tedong bonga

Upload: carangki

Post on 17-Feb-2018

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    1/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    18

    PERKEMBANGAN KERBAU BELANG (TEDONG BONGA)

    DI PUSLIT BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG, JAWA BARAT

    DENGAN TEKNOLOGI REPRODUKSI

    SYAHRUDDIN SAID danBAHARUDDIN TAPPA

    Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI

    Jalan Raya Bogor Km 46 Cibinong, Bogor

    ABSTRAK

    Salah satu diantara plasma nutfah hewani yang perlu dipertahankan eksistensinya adalah kerbau Belang(Bubalus bubalis) sejenis kerbau lumpur dengan warna kulit Belang hitam dan putih. Habitat asli kerbau ini

    di Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan sehingga kerbau ini sering juga disebut kerbau Tana Toraja.Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan Kerbau Belang berkembang diluar habitat aslinya.

    Sepasang kerbau Belang dipelihara di Kebun Plasma Nutfah Puslit Bioteknologi LIPI di Cibinong. Selamakurung waktu 10 tahun (1997-2007) kerbau Belang di Kebun Plasma Nutfah Cibinong berhasil melahirkananak kerbau Belang dari induk Belang dan tidak Belang dengan teknik inseminasi buatan dan kawin alam.

    Anak pertama lahir bule dan letal tahun 1997 ( Belang X Belang), anak ke-2 lahir Belang jantanDesember 2000 ( Belang X Belang), anak ke-3 lahir jantan November 2003 ( Belang X Belang),anak ke-4 lahir Belang jantan Desember 2005 (Belang di IB menggiunakan straw kerbau Belang dari BIBLembang), anak ke-5 lahir Belang hanya dikepala betina Desember 2006 (kerbau hitam di IB dengan straw

    kerbau Belang dari LIPI), anak ke-6 betina hitam Oktober 2007(kerbau hitam di IB dengan straw kerbauBelang dari LIPI). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kerbau Belang dapat berkembang di luar

    habiatat aslinya dimana sebelumnya dipahami bahwa kerbau Belang hanya dapat berkembang di habitataslinya di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Kerbau Belang dapat dikemnbangbiakkan melalui teknik kawin

    alam atau teknik inseminasi buatan.

    Kata kunci: Kerbau Belang, kawin alam, inseminasi buatan, Tana Toraja

    PENDAHULUAN

    Ada dua tipe kerbau yaitu kerbau sungai(river buffalo) dengan 50 pasang kromosom

    dan tipe rawa/lumpur (swamp buffalo) dengan48 pasang kromosom. Persilangan denganmengawinkan antara kerbau sungai dengankerbau lumpur telah dilakukan di banyaktempat untuk mendapatkan anak F1 dengankromosom 2n = 48-50 pasang. Populasi kerbau

    di Indonesia sekitar 3.0 juta ekor danpopulasinya terus menurun sampai tahun 2005(Statistik Pertanian, 2005, Dalam Situmorangdkk. 2006), Kebanyakan kerbau di Indonesiaadalah tipe kerbau rawa/lumpur (Bubalusbubalis), hanya beberapa ratus ekor kerbau tipe

    sungai yang terdapat di Sumatera Utara(SITUMORANG, 2005).

    Kerbau memiliki efisiensi reproduksi yangrendah disebabkan karena pubertas terlambat,umur calving pertama tinggi, priode pospartumanestrus panjang, periode inter-calvingpanjang, tanda-tanda berahi kurang jelas dan

    angka kebuntingan rendah. Juga, kerbau

    mempunyai sedikit primordial follicles dantingginya angka follicular atresia.

    Salah satu di antara plasma nutfah hewani

    yang perlu dipertahankan eksistensinya adalahkerbau Belang (Bubalus bubalis) sejeniskerbau lumpur dengan warna kulit Belanghitam dan putih (bule). Habitat asli kerbau inidi Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatansehingga kerbau ini sering juga disebut kerbau

    Tana Toraja.Dari segi adat kebiasaan masyarakat Tana

    Toraja, kerbau Belang mempunyai kedudukanpenting yang erat hubungannya denganupacara adat, terutama sebagai kerbau potongpersembahan kepada Sang Pencipta. Nilai ritus

    yang tinggi ada pada kerbau Belang jantansehingga memiliki harga jauh lebih tinggi.Harga kerbau Belang saleko dewasa dapatmencapai Rp 150.000.000. Pada masyarakatTana Toraja pemotongan secara ritual kerbauadalah karena keyakinannya bahwa kehidupandiakhirat merupakan cermin kehidupan di

    dunia. Selain itu pemotongan ini merupakanpengabdian seorang anak kepada orang tuanya.

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    2/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    19

    Dengan demikian mereka beranggapansemakin banyak kerbau Belang yang dipotongdan semakin banyak ramai upacara adatberlangsung, semakin baik dan amanlah

    kehidupan orang yang meninggal dunia itu dialam akhirat. Semakin bagus kerbau yangdipotong semakin tinggi nilai ritusnya.

    Jumlah pemotongan kerbau Belangmencapai 50-60 ekor per tahun, sedangkankelahirannya hanya 10-20 ekor per tahun akan

    berdampak semakin terkurasnya populasi danmutu genetik plasma nutfah kerbau Belang(ANONIMOUS, 2004). Keadaan ini akansemakin membuat kerbau Belang terancampunah. Oleh karena itu perlu upaya yang tepat

    untuk menyelamatkan kerbau Belang TanaToraja. Menyelamatkan kerbau Belang berarti

    menyelamatkan budaya masyarakat TanaToraja. Salah satu upaya yang tepat adalahdengan meningkatkan populasi dan mutugenetik kerbau Belang melalui bioteknologireproduksi.

    Bioteknologi memberikan suatu peluang

    untuk memperbaiki efisiensi reproduksi padakerbau dan dengan memasukkan materi geneticdapat mempercepat produktivitas kerbau.Aplikasi bioteknologi yang paling penting padakerbau adalah menghasilkan pejantan unggul

    untuk tujuan IB.

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan dari tahun 1997sampai 2007 di Kebun Plasma Nutfah, PusatPenelitian Bioteknologi LIPI Cibinong,Kabupaten Bogor.

    Ternak

    Sepasang kerbau Belang dewasa didatangkan dari habitat aslinya di Tana Toraja

    Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1997.Dipeliharan dengan pemberian pakan standardan dikeluarkan dari kandang setiap hari dari

    jam 10 sampai jam 12 untuk merumput danlatihan, dimandikan setiap hari dan diberikantempat untuk berkubang.

    Produksi Sperma Beku Kerbau Belang

    Media yang digunakan untuk pengencer

    spermatozoa dan pembekuan sperma adalahTris-Kuning Telur 20% (TKT) ditambahkangliserol 7% sebagai krioprotektan. Semenditampung dari pejantan kerbau Belangmenggunakan vagina buatan yang bersuhusekitar 40-43oC. Kerbau betina biasa

    dimasukkan kedalam kandang jepit sebagaikerbau pemancing. Koleksi sperma

    Gambar 1.Koleksi semen pada kerbau Belang

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    3/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    20

    dilaksanakan pada pagi atau sore hari dengansebelumnya kerbau disiram atau dimandikanterlebih dahulu (Gambar 1). Semen yang telahditampung dievaluasi secara makroskopis dan

    mikroskopis pada temperatur ruang dandisimpan dalam dan disimpan pada wather bathtemperatur 37C selanjutnya dilakukanevaluasi motiulitas sperma. Evaluasimakroskopis meliputi: volume, warna,konsistensi (kekentalan), derajat keasaman

    (pH). Untuk evaluasi mikroskopis meliputi :gerakan massa, konsentrasi, motilitas, danabnormalitas.

    Semen yang memenuhi syarat meliputi:

    gerakan massa ++ atau +++, konsentrasi 1000

    juta/ml, motilitas

    70%, dan abnormalitas

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    4/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    21

    Tabel 1. Karakteristik semen kerbau Belang

    Parameter yang diamati Rataan

    Volume (ml) 1,06 0,5

    Warna Putih susu krem

    Konsistensi Encer kental

    pH 7,2 0,6

    Motilitas (%) 74,5 4,97

    Gerakan Massa ++(+)

    Konsentrasi (x 106) 1709.8 823.5

    Sel sperma hidup (%) 90,94 4,02

    Abnormalitas sperma (%) 11,31 2,39

    Membran plasma utuh

    /MPU (%)78,17 7,16

    Sumber: Puslit Bioteknologi LIPI

    3.105 x 106/ ml dan rata-rata 1709.8 823.5 x

    106/ml; persentase sel hidup sperma berkisar

    antara 86.45 sampai 94.8% dengan rata-rata90.94 4.02%; persentase abnormal spermasegar kerbau Belang 6.67 sampai 14.2% atau

    rata-rata 11.31 2.39% dan persetasemembran plasma utuh (MPU) antara 69.94

    sampai 88.23% atau rata-rata 78.177.16%.Hasil ini menunjukkan kisaran yang samadengan semen segar kerbau Belang di Sulawesi

    Selatan yang ditampung dengan metoda vaginabuatan, seperti yang dilaporkan BATOSAMMA(1985) yaitu; volume berkisar antara 0.3

    sampai 3.8 ml dengan rata-rata 1,7 0,8 ml;warna krem dan putih susu yang menunjukkansemen normal dan sehat; konsistensi antaraagak kental (sedang) dan kental; pH antara 6,9sampai 7,2 dengan rata-rata 7,0 0,1; motilitasrata-rata 74 4.8%; gerakan massa positif dua

    setengah (++/+); konsentrasi berkisar antara200 sampai 2.500 x 10

    6/ml atau rata-rata 1200

    0,5 x 106/ml; abnormalitas sperma berkisar

    antara 10 sampai 20% atau rata-rata 15,06 4,93. TOELIHERE (1975) melaporkan bahwakerbau Belang di Tana Toraja, Sulawesi

    Selatan mempunyai kualitas: volume semen peejakulat rata-rata 2 ml; berwarna krem, kremkeputihan dan putih; pH dengan kertas lakmusmenunjukkan agak ke basa; gerakan massasperma antara + sampai +++; konsentrasi

    sperma berkisar antara 600 sampai 1000 juta,rata-rata 800 juta sel per ml semen danpersentase sperma hidup 48 sampai 80%. Darihasil penelitian kualitas semen segar kerbau

    Belang yang lahir dan tumbuh sampai dewasakelamin di luar habitat Tana Toraja tetapmempunyai kualitas yang normal dan tingkatkesuburan yang tinggi.

    Tabel 2. Kualitas semen beku kerbau Belang hasilthawing

    Parameter yang diamati Hasil

    Motilitas (%) 43,33 2,58

    Sel sperma hidup (%) 86,72 4,54

    Abnormalitas sperma

    (%)

    12,175 1,12

    Membran plasma

    utuh/MPU (%)62,72 2,02

    Hasil thawing semen beku kerbau Belangpada Tabel 2 menunjukkan bahwa motilitas43,33 2,58%, sel sperma hidup 86,72 4,54%,abnormalitas sperma 12,175 1,12%dan MPU 62,72 2,02%. Hasil motilitas

    pascathawing ini lebih rendah dari hasil

    penelitian BATOSAMMA(1985) yaitu antara 40

    sampai 60% dengan rata-rata 50 6,5%.HARDIS (1988) melaporkan hasil thawing

    semen beku kerbau Lumpur dengan equilibrasi4 jam dan pencampuran gliserol satu tahapsebelum dibekukan adalah motilitas

    47,504,18%; semen hidup 61,673,35% danMPU 51,673,64%. Hasil penelitian inimenyatakan motilitas 51,35,5% dan MPU43,83,2%. Perbedaan antara hasil-hasilpenelitian di atas relatif kecil dan masihmenunjukkan kisaran kualitas semen beku

    yang dapat digunakan untuk IB.Bioteknologi reproduksi adalah penerapan

    konsep-konsep teoritis ilmu reproduksimemakai teknik-teknik tertentu untukmeningkatkan efisiensi proses reproduksi(ternak) dalam upaya memenuhi kebutuhan

    manusia sehari-hari (daging, susu, dansebagainya). Bioteknologi reproduksi adalah

    pemakaian data dan teknik rekayasa untukmempelajari dan mencari solusi terhadapberbagai masalah reproduksi pada mahlukhidup.

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    5/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    22

    Tabel 3. Perkembangan Kelahiran Kerbau Belang di Puslit Bioteknologi LIPI

    Tetua Anak

    Jantan Betina

    Perkawinan

    TipeJenis

    Kelamin

    Keterangan

    Belang Belang KA Albino Jantan Letal, 1997

    Belang Belang KA Belang Jantan Normal, 2000

    Belang Belang KA Belang Jantan Normal, 2003

    - Belang IB Belang Jantan

    Normal, 2005,

    straw BIBLembang

    - Hitam IBBelangkepala

    BetinaNormal. 2006,

    straw LIPI

    - Belang IB - - Bunting 6 bulan

    Keterangan: KA = Kawin Alam, IB = Inseminasi Buatan

    Kelahiran Kerbau Belang di Puslit

    Bioteknologi LIPI

    Perkembangan kelahiran kerbau Belang diPuslit Bioteknologi LIPI dapat dilihat padaTabel 3.

    Dari hasil di atas terlihat bahwa kerbauBelang dapat berkemabang diluar habitat

    aslinya di Tana Toraja. Kerbau Belang dapat

    melahirkan anak yang Belang, hitam dan

    albino. Ketika anak yang lahir albino sifatnyaletal. Selanjutnya bahwa kerbau Belang dapatdilahirkan melalui perkawinan alam dan IB.

    Beberapa keturunan kerbau Belang yangberkembang di Cibinong diperlihatkan padagambar berikut ini.

    Gambar 2. Anak kerbau Belang lahir dariinduk kerbau Belang

    Gambar 3. Anak kerbau Belang lahirdari indukkerbau hitam

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    6/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    23

    Teknologi Inseminasi Buatan

    Secara teoritis di dalam ilmu reproduksidinyatakan bahwa testes (sebagai organreproduksi primer) yang pada hewan jantandengan berat sekitar 600 g dapat menghasilkan

    9 x 10

    6

    spermatozoa/g/hari atau sekitar 5,4milyar sepermatozoa per ekor per hari. Secara

    teoritis pula dinyatakan bahwa setiap ejakulatpada pejantan sapi unggul menghasilkan rata-rata 10 ml semen dengan konsentrasispermatozoa rata-rata 1200 x 106 sel per mlatau sekitar 10 x 1200 x 10

    6 = 12 x 10

    9

    spermatozoa per ejakulat. Pada perkawinan

    secara alamiah, seluruh 12 x 109spermatozoa

    tersebut disemprotkan ke dalam saluran

    kelamin betina ( di bagian dalam vagina atau dimulut rahim/cervix) pada hanya satu ekorbetina, padahal diperlukan hanya satu

    spermatozoon untuk membuahi satu sel telurpada satu sapi betina yang birahi. Ini berartiterjadi suatu inefisiensi yang tinggi dalam

    pemanfaatan bibit hewan jantan. Oleh karenaitu diciptakanlah bioteknologi generasipertama, yaitu inseminasi buatan (IB), untukmeningkatkan efisiensi penggunaan bibit

    hewan jantan tersebut. Pejantan yang dipakaidalam program pemuliabiakan ternak tentulah

    pejantan unggul yang sudah diseleksi dantinggi mutu genetik dan kualitas semennya.

    Dengan demikian IB dapat didefinisikan

    sebagai suatu teknologi reproduksi (generasipertama) yang dipakai dalam programpemuliabiakan ternak (hewan) denganmemanfaatkan bibit pejantan unggul secaramaksimal dan higienis untuk meningkatkan

    produktivitas (jumlah dan kualitas) ternakdalam memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari.

    Kerbau Belang dan Budaya Masyarakat

    Tana Toraja

    Kerbau (Bos bubalus) adalah binatang

    paling penting bagi orang Toraja, salah satuetnis yang di Pulau Sulawesi, Indonesia. Bagietnis Toraja, khususnya Toraja Sadan, kerbauadalah binatang yang paling penting dalamkehidupan sosial mereka. Kerbau atau dalam

    bahasa setempat tedong atau karembau tidakdapat dipisahkan dari kehidupan sehari-harimasyarakat. Selain sebagai hewan untukmemenuhi kebutuhan hidup sosial, ritualmaupun kepercayaan tradisional, kerbau jugamenjadi alat takaran status sosial, dan alattransaksi. Dari sisi sosial, kerbau merupakan

    harta yang bernilai tinggi bagi pemiliknya.Upacara kematian Rambu Solo diadakan

    dengan sangat meriah dan mewah layaknyasebuah pesta. Mereka meyakini bahwa dengan

    Gambar 4. Anak kerbau Belang yang lahir di Puslit

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    7/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    24

    mengadakan upacara adat ini roh si mati dapatdiiring sampai mencapai Nirwana keabadian.Pada upacara kematian ini penggunaan simbol-simbol sangat berperan penting, salah satunya

    adalah penggunaan simbol kerbau sebagaisyarat utama dalam upacara kematian RambuSolo. Rambu Solo adalah upacara kematianuntuk menghormati orang tua yang telah matisebagai pertanda hormat pada si mati atas jasa-jasa semasa hidupnya. Sama seperti adat-adat

    daerah lain yang menggunakan simbol sebagaiperlambang atau tanda dalam suatu upacaraadat. Begitu juga masyarakat tanah Torajayang menggunakan simbol kerbau sebagaitanda mereka. Mereka meyakini bahwa kerbau

    inilah yang nantinya akan membawa roh simati menuju nirwana alam baka. Kerbau di

    keseharian kehidupan masyarakat Torajamerupakan hewan yang sangat tinggimaknanya dan dianggap suci jugamelambangkan tingkat kemakmuran seseorangjika memilikinya karena harga satu ekor kerbaubisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta

    rupiah.Kerbau Tana Toraja memiliki ciri fisik

    yang khas ketimbang daerah lain, terutamapada warna kulitnya yang Belang menyerupaisapi. Orang Toraja biasa menyebut jenis

    kerbau ini Tedong Bonga. Lantaran kulitnyayang aneh, maka kerbau Belang memiliki artipenting dalam setiap ritual pesta kematian atauRambu Solo. Kerbau ini diperlakukan secarakhusus. Semenjak kecil sudah dikebiri olehpemiliknya sehingga dianggap suci sebagaihewan kurban pada upacara Rambu Solo.

    KESIMPULAN

    Dari penelitian ini dapat disimpulkanbahwa:

    1.

    Kerbau Belang dapat dilahirkan melaluiperkawinan secara alami dan menggunanteknologi reproduksi IB, baikmenggunakan kerbau Belang betina,maupun dengan kerbau lumpur biasa

    (kerbau hitam).2. Kerbau Belang dapat berkembang diluar

    habitat aslinya di Tana Toraja PropinsiSulawesi Selatan.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Terima kasih kami ucapkan kepadakelompok peneliti hewan Pusat PenelitianBioteknologi LIPI dan seluruh pihak yang telah

    membantu dan mendukung kegiatan penelitiankerbau Belang di Puslit Bioteknologi LIPI

    Cibinong.

    DAFTAR PUSTAKA

    ANONIMOUS. Laporan Dinas Peternakan Kabupaten

    Tana Toraja. 14 September 2004.

    BATOSAMMA, J.T. 1985 Penerapan teknologiinseminasi buatan untuk pelestraian

    sumberdaya ternak kerbau Belang. Disertasi.Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

    Bogor.

    FAO, 2004. FAO Rome, Databank

    FAO, 2005. FAO Rome Databank

    GUNAWAN,M.,E.M.KAIIN.,S.SAID danB.TAPPA.

    2006. Evaluasi semen beku kerbau Belang(Bubalus bubalis) di Cibinong. Seminar

    Bioteknologi LIPI. Bogor 12-14 April 2006.

    HERDIS. 1998. Metode pemberian gliserol dan lama

    ekuilibrasi pada proses pembekuan semenkerbau Lumpur. Thesis. Program PascSarjana,

    Institut Pertanian Bogor.

    MISRA, A.K. 2004. Advances in embryotechnologies in water buffaloes. Proceeding of

    the 7th World Buffalo Congress. ManilaPhilippines, 20-23 October, pp. 140-156.

    SITUMORANG, P. 2005. Effect the administration of

    human chorionic gonadotrophin (hCG)hormone following superovulation in buffalo.J.Ilmu Peternakan dan Veteriner10: 286-292.

    SITUMORANG, P., D.A. KUSUMANINGRUM, R.G.

    SIANTURI. 2006. Superovulation in buffalo inIndonesia. Resource paper presented in

    International Seminar on The ArtificialReproductive Biotechnologies for Buffaloes.

    Agustus 28-September 1, 2006. Boro,Indonesia.

    STATISTIK PERTANIAN. 2005. DepartemenPertanian R.I

    TOELIHERE, M.R. 1975. Physiology of reproductionand artificial insemination of water buffaloes.Dalam: The Asiatic Water Buffaloe, ASPAC

    Food and Fertilizer Technology Center.Taipei, Taiwan.

  • 7/23/2019 Tedong Bonga

    8/8

    Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2008

    25

    TOELIHERE, M.R. 2006. Pokok-pokok pikirantentang perkembangan bioteknologireproduksi di masa lalu, masa kini, dan masa

    yang akan datang dalam menunjangpembangunan peternakan di Indonesia.

    Seminar Nasional Peranan BioteknologiReproduksi dalam Pembangunan Peternakandi Indonesia. Fakultas Kedokteran Hewan-

    IPB, Bogor 8 April 2006.