2081_bab i- sinussfenoidalis

Upload: yelsa-norita

Post on 24-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    1/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi oleh karena infeksi virus,

    bakteri dan jamur atau karena reaksi alergi yang berkepanjangan pada sebagian atau seluruh

    mukoperiosteum dari sinus paranasalis. Kata sinusitis berasal dari bahasa Latin, sinusitis dimana

    istilah sinus sendiri berati cekungan dan itis adalah akhiran yang berarti radang. Jadi, sinusitis

    adalah radang pada sinus.1, 2,

    !nsiden tertinggi terjadinya sinusitis adalah disebabkan oleh peradangan kronis dari

    hidung yang merupakan alat pernafasan bagian atas. "enyakit infeksi masih merupakan penyakit

    utama di banyak negara berkembang, termasuk !ndonesia. !nfeksi saluran pernafasan akut #!S"$%

    merupakan jenis penyakit infeksi di !ndonesia yang banyak diderita oleh masyarakat. &asil

    Survei Kesehatan 'umah (angga #SK'(% tahun 1))* menunjukkan bah+a prevalensi !S"$

    untuk usia - tahun *,1 /, usia 0-10 tahun 2),0 / dan de+asa 2, / lebih dari 0/

    penyebabnya adalah virus. 3ila infeksi terjadi pada beberapa sinus disebut multisinusitis,

    sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut dengan pansinusitis.1,

    Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksilaris, sinusitis

    ethmoidalis, sinusitis frontalis dan sinusitis sfenoidalis. Sinusitis sfenoidalis adalah jenis sinusitis

    yang paling jarang diantara semua kasus sinusitis paranasal. Sinusitis tidak hanya menginvasi

    rongga hidung dan ruangan-ruangan dalam tulang +ajah atau muka disekitar hidung, tetapi

    sinusitis dalam tahap akut sekalipun dapat pula menjalar hingga ke telinga.1,

    1

  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    2/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Sinus Paranasal

    Sinus paranasal adalah hasil pneumatisasi tulang- tulang kepala sehingga membentuk

    rongga di dalam tulang. Secara normal, rongga ini diisi udara. Semua sinus mempunyai ostium

    ke rongga hidung yang dilapisi invaginasi mukosa rongga hidung yang dimulai dari fetus. Sinus

    paranasal adalah salah satu organ manusia yang paling sulit dideskripsikan karena variasi bentuk

    yang berbeda pada masing individu. Secara embriologik perkembangan sinus mulai dari usia -

    bulan kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal yang baru muncul pada usia -1 tahun, mencapai

    maksimal 10-1 tahun.1,2

    $da delapan atau empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila #kanan dan kiri%-

    antrum highmore, sinus frontal #kanan dan kiri%, sinus etmoid #anterior dan posterior% dan sinus

    sfenoid #kanan dan kiri%. Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

    kelompok anterior dan posterior. Kelompok anterior terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan

    sel anterior sinus etmoid. Kelompok posterior terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus

    sfenoid.2,

    2.1.1 Sinus Sfenoid

    Sinus sfenoid merupakan rongga yang terletak di dasar tengkorak, tidak berhubungan

    dengan dunia luar sehingga jarang terkena infeksi.Sinus ini terletak dalam os sfenoid di belakang

    sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibentuk di dalam kapsul rongga hidung dari hidung janin

    dan tidak berkembang hingga usia tahun. Sinus mencapai ukuran penuh pada usia 1 tahun

    dengan volume sekitar *,0 ml #2 4 2 4 1* mm%.1,

    Sinus sfenoid berjumlah sepasang dipisahkan oleh tulang tipis yang letaknya jarang di

    tengah sehingga ukuran masing- masing sinus dapat berbeda. 5ilapisi oleh epitel kubus bersilia.

    6asing- masing sfenoid berhubungan dengan meatus superior melalui celah kecil menuju ke

    resesus sfenoidalis. 7kurannya ,0 8 mm dengan letak 9 2 mm diatas planum sinus sfenoid.2,

    2

  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    3/16

    am!ar 2.1Letak Sinus Sfenoid terhadap :rgan Sekitar

    3atas- batas sinus sfenoid berdekatan dengan otak di sebelah superior sinus sfenoid

    berbatasan dengan fosa serebri media, kiasma optikum dan kelenjar hipofisa, di sebelah posterior

    berbatasan dengan pons, di sebelahlateral dengan sinus kavernosus, a. karotis interna, fissura

    orbitalis posterior dan beberapa saraf kranial, di sebelah inferior dengan atap nasofaring. 5ari

    variasi anatomis kadang ada tulang yang tidak terbentuk sehingga mukosa sinus sfenoid dapatberhubungan dengan struktur sekitar.1,

    am!ar 2.2 Sinus "aranasalis

    3

  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    4/16

    2.2 "isiolo#i Sinus Paranasal

    Sampai saat ini berlum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. ;amun

    tidak jarang, sinus paranasal dianggap tidak mempunyai fungsi karena tumbuh seiring

    pertumbuhan tulang tengkorak. ;amunada beberapa teori fungsi sinus paranasal yang

    dikemukakan antara lain1 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam

    untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagipula mukosa sinus tidak mempunyai

    vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.

    2. Sebagai penahan suhu #thermal insulators%

    Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer #penahan% panas , melindungi orbita dan fosa serebri

    dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. $kan tetapi kenyataannya, sinus-sinus yang

    besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang dilindungi.

    . 6embantu keseimbangan kepala

    Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. $kan tetapi

    bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan pertambahan berat

    sebesar 1/ dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.

    . 6embantu resonansi suara

    Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas

    suara. $kan tetapi ada yang berpendapat , posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan

    sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. (idak ada korelasi antara resonansi suara dan

    besarnya sinus pada he+an-he+an tingkat rendah.

    4

  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    5/16

    0. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

    ?ungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada

    +aktu bersin atau membuang ingus.

    @. 6embantu produksi mukus.

    6ukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan

    mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk

    dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling

    strategis.

    2.$ Definisi

    Sinusitis Sfenoidalis dapat didefinisikan sebagai peradangan pada sinus sfenoid yang

    terjadi oleh karena infeksi bakteri, virus, dan jamur pada sebagian atau seluruh

    mukoperiosteum.1,

    Sinusitis ethmoidalis menyatakan bah+a tempat terjadinya sinusitis di sinus sfenoidalis.

    Sinusitis ini lebih laAim menjadi bagian dari pansinusitis.2

    Seperti halnya sinusitis pada jenis lainnya, rhinosinusitis dibagi menurut onset klinisnya

    menjadi akut, subakut dan kronik. 6enurut Konsensus !nternasional tahun 2 rinosinusitis

    akut dengan batas sampai minggu, sub akut bila terjadi antara minggu sampai bulan atau 12

    minggu dan kronik bila lebih dari bulan atau 12 minggu. Sementara itu, rhinosinuitis akut

    berulang ditegakan ketika 2- episode terjadi dalam setahun dengan jarak minggu diantara

    episodenya.1,0

    2.% Etiolo#i

    S. aureus adalah penyebab utama sinusitis sphenoidalis. Secara keseluruhan bakteri ini

    menyebabkan 1/ kasus rhinosinusitis, 6'S$ masih dijumpai pada sejumlah kasus kecil.0

    5

  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    6/16

    Studi respiratory tract di $merika Serikta tahun 1)) menunjukan 12,/ strp.

    pneumonia menunjukan angka resistan intermediate terhadap penisilin semntara *,/

    menunjukan resistan total. Selain itu antibiotik klindamisin, (6"-S6B dan doksisiklin juga

    ditemukan resisten pada 12,/ yang resistan secara intermediateterhadap penisilin.0

    "enyebab jamur lebih jarang dijumpai namun bukan berarti tidak pernah. Calaupun

    kasus pada sinus paranasal dijumpai aspergilus dan candida yang biasanya terjadi ikutan

    terhadap traktus respiratorius ba+ah, dikenal dengan istilah sindrom sinobronkial. 3aru- baru ini

    hasil studi di &ungaria tahun 21 menemukan kasus sinus sfenoidalis yang disebabkan oleh

    trichoderma longibacterium, merupakan jamur yang acap ditemukan di tanah lembab dan

    perabot rumah tangga yang terbuat dari bahan kayu.1,0

    2.& E'idemiolo#i

    Secara global, sinusitis sfenoidalis adalah jumlah yang paling sedikit daripada jenis

    sinusitis lainnya. "resentase sinus paranasal antara lain sinusitis maksilaris *0/, sinusitis

    ethmoidalis 10/, sinusitis frontalis / dan sinusitis sfenoidalis 2/. 1,0

    5i $merika Serikat, sinusitis menyerang 1 dari * orang de+asa, dengan lebih dari juta

    individu yang didiagnosis tiap tahunnya. !ndividu dengan ri+ayat alergi atau asma berisiko

    tinggi terjadinya rhinosinusitis. "revalensi sinusitis tertinggi pada usia de+asa 1-*0 tahun dan

    kemudian anak- anak berusia 10 tahun. "ada anak-anak berusia 0-1 tahun. !nfeksi saluran

    pernafasan dihubungkan dengan sinusitis akut. Sinusitis sfenoidalis jarang pada anak-anak

    berusia kurang dari 1 tahun karena sinus belum berkembang dengan baik sebelum usia tersebut.

    Canita de+asa lebih sering terkena sinusitis daripada pria dengan perbandiangan 2

  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    7/16

    2.( Patofisiolo#i

    "ada dasarnya patofisiologi Sinusitis Sfenoidalis terkait tiga faktor yaitu, patensi ostium,

    klirens mukosiliar #mucociliary clearance% dan viskositas mukos. Dangguan salah satu faktor

    atau kombinasi faktor-faktor tersebut merubah fisiologi sinus dan menimbulkan rhinosinusitis.

    Kegagalan transport mukus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan faktor utama

    berkembangnya rinosinusitis kronik.1,2,0,@

    Sinusitis ini bera+al dari adanya sumbatan akibat oedem. Sumbatan menyebabkan

    gangguan drainase dan ventilasi sinus sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang

    diproduksi oleh mukosa sinus menjadi lebih kental. Sumbatan yang berlangsung terus-menerus

    akan mengakibatkan terjadinya hipoksia dan retensi lendir yang merupakan media yang baik

    bagi bakteri anaerob untuk berkembang biak. Selain itu, bakteri juga memproduksi toksin yang

    akan merusak silia sehingga terjadi hipertrofi mukosa dan memperberat sumbatan.1,2

    Selain itu, sekresi dapat juga semakin kental sehingga sulit dikeluarkan dan terjadi

    retensi. !si dari mukos ini mukoglikoprotein, imunoglobulin dan sel inflamasi. 5imana terdiri

    dari 2 lapisan yang lebih encer di bagian dasarnya sedangkan lebih kental dibagian luarnya.0

    2.) e*ala Klinis

    Sinusitis sfenoid sulit ditegakan karena letak anatomisnya yang berada di dalam. 3iasanya timbul

    berhubungan dengan sinusitis etmoid. 5ari penelitian oleh ortholaryngologist di !ndia tahun 2*

    dijumpai *2 kasus sinusitis sfenoidalis dimana *)/ menunjukan gejala akut, 10/ menunjukan gejala

    kronik, @/ ditemukan secara tidak sengaja melalui foto radiologi.2,)

    Dejala Sinusitis Sfenoidalis rasa tekan pada +ajah

    ;yeri biasanya sesuai dengan derah yang terkena. "ada sinusitis sfenoidalis nyeri terasa jauh di dalam

    dan disebarkan ke perifer, pada daerah temporal, retroorbital, oksipital dan frontal. Sebenarnya

    peradangan sinus paranasalis lainnya mungkin menyebabkan nyeri didaerah frontalis. ;yeri tekan

    akan timbul di daerah yang sama jika dilakukan penekanan di daerah ethmoid anterior. "ola

    penjalaran nyeri ini adalah khas untuk sinusitis sfenoidalis.,@,*,11

    &idung tersumbat

    0 Kelainan penciuman #hiposmia>anosmia%

    Dangguan ini diakibatkan sumbatan di fissura olfaktorius di daerah konka media. Sehingga jarang

    dijumpai pada sinusitis sfenoidalis.,)

    Dejala lainnya pubmed>1*12@

    ). 6olnr-Dbor F, 5cAi !, &atvani L, =gvMlgyi E, Kredics L. !solated sinusitis

    sphenoidalis caused by (richoderma longibrachiatum in an immunocompetent patient

    +ith headache GinternetH. 21 Gdiakses 0 5esember 210H. 5iakses dari+++.ncbi.nlm.nih.gov>pubmed>2@0*02@

    1. 3roek "=5. 5ebruyne ?, ?eenstram 6arres &$6. 3uku Saku !lmu Kesehatan

    (enggorok &idung dan (elinga. Jakarta< FDE 2). &al. 11-110

    15

    http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a0156http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17418260http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23657526http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17418260http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23657526http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a0156
  • 7/24/2019 2081_BAB I- Sinussfenoidalis

    16/16

    11. 3haya 6&. Doldsmith $J. ;yeri Kepala dan Cajah. !lmu (&( Fsensial. Jakarta< FDE

    211. &al. 221-22

    12. Keith d. Earter , junhee lee and jeffrey a. ;erad. "lain 'oentgenographic Fvaluation of

    :rbital 5isease GinternetH. 2 Gdiakses 0 5esember 210H. 5iakses dari+++.oculist.net>do+naton02>prof>ebook>duanes>pages>v2>v2c2.html

    1. 3lack+ell "ublishing. 'esident and ?ello+ Section. 6orris Levin, 65, Section Fditor.

    Gdiakses 1 5esember 210H. 5iakses dari+++.americanheadachesociety.org>assets>1>*>6archN2*.pdf

    1. "irkko 'uoppi, 65 Juha SeppO, 65 6atti "ukkila, 65 Juhani ;uutinen, 65 ,Arch

    Otolaryngol Head Neck Surg. 212@#@%archotol.jamanet+ork.com>article.asp4ParticleidQ

    10. J ;atl 6ed $ssoc. 1))1 Jan #1%< 08@. Sphenoid sinusitis. '. $. &ill, L. ;. Johnson,

    and '. "arnes Gdiakses 1 5esember 210H. 5iakses dari+++.ncbi.nlm.nih.gov>pmc>articles>"6E2@2*11>pdf>jnma*)-10.pdf

    1@. 3estari J. 3udiman, urni 3agian !lmu Kesehatan (&(-KL ?akultas Kedokteran

    7niversitas $ndalas> 'S.6.5jamil "adang. Gdiakses 1 5esember 210H. 5iakses darirepository.unand.ac.id>111*>1>3SF?/25F;DS;/2(FK;!K

    /2&!":(F;S!-/2urni.pdf

    16

    http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v2/v2c023.htmlhttp://archotol.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=404830http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Hill%20RA%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Johnson%20LN%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Parnes%20R%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2627011/pdf/jnma00879-0105.pdfhttp://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v2/v2c023.htmlhttp://archotol.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=404830http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Hill%20RA%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Johnson%20LN%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Parnes%20R%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2627011/pdf/jnma00879-0105.pdf