[modul 8 difraksi elektron] david senjaya 10213084

Upload: david-senjaya

Post on 19-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 [Modul 8 Difraksi Elektron] David Senjaya 10213084

    1/3

    MODUL 08

    DIFRAKSI ELEKTRON DALAM KISI POLIKRISTALDavid Senjaya, Hendra Setiawan, Jalu Setiya Pradana, Margareta Vania Stephanie, Rizky Ayu

    10213084, 10213081, 10213098, 10213076, 10213064

    Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

    E-mail:[email protected]

    Asisten: Imam A / 10212017

    Tanggal praktikum: 19 November 2015

    AbstrakPada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan yang berkaitan dengan difraksi elektron pada grafit

    menggunakan Electron Diffraction Tube yang memenuhi prinsip Bragg dan De Broglie untuk mengetahui

    orientasi kisi pada grafit. Electron Diffraction Tube sudah dilengkapi dengan filamen panas yang dapatmelepas elektron juga elektroda dengan potensial maksimum 5 kV dan layar fluorescene. Potensial akan

    divariasikan naik beraturan sebesar 0,5 kV dari 3,0 kV hingga 5,0 kV. Perubahan potensial akanmenyebabkan perubahan laju elektron sehingga panjang gelombang De Broglie akan berubah juga,

    akibatnya pola difraksi pun akan bergeres. Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kisigrafit memiliki dua orientasi terbukti dengan adanya 2 pola terang berbentuk cincin pada layar.

    Kata kunci: Difraksi Bragg, Fluorescene, Grafit, Postulat De Broglie

    I. Pendahuluan

    Praktikum difraksi elektron pada

    polikristal dilakukan untuk mengetahui

    orientasi kisi pada grafit dengan

    menggunakan prinsip Bragg dan De

    Broglie.

    Postulat De Broglie menyatakan

    bahwa ketika ada seberkas partikel yang

    terkarakterisasi dengan vektor gelombang , maka pada kerangka yang inersialdapat didefinisikan momentum dengan

    persamaan berikut.

    =

    (1)

    =

    (2)

    Sehingga akan diperoleh panjang

    gelombang De Broglie untuk seberkas

    partikel dengan momentum p yang secara

    matematis dituliskan sebagai berikut.[1]

    =

    (3)

    Prinsip difraksi Bragg menyatakan

    bahwa suatu difraksi yang terjadi akibat

    gelombang yang berinteraksi dengan kisi

    dengan sudut difraksi akan memenuhipersamaan Bragg berikut

    [1].

    2 sin() = (4)

    Berikut adalah beberapa persamaan yang

    akan digunakan untuk mencari nilai panjang

    gelombang perhitungan yang didekati secara

    klasik.

    = 2 (5)

    2 =

    =

    (6)

    Keterangan:

    k: Bilangan gelombang

    : Panjang gelombang (nm)

    : Sudut difraksi (rad)n: Orde difraksi

    p: Momentum (N/s)

    h: Konstanta Plank (Js)

    m: Massa elektron (kg)

    U: Potensial (V)

    e: Muatan elektron (C)

    Gambar 1. Orientasi kisi grafit

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/23/2019 [Modul 8 Difraksi Elektron] David Senjaya 10213084

    2/3

    II. Metode PercobaanPertama - tama siapkan catu daya

    berkekuatan tinggi dengan daya kilovolt.

    Lalu siapkan electron diffraction tube

    untuk dipasangkan pada statis yang

    tersedia. Keluarkan electron diffraction

    tube tanpa menyentuh langsung kaca

    lampu dengan tangan lalu posisikan pada

    statis yang sudah dilengkapi dengan

    penghubung catu daya dengan electron

    diffraction tube. Pastikan nilai tegangan

    awal 0 kV. Setelah pemasangan selesai

    dilakukan lalu naikkan tegangan sampai 3

    kV. Lalu ukur diameter setiap pola

    difraksi dengan jangka sorong. Kemudian

    naikkan tegangan sebesar 0,5 kV sehingga

    pola bergeser lalu ukur kembali keduapola yang muncul. Ulangi sampai

    tegangan 5 kV.

    Hipotesis dari percobaan ini adalah

    akan muncul pola difraksi berbentuk

    cincin pada layar fluorescene yang

    diameternya akan semakin mengecil

    ketika tegangan dinaikkan.

    III.

    Data dan Pengolahan Data

    Berikut adalah data data percobaan.

    Tabel 1. Data tegangan dan diameterpola difraksi

    U

    (Volt)

    (Volt1/2

    )

    D1

    (m) D2 (m)

    3000 0,0183 0,0400 0,0701

    3500 0,0169 0,0362 0,0664

    4000 0,0158 0,0344 0,0654

    4500 0,0149 0,0313 0,0602

    5000 0,0141 0,0294 0,0571

    Gambar 2. GrafikD1

    -

    Grafik di atas memiliki persamaan

    1 = 2,548

    0,007 dengan R2 =

    0,9912.

    Gambar 3. Grafik D2 - Grafik di atas memiliki persamaan

    2 = 3,083

    0,145 dengan R2 =

    0,9437.

    Gambar 4. Grafik D -

    Grafik di atas adalah plotting D1 dan D2

    terhadap

    .

    Tabel 2. Data panjang gelombang

    U(Volt)

    teori(pm)

    D1(pm)

    D2(pm)

    3000 22,4 19,3 27,9

    3500 20,7 17,4 26,4

    4000 19,4 16,6 26,0

    4500 18,3 15,1 24,0

    5000 17,3 14,1 22,7

    IV. Pembahasan

    Pada percobaan ini, tegangan tidak

    boleh melebihi 5 kV karena akan membuat

    persamaan energi kinetik klasik yang

    digunakan menjadi tidak tepat. Ketika kita

    menggunakan tegangan lebih dari 5 kV

  • 7/23/2019 [Modul 8 Difraksi Elektron] David Senjaya 10213084

    3/3

    maka nilai konstanta relativistik menjadi

    menjauh cukup besar dari 1. Dengan kata

    lain untuk menghitung momentum elektron

    diperlukan persamaan momentum

    relativistik.

    Terdapat sedikit perbedaan panjang

    gelombang percobaan dengan panjang

    gelombang teori. Panjang gelombang

    percobaan ditentukan melalui pengamatan

    pola difraksi. Pola difraksi pada percobaan

    tidak terlalu jelas dan cukup tebal sehingga

    memungkinkan kesalahan pengukuran

    diameter cincin difraksi. Hal ini

    menyebabkan perbedaan panjang

    gelombang teori dan percobaan.

    Didapatkan referensi pada gambar

    (1) d1= 122,9 pm dan d2= 210,0 pm. Hal

    ini berbedan dengan hasil percobaan yaknid1 = 107,4 pm dan d2 = 130,0 pm. Nilai

    referensi dengan percobaan berbeda karena

    nilai d hasil percobaan didapat dari regresi

    linear sehingga ketika ada satu saja

    pengamatan yang error akan menyebabkan

    nilai gradient hasil regresi berbeda cukup

    jauh.

    Polikristal adalah material berbetuk

    padatan yang terdiri dari kristal kristal

    kecil yang bergabung menjadi satu. Namun

    kristal kristal ini memiliki kisi yang tidak

    kontinu. Sedangkan monokristal memilikikisi yang kontinu.

    Pola konsentrik pada tabung adalah

    suatu ciri khas bahwa kristal yang diamati

    adalah polikristal. Elektron yang terdifraksi

    akan membentuk pola terang yang cukup

    tebal dan konsentris. Pola konsentrik ini

    sebenarnya adalah gabungan dari pola titik

    yang tersebar secara konsentris karena

    memang orientasi setiap butiran kristal pada

    polikristal akan berbeda.

    Colimator pada percobaan kali ini

    berguna untuk membatasi spatial crosssectiondari elekron yang menuju sampel.

    Pada layar, telah disertakan serbuk

    SrAl2O4 yang bersifat phosphorescent.

    Serbuk ini memang digunakan sejak lama

    seperti untuk layar CRT juga Cathode Ray

    Tube. Cahaya hijau disebabkan oleh transisi

    materialphosphorescentdari keadaan1A

    1A

    * lalu

    1A

    *

    3A. Keadaan triplet inilah

    yang bersifat menjebak energi sehingga

    cahaya perlahan dilepas namun dalam

    waktu yang lebih lama.3A

    1A. Proses

    tersebut disebut prosesphosphorescence.

    Salah satu aplikasi yang paling

    penting dari dualisme gelombang partikel

    ini adalah mikroskop elektron. Mikroskop

    elektron dapat menghasilkan perbesaran

    yang jauh lebih baik dari pada mikroskop

    cahaya bahkan dapat memetakan kontur

    preparat sehingga muncul citra 3D.

    Indeks Muller adalah indeks yang

    mengkarakterisasi orientasi kristal. Indeks

    ini mirip dengan vektor satuan pada

    koordinal kartesius x,y,z. Indeks Muller

    biasanya dituliskan dalam bentuk (H, K,

    L) dengan nilai H, K, L dari 0 sampai 1

    yang mewakili 1 periode kristal. Angka 0

    menujukkan tidak ada perpotongan

    bidang kisi dengan kubus satuan

    sedangkan angka selain nol menujukkan

    tempat / koordinat perpotongan kisidengan kubus satuan. Setiap jenis kristal

    memiliki konversi indeks Muller jarak

    antar kisi yang berbeda beda. Misalkan

    untuk kisi kristal satuan berbentuk kubus

    =

    ++ dengan a adalah panjang

    sisi kubus satuan.[2]

    Dari persamaan (6) jelas bermakna

    bahwa ketika U naik, maka 2akan turun,berarti terjadi pergeseran pola ke arah

    terang pusat. Sedangkan ketika U turun,

    maka 2 akan naik, berarti terjadipergeseran pola menjauhi terang pusat.

    V. Kesimpulan

    Orientasi kisi kristal yang dinyatakan

    dengan jarak antar kisi pada percobaan

    adalah d1= 107,4 pm dan d2= 130,0 pm.

    VI. Pustaka

    [1] Morisson, John. 2010. Modern

    Physics for Scientists and Engineers.

    India: Elsevier.

    [2] Cullity, BD. 1956.Elements of x-rayDiffraction. Addison Wesley.