metode karakterisasi thermal

Upload: nellanello-siiladyboyo

Post on 06-Feb-2018

351 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    1/19

    METODE KARAKTERISASI

    Metode Thermal

    RU

    Oleh:

    Apreliani Ayu Indarwati (123224014)

    Desi Nurillah (123224029)

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    2014

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    2/19

    Metode Karakterisasi Thermal

    Metode karakterisasi disini merupakan suatu metode untuk mengetahui sifat atau

    karakteristik dari suatu bahan. Ada beberapa sifat bahan yang dapat ditentukan dengan

    menggunakan metode karakterisasi, yaitu : sifat mekanik, sifat termal, sifat listrik, sifat magnet

    dan sifat optik. Untuk alat karakterisasi yang digunakan dalam penentuan masing-masing sifat

    bahan tentulah berbeda bergantung sifat bahan yang akan dikarakterisasi. Contohnya dalam

    karakterisasi sifat magnet digunakan alat karakterisasi yang disebut VSM (Vibrating Sample

    Magnetometer). Dan untuk karakterisasi sifat thermal ini, alat yang digunakan dikenal dengan

    istilah Thermogravimetri Analizer (TGA). Dan masih banyak lagi alat yang dapat digunakan

    sebagai alat karakterisasi bahan. Dalam artikel ini, penulis akan lebih memfokuskan mengenai

    pembahasan karakterisasi sifat thermal dan alat karakterisasinya.

    Karakterisasi secara termal atau yang lebih dikenal dengan istilah analisa termal

    merupakan suatu metode untuk mengkarakterisasi sifat bahan yang diuji baik sifat fisik maupun

    sifat kimia, berdasarkan respon bahan tersebut terhadap suhu. Hal ini dilakukan dengan cara

    memberikan inputan berupa kalor terhadap bahan yang akan dikarakterisasi. Analisa termal ini

    digunakan untuk mengetahui sifat-sifat spesifik dari bahan yang diuji. Misalnya entalpi,

    kapasitas panas, panas jenis, koefisien ekspansi termal maupun konduktivitas termalnya. Dengan

    menggunakan alat karakterisasi modern, sejumlah sifat dari bahan dapat dipelajari dengan

    menggunakan analisa termal. Penggunaannya sampai saat ini, telah demikian bervariasi,

    mencakup dekomposisi termal suatu bahan, transisi fasa dan penentuan diagram fasanya.

    Dalam karakterisasi termal, dikenal dua jenis teknik karakterisasi termal yang utama,

    yaitu : teknik karakterisasi dengan menggunakan Thermogravimetri Analyzer (TGA) yang

    digunakan untuk merekam adanya perubahan massa sampel sebagai fungsi dari suhu maupun

    waktu. Berikutnya adalah karakterisasi termal dengan menggunakan Differensial Thermal

    Analysis (DTA) yang berfungsi untuk mengukur perbedaan suhu (T) antara sampel denganmaterial referen yang inert (tidak reaktif sebagai fungsi dari suhu. Selain kedua teknik

    karakterisasi tersebut masih ada teknik karakterisasi thermal yang merupakan kombinasi antara

    TGA dan DTA yang dikenal dengan Differensial Scanning Calorimeter (DSC), yang berfungsi

    untuk mengukur adanya perbedaan kalor yang masuk ke dalam sampel dan material referen yang

    inert sebagai fungsi suhu.

    http://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.html
  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    3/19

    1. Thermogravimetric Analysis(TGA)

    1.1. Gambar dari beberapa merk thermogravimetr ic analyzer(TGA)

    Gambar 1.1. Beberapa Merk Thermogravimetric Analyzer

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    4/19

    Thermogravimetri Analizer merupakan teknik untuk mengukur jumlah dan kecepatan

    rata-rata perubahan massa dari suatu sampel sebagai fungsi dari suhu maupun waktu pada

    atmosfir yang terkontrol. Analisis dari thermogravimetri bergantung pada tiga pengukuran, yaitu

    massa, suhu, dan perubahan suhu.

    Dalam metodethermogravimetric analyzer,menentukan karakteristik suatu bahan ini

    dilihat dari adanya perubahan massa akibat adanya kehilangan massa yang diakibatkan oleh

    proses dekomposisi, evaporasi maupun desorbsi yang disebabkan adanya proses pemanasan

    (heat treatment) terhadap material uji. Umumnya TGA digunakan dalam penilitian dan

    pengujian untuk menentukan karakteristik bahan seperti polimer, termasuk termoplastik,

    termoset maupun elastomer, selain itu TGA ini juga bisa digunakan untuk menentukan

    karakteristik dari bahan-bahan komposit.

    1.2. Komponen Thermogravimetric Analyzer(TGA)

    Komponen-komponen TGA biasanya bergantung pada tipe, jenis dan merk alat dari TGA yang

    digunakan.Alat dengan merk yang berbeda memiliki komponen yang berbeda pula. Namun

    untuk semua TGA, komponen utamanya terdiri dari :

    Gambar 1.2.1. Komponen TGA 50 Series Shimadzu

    Heatin Furnace

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    5/19

    a. Microbalance System

    Microbalance ini menjadi kunci dari sistem analisa termal dengan menggunakan

    thermogravimetric analyzer (TGA). Komponen ini berfungsi untuk memantau adanya

    perubahan massa dari sampel pada saat diperlakukan proses termal dalam hal ini adalah

    proses pemanasan (heat treatment).

    Gambar 1.2.2.Komponen dari microbalance system

    - Gas Inlet pada microbalance system

    - Balance beam

    - Photodiode

    - Magnet

    Untuk semua jenis analisa thermal baik yang menggunakan TGA, DTA dan DSC, tentu

    memerlukan adanya bahan standard sebagai material refrence sehingga ketika ada

    perbedaan nilai massa antara material uji dan refrence maka akan dideteksi sebagai

    perubahan massa dari material uji. Untuk TGA 50-Series Shimadzu microbalance

    menggunakan prinsip deflection balance.

    Pada deflection balance, perubahan massa pada sampel uji menyebabkan timbulnya

    defleksi pada balance beam. Defleksi yang terjadi pada balance beam memicu adanya

    ketidakseimbangan intensitas cahaya yang memancar pada dua buah fotodioda,

    ketidakseimbangan ini mengakibatkan terjadinya aliran arus melalui salah satu pasangan

    fotodioda. Arus yang dihasilkan sebanding dengan perubahan massa sampel. Setelah

    diamplifikasi arus akan diteruskan ke kumparan timbul medan magnet yang berfungsi

    untuk mengembalikan balance beam ke posisi aslinya.

    Photodioda

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    6/19

    b. Furnace

    Gambar 1.2.3. Komponen didalamfurnace

    Selain microbalanceyang memegang peranan penting dalam karakterisasi termal dengan

    menggunakan TGA, keberadaan furnace juga tidak kalah pentingnya. Karena didalam

    furnace inilah proses perlakuan termal terjadi yang akhirnya menyebabkan adanya

    perubahan massa dari sampel yang digunakan. Kecepatan rat-rata pemanasan pada

    furnace ini dari 0C per menit sampai 100Cper menit atau lebih brgantung pada tipe alat

    yang digunakan.

    - Radiation fin.

    Pada TGA dengan tipe 50 series shimadzu ini, bagian microbalance system dan bagian

    furnace saling terhubung sehingga diperlukan adanya pemisah berupa radiation fin

    yang berfungsi untuk mencegah terjadinya transfer panas pada microbalance system

    sehingga tidak menimbulkan kerusakan. Panas yang dihasilkan oleh proses thermal

    pada furnace sebagian akan dirambatan keluar (dialirkan) melalui radiation fin yang

    selanjutnya akan diserap oleh udara luar yang suhunya lebih rendah dibandingkan

    dengan radiation fin

    - Gas Inletpadafurnace

    - Termokopel

    Termokopel (sensor suhu) yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu

    dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    7/19

    Prinsip kerja :

    Gambar 1.2.4. Skema prinsip kerja thermocouple

    Adanya perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan tegangan listrik. Efek ini

    disebut sebagai efek termoelektrik. Perubahan panas pada benda ini dapat diukur

    dengan cara menggunakan gabungan dua macam konduktor secara sekaligus pada

    ujung benda panas yang diukur. Ketika konduktor ini mengalami gradiasi suhu maka

    nantinya aan terjadi perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan suhu

    benda.

    Termokopel bekerja berdasarkan pembangkitan tenaga listrik pada titik dimana dua

    buah logam yang berbeda dipertemukan yang biasa disebut titik panas atau titik ukur.

    Sementara ujung lain dari logam tersebut disebut sebagai titik refrensi yang suhunya

    tetap konstan. Singkatnya, termokopel ini dapat mengukur suhu dengan berdasarkan

    pada perubahan suhu menjadi listrik, saat diantara titik refrensi dan titik ukurnya

    terdapat perbedaan suhu.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    8/19

    Gambar 1.2.5. Letak thermocouplepada furnace

    Thermocople ini ditempatkan sedekat mungkin dengan sampel untuk memastikan suhu

    yang terekam nantinya akan mendekati suhu dari sampel yang sebenarnya.

    - Sample holder

    Sampel holder (pemegang sampel) ini digunakan untuk meletakkan sample pada saat

    sedang dilakukan proses termal didalam furnace. Sample holder ini dihubungkan

    dengan microbalance untuk memantau adanya perubahan massa dari sample. Sampel

    holder ini biasanya terbuat dari platina karena platina merupakan bahan yang bersifat

    inert (tidak ikut bereaksi) ketika diperlakukan proses termal dan platina ini juga mudah

    untuk dibersihkan.

    Gambar 1.2.6. Letaksample holderpada furnace

    Thermocouple

    Sample HolderSample Holder

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    9/19

    - Sample crucible

    Ada beberapa bentuk dan ukuran cawan yang biasa digunakan untuk menguji berbagai

    sampel. Contohnya cawan dengan penutup digunakan sampel yang terbentuk serbuk

    halus, sedangkan cawan yang tanpa penutup digunakan untuk sampel polimer dalam

    bentuk tipisan blok dan manik.

    Gambar 1.2.7. Cawan yang digunakan untuk analisa thermogravimetri

    Selain itu bahan cawan yang digunakan juga perlu diperhatikan.Biasanya cawan ini

    terbuat dari bahan-bahan seperti crimp,platina, alumina, nikel, maupun tembaga.

    Pemilihan bahan dari cawan ini perlu disesuaikan dengan bahan uji agar bahan uji

    tidak bereaksi dengan bahan cawan serta tidak lengket.Selain itu, cawan yang

    digunakan untuk material uji dan referencenya tidak harus sama maupun tidak harus

    berbeda, ini disesuaikan dengan bawaan dari merk alat karena semua bahan-bahan dari

    cawan ini tentunya sudah disesuaikan untuk analisa menggunakan thermogravimetric

    analyzer.

    c. Purge Gas System

    Purge gas system ini digunakan untuk mengalirkan gas seperti Nitrogen atau argon untuk

    melindungi ruang pembakaran/furnace. Selain itu gas yang dialirkan ini juga berfungsi

    untuk menghindari terjadinya peristiwa oksidasi sampel pada saat diperlakukan proses

    termal. Mengapa pada purge gas system digunakan gas nitrogen ataupun argon?

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    10/19

    -Nitrogen maupun argon merupakan gas yang tidak aktif bereaksi dengan unsure atau

    senyawa lainnya.

    - Nitrogen maupun argon bersifat inert yang artinya gas ini sangat stabil dimana gas-gas

    ini sangat sulit berekasi dengan unsure dan senyawa lainnya.

    - Tahan terhadap temperature tinggi, sehingga tidak akan mudah terbakar apabila

    dilakukan proses thermal di dalam furnace

    Gambar 1.2.9. Skema aliran purge gas system

    d. Perekam Data

    Setelah thermocouple dan microbalancemerekam adanya perubahan suhu dan massa dari

    sampel yang diuji, maka sensor suhu dan microbalancekemudian mengirimkan data

    dalam bentuk sinyal ke display monitor untuk ditampilkan dalam bentuk plot kurva TGA.

    Sebelum di plotkan dalam bentuk kurva TGA, sinyal dari sensor suhu dan

    microbalanceterlebih dahulu dikonversikan, yaitu pada sumbu-y yang menyatakan persen

    perubahan massa sampel terhadap suhu sampel pada sumbu-x.

    Gambar 1.2.9. Thermal Analysis Workstation TGA 50-Series Shimadzu

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    11/19

    1.3. Prinsip Kerja TGA (Thermogravimetr ic Analyzer)

    Gambar 1.3.1. Prinsip Kerja Thermogravimetric Analyzer

    Karena proses termal yang terjadi di dalam furnace, sampel mengalami perubahan massa.

    Perubahan massa ini menyebabkan timbulnya deflection pada balance beampada microbalance.

    Defleksi yang terjadi pada balance beammemicu adanya ketidakseimbangan intensitas cahaya

    yang memancar pada dua buah fotodioda, ketidakseimbangan ini mengakibatkan terjadinya

    aliran arus melalui salah satu pasangan fotodioda. Arus yang dihasilkan sebanding dengan

    perubahan massa sampel. Setelah diamplifikasi arus akan diteruskan ke kumparan sehingga

    menimbulkan adanya medan magnet, medan magnet yang ditumbulkan oleh arus pada kumparan

    bertujuan untuk mengembalikan balance beam ke posisi aslinya.

    Arus yang dihasilkan oleh fotodioda akan menjadi sinyal yang dikirimkan ke komputer

    yang nantinya diubah dalam bentuk persen perubahan massa oleh software computer. Software

    computer ini menampilkan data yang dihasilkan dalam bentuk diagram untuk ditampilkan di

    display monitor.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    12/19

    1.4. Data Hasil Analisa Menggunakan Thermogravimetri

    Gambar 1.4.1. Hubungan temperature pemanasan terhadap laju penurunan berat

    mikroalga nannochloropsis oculata

    Gambar 1.4.2. Hubungan temperature pemanasan terhadap laju penurunan berat

    mikroalga nannochloropsis oculata

    -20.00

    -15.00

    -10.00

    -5.00

    0.00

    5.00

    0 200 400 600 800 1000 1200

    p

    enurunanberat(mg

    )

    temperatur pemanasan (C)

    TAHAP 1

    TAHAP 2

    TAHAP 3

    TG pada laju pemanasan

    40/menit :

    -9.00

    -8.00

    -7.00

    -6.00

    -5.00

    -4.00

    -3.00

    -2.00

    -1.00

    0.00

    1.00

    0 200 400 600 800 1000 1200

    laju

    penurunanberat(%/

    menit)

    temperatur pemanasan (C)

    TAHAP 1

    TAHAP 2

    TAHAP 3

    DTG pada laju pemanasan

    40/menit :

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    13/19

    Gambar 1.4.1 dan 1.4.2. merupakan hubungan antara temperatur pemanasan terhadap

    penurunan dan laju penurunan berat dengan laju pemanasan 40C/menit.

    Pada gambar tersebut diketahui bahwa untuk laju pemanasan 40C/menit, diperoleh tiga

    tahap dekomposisi mikroalga nannochloropsis oculata, untuk tahap yang pertama terjadi

    penurunan berat sebesar 1,9295 mg, ini disebabkan oleh adanya penguapan air yang masih

    terkandung didalam mikroalga dan hilangnya senyawa yang bersifat volatile (sukar menguao)

    ringan. Air dan volatileringan mudap menguap jika berada pada temperature rendah.

    Untuk tahap kedua, terjadi penurunan sebesar 7,0922 mg, pada tahap ini kandungan

    utama dari mikroalga nannochloropsis oculata yang berupa lipid terdekomposisi lebih dari 50%

    massa volatile total, lipid pada mikroalga nannochloropsis oculata dapat terdekomposisi pada

    temperature yang tinggi dengan range antara 175C - 750C.

    Pada tahap ketiga terjadi penurunan berat sebesar 2,9018 mg, untuk tahap ini terjadi

    akibat penurunan berat akibat adnya dekomposisi dari materi karbon dengan laju yang lambat.

    Dimana karbon ini bisa terdekomposisi pada temperatur tinggi tetapi dengan waktu yang lama.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    14/19

    2. Di ff erential Scanni ng Calorimeter(DSC)

    2.1Gambar dari beberapa merk Di ff erential Scanning Calorimeter(DSC)

    DSC Q20

    Gambar 2.1. Beberapa Merk Differential Scanning Calorimeter

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    15/19

    DSC dikembangkan oleh E. S. Watson dan M. J O'Neill pada tahun 1962, dan

    diperkenalkan secara komersial pada tahun 1963 di Pittsburgh Conference on Analytical

    Chemistry and Applied Spectroscopy. Differential Scanning Calorimeter atau DSC adalah teknik

    analisis termal di mana perbedaan dalam jumlah panas diperlukan untuk meningkatkan suhu

    pada sebuah sampel dan reference ini diukur sebagai suatu fungsi suhu. Antara sampel dan

    reference dipertahankan pada suhu yang hampir sama di seluruh percobaan. Secara umum,

    program suhu untuk DSC dirancang sedemikian rupa sehingga suhu pada sample holder

    meningkat secara linear sebagai suatu fungsi waktu. Pada DSC juga menentukan suhu panas dan

    aliran transisi dikaitkan dengan bahan sebagai suatu fungsi waktu dan suhu. Ia juga memberikan

    kuantitatif dan kualitatif data pada endothermic (panas penyerapan) dan exothermic (panas

    evolusi) dari bahan selama proses transisi fisik yang disebabkan oleh perubahan fasa, peleburan

    kaca, transisi, melewati, oksidasi, dan panas lainnya berkaitan dengan perubahan.

    Differential Scanning Calorimeter (DSC) secara luas digunakan untuk mengkarakterisasi

    sidaf thermophysical polimer. DSC dapat mengukur sifat termoplastik penting termasuk titik

    leleh, kalor peleburan, persen kristalinitas, dan suhu transisi gelas. DSC banyak digunakan dalam

    pengaturan industri sebagai instrumen pengendalian kualitas karena penerapannya dalam

    mengevaluasi kemurnian sampel dan untuk mempelajari pengobatan polimer. Hasil percobaan

    DSC adalah pemanasan atau pendinginan kurva. Kurva ini dapat digunakan untuk menghitung

    entalpi transisi. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan puncak yang berhubungan dengan

    transisi yang diberikan.

    Diferensial kalorimetri scanning dapat digunakan untuk mengukur beberapa sifat

    karakteristik sampel. Dengan menggunakan teknik ini memungkinkan untuk mengamati

    peristiwa fusi dan kristalisasi serta suhu transisi gelas (Tg). Transisi gelas mungkin terjadi

    karena suhu padatan amorf meningkat. Transisi ini muncul sebagai langkah dalam dasar rekaman

    dari sinyal DSC. Hal ini disebabkan sampel mengalami perubahan dalam kapasitas panas; tidak

    ada perubahan fase formal yang terjadi. Dengan meningkatnya suhu, padatan amorf akan

    menjadi kurang kental.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    16/19

    2.2Komponen Di ff erential Scanni ng Calorimeter(DSC)

    Komponen-komponen DSC biasanya bergantung pada tipe, jenis dan merk alat dari DSC

    yang digunakan. Alat dengan merk yang berbeda memiliki komponen yang berbeda pula. Namun

    untuk semua DSC, komponen utamanya terdiri dari:

    1. Furnace

    Dalam furnace inilah proses perlakuan termal terjadi

    yang akhirnya menyebabkan adanya perubahan massa

    dari sampel yang digunakan.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    17/19

    2. Crucible (Cawan)

    Ada beberapa jenis

    cawan yang biasa digunakan

    untuk menguji berbagai sampel.

    Bahan cawan terbuat dari

    tembaga, aluminium, alumina,

    steel, emas, dan platina.

    Umumnya bahan-bahan yang digunakan sebagai crucible adalah bahan yang

    memenuhi kriteria sebagai crucible yaitu:

    1. Bahan yang digunakan sebagai crucible haruslah bahan yang tidak mudah bereaksi

    dengan zat lain dan tidak lengket saat digunakan.

    2. Tahan panas, karena sample akan dipanaskan hingga suhu tinggi.

    Dalam pemilihan crucible yang akan digunakan, baik untuk sample maupun

    refrence, crucible yang digunakan tidak harus sama maupun tidak harus beda. Karena

    disesuaikan dengan crucible bawaan dari alat (bergantung pada merk dan jenis DSC).

    Bahan material yang akan diuji dapat berupa serbuk maupun yang lain dengan berat

    antara 0,5-100 mg.

    3. Thermocouple

    Thermocouple adalah salah satu jenis alat

    ukur temperatur yang menggunakan

    prinsip termoelektris pada sebuah

    material.

    Prinsip kerja :

    Adanya perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan tegangan listrik. Efek ini

    disebut sebagai efek termoelektrik. Perubahan panas pada benda ini dapat diukur dengan

    cara menggunakan gabungan dua macam konduktor secara sekaligus pada ujung benda

    panas yang diukur. Ketika konduktor ini mengalami gradiasi suhu maka nantinya aan

    terjadi perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan suhu benda.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    18/19

    Termokopel bekerja berdasarkan pembangkitan tenaga listrik pada titik dimana

    dua buah logam yang berbeda dipertemukan yang biasa disebut titik panas atau titik

    ukur. Sementara ujung lain dari logam tersebut disebut sebagai titik refrensi yang

    suhunya tetap konstan. Singkatnya, termokopel ini dapat mengukur suhu dengan

    berdasarkan pada perubahan suhu menjadi listrik, saat diantara titik refrensi dan titik

    ukurnya terdapat perbedaan suhu.

    4. Purge gas inlet

    Purge gas system ini digunakan untuk mengalirkan gas seperti Nitrogen atau argon untuk

    melindungi ruang pembakaran/furnace. Selain itu gas yang dialirkan ini juga berfungsi

    untuk menghindari terjadinya peristiwa oksidasi sampel pada saat diperlakukan proses

    termal. Mengapa pada purge gas system digunakan gas nitrogen ataupun argon? Karena

    gas nitrogen dan argon ini tahan terhadap temperature yang tinggi sehingga gas seperti

    nitrogen dan argon ini tidak mudah terbakar apabila dilakukan proses thermal didalam

    furnace.

    2.3Prinsip Kerja Di ff erential Scanning Calorimeter (DSC)

    Prinsip dasar yang mendasari teknik ini adalah, bila sampel mengalami

    transformasi fisik seperti transisi fase, lebih (atau kurang) panas harus mengalir ke

    referensi untuk mempertahankan keduanya pada temperatur yang sama.

    Lebih atau kurang panas yang harus mengalir ke sampel tergantung pada apakah

    proses ini eksotermik atau endotermik. Misalnya, sebagai sampel padat meleleh cairan

    itu akan memerlukan lebih banyak panas mengalir ke sampel untuk meningkatkan suhu

    pada tingkat yang sama sebagai acuan.

    Hal ini disebabkan penyerapan panas oleh sampel karena mengalami transisi fase

    endotermik dari padat menjadi cair. Demikian juga, sampel ini mengalami proses

    eksotermik (seperti kristalisasi), panas yang lebih sedikit diperlukan untuk menaikkan

    suhu sampel. Dengan mengamati perbedaan aliran panas antara sampel dan referensi,

    diferensial scanning kalorimeter mampu mengukur jumlah panas yang diserap atau

    dilepaskan selama transisi tersebut.

  • 7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Auf, et.al. Pengaruh Laju Pemanasan Terhadap Penurunan Berat pada Proses Dekomposisi

    MikroalgaNannocholoropsis oculata dengan Metode Termogravimetrik. 2010.

    Currel, 1997.Principles of Thermal Analysis TG, DSC, STA. NETZSCH Instrumentshal : 117.

    Wikipedia I. 2014. Thermogravimetric Analysis.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.html

    http://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.html