tedong bonga
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Tedong Bonga
1/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
18
PERKEMBANGAN KERBAU BELANG (TEDONG BONGA)
DI PUSLIT BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG, JAWA BARAT
DENGAN TEKNOLOGI REPRODUKSI
SYAHRUDDIN SAID danBAHARUDDIN TAPPA
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Jalan Raya Bogor Km 46 Cibinong, Bogor
ABSTRAK
Salah satu diantara plasma nutfah hewani yang perlu dipertahankan eksistensinya adalah kerbau Belang(Bubalus bubalis) sejenis kerbau lumpur dengan warna kulit Belang hitam dan putih. Habitat asli kerbau ini
di Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan sehingga kerbau ini sering juga disebut kerbau Tana Toraja.Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan Kerbau Belang berkembang diluar habitat aslinya.
Sepasang kerbau Belang dipelihara di Kebun Plasma Nutfah Puslit Bioteknologi LIPI di Cibinong. Selamakurung waktu 10 tahun (1997-2007) kerbau Belang di Kebun Plasma Nutfah Cibinong berhasil melahirkananak kerbau Belang dari induk Belang dan tidak Belang dengan teknik inseminasi buatan dan kawin alam.
Anak pertama lahir bule dan letal tahun 1997 ( Belang X Belang), anak ke-2 lahir Belang jantanDesember 2000 ( Belang X Belang), anak ke-3 lahir jantan November 2003 ( Belang X Belang),anak ke-4 lahir Belang jantan Desember 2005 (Belang di IB menggiunakan straw kerbau Belang dari BIBLembang), anak ke-5 lahir Belang hanya dikepala betina Desember 2006 (kerbau hitam di IB dengan straw
kerbau Belang dari LIPI), anak ke-6 betina hitam Oktober 2007(kerbau hitam di IB dengan straw kerbauBelang dari LIPI). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kerbau Belang dapat berkembang di luar
habiatat aslinya dimana sebelumnya dipahami bahwa kerbau Belang hanya dapat berkembang di habitataslinya di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Kerbau Belang dapat dikemnbangbiakkan melalui teknik kawin
alam atau teknik inseminasi buatan.
Kata kunci: Kerbau Belang, kawin alam, inseminasi buatan, Tana Toraja
PENDAHULUAN
Ada dua tipe kerbau yaitu kerbau sungai(river buffalo) dengan 50 pasang kromosom
dan tipe rawa/lumpur (swamp buffalo) dengan48 pasang kromosom. Persilangan denganmengawinkan antara kerbau sungai dengankerbau lumpur telah dilakukan di banyaktempat untuk mendapatkan anak F1 dengankromosom 2n = 48-50 pasang. Populasi kerbau
di Indonesia sekitar 3.0 juta ekor danpopulasinya terus menurun sampai tahun 2005(Statistik Pertanian, 2005, Dalam Situmorangdkk. 2006), Kebanyakan kerbau di Indonesiaadalah tipe kerbau rawa/lumpur (Bubalusbubalis), hanya beberapa ratus ekor kerbau tipe
sungai yang terdapat di Sumatera Utara(SITUMORANG, 2005).
Kerbau memiliki efisiensi reproduksi yangrendah disebabkan karena pubertas terlambat,umur calving pertama tinggi, priode pospartumanestrus panjang, periode inter-calvingpanjang, tanda-tanda berahi kurang jelas dan
angka kebuntingan rendah. Juga, kerbau
mempunyai sedikit primordial follicles dantingginya angka follicular atresia.
Salah satu di antara plasma nutfah hewani
yang perlu dipertahankan eksistensinya adalahkerbau Belang (Bubalus bubalis) sejeniskerbau lumpur dengan warna kulit Belanghitam dan putih (bule). Habitat asli kerbau inidi Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatansehingga kerbau ini sering juga disebut kerbau
Tana Toraja.Dari segi adat kebiasaan masyarakat Tana
Toraja, kerbau Belang mempunyai kedudukanpenting yang erat hubungannya denganupacara adat, terutama sebagai kerbau potongpersembahan kepada Sang Pencipta. Nilai ritus
yang tinggi ada pada kerbau Belang jantansehingga memiliki harga jauh lebih tinggi.Harga kerbau Belang saleko dewasa dapatmencapai Rp 150.000.000. Pada masyarakatTana Toraja pemotongan secara ritual kerbauadalah karena keyakinannya bahwa kehidupandiakhirat merupakan cermin kehidupan di
dunia. Selain itu pemotongan ini merupakanpengabdian seorang anak kepada orang tuanya.
-
7/23/2019 Tedong Bonga
2/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
19
Dengan demikian mereka beranggapansemakin banyak kerbau Belang yang dipotongdan semakin banyak ramai upacara adatberlangsung, semakin baik dan amanlah
kehidupan orang yang meninggal dunia itu dialam akhirat. Semakin bagus kerbau yangdipotong semakin tinggi nilai ritusnya.
Jumlah pemotongan kerbau Belangmencapai 50-60 ekor per tahun, sedangkankelahirannya hanya 10-20 ekor per tahun akan
berdampak semakin terkurasnya populasi danmutu genetik plasma nutfah kerbau Belang(ANONIMOUS, 2004). Keadaan ini akansemakin membuat kerbau Belang terancampunah. Oleh karena itu perlu upaya yang tepat
untuk menyelamatkan kerbau Belang TanaToraja. Menyelamatkan kerbau Belang berarti
menyelamatkan budaya masyarakat TanaToraja. Salah satu upaya yang tepat adalahdengan meningkatkan populasi dan mutugenetik kerbau Belang melalui bioteknologireproduksi.
Bioteknologi memberikan suatu peluang
untuk memperbaiki efisiensi reproduksi padakerbau dan dengan memasukkan materi geneticdapat mempercepat produktivitas kerbau.Aplikasi bioteknologi yang paling penting padakerbau adalah menghasilkan pejantan unggul
untuk tujuan IB.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tahun 1997sampai 2007 di Kebun Plasma Nutfah, PusatPenelitian Bioteknologi LIPI Cibinong,Kabupaten Bogor.
Ternak
Sepasang kerbau Belang dewasa didatangkan dari habitat aslinya di Tana Toraja
Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1997.Dipeliharan dengan pemberian pakan standardan dikeluarkan dari kandang setiap hari dari
jam 10 sampai jam 12 untuk merumput danlatihan, dimandikan setiap hari dan diberikantempat untuk berkubang.
Produksi Sperma Beku Kerbau Belang
Media yang digunakan untuk pengencer
spermatozoa dan pembekuan sperma adalahTris-Kuning Telur 20% (TKT) ditambahkangliserol 7% sebagai krioprotektan. Semenditampung dari pejantan kerbau Belangmenggunakan vagina buatan yang bersuhusekitar 40-43oC. Kerbau betina biasa
dimasukkan kedalam kandang jepit sebagaikerbau pemancing. Koleksi sperma
Gambar 1.Koleksi semen pada kerbau Belang
-
7/23/2019 Tedong Bonga
3/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
20
dilaksanakan pada pagi atau sore hari dengansebelumnya kerbau disiram atau dimandikanterlebih dahulu (Gambar 1). Semen yang telahditampung dievaluasi secara makroskopis dan
mikroskopis pada temperatur ruang dandisimpan dalam dan disimpan pada wather bathtemperatur 37C selanjutnya dilakukanevaluasi motiulitas sperma. Evaluasimakroskopis meliputi: volume, warna,konsistensi (kekentalan), derajat keasaman
(pH). Untuk evaluasi mikroskopis meliputi :gerakan massa, konsentrasi, motilitas, danabnormalitas.
Semen yang memenuhi syarat meliputi:
gerakan massa ++ atau +++, konsentrasi 1000
juta/ml, motilitas
70%, dan abnormalitas
-
7/23/2019 Tedong Bonga
4/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
21
Tabel 1. Karakteristik semen kerbau Belang
Parameter yang diamati Rataan
Volume (ml) 1,06 0,5
Warna Putih susu krem
Konsistensi Encer kental
pH 7,2 0,6
Motilitas (%) 74,5 4,97
Gerakan Massa ++(+)
Konsentrasi (x 106) 1709.8 823.5
Sel sperma hidup (%) 90,94 4,02
Abnormalitas sperma (%) 11,31 2,39
Membran plasma utuh
/MPU (%)78,17 7,16
Sumber: Puslit Bioteknologi LIPI
3.105 x 106/ ml dan rata-rata 1709.8 823.5 x
106/ml; persentase sel hidup sperma berkisar
antara 86.45 sampai 94.8% dengan rata-rata90.94 4.02%; persentase abnormal spermasegar kerbau Belang 6.67 sampai 14.2% atau
rata-rata 11.31 2.39% dan persetasemembran plasma utuh (MPU) antara 69.94
sampai 88.23% atau rata-rata 78.177.16%.Hasil ini menunjukkan kisaran yang samadengan semen segar kerbau Belang di Sulawesi
Selatan yang ditampung dengan metoda vaginabuatan, seperti yang dilaporkan BATOSAMMA(1985) yaitu; volume berkisar antara 0.3
sampai 3.8 ml dengan rata-rata 1,7 0,8 ml;warna krem dan putih susu yang menunjukkansemen normal dan sehat; konsistensi antaraagak kental (sedang) dan kental; pH antara 6,9sampai 7,2 dengan rata-rata 7,0 0,1; motilitasrata-rata 74 4.8%; gerakan massa positif dua
setengah (++/+); konsentrasi berkisar antara200 sampai 2.500 x 10
6/ml atau rata-rata 1200
0,5 x 106/ml; abnormalitas sperma berkisar
antara 10 sampai 20% atau rata-rata 15,06 4,93. TOELIHERE (1975) melaporkan bahwakerbau Belang di Tana Toraja, Sulawesi
Selatan mempunyai kualitas: volume semen peejakulat rata-rata 2 ml; berwarna krem, kremkeputihan dan putih; pH dengan kertas lakmusmenunjukkan agak ke basa; gerakan massasperma antara + sampai +++; konsentrasi
sperma berkisar antara 600 sampai 1000 juta,rata-rata 800 juta sel per ml semen danpersentase sperma hidup 48 sampai 80%. Darihasil penelitian kualitas semen segar kerbau
Belang yang lahir dan tumbuh sampai dewasakelamin di luar habitat Tana Toraja tetapmempunyai kualitas yang normal dan tingkatkesuburan yang tinggi.
Tabel 2. Kualitas semen beku kerbau Belang hasilthawing
Parameter yang diamati Hasil
Motilitas (%) 43,33 2,58
Sel sperma hidup (%) 86,72 4,54
Abnormalitas sperma
(%)
12,175 1,12
Membran plasma
utuh/MPU (%)62,72 2,02
Hasil thawing semen beku kerbau Belangpada Tabel 2 menunjukkan bahwa motilitas43,33 2,58%, sel sperma hidup 86,72 4,54%,abnormalitas sperma 12,175 1,12%dan MPU 62,72 2,02%. Hasil motilitas
pascathawing ini lebih rendah dari hasil
penelitian BATOSAMMA(1985) yaitu antara 40
sampai 60% dengan rata-rata 50 6,5%.HARDIS (1988) melaporkan hasil thawing
semen beku kerbau Lumpur dengan equilibrasi4 jam dan pencampuran gliserol satu tahapsebelum dibekukan adalah motilitas
47,504,18%; semen hidup 61,673,35% danMPU 51,673,64%. Hasil penelitian inimenyatakan motilitas 51,35,5% dan MPU43,83,2%. Perbedaan antara hasil-hasilpenelitian di atas relatif kecil dan masihmenunjukkan kisaran kualitas semen beku
yang dapat digunakan untuk IB.Bioteknologi reproduksi adalah penerapan
konsep-konsep teoritis ilmu reproduksimemakai teknik-teknik tertentu untukmeningkatkan efisiensi proses reproduksi(ternak) dalam upaya memenuhi kebutuhan
manusia sehari-hari (daging, susu, dansebagainya). Bioteknologi reproduksi adalah
pemakaian data dan teknik rekayasa untukmempelajari dan mencari solusi terhadapberbagai masalah reproduksi pada mahlukhidup.
-
7/23/2019 Tedong Bonga
5/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
22
Tabel 3. Perkembangan Kelahiran Kerbau Belang di Puslit Bioteknologi LIPI
Tetua Anak
Jantan Betina
Perkawinan
TipeJenis
Kelamin
Keterangan
Belang Belang KA Albino Jantan Letal, 1997
Belang Belang KA Belang Jantan Normal, 2000
Belang Belang KA Belang Jantan Normal, 2003
- Belang IB Belang Jantan
Normal, 2005,
straw BIBLembang
- Hitam IBBelangkepala
BetinaNormal. 2006,
straw LIPI
- Belang IB - - Bunting 6 bulan
Keterangan: KA = Kawin Alam, IB = Inseminasi Buatan
Kelahiran Kerbau Belang di Puslit
Bioteknologi LIPI
Perkembangan kelahiran kerbau Belang diPuslit Bioteknologi LIPI dapat dilihat padaTabel 3.
Dari hasil di atas terlihat bahwa kerbauBelang dapat berkemabang diluar habitat
aslinya di Tana Toraja. Kerbau Belang dapat
melahirkan anak yang Belang, hitam dan
albino. Ketika anak yang lahir albino sifatnyaletal. Selanjutnya bahwa kerbau Belang dapatdilahirkan melalui perkawinan alam dan IB.
Beberapa keturunan kerbau Belang yangberkembang di Cibinong diperlihatkan padagambar berikut ini.
Gambar 2. Anak kerbau Belang lahir dariinduk kerbau Belang
Gambar 3. Anak kerbau Belang lahirdari indukkerbau hitam
-
7/23/2019 Tedong Bonga
6/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
23
Teknologi Inseminasi Buatan
Secara teoritis di dalam ilmu reproduksidinyatakan bahwa testes (sebagai organreproduksi primer) yang pada hewan jantandengan berat sekitar 600 g dapat menghasilkan
9 x 10
6
spermatozoa/g/hari atau sekitar 5,4milyar sepermatozoa per ekor per hari. Secara
teoritis pula dinyatakan bahwa setiap ejakulatpada pejantan sapi unggul menghasilkan rata-rata 10 ml semen dengan konsentrasispermatozoa rata-rata 1200 x 106 sel per mlatau sekitar 10 x 1200 x 10
6 = 12 x 10
9
spermatozoa per ejakulat. Pada perkawinan
secara alamiah, seluruh 12 x 109spermatozoa
tersebut disemprotkan ke dalam saluran
kelamin betina ( di bagian dalam vagina atau dimulut rahim/cervix) pada hanya satu ekorbetina, padahal diperlukan hanya satu
spermatozoon untuk membuahi satu sel telurpada satu sapi betina yang birahi. Ini berartiterjadi suatu inefisiensi yang tinggi dalam
pemanfaatan bibit hewan jantan. Oleh karenaitu diciptakanlah bioteknologi generasipertama, yaitu inseminasi buatan (IB), untukmeningkatkan efisiensi penggunaan bibit
hewan jantan tersebut. Pejantan yang dipakaidalam program pemuliabiakan ternak tentulah
pejantan unggul yang sudah diseleksi dantinggi mutu genetik dan kualitas semennya.
Dengan demikian IB dapat didefinisikan
sebagai suatu teknologi reproduksi (generasipertama) yang dipakai dalam programpemuliabiakan ternak (hewan) denganmemanfaatkan bibit pejantan unggul secaramaksimal dan higienis untuk meningkatkan
produktivitas (jumlah dan kualitas) ternakdalam memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari.
Kerbau Belang dan Budaya Masyarakat
Tana Toraja
Kerbau (Bos bubalus) adalah binatang
paling penting bagi orang Toraja, salah satuetnis yang di Pulau Sulawesi, Indonesia. Bagietnis Toraja, khususnya Toraja Sadan, kerbauadalah binatang yang paling penting dalamkehidupan sosial mereka. Kerbau atau dalam
bahasa setempat tedong atau karembau tidakdapat dipisahkan dari kehidupan sehari-harimasyarakat. Selain sebagai hewan untukmemenuhi kebutuhan hidup sosial, ritualmaupun kepercayaan tradisional, kerbau jugamenjadi alat takaran status sosial, dan alattransaksi. Dari sisi sosial, kerbau merupakan
harta yang bernilai tinggi bagi pemiliknya.Upacara kematian Rambu Solo diadakan
dengan sangat meriah dan mewah layaknyasebuah pesta. Mereka meyakini bahwa dengan
Gambar 4. Anak kerbau Belang yang lahir di Puslit
-
7/23/2019 Tedong Bonga
7/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
24
mengadakan upacara adat ini roh si mati dapatdiiring sampai mencapai Nirwana keabadian.Pada upacara kematian ini penggunaan simbol-simbol sangat berperan penting, salah satunya
adalah penggunaan simbol kerbau sebagaisyarat utama dalam upacara kematian RambuSolo. Rambu Solo adalah upacara kematianuntuk menghormati orang tua yang telah matisebagai pertanda hormat pada si mati atas jasa-jasa semasa hidupnya. Sama seperti adat-adat
daerah lain yang menggunakan simbol sebagaiperlambang atau tanda dalam suatu upacaraadat. Begitu juga masyarakat tanah Torajayang menggunakan simbol kerbau sebagaitanda mereka. Mereka meyakini bahwa kerbau
inilah yang nantinya akan membawa roh simati menuju nirwana alam baka. Kerbau di
keseharian kehidupan masyarakat Torajamerupakan hewan yang sangat tinggimaknanya dan dianggap suci jugamelambangkan tingkat kemakmuran seseorangjika memilikinya karena harga satu ekor kerbaubisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta
rupiah.Kerbau Tana Toraja memiliki ciri fisik
yang khas ketimbang daerah lain, terutamapada warna kulitnya yang Belang menyerupaisapi. Orang Toraja biasa menyebut jenis
kerbau ini Tedong Bonga. Lantaran kulitnyayang aneh, maka kerbau Belang memiliki artipenting dalam setiap ritual pesta kematian atauRambu Solo. Kerbau ini diperlakukan secarakhusus. Semenjak kecil sudah dikebiri olehpemiliknya sehingga dianggap suci sebagaihewan kurban pada upacara Rambu Solo.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkanbahwa:
1.
Kerbau Belang dapat dilahirkan melaluiperkawinan secara alami dan menggunanteknologi reproduksi IB, baikmenggunakan kerbau Belang betina,maupun dengan kerbau lumpur biasa
(kerbau hitam).2. Kerbau Belang dapat berkembang diluar
habitat aslinya di Tana Toraja PropinsiSulawesi Selatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepadakelompok peneliti hewan Pusat PenelitianBioteknologi LIPI dan seluruh pihak yang telah
membantu dan mendukung kegiatan penelitiankerbau Belang di Puslit Bioteknologi LIPI
Cibinong.
DAFTAR PUSTAKA
ANONIMOUS. Laporan Dinas Peternakan Kabupaten
Tana Toraja. 14 September 2004.
BATOSAMMA, J.T. 1985 Penerapan teknologiinseminasi buatan untuk pelestraian
sumberdaya ternak kerbau Belang. Disertasi.Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
FAO, 2004. FAO Rome, Databank
FAO, 2005. FAO Rome Databank
GUNAWAN,M.,E.M.KAIIN.,S.SAID danB.TAPPA.
2006. Evaluasi semen beku kerbau Belang(Bubalus bubalis) di Cibinong. Seminar
Bioteknologi LIPI. Bogor 12-14 April 2006.
HERDIS. 1998. Metode pemberian gliserol dan lama
ekuilibrasi pada proses pembekuan semenkerbau Lumpur. Thesis. Program PascSarjana,
Institut Pertanian Bogor.
MISRA, A.K. 2004. Advances in embryotechnologies in water buffaloes. Proceeding of
the 7th World Buffalo Congress. ManilaPhilippines, 20-23 October, pp. 140-156.
SITUMORANG, P. 2005. Effect the administration of
human chorionic gonadotrophin (hCG)hormone following superovulation in buffalo.J.Ilmu Peternakan dan Veteriner10: 286-292.
SITUMORANG, P., D.A. KUSUMANINGRUM, R.G.
SIANTURI. 2006. Superovulation in buffalo inIndonesia. Resource paper presented in
International Seminar on The ArtificialReproductive Biotechnologies for Buffaloes.
Agustus 28-September 1, 2006. Boro,Indonesia.
STATISTIK PERTANIAN. 2005. DepartemenPertanian R.I
TOELIHERE, M.R. 1975. Physiology of reproductionand artificial insemination of water buffaloes.Dalam: The Asiatic Water Buffaloe, ASPAC
Food and Fertilizer Technology Center.Taipei, Taiwan.
-
7/23/2019 Tedong Bonga
8/8
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008
25
TOELIHERE, M.R. 2006. Pokok-pokok pikirantentang perkembangan bioteknologireproduksi di masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang dalam menunjangpembangunan peternakan di Indonesia.
Seminar Nasional Peranan BioteknologiReproduksi dalam Pembangunan Peternakandi Indonesia. Fakultas Kedokteran Hewan-
IPB, Bogor 8 April 2006.