pdca ambacang november 2015 2013.pdf

Upload: abrar-jurisman

Post on 27-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    1/79

    Plan, Do, Check, and Action

    UPAYA PENINGKATAN PENJARINGAN SUSPEK TB PARU

    DI KELURAHAN LUBUK LINTAH WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS AMBACANG TAHUN 2015

    Oleh:

    Abrar Jurisman 1110312028

    Panji Hadi Permana 1110312029

    Marcella Dorainne Mansah 1010314001

    Cherylina Grace Gideon 1010314002

    Dwiyana Roselin 1110312021

    Widya Astuti 1110312131

    Aisha Triani 1110313029

    Resti Yomelia 1110312126

    Elfani Lisa Alvionita Ifada 1110312080

    Preseptor:

    dr. Yuniar Lestari, M. Kes

    BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG

    2015

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    2/79

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia oleh karena itu kesehatan

    adalah hak azasi manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan secara makro

    akan mempengaruhi kinerja pembangunan sektor lain seperti pembangunan

    ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan dan keamanan, secara mikro akan

    meningkatkan derajat kesehatan individu. Derajat kesehatan yang optimal akan

    mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan kuat baik jasmani maupun

    rohani. Sumber daya manusia yang demikian ini dibutuhkan saat kita memasuki

    abad 21. Abad yang ditandai dengan persaingan yang ketat baik ditingkat nasional,

    regional maupun internasional. Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan

    untuk dapat meningkatkan kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan

    kesehatan masyarakat.

    Pada tahun 1969-1971 Departemen Kesehatan menata kembali strategi

    pembangunan kesehatan jangka panjang melalui PAKERNAS I untuk merumuskan

    rencana pembangunan kesehatan jangka panjang sebagai awal Repelita I.

    Kemudian dari sinilah konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) mulai

    diperkenalkan.

    Puskesmas Ambacang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang

    ada di wilayah Kota Padang dengan jumlah penduduk sebanyak 46.900 jiwa dalam

    wilayah kerjanya. Program pokok di Puskesmas Ambacang seperti halnya di

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    3/79

    puskesmas lainnya adalah program promosi kesehatan, pelayanan pengobatan,

    kesehatan ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan

    dan gizi. Selain program pokok juga terdapat program-program pengembangan

    seperti upaya kesehatan lansia, upaya kesehatan kerja dan lainnya. Semua program

    ini memiliki target dan pencapaian masing-masing sesuai standar pelayanan

    minimal yang dikeluarkan oleh DKK. Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai

    kesenjangan antara target dan pencapaian yang diperoleh masing-masing program.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas

    Ambacang dan observasi serta wawancara pada tahun 2015 terdapat beberapa

    masalah, di antaranya: pengawasan pencapaian target pemeriksaan IVA dibawah

    indikator, pencapaian suspek TB paru (gap kelurahan ambacang 40,4%, kelurahan

    anduring 13,1%, lubuk lintah 24 %, Ampang 30%), hasil imunisasi TT 2+ masih

    rendah, target pembinaan RT berPHBS masih rendah.

    Berdasarkan analisis masalah tersebut baik dari sisi urgensi masalah,

    kemungkinan intervensi, akibat, segi biaya, dan sumber daya yang dibutuhkan,

    maka kami memprioritaskan untuk menelaah mengenai rendahnya angka

    penemuan kasus TB paru BTA (+). Sampai bulan September 2015 angka penemuan

    kasus TB paru di Puskesmas Ambacang Kuranji hanya sebesar 33 kasus dari

    perkiraan 58 kasus (56,8%), sedangkan pada Kelurahan Lubuk Lintah target

    penemuan TB adalah 154 namun yang angka penemuan hanya 37 (24%).

    Tuberkulosis merupakan sebuah infeksi yang disebabkan oleh bacillus

    Mycobacterium tuberculosis, paling sering menyerang paru (TB paru) tetapi juga

    dapat menyerang organ lain (TB ekstrapulmonal). Berdasarkan data Oktober 2014-

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    4/79

    Agustus 2015 prevalensi TB Indonesia menempati posisi ketiga di dunia setelah

    Afrika Selatan dan Cambodia (WHO, 2015). Keadaan ini tentu menjadi beban berat

    untuk dapat menurunkan angka TB di Indonesia.

    TB saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat didunia

    meskipun saat ini upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah diterapkan.

    Berdasarkan data WHO tahun 2015 prevalensi TB di Indonesia per 100.000

    populasi dengan usia diatas 15 tahun adalah 257 (95%) dengan TB positif, dan 759

    (95%) suspek TB. Penemuan pasien tuberkulosis bertujuan untuk mendapatkan

    pasien TB melalui serangkaian kegiatan, mulai dari penjaringan terhadap terduga

    pasien TB, pemeriksaan fisik dan laboratoris, menentukan diagnosa , menentukan

    klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB, sehingga dapat dilakukan pengobatan agar

    sembuh dan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.

    1.2.Rumusan Masalah

    1.

    Apa faktor yang menyebabkan rendahnya angka penemuan kasus TB BTA

    (+) di kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja Puskesmas Ambacang?

    2. Langkahlangkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan penemuan

    kasus TB BTA (+) di kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja Puskesmas

    Ambacang?

    1.3.

    Tujuan Penulisan

    1.3.1. Tujuan umum

    Meningkatkan penemuan suspek TB di kelurahan Lubuk Lintah wilayah

    kerja Puskesmas Ambacang.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    5/79

    1.3.2. Tujuan khusus

    1. Mengetahui gambaran umum tentang penemuan suspek TB di kelurahan

    Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.

    2. Mengidentifikasi masalah dalam penemuan suspek TB di kelurahan

    Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.

    3.

    Menganalisis penyebab rendahnya penemuan suspek TB di kelurahan

    Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.

    4. Meningkatkan pencapaian target penemuan suspek TB di kelurahan

    Lubuk Lintah di Puskesmas Ambacang.

    1.4.Manfaat Penulisan

    Memberi masukan kepada puskesmas terkait penyebab rendahnya

    penemuan TB BTA (+) di wilayah kerja puskesmas ambacang dan data temuan

    TB dapat dipergunakan oleh puskesmas Ambacang sesuai dengan kebutuhan.

    Meningkatkan angka kunjungan suspek TB pada puskesmas Ambacang.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    6/79

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.Tuberkulosis

    2.1.1. Definisi

    Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh

    kuman Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma

    pada jaringan yang terinfeksi dan hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-

    mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya mengenai paru, tetapi dapat juga

    mengenai organ-organ tubuh yang lain.

    2.1.2. Etiologi

    Penyebab dari infeksi penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium

    tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal

    juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

    2.1.3. Faktor resiko

    Beberapa faktor resiko TB adalah:

    1)

    Umur

    Sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-55 tahun).

    2) Pendidikan

    Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan

    seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan

    dan pengetahuan penyakit TB paru, sehingga dengan pengetahuan yang

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    7/79

    cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup

    bersih dan sehat.

    3)

    Lama kontak keluarga dengan penderita TB paru

    Kontak jangka panjang dengan penderita TB paru menyebabkan adanya

    resiko untuk tertular penyakit tersebut.

    4)

    Perilaku

    Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan

    penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara

    pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang

    sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang

    disekelilingnya.

    5) Imunitas yang menurun

    Sistem imunitas tubuh yang kuat biasanya dapat melawan infeksi dari

    kuman M. tuberkulosis tersebut namun apabila imunitas tubuh kita

    menurun, maka akan mudah tertular dengan penyakit TB.

    6) Status ekonomi

    WHO mengatakan bahwa 90% penderita TB paru di seluruh dunia

    menyerang kelompok sosial ekonomi rendah. Keadaan sosial ekonomi

    berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan

    akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat

    menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi

    makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status

    gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun

    sehingga memudahkan terkena infeksi TB paru.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    8/79

    7) Kepadatan hunian

    Semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam

    rumah mengalami pencemaran sehingga penularan TB paru mudah terjadi

    pada rumah yang terlalu padat penghuninya.

    8) Kebiasaan merokok

    Paparan terhadap tembakau, baik secara aktif maupun pasif, meningkatkan

    resiko timbulnya penyakit TB paru.

    2.1.4. Patofisiologi

    a. Tuberkulosis primer

    Penularan tuberkulosis paru terjadi apabila kuman dibatukkan atau dibersinkan

    keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat

    menetap di udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar

    ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan

    lembab, kuman dapat bertahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila

    partikel ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau

    jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar apabila ukuran partikel

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    9/79

    pleura, maka bisa terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran

    gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi limfadenopati regional

    kemudian kuman masuk ke dalam vena dan menjalar ke selurh organ seperti paru,

    otak, ginjal dan tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka akan terjadi

    penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.

    Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus

    (limfangitis lokal), diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus

    (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal bersama-sama limfadenitis

    regional dikenal sebagai kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan

    waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :

    1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.

    2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

    kalsifikasi di hilus dan keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang

    luasnya >5mm dan 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena

    kuman yang dormant.

    3) Berkomplikasi dan menyebar secara:

    a) Perkontinuitatum, yaitu menyebar ke jaringan sekitarnya.

    b) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang

    di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah

    sehingga menyebar ke usus.

    c) Secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan

    daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang

    ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak

    terdapat imunitas yang adekuat maka penyebaran ini akan

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    10/79

    menimbulkan keadaan yang cukup gawat seperti TB milier,

    meningitis TB dan lain-lainnya.

    b.

    Tuberkulosis post primer

    Tuberkulosis post primer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah

    tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post

    primer dimulai dengan sarang dini, umumnya terletak di segmen apikal lobus

    superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang

    pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai

    berikut:

    1) Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

    2) Sarang tersebut akan meluar dan segera terjadi proses penyembuhan dengan

    pembentukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan

    akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif

    kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila

    jaringan keju dibatukkan keluar.

    3) Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).

    Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti

    awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti

    sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:

    a) Meluar kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang

    pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang di atas.

    b)

    Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi) dan disebut

    tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi

    mungkin juga aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    11/79

    c) Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti

    menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.

    Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut

    sehingga kelihatan seperti bintang (stellate-shaped)

    2.1.5. Gejala Klinis

    Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau

    malah banyak pasien TB paru tanpa keluhan sama skali dalam pemeriksaan

    kesehatan.Keluhan yang terbanyak adalah:

    a. Demam

    Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang panas badan

    dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam yang sering hilang timbul

    menyebabkan pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza.

    Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya

    infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

    b. Batuk/batuk darah

    Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.

    Batuk diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena

    keterlibatan bronkus pada setiap penyakit berkembang dalam jaringan paru tidak

    sama, mungkin saja batuk ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru

    yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat

    batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbl peradangan barulah batuk

    menjadi produktif dengan adanya dahak (sputum). Keadaan lanjut berupa batuk

    darah dikarenakan pembuluh darah yang pecah.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    12/79

    c. Sesak napas

    Pada penyakit yang masih ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas

    akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah

    meyelimuti setengah bagian paru.

    d. Nyeri dada

    Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang

    sudah sampai ke pleura sehingga menimbukan pleuritis. Terjadi gesekan kedua

    pleura sewaktu pasien menarik/melepasan napasnya.

    e. Malaise

    Penyakit TB bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan

    berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus ( penurunan berat

    badan), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaisi ini

    akan makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

    2.1.6. Diagnosis

    a. Anamnesis

    Dimulai dengan keluhan utama pasien. Pasien sering mengeluhkan batuk yang

    lama lebih dari 2 minggu, tidak sembuh disertai demam dan penurunan nafsu

    makan serta berat badan.

    b. Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik ditemukan gejala klinis seperti yang telah diuraikan

    diatas. Keadaan umum pasien baik, tapi dapat dilihat pasien jelas tampak sakit,

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    13/79

    tampak sangat kurus, pucat, atau tampak kemerahan karena demam disertai

    dengan meningkatnya nadi.

    Pada pemeriksaan toraks sering kali tanda-tanda abnormal. Tanda yang paling

    umum adalah krepitasi halus dibagian apeks paru. Suara ini terdengar khususnya

    bila pasien menarik napas dalam sesudah batuk. Pada perkusi ditemukan pekak

    atau pernapasan bringkial pada bagian atas kedua paru. Kadang terdapat wheezing

    terlikalisasi dosebabkan oleh bronkitis tuberkulosis atau tekanan kelenjar limfe

    pada brongkus.

    c. Pemeriksaan sputum

    Pemeriksaan ini sangat penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,

    diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan

    sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah

    diberikan. Pemeriksaan ini murah dan mudah untuk dilakukan sehingga sering

    dilalukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas. Tetapi

    terkadang tidak mudah memperoleh sputum jika pasien batuk non produktif dan

    pasien tidak pandai dalam mengeluarkan sputum sehingga seringkali yang

    diperoleh merupakan ludahan bukan dahak(sputum).Kriteria sputum BTA positif

    adalah nila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada suatu

    sedian. Dengan kata lain terdapat 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.

    Cara pemeriksaan sputum dapat dilakukan dengan:

    -Pemeriksaan sedian langsung dengan mikroskop biasa

    -Pemeriksaan sedian langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan khusus)

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    14/79

    -Pemeriksaan biakan (kultur)

    -Pemeriksaan terhadap resistensi obat.

    d. Pemeriksaan Tuberkulin

    Tes Tuberkulin dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis TB pada anak-

    anak. Tes ini biasa disebut tes Mantoux yakni dengan menyuntikan tuberkulin

    P.P.D (Purifed Protein Derivative) secara intrakutan. Tes ini hanya dapat

    menyatakan apakah seseorang pernah terpapar dengan M tuberculosae, M. Bovis,

    vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen lainnya. Setelah 48-72 jam tuberkulin

    disuntikan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari

    infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi selular dan antigen

    tuberkulin.

    Hasil uji tes tuberkulin dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

    1. Diameter Indurasi 0-5 mm ; Mantoux negatif

    2. Daimeter Indurasi 6-9 mm ; Meragukan

    3. Daimeter Indurasi 10-15 mm ; Mantoux positif

    e.

    Pemeriksaan Radiologis

    TB paru pada gambaran radiologi sering disebut sebagai the great imitator.

    Gambaran radiologi dapat berupa infiltrat, adanya fibrotik , kavitas dan multi

    kavitas, dan kalsivikasi dilapangan paru. Terkadang pemeriksaan khusus yang

    kadang diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk melihat kerusakan bronkus

    atau paru yang disebabkan oleh tuberkulosis. Pemeriksaan radiologis lain dapat

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    15/79

    berupa CT Scan. Pemeriksaan ini lebih superior dibanding foto polos dimana

    tampak perbedaan densitas jaringan lebih jelas.

    2.1.7.

    Tatalaksana

    Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar

    dapat mencegah perkembangan resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah

    menerapkan strategi DOTS, seperti berikut regimen pengobatan metode DOTS

    sesuai anjuran WHO :

    Gambar 2.1. DOTS Kategori !

    Sumber: Ilmu Penyakit Dalam edisi V. 2009

    Kategori 2

    Pasien kasu kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif. Pengobatan

    faseini terdiri dari 2HRZES/1 HRZE, yaitu R dengan H, Z, E setiap hari selama 3

    bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila sputum BTA menjadi

    negatif, fase lanjutan bisa segera dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada

    minggu ke 12, fase inisial dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi. Bia akhir bulan

    ke 4 sputum BTA masih positif, semua obat dihentikan selama 2-3 hari dan

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    16/79

    dilakukan kultur sputum untuk uji kepekaan. Obat dilanjutkan memakai regimen

    fase lanjutan, yaitu 5H3R3E3 atau 5HRE.

    Kategori 3

    Pasien TB Paru dengan BTA negatif tetapi kelainan paru tidak luas dan kasus

    ekstra-pulmunal (Selain kataori 1).Pengobatan fsae inisial terdiri dari 2HRZ atau

    2H3R3E3Z3, yang diteruskan dengan fase lanjutan 2HR atau H3R3.

    Kategori 4

    Tuberkulois kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami resistensi ganda,

    sputumnya harus duikutur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H

    saja atau sesuai rekomendsi WHO untuk pengobatan TB MDR.

    Khusus untuk TB Milier dan TB ekstraparu, terapi dilanjutkan menjadi 7 bulan

    sehingga panduannya menjadi 2 RHZ/7 RH.

    2.1.8. Komplikasi

    Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komlikasi.

    Komplikasi dibagi komplikasi dini dan lanjut berikut pembagiannya;

    - komplikasi dini ; pleuritis, efusi pleura, empiema, laringits, poncets arthopathy.

    - komplikasi lanjut ; Obstuksi jaln napas /SOPT( Sindroma obstruksi pasca TB,

    kerusakan parenkim paru berat/ fibrosis paru, amiloidosis, karsinoma paru,

    sindrom gagal napas sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    17/79

    2.1.9. Prognosis

    Pada prinsipnya penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang

    adekuat. Prognosis lebih baik pada pasien penemuan dini dari pada pasien yang

    ditemukan kronis. Prognosis lebih berat jika disertai dengan berbagai komplikasi

    terutama komplikasi lanjut.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    18/79

    BAB 3

    ANALISIS SITUASI

    3.1.Sejarah Puskesmas

    Puskesmas Ambacang Kuranji didirikan pada tanggal 5 Juli 2006. Kepala

    Puskesmas pertama adalah dr. Dewi Susanti Febri. Saat itu Puskesmas hanya

    memiliki 15 orang staf. Dr. Dewi Susanti Febri menjabat sebagai kepala

    Puskesmas sampai bulan Maret 2009, dilanjutkan oleh dr. Hj. May Happy

    sampai tahun 2012, dan sejak saat itu sampai sekarang Puskesmas Ambacang

    Kuranji dipimpin oleh Trice Erwiza, SKM.

    Pada awalnya, pelaksanaan program puskesmas masih bekerja sama

    dengan Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan yang merupakan wilayah

    kerjanya saat itu termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan

    tetapi, sejak tahun 2006, program kerja Puskesmas Ambacang Kuranji telah

    dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan.

    Puskesmas Ambacang Kuranji berfungsi dalam menyelenggarakan

    pembangunan berwawasan kesehatan. Visinya adalah menjadikan Kecamatan

    Kuranji sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dilaksanakan dengan

    beberapa misi, antara lain: menggerakkan pembangunan berwawasan

    kesehatan; mendorong kemandirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan

    masyarakat; memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan

    keterjangkauan pelayanan kesehatan; dan memelihara dan meningkatkan

    kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat serta lingkungannya.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    19/79

    3.2.Kondisi Geografis

    Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji berbatasan

    dengan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain

    Puskesmas Ambacang Kuranji, antara lain:

    Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji

    Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh

    Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas

    Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

    Puskesmas Ambacang Kuranji terletak pada 0 55' 25.15" Lintang

    Selatan dan +100 23' 50.14" Lintang Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas

    Ambacang Kuranji adalah sekitar 12 km2 meliputi empat kelurahan, yaitu:

    Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan

    Kelurahan Lubuk Lintah.

    Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

    Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang tahun 2014

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    20/79

    Gambar 3.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Melalui

    GoogleMap

    Sumber :Profil Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2015

    3.3.Kondisi Demografis dan Sasaran Puskesmas

    Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji yang

    menjadi sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2015 adalah sebanyak

    49.966 jiwa dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km2. Distribusi

    kependudukan menurut kelurahan adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah

    Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2015

    No.

    Kelurahan

    Jenis Kelamin

    JumlahLaki-laki Perempuan

    1 Pasar Ambacang 8.950 8.968 17.918

    2 Anduring 7.137 7.151 14.288

    3 Lubuk Lintah 5.181 5.191 10.327

    4 Ampang 3.690 3.698 7.388

    5 Puskesmas 24.958 25.008 49.966

    Sumber :Data Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun

    2015

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    21/79

    Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa kepadatan penduduk di

    wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji adalah sekitar 4.164

    penduduk/km2

    . Berdasarkan UU no.56 tahun 1960, angka ini menunjukkan

    bahwa wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji termasuk kategori sangat

    padat.

    Jumlah distribusi sasaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas

    Ambacang selama tahun 2014 adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.2 Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun

    2015

    Kelurahan Penduduk Bayi Anak

    Balita

    Ibu

    Hamil

    Ibu

    Nifas

    Pasar

    Ambacang

    17.918 339 1632 367 351

    Anduring 14.288 270 1301 293 280

    Lubuk Lintah 10.327 196 944 213 203

    Ampang 7.388 141 674 152 44

    Jumlah 49.966 946 4551 1.025 978

    Sumber :Data Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Kuranji

    Tahun 2015

    Idealnya, jumlah masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan untuk satu

    puskesmas adalah 30.000 penduduk. Berdasarkan data di atas juga dapat dilihat

    bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

    adalah 49.966 penduduk. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa rasio

    puskesmas terhadap jumlah penduduk belum mencapai standar ideal.

    3.4.Sarana dan Prasarana

    Saat ini, Puskesmas Ambacang Kuranji telah memiliki sarana dan

    prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan di puskesmas. Puskesmas ini

    telah memiliki gedung permanen dua lantai yang dapat dimanfaatkan dalam

    melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan administrasi

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    22/79

    puskesmas. Selain itu juga terdapat kendaraan operasional puskesmas yang

    dapat digunakan untuk menjangkau sarana kesehatan lain dan tempat-tempat

    pelaksanaan program-program puskesmas, seperti posyandu, posbindu,

    poskeskel, dan sebagainya.

    Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji antara

    lain sebagai berikut:

    a. Puskesmas : 1 buah

    b. Puskesmas Pembantu : 1 buah

    c. Pusat Kesehatan Kelurahan : 1/kelurahan (total 4)

    d. Bidan Praktik Mandiri : 9

    e. Dokter Praktik Swasta : 4

    Gambar 3.3 GeomappingSarana Kesehatan Wilayah kerja Puskesmas

    Ambacang

    Sumber :Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang tahun 2015

    8

    6

    10

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    23/79

    Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di Puskesmas

    Ambacang:

    a.

    Posyandu Balita : 29 Pos

    b. Posyandu Lansia : 9 Pos

    c. Posbindu : 8 Pos

    d.

    Batra : 72 Batra

    e. Poskestren : 1 Pos

    f. Toga : 697 KK

    g. Usaha Kesehatan Kerja : 95 UKK

    h. Poskeskel : 4 unit

    i. Pembinaan RT berPHBS : 759 RT

    Dari gambar di atas dapat dilihat persebaran posyandu di empat

    kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Di Kelurahan Ampang

    terdapat 5 buah posyandu, di Kelurahan Lubuk Lintah terdapat 6 buah,

    Kelurahan Anduring sebanyak 8 buah, dan Kelurahan Pasar Ambacang

    sebanyak 10 buah.

    Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan RI yaitu 1

    posyandu untuk 100 balita atau lansia. Dengan jumlah posyandu sebanyak 29

    pos se-wilayah kerja Puskesmas Ambacang dan jumlah bayi dan balita

    sebanyak 4.551 orang, maka 1 posyandu diasumsikan melayani 157 orang

    bayi/balita.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    24/79

    Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

    Jenis Sekolah Jumlah

    TK 8

    SD 21

    SMP 5

    SLTA 4

    Jumlah 8

    Sumber :Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun

    2015

    3.5.Data Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga

    kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang

    mengabdikan diri dalam bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dan non

    kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang berobat di

    Puskesmas Ambacang berjumlah 50 orang dan terdiri dari:

    Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas Ambacang

    NO Jenis Petugas

    Status Pegawai Pendidikan Terakhir

    JumlahKetera

    nganPNS PTT

    Suka

    Rela/

    Honor

    S 2 S1 D IV D III D I

    Sederajat

    SLTA

    1 Dokter Umum 4 - - - 4-

    - - - 41 Tubel

    S2

    2 Dokter Gigi 2 - - - 2 - - - - 2

    3 Sarjana Kesmas 2 - - 2 - - - - - 2

    4 Bidan 12 5 3 - - 2 16 2 - 201 Tubel

    S2

    5 Perawat 7 - - - 1 5 - 1 7

    6 Perawat Gigi 1 - - - - - - - 1 1

    7 Kesling 1 - - - - 1 - - - 1

    8 Analis 2 - - - - - - - 2 2

    9 Epidermiologi 1 1 1

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    25/79

    10 Apoteker/AA 3 - - 1 - - - - 2 3

    11Nutrition

    (AKZI/SKM)3 - - - 2 - 1 - - 3

    12 RR 2 - 1 - - - - - 3 3

    13 Sopir - - 1 - - - - - 1 1

    Jumlah 40 5 5 3 10 3 22 2 10 50

    Sumber:Profil Puskesmas Ambacang Tahun 2015

    Secara kuantitatif, sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di

    Puskesmas Ambacang kuranji sudah memenuhi standar rata-rata, dimana

    berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

    dijelaskan bahwa jumlah minimal tenaga kesehatan untuk puskesmas non

    rawat inap kawasan perkotaan adalah 22 orang. Meskipun demikian, secara

    kualitatif tetap diperlukan upaya peningkatan kualitas SDM di Puskesmas

    Ambacang Kuranji melalui pendidikan dan pelatihan, demi terwujudnya

    pengembangan upaya kesehatan yang lebih baik.

    Dari segi rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk,

    sumber daya manusia di Puskesmas Ambacang relatif kurang memadai. Rasio

    dokter umum dengan jumlah penduduk idealnya adalah 40 dokter umum untuk

    100.000 penduduk, atau 1 dokter melayani 2500 penduduk. Sedangkan di

    Puskesmas Ambacang Kuranji saat ini, 2 dokter umum melayani 49.966

    penduduk. Artinya, angka ini sangat jauh dari target yang ditetapkan. Begitu

    juga dengan tenaga kesehatan lain. Untuk dokter gigi di Puskesmas Ambacang

    Kuranji, 2 orang dokter gigi melayani 49.966 penduduk (1/24.983) dan

    idealnya 12 dokter gigi melayani 100.000 penduduk (1/8.333). Untuk tenaga

    perawat, idealnya 158 perawat melayani 100.000 orang penduduk (1/633), dan

    di Puskesmas Ambacang Kuranji 7 perawat melayani 49.966 penduduk

    (1/7.138). Untuk tenaga bidan, idealnya 100 bidan melayani 100.000 penduduk

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    26/79

    (1/1000), dan di Puskesmas Ambacang Kuranji 20 bidan melayani 49.966

    penduduk (1/2.498). Hal ini menunjukkan bahwa rasio jumlah tenaga

    kesehatan dibandingkan jumlah penduduk masih belum mencukupi.

    3.6.Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk

    Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang sebagian besar

    beragama Islam. Penduduk non muslim di wilayah ini merupakan kaum

    pendatang dari luar provinsi. Walaupun terdapat perbedaan suku, agama dan

    budaya, aktivitas sosial serta peribadatan penduduk berjalan dengan baik. Suku

    terbesar yang terdapat di Kecamatan Kuranji adalah suku Minang.

    Adapun mata pencaharian penduduk antara lain:

    a. Tani : 50%

    b. Pegawai Negeri Sipil : 22%

    c.

    Buruh : 6%

    d.

    Swasta : 2%

    e. Lain-lain : 20%

    Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

    Kuranji dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas

    Ambacang

    No Kelurahan Tingkat Pendidikan

    TS TTSD

    TMTSD

    TMTSMP

    TMTSMA

    TMTSMK

    D1 D3 D4/S1 S2

    1 PasarAmbacang

    516 2083 1933 2057 6222 394 120 339 779 67

    2 Anduring 234 1211 1131 1335 6087 593 130 352 871 103

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    27/79

    3 Lubuk Lintah 293 998 1033 1218 3159 385 100 203 703 70

    4 Ampang 179 852 799 864 1827 272 100 203 426 43

    5 Puskesmas 1222 5144 4896 5474 17295 1644 450 1097 2779 283

    Sumber: Profil Puskesmas Ambacang Kuranji 2015

    Kondisi ekonomi masyarakat tentunya akan berpengaruh terhadap

    pelaksanaan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Semakin baik keadaan

    ekonomi masyarakat, semakin tinggi persentase masyarakat yang

    menggunakan jasa kesehatan (Elva, 2012). Berdasarkan survei kesehatan di

    Indonesia, rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan

    meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita. Oleh sebab itu,

    kondisi ekonomi berhubungan dengan kesehatan masyarakat (Depkes, 2000).

    Sejak Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diberlakukan, dan berdasarkan

    kebijakan pemerintahan Kota Padang, semua pasien baik anggota BPJS

    maupun yang non-anggota BPJS, sudah dapat berobat gratis di Puskesmas

    Ambacang. Dengan demikian diharapkan masyarakat seluruhnya tidak perlu

    takut pergi berobat ke dokter sehingga taraf kesehatan masyarakat akan

    meningkat. Akan tetapi masih banyak hambatan-hambatan yang ditemui di

    lapangan, salah satunya akibat budaya dan paradigma yang salah di

    masyarakat.

    3.7.Kondisi Kelurahan Lubuk Lintah

    3.7.1. Data Dasar Pustu Lubuk Lintah Tahun 2015

    Luas wilayah : 3.600 KM2

    Jumlah penduduk : 10372 jiwa

    Jumlah KK : 2024 KK

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    28/79

    Jumlah RW : 8 Buah

    Jumlah RT : 3 Buah

    Jumlah Masjid : 3 Buah

    Jumlah Mushola : 5 Buah

    Jumlah Sekolah

    -

    TK : 3 Buah

    - SD : 3 Buah

    - SMP : 1 Buah

    - SMA : 2 Buah

    3.7.2. Data Sasaran Yankes Pustu Lubuk Lintah Tahun 2015

    Tabel 3.6 Data Sasaran Yankes Pustu Lubuk Lintah Tahun 2015

    No Posyandu Bayi A. Balita Bumil Bulin Bufas

    1 Kp Sikumbang 34 127 38 36 36

    2 Kp Kalawi 36 125 39 37 37

    3 Krg Ganting 20 118 25 21 21

    4 Kejaksaan 39 127 41 40 40

    5 Cubadak Air 40 127 41 41 41

    6 Lasung 27 124 29 28 28

    Jumlah 196 748 213 203 203

    3.7.3. Data UKBM Pustu Lubuk Lintah

    Data Posyandu : 6 buah

    Jumlah Poswindu : 2 buah

    Jumlah Batra : 10 buah

    Jumlah Toga : 150 buah

    Jumlah UKK : 27 buah

    Puskeskes : 1 unit

    Pustu : 1unit

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    29/79

    3.8.Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang

    Gambar 3.4 Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang Kuranji

    Camat KuranjiBPP Kepala Puskesmas

    Trice Erwiza, SKM

    KA Tata Usaha

    Afniwati, SKM, M.Kes

    SP2TP : Aswita.D, Amd.Keb

    Kepegawaian: Afniwati, SKM, Mkes

    Rumah Tangga/Inventaris: Filda Nery,

    Amd.Kep

    Keuangan:

    - Bendahara BOK : Ismawira, S.Sit

    - Bendahara JKN : Yulia.E, Amd.Keb

    - Bendahara APBD: Lisa.F, Amd.Keb

    Koordinator

    UKM Esensial dan Perkesmas

    Erixon, Apt.Msi

    Promkes : Siti Dewi Kasih, SKM

    Kesling : Asrina Haryani, S.Sit

    KIA/KB UKM:

    - Ibu : Lismayeni, S.Sit

    - Anak : Elsa Paduana, Amd.Keb

    - KB : Aswita.D, Amd.Keb

    P2P :

    - Surveilans: Surya, SKM

    - Campak : Surya,SKM

    - Diare : Surya, SKM

    - Malaria : Surya,SKM

    - DBD : Surya,SKM

    - TB : Ns. Titi Infanti, S.Kep

    - Kusta : Ns. Titi Infanti, S.Kep

    - Imunisasi: Fitri Yerni, Amd.Keb

    - Rabies : Fitri Yerni, Amd.Keb

    - Filariasis: Zamlismi Amd.Keb

    Gizi UKM: Mardalena,SKM

    Perkesmas : Linda Astuti, Amd.Keb

    Koordinator Jaringan Pelayanan Puskesmas dan

    Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    Drg. Ratni Yudha

    Pustu : Mahyuni, Amd,Kep

    Puskeskel :

    - Pasar Ambacang: Neni Indriani, Amd.Keb

    - Anduring : Wahyuni. H, Amd.Keb

    - Lubuk Lintah : Verawati, Amd.Keb

    - Ampang : Raadsma Delsy, Amd.Keb

    Jejaring Fas pely kes:Zamlismi, Amd.Keb

    Koordinator UKM

    Pengembangan

    Drg. Kurniati Saokestipa

    Jiwa: Filda Neri, Amd.Kep

    Gigi Masya: drg. Ratni

    Yudha

    KESORGA : Linda Astuti,Amd.Keb

    Lansia : Laila, Amd.Keb

    Indera : Filda Neri,

    Amd.Keb

    PTM : Laila, Amd.Keb

    UKS : Nurmayanti

    Koordinator UKP, Kefarmas

    dan Laboratorium

    Dr. Dian Suryani

    BP Umun: Sasrawati, Amd.Ke

    BP GIMUL: drg.Kurniati.S

    BP KIA : Lismayeni,S.Sit

    KB : Aswitha.D, Amd.Keb

    UGD : Ns.Titi Infanti. S.kep

    Klinik Gizi, Laktasi: Mardalen

    SKM

    Klinik Sanitasi: Asrina.H, S.Sit

    Kefarmasian : Erixon,Apt.Msi

    - Apotik:Nilawati

    - Gudang Obat: Darwina

    Laboratorium : Maini Elfiza

    RR/Loket : Nurpama

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    30/79

    3.9.Visi, Misi dan Strategi Puskesmas Ambacang

    3.9.1.Visi dan Misi

    Dalam melaksanakan fungsinya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan

    tingkat pertama, Puskesmas Ambacang Kuranji mempunya visi Kecamatan

    Kuranji Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Untuk mewujudkan visi

    tersebut, Puskesmas Ambacang Kuranji memiliki beberapa misi, antara lain:

    1. Puskesmas Ambacang menggerakkan pembangunan berwawasan

    kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

    2. Mendorong kemandirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan

    masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

    3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

    keterjangkauan pelayanan kesehatan.

    4.

    Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,

    dan masyarakat serta lingkungannya.

    3.9.2.Strategi

    Dalam melaksanakan visi dan misi, Puskesmas ambacang memiliki

    beberapa strategi yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang

    terencana, terarah, dan berkesinambungan. Beberapa strategi tersebut antara

    lain:

    1.

    Meningkatkan upaya promosi kesehatan

    2.

    Meningkatkan koordinasi dan kerjasama yang lebih baik dengan

    lintas sektor

    3. Meningkatkan kualitas SDM puskesmas

    4. Meningkatkan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    31/79

    3.10. Pencapaian Program

    3.10.1.Program Promosi Kesehatan

    Pencapaian program promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang

    sampai bulan September tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.7 Hasil Capaian Program Promosi Kesehatan Puskesmas

    Ambacang Kuranji Bulan Januari-September 2015

    No Program Sasaran TargetPencapaian

    KesenjanganKum/Abs %

    1 Penyuluhan- Dalam Gedung

    -

    Luar Gedung- Keliling

    -

    --

    72 kali

    --

    86 kali

    347 kali25 kali

    119,4% +19,4%

    2 Pembinaan Toga 697 KK 100% 618 KK 88,6% -11,4%

    3 Pembinaan UKK 95 UKK 100% 91 UKK 95,7% -4,3%

    4 Pembinaan RT ber-PHBS rendah

    1410 RT 100% 759 RT 53,8% -46,2%

    5 PembinaanBATTRA

    72 Battra 100% 72 Battra 100% 0

    6 PembinaanPoskestren

    1 - 1 100% 0

    7 KunjunganPosyandu

    -

    D/S- N/D

    85%80%

    --

    92,11%87,25%

    +7,11%+7,25%

    8 Strata Posyandu- Pratama- Madya- Purnama- Mandiri

    05168

    Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji 2015

    Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa masih ada beberapa

    program promosi kesehatan yang belum tercapai. Beberapa program tersebut

    antara lain pembinaan TOGA, pembinaan UKK dan pembinaan RT ber-

    PHBS. Beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain kurangnya

    jumlah tenaga kesehatan, tingkat lingkungan kerja yang ada merupakan

    kelompok usaha menengah ke bawah, serta sulitnya untuk merubah pola fikir

    masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    32/79

    3.10.2.Program Gizi

    Pencapaian program gizi di Puskesmas Ambacang Kuranji bulan

    Januari-September 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.8 Pencapaian Program Gizi Puskesmas Ambacang Kuranji

    Bulan Januari-September 2015

    No Program Gizi Sasaran TargetPencapaian

    GAPAbsolut %

    1 Cakupan Penimbangan Masal 4972 100% 4683 94,19% -5,81

    2 D/S 85% 92,11% + 7,11

    3 N/D 80% 91,25% + 11,25

    4 BGM/D

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    33/79

    3.10.3.Program P2P

    a. Imunisasi

    Hasil pencapaian program imunisasi di Puskesmas Ambacang

    Kuranji bulan Januari-September 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.9 Pencapaian Program Imunisasi Puskesmas Ambacang Kuranji

    Bulan Januari-September 2015

    No Program TargetPencapaian

    KesenjanganKum/Abs %

    1 Cakupan Imunisasi HB0 67% 714 75,5% +8,5

    2 Cakupan Imunisasi BCG 69% 715 75,6% +6,6

    3 Cakupan Imunisasi Polio 1 69% 715 75,6% +6,6

    4 Cakupan Imunisasi

    DPT/HB/HIb 1

    69% 713 77,2% +8,2

    5 Cakupan Imunisasi

    DPT/HB/HIb 3

    92% 689 74,6% -17,4

    6 Cakupan Imunisasi Campak 92% 671 72,6% -19,4

    7 Cakupan Imunisasi Polio 4 69% 689 74,6% +5,6

    8 Cakupan Imunisasi Dasar

    Lengkap

    69% 670 72,6% +3,6

    9 Cakupan Imunisasi TT2 67,5% 55,3% -12,2

    10 Cakupan ORI putaran 3 100% 11.866 90,3% -9,7

    Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji 2015

    Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa sebagian besar

    program imunisasi telah memenuhi target capaian. Hanya saja, ada

    beberapa cakupan imunisasi yang belum tercapai, yaitu cakupan

    imunisasi DPT/HB/HIb 3, imunisasi campak, imunisasi TT2, dan ORI

    putaran ke-3. Beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain masih

    ada orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi. Hal ini

    menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang imunisasi.

    Padahal dari program promosi kesehatan telah melakukan penyuluhan

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    34/79

    tentang imunisasi kepada masyarakat dengan jumlah sasaran yang cukup

    banyak. Begitu juga tentang pelaksanaan ORI. Masih banyak keluarga

    yang menolak untuk dilakukannya ORI, terkait dengan ketakutan orang

    tua terhadap kejadian ikutan paska imunisasi.

    b. Surveilans Penyakit

    Gambar 3.4 Diagram Jenis Penyakit pada Program P2P Puskesmas

    Ambacang Bulan Januari-September 2015

    Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji 2015

    Grafik diatas menunjukkan pencatatan beberapa penyakit pada

    Puskesmas Ambacang Kuranji mulai bulan Januari-Juni 2015. Dari

    grafik tersebut dapat dilihat bahwa hipertensi merupakan penyakit yang

    paling banyak ditemukan yaitu 350 kasus. Berbagai usaha pengendalian

    penyakit hipertensi telah dilakukan diantaranya: jaminan ketersediaan

    obat anti hipertensi di puskesmas, pelaksanaan senam khusus penderita

    hipertensi setiap sabtu pagi, adanya hari-hari khusus di balai pengobatan

    untuk pemeriksaan dan pengobatan pasien hipertensi, serta pemeriksaan

    tekanan darah setiap sebulan sekali di pos-pos binaan terpadu (posbindu).

    40%

    29%

    22%

    4% 3%1% 1% 0%

    Surveilans Penyakit Januari-Juni 2015

    hipertensi

    Diare

    Diabetes

    pneumonia

    DBD

    Rabies

    campak

    Malaria

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    35/79

    c. Program Pengendalian TB

    Jumlah kasus TB (BTA+) di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

    Kuranji dapat dilihat pada grafik berikut.

    Gambar 3.5 Diagram Jumlah BTA (+) per kelurahanSumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang Kuranji

    2015

    Grafik diatas menunjukkan jumlah BTA positif di berbagai

    kalurahan yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Ambacang

    Kuranji. Terlihat bahwa kasus BTA positif terbanyak ditemukan di

    kelurahan pasar ambacang yaitu sebanyak 14 orang, dan yang paling

    sedikit ditemukan di kelurahan Anduring yaitu sebanyak 3 orang.

    Hasil pencapaian penjaringan kasus suspek TB dapat dilihat pada

    tabel berikut.

    Tabel 3.10 Hasil Capaian Penjaringan Suspek TB Puskesmas

    Ambacang Kuranji Bulan Januari-September 2015

    No Kelurahan Target Pencapaian GAPJumlah %

    1 Pasar Ambacang 294 119 40,4% -59,6%

    2 Anduring 198 26 13,1% -86,9%

    3 Lubuk Lintah 154 37 24% -76%

    4 Ampang 124 38 30,6% -69,4%

    Sumber: Laporan Lokakarya Mini III Puskesmas Ambacang

    Kuranji 2015

    Pasar

    Ambaca

    ng; 14

    Andurin

    g; 3

    Lubuk

    Lintah ;

    9

    Ampang

    ; 6

    LW; 1

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    36/79

    Grafik diatas menunjukkan pencapaian penjaringan suspek TB di

    wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji dari Januari-Juni 2015.

    Tidak satupun kelurahan yang dapat mencapai target penjaringan suspek,

    hal ini disebabkan karena beberapa hal:

    1. Kekurangan tenaga dari puskesmas melakukan kunjungan rumah

    untuk menemukan kasus suspek TB di wilayah kerjanya

    2. Pasien tidak patuh dengan cara pengumpulan dahak untuk

    pemeriksaan laboratorium

    3. Kurangnya penyuluhan mengenai gejala-gejala TB kepada

    masyarakat sehingga masyarakat tidak segera memeriksakan

    dirinya ke puskesmas

    4. Pemikiran masyarakat yang masih menganggap bahwa TB adalah

    penyakit kutukan sehingga malu untuk berobat ke puskesmas

    d.

    Program Kesehatan Olahraga

    Pelaksanaan program kesehatan olahraga dapat dilihat pada tabel

    berikut ini.

    Tabel 3.11 Pelaksanaan Program Kesehatan Olahraga Puskesmas

    Ambacang Kuranji Bulan Januari-September 2015

    No Kelurahan

    Pembagian Club OlahragaJumlah

    Peserta

    Penyuluha

    KesorgaFutsalSenam

    Flolanis

    Beladiri

    Taekwondo

    Bulu

    Tangkis

    1 Pasar

    Ambacang

    1 1 - - 120 orang

    2 Anduring 5 2 - - 165 orang

    3 Lb. Lintah 3 - - - 130 orang

    4 Ampang 1 - 2 1 80 orang

    5 Puskesmas 10 3 2 1 495 orang

    Sumber: Laporan Lokakarya Mini III 2015 Puskesmas Ambacang Kuranji

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    37/79

    Tabel di atas menunjukkan pencapaian program kesehatan

    olahraga di Puskesmas Ambacang Kuranji. Seluruh klub olahraga yang

    ada di dalam wilayah kerja puskesmas berjumlah 16 klub dengan anggota

    sebanyak 495 orang. Penyuluhan kesehatan olahraga telah dilakukan pada

    setiap klub yang ada.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    38/79

    3.10.4.Program Kesehatan Lingkungan

    Pencapaian program kesehatan lingkungan di Puskesmas Ambacang

    sampai Triwulan III tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.12 Pencapaian Program Kesling Januari-September 2015

    No Program Kesling Sasaran Target

    PencapaianKesenj

    angan MMS

    TMS

    MMS

    (%)

    TMS

    (%)Kum

    /Abs

    %

    1 Pemeriksaan Rumah

    -Permanen

    -Semi permanen

    -Kayu

    3193

    463

    276

    82%

    82%

    82%

    1493

    379

    185

    46,76

    81,85

    67,02

    -35,24

    -0,15

    -14,98

    1435

    345

    177

    53

    22

    8

    96,11

    91,03

    95,68

    3,55

    5,80

    4,32

    2 Jamban Keluarga

    -LAST

    -

    LANST-NON LA

    1930

    567325

    72%

    72%72%

    1302

    533268

    67,46

    94,0082,46

    -4,54

    +22+10,46

    1300

    269135

    2

    264133

    99,84

    49,5350,37

    0,15

    49,5349,62

    3 Sumber Air Bersih

    (SAB)

    -SGL

    -SPT

    -PMA

    2458

    453

    24

    100%

    100%

    100%

    2355

    91

    30

    95,80

    20,08

    100

    -4,2

    -79,92

    0

    1608

    90

    23

    122

    1

    7

    68,28

    98,90

    76,66

    5,18

    1,09

    23,33

    4 Sarana PembuanganAkhir Limbah (SPAL)

    - Terbuka

    - Tertutup

    1534

    1531

    72%

    72%

    1142

    915

    74,44

    15,76

    +2,44

    -56,24

    1125

    913

    17

    2

    98,51

    99,78

    1,48

    0,21

    5 Pengolahan Sampah

    -Dibuat lobang

    -

    Bakar-Dibuang ke TPS

    257

    1885707

    72%

    72%72%

    146

    1225479

    56,80

    64,9867,75

    -15,20

    -7,02-4,25

    146

    1177479

    -

    46-

    100

    96,08100

    0

    3,750

    6 Tempat PengelolaMakanan (TPM)

    -Rumah makan

    -Catering

    -Warung kopi

    -Makanan jajanan

    -DAMIU

    -Home INRT

    25

    5

    43

    30

    40

    33

    70%

    70%

    70%

    70%

    70%

    70%

    15

    4

    16

    30

    37

    6

    60

    80

    37,2

    100

    92

    18

    -10

    +10

    -32,8

    +30

    +22

    -52

    6

    4

    5

    7

    21

    5

    2

    -

    2

    2

    4

    1

    75

    100

    71,43

    77,78

    84

    -

    25

    0

    28,57

    22,22

    16

    -

    7 TempatTempatUmum (TTU)

    - Puskesmas

    - Pustu- Klinik kesehatan-Sekolah :

    oSD

    oSMP

    oSMA

    oPT

    -Sarana Ibadah :

    oMesjid

    oMushalla

    -Salon

    -Pangkas Rambut

    1

    11

    21

    5

    24

    36

    8

    4

    82%

    82%82%

    82%

    82%

    -

    -

    82%

    82%

    1

    1-

    21

    4

    14

    16

    5

    2

    100

    1000

    100

    68,9

    -

    -

    62,5

    50

    +18

    +18-82

    +18

    -13,1

    -

    -

    -19,5

    -32

    1

    1-

    -

    -

    9

    9

    -

    -

    -

    --

    -

    -

    5

    7

    -

    -

    100

    1000

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    0

    00

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Sumber: Laporan Lokakarya Mini III 2015 Puskesmas Ambacang Kuranji

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    39/79

    Pada tabel di atas tampak bahwa jumlah capaian pada sebagian besar

    program hampir mencapai target dan persentase memenuhi syarat rata-rata

    sudah diatas 50%, akan tetapi penulis masih belum mendapatkan data lengkap

    untuk pemeriksaan tempat-tempat umum. Terlihat pada data di atas sudah

    banyak warga yang memiliki rumah permanen, jamban leher angsa, serta

    untuk pengolahan sampah dan juga pembuangan limbah sudah banyak yang

    memenuhi syarat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa program dari puskesmas

    sudah berjalan efektif dan yang diperlukan adalah mempertahankan dan juga

    pemantauan secara terus menerus.

    Permasalahan yang didapatkan dari tabel di atas adalah masih ada

    tempat pengolahan makanan yang tidak memenuhi syarat, diantaranya

    warung kopi dan tempat pembuatan makanan jajanan. Padahal tempat-tempat

    ini banyak dikunjungi oleh masyarakat dan berpotensi menimbulkan bahaya

    penyakit seperti tifus dan diare. Selain itu juga ditemukan masih tingginya

    penggunaan jamban yang tidak adaseptictankdan jamban yang bukan leher

    angsa yang tidak memenuhi syarat.

    Selain itu, salah satu program kesehatan lingkungan adalah klinik

    sanitasi. Cakupan kunjungan pasien ke klinik sanitasi dapat dilihat pada

    grafik berikut.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    40/79

    Grafik 3.1 Cakupan Kunjungan Pasien ke Klinik Sanitasi Bulan

    Januari-September 2015

    Sumber: Laporan Lokakarya Mini III 2015 Puskesmas Ambacang

    Kuranji

    Pada grafik di atas tampak distribusi kunjungan pasien ke pojok klinik

    sanitasi berdasarkan wilayah/perkelurahan. Terlihat bahwa kelurahan Pasar

    Ambacang merupakan kelurahan dengan kunjungan pasien ke pojok sanitasi

    yang paling banyak. Terdapat tiga penyakit terbanyak pada kelurahan Pasar

    Ambacang yaitu penyakit ISPA, diare, TB, dan gatal-gatal.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Pasar Ambacang

    Anduring

    Ampang

    Lb Lintah

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    41/79

    BAB 4

    PEMBAHASAN

    4.1 Identifikasi Masalah

    Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan

    wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang

    yang menjalankan program serta analisis laporan tahunan puskesmas Ambacang

    Kuranji. Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan

    Puskesmas Ambacang Kuranji pada tahun 2015. Masalah yang diidentifikasi adalah

    semua permasalahan yang terdapat di kelurahan Lubuk Lintah. Beberapa potensi

    masalah yang berhasil diidentifikasi di kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja

    puskesmas Ambacang Kuranji adalah :

    Tabel 4.1 Daftar Masalah di Kelurahan Lubuk Lintah wilayah kerja

    Puskesmas Ambacang Kuranji

    No Program Permasalahan Target/Indikator

    Pencapaian GAP

    1 PromosiKesehatan

    Pembinaan TOGA masihrendah

    100% 58% -42%

    2 PromosiKesehatan

    Pembinaan RT Ber PHBSmasih rendah

    100% 56,5% -43,5%

    3 Gizi Cakupan pendataanKADARZI masih rendah

    85% 73,33% -11,67%

    4 Imunisasi Cakupan imunisasiDPT/HB/HIb 3 belum

    mencapai target

    92% 74,6% -17,4%

    5 Imunisasi Cakupan imunisasi campakmelum mencapai target

    92% 72,6% -19,4%

    6 Imunisasi Cakupan imunisasi TT2belum mencapai target

    67,5% 55,3% -12,2%

    7 TB Cakupan penjaringansuspek masih rendah dikelurahan Lubuk Lintah

    154 37 (24%) -76%

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    42/79

    4.2.Penentuan Prioritas Masalah

    Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang ada di Puskesmas

    Ambacang Kuranji, ditemukanlah beberapa permasalahan yang perlu untuk

    diselesaikan. Tetapi tentunya perlu dilakukan penentuan prioritas penyelesaian

    masalah, karena tidak mungkin semua permasalahan dapat diselesaikan secara

    sekaligus. Untuk itu, digunakanlah Metode Hanlon untuk menentukan prioritas

    masalah. Kriteria skoring yang digunakan adalah sebagai berikut.

    1. Urgensi

    Urgensi merupakan tingkat kepentingan dari masalah yang

    ditemukan. Kriteria pemberian skornya adalah:

    a. Nilai 1 = tidak penting

    b. Nilai 2 = kurang penting

    c.

    Nilai 3 = cukup penting

    d.

    Nilai 4 = penting

    e. Nilai 5 = sangat penting

    2. Kemungkinan Intervensi

    a. Nilai 1 = tidak mudah

    b. Nilai 2 = kurang mudah

    c.

    Nilai 3 = cukup mudah

    d.

    Nilai 4 = mudah

    e.

    Nilai 5 = sangat mudah

    3.

    Biaya

    a. Nilai 1 = sangat mahal

    b. Nilai 2 = mahal

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    43/79

    c. Nilai 3 = cukup murah

    d. Nilai 4 = murah

    e.

    Nilai 5 = sangat murah

    4. Kemungkinan Meningkatkan Mutu

    a. Nilai 1 = sangat rendah

    b.

    Nilai 2 = rendah

    c. Nilai 3 = sedang

    d. Nilai 4 = tinggi

    e. Nilai 5 = sangat tinggi

    Tabel 4.2 Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Ambacang Kuranji

    No Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Ranking

    1 Pembinaan TOGAmasih rendah

    3 1 2 4 10 V

    2 Pembinaa RT BerPHBS masih rendah

    4 3 2 4 13 III

    3 Cakupan pendataanKADARZI masihrendah

    4 2 2 4 12 IV

    4 Cakupan imunisasiDPT/HB/HIb 3 belum

    mencapai target

    4 2 4 4 14 II

    5 Cakupan imunisasi

    campak melummencapai target

    4 2 4 4 14 II

    6 Cakupan imunisasi

    TT2 belum mencapaitarget

    4 2 4 3 13 III

    7 Cakupan

    penjaringan suspekTB masih rendah di

    kelurahan

    5 3 3 5 16 I

    Keterangan:

    1. Pembinaan Toga masih rendah

    a. Urgensi (nilai 3/cukup penting)

    Tanaman obat keluarga merupakan bentuk kegiatan

    pembudidayaan tanaman yang memiliki khasiat obat. Di samping

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    44/79

    khasiatnya yang dapat dimanfaatkan, pengelolaan tanaman obat

    keluarga ini juga dapat menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan

    hidup. Dewasa ini, pengelolaan tanaman obat keluarga sudah mulai

    dikembangkan. Bahkan sebagian besar masyarakat lebih memilih

    menggunakan pengobatan tradisional dari bahan-bahan yang alami

    seperti tanaman obat ini. Karena itu, pembinaan kepada masyarakat

    tentang tanaman obat keluarga ini dirasa cukup penting.

    b. Intervensi (nilai 1/tidak mudah)

    Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembinaan TOGA ini

    adalah kurangnya sumber daya manusia dari Puskesmas Ambacang

    Kuranji. Hal ini yang menyebabkan beberapa petugas puskesmas harus

    terlibat dalam program yang jumlahnya lebih dari satu. Karena itu,

    prioritas dalam pelaksanaan program ini menjadi tidak diutamakan.

    Tentunya permasalahan ini perlu dikoordinasikan dengan pihak-pihak

    yang terkait dalam pengadaan SDM di puskesmas, seperti dinas

    kesehatan kota. Hal ini tentunya tidak mudah untuk dilakukan,

    mengingat masih ada SDM yang penambahannya lebih menjadi

    prioritas.

    c.

    Biaya ( nilai 2/mahal)

    Pengadaan SDM puskesmas tentunya bukanlah hal yang mudah.

    Di samping adanya prioritas jenis SDM yang lebih diutamakan,

    tentunya pembiayaan juga menjadi masalah yang penting. Karena itu,

    hal ini tentunya butuh pertimbangan pembiayaan yang bisa dikatakan

    mahal.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    45/79

    d. Mutu (nilai 4/tinggi)

    Apabila pembinaan TOGA ini berhasil, tentunya akan

    menjadikan keluarga yang memiliki tanaman obat keluarga yang

    terstandarisasi sesuai strata tertentu, serta menjadikan keluarga tersebut

    mampu untuk mengelola tanaman obat tersebut untuk dapat dikonsumsi

    dengan tujuan pengobatan. Hal ini tentunya akan meningkatkan mutu

    dari kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

    Kuranji.

    2. Pembinaan RT ber-PHBS masih rendah

    a. Urgensi (nilai 4/penting)

    Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku

    kesehatan yang dilaksanakan atas dasar kesadaran, sehingga anggota

    keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan

    berperan aktif dalam kegiatan kesehatan. PHBS ini merupakan upaya

    untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas di lingkungan

    msayarakat. PHBS ini termasuk salah satu upaya dalam mencapai

    MDGs tahun 2015 ini. Dengan adanya PHBS, dapat mencegah berbagai

    penyakit. Hal ini tentunya membuat PHBS ini dinilai penting.

    b.

    Intervensi (nilai 3/cukup mudah)

    Kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengintervensi PHBS ini

    berupa promosi kesehatan seperti penyuluhan dan pembinaan

    masyarakat mengenai pentingnya PHBS, manfaat, serta bagaimana

    caranya mencapai keluarga ber-PHBS. Tentunya bentuk kegiatan ini

    cukup mudah untuk dilakukan.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    46/79

    c. Biaya (nilai 2/mahal)

    Biaya yang diperlukan dalam pembinaan PHBS adalah biaya

    pengadaan sanitasi yang baik bagi masyarakat. Misalnya biaya

    perubahan sumber air minum, pembuatan jamban sehat, dan perubahan

    keadaan rumah warga yang tidak sehat. Hal ini tentunya membutuhkan

    biaya yang tidak sedikit. Karena itu kegiatan ini membutuhkan biaya

    yang mahal.

    d. Mutu (nilai 4/tinggi)

    Apabila kegiatan pembinaan PHBS ini tercapai dengan optimal,

    maka tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini, yaitu menurunkan angka

    morbiditas dan mortalitas di masyarakat tentunya dapat tercapai. Hal ini

    akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja

    Puskesmas Ambacang Kuranji dan tentunya akan berdampak pada

    peningkatan mutu di Puskesmas Ambacang Kuranji.

    3. Cakupan pendataan KADARZI masih rendah

    a. Urgensi (nilai 4/penting)

    Keluarga sadar gizi (KADARZI) merupakan bentuk upaya untuk

    meningkatkan pengetahuan dan kesadaran bagi keluarga tentang gizi,

    sehingga dapat meningkatkan kualitas gizi untuk anggota kelaurga,

    terutama tentang pengaturan pola makan dan memenuhi kecukupan gizi.

    Dengan adanya KADARZI, diharapkan keluarga dapat meminimalisir

    masalah gizi, terutama bagi keluarga yang memiliki balita. Oleh karena

    itu KADARZI ini merupakan masalah yang penting.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    47/79

    b. Intervensi (nilai 2/kurang mudah)

    Permasalahan yang ditemukan adalah kurangnya kesadaran dan

    pengetahuan keluarga tentang gizi, serta masalah sosial ekonomi yang

    rendah sehingga sulit untuk mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang.

    Untuk intervensi hal ini tentunya kurang mudah untuk dilakukan,

    mengingat hal terpenting adalah mengubah pola fikir masyarakat.

    c. Biaya (nilai 2/mahal)

    Pelaksanaan intervensi dalam masalah ini tentunya membutuhkan

    biaya yang mahal. Selain dibutuhkan biaya untuk transportasi petugas

    dan pengadaan media-media promosi, tentunya juga dibutuhkan

    pengadaan makanan yang memiliki kecukupan gizi untuk keluarga

    dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah.

    d. Mutu (nilai 4/tinggi)

    Apabila intervensi dalam masalah ini dilaksanakan secara

    optimal, maka status gizi masyarakat di wilayah Puskesmas Ambacang

    akan baik. Hal ini tentunya akan meningkatkan mutu Puskesmas

    Ambacang.

    4. Cakupan imunisasi DPT/HB/HIb 3 belum mencapai target

    a.

    Urgensi (nilai 4/penting)

    Imunisasi merupakan program pemerintah dalam mengupayakan

    peningkatan imunitas atau kekebalan tubuh individu terhadap penyakit

    infeksi. Dengan adanya imunisasi, imunitas di dalam tubuh akan

    terbentuk secara aktif/pasif, sehingga tubuh individu lebih siap

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    48/79

    menghadapi kemungkinan terserang penyakit infeksi. Oleh sebab itu,

    masalah imunisasi ini merupakan masalah yang penting.

    b.

    Intervensi (nilai 2/kurang mudah)

    Permasalahan yang ditemui di lapangan adalah paradigma

    masyarakat yang salah dan sudah membudaya tentang imunisasi. Hal ini

    yang membuat masyarakat tidak merasa perlu untuk memberikan

    imunisasi kepada anaknya. Hal inilah yang membuat intervensi

    permasalahan ini kurang mudah untuk dilakukan.

    c. Biaya (nilai 4/murah)

    Intervensi yang dapat dilakukan sebenarnya membutuhkan biaya

    yang cukup murah. Seperti misalnya pengadaan forum dalam rangka

    edukasi masyarakat tentang imunisasi, kegiatan promosi kesehatan, dan

    sebagainya.

    d.

    Mutu (nilai 4/tinggi)

    Dengan tercapainya program imunisasi ini, tentunya akan

    meningkatkan mutu puskesmas menjadi tinggi. Hal ini karena cakupan

    imunisasi lengkap pada anak termasuk ke dalam standar pelayanan

    minimal yang harus dicapai oleh puskesmas.

    5.

    Cakupan imunisasi campak belum mencapai target

    a. Urgensi (nilai 4/penting)

    Imunisasi merupakan program pemerintah dalam mengupayakan

    peningkatan imunitas atau kekebalan tubuh individu terhadap penyakit

    infeksi. Dengan adanya imunisasi, imunitas di dalam tubuh akan

    terbentuk secara aktif/pasif, sehingga tubuh individu lebih siap

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    49/79

    menghadapi kemungkinan terserang penyakit infeksi. Oleh sebab itu,

    masalah imunisasi ini merupakan masalah yang penting.

    b.

    Intervensi (nilai 2/kurang mudah)

    Permasalahan yang ditemui di lapangan adalah paradigma

    masyarakat yang salah dan sudah membudaya tentang imunisasi. Hal ini

    yang membuat masyarakat tidak merasa perlu untuk memberikan

    imunisasi kepada anaknya. Hal inilah yang membuat intervensi

    permasalahan ini kurang mudah untuk dilakukan.

    c. Biaya (ninlai 4/murah)

    Intervensi yang dapat dilakukan sebenarnya membutuhkan biaya

    yang cukup murah. Seperti misalnya pengadaan forum dalam rangka

    edukasi masyarakat tentang imunisasi, kegiatan promosi kesehatan, dan

    sebagainya.

    d.

    Mutu (nilai 4/tinggi)

    Dengan tercapainya program imunisasi ini, tentunya akan

    meningkatkan mutu puskesmas menjadi tinggi. Hal ini karena cakupan

    imunisasi lengkap pada anak termasuk ke dalam standar pelayanan

    minimal yang harus dicapai oleh puskesmas.

    6.

    Cakupan imunisasi TT2+ belum mencapai target

    a. Urgensi(nilai 4/penting)

    Pemberian imunisasi TT2+ penting setelah pemberian TT1 untuk

    memperpanjang perlindungan terhadap tetanus dan mencegah

    komplikasi persalinan pada ibu serta mencegah terjadinya tetanus

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    50/79

    neonatorum. Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas maupun

    mortalitas ibu dan bayi.

    b.

    Intervensi (nilai 2/kurang mudah)

    Intervensi untuk masalah ini kurang mudah untuk dilakukan. Hal

    ini disebabkan karena rendahnya kepedulian masyarakat akan

    pentingnya imunisasi TT. Yang perlu diubah adalah pola pikir

    masyarakat agar mau menyempatkan diri datang ke puskesmas untuk

    mendapatkan imunisasi TT, terutama imunisasi TT2+.

    c. Biaya (nilai 4/murah)

    Pelaksanaan intervensi untuk mengatasi masalah ini hanya

    membutuhkan biaya yang murah. Biaya yang dibutuhkan seperti

    pembuatan pamflet/leaflet atau media promosi lainnya untuk

    meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya

    imunisasi TT ini.

    d. Mutu (nilai 3/sedang)

    Meningkatnya jumlah warga yang mendapatkan imunisasi TT

    dapat membantu dalam pencegahan komplikasi tetanus terutama pada

    warga yang beresiko seperti pada ibu hamil dan bayi, sehingga dapat

    meningkatkan mutu Puskesmas Ambacang Kuranji dalam skala sedang,

    mengingat dewasa ini kejadian tetanus neonatorum memang sudah

    hamper tidak ditemukan lagi.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    51/79

    7. Cakupan penjaringan suspek TB masih rendah

    a. Urgensi (nilai 5/sangat penting)

    Suspek TB ialah orang-orang yang dicurigai TB yaitu orang dengan

    gejala klinis TB yang memeriksakan sputumnya ke puskesmas.

    Rendahnya penjaringan Suspek TB berarti banyak orang yang tidak

    ingin memeriksakan sputumnya. Padahal, pemeriksaan sputum wajib

    dilakukan untuk menegakkan apakah memang orang tersebut memiliki

    kuman TB dalam diri nya atau tidak sehingga dapat dilakukan intervensi

    pencegahan penularan ke orang-orang di sekitar dan hal ini tentunya

    akan mempercepat tindakan yang diberikan jika ditemukan kasus TB

    BTA+ sehingga penularan dan komplikasi yang ditimbulkan dapat

    diminimalisir. Oleh karena itu penjaringan suspek TB merukapan hal

    yang sangat penting.

    b.

    Intervensi (nilai 3/ mudah)

    Intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan

    fungsi kader atau membuat kader khusus TB serta dapat dilakukan

    penyuluhan di luar dan dalam gedung yang disertai dengan pembagian

    leaflet pada setiap program puskesmas.

    c.

    Biaya (nilai 3/cukup murah)

    Untuk melakukan intervensi masalah ini tidak membutuhkan

    biaya yang besar. Hanya dibutuhkan konseling yang lebih intens kepada

    masyarakat tentang penyakit TB ini, sehingga apabila masyarakat

    menemukan gejala-gejala khas penyakit TB mereka dapat segera

    memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan. Hal ini dapat

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    52/79

    dilakukan melalui pelatihan terhadap kader dan penyuluhan dengan

    membagikan leafletbaik saat penyuluhan maupun program puskesmas

    lainnya.

    d. Mutu(nilai 5/sangat tinggi)

    Meningkatnya penjaringan kasus suspek TB tentunya akan

    meningkatkan mutu dari puskesmas Ambacang Kuranji. Dengan

    meningkatnya penjaringan, otomatis kemungkinan terjadi penularan

    dan komplikasi akan dapat ditekan. Hal ini tentunya akan menurunkan

    angka morbiditas dan mortalitas akibat TB.

    4.3. Analisis Sebab Masalah

    Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi prioritas masalah adalah

    penjaringan suspek TB di puskesmas Ambacang, khususnya di kelurahan Lubuk

    Lintah. Dari hasil analisis data sekunder yaitu otopsi verbal, diskusi dengan

    pimpinan Puskesmas dan petugas Puskesmas maka didapatkan beberapa sebab dari

    masalah yang terjadi.

    1. Manusia:

    a. Masyarakat:

    Didapatkan dari otopsi verbal pada pengunjung puskesmas dengan pertanyaan

    berikut untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengunjung puskesmas tentang

    penyakit TB.

    Perkiraan hasil yang didapatkan adalah :

    a) Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang bahaya TB

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    53/79

    Gambar 4.1 : Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap TB Paru

    Kuesioner yang diberikan kepada 30 responden yang merupakan warga

    kelurahan Lubuk lintah, didapatkan hasil sebanyak 56,67 % memiliki pengetahuan

    yang rendah, 40 % memiliki pengetahuan sedang, dan 3,33 % memiliki tingkat

    pengetahuan tinggi tentang TB paru (Gambar 4.1).

    b) Masyarakat yang masih merasa malu apabila dianggap mengidap penyakit

    TB

    Gambar 4.2 : Persepsi bahwa TB penyakit Memalukan

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    TINGGI SEDANG RENDAH

    Persentase(%)

    Tingkat Pengetahuan

    Tingkat Pengetahuan Masyarakat

    berdasarkan Skor Kuesioner

    77%

    23%

    Apakah penyakit TB memalukan ?

    MALU

    TIDAK MALU

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    54/79

    Dari kuesioner yang diberikan kepada 30 responden, 77% masih

    menganggap bahwa penyakit TB memalukan dan 23% menganggap penyakit TB

    tidak memalukan.

    c) Masih banyak masyarakat yang enggan untuk memeriksakan sputum ke

    Puskesmas

    b. Tenaga Kesehatan

    a) Persuasi kader TB dalam mengajak suspek TB untuk memeriksakan

    sputumnya ke puskesmas belum optimal.

    2. Metode

    a) Belum ada pos TB sebagai media promotif dan preventif TB di kelurahan

    lubuk lintah.

    3. Material

    a) Masih kurangnya ketersediaan media informasi tentang bahaya TB.

    4.

    Environment

    a)

    Penduduk di wilayah kerja puskesmas umumnya tinggal bersama keluarga

    besar dengan jumlah anggota keluarga yang cukup banyak dan lahan

    pemukiman yang sempit.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    55/79

    Gambar 4.3: Analisis Masalah menggunakan Analisis Ischikawa

    Environment

    -Penduduk diwilayah kerja

    puskesmas

    umumnya tinggal

    bersama keluarga

    besar dengan

    jumlah anggota

    keluarga yang

    cukup banyak.

    Man

    - Rendahnya pengetahuan dan

    perilaku masyarakat tentangbahaya TB

    - Masyarakat yang masih

    merasa malu apabila

    dianggap mengidap penyakit

    TB

    - Masih banyak masyarakat

    yang enggan untuk

    memeriksakan sputum ke

    Puskesmas

    -

    Persuasi kader TB dalam

    mengajak suspek TB untuk

    memeriksakan sputumnya ke

    puskesmas belum optimal.

    Metode

    - Belum ada PosTB

    sebagai media

    promotif dan

    preventif TB di

    kelurahan Lubuk

    Lintah.

    Material

    - Masih kurangnya

    ketersediaan media

    informasi tentang

    bahaya TB.

    Tidak tercapainya

    angka penjaringan

    suspek TB pada

    kelurahan Lubuk

    Lintah.

    Target : 154

    Pencapaian : 43 (27,2%)

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    56/79

    4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

    4.4.1 Manusia

    1.

    Masyarakat

    Masalah :

    1) Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang bahaya TB.

    2) Adanya persepsi masyarakat bahwa TB adalah penyakit memalukan.

    3) Kurangnya kesediaan pasien dan keluarganya untuk diperiksa sputumnya di

    puskesmas.

    Rencana : Pembagian pot sputum kepada warga yang suspek TB.

    Pelaksana : Pemegang program, dokter muda, kader

    Sasaran : Masyarakat di wilayah kelurahan lubuk lintah yang dianggap

    suspek TB dan keluarganya.

    Waktu :

    Tempat : Rumah warga yang suspek TB

    Target : Warga yang merupakan suspek TB mau mengumpulkan dahaknya

    dan memeriksakannya ke puskesmas.

    Pelaksanaan : Pemegang program TB dan dokter muda dan kader mendatangi

    rumah warga yang merupakan suspek Tb dan memberikan pot

    sputum kepada suspek TB dan seluruh anggota keluarganya.

    2. Tenaga Kesehatan

    Masalah : Persuasi kader TB dalam mengajak suspek TB untuk

    memeriksakan sputumnya ke puskesmas belum optimal.

    Rencana :

    1)

    Penyegaran kader TB dengan memberikan materi dan pelatihan

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    57/79

    2) Pemilihan kader TB berprestasi tiap akhir tahun.

    Pelaksana :pemegang program TB

    Sasaran : kader program TB.

    Waktu : penyegaran kader dilakukan setiap sekali 6 bulan

    Target :kemampuan kader dalam mengajak warga yang suspek TB untuk

    mau memeriksakan dahaknya ke Puskesmas

    Pelaksanaan : penyegaran kader TB dilakukan di dalam gedung puskesmas

    Ambacang. Kader dari kelurahan lubuk lintah diundang untuk

    datang pada kegiatan penyegaran kader TB setiap sekali 6 bulan.

    Dalam kegiatan, dokter puskesmas atau pemegang program TB

    memberikan materi pelatihan dan pengetahun tentang TB.

    4.4.2

    Metode

    Masalah :

    1) Belum ada PosTB sebagai media promotif dan preventif TB di kelurahan Lubuk

    Lintah.

    Rencana :membentuk PosTB kelurahan dan memberdayakan kader TB yang

    sudah ada.

    Pelaksana :Pimpinan Puskesmas

    Sasaran : Masyarakat kelurahan lubuk lintah

    Waktu :

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    58/79

    Tempat :

    Target : Masyarakat datang dalam kegiatan posTB dan masyarakat yang

    merupakan suspek TB bersedia untuk diperiksa dahaknya.

    Pelaksanaan :Kegiatan dilakukan sekali sebulan. Jadwal kegiatan diberitahukan

    kepada masyarakat dibantu oleh kader TB setempat. Kegiatan

    berupa penyuluhan dan kegiatan anamnesis oleh kader.

    4.4.3Material

    Masalah : Masih kurangnya ketersediaan media informasi tentang bahaya

    TB.

    Rencana :Penyebaran leaflet mengenai penyakit tuberkulosis di kelurahan

    Lubuk Lintah.

    Pelaksana : Petugas Promosi Kesehatan, petugas P2P, kader, dokter muda

    Sasaran : Masyarakat di wilayah kelurahan lubuk lintah

    Waktu :

    Tempat : Posyandu, Posbindu, puskeskel

    Target : - Tersebarnya leaflet kepada masyarakat pada kegiatan penyuluhan

    TB, posyandu, puskeskel dan posbindu.

    -Minimal tersedia 20 leaflet di ruang tunggu

    puskeskel/posyandu/posbindu.

    Pelaksanaan : leaflet disebarkan pada masyarakat yang mengikuti kegiatan

    posbindu dan posyandu di kelurahan lubuk lintah. Leaflet dibuat

    semenarik mungkin dan berisi informasi mengenai penyebab TB,

    penularan, pencegahan, dan pengobatan. Pembiayaan pengadaan

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    59/79

    leaflet diambil dari dana BOK dalam perencanaan program

    Promkes. Perkiraan biaya pengadaan leaflet TB adalah sebesar

    Rp.150.000,-

    4.4.4 Environment

    Masalah : Penduduk di wilayah kerja puskesmas umumnya tinggal

    bersama keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga yang

    cukup banyak.

    Rencana : Melakukan penyuluhan mengenai penularan penyakit TB.

    Pelaksana : Pemegang program Promkes

    Sasaran : Masyarakat kelurahan lubuk lintah

    Waktu :

    Tempat :

    Target :penyuluhan dilakukan 1 x 3 bulan

    Pelaksanaan : penyuluhan dilakukan sekali tiga bulan di tempat yang telah

    disepakati. Jadwal kegiatan diberitahukan kepada masyarakat

    dibantu oleh kader TB setempat.

    4.5 Prioritas Pemecahan Masalah

    NO ALTERNATIF

    EFEKTIFITAS

    EFISIENSI SKOR

    PRIO

    RITASM I V

    1 Pembagian pot

    sputum kepada warga

    yang suspek TB.

    5 5 5 5 25 I

    2 Penyebaran leaflet

    mengenai penyakit

    tuberkulosis di

    kelurahan lubuk

    lintah.

    4 5 5 4 25 II

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    60/79

    3 Penyegaran kader TB

    dengan memberikan

    materi dan pelatihan.

    4 3 3 2 18 IV

    4 Pemilihan kader TB

    berprestasi tiap akhir

    tahun.

    3 3 2 2 9 V

    5 Membentuk PosTB

    kelurahan dan

    memberdayakan kader

    TB yang sudah ada.

    4 1 2 1 8 VI

    6 Penyuluhan mengenai

    penularan penyakit

    TB.

    5 4 4 4 20 III

    Dari perhitungan prioritas pemecahan masalah, 3 alternatif kegiatan yang paling

    mungkin untuk dilakukan adalah :

    a. Pembagian pot sputum kepada warga yang suspek TB.

    b. Penyebaran leaflet mengenai penyakit tuberkulosis di kelurahan lubuk lintah.

    c. Penyuluhan mengenai penularan penyakit TB.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    61/79

    BAB 5

    RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

    5.1 Tahap Persiapan

    Pada tahap ini dilakukan rapat internal antara pimpinan Puskesmas dengan

    pemegang program TB untuk membahas tentang permasalahan rendahnya angka

    penemuan suspek TB pada tahun 2015 di Kelurah Lubuk Lintah wilayah kerja

    Puskesmas Ambacang, Kuranji. Upaya untuk meningkatkan angka penjaringan

    suspek TB ini akan diarahkan kepada:

    1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dengan melakukan kegiatan

    penyuluhan berkala kepada masyarakat kelurahan Lubuk Lintah serta

    menyebarkan leaflet kepada setiap rumah di kelurah tersebut.

    2. Membentuk dan meningkatkan keaktifan peran kader TB melalui

    pengayaan dalam bentuk pelatihan serta meningkatkan keaktifan kader

    TB dalam kegiatan pengumpulan sampel sputum untuk masyarakat

    dengan suspek TB.

    3. Meningkatkan kerjasama lintas sektor terutama dengan Kecamatan,

    Kelurahan, PKK, tokoh masyarakat, dan perusahaan utnuk

    mendapatkan dukungan baik moral ataupun materil.

    Pendanaan kegiatan diusulkan dalam perencanaan biaya puskesmas yang

    tertuang dalam proposal PDCA Puskesmas Ambacang, Kuranji. Selanjutnya

    dilakukan advokasi kepada lurah dan tokoh masyarakat setempat untuk

    mendapatkan dukungan program dan membina kerja sama lintas sektoral untuk

    menyukseskan program ini.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    62/79

    5.2Tahap Pelaksanaan

    5.2.1 Pembagian pot sputum kepada warga yang suspek TB.

    Pembagian pot sputum dilaksanakan bersama kader langsung kerumah

    warga yang dicurigai dengan suspek TB dengan menampung langsung sputum

    sewaktu dan meninggalkan pot untuk sputum pagi.

    5.2.2 Pembagian leaflet TB

    Pembagian leaflet dilakukan di beberapa program kegiatan puskesmas, saat

    penyuluhan TB dan ke rumah-rumah orang yang dicurigai mengidap TB Paru.

    5.2.3. Penyuluhan Penularan Penyakit TB

    Penyuluhan dilaksanakan di Poskeskel bekerjasama dengan kader dan bidan

    poskeskel dalam pengumpulan warga, penyuluhan terbagi menjadi dua sesi yaitu

    sesi pertama pemaparan dan dilanjutkan dengan sesi diskusi.

    5.3 Tahap Evaluasi

    Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kesuksesan jalannya kegiatan-

    kegiatan dalam pelaksanaan program kerja. Evaluasi dilakukan dalam Lokakarya

    Mini yang bertujuan untuk pelaporan kinerja dan penilaian koordinasi lintas

    program maupun lintas sektor, yang dilakukan sekali dalam 3 bulan. Evaluasi

    dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan melalui pendataan dari masing-masing

    program TB, promkes, survailens, BP dan KIA serta laporan kader, dokter dan

    bidan praktek swasta. Keberhasilan kegiatan dan penyebaran leaflet tergambar dari

    peningkatan jumlah penjaringan suspek.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    63/79

    62

    5.3Matriks Kegiatan

    Tabel 5.1 Tahap Evaluasi dan Monitoring

    No Kegiatan Tujuan Tanggal Tempat Pelaksanaan/

    Penanggung jawab

    Sasaran Alat dan Perlengkapan

    1 Pembagian

    kuesioner pre

    dan post

    -mengetahui tingkat

    pengetahuan masyarakt

    sebelum dan sesudahpenyuluhan

    -mengetahui keberhasilan

    dari pelaksanaan

    penyuluhan

    Kantor lurah

    lubuk lintah

    Panitia penyuluhan Masyarakat kelurahan

    Lubuk Lintah yang

    mengikuti penyuluhan

    Kesioner tingkat pengetahuan TBC

    2 Pemantauan

    angka

    kunjungan

    pasien suspek

    TB Paru

    -mengetahui peningkatan

    angka kunjungan pasien

    suspek TB Paru

    Puskesmas

    Ambacang

    Pemegang program

    TB

    Masyarakat di kelurahan

    Lubuk Lintah

    Data angka kunjung pasien suspek

    TB Paru ke Puskesmas Ambacang

    3 Evaluasi dan

    penyusunan

    laporan acara

    -mengevaluasi pencapaian

    dan kendala dari kegiatan

    -mengevaluasi angka

    kunjungan pasien suspek

    TB paru setelah

    penyuluhan

    -menyususn laporan

    kegiatan

    Puskesmas

    ambacang

    Panitia penyuluhan Panitia penyuluhan Data angka kunjungan pasien

    suspek TB paru ke puskesmas

    Ambacang

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    64/79

    63

    Tabel 5.2 Matriks kegiatan

    No Kegiatan November Desember

    I II III IV I II III IV

    PERSIAPAN

    1 Rapat internal antara pemegang program TB, KepalaPuskesmas dan Dokter muda

    2 Sosialisasi penyakit TB Paru dengan melakukan

    penyuluhan, pembagian leaflet dan Poster diPuskesmas

    PELAKSANAAN

    1 Pembagian leaflet

    2 Penyuluhan TB Paru di kelurahan

    3 Pembagian pot untuk pengumpulan sputum

    MONITORING DAN EVALUASI

    1 Pembagian quesioner pre dan post penyuluhan

    2 Pemantauan angka kunjung pasien suspek TB Paru

    3 Evaluasi dan penyusunan laporan acara

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    65/79

    BAB 6

    PENUTUP

    6.1.Kesimpulan

    1. Kesenjangan angka pencapaian program dan target penemuan kasus TB

    BTA (+) akibat kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat

    mengenai TB serta kurangnya keaktifan petugas puskesmas dalam

    melakukan penyuluhan dan tidak adanya kriteria yang pasti untuk pasien

    suspek TB

    2. Dibutuhkan kerjasama lintas program dan sektoral untuk mencapai target

    dan rasa tanggung jawab pimpinan puskesmas dan pelaksana program yang

    terkait untuk menjaring kasus TB BTA (+) sebesar 100 %

    6.2.Saran

    6.2.1.

    Kepada Puskesmas

    1.

    Adanya upaya secara sistimatis untuk mempengaruhi pembuat/penentu

    kebijakan dan keputusan, dalam penyelenggaraan penanggulangan

    tuberkulosis. Pendekatan kepada para pimpinan ini dapat dilakukan dengan

    cara bertatap muka langsung (audiensi), konsultasi, memberikan laporan,

    pertemuan/rapat kerja, lokakarya dan sebagainya sesuai dengan situasi dan

    kondisi masing-masing unit. Dalam melakukan advokasi perlu dipersiapkan

    data atau informasi yang cukup serta bahan-bahan pendukung lainnya yang

    sesuai agar dapat meyakinkan mereka dalam memberikan dukungan.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    66/79

    6.2.2. Kepada Petugas P2M

    1. Penggunaan multi media untuk penyampaian pesan dengan intensitas yang

    tinggi, akan memberikan pengaruh yang mendalam terhadap penerima

    pesan.

    2. Pemberdayaan masyarakat, berprinsip meningkatkan kontribusi masyarakat

    dalam penanggulangan TB, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

    3. Supervisi (monitoring langsung) dan evaluasi untuk meningkatkan kinerja

    petugas, melalui suatu proses yang sistematis dengan Peningkatan

    pengetahuan petugas, Peningkatan ketrampilan petugas, Perbaikan sikap

    petugas dalam bekerja, Peningkatan motivasi petugas. Suatu umpan balik

    tentang kinerja harus selalu diberikan untuk memberikan dorongan

    semangat kerja.

    6.2.3. Kepada Masyarakat

    1.

    Masyarakat ikut berkiprah dalam penanggulangan TB dengan turut

    melakukan penyuluhan, ikut menjadi PMO, Kader TB dan sebagainya.

    Prinsip lain yang harus dipegang teguh adalah bekerja untuk dan bersama

    masyarakat, karena dengan kebersamaan inilah terjadi proses fasilitasi,

    motivasi, alih pengetahuan dan keterampilan.

    6.2.4.

    Lintas Sektor

    1.

    Kemitraan antara Pemerintah, LSM, Ormas, dan berbagai kelompok

    masyarakat lainnya akan memudahkan kerja sama di lapangan, sehingga

    potensi dapat dimanfaatkan secara optimal.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    67/79

    BAB 6

    DAFTAR PUSTAKA

    Crofton, Horne dan Miller. 2002. Tuberkulosis Klinis edisi 2. Jakarta .Widya

    medika

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedomen Nasional

    Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.

    Puskesmas Ambacang Kuranji. 2015. Laporan Lokakarya Mini III Tahun 2015

    Puskesmas Ambacang Kuranji (Januari-September). Padang : Puskesmas

    Ambacang Kuranji.

    Sudoyo. Aru, W. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V.

    Jakarta. Interna Publishing.

    World Health Organization. 2015. Global Tuberculosis Report. France.

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    68/79

    67

    Lampir an 1

    PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

    Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden dalam

    penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IKM FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, dengan judul Upaya Peningkatan Angka

    Penemuan Suspek Tuberculosis Paru di Kelurahan Lubuk Lintah.

    Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan

    dari siapapun.

    Padang, November 2015

    Responden,

    ()

  • 7/25/2019 PDCA ambacang november 2015 2013.pdf

    69/79

    68

    KUESIONER

    Upaya Peningkatan Angka Penemuan Suspek Tuberculosis Paru di Kelurahan

    Lubuk Lintah

    Identitas

    Nama :

    Umur :

    Petunjuk Pengisian Kuesioner :

    Pada halaman berikut terdapat sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan

    pengetahuan masyarakat tentang tuberkulosis paru.

    Beri tanda pada jawaban yang anda anggap paling benar.

  • 7/25/2019 P