budak mukmin ataupun bukan mukmin.

    b. Muqayyad

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    6/22

    Ialah lafad yang menunjukkan sesuatu yang sudah dibatasi baik oleh

    sifat, syarat, dan ghayah. Contohnya: kata

    budak pada ayat tadi tidak lagi bersifat mutlak karena sudah dibatasi oleh kata

    mukmin.

    4. Mujmal dan Mubayyan

    a. Mujmal

    Mujmaladalah lafad yang mencakup kemungkinan segala keadaan dan

    hokum yang terkandung didalamnya. Lafad mujmal tidak dapat dikaetahui

    secara jelas tanpa adanya mubayyan (penjelas). Abdul wahab khalaf

    mendefinisikan mujmal adalah lafad yang pengertiannya tidak dapat

    dimengerti oleh lafad itu sendiri apa bila tidak ada qarinah yang

    menjelaskannya. Dengan kata lain mujmal adalah kalimat yang belum jelas.

    Seperti perintah shalat, perintah zakat, perintah haji, dan keharaman riba.

    Empat contoh yang tersebut terakhir ini adalah makna ayat-ayat Al Quran

    yang mujmal (global) yang membutuhkan penjelasan syariat tetapi tidak ada

    penjelasan dari ayat-ayat lain. Maka datang hadist-hadist nabi berupaperkataan dan perbuatan beliau yang menjelaskan perkara-perkara mujmal

    sehingga hukumnya menjadi jelas dan dapat diamalkan.

    Perintah shalat dijelaskan oleh hadis nabi melalui hadisnya:

    Yang artinya: shalatlah kamu semua sebagaimana kamu melihatku shalat.

    (HR. Bukhari)

    Tentang haji dijelaskan oleh hadis nabi:

    Yang artinya: ambillah dariku tentang cara-caraku dalam beribadah haji.

    Bentuk kedua inilah yang disebut dalam istilah hadis dengan tafsir tasyriI,

    karena bersumber kepada syariat yaitu rasul dan rasul diberikan kemampuan

    untuk menafsirkan dan menjelaskan firman-Nya.

    b. Mubayyan

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    7/22

    Mubayyan secara bahasa (etimologi) berarti yang ditampakkan dan

    yang dijelaskan. Sedangkan secara terminology mubayyan adalah seperti yang

    didefinisikan oleh al-Asnawi sebagai berikut:

    Mubayyan adalah lafadz yang jelas (maknanya) dengan sendirinya atau

    dengan lafadz lainnya.

    Contoh yang dapat dipahami maksudnya dengan asal peletakannya: Lafadz

    langit (samaaun), gunung (jabalun), bumi (ardun). Maka kata-kata ini dan

    yang semisalnya dapat dipahami dengan asal peletakannya, dan tidak

    membutuhkan dalil yang lain dalam menjelaskan maknanya.

    Contoh yang dapat dipahami maksudnya setelah ada penjelasan: dalam surat

    al-Baqarah ayat 43 yang artinya: Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah

    zakat.

    Maka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, keduanya adalah

    mujmal tetapi pembuat syariat (Allah) telah menjelaskannya, maka lafadz

    keduanya menjadi jelas.

    Dalam hubungannya dengan mubayyan, maka dapat kita pahami adatiga hal di sini. Pertama, adanya lafadz yang mujmal yang memerlukan

    penjelasan atau disebut mubayyan (yang dijelaskan). Kedua, ada lafadz lain

    yang menjelaskan lafadz yang mujmal tadi atau disebut mubayyin (yang

    menjelaskan). Ketiga, adanya penjelasan atau yang disebut bayaan.

    5. Mantuq dan Mafhum

    a. Mantuq

    Mantuq adalah lafad yang kandungan hukumnya dipahami dari apa

    yang diucapkan. Dengan kata lain bahwa mantuk ialah makna yang tersurat

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    8/22

    (terbaca). Contohnya: diharamkan bagi kamu bangkai. Mantuq dari ayat ini

    adalah bangkai itu hukumnya haram.

    b. Mafhum

    Mafhum adalah lafad yang kandungan hukumnya dipahami dari apa

    yang terdapat dari arti mantuq-nya. Dengan kata lain manfhum itu disebut

    dengan makna yang tersirat.

    Contoh:

    ......

    Artinya: ...maka janganlah kamu sekali-kali mengatakan kepada keduanya

    perkataan ah...(QS. As-Isra/17:23).

    Mafhum dari ayat diatas adalah haram berkata ah kepada kedua

    orang tua, mencaci, menghina, dan lain sebagainya apa lagi memukulnya.

    6. Lafad dilihat dari kejelasan maknanya

    Kalangan hanafiyah sebagaimana dijelaskan oleh Adib Shalih yang dikutip

    oleh Satria Effendi mengelompokkan lafad dari segi kejelasan maknanya

    (dalalahnya) menjadi dua macam, pertama lafad yang artinya jelas yang meliputi

    empat tingkatan yaitu: zahir, Nas, Muffasar, dan Mukhkam. Kedua lafad yang

    maknanya tidak jelas yang meliputi empat tingkatan juga yaitu: khafi, Musykil,

    dan Mutasyabih. Berikut ini akan dibahas satu persatu dari kedua macam bentuk

    lafad dilihat dari maknanya tersebut.

    a. Lafad yang jelas dalalahnya

    1. Zahir

    Zahir secara bahasa berate al-wuduh (jelas) secara istilah sebagaimana

    dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf ialah lafad yang menunjkkan

    arti secara lagsung dari nas itu tanpa memerlukan penyerta lain yang

    datang dari luar untuk memahami maksud nas itu, akan tetapi bukan

    pengertian itu yang menjadi maksud utama dari pengucapannya.

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    9/22

    Contohnya:

    ......

    Artinya: Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS.

    Al-baqarah/2:275).

    Makna zahir dari ayat diatas yang secara cepat dapat ditangkap

    pemahamannya adalah kehalalan jual beli dan keharaman riba. Kata haal

    dan haram telah jelas arti dan maksudnya tanpa membutuhkan qarinah

    dari luar. Tetapi bukan itu yang menjadi tujuan utama ari kontek ayat

    diatas. Tujuan utamanya atau makna nasnya adalah perbeaan antara jual

    beli dan riba, karena ayat ini turun sebagai bantahan bagi orang musyrik

    yang mengatakan bahwa jual beli itu sama dengan riba.

    2. Nas

    Secara bahasa nas berarti al-zuhur (jelas). Secara istilah, nas bisa

    memiliki dua pengertian yaitu pengertian umum dan pengertian khusus.

    Pengertia pertama (umum) sebagaimana dikemukakan oleh imam syafii,

    nas adalah teks Al Quran dan hadis Rasulullah baik yang tegas maupun

    yang tidak tegas. Berdasarkan pengertian ini, maka istilah nas

    diperuntukkan untuk Al Quran dan hadis. Nas dalam pengertian kedua

    (khusus), dan pengertian kedua inilah yang akan menjadi pokok

    pembahasa, yaitu lafad yang menunjukkan makna asli yang muncul dari

    lafad itu secara jelas, tidak mungkin mengandung makna lain,

    pengertiannya cepat ditangkap ketika mendengar lafa itu. Seperti kata

    sepuluh (asyaratun) dari ayat berikut ini:

    ...

    ...

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    10/22

    Artinya: tetapi jika tidak menemukan (binatang korban atau tidak

    mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari

    lagi apabila kamu kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna demikian

    itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya

    tidak berada (disekitar) masjidil haram (orang-orang yang bukan

    penduduk kota mekkah) (QS.

    3. Mufassar

    Menurut ulama ushul fiqh berarti lafad yang menunjukkan kepada

    maknanya secara jelas dan terperinci yang tidak mungkin menerima tawil

    ( dipalingkan maknanya). Contoh:

    Artinya: dan prang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik ( berbuat

    zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralahmereka ( yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu

    terima kesaksian mereka buat selama-lamanya dan mereka itulah orang-

    orang yang fasik (QS. An-nuur/24:4).

    Jumlaha delapan puluh kali dera adalah mufassar karena maknanya

    sudah jelas tanpa perlu ada penambahan dan pengurangan dan tidak perlu

    tawil. Hukuman delapan puluh kali dera ini diperuntukkan bagi pelaku

    qazaf, yaitu seseorang yang menuduh orang baik berzina tanpa saksi.

    4. Muhkam

    Sebagaimana didefinisikan oleh Abu Zahra adalah kalimat yang

    menunjukkan maknanya dengan jelas yang tidak menerima kemunkinan

    tawil (dipalingkan kepada makna lain) dan tidak menerima takhsis.

    Abdul Wahab Khallaf menegaskan bahwa lafad muhkam tidak bias

    dibatalkan hukumnya, tidak dapat diganti karena maknannya yang sudah

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    11/22

    jelas dan juga tidak dapat menerima nasakh karena lafad muhkam berisi

    antara lain:

    a. Tentang ajaran-ajaran pokok agama yang tidak menerima nasakh

    (penggantian) seperti ibadah kepada Allah dan beriman kepada kitab-

    kitab dan Rasul.

    b. Perbuatan-perbuatan utama yang tidak diperselisihkan seperti berbuat

    baik kepada kedua orang tua, berbuat adil dan sebagainya.

    c. Hokum cabang (fiqh) yang diabadikan oleh syariat seperti status orang

    yang menuduh orang baik denga berzinah (qazhif), maka kesaksiannya

    tidak dapat diterima selama-lamanya dan hokum jihad yang abadi

    sebgaimana sabda nabi: jihad itu berlaku hukumnya sejak dahulu

    sampai hari kiamat.

    b. Lafad Yang Tidak Jelas Dalalahnya

    1. Khafi

    Yaitu lafad yang maknanya jelas akan tetapi ketika diterapkan kepada

    kasus tertentu menimbulkan ketidak jelasan. Untuk menghilangkan ketidak

    jelasan itu dibutuhkan pemikiran dan analisis.

    Ketidakjelasan itu dapat dimungkinkan karena bentuk kasus-kasus itu

    tidak persis sama dengan kasus yang ditunjukkan oleh satu dalil.

    Contoh: lafad saariq dalam QS. Al-Maidah/5: 38

    Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah

    tangan keduanya (sebagai)pembalasan bagia apa yang mereka kerjakan

    dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha

    bijaksana.

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    12/22

    Makna saariq pada ayat diatas sudah jelas adalah pencuri yang

    mengambil harta orang lain denga cara sembunyi ditempat yang layak.

    Nmun ketika kata saariq diterapkan kepada pencopet maka mumcullah

    ketidak jelasan, apakah pecopet yang denga keterampilannya mampu

    melalaikan orang lain sehingga ia mampu mengambil hartanya, maka

    apakah pencopet yang seperti itu dapat dimasukkan kedalam istilah

    pencuri dan harus dipotong tangannya atau tidak, atau hanya di tazir

    untuk memecahkan masalah ini, maka dibutuhkan ijtihad. Menurut Abdul

    Wahab Khallaf, berdasarkan ijtihad yang didasari oleh dalalah nas

    disepakati bahwa hokum pencopet harus dipotong tangannya seperti

    pencuri karena illat untuk memotong tangan pencopet sudah terpenuhi

    sebagaimana pencuri.

    2. Musykil

    Adalah lafad yang tidak menunjukkan makna yang jelas maka

    diperlukan qarinah (indicator)dari luar untuk menjelaskan maksudnya.

    Contoh: kata quru dalam surat al-baqarah

    ...

    Artinya: wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri ( menunggu)

    tiga kali quru

    Kata quru pada ayat diatas memiliki dua makna yang berbeda yaitu

    suci dan khaid. Imam Khanafi dan Khambali mengartikannya dengan

    khaid. Adapun Imam SyafiI dan Maliki mengartikannya dengan suci.

    Imam Khanafi dan Khambali mendasari pendapatnya diantaranya dengan

    hadis nabi, Artinya: bahwa iddahnya seorang hamba sahaya perempuan

    itu dua kali khaid . Menurutnya tidak ada perbedaan antara perempuanhamba sahaya dan merdeka tentang iddah. Artinya pada hadis tersebut

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    13/22

    nabi menyebut masa idah hamba sahaya itu dengan dua kali khaid bukan

    dengan dua kali sucian, ketentuan ini juga berlaku untuk perempuan

    merdeka. Dengan demikian, quru pada ayat diatas artinya khaid bukan

    suci. Adapun Imam SyafiI dan Maliki mendasarkan pendapatnya lebih

    kepada argumentasi kebahasaan, yaitu keharusan memuannaskan adat

    (bilangan) yang berbentuk mudzakar. Maka setelah kata tsalatsatu

    (muannas) mengharuskan kata setelahnya adalah muzakar, sesuai kaidah

    bahasa. Maka atas dasar itu menurut keduanya yang tepat, kata quru

    diposisikan dengan kata mudzakar dan kata mudzakar itu adalah kata

    tuhrun bukan kata haidatun. Dengan demikian, maka iddah

    perempuan yang dicerai oleh suaminya dalam tiga kali suci.

    3. Mujmal

    (keterangan dihalaman tiga)

    4. Mutasyabbih

    Adalah lafad yang tidak jelas maknanya dan tidak ada indikator dari

    luar yang menjelaskan maknanya. Yang mengetahui hakikatnya hanyalah

    pembuat syariat yaitu Allah SWT.

    Para ulama sepakat bahwa dalam AlQuran terdapat ayat mutasyabbih,

    hal ini didasari oleh firman Allah SWT:

    ...

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    14/22

    Artinya: dia-lah yang menurunkan Alkitab (Al Quran) kepadamu.

    Diantara isi(nya) ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi

    Al Qurandan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat...(QS. Ali Imran/3:7)

    Menurut Ibnu Hazm sebagaimana dikutip oleh Imam Abu Zahra

    bahwa tidak ada lafad mutasyabbih dalam Alquran kecuali hurur-huruf

    tertentu seperti Alif Laam Miim, sumpah (qasam) Allah seperti kata

    wa al syamsi (demi matahari), dan sebagainya.

    Sebagian ulama berpendapat bahwa mereka sepakat dengan apa yang

    diuangkapkan oleh Ibnu Hanm namun menurut mereka bukan hanya itu

    saja lafad mutasyabbih, tetapi juga terdapat pada ayat-ayat yang

    mengandung pengertian keserupaanantara Allah dengan makhluknya

    seperti kata yadun dan ainun pada masing-masing dua ayat berikut

    ini.

    ......

    Artinya: ... tangan Allah diatas tangan mereka...(QS. Al-Fath/ 48:10)

    ...

    Artinya: ... dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang

    datang dari-ku dan supaya kamu diasuh dibawah pengawasan-ku...(QS.

    Thaha/20:39)

    Pendapat kduanya sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas secara

    subtantif adalah saling melengkapi. Namun para ulama usul fiqh lebih

    menegaskan lagi bahwa lafad mutasyabbih sebagaimana yang telah

    didefinisikan diatas tidak ditemukan oleh ayat-ayat ahkam dan hadist

    ahkam, karena untuk kedua macam nas yang disebut terakir ini dianggap

    telah jelas. Lafad mutasyabbih terdapat dalam Al Quran hanya pada

    huruf-huruf diawal surat-surat tertentu seperti alif laam, miim, dan

    sebagainya.

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    15/22

    Dalam penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ayat

    mutasyabbih terdapat pada huruf-huruf pada awal surat dalam Al Quran,

    sumpah Allah dalam Al Quran dan ayat-ayat yanmg artinya secara zahir

    mengandung keserupaan antara makhluk dan tuhan. Adapun dalam ayat

    ahkam tidak terdapat mutasyabbih.

    7. Lafad dilihat dari penggunaannya

    a. Makna Hakiki dan Majazi

    Yang disebut dengan hakiki yaitu lafad yang menunjukkan makna

    aslinya sesuai dengan bentuk lafad tersebut. Contohnya ketika nabi tiba dikota

    madinah beliau disambut dengan kalimat taala al-badru alaina...kata al-

    badru, arti hakikinya adalah bulan purnama. Contoh lain adalah kata al-

    asad memiliki arti hakiki hewan buas yaitu singa.

    Adapun majaz yaitu lafad yang digunakan untuk makna selain makna

    aslinya karena ada hubungnan antara keduanya (makna asli dan buka asli)

    dan terdapat indikator yang tidak mungkin lafad itu dimaknai secara hakiki.

    contohnya kata al-badrusebagaimana contoh diatas memiliki makna majazi

    orang yang berwajah berseri-seri yaitu Nabi Muhammad SAW, karena ada

    hubungannya dengan bulan purnama sebagai makna hakiki yaitu sama-sama

    bercahaya dan ditambah daada indikator yang kuat bahwa tidak mungkin yang

    datang ketika itu bulan purnama. Contoh lain saya melihat macan

    dimimbar. Kata macan pada kalimat terakir ini makna majazinya adalah

    orator pemberani (singa podium) karena ada hubungannya dengan macan

    yaitu sama-sama memiliki sifat pemberani dan terdapat qarinah (indikator)

    yang kuat bahwa tidak mungkin macan sebenarnya berada diatas mimbar.

    b. Muradf dan Musytarak

    Khalid Ramadhan Hasan memasukkan lafad muradif dan musytarak

    kedalam lafad dilihat dari penggunaanya.

    a. Muradif

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    16/22

    Artinya: dua kata atau lebih untuk arti yang satu

    Dalam bahasa indonesia diebut juga dengan sinonim. Contoh:

    ,: Singa

    , , ,: pendidik (guru)

    , : kucing

    b. Musytarak

    Artinya: satu lafad menunjukkan dua arti atau lebih. Contoh:

    : suci, haid

    : tangan secara keseluruhan, telapak tangan, dan lengan tangan

    : pergi, hilang

    : mata, sumber mata air, mata-mata.

    8. Tawil

    Menurut bahsa berarti al-Tafsir (penjelasan atau uraian). Sedangkan secara

    istilah sebagaimana didefinisikan oleh Abdul Wahab khallaf:

    Artinya: memalingkan lafad dari zahir-nya karena ada dalil ( indikator).

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    17/22

    Imam al Ghazali menjelaskan bahwa makna lain yang ditunjukkan oleh dalil

    itu memiliki kedudukan yangh lebih kuat dibanding makna zahirnya. Dengan

    demikian, al-Ghazali mendefinisikan tawil adalah ungkapan tentang pengalihan

    makna dari lafad zahir yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti itu lebih kuat

    dibanding makna yang ditunjukkan oleh makna zahir.

    Contoh:

    ......

    Artinya: ... tangan Allah diatas tangan mereka ...(QS. Al-Fath/ 48:10)

    Kata yadullah ( tangan Allah) dalam surat al-fath ayat 10 sebagaimana tersebut

    diatas di-tawil dengan al-qudratu artinya kekuasaan Allah.

    B. Metode Istinbat Melalui Maqasid Syariah

    Ulama ushul fiqh menyimpulkan bahwa nas Al Quran dan hadis nabi selain

    menunjukkan hukum melalui bunyi bahasanya juga melalui tasyri atau maqasid

    syariah (tujuan hukum), maka istinbat hukum dapat dikembangkan untuk menjawab

    permasalahan-permasalahan yang tidak terjawab oleh kandungan kebahasaan dalam

    Al Quran dan hadis melalui qias, istihsan, maslahah mursalah, dan urf yang juga

    dapat disebut sebagai dalil.

    Secara bahasa, maqasid al-syariatberarti tujuan hukum syariat. Syariat islam

    yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW merupakan rahmat untuk sekalian manusia.

    Firman Allah yang memperkuat tentang kesempurnaan islam diantaranya:

    Artinya: dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi

    semesta alam. (QS. Al-Anbiya/21:107)

    Atas dasar penegasan ayat diatas, syekh Muhammad Abu Zahra dalam

    kitabnya ushul fiqh merumuskan tiga tujuan kehadiran hukum islam:

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    18/22

    a. Membina setiap individu agar menjadi sumber kebaikan bagi orang lain, tidak

    menjadi sumber keburukan bagi orang lain.

    b. Menegakkan keadilan dalam masyarakat baik sesama muslim maupun

    nonmuslim.

    c. Merealisasikan kemaslahatan. Tujuan ketiga ini merupaka tujuan puncak yang

    melekat pada hukum islam secara keseluruhan. Maka tidak ada syariat yang

    berdasarkan Al Quran dan hadis kecuali didalamnya terdapat kemaslahatan yang

    hakiki dan berlaku secara umum.

    C. Ataarud Adillah

    1. Ataarud Adillah

    Taarud secara bahasa berarti bertentangan antara dua perkara. Secara istilah

    sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahab Zuhaili: terdapat dua dalil, salah

    satunya menunjukkan hukum yang bernbeda dengan hukum yang dikehendaki oleh

    nas lainnya.

    Menurut Abdul Wahab Khallaf yang perlu diperhatikan dalam memahami

    taarud al-adillah, bahwasannya tidak terdapat kontradiksi yang sebenarnya antara dua

    ayat atau antara dua hadis yang sahih atau antara ayat dan hadis sahih.jika

    kelihatannya ada kontradiksi antara dua nas sebenarnya yang kontradiksi itu hanya

    lahirnya saja sesuai yang tampak pada akal. Bukan kontradiksi yang sebenarnya.

    Alasannya karena Allah tidak mungkin mengeluarkan dua hukum yang bertentangan

    untuk satu peristiwa dalam satu waktu. Tetapi jika kontradiksi itu terjadi pada qiyas

    maka hal ini merupakan kontradiksi yang sebenarnya, oleh karena itu boleh jadi dari

    dua qiyas itu ada kesalahan.

    Contoh dari dua ayat yang secara lahiriyah bertentangan:

    Al Quran surat an-Nahl ayat 8

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    19/22

    Artinya: dan (Dia telah menciptaka kuda)kuda, bagal, dan keledai, agarkamu

    menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang

    tidak kamu ketahui. (QS. An-Nahl/ 16:8)

    Tampak perbedaan antara ayat diatas dengan surat al-Mukmin ayat 79

    Artinya:Allah-lah yang menciptakan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk

    kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan.(QS. Al-Mukmin / 40:79).

    Pada ayat pertamasebagaimana yang disebut diatas bahwa kuda dan keledai

    digunakan sebagai kendaraan dan perhiasan, sedangkan pada ayat kedua kata al-

    anam berarti binatang yang berfungsi antara lainsebagai kendaraan dan sebagai

    daging yang dapat dikonsumsi. Maka kedua ayat tersebut dapat dikompromikan

    bahwa binatang dapat berfungsi sebagai daging yang apat dimakan, sebagai

    kendaraan dan sebagai perhiasan seperti binatang kuda dan keledai.

    2. Nasakh

    Nasakh merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan taarud adillah. Secara

    bahasa nasakh bererti menghapus. Menurut istilah sebagaimana didefinisikan oleh

    Muhammad Abu Zahra:

    Artinya: membatalkan pelaksanaan hukum dengan hukum yang datang

    kemudian.

    Ada beberapa istilah dalam pembahasan nasakh. Nasikh artinya menghapus

    (hukum yang datang kemudian), dan mansukh artinya terhapus ( hukum lama).

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    20/22

    Dalam nasakh sebenarnya hukum lama masih berlaku seandainya tidak ada

    hukum baru yang menghapusnya. Dan orang pertama kali membahas masalah

    nasakh adalah Imam Syafii. Beliau memasukkan nasakh sebagai penjelas hukum

    bukan mengosongkan atau menghapus nas dari hukum.

    Contoh hjadis tentang ziarah kubur. Dalam hadis ini pertama nabi melarang

    ziarah kubur tetapi kemudian dinasakh oleh hadis beliau juga yang menghapus

    hukum hadis pertama, sehingga kesimpulannya ziaroh kubur itu hukumnya boleh.

    3. Tarjikh

    Tarjih secara bahasa berarti mengalahkan, secara istilah berarti: usaha

    menguatkan salah satu dari dua dalil yang taarud (bertentangan), sampai diketahui

    dalil yang palimng kuat sehingga dapat diamalkan dan digugurkan dalil lain yang

    lemah.

    Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa tujuan tarjih adalah

    mendapatkan dalul yang kuat untuk diamalkan dan meninggalkan dalil yang

    lemah.

    4. Al-Jamu wa al- Taufiq dan Twaquf

    Adalah dua bentuk cara untuk menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan

    selain nasakh dan tarjikh yang sudah dijelaskan keatas.

    a. Al-Jamu wa al-taufiq

    Adalah mengumpulkan dalil-dalil yang terlihat kontradiksi, kemudian

    mengkompromikannya, hasil kompromi inilah yang menjadi hasil hukum.

    Al-jamu adalah usaha untuk mengumpulkan atau menggabungkanantara

    dalil-dalil yang kontradiksi. Sedangkan taufik adalah usaha

    mengompromikan hal-hal yang telah ditemukan melalui proses sebelumnya

    yaitu al-jamu tersebut.

    b. Tawaquf

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    21/22

    Secara bahasa berarti behenti atau sikap untuk tidak mengamalkan

    terhadap dalil-dalil yang terlihat kontradiksi. Ketika mencari jalan keluar

    terhadap dalil-dalil yang terlihat saling bertentangan telah dilalui semua (dari

    al-jamu wa taufiq, tarjikh, nasakh), tetapi masih saja menemui jalan buntu

    maka tidak ada jalan lain kecuali tawaquf.

  • 7/22/2019 METODE ISTINBAT

    22/22

    BAB III

    PENUTUP

    1. KESIMPULAN

    Imam al-Ghazali dalam kitab Al-Mustasyfa menjelaskan bahwa tawaquf sama

    sekali tidak boleh , beliau berkata:

    jika dalam suatu dalil sulit diambil mana yang rajih, diambillah langkah al-

    jamu, kalau tidak dapat, takhyir (memilih) diantara dua. Seperti orang-orng

    yang bertanya kepada dua orang mufti yang sama-sama hebat, maka ia

    memilih salah satu dari dua pendapat. Akan tetapi tidak boleh tawaquf. Sebab

    menurutnya sampai kapan masa tawaqufnya. Bisa jadi hukum yang ditetapkan

    tidak menerima pengakhiran atau tidak ada mufti lain yang akan melakukan

    tarjikh atas dalil tersebut. Atau mungkin ada namun sekedar perkiraan-

    perkiraan dan itu tidak dibenarkan dan juga tawaquf tanpa batas dianggap

    tidak adanya hukum akhir disebut dengan talil (dead lock) solusinya adalah

    harus memilih salah satunya.