templat tugas akhir s2

Upload: ariska-duti

Post on 10-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    1/49

    FORMULASI PAVI NG BLOCKDARI BERBAGAI BAHANBERBASIS LIMBAH PADAT SPENT BLEACHING EARTH

    SUDRAJAT MUKTI MARDIKO

    F4090104

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    2/49

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    3/49

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul FormulasiPaving blockdari Berbagai Bahan Berbasis Limbah Padat Spent bleaching earth adalah benar

    karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

    bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

    atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

    telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

    akhir skripsi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

    Pertanian Bogor.

    Bogor, Januari 2014

    Sudrajat Mukti MardikoNIM F34090104

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    4/49

    ABSTRAK

    SUDRAJAT MUKTI MARDIKO. F34090104. Formulasi Paving block dari

    Berbagai Bahan Berbasis Limbah Padat Spent bleaching earth. Dibimbing oleh

    ANI SURYANI dan GUSTAN PARI.

    Pemanfaatan Spent bleaching earth (SBE) sebagai bahan substitusi

    pembuatan paving blockmerupakan salah satu alternatif pemanfaatan SBE yang

    dapat diaplikasikan. Penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan Spent

    bleaching earth menjadi bahan substitusi (pengganti) dari pasir dengan

    memvariasikan komposisi dari Spent bleaching earth dan pasir. Proses pembuatan

    paving blockdengan berbagai campuran dan metode pemadatan secara pressing

    dengan tangan (manual). Formulasi campuran terbaik dicari dengan melakukan

    beberapa variasi dalam penggunaan bahan, yaitu pasir dan SBE, serta RSBE.

    Perbandingan persentase antara SBE/RSBE dengan pasir adalah (0% : 100%),

    (20% : 80%), (40% : 60%), (60% : 40%), (80% : 20%), dan (100% : 0%). Pavingblock yang memenuhi kriteria karakteristik mutu yang disyaratkan berdasarkan

    SNI 03-0691-1996 adalah paving blockdengan perlakuan kombinasi jenis bahan

    adalah SBE 0 (spent bleaching earth sebelum proses in situ) dan komposisi a1

    (20% SBE 0 dan 80% pasir). Hal ini dibuktikan dengan nilai kuat tekan 15,34

    MPa (kualitas C), daya serap air 2,66 % (kualitas A), dan tidak cacat pada

    pengujian ketahanan terhadap natrium sulfat.

    Kata kunci: Spent bleaching earth,Paving block, Formulasi

    ABSTRACT

    SUDRAJAT MUKTI MARDIKO. F34090104. Formulation paving block of

    various materials based solid waste spent bleaching earth. Supervised by ANI

    SURYANI and GUSTAN PARI.

    Spent bleaching earth (SBE) is a solid waste produced by CPO bleaching

    and refining processes. Spent bleaching earthapplication as substitution material

    inpaving blockmanufacture is one of alternatives can be used. This study aimed

    to find the best formulation of paving block based on SBE utilization. The making

    of paving block took different kinds of mixtures and the compaction method used

    is by pressing with hand (manuals). Best mixture formulation is chosen by put onvaried aggregate input, such as sand and SBE, and RSBE. Composition ratio

    between SBE/RSBE and sand is (0% : 100%), (20% : 80%), (40% : 60%), (60% :

    40%), (80% : 20%), (100% : 0%). Paving block which satisfies the criteria

    characteristic of the quality of that required based on sni 03-0691-1996 is paving

    block with a combination of the treatment of SBE 0 ( spent before a process in

    bleaching earth there ) and composition 1 ( 20 % SBE 0 and 80 % of the sand ). It

    is proven by the value of strong press 15,34 mpa ( the quality of C class ), the

    quality of absorptiveness water 2,66 % ( the quality of A class ), and no defect in

    the testing of its resistance in sodium sulphate.

    Key word : Spent Bleaching Earth, Paving Block, and Formulation

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    5/49

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    6/49

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Teknologi Pertanian

    padaDepartemen Teknologi Industri Pertanian

    FORMULASI PAVI NG BLOCKDARI BERBAGAI BAHANBERBASIS LIMBAH PADAT SPENT BLEACHING EARTH

    SUDRAJAT MUKTI MARDIKO

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    7/49

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    8/49

    Judul Skripsi :FormulasiPaving blockdari Berbagai Bahan Berbasis Limbah

    Padat Spent Bleaching Earth

    Nama : Sudrajat Mukti Mardiko

    NIM : F34090104

    Disetujui oleh

    Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA

    Pembimbing I

    Prof (R) Dr Gustan Pari, M.Si

    Pembimbing II

    Diketahui oleh

    Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti

    Ketua Departemen

    Tanggal Lulus:

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    9/49

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

    Nya sehingga penyusunan skripsiberjudul FormulasiPaving block dari BerbagaiBahan Berbasis Limbah Padat Spent bleaching earth berhasil diselesaikan.

    Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:

    1. Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA dan Prof (R) Dr Gustan Pari MSi selakuPembimbing Akademik atas perhatian dan bimbingannya selama penelitian

    dan penyelesaian skripsi.

    2. Bapak Mafrudin, bapak Derry, bapak Ahmad dan seluruh laboran departemenTeknologi Industri Pertanian atas bantuan dan bimbingannya selama

    pelaksanaan penelitian.

    3. Asianagri Agungjaya group atas kerjasamanya dalam penelitian serta atasbahan-bahan yang telah diberikan.

    4. Bapak, ibu, kakak, adik, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnyauntuk penulis.

    5. Keluarga besar TIN 46 atas motivasi dan kehangatan kekeluargaan yang takterlupakan.

    6. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Bogor, Januari 2014

    Sudrajat Mukti Mardiko

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    10/49

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL vi

    DAFTAR GAMBAR vi

    DAFTAR LAMPIRAN vi

    PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Perumusan Masalah 1

    Tujuan Penelitian 2

    Manfaat Penelitian 2

    Ruang Lingkup Penelitian 2TINJAUAN PUSTAKA 3

    METODE 5

    Alat dan Bahan 5

    Waktu dan Tempat 5

    Metode Penelitian 6

    HASIL DAN PEMBAHASAN 7

    Karakteristik Bahan 7

    Karakteristik MutuPaving Block 10

    SIMPULAN DAN SARAN 18

    Simpulan 18

    Saran 19

    DAFTAR PUSTAKA 19

    LAMPIRAN 21

    RIWAYAT HIDUP 37

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    11/49

    DAFTAR TABEL

    1 Karakteristik Fisik dan KimiaBleaching Earth 12 Kombinasi perlakuan-perlakuan pada penelitianpaving block 63 Karaktristik SBE 0 74 Karaktristik SBE 1 85 Karaktristik RSBE 96 Karaktristik Pasir 97 Hasil pengukuran dimensipaving block(16 X 4 X 4) cm 118 Nilai kuat tekan (MPa) 129 Hasil pengukuran daya serap airpaving block 1510 Hasil pengukuran ketahananpaving blockterhadap natrium sulfat 17

    DAFTAR GAMBAR

    1 Penampakanpaving blockSBE 0 (a), SBE 1(b), dan RSBE (c) 102 Grafik hubungan antara kuat tekan dengan umur pada paving block

    berbahan SBE 0 13

    3 Grafik hubungan antara kuat tekan dengan umur pada paving blockberbahan SBE 1 13

    4 Grafik hubungan antara kuat tekan dengan umur pada paving blockberbahan RSBE 14

    5 Grafik pengaruh jenis bahan dan komposisi terhadap nilai kuat tekanpaving blockpada umur 28 hari 15

    6

    Grafik hubungan antara komposisi bahan dengan nilai resapan airpaving block 17

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Prosedur analisis karakteristik bahan 212 Prosedur pembuatanpaving block 233 Prosedur pengujian mutupaving block 244 Peralatan yang digunakan dalam penelitian 255 Standar mutu paving block yang disyaratkan oleh Standar Nasional

    Indonesia (SNI) 266 Gambar penampakan paving block berbahan SBE 0, SBE 1, dan RSBE 277 Hasil analisis varian dan uji duncan terhadap pengaruh jenis bahan dan

    komposisi terhadap kuat tekan 28

    8 Hasil analisis varian dan uji duncan jenis bahan dan komposisi terhadapdaya serap air 31

    9 Hasil analisis varian dan uji duncan jenis bahan dan komposisi terhadapketahanan natrium sulfat 34

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    12/49

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    13/49

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Spent bleaching earth merupakan limbah padat proses pemucatan dalam

    pemurnian CPO. Jumlah konsumsi bleaching earth untuk pemucatan CPO di

    Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pengembangan

    industri minyak goreng di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan produksi minyak

    kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 21.958.120 ton,

    23.096.541 ton pada 2011 dan 23.521.071 ton pada 2012 (Direktorat Jenderal

    Perkebunan 2010). Dalam proses pemucatan CPO diperlukan bleaching earth

    dengan kadar antara 0,5% hingga 2% dari massa CPO (Young 1987). Apabila

    Apabila pada tahun 2012 CPO yang dimanfaatkan menjadi minyak goreng sebesar

    23,5 juta ton, maka dalam proses pemurnian CPO diperlukan bleaching earth

    sebesar 470.000 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tiap tahun produksiSBE di Indonesia semakin meningkat.

    Arifin dan Sudrajat (1997) menyatakan bahan dasar yang digunakan untuk

    membuat bleaching earth adalah bentonit. Bentonit sebagai mineral lempung,

    terdiri dari 85 % montmorilonit dengan rumus kimia bentonit adalah (Mg, Ca)

    xAl2O3. ySiO2. n H2O dengan nilai n sekitar 8 dan x,y adalah nilai perbandingan

    antara Al2O3. dan SiO2 Fragmen sisa bentonit umumnya terdiri dari campuran

    kristoballit, feldspar, kalsit, gipsum, kaolinit, plagioklas, illit. (Gillson 1960).

    Secara umum spesifikasi bleaching earthdapat dilihat padaTabel 1.

    Tabel 1. Karakteristik Fisik dan KimiaBleaching Earth

    Karakteristik Fisik

    Bentuk Serbuk (powder)

    Warna Cream keputih-putihan

    Ukuran 65% lolos ayakan 150 mesh dengan 5%

    lolos ayakan 200 mesh

    Bulk density 0,5-0,8 g/ml

    Karakteristik Kimiawi

    Kadar air Maks. 5%

    pHslurry 4-5

    Sumber: Wahyudi (2000)

    Pemanfaatan Spent bleaching earth sebagai bahan substitusi pembuatan

    paving block merupakan salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan. Paving

    block adalah komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen

    Portland atau bahan perekat sejenis, air dan bahan halus dengan atau tanpa bahan

    tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu dari pada beton tersebut. (SK.SNI

    S-04-1989-F,DPU). Penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan Spent

    bleaching earth menjadi bahan substitusi (pengganti) dari pasir dengan

    memvariasikan komposisi dari Spent bleaching earth dan pasir, baik sedikit,

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    14/49

    2

    sebagian ataupun seluruhnya, akan tetapi tidak mengubah komposisi daripada

    bahan-bahan penyusunpaving blockyang ada.

    Saat ini bahan bangunan dengan komposisi semen, air dan pasir sudah

    banyak dikembangkan antara lain paving blok, cone-block, buis beton, penutup

    atap rumah. paving block merupakan bahan bangunan yang dikembangkan daribahan mortar yang diberi perlakuan pada proses pembuatannya seperti dipadatkan

    (cara pressing yang banyak dilakukan), digetarkan, dan atau keduanya. paving

    blockbanyak digunakan untuk trotoar, area bermain/taman, perkerasan kelas jalan

    ringan, serta penutup permukaan.

    Kemudahan dalam pemasangan dan perawatan menjadi pertimbangan

    kenapa paving block banyak disukai. Tetapi banyaknya kebutuhan penggunaan

    paving block untuk berbagai konstruksi pavemen tidak diimbangi dengan

    ketersediaan kualitas paving yang memadai, baik dari sisi kekuatan, umur pakai,

    dan durability pavingitu sendiri. Konstruksipavingblockuntuk permukaan jalan

    banyak yang mengalami retak-retak dan patah, gerusan air yang melewati

    permukaan menyebabkan konstruksipaving block mengalami kerusakan.Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh dari pemberian Spent bleaching

    earth (SBE) sebelum dan setelah melalui proses in situ, serta Spent bleaching

    earth yang sudah diarangkan (RSBE) dengan metode konvensional pada proses

    pembuatan paving block terhadap kuat tekan yang dihasilkan. Material yang

    digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari limbah industri PT. Asianagro

    Agungjaya.

    Perumusan Masalah

    Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bahan apa yang paling baik

    dalam pembuatan paving block berbasis SBE, perbandingan komposisi bahanmana yang terbaik dalam pembuatanpaving blockberbasis SBE,danpaving block

    berbasis SBE yang dibuat dapatkah memenuhi standar mutu SNI.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui formulasi terbaik paving block

    berbasis spent bleaching earthyang memenuhi syarat pada SNI dan mengetahui

    bahan yang terbaik untuk menggantikan pasir dalam komposisi bahan membuat

    paving block.

    Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah pemanfaatan limbah SBE sebagai limbah

    terbuang, menambah nilai ekonomis, dan mendukung pelaksanaan pembangunan

    berdasarzero waste.

    Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini difokuskan pada penentuan formulasi bahan yang paling baik

    dalam menghasilkan paving block berbasis SBE yang berkualitas dengan

    dilakukan pengujian-pengujian untuk melihat kualitas mutu paving block yang

    dihasilkan.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    15/49

    3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Semen

    Semen adalah bahan inti dalam pembuatan beton. Semen memiliki sifatadesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya mineral-mineral menjadi

    suatu massa yang padat (Wang et al. 2000). Semen dapat menjadi keras dengan

    adanya air. Semen semacam ini sering disebut dengan nama semen hidrolis yang

    terdiri dari silikat dan lime yang terbuat dari batu kapur dan tanah liat yang

    dihancurkan, dicampur, dan dibakar di dalam kiln. Nama lain dari semen hidrolis

    adalah portland cementkarena beton yang dihasilkan menyerupai batu portland.

    Kekuatan beton yang dibuat dengan semen portland biasanya dicapai pada umur

    28 hari.

    Fungsi utama semen adalah untuk mengikat butir-butir agregat dan mengisi

    rongga-rongga udara yang ada di dalam agregat. Semen portland dibedakan

    menjadi beberapa macam berdasarkan fungsi tambahannya. Konsistensi normaladalah salah satu jenis sifat atau karakter fisik dari semen portland. Konsistensi

    semen portland lebih banyak pengaruhnya pada pencampuran awal. Konsistensi

    ini bergantung pada perbandingan semen dan air serta aspek-aspek bahan semen

    seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi (Wang etal. 2000).

    Senyawa kimia utama yang ada di dalam semen portland adalah Trikalsium

    Silikat (3CaO.SiO2; disingkat C3S) , Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2 Disingkat

    C2S), Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3; disingkat C3A), dan Tetrakalsium

    Aluminoferrit (4CaO. Al2O3.Fe2O3; disingkat C4AF). C33122; A). C3S dan C2S

    adalah bagian yang paling menentukan sifat dari semen dan menyusun 70 80 %

    dari berat total semen (Mulyono 2005).

    Dalam prosesnya, semen akan mengalami proses hidrasi jika bertemudengan air. Kebutuhan air oleh semen untuk bereaksi adalah 21% 24% dari

    bobot totalnya. Senyawa C3S adalah senyawa yang pertama kali akan bereaksi.

    Reaksi tersebut ditandai dengan adanya panas dan terjadinya pengerasan.

    Senyawa C2S baru akan bereaksi setelah hari ke-7. Senyawa C2S memiliki

    ketahanan terhadap serangan sulfat yang dapat mengurangi kekuatan dari beton

    dan mortar yang dihasilkan. Senyawa C3A bereaksi secara eksotermik dan sangat

    cepat memberikan kekuatan awal pada 24 jam pertama.

    Kebutuhan air untuk senyawa C3A adalah empat puluh persen dari bobotnya.

    Pada semen portland tipe I, jumlah fraksi senyawa C3A tidak lebih dari sepuluh

    persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap kebutuhan air. Semen dengan

    unsur C3A yang lebih dari sepuluh persen akan menjadi tidak tahan terhadap

    serangan sulfat. Senyawa C4AF tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap

    kekerasan semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan

    amat kecil (Mulyono 2005).

    Pada dasarnya, kebutuhan semen akan air untuk proses hidrasi hanyalah

    sekitar 25% dari total bobot semen. Jika air yang digunakan kurang dari 25%

    maka akan terjadi kelecakan dan kemudahan dalam pengerjaan (workability)

    tidak dapat tercapai. Adonan semen yang mudah dikerjakan dapat didefinisikan

    sebagai adonan yang pengadukannya mudah dilakukan dan mudah dituangkan ke

    dalam cetakan untuk dibentuk (Hewes 1949).

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    16/49

    4

    Agregat Halus (Pasir)Agregat memiliki peranan penting dalam pembuatan mortar dan beton.

    Kandungan agregat di dalam mortar atau beton berkisar antara 60%-70% dari total

    bobot beton atau mortar yang dihasilkan. Karena komposisinya yang amat besar,

    maka sifat dari agregat yang dipakai perlu diperhatikan juga karena akanmempengaruhi kualitas beton atau mortar yang dihasilkan (Mulyono 2003).

    Agregat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agregat halus dan agregat kasar.

    Agregat kasar hanya digunakan dalam pembuatan beton, sedangkan agregat halus

    digunakan baik pada pembuatan mortar maupun beton. Agregat halus,

    berdasarkan ASTM, adalah semua jenis agregat yang memiliki ukuran kurang dari

    4.75 mm, sedangkan agregat kasar adalah agregat yang memiliki ukuran lebih dari

    4.75 mm. Agregat halus biasa disebut dengan istilah pasir, sedangkan agregat

    kasar biasa disebut dengan kerikil.

    Kualitas agregat halus ditentukan dari bentuk, porositas, tekstur, dan

    kebersihan agregat tersebut (Mulyono 2003). Bentuk agregat halus yang bulat

    memiliki rongga udara yang lebih sedikit dibandingkan agregat halus denganbentuk lainnya. Semakin sedikit rongga udara yang ada akan membuat beton yang

    dihasilkan semakin kuat. Tekstur permukaan agregat yang halus membutuhkan air

    yang lebih sedikit dalam pengerjaan campuran sehingga kekuatan beton yang

    dihasilkan akan lebih baik. Kebersihan agregat halus juga akan menentukan

    kekuatan beton karena agregat yang bersih akan menghindarkan beton dari

    tercampurnya zat-zat yang dapat merusak beton baik pada saat beton muda

    maupun ketika sudah mengeras.

    AirHampir semua air alami yang dapat diminum tidak mempunyai rasa dan bau

    dapat digunakan sebagai air adukan untuk membuat produk beton. Air yang cocok

    untuk membuat beton belum tentu cocok untuk diminum. Hal yang dihindari

    dalam penggunaan air dalam adukan, seperti air laut sebaiknya tidak digunakan

    sebagai air adukan beton dan air yang teraduk dengan segala jenis minyak tidak

    dapat digunakan untuk adukan beton. Tidak hanya mutu tapi jumlah air sama

    pentingnya untuk menghasilkan produk beton yang baik.

    Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan

    pengaduk antara semen dan agregat. Air harus bebas dari bahan-bahan yang

    bersifat asam, basa, dan minyak. Air yang mengandung tumbuhan busuk harus

    benar-benar dihindari karena dapat mengganggu proses pengikatan semen. Pada

    umumnya air minum yang memenuhi persyaratan sebagai air pencampur betonbisa digunakan, dengan pengecualian pada air minum yang banyak mengandung

    sulfat (Oglesby 1996).

    Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya

    harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di

    Indonesia (PUBI-1982), antara lain:

    1. Air harus bersih.

    2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat

    dilihat secara visual.

    3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram / liter.

    4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton

    (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram /liter. Kandungan

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    17/49

    5

    klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa sulfat tidak lebih dari

    1000 p.p.m. sebagai SO3.

    5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan

    dievaluasi.

    Spent bleaching earthSpent bleaching earth merupakan limbah padat yang dihasilkan dalam

    tahapan proses pemurnian minyak dalam industri minyak nabati (Chanrai et al.

    2004). Spent bleaching earth yang berasal dari pemucatan CPO merupakan

    campuran antara bleaching earth dan senyawa organik yang berasal dari CPO.

    Senyawa organik yang berasal dari CPO sebagian besar merupakan senyawa

    trigliserida (fat) dan komponen organik dalam jumlah relatif kecil adalah

    digliserida, asam lemak bebas, protein, zat warna alami, dan wax. Selain itu dalam

    spent bleaching earth juga masih terkandung komponen asam fosfat. Asam fosfat

    ini berasal dari proses degumming yang terbawa oleh CPO ke unit bleaching

    (Wahyudi 2000).Menurut Wahyudi (2000), apabila merujuk pada Peraturan Pemerintah

    No.18 Tahun 1999 dalam daftar limbah spesifik, kode limbah d-233, jenis industri

    pengolahan lemak hewan/nabati dan derivatnya, makaspent bleaching earth dapat

    dikategorikan sebagai B3. Alasan yang menjadi pertimbangan dalam Peraturan

    Pemerintah tersebut adalah karena mengandung residu minyak dan asam. Limbah

    B3 adalah limbah sisa atau suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya

    beracun yang karena sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara

    langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan

    hidup atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

    manusia serta makhluk hidup yang lain (PP No. 18 Tahun 1999 Pasal 1).

    METODE

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam pembuatan paving antara lain cetakan batako,

    cetakan paving block, ayakan pasir, kotak adukan, sendok semen, sekop, ember.

    Sedangkan bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBE (Spent

    bleaching earth)berasal dari residu proses produksi biodiesel secara in situ, SBE

    sebelum proses in situ, reaktivasi spent bleaching earth (RSBE), Semen Tiga

    Roda, Pasir (agragat halus), dan Air bersih. Peralatan yang digunakan pada

    penelitian dapat dilihat padaLampiran 4.

    Waktu dan Tempat

    Penelitian ini berlangsung dari bulan agustus sampai desember tahun 2013,

    yang dilakukan di 4 tempat yaitu lokasi pengambilan Spent bleaching earthdi PT.

    Asianagro Agungjaya, Laboratorium Teknologi Kimia Departemen Teknologi

    Industri Pertanian sebagai tempat analisis bahan baku, pengayakan, Laboratorium

    Terpadu Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sebagai tempat

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    18/49

    6

    pengarangan Spent bleaching earth dan Laboratorium Uji Kekuatan Bahan

    Departemen Teknik Mesin dan Biosistem sebagai pembuatan paving block,

    pengeringan dan pengujianpaving block.

    Metode Penelitian

    1. Tahap Karakterisasi BahanPada tahap ini perlu diketahui karakteristik bentonit bekas sebelum dan

    setelah dilakukan proses produksi biodiesel secara in situ, serta bentonit setelah

    diarangkan. Analisis yang dilakukan meliputi kadar lemak, analisis ayakan, dan

    berat jenis. Untuk prosedur analisis karakteritik bahan dapat dilihat pada

    Lampiran 1.

    2. Tahap Pengarangan Spent Bl eaching EarthProses pengarangan bleaching earth akan menghasilkan adsorben yang akan

    digunakan untuk bahan campuran pada paving block. Dalam proses reaktivasi,

    dilakukan pemanasan pada suhu 400 C selama 2 jam. Perhitungan waktu lama

    pemanasan dihitung mulai pada saat suhu pada indikator menunjukkan angka

    400oC.

    3. Tahap Pembuatan Paving blockPelaksanaan penelitian dimulai dengan pemeriksaan bahan penyusunpaving

    antara lain : pasir, Spent bleaching earth sebelum proses In situ (SBE 0) dan

    sesudah proses In situ (SBE 1), serta ReaktivasiSpent bleaching earth (RSBE).

    Selanjutnya dilakukan proses pembuatan paving block. Proses pembuatan paving

    block dapat dilihat pada Lampiran 2.Cara menentukan komposisi pencampuranpaving blockberdasarkan volume rasio antara semen dan bahan, yaitu 1 : 4. Misal

    untuk volume semen 100 cm3 (315 gram), maka dibutuhkan sebanyak 400 cm3

    bahan (pasir dan limbah sludge). Jadi volume 400 cm3 dianggap 100% volume,

    (Mulyono dalam Simbolon 2009). Komposisi campuran terbaik dicari dengan

    melakukan beberapa variasi dalam penggunaan bahan yaitu SBE 0 dan SBE 1,

    serta RSBE, seperti padaTabel 2.

    Tabel 2. Kombinasi perlakuan-perlakuan pada penelitianpaving block

    Jenis bahan Komposisi

    20 % (1) 40 % (2) 60 % (3) 80 % (4) 100 % (5)

    SBE 0 (A) A1 A2 A3 A4 A5

    SBE 1 (B) B1 B2 B3 B4 B5

    RSBE (C) C1 C2 C3 C4 C5

    4. Tahap Pengujian Paving blockPada tahap ini dilakukan pengujian-pengujian yang bertujuan untuk

    mengetahui kualitas paving blockyang dihasilkan dari masing-masing formulasi

    sehingga sesuai dengan SNI yang disyaratkan. Pengujian yang dilakukan meliputi

    sifat tampak, ukuran, kuat tekan, penyerapan air, dan ketahanan terhadap natrium

    sulfat. Diagram alir penelitian dapat dilihat padaLampiran 3.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    19/49

    7

    5. Pengolahan dataRancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Rancangan Acak Lengkap 2 Faktor. Faktor yang digunakan yaitu jenis bahan

    dengan 3 taraf dan komposisi bahan dengan 6 taraf. Pengulangan dilakukan

    sebanyak dua kali. Model rancangan percobaannya adalah :

    Yi jk = + Ai +Bj+(AB)i j+ k(ij)

    Keterangan:

    Yijk = hasil pengamatan pada ulangan ke-k, jenis bahan ke-i dan

    variasi komposisi bahan ke-j

    = rata-rata yang sebenarnya

    Ai = pengaruh jenis bahan ke-i (i=1,2,3)

    Bj = pengaruh komposisi bahan ke-j (j=1,2,3,4,5,6)

    (AB)ij = pengaruh interaksi jenis bahan ke-i dan komposisi bahan ke-j

    k(ij) = galat eksperimen

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Karakteristik Bahan

    Spent bleaching earthsebelum proses in situ (SBE 0)SBE 0 yang digunakan sangat berpengaruh terhadap karakteristik mutu

    paving blockyang dihasilkan nantinya. Oleh karena itu sebelum digunakan lebih

    lanjut perlu diketahui karakteristik dari SBE 0 tersebut. Karakteristik SBE sangat

    berpengaruh terhadap tahapan proses pembuatanpaving block. Karakteristik SBE

    0 yang akan di analisis, meliputi kadar air, bobot jenis dan kadar lemak. Hasil

    analisis karakteristik SBE dapat dilihat padaTabel 3.

    Tabel 3. Karaktristik SBE 0

    Karakteristik Mutu Nilai

    Kadar air

    Bobot jenis

    Kadar lemak

    2,2 (%)

    0,74 (gr/cm3)

    22,22 (%bk)

    Dari data hasil percobaan analisis karakteristik SBE 0 yang telah dilakukan

    diperoleh hasil seperti padaTabel 3.Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu

    paving block yang dihasilkan. Kadar air yang terkandung pada SBE dapat

    menyebabkan penurunan kekuatan. Kadar lemak pada percobaan diketahui bahwa

    bahan SBE sebelum proses in situ sebesar 22,22 %. Hasil yang didapatkan ini

    sesuai dengan literatur limbah SBE ini masih mengandung 20-30% minyak nabati

    (Young 1987). Kandungan kadar lemak ini mempunyai pengaruh yang terhadap

    kekompakanpaving block.

    Pada pengujian bobot jenis diperoleh nilai sebesar 0,74 gr/cm3 sehingga

    bahan tersebut dapat digolongkan pada agregat ringan. Menurut Tjokrodimulyo

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    20/49

    8

    (2007), mengatakan bahwa agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenisnya,

    yaitu agregat normal, agregat berat, dan agregat ringan. Agregat ringan

    mempunyai berat jenis kurang dari 2,0.

    Spent bleaching earthsetelah proses in situ(SBE 1)SBE 1 yang digunakan ini berbeda dengan SBE 0. Perbedaannya terletak

    pada proses memperoleh bahan tersebut. Bahan SBE 1 diperoleh dari residu

    proses transesterifikasi dan esterifikasi produksi biodiesel. Dari proses

    transesterifikasi dan esterifikasi pembuatan biodiesel tersebut diharapkan sudah

    mengurangi kandungan minyak yang terdapat dalam SBE 0 karena dalam proses

    produksi pelarut metanol. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok

    yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid

    (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik,

    misalnya eter, benzen, kloroform (Harper 1980). Untuk uji karakteristik bahan

    SBE 1 sama dengan SBE 0 yaitu kadar air, bobot jenis, dan kadar lemak. Hasil

    karakterisitik SBE 1 dapat dilihat padaTabel 4.

    Tabel 4. Karaktristik SBE 1

    Karakteristik Mutu Nilai

    Kadar air

    Berat jenis

    Kadar lemak

    4,52 %

    0,772 (gr/cm3)

    3,97 (%bk)

    Dari data hasil percobaan analisis karakteristik SBE 1 yang telah dilakukan

    diperoleh hasil seperti padaTabel 4.Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu

    paving block yang dihasilkan. Kadar air yang terkandung pada SBE dapat

    menyebabkan penurunan kekuatan. Kadar lemak pada percobaan diketahui bahwa

    bahan SBE sebelum proses in situ sebesar 3,97 %. Kandungan kadar lemak ini

    mempunyai pengaruh yang terhadap kekompakanpaving block.

    Pada pengujian bobot jenis diperoleh nilai sebesar 0,74 gr/cm3 sehingga

    bahan tersebut dapat digolongkan pada agregat ringan. Tjokrodimulyo (2007)

    mengatakan bahwa agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenisnya, yaitu

    agregat normal, agregat berat, dan agregat ringan. Agregat ringan mempunyai

    berat jenis kurang dari 2,0.

    Reaktivasi spent bleaching earth(RSBE)

    RSBE merupakan hasil dari proses reaktivasi spent bleaching earth(SBE).

    Proses reaktivasi ini dilakukan dengan cara pengarang pada suhu 400oC selama 2

    jam. Perhitungan lama pengarangan dihitung setelah suhu pada alat pembakaran

    menunjukkan nilai suhu 4000C. Hasil karakteristik reaktivasi spent bleaching

    earthdapat dilihat padaTabel 5.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    21/49

    9

    Tabel 5. Karaktristik RSBE

    Karakteristik Mutu Nilai

    Kadar air

    Bobot jenisKadar lemak

    0,115 (%)

    0,722 (g/cm3

    )0,17 (% bk)

    Hasil karakteristik RSBE mempunyai hasil yang berbeda dengan bahan SBE

    0 maupun SBE 1 pada uji kadar air dan kadar lemak. Hal ini diakibatkan oleh

    proses pengarangan tersebut. Pengarangan berfungsi untuk menghilangkan

    senyawa-senyawa organik yang terdapat pada bahan, misalnya air dan minyak.

    Sehingga dalam pengujian kadar air dan kadar lemak RSBE diperoleh nilai yang

    kecil. Sedangkan pada pengujian bobot jenis RSBE diperoleh hasil yang tidak

    signifikan dengan bahan SBE 0 dan SBE 1.

    PasirPasir adalah salah satu komponen yang penting dalam pembuatan paving

    block. Terdapat 4 jenis utama pasir, yaitu pasir galian, pasir laut, pasir sungai, dan

    pasir yang dihancurkan (Muller et al. 2006). Gradasi yang baik dari pasir juga

    memberikan efek yang penting pada kelecakan dan ketahanan pada mortar. Pasir

    dengan butiran yang sangat halus tidak praktis untuk kelecakannya, sehingga

    harus ditambahkan semen untuk mengisi rongga diantara butiran yang halus

    tersebut untuk mendapatkan kelecakan yang baik, sedangkan paving yang

    menggunakan pasir dengan butiran yang besar biasanya lemah karena rongga

    antara butiran cukup besar sehingga tegangan tidak dapat didapat menyebar secara

    merata (Tjokrodimulyo 2007).

    Mutu beton secara langsung berhubungan dengan karakteristik dan kondisi

    pasir. Pasir dan kerikil harus bersih dari tanah liat tanaman dan bahan organik

    lainnya. Tanah liat atau kotoran yang melapisi kerikil dapat menghalangi

    lengketnya semen dengan kerikil, memperlambat proses pengaturan pembekuan

    dan menurunkan kekuatan beton. Dengan demikin tanah liat dan kotoran tidak

    boleh melebihi 10% jika tidak pasir harus dicuci (Mller et al. 2006). Hasil

    karakteristik mutu pasir dapat dilihat padaTabel 6Error! Reference source not

    found..

    Tabel 6. Karaktristik Pasir

    Karakteristik Mutu Nilai

    Kadar air

    Bobot jenis

    Kadar lumpur

    5,755 (%)

    1,359 (g/cm3)

    6,603 (%)

    Hasil dari pengujian diperoleh kadar air sebesar 5,755%. Faktor kandungan

    air dalam pasir juga memegang peranan penting dalampaving block. Pasir dengan

    kandungan air yang banyak dapat menambah rasio air dan semen yang berakibat

    pada penurunan kekuatan. Hal ini dikarenakan air yang semula menempati rongga

    menguap bersamaaan dengan terjadinya reaksi hidrasi sehingga terbentuk rongga

    yang dapat meningkatkan porositaspaving block.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    22/49

    10

    Penguijan kadar lumpur diperoleh hasil sebesar 6,603 %. Hasil tersebut

    sesuai dengan modul pelatihan pembuatan ubin atau paving block dan batako

    (Mller et al. 2006) yang mengatakan tanah liat dan kotoran tidak boleh melebihi

    10% jika tidak pasir harus dicuci. Maka pasir yang digunakan dalam penelitian ini

    tidak perlu dicuci terlebih dahulu. Kadar lumpur mempunyai pengaruh terhadapkekuatan beton. Semakin tinggi kandungan kadar lumpur yang terdapat dalam

    pasir akan mempengaruhi kekuatan pengikatan sehingga kekuatan konstruksi akan

    semakin rendah. Pengujian bobot jenis pasir didapatkan nilai sebesar 1,359 g/cm3.

    Hasil tersebut kurang sesuai dengan SNI yang menyatakan bobot jenis pasir

    sebesar 1,4 g/cm3.

    Karakteristik Mutu Paving block

    Sifat tampak

    Paving blockyang dihasilkan pada berbagai jenis SBE dengan tingkat kadarlemak yang berbeda, didapatkan hasil bahwa paving block dengan campuran

    100% SBE 0 terlihat masih banyak lubang-lubang yang menyebabkan

    penampakan paving block tidak bagus bila dibandingkan dengan SBE 1 dan

    RSBE. Hal ini disebabkan karena pada bahan SBE 0 masih memiliki kandungan

    kadar lemak yang cukup besar, yaitu 21,905%. Sehingga antara SBE 0 dan air

    sulit menyatu karena sifat minyak yang susah berikatan dengan air. Gambar

    penampakan paving block dari SBE 0 dapat dilihat pada Gambar 1 (a). Untuk

    paving block dengan campuran dari 100% RSBE diperoleh penampakan yang

    kompak sehingga penampakannya terlihat bagus bila dibandingkan dengan SBE 0

    dan SBE 1. Gambar penampakan paving block dari RSBE dapat dilihat pada

    Gambar 1(c). Sedangkan pada paving block dengan campuran SBE 1 diperolehpenampakan yang lebih kompak bila dibandingkan dengan SBE 0. Gambar

    penampakan paving block dari SBE 1 dapat dilihat pada Gambar 1(b). Untuk

    formulasi yang lainnya dapat dilihat padaGambar 1.

    (a) (b) (c)Gambar 1. Penampakanpaving blockSBE 0 (a), SBE 1(b), dan RSBE (c)

    Selain faktor bahan baku yang mengandung minyak yang menyebabkan

    adanya rongga-rongga, ada juga faktor proses pengempaan. Proses pengempaan

    ini dilakukan untuk memadatkan adukan/adonan formulasi paving block. Dalam

    penelitian ini proses pengempaan/pemadatan dilakukan secara manual. Hal ini

    yang menyebabkan adanya lubang pada paving block. Paving blockuntuk lantai

    harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 adalah sifat tampakpaving block

    untuk lantai harus mempunyai bentuk yang sempurna, tidak terdapat retak-retak

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    23/49

    11

    dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan

    jari tangan. Jika melihat persyaratan tersebut hanya paving block dengan

    formulasi A1 yaitu jenis bahan SBE 0 dengan komposisi (20% SBE 0 dan 80%

    pasir). Penampakan gambar paving block dari berbagai variasi perlakuan dapat

    dilihat padaLampiran 6.

    Ukuran

    Pengukuranpaving blockdilakukan untuk mengetahui dimensipaving block.

    Pengukuran terhadap dimensipaving blockjuga dimaksudkan untuk menghindari

    adanya ukuran yang tidak seragam. Menurut British Standart 6717 Part I 1986

    tentangPrecast Concrete Paving blocks, persyaratan untuk toleransi dimensi pada

    paving blockyang diijinkan yaitu panjang 2 mm, lebar 2 mm, tebal 3 mm.

    Dalam penelitian ini digunakan cetakan yang berukuran 16 cm x 4 cm x 4 cm.

    Hasil pengukuran dimensipaving blockdapat dilihat padaTabel 7.

    Tabel 7. Hasil pengukuran dimensipaving block(16 X 4 X 4) cm

    Jenis SBE Parameter Komposisi

    20% 40% 60% 80% 100%

    spent bleaching earth

    sebelum proses in situ

    (SBE 0)

    panjang 15,96 15,99 16,05 16,01 15,99

    Lebar 3,98 3,93 4,00 4,01 3,95

    Tinggi 3,98 4,05 4,02 4,04 4,00

    spent bleaching earth

    setelah proses in situ

    (SBE 1)

    panjang 15,99 16,02 16,04 16,03 16,05

    Lebar 4,02 4,01 4,03 4,02 4,01

    Tinggi 4,01 4,04 4,03 4,03 4,03

    spent bleaching earth

    setelah diarangkan

    (RSBE)

    panjang 15,99 16,02 16,04 16,03 16,05

    Lebar 4,02 4,01 4,03 4,02 4,01

    Tinggi 4,00 4,02 4,01 4,03 4,01

    Dari data tersebut tidak ada ukuran yang melenceng dari toleransi yang telah

    disyaratkan. Pengukuran dimensi ini dilakukan agar pada saat pemasanganpaving

    block tidak terjadi perbedaan ukuran yang signifikan antar paving block. Hal ini

    dilakukan untuk menghindari terjadinya pembuatan jalan yang terbuat daripaving

    blockmenjadi bergelombang akibat ukuran dimensi yang tidak seragam. Ukuran

    dimensi yang tidak seragam ini disebabkan oleh proses pemadatan adukan.

    Apabila proses pemadatan dilakukan secara berlebihan, maka adukan akan banyak

    keluar dari cetakan.

    Kuat tekanKekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per

    satuan luas (Mulyono2004). Pengertian kuat tekan batako dianalogikan dengan

    kuat tekan beton. Mengacu pada pada SK SNI M141989F tentang pengujian

    kuat tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban

    persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan

    gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kualitas paving yang

    disyaratkan oleh SNI dapat dilihat padaLampiran 5.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    24/49

    12

    Dalam SNI 03-0691-1996 dijelaskan mengenai mutu daripaving blockyang

    diklasifikasikan menjadi empat jenis berdasarkan kuat dan penyerapan air. Kuat

    tekanpaving blockdipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

    1. Jenis dan kualitas dari semen, pasir, dan bahan penambahan bahan lainnya.2. Perbandingan jumlah semen dengan pasir.3. Perbandingan berat air dengan semen.4. Cara pembuatannya berdasarkan seberapa besar pemadatanpaving block.

    Pengukuran terhadap kuat tekan paving block dilakukan pada beberapa umur

    paving block yaitu 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Hasil pengukuran nilai

    kuat tekan dapat dilihat padaTabel 8.

    Tabel 8. Nilai kuat tekan (MPa)

    Komposisi 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

    a1 3,41 9,03 9,56 15,34

    a2 2,83 3,20 3,77 7,21

    a3 1,01 1,44 1,94 2,40

    a4 0,00 0,00 0,00 0,00

    a5 0,00 0,83 0,00 0,09

    b1 4,93 4,33 11,76 9,91

    b2 1,64 1,56 1,79 4,99

    b3 1,06 1,50 2,71 15,40

    b4 0,79 1,79 4,33 7,29

    b5 4,62 5,15 9,56 13,32

    c1 3,02 2,92 3,05 3,08c2 1,06 1,01 1,55 2,74

    c3 2,14 2,24 1,94 3,66

    c4 1,82 4,00 4,98 2,11

    c5 1,48 1,15 1,53 1,78

    Tabel hasil uji anova diperoleh hasil bahwa pada faktor komposisi nilai

    Fhitung sebesar 238,5752, sedangkan nilai Ftabel sebesar 3,68232. Pada faktor

    jenis bahan diperoleh nilai Fhitung sebesar 1007,453, sedangkan nilai Ftabel

    sebesar 3,055568. Pada interaksi kedua faktor tersebut diperoleh nilai Fhitung

    sebesar 294,1406, sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,640797. Hasil analisis variantersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel untuk faktor komposisi,

    faktor jenis bahan, maupun interaksi kedua faktor tersebut. Maka H0 ditolak pada

    taraf nyata 0,05 dan H1 diterima. Sehingga untuk faktor komposisi, faktor jenis

    bahan, dan interaksi keduanya memiliki perbedaan yang nyata (signifikan)

    terhadap kuat tekan.

    Dari hasil uji analisis varian diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel.

    Sehingga diperlukan analisis uji lanjut duncan. Hasil uji lanjut duncan

    menunjukkan bahwa antar formulasi A1, A2, A3, A4, A5, B1, B2, B3, B4, B5, C1,

    C2, C3, C4, dan C5 menunjukkan hasil yang saling berbeda nyata terhadap kuat

    tekan. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh jenis bahan dan

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    25/49

    13

    komposisi terhadap kuat tekan pada paving block dapat dilihat pada Error!

    eference source not found..

    Pada Tabel 8 diatas menunjukkan nilai kuat tekan pada setiap formulasi

    paving blockterhadap umurpaving block. Nilai uji tekan yang semakin meningkat

    dengan semakin lamanya umur paving block pada berbagai variasi formulasi.Pengujian pada paving block berbasis SBE terhadap kuat tekan diperoleh

    formulasi yang memenuhi standar yang telah disyaratkan pada SNI adalah

    formulasi A1 (20% SBE 0 dan 80% pasir), C1 (20% RSBE 0 dan 80% pasir), C3

    (60% RSBE dan 40% pasir), dan C5 (100% RSBE). Perubahan nilai kuat tekan

    terhadap umur paving block untuk setiap jenis bahan dapat dilihat padaGambar 2,

    Gambar 3,danGambar 4.

    Gambar 2. Grafik hubungan antara kuat tekan dengan umur pada paving block

    berbahan SBE 0

    Gambar 3. Grafik hubungan antara kuat tekan dengan umur pada paving block

    berbahan SBE 1

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    16.00

    18.00

    7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

    kuattekan(kg/cm2)

    umurpaving block

    a1

    a2

    a3

    a4

    a5

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

    kuattekan(

    kg/cm2)

    umurpaving block

    b1

    b2

    b3

    b4

    b5

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    26/49

    14

    Gambar 4. Grafik hubungan antara kuat tekan dengan umur pada paving block

    berbahan RSBE

    Namun hanya pada komposisi 80% SBE 0 yang memiliki nilai kuat tekan

    yang sama pada setiap waktu pengukuran. Pada formulasi B5 (100% SBE 1) dan

    formulasi C1 (20% RSBE dan 80% pasir) terjadi penurunan pada pengukuran ke-

    28 hari. Penyebab terjadinya penurunan nilai kuat tekan dapat dikarenakan proese

    pemadatan yang tidak baik. Pemadatan yang berlebih pun akan menyebabkan

    terjadinya bleeding(keluarnya sebagian campuranpaving block dari cetakan). Hal

    lain yang dapat dilakukan untuk memperoleh mutupaving blockyang baik adalahdengan melihat cara pemadatan yang digunakan sehingga pemadatan pada

    campuranpaving blockdapat dilakukan secara efisien dan efektif.

    Dari beberapa penelitian terdahulu dapat digunakan acuan dalam pembuatan

    paving blockyaitu metode pemadatan sebaiknya diperbaiki karena dalam metode

    pressingsecara langsung masih memungkinkan terdapat rongga-rongga udara dan

    gelembung air yang menyebabkan paving tersebut mudah keropos. Hal tersebut

    dapat mengurangi kekuatan paving block (Erwin 2003). Selain itu, proses

    pemadatan yang kurang baik, penurunan nilai kuat tekan juga disebabkan karena

    proses hidrasi semen. Hidrasi adalah pelarutan suatu zat dengan pelarut air. Ketika

    semen dilarutkan dengan air, maka terjadilah reaksi hidrasi yang menghasilkan

    berbagai macam senyawa kimia. Berikut mekanisme hidrasi silicate (C3S danC2S) :

    2(3CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2

    2(2CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2

    Adanya gipsum di dalam semen menyebabkan reaksi calsium aluminat

    menghasilkan calsium sulfo aluminat hidrat.

    3CaO.Al2O3+ CaSO4.2H2O + 10 H2O 3CaO.Al2O3.CaSO4+ 12 H2O

    3CaO.Al2O3+ Ca(OH)2+ 12 H2O 3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12 H2O

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.0014.00

    16.00

    18.00

    7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

    kuattekan(kg/cm2

    )

    umurpaving block

    c1

    c2

    c3

    c4

    c5

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    27/49

    15

    Mekanisme hidrasi tetracalsium aluminoferrit (C4AF)

    4CaO.Al2O3.Fe2O3+ 2Ca(OH)2+ 10H2O 64CaO.Al2O3.Fe2O3.12 H2O

    Semakin tua umur paving block, maka akan semakin banyak semen yangmengeras (Mulyono, 2003). Perbedaan nilai kuat tekan antara jenis bahan pada

    umurpaving block28 hari dapat dilihat pada.

    Gambar 5. Grafik pengaruh jenis bahan dan komposisi terhadap nilai kuat tekan

    paving blockpada umur 28 hari

    Penyerapan air

    Daya serap air merupakan kemampuan paving block untuk menyerap air

    dalam jangka waktu tertentu. Dengan adanya penyerapan air paving blockmaka

    akan membantu mengurangi jumlah air yang berada di jalan yang menggunakan

    mediapaving blockkarena selain air dapat mengalir ke saluran drainase jalan, air

    juga dapat menyerap ke dalam tanah. Hasil pengukuran mutu paving block

    terhadap daya serap air dapat dilihat padaTabel 9.

    Tabel 9. Hasil pengukuran daya serap airpaving block

    Jenis SBE Komposisi

    20% 40% 60% 80% 100%

    spent bleaching earthsebelum

    proses in situ(SBE 0)

    2,66% 2,22% 3,09% 6,24% 12,87%

    spent bleaching earthsetelah

    proses in situ(SBE 1)

    6,59% 7,01% 3,35% 5,16% 5,60%

    spent bleaching earthsetelah

    diarangkan (RSBE)

    12,17% 6,63% 7,94% 6,81% 18,96%

    Tabel hasil uji anova diperoleh hasil bahwa pada faktor komposisi nilai

    Fhitung sebesar 6227,901, sedangkan nilai Ftabel sebesar 3,68232. Pada faktor

    0

    2

    4

    68

    10

    12

    14

    16

    18

    20% 40% 60% 80% 100%

    KuatTekan(%)

    komposisi

    jenis bahan a

    jenis bahan b

    jenis bahan c

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    28/49

    16

    jenis bahan diperoleh nilai Fhitung sebesar 1561,822, sedangkan nilai Ftabel

    sebesar 3,055568. Pada interaksi kedua faktor tersebut diperoleh nilai Fhitung

    sebesar 1057,776, sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,640797. Hasil analisis varian

    tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel untuk faktor komposisi,

    faktor jenis bahan, maupun interaksi kedua faktor tersebut. Maka H0 ditolak padataraf nyata 0,05 dan H1 diterima. Sehingga untuk faktor komposisi, faktor jenis

    bahan, dan interaksi keduanya memiliki perbedaan yang nyata (signifikan)

    terhadap daya serap air.

    Dari hasil uji analisis varian diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel.

    Sehingga diperlukan analisis uji lanjut duncan. Hasil uji lanjut duncan

    menunjukkan bahwa antar formulasi A1, A2, A3, A4, A5, B1, B2, B3, B4, B5,

    C1, C2, C3, C4, dan C5 menunjukkan hasil yang saling berbeda nyata terhadap

    daya serap air. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh jenis bahan

    dan komposisi terhadap daya serap air pada paving block dapat dilihat pada

    Lampiran 8.

    Daya serap air paving block terbesar terdapat pada paving block denganperlakuan komposisi 100% RSBE (spent bleaching earth setelah diarangkan)

    yaitu sebesar 18,96%. Sedangkan Daya serap air paving block terkecil terdapat

    pada paving block dengan perlakuan kombinasi 40% SBE 0 (spent bleaching

    earthsebelum proses in situ) yaitu sebesar 2,22%. Daya serap air pada beberapa

    formulasi telah memenuhi SNI 03-06911996 yaitu tidak lebih dari 10%. Hanya

    ada 3 formulasi yang tidak memenuhi syarat SNI yaitu formulasi c1 (20% RSBE

    dan 80% pasir), a5 (100% SBE 0), dan c5 (100% RSBE). Formulasi a1 dengan

    kombinasi 20% SBE 0 dan 80% pasir direkomendasikan karena memiliki nilai

    daya serap air yang lebih rendah. Perlakuan kombinasi yang disarankan di atas

    berdasarkan klasifikasi mutu SNI 03-0691-1996 tergolong kelas mutu A. Semakinbaik mutu daripaving blockmaka semakin kecil persentase penyerapan air.

    Pemadatan yang tidak baik akan menimbulkan banyak rongga-rongga pada

    paving block.Air akan mengisi rongga-rongga ini ketikapaving blockmengalami

    kontak dengan air dan uap air. Hal ini didukung oleh pernyataan Naibaho (2009)

    bahwa proses pemadatan dan getaran sangat perpegaruh terhadap daya serap air

    paving block. Semakin tinggi kadar semen dalam campuran paving block maka

    akan semakin rendah daya serap airpaving block.Hal ini didukung oleh penelitian

    Sitanggang (2012) yang menyatakan bahwa semakin besar perbandingan

    komposisi bahan baku, maka semakin kecil daya serap airnya. Hal ini dipengaruhi

    oleh komposisi semen yang mengikat partikel semakin banyak, sehingga papan

    semen yang dihasilkan menjadi semakin padat. Kondisi ini membuat papan semenmenyerap air lebih sedikit. Penelitian Kasmudjo (1983) menunjukkan bahwa

    semakin tinggi kadar semen terpakai semakin kurang kadar air dalam papan

    semen yang dihasilkan.

    Diduga semakin banyak semen yang digunakan maka semakin tinggi nilai

    kerapatanpaving blockyang dihasilkan, karena dengan adanya penambahan berat

    semen akan lebih banyak mengisi ruang kosong yang ada dalam papan tersebut,

    sehingga dengan demikian kerapatan akan semakin meningkat. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Kamil (1973) seperti dikutip oleh Paulus (1996) yang

    menyatakan bahwa semakin tinggi kadar semen semakin tinggi pula berat jenis

    papan semennya. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Achmad (1978)

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    29/49

    17

    dengan perlakuan kadar semen. Hubungan antara daya serap air dengan komposisi

    dapat dilihat pada Error! Reference source not found..

    Gambar 6. Grafik hubungan antara komposisi bahan dengan nilai resapan air

    paving block

    Ketahanan terhadap natrium sulfatPengujian terhadap natrium sulfat dilakukan untuk mengetahui ketahanan

    paving blockterhadap pelapukan dan kondisi lingkungan.Paving blockyang baik

    merupakan paving block yang memiliki permukaan yang rata serta tidak rapuhketika disentuh. Kehilangan berat dan retak-retak pada paving block menjadi

    parameter ketahanan terhadap natrium sulfat. Penurunan berat paving block

    disajikan pada memenuhi SNI 03-0691-1996 karena disyaratkan penurunan berattidak lebih dari 1%. Hasil pengujian ketahanan terhadap natrium sulfat dapat

    dilihat padaTabel 10.

    Tabel 10. Hasil pengukuran ketahananpaving blockterhadap natrium sulfat

    Formulasi Penambahan bobot (%) Keterangan

    a1 1,28 Bagus

    a2 0,91 Bagus

    a3 1,48 Retak

    a4 1,22 Retak

    a5 1,80 Retak

    b1 7,53 Retak

    b2 2,74 Retak

    b3 5,52 Bagus

    b4 0,47 Bagus

    b5 3,02 Bagus

    c1 2,13 Bagus

    c2 7,57 Retak

    c3 0,41 Bagus

    c4 11,49 Retak

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    20% 40% 60% 80% 100%

    dayaserapair(%)

    komposisi bahan

    spent bleaching earth sebelum

    proses in situ

    spent bleaching earth setelah

    proses in situ

    spent bleaching earth setelah

    diarangkan

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    30/49

    18

    c5 1,60 Retak

    Tabel hasil uji anova diperoleh hasil bahwa pada faktor komposisi nilai

    Fhitung sebesar 6227,901, sedangkan nilai Ftabel sebesar 3,68232. Pada faktor

    jenis bahan diperoleh nilai Fhitung sebesar 1561,822, sedangkan nilai Ftabelsebesar 3,055568. Pada interaksi kedua faktor tersebut diperoleh nilai Fhitung

    sebesar 1057,776, sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,640797. Hasil analisis varian

    tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel untuk faktor komposisi,

    faktor jenis bahan, maupun interaksi kedua faktor tersebut. Maka H0 ditolak pada

    taraf nyata 0,05 dan H1 diterima. Sehingga untuk faktor komposisi, faktor jenis

    bahan, dan interaksi keduanya memiliki perbedaan yang nyata (signifikan)

    terhadap ketahanan natrium sulfat.

    Dari hasil uji analisis varian diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel.

    Sehingga diperlukan analisis uji lanjut duncan. Hasil uji lanjut duncan

    menunjukkan bahwa antar komposisi pada jenis bahan yang sama tidak banyak

    perlakuan perlakuan yang signifikan. Sedangkan uji lanjut duncan antar jenis

    bahan pada komposisi yang sama menunjukkan hasil yang saling berbeda nyata

    terhadap ketahanan natrium sulfat.Pada uji lanjut duncan antar interaksi keduanya

    menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil analisis ragam dan uji

    lanjut Duncan pengaruh jenis bahan dan komposisi terhadap ketahanan natrium

    sulfat padapaving blockdapat dilihat padaLampiran 9.

    Ketahanan terhadap natrium sulfat ini dilakukan untuk mengetahui

    kemampuan paving block bertahan pada cuaca. Dari hasil pengujian ketahanan

    terhadap natrium sulfat menunjukkan bahwa tidak ada kombinasi antara jenis

    bahan dan komposisi yang mengalami kehilangan bobot, Hal yang ini dipengaruhi

    oleh penggunaan jenis semen. Semen tipe V merupakan semen yang tahanterhadap natrium sulfat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Naibaho (2009) bahwa

    reaksi yang terjadi dapat menyebabkan pengembangan. Namun ada beberapa

    formulasi yang mengalami retak-retak setelah dilakukannya peredaman natrium

    sulfat. Dari hasil pengujian ketahanan natrium sulfat diperoleh hasil bahwa

    penggunaan jenis bahan A (SBE 0) dengan komposisi 1 (20% SBE 0 dan 80%

    pasir) merupakan formulasi yang terbaik karena tidak timbul retak pada paving

    block, mempunyai nilai kuat tekan yang tinggi, dan memiliki nilai daya serap air

    yang rendah.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Paving block yang memenuhi kriteria karakteristik mutu yang disyaratkan

    berdasarkan SNI 03-0691-1996 adalahpaving blockdengan perlakuan kombinasi

    jenis bahan A adalah SBE 0 (spent bleaching earth sebelum proses in situ) dan

    komposisi 1 (20% SBE 0 dan 80% pasir). Hal ini dibuktikan dengan nilai kuat

    tekan 15,34 MPa (kualitas C), daya serap air 2,66 % (kualitas A), dan tidak cacat

    pada pengujian ketahanan terhadap natrium sulfat. Semua hasil karakteristik mutu

    paving block dari formulasi A1 memenuhi standar SNI 03-0691-1996. Kualitas C

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    31/49

    19

    ini cocok digunakan untuk pejalan kaki. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis

    bahan dan komposisi terbaik diperoleh dari jenis bahan SBE 0 dengan persentase

    20 %. SBE 0 hanya dapat menggantikan pasir dalam campuran adukan paving

    block sekitar 20 % dari pasir.

    Saran

    Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan kualitas mutu

    paving block dengan proses pencetakan menggunakan mesin sehingga dalam

    proses pemadatan paving block berlangsung lebih baik dengan berbagai variasi

    tekanan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Achmad,.S.S. 1978. Pengaruh Panjang Wol Kayu, Katalisator dan Kadar Semen

    Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Wol Kayu (Tectona grandis

    Linn). Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan.

    Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

    Anonim, SK.SNI.T041990F, Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci

    Untuk Permukaan Jalan, DPU, 1990.

    [SNI] Standar Nasional Indonesia. 1996. Bata Beton (Paving block). Dewan

    Standarisasi Nasional.

    [AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 2005. Official Method of

    Analysis of the Association of Official Analytical Chemistry. Washington

    DC (USA): AOAC.Aswin, H. 2004. Studi Penggunaan Paving block sebagai Lapisan Permukaan

    pada Kekerasan Jalan Raya di Lingkungan Perumahan. Skripsi.

    Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Arifin M. dan A Sudrajat. 1997. Bahan Galian Industri: Bentonit. Departemen

    Pertambangan dan Energi.Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

    Mineral, Bandung.

    Mller C et all. 2006. Modul Pelatihan Pembuatan Ubin atau Paving Block dan

    Batako. Jakarta : Kantor perburuan Internasional.

    Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan. Direktorat Jendral

    Balai Penelitian Perkebunan, Jakarta.

    Erwin, R. 2003. Peningkatan Kualitas Paving Block akibat pemberian Variasi

    Tekanan pada Proses Pembuatannya, Media Teknik Sipil, Vol 1, No.1,

    Agustus 2003, ISSN 16933095.

    Gillson Joseph C. (1960). "Industrial Minerals and Rocks", The American

    Institute of Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers, 87 - 89.

    Hewes, L. I. 1949. American Highway Practice (Volume II). John Willey &

    Sons, Inc, New York.

    Kamil, R. N, dan Kliwon. S. 1973. Pengujian Enam Jenis Kayu dari Jasinga

    Untuk Papan Wol Kayu. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Laporan No.18.

    Bogor.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    32/49

    20

    Kasmujo. 1985. Papan Semen (cetakan ke-1). Yayasan Pembinaan. Fakultas

    Kehutanan. Universitas Gajah Mada. Yokyakarta

    Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Fakultas Teknik UNJ, Jakarta

    Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi Publisher.

    Mulyono, T. 2005. Teknologi Beton. Penerbit Andi, JogjakartaNaibaho, R. 2009. Pembuatan dan Karakteristik Paving block Sebagai Beton

    Kontruksi dengan Menggunakan Campuran Oil Studge Dan Semen. Tesis.

    Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Oglesby, Clarkson H. & R. Gary Hicks. 1996. Teknik Jalan Raya Jilid 2 Edisi

    Keempat. Jakarta: Erlangga.

    Paulus. 1996. Pengaruh Komposisi Bahan Partikel Kayu Karet (Heveabrasiliensis

    MuelArg) Dengan Ijuk Aren (Arenga pinata) dan Campuran Perekat

    Semen Terhadap Sifat Fisik dan Mekanis Papan Semen Partikel. Skripsi.

    FakultasPertanian. UniversitasTanjungpura. Pontianak.

    Simbolon T. 2009.Pembuatan Dan Karakterisasi Paving block Ringan Yang

    Terbuat Dari StyrofoamSemen.Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.Sitanggang T. 2012. Karakteristik Papan Semen dari Limbah Batang Sawit

    dengan Penambahan Katalis Magnesium Klorida (MgCl2). Skripsi.

    Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Tjokrodimuljo K. 1996. Teknologi Beton. Penerbit Nafiri. Yogyakarta.

    Tjokrodimuljo K. (2007). Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit KMTS FT

    UGM.

    Wahyudi M Y. 2000. Studi Penggunaan Kembali Bleaching EarthBekas sebagai

    Adsorben dalam Proses Refining CPO. Tesis Magister. Program

    StudiTeknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

    Wang, C. K., C. G. Salmon, dan B. Hariandja. 2000. Disain Beton Bertulang .Penerbit Erlangga, Jakarta

    Young, F. V. K. 1987. Refining and Fractination of Palm Oil. Pages 39-69 in F.D.

    Gustone, ed. Palm Oil: Critical Reports on Applied Chemistry, Vol. 15. New

    York: John Wiley and Sons.Melalui Transesterifikasi In situ.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    33/49

    21

    Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik bahan

    1. Pengujian Kadar LumpurPengujian ini bertujuan untuk menentukan banyaknya kandungan butir lebih

    kecil dari 50 .Lumpur yang terdapat dalam pasir yang terkandung dalam bahanhalus. Langkah-langkah pengujian ini adalah sebagai berikut:

    1. Menimbang pasir kering sebanyak 200 gram (kering oven).2. Memasukkan pasir sebanyak 100 gram ke dalam bejana gelas diameter

    10 cm setinggi 20 cm.

    3. Menuangkan air ke dalam bejana gelas sampai pasir jenuh air dan airmencapaiketinggian 12 cm di atas permukaan pasir.

    4. Mengaduk perlahan-lahan sampai keruh dan mendiamkan selama 1menit.

    5. Membuang air secara perlahan-lahan dari bejana sampai air tinggalsetengahnya (caramenuangnya harus sedemikian rupa sehingga pasir tidak

    ikut terbuang).6. Mengulangi penambahan air bersih sampai setinggi 12 cm di atas

    permukaan pasir.

    7. Mengaduk perlahan-lahan sampai keruh dan mendiamkan selama 1menit.

    8. Membuang air dari bejana sampai air tinggal setengahnya.9. Pencucian dilakukan berkali kali sehingga air menjadi tetap jernih setelah

    diaduk.

    10.Memanaskan sisa contoh pasir yang telah dicuci dalam oven sampaikering. Setelah kering dan dingin pasir ditimbang dengan teliti.

    11.Selisih berat semula dengan berat setelah dicuci adalah bagian yang hilang(kandungan lumpur atau butiran

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    34/49

    22

    Berat Jenis dihitung menggunakan rumus :

    Massa pasir = M2-M1

    Berat jenis= massa pasir

    Volume gelas piala

    4. Kadar LemakMetode uji penentuan kadar lemak kasar menurut AOAC Metode 2003.06

    (AOAC 2005) ekstraksinya menggunakan soxtec, adalah untuk

    mengetahuipersentase kadar lemak kasar yang terkandung dalam pakan. Prinsip

    metode ujiini adalah lemak dapat diekstraksi dengan menggunakan heksan/zat

    pelarut lemaklainnya, bila zat pelarutnya diuapkan maka akan tertinggal lemak

    kasarnya. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam

    selongsongkertas, lalu ditutup dengan kapas non lemak dan masukkan ke dalam

    alat soxtec.Letakkan wadah lemak berisi heksan 70 ml pada alat soxtec dan

    selongsong kertasyang berisi sampel harus terendam heksan. Lakukan ekstraksi

    selama 1 jam padasuhu 140 C dengan tahapan pembakaran 20 menit, pencucian30 menit danpenguapan 10 menit. Selanjutnya wadah yang berisi lemak hasil

    ekstraksidipanaskan dalam oven pada suhu 105 C selama 1 jam.Berat sampel

    setelahdipanaskan dicatat sampai bobot konstan dengan selisih penimbangan 10

    mg.Kadar lemak kasar dihitung dengan rumus :

    W2 - W1Kadar lemak kasar = x 100 %

    W

    Dimana :W = berat sampel (g)

    W1 = berat wadah lemak kosong setelah dipanaskan (g)

    W2 = berat wadah lemak + sampel setelah dipanaskan (g)

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    35/49

    23

    Lampiran 2. Prosedur pembuatanpaving block

    Mulai

    Pengadukan

    Paving Block

    Pencetakan dan

    pemadatan

    Uji kualitas

    paving block

    Selesai

    PasirSemen

    SBEAir

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    36/49

    24

    Lampiran 3. Prosedur pengujian mutupaving block

    1. Sifat tampakBata disusun atas permukaan yang rata sebagaimana pada pemasangan

    yang sebenarnya.2. Ukuran

    Digunakan peralatan kapiler atau sejenisnya dengan ketelitian 0,1 mm.

    pengukuran tebal dilakukan terhadap lima tempat yang berbeda dan diambil

    rata-rata.

    3. Kuat TekanContoh yang telah siap, ditekan hingga hancur dengan mesin

    penekan.Lalu dicatat hasilnya.

    4. Penyerapan airBenda uji dalam keadaan utuh direndam dalam air hingga jenuh (24 jam),

    ditimbang beratnya dalam keadaan basah. Kemudian dikeringkan dalam oven

    pada suhu 1050C selama 24 jam sampai beratnya pada dua kali penimbangan

    berselisih tidak lebih dari 0,2 % penimbangan yang terdahulu.

    5. Ketahanan terhadap natrium sulfatDua benda uji utuh dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat,

    kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C hingga berat tetap, lalu

    didinginkan dalam desikator.Setelah dingin ditimbang smapi ketelitian 0,1

    gram, kemudian direndam dalam larutan jenuh garam natrium sulfat selama 16

    sampai dengan 18 jam, setelah itu diangkat dan didiamkan dulu agar cairan

    yang berlebihan meniris.

    Ulangi perendaman dan pengeringan ini sampai 5 kali berturut-turut.Pada

    pengeringan yang terakhir, benda uji dicuci samapi tidak ada sisa garam sulfatyang tertinggal.Untuk mengetahui bahwa tidak ada lagi garam sulfat yang

    tertinggal, larutan pencucinya dapat diuji dengan larutan BaCl.Untuk

    mempercepat pencucian dapat dilakukan pencucian dengan air panas bersuhu

    kurang lebih 40-500C.

    Setelah pencucian samapi bersih, benda uji di keringkan dalam oven

    sampai berat tetap, didinginkan dalam desikator. Kemudian ditimbang lagi

    sampai ketelitian 0,1 gram.Disamping itu diamati keadaan benda uji apakah

    setelah perendaman dalam larutan garam sulfat nampak adanya retakan,

    gugusan atas cacat-cacat yang lainnya.

    Laporkan keadaan setelah perendaman itu dengan kata-kata :

    a. Baik /tidak cacat, bila tidak nampak adanya retak-retak atau perubahanlainnya.

    b. Cacat/retak-retak, bila nampak adanya retak-retak ( meskipun kecil ),rapuh, dan gugus dan lain-lain.

    Apabila selisih penimbangan sebelum perendaman dan setelah

    perendaman tidak lebih besar dari 1 % dan benda uji tidak cacat nyatakan

    benda-benda uji tadi baik. Bila selisih penimbangan dari 2 diantara 3 benda uji

    tadi lebih besar dari 1% sedang benda ujinya baik (tidak cacat) nyatakan bahwa

    benda uji secara keseluruhan menjadi cacat.

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    37/49

    25

    Lampiran 4. Peralatan yang digunakan dalam penelitian

    Alat reaktivasi

    Neraca timbangan

    Jangka sorong Cetakanpaving block

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    38/49

    26

    Lampiran 5. Standar mutu paving block yang disyaratkan oleh Standar Nasional

    Indonesia (SNI)

    Jenis Kuat tekan Penyerapan air

    Rata-rata Minimum Rata-rata maxA 40 35 3

    B 20 17 6

    C 15 12,5 8

    D 10 8,5 10

    Berdasarkan SNI 03-0691-1996 klasifikasi Paving block dibedakan

    menurut kelas penggunaannya sebagai berikut:

    Paving Block Mutu A : digunakan untuk jalan

    Paving Block Mutu B : digunakan untuk pelataran parkir

    Paving Block Mutu C : digunakan untuk pejalan kaki

    Paving Block Mutu D : digunakan untuk taman dan pengguna lain

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    39/49

    27

    Lampiran 6. Gambar penampakan paving block berbahan SBE 0, SBE 1, dan

    RSBE

    Komposisi Jenis bahan

    A (SBE 0) B (SBE 1) C (RSBE)20%

    40%

    60%

    80%

    100%

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    40/49

    28

    Lampiran 7. Hasil analisis varian dan uji duncan terhadap pengaruh jenis bahan

    dan komposisi terhadap kuat tekan

    a. Hasil analisis varian terhadap pengaruh umur dan formulasiSumberkeragaman Kuadratjumlah db Kuadratrata-rata Fhitung F tabel

    Sample 295,4483 2 147,7242 1007,453 3,68232

    Columns 139,9304 4 34,98261 238,5752 3,055568

    Interaction 345,0419 8 43,13024 294,1406 2,640797

    Within 2,199471 15 0,146631

    Total 782,6202 29

    * Pada taraf nyata 0.05 (=0.05)

    b. Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan A (SBE 0)Komposisi Rata-

    rata

    4 5 3 2 1

    0 0,09188 2,40406 7,21219 15,3431

    4 0 0

    5 0,09188 0,09188 0

    3 2,40406 2,40406 2,31219 0

    2 7,21219 7,21219 7,12031 4,80813 0

    1 15,3431 15,3431 15,2513 12,9391 8,13094 0

    c. Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan B (SBE 1)Komposisi Rata-

    rata

    5 4 2 1 3

    1,77625 2,10547 2,74094 3,07781 3,65969

    5 1,77625 0

    4 2,10547 0,32922 0

    2 2,74094 0,96469 0,63547 0

    1 3,07781 1,30156 0,97234 0,33688 0

    3 3,65969 1,88344 1,55422 0,91875 0,58188 0

    d. Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan C (RSBE)Komposisi Rata-rata 2 4 1 5 3

    4,99188 7,28875 9,90719 13,3219 15,4044

    2 4,99188 0

    4 7,28875 2,29688 0

    1 9,90719 4,91531 2,61844 0

    5 13,3219 8,33 6,03313 3,41469 0

    3 15,4044 10,4125 8,11563 5,49719 2,0825 0

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    41/49

    29

    e. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 20%Jenis

    bahan

    Rata-rata B C A

    3,07781 9,90719 15,3431

    B 3,07781 0C 9,90719 6,82938 0

    A 15,3431 12,2653 5,43594 0

    f. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 40%Jenis

    bahan

    Rata-rata B C A

    2,74094 4,99188 7,21219

    B 2,74094 0

    C 4,99188 2,25094 0

    A 7,21219 4,47125 2,22031 0

    g. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 60%Jenis

    bahan

    Rata-rata A B C

    2,40406 3,65969 15,4044

    A 2,40406 0

    B 3,65969 1,25563 0

    C 15,4044 13,0003 11,7447 0

    h. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 80%Jenis

    bahan

    Rata-rata A B C

    0 2,10547 7,28875

    A 0 0

    B 2,10547 2,10547 0

    C 7,28875 7,28875 5,18328 0

    i. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 100%Jenis

    bahan

    Rata-rata A B C

    0,09188 1,77625 13,3219

    A 0,09188 0

    B 1,77625 1,68438 0

    C 13,3219 13,23 11,5456 0

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    42/49

    30

    j. Uji lanjut duncan pengaruh interaksi antara jenis bahan dan komposisiJenis

    bahan

    Rata-rata B A C

    2,67203 5,01025 10,1828

    B 2,67203 0A 5,01025 2,33822 0

    C 10,1828 7,51078 5,17256 0

    Keterangan :

    Bahan A = SBE 0

    Bahan B = SBE 1

    Bahan C = RSBE

    Komposisi 1 = 20%

    Komposisi 2 = 40%

    Komposisi 3 = 60%Komposisi 4 = 80%

    Komposisi 5 = 100%

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    43/49

    31

    Lampiran 8. Hasil analisis varian dan uji duncan jenis bahan dan komposisi

    terhadap daya serap air

    a. Analisis varian pengaruh jenis bahan dan komposisi terhadap daya serap airSumber

    keragaman

    Kuadrat

    jumlah db

    Kuadrat

    rata-rata F Hitung F Tabel

    Komposisi 0,022618 2 0,011309 6227,901 3,68232

    Jenis bahan 0,011344 4 0,002836 1561,822 3,055568

    Interaksi 0,015366 8 0,001921 1057,776 2,640797

    Galat 2,72E-05 15 1,82E-06

    Total 0,049356 29

    * Pada taraf nyata 0.05 (=0.05)

    b.Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan A (SBE 0)

    Komposisi Rata-rata 2 1 3 5 4

    0,022155 0,026565 0,03095 0,062365 0,062455

    2 0,022155 0

    1 0,026565 0,00441 0

    3 0,03095 0,008795 0,004385 0

    5 0,062365 0,04021 0,0358 0,031415 0

    4 0,062455 0,0403 0,03589 0,031505 9E-05 0

    * tidak signifikan

    c.Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan B (SBE 1)

    Komposisi Rata-rata 3 4 5 1 2

    0,03345 0,0516 0,05585 0,06585 0,0701

    3 0,03345 0

    4 0,0516 0,01815 0

    5 0,05585 0,0224 0,00425 0

    1 0,06585 0,0324 0,01425 0,01 0

    2 0,0701 0,03665 0,0185 0,01425 0,00425 0

    d.Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan C (RSBE)

    Komposisi Rata-rata 2 4 3 1 5

    0,066285 0,06815 0,07937 0,121655 0,189625

    2 0,066285 0

    4 0,06815 0,001865 0

    3 0,07937 0,013085 0,01122 0

    1 0,121655 0,05537 0,053505 0,042285 0

    5 0,189625 0,12334 0,121475 0,110255 0,06797 0

    * tidak signifikan

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    44/49

    32

    e. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 20%Jenis bahan Rata-rata A B C

    0,02657 0,06585 0,12166

    A 0,02657 0B 0,06585 0,03929 0

    C 0,12166 0,09509 0,05581 0

    f. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 40%Jenis

    bahan

    Rata-rata A C B

    0,02216 0,06629 0,0701

    A 0,02216 0

    C 0,06629 0,04413 0

    B 0,0701 0,04795 0,00381 0

    g. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 60%Jenis bahan Rata-rata A B C

    0,03095 0,03345 0,07937

    A 0,03095 0

    B 0,03345 0,0025 0

    C 0,07937 0,04842 0,04592 0

    * tidak signifikanh. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 80%

    Jenis

    bahan

    Rata-rata B A C

    0,0516 0,06246 0,06815

    B 0,0516 0

    A 0,06246 0,01086 0

    C 0,06815 0,01655 0,0057 0

    i. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 100%Jenis

    bahan

    Rata-rata B A C

    0,05585 0,06237 0,18963

    B 0,05585 0

    A 0,06237 0,00652 0

    C 0,18963 0,13378 0,12726 0

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    45/49

    33

    j. Uji lanjut duncan pengaruh interaksi antara jenis bahan dan komposisiKomposisi Rata-rata 3 2 4 1 5

    0,04792 0,05285 0,06074 0,07136 0,10261

    3 0,04792 02 0,05285 0,00492 0

    4 0,06074 0,01281 0,00789 0

    1 0,07136 0,02343 0,01851 0,01062 0

    5 0,10261 0,05469 0,04977 0,04188 0,03126 0

    Keterangan :

    Bahan A = SBE 0

    Bahan B = SBE 1

    Bahan C = RSBE

    Komposisi 1 = 20%Komposisi 2 = 40%

    Komposisi 3 = 60%

    Komposisi 4 = 80%

    Komposisi 5 = 100%

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    46/49

    34

    Lampiran 9. Hasil analisis varian dan uji duncan jenis bahan dan komposisi

    terhadap ketahanan natrium sulfat

    a. Analisis varian pengaruh jenis bahan dan komposisi terhadap daya serap airSumber

    keragaman

    Kuadrat

    jumlah db

    Kuadrat

    rata-rata F hitung F tabel

    Komposisi 59,46456 2 29,73228 356,2496 3,68232

    Jenis bahan 21,2619 4 5,315475 63,68957 3,055568

    Interaction 216,8715 8 27,10893 324,8169 2,640797

    Within 1,251887 15 0,083459

    Total 298,8498 29

    * Pada taraf nyata 0.05 (=0.05)

    b. Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan A (SBE 0)Komposisi Rata-rata 2 4 1 3 5

    0,91311 1,21809 1,27706 1,48179 1,79677

    2 0,91311 0

    4 1,21809 0,30498 0

    1 1,27706 0,36394 0,05897 0

    3 1,48179 0,56867 0,2637 0,20473 0

    5 1,79677 0,88366 0,57868 0,51971 0,31498 0

    * tidak signifikanc. Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan B (SBE 1)Komposisi Rata-rata 3 5 1 2 4

    0,40511 1,59694 2,13036 7,56728 11,4866

    3 0,40511 0

    5 1,59694 1,19182 0

    1 2,13036 1,72525 0,53343 0

    2 7,56728 7,16217 5,97035 5,43692 0

    4 11,4866 11,0815 9,88969 9,35626 3,91934 0

    d. Uji lanjut duncan pengaruh komposisi pada jenis bahan C (RSBE)Komposisi Rata-rata 4 2 5 3 1

    0,46695 2,73976 3,01972 5,51613 7,53186

    4 0,46695 0

    2 2,73976 2,27281 0

    5 3,01972 2,55277 0,27996 0

    3 5,51613 5,04918 2,77637 2,49641 0

    1 7,53186 7,06491 4,7921 4,51214 2,01573 0

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    47/49

    35

    e. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 20%Jenis bahan Rata-rata A B C

    1,27706 2,13036 7,53186

    A 1,27706 0B 2,13036 0,8533 0

    C 7,53186 6,2548 5,4015 0

    f. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 40%Jenis bahan Rata-rata A C B

    0,91311 2,73976 7,56728

    A 0,91311 0

    C 2,73976 1,82665 0

    B 7,56728 6,65417 4,82753 0

    g. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 60%Jenis bahan Rata-rata B A C

    0,40511 1,48179 5,51613

    B 0,40511 0

    A 1,48179 1,07667 0

    C 5,51613 5,11102 4,03434 0

    h. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 80%Jenis bahan Rata-rata C A B

    0,46695 1,21809 11,4866

    C 0,46695 0

    A 1,21809 0,75114 0

    B 11,4866 11,0197 10,2685 0

    i. Uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan pada komposisi 100%Jenis bahan Rata-rata B A C

    1,59694 1,79677 3,01972

    B 1,59694 0

    A 1,79677 0,19984 0

    C 3,01972 1,42278 1,22295 0

    * tidak signifikan

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    48/49

    36

    j. Uji lanjut duncan pengaruh interaksi antara jenis bahan dan komposisiJenis bahan Rata-rata A C B

    1,33736 3,85488 4,63726

    A 1,33736 0C 3,85488 2,51752 0

    B 4,63726 3,2999 0,78238 0

    Keterangan :

    Bahan A = SBE 0

    Bahan B = SBE 1

    Bahan C = RSBE

    Komposisi 1 = 20%

    Komposisi 2 = 40%

    Komposisi 3 = 60%Komposisi 4 = 80%

    Komposisi 5 = 100%

  • 7/22/2019 Templat Tugas Akhir S2

    49/49

    37

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 21 April

    1991 dari ayah Achmadi dan ibu Lestari Rahayu. Penulis adalah putra kedua dari

    tiga bersaudara. Penulis menempuh studi di SDN Kandang Panjang 02Pekalongan tahun 1997-2003, SMPN 2 Pekalongan tahun 2003-2006, SMAN 2

    Pekalongan tahun 2006-2009 dan diterima di Departemen Teknologi Industri

    Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

    IPB (USMI) pada tahun 2009.

    Selama mengikuti perkuliahan, Penulis pernah menjadi asisten praktikum

    mata kuliah Bioproses pada tahun 2012, asisten praktikum mata kuliah Teknologi

    Bahan Penyegar pada tahun 2013, dan asisten praktikum mata kuliah Teknologi

    Minyak, Emulsi dan Oleokimia pada tahun 2013. Penulis pernah menjadi anggota

    Departemen Pengabdian Masyarakat Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri

    (HIMALOGIN) periode 2010-2011, ketua Departemen Pengabdian Masyarakat

    Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) periode 2011-2012,dan ketua Ikatan Mahasiswa Pekalongan (IMAPEKA) periode 2010-2011.

    Penulis melaksanakan Praktek Lapangan pada Juli-Agustus 2012 dalam

    program Internship Stundent di Quality ControlDepartment PT Kraft Foods

    Indonesia, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dengan judul Mempelajari Aspek

    Proses Produksi Biskuit Oreo Di Pt Kraft Foods Indonesia Cikarang-Bekasi yang

    bergerak di bidang industri makanan.

    .