pembahasan lbm 4

Upload: michael-alexander

Post on 10-Feb-2018

299 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    1/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

    masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi

    infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas

    atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis.

    Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli

    seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak

    diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah.

    Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan

    dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis,

    sinusitis, dan faringitis.

    Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai

    mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi

    saluran napas dapat terjadi sepanjang tahun, meskipun beberapa infeksi lebih

    mudah terjadi pada musim hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran

    infeksi saluran napas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang

    kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi. Faktor

    lingkungan meliputi belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban,

    pengelolaan sampah, limbah, pemukiman sehat hingga pencemaran air dan

    udara.17 Perilaku masyarakat yang kurang baik tercermin dari belum terbiasanya

    cuci tangan, membuang sampah dan meludah di sembarang tempat. Kesadaran

    untuk mengisolasi diri dengan cara menutup mulut dan hidung pada saat bersinataupun menggunakan masker pada saat mengalami flu supaya tidak menulari

    orang lain masih rendah.

    Pengetahuan dan pemahaman tentang infeksi ini menjadi penting di samping

    karena penyebarannya sangat luas yaitu melanda bayi, anak-anak dan dewasa,

    komplikasinya yang membahayakan serta menyebabkan hilangnya hari kerja

    ataupun hari sekolah, bahkan berakibat kematian (khususnya pneumonia).

    Ditinjau dari prevalensinya, infeksi ini menempati urutan pertama pada tahun

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    2/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 2

    1999 dan menjadi kedua pada tahun 2000 dari 10 Penyakit Terbanyak Rawat

    Jalan.17 Sedangkan berdasarkan hasil Survey Kesehatan Nasional tahun 2001

    diketahui bahwa Infeksi Pernapasan (pneumonia) menjadi penyebab kematian

    Balita tertinggi (22,8%) dan penyebab kematian Bayi kedua setelah gangguan

    perinatal. Prevalensi tertinggi dijumpai pada bayi usia 6-11 bulan. Tidak hanya

    pada balita, infeksi pernapasan menjadi penyebab kematian umum terbanyak

    kedua dengan proporsi 12,7%.17

    Tingginya prevalensi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) serta dampak yang

    ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas (seperti

    anti influenza, obat batuk, multivitamin) dan antibiotika. Dalam kenyataan

    antibiotika banyak diresepkan untuk mengatasi infeksi ini. Peresepan antibiotika

    yang berlebihan tersebut terdapat pada infeksi saluran napas khususnya infeksi

    saluran napas atas akut, meskipun sebagian besar penyebab dari penyakit ini

    adalah virus. Salah satu penyebabnya adalah ekspektasi yang berlebihan para

    klinisi terhadap antibiotika terutama untuk mencegah infeksi sekunder yang

    disebabkan oleh bakteri, yang sebetulnya tidak bisa dicegah22,49. Dampak dari

    semua ini adalah meningkatnya resistensi bakteri maupun peningkatan efek

    samping yang tidak diinginkan.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    3/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 3

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Anatomi Saluran Nafas

    Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah

    hidung, farinx, larinx, trachea, bronkus, dan bronkiolus.

    1.HidungNares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga

    hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai

    vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

    pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir

    sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi

    memisahkan kedua cavum nasi.

    Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu

    sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa.

    Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os.

    Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan

    menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-

    tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa. Dasar cavum nasi dibentuk oleh os

    frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang

    dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale.

    Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang

    berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini

    serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus

    olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.Sinus paranasalis adalah ruang dalam

    tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini

    dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi.

    Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :

    http://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/alat.gif
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    4/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 4

    Lubang hidung

    Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior

    Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan

    diantara concha media dan inferior

    Sinus frontalis, diantara concha media dan superior

    Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.

    Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui

    appertura nasalis posterior.

    2. Faring (tekak)adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya

    dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di

    belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan

    gabungan sistem respirasi dan pencernaan.

    http://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/alat_atas.gifhttp://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/alat_atas.gif
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    5/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 5

    3. Laring (tenggorok)Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula

    tyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian atas

    esopagus.

    Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:

    1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago

    arytenoidea

    2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.

    Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica

    vokalis

    Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai

    jakun.

    Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya

    ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat

    beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.

    Membrana Tyroide mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os

    hyoideum.

    Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago

    cricoidea.

    http://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/laring.gif
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    6/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 6

    Epiglotis

    Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.

    Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica

    aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju

    cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring

    Cartilago cricoidea

    Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak

    dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh

    membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan

    cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan

    batas bawahnya dengan cincin trachea I

    Cartilago arytenoidea

    Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea.

    Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang

    menonjol kedepan

    Membrana mukosa

    Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder

    yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

    Plica vokalis

    Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas

    ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam

    cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.

    Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica

    vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    7/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 7

    Otot

    Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang

    dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).

    Fonasi

    Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan

    dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi

    tertentu oleh sinus udara cranialis.

    Gambaran klinis

    Laring dapat tersumbat oleh:

    a) benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil

    b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada

    reaksi alergi,

    c) infeksi, misalnya difteri,

    d) tumor, misalnya kanker pita suara.

    4. Trachea atau batang tenggorokanAdalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.

    trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan

    dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium

    dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima

    dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).

    Trachea tersusun atas 16 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang

    rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran

    disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

    5. Bronchus

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    8/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 8

    Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira

    vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan

    dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan

    kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar,

    dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan

    mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus

    bawah.

    Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di

    bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan

    kelobus atas dan bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi

    menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan

    ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai

    akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak

    mengandung alveoli (kantong udara).

    Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus

    tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos

    sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampaitingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi

    utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

    Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan

    respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada

    dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus

    alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut

    lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali

    percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan

    oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

    6. Paru-ParuParu-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru

    memilki:

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    9/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 9

    1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula

    2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada

    3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.

    4. basis. Terletak pada diafragma paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal

    pleura dan visceral pleura.

    Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi.

    Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior

    sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus

    dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,

    venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.

    Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga

    mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

    Suplai Darah

    1. arteri pulmonalis

    2. arteri bronkialis

    Sirkulasi Pulmonal

    Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri

    pulmonalis. Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV

    lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel

    kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri

    http://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/alveolus.gifhttp://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/alveolus.gif
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    10/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 10

    pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis kanan

    dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di paru arteri

    pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler.

    Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan, melalui sebuah

    alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula

    menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar.

    Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk

    menyelesaikan siklus aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru.

    Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah

    karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah

    yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan

    pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.

    Mekanisme Pernapasan

    Pernapasan merupakan suatu proses yang terjadi dengan sendirinya (secara otomatis).

    Walaupun kita dalam keadaan tidur, proses pernapasan berjalan terus. Pada saat kita

    bernapas ada dua proses yang terjadi yaitu inspirasi (proses masuknya udara ke dalam

    paru-paru) dan ekspirasi (proses keluarnya udara dari paru-paru). Inspirasi dan ekspirasiterjadi antara 1518 kali setiap menit. Proses inspirasi dan ekspirasi diatur oleh otot-otot

    diafragma dan otot antartulang rusuk.

    1. Pernapasan Dada

    Terjadi karena aktivitas otot antartulang rusuk. Bila otot antartulang rusuk berkerut

    (berkontraksi), maka tulang-tulang rusuk akan terangkat dan volume rongga dada akan

    membesar. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan udara di dalam paru-paru.

    Karena tekanan udara di luar tubuh lebih besar, maka udara dari luar yang kaya oksigen

    masuk ke dalam paru-paru. Dengan demikian terjadilah inspirasi.

    Bila otot-otot antartulang rusuk mengendor (relakasasi), yaitu kembali pada posisi

    semula, maka tulang-tulang rusuk akan tertekan. Akibatnya, volume rongga dada

    mengecil. Keadaan ini mengakibatkan naiknya tekanan udara di dalam paru-paru.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    11/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 11

    Pada saat insipirasi (a) rongga dada membesar dan (b) diafragma

    mendatar

    2. Pernapasan Perut

    Pernapasan perut terjadi karena aktivitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga

    perut dan rongga dada. Bila otot diafragma berkontraksi, maka diafragma akan mendatar.

    Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar sehingga tekanan udara di paru-paru

    mengecil. Akibatnya, udara luar yang kaya oksigen masuk ke dalam paru-paru melalui

    saluran pernapasan. Dengan demikian, terjadilah inspirasi.

    Sebaliknya, bila otot diafragma relaksasi (kembali pada posisi semula), maka kedudukan

    diafragma melengkung ke atas. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar.

    Akibatnya, udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida terdorong ke luar. Dengan

    demikian terjadilah ekspirasi.

    http://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/paru2.gifhttp://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/paru.gifhttp://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/paru2.gifhttp://wandylee.files.wordpress.com/2012/03/paru.gif
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    12/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 12

    Pada saat ekspirasi (a) rongga dada mengecil dan (b) diafragma

    melengkung ke atas

    Frekuensi Pernafasan

    Frekuensi Pernafasan Normal

    Bayi baru lahir 40 - 60 x/menit.

    1 - 11 bulan 30x/menit

    2 tahun 25x/menit

    4 - 12 tahun 1923x/menit

    14 - 18 tahun 16 - 18x/menit

    Dewasa 12 - 20x/menit

    Lansia ( >65 tahun ) Jumlah respirasi meningkat bertahap

    Irama Pernafasan

    Keteraturan inspirasi dan ekspirasi pernafasan yang normal. Irama pernafasan

    menggambarkan teratur atau tidaknya pernafasan. Perbandingan antara frekuensi

    nafas dengan nadi. 1 : 4

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    13/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 13

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1SKENARIO

    Seorang bayi perempuan berusia 8 bulan datang ke puskesmas dibawa oleh

    ibunya dengan keluhan demam sudah sejak 3 hari disertai batuk pilek. Dan

    sejak kemarin keluhan disertai sesak nafas dan terlihat dadanya turun naik.

    Dari anamnesis diketahui tidak ada riwayat tersedak sebelumnya.

    Pasien memiliki 2 orang kakak berumur 4 tahun dan 3 tahun, yang juga

    menderita batuk pilek sejak 1 minggu yll. Bapak pasien yang berbadan kurus

    juga menderita batuk-batuk kronis dengan riwayat hemoptisis. Sejak satu

    bulan yang lalu bapaknya sudah mendapat obat yang harus diminum selama 6

    bulan dari Puskesmas.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 6.2 kg, terlihat takipneu

    dengan frekwensi nafas 68 kali/menit, sekitar mulut ditemukan sianosis,

    nafas cuping hidung, dan retraksi epigastrium. Pada auskultasi paru terdengar

    bunyi nafas bronkhovesikuler, ronkhi basah halus, tidak ditemukan mengi.

    Dokter memberikan penatalaksanaan awal dan kemudian merujuk pasien ke

    rumah sakit untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.Sang Ibu

    bertanya kepada dokter kenapa anaknya harus dirujuk? dokter menjelaskan

    bahwa ada beberapa kemungkinan penyakit yang diderita anaknya serta

    penyebabnya. Dan untuk memastikan penyakitnya dibutuhkan pemeriksaan

    darah dan foto toraks. Menurut dokter penyakit yang diderita anaknya sering

    mengenai bayi dan anak. Dokter juga menganjurkan ibu pasien untuk

    membawa ke dua kakak pasien untuk diperiksa.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    14/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 14

    Bagaimana saudara menerangkan apa yang terjadi pada pasien dan

    keluarganya?

    3.2TERMINOLOGI1. Hemoptisis darah adalah dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari

    saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal,

    batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah

    tidak luas , sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi .

    2. Retraksi dinding dada adalah penarikan dinding dada sebelah bawah

    ke dalamyang terjadi karena inspirasi terlalu kuat. disertai bunyi

    menciut.

    3.3PERMASALAHAN1. Mengapa bisa terjadi takipnue, sianosi, retraksi epigastrium dan

    nafas cuping hidung?

    Sianosis terjadi akibat adanya kerusakan pada dinding alveoli

    tepatnya pada bagian apeks. Sehingga akan mengurangi jumlah

    oksigen yang bertukaran dengan CO2 sehingga akan menyebabkan

    kadar Hb tereduksi dalam darah akan meningga dan menyebabkan

    hipoksia lalu sianosi.

    Sedangkan takupnue, retraksi epigastrium serta nafas cuping

    hidung terjadi akibat usaha insipirasi yang besar yang di akibatkan

    oleh keadaan sianosis tubuh.

    2. Ada tidaknya kemungkinan hubungan penyakit kedua kakaknya

    dengan yang di alami bayi tersebut?

    Bisa saja. Karena kedua kakaknya terlebih dahulu mengalami

    batuk pilek, kemungkinan di sebabkan oleh bakteri. Sehingga bisa

    saja bakteri itu juga menyebar ke bayi tersebut.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    15/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 15

    3. Mengapa pada auskultasi bisa terdengar ronki basah halus, suara

    bronkovesikular serta tidak ditemukan mengi?

    Adanya bunyi rongki basah akibat adanya turbulensi antara udara

    dengan air. Sedangkan bunyi halusnya berasal dari saluran nafas

    bawah tepatnya bronkus.

    4. Mengapa dilakukan pemeriksaan foto thoraks dan pemeriksaan

    darah?

    Foto thoraks dan pemeriksaan darah sangat sering kali digunakan

    dalam menegakkan diagnosa.

    5. Mengapa anak ini mengalami batuk pilek?

    Batuk merupakan sebagian dari respon tubuh untuk mengeluarkan

    bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Sedangkan pilek

    sendiri terjadi akibat adanya bakteri yang masuk akan merangsang

    sel goblet untuk lebih banyak mensekresikan mucus.

    3.4DIAGNOSIS BANDING1. BRONKEOLITIS

    Bronkiolitis akut adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan

    gejala utama akibat peradangan bronkioli yang terutama disebabkan oleh

    virus. Sering mengenai anak usia dibawah satu tahun dengan insiden

    tertinggi umur 6 bulan, Bronkiolitis akut yang terjadi dibawah umur satu

    tahun kira-kira 12 % dari seluruh kasus, sedangkan pada tahun kedua

    lebih jarang lagi, yaitu sekitar setengahnya. Penyakit ini menimbulkan

    morbiditas infeksi saluran pernafasan bawah terbanyak pada anak.

    Penyebab yang paling banyak adalah virus Respiratory Syncytial, kira-kira 45 55 % dari total kasus. Sedangkan virus lain seperti

    Parainfluenza, Rhinovirus, Adenovirus dan Enterovirus sekitar 20%.

    Bakteri dan Mikoplasma sangat jarang menyebabkan bronkiolitis pada

    bayi. Belum ada bukti bahwa bakteri sebagai penyebab bronkiolitis.

    Sekitar 70 % kasus bronkiolitis pada bayi terjadi gejala yang berat

    sehingga harus dirawat dirumah sakit, sedangkan sisanya dirawat

    dipoliklinik. Sebagian besar infeksi saluran nafas ditularkan lewat droplet

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    16/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 16

    infeksi. Infeksi primer oleh virus RSV biasanya tidak menimbulkan gejala

    klinik, tetapi infeksi sekunder pada anak tahun-tahun pertama kehidupan

    akan bermanifestasi berat.

    Sebanyak 11,4 % anak berusia dibawah 1 tahun dan 6 % anak berusia 1

    2 tahun di AS pernah mengalami bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan

    90.000 kasus perawatan di RS dan menyebabkan 4500 kematian setiap

    tahunnya. Bronkiolitis merupakan 17 % dari semua kasus perawatan di

    RS pada bayi. Frekuensi bronkiolitis dinegara-negara berkembang hampir

    sama dengan di Amerika Serikat. Insiden terbanyak terjadi pada musim

    dingin atau musim hujan di negara-negara tropis.

    Diagnosis bronkiolitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Keadaan

    tersebut harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga timbul

    pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respon terhadap

    pengobatan dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkiolitis

    tidak. Bronkiolitis juga harus dibedakan dengan bronkopneumonia yang

    disertai enfisema obstruktif dan gagal jantung.

    Bronkiolitis virus dapat menyebabkan infeksi pernafasan berat pada masa

    kanak-kanak. Walaupun demikian pada kondisi yang terbatas seringkali

    tidak memerlukan pengobatan. Pada jumlah yang sedikit anak yang

    mendapatkan pengobatan penanganan utama termasuk pemberian oksigen

    dan cairan yang adekuat dan pengawasan hati-hati untuk mendeteksi

    sebagian anak yang mungkin memerlukan intervensi lebih.

    Infeksi oleh respiratory syncitial virus (RSV) memiliki morbiditas dan

    mortalitas yang tinggi terutama pada anak dengan resiko tinggi dan

    imunokompromise. Oleh karena itu langkah preventif dilakukan denganpemberian imunisasi aktif dan pasif. Saat ini juga sedang dikembangkan

    vaksin virus. Usaha untuk mengembangkan vaksin virus hidup yang

    dilemahkan (attenuated live viral vaccines) mengalami hambatan karena

    imunogenositas yang rendah dan kecenderungan virus untuk berubah

    kembali menjadi tipe liar.

    Bronkhiolitis yang disebabkan oleh virus jarang terjadi pada masa

    neonatus. Hal ini karena antibodi neutralizing dari ibu masih tinggi pada 4

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    17/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 17

    6 minggu kehidupan, kemudian akan menurun. Antibodi tersebut

    mempunyai daya proteksi terhadap infeksi saluran nafas bawah, terutama

    terhadap virus.

    Prognosis dari bronkiolitis tergantung berat ringannya penyakit, cepatnya

    penangangan dan penyakit latar belakang (penyakit jantung, defisiensi

    imun dan prematuritas).

    A. DEFINISI

    Bronkhiolitis adalah penyakit IRA bawah yang ditandai

    dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. yang sering di derita bayi

    dan anak kecil yang berumur kurang dari 2 tahun. angka kejadian

    tertinggi rata-rata ditemukan pada usia 6 bulan secara klinis ditandai

    dengan pernafasan cepat, retraksi dinding dada dan whezing.

    bronkhiolitis bisa disertai dengan superinfeksi bakteri.

    B. ETIOLOGIBronkiolitis sebagian besar disebabkan oleh Respiratory syncytial

    virus(RSV), penyebab lainnya adalah parainfluenza virus, Eaton

    agent (mycoplasma pneumoniae), adenovirus dan beberapa virus

    lainnya. tetapi belum ada bukti kuat bahwa bronkhiolitis disebabkan

    oleh bakteri.

    Pada tahun 1957 Chanock dan Finberg mengisolasi RSV dari 2

    orang anak yang menderita penyakit saluran pernafasan bagian

    http://4.bp.blogspot.com/-723ChkUiROU/Tz1EiVDo4uI/AAAAAAAAAJM/w7Xjss-IME0/s1600/1.png
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    18/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 18

    bawah. Beem dan rekan kerjanya pada tahun 1960 mengidentifikasi

    virus tersebut mula-mula diisolasi dari simpanse dan disebut dengan

    chimpanze coryza agent pada anak belia usia dibawah 2 tahun

    dengan penyakit saluran pernafasan bawah. Sesudah itu RSV

    ditemukan sebagai agen penyebab pada sebagian besar kasus anak

    dengan bronkhiolitis baik sebelumnya maupun saat ini. Human

    metapneumovirus sekarang menjadi penyebab 8 % dari

    bronkhiolitis, dimana sebelumnya RSV ditemukan negatif. Infeksi

    oleh virus lainnya terutama rhinovirus, adenovirus, semua tipe

    parainfluenza virus, enterovirus dan influenza virus telah diringkas

    oleh Hall dan Hall.

    C. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

    RSV adalah single stranded RNA virus yang berukuran sedang (80-

    350nm), termasuk paramyxovirus. Terdapat dua glikoprotein

    permukaan yang merupakan bagian penting dari RSV untuk

    menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment protein )yang mengikat

    sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan partikel

    virus dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini

    merangsang antibodi neutralisasi protektif pada host. Terdapat dua

    macam strain antigen RSV yaitu A dan B. RSV strain A

    menyebabkan gejala yang pernapasan yang lebih berat dan

    menimbulkan sekuele. Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari. Virus

    bereplikasi di dalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran

    nafas atas ke saluran nafas bawah melalui penyebaran langsung padaepitel saluran nafas dan melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV

    mempengaruhi sistem saluran napas melalui kolonisasi dan replikasi

    virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang memberi gambaran

    patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel epitel

    saluran napas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan

    debris dan fibrin kedalam lumen bronkiolus.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    19/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 19

    Infeksi virus pada epitel bersilia bronkus menyebabkan respon

    inflamasi akut, ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema,

    sekresi mucus, timbunan debris selular/sel-sel mati yang terkelupas,

    kemudian diikuti dengan infiltrasi limfosit peribronkial dan edema

    submukosa. Karena tahanan aliran udara berbanding terbalik dengan

    diameter penampang saluran pernafasan, maka sedikit saja

    penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang

    besar. terutama pada bayi yang memiliki penampang saluran

    pernafasan yang kecil. Resistensi pada bronkiolus meningkat selama

    fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena radius saluran respiratori

    lebih kecil selama ekspirasi, maka akan menyebabkan air traping dan

    hiperinflasi. Ateletaksis dapat terjadi pada saat terjadi obstruksi total

    dan udara yang terjebak diabsorbsi total.

    Anatomi pernapasan manusia

    Saluran pernapasan anak

    http://4.bp.blogspot.com/-TfdsOJJLUzY/Tz1FUC00kvI/AAAAAAAAAJU/9UkrgNinaJA/s1600/2.png
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    20/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 20

    Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan

    mukosilier, mukus tertimbun di dalam bronkiolus . Kerusakan sel

    epitel saluran napas juga mengakibatkan saraf aferen lebih terpapar

    terhadap alergen/iritan, sehingga dilepaskan beberapa neuropeptida

    (neurokinin, substance P) yang menyebabkan kontraksi otot polos

    saluran napas. Pada akhirnya kerusakan epitel saluran napas juga

    meningkatkan ekpresi Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1)

    dan produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel

    inflamasi. Jadi, bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari

    proses inflamasi, edema saluran nafas, akumulasi sel-sel debris dan

    mukus serta spasme otot polos saluran napas.Adapun respon paru

    ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi residu, menurunkan

    compliance, meningkatkan tahanan saluran napas, dead space serta

    meningkatkan shunt.

    http://1.bp.blogspot.com/-Ho1vbjN-Fdw/Tz1FlkaOcfI/AAAAAAAAAJc/HEQPZKo4BgE/s1600/3.png
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    21/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 21

    Proses patologis ini akan mengganggu pertukaran gas normal di

    paru. Penurunan kerja ventilasi paru akan menyebaban

    ketidakseimbangan ventilasi perfusi, yang berikutnya akan

    menyebabkan hipoksemia dan kemudian terjadi hipoksia jaringan.

    Resistensi karbondioksida (hiperkapnea) tidak selalu terjadi, kecuali

    pada beberapa pasien. Semakin tinggi laju pernafasan, maka semakin

    rendah tekanan oksigen arteri. Kerja pernafasan akan meningkat

    selama endexpiratory lung volume meningkat dancompliance paru

    menurun. Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi mencapai

    60x/menit.

    Penyembuhan bronkiolitis akut diawali dengan regenerasi epitel

    bronkus dalam 3-4 hari, sedangkan regenerasi dari silia berlangsung

    lebih lama dapat sampai 15 hari . Jaringan mati akan dibersihkan

    oleh makrofag. Ada 2 macam fenomena yang mendasari hubungan

    antara infeksi virus saluran napas dan asma: (1) Infeksi akut virus

    saluran napas pada bayi atau anak keci seringkali disertai wheezing.

    (2) Penderita wheezing berulang yang disertai dengan penurunan tes

    faal paru, ternyata seringkali mengalami infeksi virus saluran napas

    pada saat bayi/usia muda. Infeksi RSV dapat menstimulasi respon

    imun humoral dan selular. Respon antibodi sistemik terjadi

    bersamaan dengan respon imun lokal. Bayi usia muda mempunyai

    respon imun yang lebih buruk.

    http://1.bp.blogspot.com/-D0-_85K7TNI/Tz1F2gV62VI/AAAAAAAAAJk/Ca785VQlptg/s1600/4.png
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    22/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 22

    D. KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI

    Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang

    encer dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-

    kadang disertai demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian

    timbul distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, wheezing,

    sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel, muntah serta sulit makan

    dan minum. Bronkiolitis biasanya terjadi setelah kontak dengan

    orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas

    atas yang ringan.Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam

    sama sekali dan bahkan ada yang mengalami hipotermi.

    Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per

    menit, kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya

    meningkat. Terdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu

    pernafasan dan retraksi. Retraksi biasanya tidak dalam karena

    adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru).

    Terdapat ekspirasi yang memanjang , wheezing yang dapat terdengar

    dengan ataupun tanpa stetoskop. Hepar dan lien teraba akibat

    pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi.

    Ronkhi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir inspirasi

    atau pada permulaan ekspirasi. Pada keadaan yang berat sekali suara

    pernafasan hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi

    hamper total. Ekspirasi memanjang dan mengi kadang-kadang

    terdengar dengan jelas.

    Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan skala klinis. Digunakan

    berbagai skala klinis, misalnya Respiratory Distress AssessmentInstrument (RDAI) atau modifikasinya yang mengukur laju

    pernafasan/respiratory rate (RR), usaha nafas, beratnya wheezingdan

    oksigenasi.

    Skala klinis yang digunakan AbulAinine dan Luyt adalah :

    1. Respiratory Rate (RR) : dihitung manual, baik dengan palpasi

    dan melihat gerakan dada, dilakukan selama 1 menit penuh,

    dua kali perhitungan diambil rata-ratanya.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    23/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 23

    2. Heart Rate (HR) diambil dari pulse oxymetri yang dibaca

    lima kali selama pengamatan 1 menit, diambil rata-ratanya.

    3. Saturasi O2 : dari pulse oxymetri yang dibaca lima kali

    selama pengamatan 1 menit, diambil rata-ratanya.

    4. Respiratory clinical status yang dinilai menggunakan RDAI

    menurut Lowell dkk.

    5. Status aktivitas bayi (empat tingkat : tidur, tenang, rewel dan

    menangis).

    Sedangkan Shuh, yang diadaptasi oleh Dobson, menilai skor klinis

    sebagai berikut :

    1. Keadaan umum : diberi skor 0 (tidur) hingga 4 (sangat rewel)

    2. Penggunaan otot bantu nafas : Skor 0 (tidak ada retraksi)

    hingga 3 (retraksi berat)

    3. Wheezing : skor 0 (tidak ada) hingga 3 (wheezing hebat

    inspiratorik dan ekspiratorik).

    Atas dasar frekuensi nafas dan keadaan umum bronkiolitis dibagi

    menjadi : bronkiolitis ringan dan bronkiolitis berat (R 60 x/ menit).

    Berdasarkan gejala klinis, bronkiolitis juga dibagi menjadi

    bronkiolitis ringan, sedang, berat dengan tanda sebagai berikut :

    Tabel 1.

    Klasifikasi Bronkiolitis berdasarkan gejala klinis

    Bronkiolitis

    Ringan Sedang Berat

    Kemampuan untuk

    makan normal

    Sedikit atau tidak ada

    gangguan pernafasan

    Tidak kebutuhan akan

    oksigen tambahan

    (saturasi O2> 95 %

    Gangguan

    pernafasan sedang

    dengan beberapa

    kontraksi dinding dada

    dan nafas cuping

    hidung

    Hipoksemia ringan

    Tidak dapat untuk

    makan

    Gangguan

    pernafasan berat,

    dengan retraksi

    dinding dada yang

    jelas, nafas cuping

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    24/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 24

    dan dapat dikoreksi

    dengan oksigen

    Mungkin

    menampakkan

    pernafasan yang

    pendek ketika makan

    Mungkin memiliki

    episode apnoe yang

    singkat

    hidung dan dengkuran.

    Hipoksemia yang

    tidak terkoreksi

    dengan oksigen

    tambahan

    Mungkin terdapat

    peningkatan frekuensi

    atau episode apnoe

    yang panjang.

    Mungkin

    menampakkan

    peningkatan kelelahan.

    E. DIAGNOSIS

    Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis,

    pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang

    lainnya,(4)berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan adanya

    epidemi RSV di masyarakat

    1. ANAMNESIS

    Gejala awal berupa gejala infeksi saluran nafas atas akibat

    virus, seperti pilek ringan, batuk dan demam. yang mengenai

    anak usia maksimal 24 bulan yang lebih banyak terkena

    adalah usia dibawah 12 bulan. Satu hingga dua hari kemudian

    timbul batuk yang disertai dengan sesak nafas. Selanjutnya

    dapat ditemukan wheezing, merintih, nafas berbunyi, muntah

    setelah batuk, rewel dan penurunan nafsu makan. Adanya

    riwayat kontak dengan penderita infeksi saluran pernafasan

    atas.

    Kriteria bronkiolitis terdiri dari: (1) wheezing pertama kali,

    (2) umur 24 bulan atau kurang, (3) pemeriksaan fisik sesuai

    dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek, demam

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    25/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 25

    dan menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat

    menyebabkan wheezing.

    2. PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisis pada anak yang mengarah ke diagnosis

    bronkiolitis adalah adanya takipnea, takikardia, dan

    peningkatan suhu diatas 38,5 0C dan bisa mencapai suhu

    410C. Selain itu dapat juga ditemukan konjungtivitis ringan

    faringitis, dan otitis media.

    Obstruksi saluran respiratoribawah akibat respon inflamasi

    akut akan menimbulkan gejala ekspirasi memanjang hingga

    wheezing. Usaha-usaha pernafasan yang dilakukan anak

    untuk mengatasi obstruksi akan menimbulkan nafas cuping

    hidung dan retraksi interkostal. Selain itu dapat juga

    ditemukan ronki dari pemeriksaan auskultasi paru. Sianosis

    dapat terjadi dan bila gejala menghebat dapat terjadi apnea,

    terutama pada bayi berusia < 6 minggu. Selain itu ditemukan

    pernafasan yang pendek dan saturasi O2 yang rendah dan

    tanda dehidrasi.

    3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    A. Laboratorium

    Tes laboratorium rutin tidak spesifik. Hitung lekosit

    biasanya normal demikian pula dengan elektrolit. Pada

    pasien dengan peningkatan lekosit biasanya didominasi

    oleh PMN dan bentuk batang. Analisa gas darah (AGD)

    diperlukan untuk anak dengan gangguan pernafasan berat,khususnya yang membutuhkan ventilator mekanik, gejala

    kelelahan dan hipoksia.Analisa gas darah dapat

    menunjukkan adanya hipoksia akibat V/Q mismatch dan

    asidosis metabolik jika terdapat dehidrasi.

    Untuk menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid

    antigen detection test (direct immunofluoresence

    assaydan enzyme linked immunosorbant assay.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    26/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 26

    ELISA). Atau polimerase chain reaction (PCR), dan

    pengukuran titer antibody pada fase akut dan

    konvalesens.

    Untuk menentukan penyebab bronkiolitis, dibutuhkan

    pemeriksaan aspirasi atau bilasan nasofaring. Pada bahan

    ini dapat dilakukan kultur virus tetapi memerlukan waktu

    yang lama, dan hanya memberikan hasil positif pada 50%

    kasus.

    B. Radiologi

    Foto Thorak diindikasikan pada :

    - Pasien yang diperkirakan memerlukan

    perawatan lebih

    - Pasien dengan pemburukan klinis yang tidak

    terduga

    - Pasien dengan penyakit jantung dan paru yang

    mendasari.

    Gambaran radiologik mungkin masih normal bila

    bronkiolitis ringan. Umumnya terlihat paru-paru

    mengembang (hyperaerated). Bisa juga didapatkan

    bercak-bercak yang tersebar, atau pneumonia (patchy

    infiltrates). Tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat

    ditemukan pada asma, pneumonia viral atau atipikal, dan

    aspirasi. Dapat pula ditemukan gambaran ateletaksis

    terutama saat konvalesens akibat secret pekat bercampur

    sel-sel mati yang menyumbat, air trapping, diafragmadatar, dan peningkatan diameter anteroposterior.

    Bronchiolitis Obliterans X-ray imaging

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    27/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 27

    Pada x-foto lateral, didapatkan diameter AP yang

    bertambah dan diafragma tertekan ke bawah. Pada

    pemeriksaan x-foto dada, dikatakan hyperaerated apabila

    kita mendapatkan: siluet jantung yang menyempit,

    jantung terangkat, diafragma lebih rendah dan mendatar,

    diameter anteroposterior dada bertambah, ruangretrosternal lebih lusen, iga horisontal, pembuluh darah

    paru tampak tersebar.

    Dalam penegakan diagnosis bronkiolitis perlu

    memperhatikan manifestasi klinis yang dapat menyerupai

    penyakit lain, epidemiologi, rentang usia terjadinya kasus,

    dan musim-musim tertentu dalam satu tahun.

    F. PENATALAKSANAAN

    Infeksi virus RSV biasanya sembuh sendiri (self limited) sehingga

    sebagian besar tatalaksana bronkiolitis pada bayi bersifat suportif,

    yaitu pemberian oksigen, minimal handling pada bayi, cairan

    intravena dan kecukupan cairan, penyesuaian suhu lingkungan agar

    konsumsi oksigen minimal, tunjangan respirasi bila perlu, dan

    http://1.bp.blogspot.com/-o1KL_HeYjtM/Tz1GbOJkjDI/AAAAAAAAAJs/zsOX0TU9D5g/s1600/5.png
  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    28/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 28

    nutrisi. Setelah itu barulah digunakan bronkodilator, antiinflamasi

    seperti kortikosteroid, antiviral seperti ribavirin, dan pencegahan

    dengan vaksin RSV, RSV immunoglobuline (polyclnal) atau

    humanized RSV monoclonal antibody (palvizumad).

    Bronkiolitis ringan biasanya bisa rawat jalan dan perlu diberikan

    cairan peroral yang adekuat. Bayi dengan bronkiolitis sedang sampai

    berat harus dirawat inap. Penderita resiko tinggi harus dirawat inap,

    diantaranya: berusia kurang dari 3 bulan, prematur, kelainan jantung,

    kelainan neurologi, penyakit paru kronis, defisiensi imun, distres

    napas. Tujuan perawatan di rumah sakit adalah terapi suportif,

    mencegah dan mengatasi komplikasi, atau bila diperlukan pemberian

    antivirus.

    Manajemen dasar pengobatan bronkiolitis adalah meyakinkan pasien

    secara klinis stabil, oksigenasi baik dan hidrasi baik. Manfaat utama

    dari rawat inap bagi pasien dengan akut bronkiolitis adalah :

    - Pengawasan yang hati-hati terhadap status klinis

    - Pemantauan saluran nafas (melalui penempatan posisi,

    pengisapan dan pembersihan cairan).

    - Pemantauan hidrasi cairan tubuh yang adekuat

    - Edukasi orang tua.

    - Untuk mendukung pasien anak

    - Untuk mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin

    timbul

    - Untuk mencegah penyebaran infeksi terhadap pasien lain dan

    pegawai- Untuk pengobatan menggunakan antivirus yang spesifik jika

    terdapat indikasi.

    Indikasi-indikasi untuk perawatan di rumah sakit :

    Tanda klinis gangguan pernafasan atau tanda kelelahan

    Apnoe

    Ketidakmampuan untuk makan

    Keadaan sosial khusus

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    29/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 29

    Hypoxemia

    o Pasien dengan kondisi dasar medis.

    2. TB PARU TANPA KOMPLIKASIA. DEFINISI

    Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

    Mycobacterium tuberculosis complex

    B. EPIDEMIOLOGI

    Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

    penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization

    (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global

    Emergency . Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa

    terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta

    adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk

    dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional

    WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 %

    dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah

    penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika

    hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000

    pendduduk, seperti terlihat pada tabel 1

    Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap

    hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004

    menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat

    di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar

    39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapatdi Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV yang

    cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang

    muncul.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    30/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 30

    C. BIOMOLEKULAR M. TUBERKULOSIS

    Morfologi dan struktur bakteri

    Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit

    melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini

    berukuran lebar 0,30,6 mm dan panjang 1 4 mm. Dinding M.

    tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup

    tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah

    asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat

    yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang

    berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak

    berantai panjang (C60 C90) yang dihubungkan dengan

    arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan

    oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding

    sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan

    arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut

    menyebabkan bakteri M. tuberculosisbersifat tahan asam, yaitu

    apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya

    penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asamalkohol.

    Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu

    komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.

    tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi

    monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens dengan berat

    molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    31/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 31

    memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam

    mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigenM.

    tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak

    disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh

    basil yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP 40 dan

    lain lain.

    Biomolekular

    Genom M. tuberculosis mempunyai ukuran 4,4 Mb (mega base)

    dengan kandungan guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil

    pemetaan gen, telah diketahui lebih dari 165 gen dan penanda

    genetik yang dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 gen yang

    merupakan sikuen DNA mikobakteria yang selalu ada (conserved)

    sebagai DNA target, kelompok II merupakan sikuen DNA yang

    menyandi antigen protein, sedangkan kelompok III adalah sikuen

    DNA ulangan seperti elemen sisipan.

    Gen pab dan gen groEL masing masing menyandi protein

    berikatan posfat misalnya protein 38 kDa dan protein kejut panas

    (heat shock protein) seperti protein 65 kDa, gen katG menyandi

    katalase-peroksidase dan gen 16SrRNA (rrs) menyandi protein

    ribosomal S12 sedangkan gen rpoB menyandi RNA polimerase.

    Sikuen sisipan DNA (IS) adalah elemen genetik yang mobile.

    Lebih dari 16 IS ada dalam mikobakteria antara lain IS6110,

    IS1081 dan elemen seperti IS (IS-like element). Deteksi gen

    tersebut dapat dilakukan dengan teknik PCR dan RFLP.

    D. PATOGENESIS

    1. Tuberculosis primerKuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas

    akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk

    suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau

    afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian

    mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    32/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 32

    Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran

    getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan

    tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di

    hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama

    dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks

    primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu

    nasib sebagai berikut :

    1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama

    sekali (restitution ad integrum)

    2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas

    (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang

    perkapuran di hilus)

    3. Menyebar dengan cara :

    a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya

    Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu

    suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya

    bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang

    membesar sehingga menimbulkan obstruksi

    pada saluran napas bersangkutan, dengan

    akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan

    menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat

    ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan

    peradangan pada lobus yang atelektasis

    tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.

    b. Penyebaran secara bronkogen, baik di parubersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau

    tertelan

    c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen.

    Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan

    tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang

    yang ditimbulkan dapat sembuh secara

    spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    33/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 33

    imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan

    menimbulkan keadaan cukup gawat seperti

    tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,

    typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga

    dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat

    tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak

    ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi

    dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :

    - Sembuh dengan meninggalkan sekuele

    (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak

    setelah mendapat ensefalomeningitis,

    tuberkuloma ) atau

    - Meninggal. Semua kejadian diatas adalah

    perjalanan tuberkulosis primer.

    2. Tuberculosis post primerTuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun

    kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi

    pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer

    mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu

    tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,

    tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk

    tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah

    kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber

    penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang

    dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobussuperior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya

    berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni

    ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :

    1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa

    meninggalkan cacat

    2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi

    proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    34/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 34

    fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan

    akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang

    tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan

    membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti

    bila jaringan keju dibatukkan keluar.

    3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan

    keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul

    dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti

    awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya

    akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti

    tersebut akan menjadi:

    - meluas kembali dan menimbulkan sarang

    pneumoni baru. Sarang pneumoni ini akan

    mengikuti pola perjalanan seperti yang

    disebutkan di atas

    - memadat dan membungkus diri (enkapsulasi),

    dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat

    mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin

    pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi

    kaviti lagi

    - bersih dan menyembuh yang disebut open

    healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan

    membungkus diri dan akhirnya mengecil.

    Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang

    terbungkus dan menciut sehingga kelihatanseperti bintang (stellate shaped).

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    35/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 35

    E. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS

    Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

    paru, tidak termasuk pleura.

    1. Berdasarkan pemeriksaan dahak BTA

    TB paru terbagi atas :

    a. Tuberculosis BTA (+)

    - Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

    menunjukkan hasil BTA positif

    - Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak

    menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi

    menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak

    menunjukkan BTA positif dan biakan positif

    b. Tuberculosis BTA (-)

    - Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA

    negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi

    menunjukkan tuberkulosis aktif

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    36/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 36

    - Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA

    negatif dan biakan M. tuberculosis

    2. Berdasarkan tipe pasien

    Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

    sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :

    Kasus baru

    Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan

    dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang

    dari satu bulan.

    Kasus kambuh (relaps)

    Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah

    mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan

    sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali

    lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

    positif atau biakan positif.

    Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran

    radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat

    gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa

    kemungkinan :

    - Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis,

    jamur, keganasan dll)

    - TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter

    spesialis yang berkompeten menangani kasus

    tuberkulosis

    Kasus defaulted atau drop outAdalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1

    bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut

    atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

    Kasus gagal

    Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau

    kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu

    bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    37/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 37

    Kasus kronik

    Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih

    positif setelah selesai pengobatan ulang dengan

    pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik

    Kasus bekas TB

    - Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif

    bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan

    lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial

    menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat

    pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

    - Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan

    dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta

    pada foto toraks ulang tidak ada perubahan

    gambaran radiologi

    F. DIAGNOSIS

    1. Gambaran Klinis

    Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala

    klinis, pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi,

    radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya

    Gejala klinik

    Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan,

    yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena

    adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala

    lokal sesuai organ yang terlibat)a. Gejala respiratorik

    -

    - batuk darah

    - sesak napas

    - nyeri dada

    Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak

    ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    38/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 38

    luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical

    check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses

    penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk.

    Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan

    selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke

    luar.

    b. Gejala sistemik

    - Demam

    - gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam,

    anoreksia dan berat badan menurun

    c. Tb ekstra paru

    Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang

    terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan

    terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari

    kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan

    terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis

    tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri

    dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

    Pemeriksaan jasmani

    Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai

    tergantung dari organ yang terlibat.

    Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas

    kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan

    penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukankelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus

    superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan

    S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan

    jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,

    amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda

    penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    39/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 39

    Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis

    tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi

    ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah

    sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

    Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar

    getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan

    metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran

    kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess

    Gambar 3. Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior

    2. Pemeriksaan penunjang

    1. Pemeriksaan bakteriologik

    a) Bahan pemeriksasan

    Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman

    tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting

    dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk

    pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari

    dahak, cairan pleura,liquor cerebrospinal, bilasan

    bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar

    (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan

    jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

    b) Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

    Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    40/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 40

    - Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

    - Pagi ( keesokan harinya )

    - Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak

    pagi)

    atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.

    Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan

    dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut

    lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup

    berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila

    ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan

    apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke

    laboratorium.

    Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan

    apus kering di gelas objek, atau untuk kepentingan

    biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl

    0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.

    Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas

    objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang

    akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah

    tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir

    permohonan pemeriksaan laboratorium.

    Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari

    klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak

    dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.

    Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengankertas saring:

    - Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat

    empat agar terlihat bagian tengahnya

    - Dahak yang representatif diambil dengan lidi,

    diletakkan di bagian tengah dari kertas saring

    sebanyak + 1 ml

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    41/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 41

    - Kertas saring dilipat kembali dan digantung

    dengan melubangi pada satu ujung yang tidak

    mengandung bahan dahak

    - Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu

    kamar di tempat yang aman, misal di dalam dus

    - Bahan dahak dalam kertas saring yang kering

    dimasukkan dalam kantong plastik kecil

    - Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap

    udara) dengan melidahapikan sisi kantong yang

    terbuka dengan menggunakan lidi

    - Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien

    dan tanggal pengambilan dahak

    - Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim

    melalui jasa pos ke alamat laboratorium.

    c) Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.

    Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan

    bahan lain (cairan pleura, liquor cerebrospinal,

    bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan

    bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan

    biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara

    - Mikroskopik

    - Biakan

    Pemeriksaan mikroskopik:

    Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-

    NielsenMikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-

    rhodamin (khususnya untuk screening)

    lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali

    pemeriksaan ialah bila :

    3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif

    BTA positif

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    42/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 42

    1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali,

    kemudian

    bila 1 kali positif, 2 kali negatif BTA positif

    bila 3 kali negatif BTA negatif

    Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan

    skala IUATLD (rekomendasi WHO).

    Skala IUATLD (International Union Against

    Tuberculosis and Lung Disease) :

    - Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang

    pandang, disebut negatif

    - Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang

    pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan

    - Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang

    pandang disebut + (1+)

    - Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang,

    disebut ++ (2+)

    - Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang,

    disebut +++ (3+)

    Pemeriksaan biakan kuman:

    Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode

    konvensional ialah dengan cara :

    - Egg base media: Lowenstein-Jensen

    (dianjurkan), Ogawa, Kudoh

    - Agar base media : Middle brook

    Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkandiagnosis pasti, dan dapat mendeteksi

    Mycobacterium tuberculosis dan juga

    Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT).

    Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa

    cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan,

    menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    43/66

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    44/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 44

    - Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari

    satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2

    depan (volume paru yang terletak di ataschondrostemal

    junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari

    vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta

    tidak dijumpai kaviti

    - Lesi luas

    Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

    3. Pemeriksaan Khusus

    Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis

    adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan

    kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam

    perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

    yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara

    lebih cepat.

    1. Pemeriksaan BACTEC

    Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC

    ini adalah metode radiometrik. M tuberculosis

    memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan

    CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini.

    Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan

    biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis

    dan melakukan uji kepekaan (dikutip dari 13)

    Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan

    Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).2. Polymerase chain reaction (PCR):

    Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang

    dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis.

    Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah

    kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah

    cukup banyak dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian

    dalam pelaksanaannya.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    45/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 45

    Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk

    menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut

    dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar

    internasional.

    Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain

    tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil

    tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk

    diagnosis TB

    Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan /

    spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun

    ekstraparu sesuai dengan organ yang terlibat.

    3.Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:

    a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

    Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat

    mendeteksi respons humoral berupa proses antigen-antibodi

    yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain

    adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang

    cukup lama.

    b. ICT

    Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT

    tuberculosis) adalah uji serologi untuk mendeteksi antibodi

    M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji

    diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang

    berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis,

    diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebutdiendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

    immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung

    dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan

    diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru,

    kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen.

    Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

    M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    46/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 46

    antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji

    dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis

    kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada

    membran.

    c. Mycodot

    Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam

    tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen

    lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat

    yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian

    dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam serum

    tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah

    yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan

    timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi

    dengan mudah

    d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

    Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi

    reaksi serologi yang terjadi. Dalam menginterpretasi hasil

    pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati

    hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar

    antibodi yang terdeteksi.

    e. Uji serologi yang baru / IgG TB

    Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan

    cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik

    untuk Mycobacterium tuberculosis.Uji IgG berdasarkanantigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16

    kDa dan kombinasi lainnya akan menberikan tingkat

    sensitiviti dan spesifisiti yang dapat diterima untuk

    diagnosis. Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih

    sering digunakan untuk mendiagnosis TB ekstraparu, tetapi

    tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    47/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 47

    Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai

    pegangan untuk diagnosis.

    4. Pemeriksaan penunjang lain

    1. Analisis Cairan Pleura

    Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta

    cairan pleura perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk

    membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis

    yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta

    positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan

    pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah

    2. Pemeriksaan histopatologi jaringan

    Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk

    membantu menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang

    dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan

    dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :

    Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah

    bening (KGB)

    Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum

    abram, Cope dan Veen Silverman)

    Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB)

    dengan bronkoskopi, trans thoracal needle

    aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).

    Otopsi

    Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan,

    satu sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirimke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan

    yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.

    3. Pemeriksaan darah

    Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan

    indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap

    darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan

    sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    48/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 48

    meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang

    normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun

    kurang spesifik.

    4. Uji tuberkulin

    Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi

    tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens tuberkulosis

    yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik

    penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan

    mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau

    apabila kepositivan dari uji yang didapat besar sekali. Pada

    malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan

    hasil negatif.

    Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa

    G. PENGOBATAN

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    49/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 49

    Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif

    (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang

    digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.

    1. Obat anti tuberculosis

    Obat yang dipakai:

    1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

    INH

    Rifampisin

    Pirazinamid

    Streptomisin

    Etambutol

    2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

    Kanamisin

    Amikasin

    Kuinolon

    Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin +

    asam klavulanat

    Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :

    o Kapreomisin

    o Sikloserino

    o PAS (dulu tersedia)

    o Derivat rifampisin dan INH

    o Thioamides (ethionamide dan prothionamide)

    Kemasan

    - Obat tunggal,

    Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin,

    pirazinamid dan etambutol.

    - Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination FDC)

    Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet

    Dosis OAT

    Tabel 2. Jenis dan dosis OAT

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    50/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 50

    Ob

    at

    Dosis

    (Mg/K

    g

    BB/Ha

    ri)

    Dosis yg dianjurkan DosisM

    aks

    (mg)

    Dosis (mg) /

    berat badan

    (kg)

    Harian (

    mg/

    kgBB

    / hari)

    Intermitten (mg/Kg/

    BB/kali)

    < 40 40-

    60

    >6

    0

    R 8-12 10 10 600 30045

    0

    60

    0

    H 4-6 5 10 300 15030

    0

    45

    0

    Z 20-30 25 35 75010

    00

    15

    00

    E 15-20 15 30 75010

    00

    15

    00

    S 15-18 15 15 1000

    Sesu

    ai

    BB

    750

    1000

    Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting

    untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant

    tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB

    merupakan prioriti utama WHO. International Union Against Tuberculosis and

    Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan

    obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada

    tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO

    seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:

    1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal

    2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan

    pengobatan yang tidak disengaja

    3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    51/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 51

    benar dan standar

    4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit

    5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat

    penurunan penggunaan monoterapi

    Tabel 3. Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap

    Fase intensif Fase lanjutan

    2 bulan 4 bulan

    BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu

    RHZE

    150/75/400/275

    RHZ

    150/75/400

    RHZ

    150/150/500

    RH

    150/75

    RH

    150/150

    30-

    37

    38-

    54

    55-

    70

    >71

    2

    3

    4

    5

    2

    3

    4

    5

    2

    3

    4

    5

    2

    3

    4

    5

    2

    3

    4

    5

    Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis

    yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih

    termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik.

    Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami

    efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti

    yang mampu menanganinya.

    2. Paduan obat anti tuberkulosis

    Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi: TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas

    Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RHatau

    : 2 RHZE/ 6HEatau2 RHZE / 4R3H3

    Paduan ini dianjurkan untuk

    a. TB paru BTA (+), kasus baru

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    52/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 52

    b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru)

    Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji

    resistensi

    TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal

    Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau

    : 6 RHE atau

    2 RHZE/ 4R3H3

    TB paru kasus kambuh

    Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase

    lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi

    dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.

    TB Paru kasus gagal pengobatan

    Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh

    paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18

    bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan

    pada fase awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan

    hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat

    RHE selama 5 bulan.

    - Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil

    yang optimal

    - Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter spesialis paru

    TB Paru kasus putus berobat

    Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai

    dengan kriteria sebagai berikut :

    a. Berobat > 4 bulan

    1) BTA saat ini negatif

    Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka pengobatan OAT

    dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk

    memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan

    penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan

    paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    53/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 53

    2) BTA saat ini positif

    Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka

    waktu pengobatan yang lebih lama

    b. Berobat < 4bulan

    1) Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat

    yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama

    2) Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif pengobatan

    diteruskan

    Jika memungkinkan seharusnya diperiksa uji resistensi terhadap OAT.

    TB Paru kasus kronik

    - Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan

    RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi

    (minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif) ditambah dengan obat

    lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18 bulan.

    - Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup

    - Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan

    penyembuhan

    - Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru

    Tabel 4. Ringkasan paduan obat

    Kategori Kasus Paduan obat

    yang diajurkan

    Keterangan

    I - TB paru

    BTA +,

    BTA - , lesi

    luas

    2 RHZE / 4

    RH atau

    2 RHZE / 6 HE

    *2RHZE /

    4R3H3

    II - Kambuh

    - Gagal

    pengobatan

    -RHZES /

    1RHZE / sesuai

    hasil uji

    resistensi atau

    2RHZES /

    1RHZE / 5 RHE

    -3-6 kanamisin,

    ofloksasin,

    etionamid,

    Bila

    streptomisin

    alergi, dapat

    diganti

    kanamisin

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    54/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 54

    sikloserin / 15-18

    ofloksasin,

    etionamid,

    sikloserin atau

    2RHZES /1RHZE / 5RHE

    II - TB paru

    putus

    berobat

    Sesuai lama

    pengobatan

    sebelumnya,

    lama berhenti

    minum obat dan

    keadaan klinis,

    bakteriologi dan

    radiologi saat ini

    (lihat uraiannya)

    atau

    *2RHZES /

    1RHZE /

    5R3H3E3

    III -TB paru

    BTA neg.

    lesi minimal

    2 RHZE / 4

    RH atau

    6 RHE atau

    *2RHZE /4

    R3H3

    IV - Kronik RHZES / sesuai

    hasil ujiresistensi

    (minimal OAT

    yang sensitif) +

    obat lini 2

    (pengobatan

    minimal 18

    bulan)

    IV - MDR TB Sesuai uji

    resistensi + OAT

    lini 2 atau H

    seumur hidupCatatan : * Obat yang disediakan oleh Program Nasional TB

    3. PNEMONIA PADA ANAKA. DEFINISI

    Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory

    tract (LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007).

    Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa

    bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    55/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 55

    utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia

    maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur,

    walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua dan

    penderita penyakit kronis (Elin, 2008).

    B. EPIDEMIOLOGI

    Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu

    di rawat dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU.

    Insidensi paling tinggi pada pasien yang sangat muda dan usia lanjut.

    Mortalitas: 5-12% pada pasien yang dirawat di rumah sakit; 25-50%

    pada pasien ICU (Jeremy, 2007). Di United States, insidensi untuk

    penyakit ini mencapai 12 kasus tiap 1.000 orang dewasa. Kematian

    untuk pasien rawat jalan kurang dari 1%, tetapi kematian pada pasien

    yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 14% (Alberta

    Medical Association, 2002). Di negara berkembang sekitar 10-20%

    pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan angka

    kematian diantara pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40%

    (Sajinadiyasa, 2011). Di Indonesia sendiri, insidensi penyakit ini

    cukup tinggi sekitar 5-35% dengan kematian mencapai 20-50%

    C. ETIOLOGI

    Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme

    yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel 2.1 memuat daftar

    mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan

    pneumonia (Jeremy, 2007).

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    56/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 56

    D. PATOGENESIS

    Dalam keadaan sehat, pada pru tidak akan terjadi pertumbuhan

    mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme

    pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat

    ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan

    lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan

    berakibat timbulnya sakit.

    Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat memlalui

    berbagai cara:

    a. Inhalasi langsung dari udara

    b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

    c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

    d. Penyebaran secara hematogen

    E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    Diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia

    yaitu:

    a. Mekanisme pertahanan paru

    Paru berusaha untuk mengeluarkan berbagai mikroorganisme yang

    terhirup seperti partikel debu dan bahan-bahan lainnya yang

    terkumpul di dalam paru. Beberapa bentuk mekanisme ini antara lain

    bentuk anatomis saluran napas, reflex batuk, sistem mukosilier, juga

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    57/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 57

    sistem fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel tertentu dengan

    memakan partikel-partikel yag mencapai permukaan alveoli. Bila

    fungsi ini berjalan baik, maka bahan infeksi yang bersifat infeksius

    dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan, sehingga pada orang sehat

    tidak akan terjadi infeksi serius.. Infeksi saluran napas berulang terjadi

    akibat berbagai komponen sistem pertahanan paru yang tidak bekerja

    dengan baik.

    2. Kolonisasi bakteri di saluran pernapasan

    Di dalam saluran napas atau cukup banyak bakteri yang bersifat

    komnesal. Bila jumlah mereka semakin meningkat dan mencapai

    suatu konsentrasi yang cukup, kuman ini kemudian masuk ke saluran

    napas bawah dan paru, dan akibat kegagalan mekanisme pembersihan

    saluran napas, keadaan ini bermanifestasi sebagai penyakit.

    Mikroorganisme yang tidak menempel pada permukaan mukosa

    saluran anaps akan ikut dengan sekresi saluran napas dan terbawa

    bersama mekanisme pembersihan, sehingga tidak terjadi kolonisasi.

    3. Pembersihan saluran napas terhadap bahan infeksius

    Saluran napas bawah dan paru berulangkali dimasuki oleh berbagai

    mikroorganisme dari saluran napas atas, akan tetapi tidak

    menimbulkan sakit, ini menunjukkan adanya suatu mekanisme

    pertahanan paru yang efisien sehingga dapat menyapu bersih

    mikroorganisme sebelum mereka bermultiplikasi dan menimbulkan

    penyakit. Pertahanan paru terhadap bahan-bahan berbahaya dan

    infeksius berupa reflex batuk, penyempitan saluran napas, juga

    dibantu oleh respon imunitas humoral

    F. KLASIFIKASI

    i. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired

    pneumonia, CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat

    yaitu terjadinya infeksi di luar lingkungan rumah sakit. Infeksi

    LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di rumah sakit

  • 7/22/2019 Pembahasan LBM 4

    58/66

    SESAK NAFAS

    R E S P I R A S I II Page 58

    pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama >

    14 hari (Jeremy, 2007).

    ii. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial):

    pneumonia yang terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah

    masuk rumah sakit. jenis ini didapat selama penderita dirawat di

    rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir 1% dari penderita yang

    dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam

    perawatannya. Demikian pula h