profil puspo wardoyo pemilik ayam bakar wong solo

Upload: ainun-dita-febriyanti

Post on 11-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    1/9

    Tugas

    TechnopreneurshipProfil Pengusaha Rumah Makan AYAM

    BAKAR WONG SOLO

    Puspo Wardoyo

    Oleh :

    Andrea Yuandiney - 3609 100 002

    Alifiana Hafidian Rizkiyani - 3609 100 012

    Ainun Dita Febriyanti - 3609 100 019

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    2/9

    Profil Pengusaha Sukses

    Puspo Wardoyo, sosok yang cukup menginspirasi dalam

    dunia enterpreneurship. Sosok yang luar biasa ini, selain terkenal

    dengan rumah makannya juga sangat populer lewat Poligamy

    Awards-nya. Baginya, agar orang lain membicarakn dirinya, iaharus menciptakan konflik secara terus-menerus di benak orang,

    salah satunya lewat ajang Poligamy Awards tersebut. Selain itu,

    bagi Puspo sendiri ketika orang membicarakan hal positif atau

    negatif, untuk tahap awal bukanlah masalah. Yang terpenting,

    setiap saat orang membicarakan dirinya. Hal ini dikatakan penting untuk bisnisnya.

    Ketika orang membicarakan Puspo, itu berarti membicarakan Wong Solo, ujar suami

    dari empat wanita ini. Keputusan Puspo untuk berhenti dari PNS ternyata tidak sia-sia.

    Lewat ketekunan dan keuletannya, nama Ayam Bakar Wong Solo sekarang melanglang

    buana bahkan sampai ke antero manca negara (Singapura dan Malaysia). Hal ini terbukti

    dengan adanya lebih dari 40 outlet Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo yang tersebar

    di kota-kota besar di Sumatera, Jawa, dan Bali. Berbicara mengenai filosofi, Puspo

    sebenarnya mempunyai suatu pandangan yang sederhana tetapi maknanya sangat dalam

    bahwa hidup ya bisnis, bisnis ya ibadah, hidup ya ibadah, jadi ketiganya walaupun secara

    istilah berbeda tetapi baginya mempunyai makna sama, tidak bisa dipisahkan satu

    dengan yang lainnya. Ingin sukses seperti Puspo Wardoyo adalah hal yang mudah akan

    tetapi itu semua tergantung dengan pribadi setiap orang. Berbagai rintangan kehidupan

    telah dilalui oleh sosok yang telah merambah bisnis waralaba rumah makan ayam bakar

    ini.

    Sosok Puspo WardoyoPuspo Wardoyo lahir 30 November 1957 di Kota Solo, Jawa Tengah. Puspo

    dibesarkan dari keluarga yang berekonomi pas-pasan. Orang tuanya berprofesi sebagai

    pedagang daging ayam di pasar pada pagi hari, dan membuka warung makan pada siang

    sampai malam hari. Puspo sendiri memiliki 7 saudara. Dari hasil berjualan tersebut, orang

    tua Puspo berhasil menyekolahkan 4 anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi, salah

    satunya yakni Puspo. Keinginan orang tuanya untuk bekerja sebagai pegawai negeri

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    3/9

    Profil Pengusaha Sukses

    terkabul. Puspo menjadi salah satu guru bidang studi pendidikan seni di SMU Negeri I

    Blabak Muntilan.

    Menjadi guru SMU awalnya memang senang, mendapat gaji tetap, dapat membeli

    semua kebutuhan yang dibutuhkan pada waktu itu, dan dihormati murid-murid yangmerupakan suatu kebanggan tersendiri bagi Puspo. Mengajar selama tiga tahun bukan

    menambah kecintaannya pada dunia pendidikan. Hati kecilnya mulai gelisah. Ia merasa

    bahwa pekerjaan tersebut tidak cocok dengan jiwanya. Dengan berbagai pertimbangan

    akhirnya Puspo keluar dari pegawai negeri (PNS). Dua alasan kuat yang membuatnya

    keluar yaitu:

    Puspo kurang berbakat menjalani profesi sebagai guru, tidak bisa mengembangkandiri dan beliau merasa kurang merdeka. semua sudah ada aturan baku, beliau tidak

    bisa menciptakan hal-hal baru, sehingga merasa cara kerjanya kurang optimal..

    Puspo merasakan dari penghasilan (gaji) menjadi PNS tidak dapat mencukupi biayahidup keluarga dan sifatnya statis.

    Karier Dan Bisnis Puspo Wardoyo

    Setelah keluar dari PNS Puspo Wardoyo kembali ke kampung halamannya di Solo.

    Banyak saudara dan teman-temannya bingung melihat beliau pulang kampung dan

    memilih untuk membuka warung ayam goreng kaki lima di Kleco Solo, bahkan tidak

    sedikit yang mengolok-oloknya. Dengan kesabaran dan ketabahan, serta dibantu oleh 2

    orang, Puspo Wardoyo menekuni usaha ini. Sedikit demi sedikit usahanya berkembang.

    Usahanya ini termasuk perintis atau pionir kaki lima lesehan di kota Solo (1986).

    Perkembangan bisnis Puspo Wardoyo dimulai ketika suatu hari datang temannya,

    seorang penjual bakso di Medan (saat itu pulang ke Solo) menyampaikan bahwa prospek

    bisnis rumah makan di Medan sangat bagus. Dengan enteng beliau mengatakan bahwa

    Medan itu tidak jauh, lebih dekat dibandingkan Semarang, perjalanan hanya 3,5 jam saja,

    demikian beliau memotivasi Puspo. Peluang ini akhirnya beliau ambil dengan segala

    resiko. Karena perhitungannya kalau di Solo terus, rasanya sulit untuk berkembang

    dengan pesat, mengingat Solo waktu itu termasuk kota kecil (kurang hetereogen),

    persaingan sangat ketat, karena sudah banyak Rumah Makan Ayam Goreng/Bakar yang

    sudahbesar.

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    4/9

    Profil Pengusaha Sukses

    Akhirnya usaha yang ada diteruskan oleh kawan beliau dan sampai sekarang

    menjadi Rumah Makan yang cukup terkenal di Solo (tetapi perkembangannya tidak

    pesat). Dengan berbekal uang seadanya Puspo berangkat ke Medan. Karena modal tidak

    cukup, maka Puspo berusaha mencari modal di Jakarta. Pada saat itu, Puspo tidakberambisi untuk membuka warung di Jakarta. Beliau mempunyai prinsip harus berhasil

    dahulu di daerah, membangun brand di daerah, baru membuka cabang di Jakarta. Jika

    beliau langsung ke Jakarta, itu sedikit ngeri sebab persaingan usaha di Ibu Kota sangat

    ketat.

    Pada suatu hari, Puspo membaca pengumuman di suatu surat kabar bahwa ada

    lowongan menjadi guru di Perguruan Wahidin Bagan siapi-api. Walaupun harus menjadi

    guru lagi, Puspo bertekad bahwa beliau bekerja mencari modal untuk membiayai

    bakatnya. Akhirnya Puspo mendaftar dan diterima mengajar di perguruan Wahidin

    selama 2 tahun yaitu tahun 1989-1991. Di tempat kerja inilah Puspo mendapatkan istri

    pertamanya, Rini Purwanti, SE (alumnus FE UGM), yang merupakan teman seprofesi.

    Dari hasil kerja selama dua tahun terkumpul uang sebesar Rp 2.400.000,-. Akhirnya

    suami-istri Puspo Wardoyo berangkat ke Medan. Dari uang yang didapatkan, sebagian

    digunakan untuk membeli sepeda motor, sebagian untuk kontrak rumah dan uang

    sebesar Rp 700.000,00 digunakan untuk modal kerja jualan Ayam Bakar Kaki Lima, yaitu

    di Jl. SMA 2 Padang Golf Polonia Medan.

    Puspo memilih untuk berjualan ayam bakar berdasar wasiat yang telah beliau

    terima dari ayahnya, padahal sebelumnya Puspo berjualan ayam goreng. Tiga hari

    sebelum ayahnya meninggal, Ayahnya sempat berpesan agar berjualan ayam bakar

    dengan jaminan dari ayahnya, bahwa kelak beliau akan menjadi sukses. Wasiat dari

    ayahnya tersebut dilaksanakan betul oleh Puspo.

    Walaupun sudah ada pengalaman, awal-awal usahanya tidak langsung

    membuahkan hasil. Saat itu, ayam bakar belum ada di Medan, dan Puspo menjadi pionir

    bagi wirausaha ayam bakar. Puspo hanya menjual nasi dan ayam bakar, tidak ada menu

    lainnya. Setiap harinya hanya bisa menjual 3-4 ekor/hari. Puspo tidak mempunyai

    karyawan, semua dilakukan sendiri. Istrinya pun juga tidak terlibat. Hal ini berjalan sampai

    hampir satu tahun.

    Melihat perkembangan usaha ayam bakar yang kurang bagus, istrinya membujukagar berhenti jualan karena malu dan menganggap pekerjaan ini remeh. Ajakan untuk

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    5/9

    Profil Pengusaha Sukses

    berhenti dari usaha jualan ayam bakar tidak hanya datang dari istrinya, namun juga dari

    mertua Puspo. Mereka memintanya untuk menjadi guru kembali.

    Dalam perjalanan berwirausaha ayam bakar ini, banyak kendala yang sering

    melanda Puspo. Pernah suatu ketika makanan yang sudah dimasak di rumah tumpah dijalan karena jalanan licin sehabis hujan, sehingga terpaksa pulang dan masak lagi. Juga

    sering seharian hujan tidak berhenti, sehingga tidak ada tamu yang datang. Itu semua

    adalah cerita-cerita pahit yang justru membuat cambuk pada Puspo untuk tidak pantang

    menyerah.

    Dengan kesabaran, tekad yang bulat, kerja keras, dan usaha yang ingin selalu maju,

    beliau terus berjualan serta terus meyakinkan istrinya bahwa usaha ini Insya Allah akan

    maju. Perlahan tapi pasti, usahanya sudah mulai tampak kemajuannya. Sadar akan

    perkembangan ini, Puspo mulai mempekerjakan 2 karyawan untuk membantu. Walaupun

    sudah mempunyai karyawan, pekerjaan-pekerjaan utama tetap dikerjakan sendiri,

    terutama menyangkut masakan karena Puspo merasa harus menjaga kualitas (quality

    control).

    Sampai suatu saat kesabarannya diuji, salah satu rumah karyawatinya akan disita

    oleh rentenir karena tidak sanggup membayar. Puspo pada saat itu hanya memiliki uang

    sebesar uang Rp 1.300.000,- di BRI. Setelah bercerita kepada istrinya, kemudian Puspo

    mengambil keputusan untuk membantu karyawannya tersebut, walaupun dengan berat

    hati karena uang tersebut adalah hasilnya berjualan ayam bakar.

    Merasa berterima kasih, karyawati tersebut membawa seorang wartawan yang

    merupakan kawan suaminya. Akhirnya ditulislah sebuah profil Sarjana Buka Ayam Bakar

    Wong Solo di koran Waspada Medan. Ternyata, obrolan dengan wartawan tersebut

    menjadi headline news. Keesokan harinya, ratusan konsumen mendatangi warung Puspo.

    Seratus potong ayam ludes terjual hari itu juga dan terus meningkat hingga 200 potong

    pada hari-hari berikutnya. Omset juga ikut membubung menjadi sekitar Rp 350 ribu/hari.

    Momen ini sekaligus menyadarkan Puspo akan dua hal, yakni : a) Di dalam

    berjualan/berbisnis kita harus melakukan promosi dan publikasi serta membuat sensasi-

    sensasi sehingga nama kita bisa dikenal di masyarakat; b) Sisihkan sebagian uang kita

    atau keuntungan kita untuk orang lain yang membutuhkan.

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    6/9

    Profil Pengusaha Sukses

    RM Ayam Bakar Wong Solo Dipercaya Lembaga Keuangan

    Usaha yang Puspo geluti terus berkembang dan berkembang dan akhirnya

    pertengahan tahun 1993, BNI menawarkan bantuan pinjaman tanpa agunan (bantuan

    pegel kop/pengusaha golongan lemah dan koperasi) sebesar Rp 2 juta tanpa Puspo

    mengajukan permohonan pinjaman sebab memang tidak butuh. Namun, Puspo setuju

    dan menggunakannya untuk memperluas warung sekaligus mengganti kompor

    minyaknya dengan kompor gas yang lebih modern.

    Penambahan fasilitas semakin membuat usaha terus berkembang dan akhirnya

    Puspo menjadi anak emas BNI, berbagai fasilitas ditawarkan dalam rangka

    pengembangan usahanya tersebut.Melihat prospek bisnis yang cukup bagus, pada tahun 1997, lembaga keuangan non

    bank, yaitu PT Sarana Sumut Ventura (PT SSUV), tertarik untuk membiayainya. Gayung

    bersambut, Puspo memang telah mempunyai niat untuk mengembangkan RM Ayam

    Bakar Wong Solo go nasional. Bersama PT SSUV, RM Wong Solo mulai mengawali

    program go nasionalnya dengan membuka gerainya di Sumatera (Medan, Pekanbaru),

    Jawa (Surabaya, Solo, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, dan Malang). Sedangkan Bali

    bekerjasama dengan PT Sarana Bali Ventura (PT SBV).

    Memasuki tahun 2002, RM Wong Solo mulai memasuki Ibu kota Jakarta. Kepung

    Jakarta, menjadi tekad bulat untuk mengusai pasar ibu kota (makanan tradisional).

    Beberapa investor perorangan mulai bergabung. Mereka mengadakan patungan dengan

    rekan/kawannya untuk membuka RM Wong Solo di Jakarta (Kalimalang, Bintaro,

    Cibubur, Bogor, Fatmawati, Semanggi Pluit dan seterusnya)

    Melihat perkembangan outlet-outlet di Jakarta yang cukup menjanjikan, lembaga

    keuangan PT. Permodalan Nasional Madani Venture Capital, Bank BNI Syariah, Bank

    Muamalat tertarik untuk membiayai pengembangan RM Wong Solo dalam rangka go

    nasional dan internasional.

    Goleko Jeneng Disik, Lagi Jenang

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    7/9

    Profil Pengusaha Sukses

    Dalam mengembangkan usaha ayam bakarnya, Puspo berpedoman pada pepatah

    Jawa yakni, goleko jeneng disik, lagi jenang. Jeneng artinya nama, sedangkan jenang

    (pulut/ketan) artinya uang atau keuntungan atau hasil. Jadi, apabila kita ingin sukses

    janganlah tergesa-gesa untuk menikmati hasilnya tapi lebih pada bangunlah nama/brand/merk terlebih dahulu. Kalau nama /brand /merk kita sudah kuat maka jenang/uang/hasil

    akan mengikuti kita.

    Bisnis rumah makan merupakan bisnis jasa, disamping kualitas makanan (cita rasa

    harus enak), beda dengan lainnya (diferensiasi), ada hal-hal penting yang harus

    diperhatikan yaitu, pelayanan, dan value (nilai). Nama/brand sangat terkait dengan value.

    Value bisa di tafsirkan sebagai gengsi.

    Awalnya, tamu-tamu Puspo malu menyebut mereka makan di Wong Solo, tetapi

    sekarang banyak tamu bangga kalau mereka makan di Wong Solo. Kasus ini benar-benar

    terjadi, dan ini berkaitan dengan gengsi tadi. Untuk membangun brand/nama (image

    building) kita harus berani mengeluarkan biaya yang jumlahnya tidak kecil. Kasus seperti

    rumah makan yang konsumennya sifatnya masal (banyak) peran brand ini sangat besar,

    sehingga brand harus dibangun dan dijaga terus menerus.

    Puspo selalu membuat suasana rumah makannya selalu tampak baru. Dengan

    pengecatan, renovasi di sana-sini, penambahan ornamen-ornamen sehingga tamu kalau

    datang akan senang. Orang lain kadang melihat hal ini adalah pemborosan, atau mutlak

    sebagai cost (biaya), tetapi Puspo melihat ini adalah investasi yang nantinya akan sangat

    mempengaruhi masa depan rumah makannya. Ini salah satu cara Puspo menjaga gengsi

    tadi dan juga membangun image.

    Puspo selalu berusaha bagaimana membuat tamunya betah dan mau kembali lagi.

    Puspo selalu menempatkan diri sebagai abdi/pelayan di hadapan tamu. Puspo

    memperlakukan pelanggan-pelanggannya seperti saudara, dia selalu berusaha untuk

    mengetahui nama-nama mereka sehingga hubungan dengan pelanggan terasa akrab,

    Puspo selalu berusaha mengetahui nama-nama pelanggan dengan cara pura-pura ada

    yang mencari walaupun salah, untuk kesempatan tanya nama, selanjutnya dia selalu

    menegur dan menyapa dengan nama agar merasa bangga diantara teman-teman

    tamunya.

    Puspo juga selalu bertanya apa keluhan para tamunya selama ini. Masukan-masukan pelanggan juga dia perhatikan untuk terus memperbaiki pelayanan. Banyak

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    8/9

    Profil Pengusaha Sukses

    tamu Puspo yang datang di samping makan tentunya, juga untuk bersilaturahmi

    dengannya. Lucunya, setelah makan pelanggannya mengucapkan terima kasih. Bahkan

    kalau pelanggannya lama (1 minggu) tidak datang, mereka minta maaf dan dengan

    berbagai alasan seperti keluar kota, sedang sibuk, atau alasan lainnya. Dan 75% lebihpelanggan-pelanggan Puspo masih setia datang di outlet Wong Solo dimanapun berada

    sampai sekarang.

    Sedikit-demi sedikit jumlah menu Puspo tambah sehingga lebih bervariasi sehingga

    tamu mempunyai banyak pilihan. Satu cacatan penting, sebelum menu ini ditampilkan

    Puspo selalu melakukan uji coba berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang benar-benar

    cocok, baru menu itu ditampilkan, sehingga dia sangat hati-hati dalam hal ini. Untuk

    penampilan karyawan sedikit demi sedikit juga diperbaiki, yang sebelumnya tidak pakai

    seragam, sekarang memakai seragam sehingga penampilan lebih bagus. Semua usaha-

    usaha di atas ujung-ujungnya adalah membangun image (citra).

    Di samping usaha-usaha yang sifatnya internal, Puspo juga melakukan promosi

    secara tidak langsung/terselubung lewat tulisan-tulisan Puspo di koran seperti profil-

    profil bisnis. Dengan tulisan ini menurutnya lebih bagus, artinya lebih masuk ke dalam

    pikiran konsumen daripada harus menawarkan diri secara vulgar misal, Datanglah ke

    Rumah Makan Saya, Yang Enak, Murah, Kualitas Bagus.

    Selain itu, Puspo menanamkan prinsip bahwa pembeli akan selalu kangen pada

    Rumah Makan Wong Solo. Beliau mau memberi kesan kepada masyarakat bahwa menu-

    menu Wong Solo adalah menu spesial. Salah satu caranya membuka cabang dengan

    sistem keterwakilan wilayah. Artinya, dalam satu kota, hanya terdapat satu saja lokasi

    Rumah Makan Wong Solo. Jumlah cabang maksimal hanya dua. Itu pun hanya saya

    lakukan di kota yang benar-benar kelebihan pengunjung, seperti Medan, Banda Aceh,

    Banjarmasin, dan Bali. Sebab, jumlah pembeli di kota tersebut membludak dan tidak

    terlayani lagi.

    Perkembangan RM Ayam Bakar Wong Solo

    Rumah Makan Wong Solo saat ini berkembang menjadi puluhan outlet. Cabang-

    cabangnya ada di Medan, Banda Aceh, Padang, Banjarmasin, Solo, Bali, Pekanbaru,

    Surabaya. Semarang, Malang, Yogyakarta, Kebon Jeruk, Kalimalang, Bintaro, Muntilan,

  • 7/23/2019 Profil Puspo Wardoyo Pemilik Ayam Bakar Wong Solo

    9/9

    Profil Pengusaha Sukses

    Cibubur, Bogor, dan Bandung. Selain di Indonesia, Wong Solo membuka enam cabang di

    Malaysia dan satu cabang di Singapura. Negara-negara tersebut, selera makannya tak

    jauh berbeda dengan Indonesia.

    Dulu, orang hanya mengenal nama Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo. Kini,Puspo memiliki banyak nama rumah makan dengan ciri khas berbeda satu sama lainnya.

    Grup Wong Solo kini memiliki Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo, Rumah Makan

    Ayam Penyet Surabaya, Rumah Makan Iga Bakar Mas Giri, Mie Jogja Pak Karso, Mie

    Kocok Mang Uci, Mie Ayam Jamur Medan, Mie Ayam KQ5, dan Steak KQ5.

    Seluruh merk usaha itu tersebar lebih dari 99 gerai di Indonesia. Beberapa di antaranya

    gerai skala besar, seperti Rumah Makan Penyet Surabaya (16 gerai), dan Iga Bakar Mas

    Giri (12 gerai). Dalam satu gerai (cabang), setidaknya ada 35 orang pegawai.

    Puspo Wardoyo Pandai Mem-brand-kan Produk

    Hasil evaluasinya saat ini menunjukkan, nama Puspo Wardoyo sudah dikenal

    banyak orang. Adapun dari sisi bisnis, ia merasa relatif berhasil. Saat ini sejumlah rumah

    makan di berbagai kota besar dimilikinya. Sejumlah proposal kerjasama juga terus

    mengalir ke mejanya. Namun, kalau dibandingkan dengan rumah makannya, ia mengakui

    namanya cenderung lebih popular ketimbang Wong Solo. Itulah sebabnya, agar

    seimbang, kini ia mengupayakan agar nama rumah makannya kian dikenal. Karena hal itu,

    beberapa langkah kini digodoknya. Caranya? Membuat sejumlah isu baru! Pertama, isu

    yang berisikan pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih sayang

    dengan keluarga, dan dermawan. Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy

    Award, untuk meraih simpati, ujarnya terus terang. Berikutnya, fokus pada product

    branding. Sejumlah produk unggulan Wong Solo akan segera diluncurkan.

    Menurutnya, selama ini Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa. Padahal,

    usahanya ini memiliki sejumlah produk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari

    Delangga. Juga, kangkung unggulan yang hidup di air panas dari Cibaya, yang karena

    daya tahannya yang kuat dinamakannya Kangkung Perkasa. Selain itu, ia juga memiliki

    beberapa produk unggulan yang namanya nyerempet-nyerempet poligami, seperti Jus

    Poligami, Jus Dimadu, atau Tumis Cah Poligami. Terlepas dari kontroversi yang ada, suka

    tidak suka, Puspo adalah salah satu pebisnis yang piawai mem-brand-kan dirinya.