pembahasan 2 fix revisi

Upload: pryta-widyaningrum

Post on 07-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan kasus

TRANSCRIPT

BAB III

BAB IIIPEMBAHASANIstilah etika, etiket, dan adat kebiasaan memiliki hubungan yang sangat erat dalam penggunaannya pada sebuah kalimat. Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan banyaknya kebimbangan antara penggunaan yang tepat dari ketiga istilah ini. Terkadang ketiga istilah ini cenderung dianggap sama oleh kita sehingga arti dari ketiga kata ini menjadi semakin bias. Lalu, apakah sebenarnya etika, etiket, dan adat kebiasaan itu?

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani(ethos), yang dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti seperti : kebiasaan, adat, akhlak, watak. Dalam penggunaannya sehari-hari, etika merupakan suatu norma sosial yang mengatur aspek kehidupan pribadi, mengajarkan bagaimana kita mengikuti suatu moral tertentu, penentu baik buruknya suatu tingkah laku, pedoman perilaku, dan aturan yang menunjuk pada sikap batin. Etiket merupakan suatu norma yang mengatur kehidupan antar pribadi,yang berdasarkan atas kepantasan, kebiasaan atau kepatutan yang berlaku dalam pergaulan di masyarakat, yang ditujukan kepada sikap lahir saja. Disamping kedua istilah ini, ada juga yang disebut dengan adat kebiasaan. Adat kebiasaan sendiri merupakan sesuatu yang sudah ada sejak dulu dan dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.Dalam kasus pemeriksaan pasien perempuan di Iraq, muncul berbagai pendapat mengenai permasalahan yang dibahas dalam kasus ini; etika, etiket, ataukah adat kebiasaan. Berdasarkan pada pengertian ketiga istilah diatas, maka adat kebiasaan dianggap sebagai pilihan yang paling tepat dalam membahas kasus tersebut karena

pemeriksaan pasien perempuan di irak seperti yang telah dilaporkan dalam laporan kasus di atas terjadi karena adanya adat yang mengajarkan hal tersebut.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kebiasaan pemeriksaan fisik di Iraq berlangsung seperti dalam laporan kasus di atas. Penyebab-penyebab tersebut dapat dikelompokan ke dalam dua faktor: Faktor internal : Ajaran agama dan masalah psikis (seperti rasa kecanggungan antara lawan jenis, seperti antara pasien dan dokter)

Faktor eksternal : kebudayaan di daerah setempat, yaitu kekurang terbukaan antara laki-laki dan perempuan

Di Indonesia, cara pemeriksaan pasien perempuan tidak terlalu kaku seperti di Iraq. Pasien perempuan yang akan diperiksa oleh dokter lelaki bebas menentukan apakah ia ingin ditemani oleh pendamping atau tidak, walaupun biasanya ia memilih untuk ditemani oleh pendamping. Cara pemeriksaan di Negara kira sendiri mengacu pada kode etik kedokteran dan standar profesi medis yang berlaku di Indonesia.

Dalam kode etik kedokteran Indonesia tercantum kewajiban-kewajiban dokter, baik kewajiban umum, kewajiban terhadap penderita, kewajiban dokter terhadap teman sejawat, dan kewajiban dokter terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan atas Kode etik tersebut, dapat diketahui bahwa kewajiban dokter terhadap penderita meliputi:

a. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani;

b. Setiap dokter menghormati hak azasi penderita

Pemeriksaan pasien perempuan oleh dokter lelaki di Indonesia dianggap perlu diatur dalam kode etik karena pada dasarnya manusia memerlukan adanya aturan sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak. Pemeriksaan pasien wanita juga perlu diatur dalam kode etik untuk mengantisipasi dan meminimalisir kerugian yang akan terjadi, mengatur dan melindungi hak maupun kewajiban pasien dan dokter, dan agar terbentuk hubungan yang nyaman antara pasien dan dokter. Selain itu, hal itu juga bermanfaat sebagai alat proteksi dokter dan pasien